Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana transportasi untuk menuju ke beberapa daerah obyek wisata pantai yang ada di Kabupaten
Bantul. Permasalahan pengembangan pariwisata di Bantul yang lain adalah masih terdapat beberapa obyek wisata pantai yang belum siap dipasarkan apabila dilihat
dari segi sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang rusak akibat fenomena alam berupa bencana gempa bumi dan juga imbas tsunami yang terjadi di laut
selatan tahun 2007 yang lalu. Minimnya upaya promosi obyek–obyek wisata pantai yang ada baik dari media cetak maupun elektronik juga menjadi salah
satunya permasalahan pengembangan pariwisata di Kabupaten Bantul. Hal ini yang menyebabkan masyarakat umum kurang mengetahui potensi–potensi yang
ada di obyek wisata pantai tersebut. Pada dasarnya pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten Bantul bukanlah hal yang mustahil untuk dapat dilakukan,
melihat delapan pantai yang membentang dari barat ke timur yang potensial untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Sebagai langkah awal
pengembangan pariwisata pantai, terlebih dahulu mengetahui dan menggali potensi yang dimiliki oleh obyek wisata pantai yang ada, untuk itu dilakukan
penelitian dengan judul “Identifikasi Potensi Pantai Untuk Pengembangan Pariwisata Pantai di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1. bagaimana potensi wisata pantai masing–masing yang ada di
Kabupaten Bantul, dan 2.
bagaimana prioritas pengembangan masing–masing obyek wisata pantai yang ada di Kabupaten Bantul.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. menentukan potensi internal dan eksternal dari masing-masing obyek
wisata pantai di daerah penelitian; dan 2.
memberikan usulan arahan pengembangan masing-masing obyek wisata bagi Pemda berdasarkan potensi, permintaan pasar serta
permasalahannya.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam perencanaan
pembangunan daerah. 2.
Sebagai wacana dalam ilmu pengetahuan dan penelitian dalam bidang pariwisata.
3. Sebagai aplikasi ilmu geografi dalam pengembangan potensi
pariwisata. 4.
Sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program sarjana S1 Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
1.5. Tinjauan Pustaka
Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang bersifat
fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi dan regional untuk kepentingan program, proses
dan keberhasilan pembangunan Bintarto Surastopo, 1979. Setiap ilmu memiliki ciri tersendiri, hal ini berfungsi untuk membedakan
ilmu tersebut dengan ilmu yang lain. Seorang pakar Geografi Indonesia, R. Bintarto 1983 menyebutkan ciri–ciri geografi modern.
1. Geografi erat kaitannya dengan lingkungan.
2. Geografi memperhatikan penyebaran manusia dalam ruang dan
kaitannya dengan lingkungan, serta cara bagaimana ruang dan sumber daya dapat dimanfaatkan melalui pengelolaan wilayah tersebut.
3. Dalam geografi terdapat unsur jarak, unsur interaksi dan unsur
penyebaran. 4.
Dalam geografi terdapat sistem ekologi dan keruangan. 5.
Selain itu geografi merupakan suatu disiplin ilmu yang berorientasi pada masalah dalam rangka interaksi antara manusia desa dan kota
dengan lingkungannya. 6.
Geografi yang sifatnya terpadu mempunyai berbagai pendekatan yaitu : pendekatan analisis keruangan, pendekatan analisis ekologi dan
pendekatan analisis wilayah. 7.
Pendekatan yang digunakan geografi terpadu tidak membedakan antara unsur fisis dan unsur manusiawi.
Dari ciri–ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa pembahasan geografi pada dasarnya adalah membicarakan fenomena alam dengan non alam manusia
yang dikaji dalam lingkup keruangan Sujali 1989. Pembahasan geografis yang dimaksud adalah menyangkut hal-hal yang bersumber kepada hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungan alamnya dimana dapat dilihat manusia sebagai pelaku atau subyeknya dan daerah tujuan wisata sebagai obyek dalam
pariwisata. Salah satu kontribusi terbesar dari geografi dalam bidang pariwisata dan
rekreasi adalah perencanaan pembangunan dan analisis kebijakan disektor pariwisata. Pariwisata dan rekreasi telah menjadi subyek utama dari analisis
geografi sejak lebih dari 70 tahun dan dikembangkan menjadi area penerapan ilmu
geografi yang signifikan Hall Pages, 1999.
Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan
maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi,
tetapi semata – mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya atau rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam Yoeti, 1997.
Pariwisata menurut Undang – Undang no 10 tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Masih menurut Undang – Undang Kepariwisataan, definisi wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Menurut Dirjen Pariwisata Republik Indonesia tahun 2000 ada tiga bentuk bahan dasar yang harus dimiliki oleh suatu industri pariwisata. Berikut ini
adalah tiga bentuk bahan dasar tersebut. 1.
