2. Fungsi Stilistika
Tarigan dalam Al- Ma‟ruf, 2009:15 mengatakan bahwa gaya
bahasa merupakan bentuk retorika, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar.
Adapun Pradopo 2009:93 menyatakan bahwa gaya bahasa berfungsi menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat. Gaya bahasa
juga menimbulkan reaksi tertentu untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca.
Dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa memiliki fungsi sebagai alat untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca dan pendengar.
Selain fungsi tersebut, Al- Ma‟ruf 2009:15-16 juga menjelaskan
beberapa fungsi gaya bahasa dalam karya sastra, sebagai berikut. 1
Meninggikan selera, yaitu dapat meningkatkan minat pembaca atau pendengar untuk mengikuti apa yang disampaikan penulis atau
pembicara. 2
Mempengaruhi atau meyakinkan pembaca atau pendengar, maksudnya dapat membuat pembaca semakin yakin dan mantap
terhadap apa yang disampaikan penulis atau pembaca. 3
Menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, yaitu dapat membawa pembaca hanyut dalam suasana hati tertentu, seperti kesan baik atau
buruk, senang atau sedih, dan yang lainnya setelah menangkap apa yang dikemukakan penulis.
4 Memperkuat efek terhadap gagasan, yaitu dapat membuat pembaca
terkesan oleh gagasan yang disampaikan penulis dalam karyanya. Struktur prosa berbeda dengan puisi. Dalam prosa unsur yang
lebih dominan adalah cerita, plot, kejadian, tokoh, dan sudut pandang. Untuk mencapai kepaduan antarunsur tersebut diperlukan gaya. Namun,
gaya di sini hanya sebagai cara-cara yang bersifat umum, berbeda dengan gaya yang terdapat dalam puisi. Oleh karena itu, gaya dalam prosa pada
dasarnya lebih pada cara penulisan secara keseluruhan Ratna, 2009:60. Gaya bahasa dalam novel seolah-olah menduduki fungsi sekunder
Ratna, 2009:63. Oleh karena hal tersebut, fungsi stilistika dalam novel Muhammad I yang akan dianalisis lebih mengarah kepada fungsi gaya
bahasa secara keseluruhan dalam novel.
3. Ketaklangsungan Ekspresi