Obyek Wisata Alam Natural Resources Suatu bentuk dari obyek wisata alam berupa pemandangan alam
seperti bentuk lingkungan pegunungan, pantai, lingkungan hidup yang berupa flora dan fauna atau bentukan alam lainnya yang menarik.
2. Obyek Wisata Budaya Cultural Resources
Obyek wisata budaya adalah obyek wisata yang banyak dipengaruhi oleh kehidupan atau lingkungan manusia. Wujud dari bentuk wisata
ini diantaranya seperti museum, upacara adat, bentuk kesenian dan kebiasaan hidup yang menarik.
3. Obyek Wisata Buatan Manusia Human Made Resources
Obyek wisata ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas serta kreatifitas manusia. Wujud dari obyek wisata ini berupa tempat wisata yang
dibangun untuk tujuan wisata, seperti Taman Mini, Taman Wisata Kota dan lain sebagainya.
Tiga bentuk bahan dasar tersebut dapat juga disebut dengan modal kepariwisataan. Modal kepariwisataan dapat dikembangkan sedemikian rupa
sehingga dapat menahan wisatawan sampai berhari-hari dan dapat dikunjungi berkali-kali pada kesempatan lain. Atraksi demikian itu adalah atraksi penahan.
Sebaliknya, ada atraksi yang hanya dapat menarik kedatangan wisatawan, yang biasanya disebut sebagai atraksi penangkap wisatawan Soekadijo, 1996 dalam
Tutik, 1999. Konsep lain yang mendukung tentang kepariwisataan alam atau wisata
alam terbuka juga dikatakan oleh Pearce, 1981 bahwa Pariwisata ruang terbuka merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan, sehingga pengembangan
pariwisata harus mempertimbangkan kondisi fisik lahan dan prinsip-prinsip konservasi. Dalam inventarisasi sumberdaya pariwisata menggunakan pendekatan
yang memadukan kepentingan pariwisata dan konservasi. Inventarisasi tersebut meliputi data geologi, klimatologi, bentuklahan, vegetasi dan tanah sebagai dasar
klasifikasi kemampuan lahan. Selanjutnya kelas kesesuaiannya ditentukan dengan menambahkan pertimbangan kualitas panorama, flora dan fauna, budaya, dan
kepentingan.
Seperti yang diungkapkan Sujali, 1989 bahwa pengembangan
kepariwisataan tidak akan terlepas dengan unsur fisik dan non fisik sosial, ekonomi dan budaya. Faktor geografi merupakan faktor penting untuk
pertimbangan pengembangan kepariwisataan, iklim mempengaruhi tumbuh dan kembangnya potensi pariwisata. Faktor geografi lainnya yang dapat digunakan
sebagai alternatif penentu kebijakan pembangunan dan pengembangan pariwisata adalah tanah, geologi, hidrologi, kemiringan lereng dan vegetasi.
Unsur pokok dalam industri pariwisata menurut Pendit 1999 ada 10 macam diantaranya sebagai berikut.
1. Politik pemerintah
Yang dimaksud dengan politik suatu pemerintah dalam hubungannya dengan industri pariwisata ini adalah sikap pemerintah terhadap
kunjungan wisatawan di negara tersebut, baik berupa kebijakan pemerintah di bidang pariwisata, pengeluaran Undang–Undang
Kepariwisataan, maupun kondisi suasana politik yang tengah berlaku di suatu negara.
2. Perasaan ingin tahu
Pada dasarnya, hal yang paling utama yang melahirkan pariwisata adalah perasaan manusia yang terpendamyang pada hakekatnya ingin
mengetahui segala sesuatu yang ada didalam dan diluar lingkungannya.
3. Sifat ramah tamah
Sikap ramah tamah merupakan salah satu “modal potensial” yang besar dibidang pariwisata. Disamping keindahan alam dan atraksi
yang menarik, sifat ramah tamah merupakan “investasi tak nyata” dalam arti kata yang sesungguhnya dalam industri pariwisata, karena
sikap ini merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. 4.
Jarak dan waktu Jarak antara obyek wisata yang satu dengan yang lainnya, berkaitan
dengan waktu tempuh dan alat transportasi yang ada di suatu daerah tujuan wisata. Waktu inilah yang harus dipergunakan sebaik-baiknya
dengan tepat, cepat dan lancar. 5.
Atraksi Dalam dunia kepariwisataan, segala sesuatu yang menarik dan bernilai
untuk dikunjungi dan dilihat baik yang diadakan secara rutin setiap hari, maupun yang khusus diadakan pada waktu tertentu, disebut
“atraksi”. Dalam kegiatan pariwisata, atraksi-atraksi ini harus dikoordinasi sedemikian rupa dalam suatu penyajian atraksi yang
harmonis dan menarik dengan latar belakang panorama keindahan alam dan peninggalan kebudayaan masyarakat setempat yang dijaga
kelestariannya agar dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
6. Akomodasi
Sebagai unsur yang dengan sendirinya dibutuhkan, maka akomodasi merupakan faktor yang sangat penting. Ia merupakan “rumah
sementara” bagi sang wisatawan yang dalam sejauh dan sepanjang
perjalanannya membutuhkan dan mengharapkan kenyamanan, keamanan, pelayanan yang baik serta kebersihan.
7. Pengangkutan
Seperti halnya akomodasi, faktor pengangkutan atau transportasi dalam dunia pariwisata membutuhkan pula syarat-syarat tertentu,
antara lain jalan-jalan yang baik, lalulintas yang lancar, serta ketersediaan alat transportasi yang murah dan mudah didapat.
8. Harga – harga
Wisatawan luar negeri pada umumnya, seperti halnya orang biasa dimana-mana, bukanlah merupakan orang-orang kaya raya yang
berkelebihan uang, dan karenanya dengan sendirinya ia menginginkan segala sesuatu yang hendak dibelinya memiliki harga yang relatif
murah, setidaknya wajar menurut ukuran mereka. 9.
Publisitas dan promosi Publisitas dan promosi yang dimaksud disini adalah kampanye atau
propaganda kepariwisataan yang didasarkan atas rencana atau program yang teratur dan secara kontinyu, baik yang sifatnya kedalam
negeri dengan tujuan menggugah kesadaran akan kepariwisataan, ataupun yang sifatnya keluar negeri dengan tujuan mempromosikan
keindahan obyek wisata yang ada serta fasilitas-fasilitas yang telah tersedia.
10. Kesempatan berbelanja
Kesempatan berbelanja atau yang lazim pula disebut shopping adalah kesempatan bagi wisatawan untuk membeli suatu barang kenang-
kenangan souvenir yang khas dari daerah tujuan wisata untuk dibawa pulang ke rumahnegara asalnya sebagai bukti bahwa ia
pernah mengunjungi tempat tersebut. Pengertian wilayah pesisir menurut BAKOSURTANAL 1990 adalah
jalur saling pengaruh antara darat dan laut, mempunyai ciri geosfer khusus, kearah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut dan social ekonomi bahari, sedangkan
kearah laut dibatasi oleh pengaruh proses alami serta akibat kegiatan manusia
terhadap lingkungan didarat. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa wilayah pantai atau pesisir merupakan wilayah yang luas dimana daerah itu masih
bias dihuni dan dimanfaatkan oleh manusia dengan segala aktivitasnya, seperti adanya perkampungan nelayan, daerah gumuk pasir, daerah terbuka sampai pada
daerah pasang surut. Untuk mendapatkan hasil pembangunan kepariwisataan yang optimal ada
tiga komponen yang harus dipersiapkan untuk diperhatikan dan komponen tersebut menurut Sujali 1989 berupa :
1. tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati atau adanya atraksi
yang dapat dilihat, atraksi yang dimaksud tentu saja sesuai dengan bentuk potensinya, atraksi budaya atau atraksi bentuk alam;
2. tersedianya sarana transportasi dan perhubungan, komponen ini sangat
terasa manfaatnya pada proses perkembangan kepariwisataan yang mempunyai jangkauan keluar; dan
3. komponen penunjang, yang berupa akomodasi dan sarana
infrastruktur. Menurut Pearce 1981, penyediaan fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang
diperlukan oleh wisatawan sangat penting untuk diperhatikan dalam perencanaan pengembangan pariwisata di suatu daerah. Adapun jenis-jenis elemen dalam
pelayanan yang dimaksud seperti : 1.
atraksi, 2.
transportasi, 3.
akomodasi, 4.
fasilitas pendukung, dan 5.
infrastruktur. Dalam melakukan kegiatan wisata, dibutuhkan suatu jaringan pelayanan
dan fasilitas-fasilitas sebagai dampak dari adanya interaksi antara daerah asal wisatawan, daerah antara, dan daerah tujuan. Wisatawan membutuhkan suatu
fasilitas-fasilitas yang menunjang dalam melakukan kegiatan wisata. Untuk alasan inilah banyak literatur pembangunan pariwisata yang berorientasi pada daerah
tujuan obyek wisata dengan perhatian difokuskan pada beberapa sektor seperti atraksi, akomodasi, fasilitas pendukung dan infrastruktur.
1.6. Penelitian Sebelumnya