Menentukan Kuat Tekan Beton Dengan Perbandingan Campuran 1:3:5 Berdasarkan Perawatan

(1)

MENENTUKAN KUAT TEKAN BETON DENGAN

PERBANDINGAN CAMPURAN 1 : 3 : 5 BERDASARKAN

PERAWATAN (CURING)

REZA FACHRUL NIZAR

1.30.06.009

PEMBIMBING : Y. DJOKO SETIYARTO, ST., MT.

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

JURUSAN TEKNIK SIPIL

BANDUNG


(2)

i

REZA FACHRUL NIZAR NIM : 1.30.06.009

PEMBIMBING : Y. DJOKO SETIYARTO, ST.,MT

.

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

JURUSAN TEKNIK SIPIL

BANDUNG

AGUSTUS 2011

ABSTRAK

Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam konstruksi bangunan selain kayu dan logam. Beton diminati karena banyak memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya. Beberapa diantaranya adalah harganya relatif murah, mempunyai kekuatan tekan yang besar, tahan lama, tahan terhadap api, bahan baku mudah didapat dan tidak mengalami pembusukan.

Ada sedikitnya empat proses yang dilakukan dalam pembuatan beton. Keempat proses ini mempunyai peran sangat penting dan berpengaruh satu sama lain. Jadi, jika salah satu dari keempat proses mengalami kesalahan yang fatal. Maka akan mempengaruhi mutu suatu beton yang dibuat. Keempat proses itu adalah pemilihan bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan beton, menentukan alternatif metode campuran (komposisi campuran beton), metode pencampuran bahan-bahan beton hingga tahap pencetakan dan perawatan (curing) beton yang dicetak.


(3)

ii

REZA FACHRUL NIZAR NIM : 1.30.06.009

ADVISOR : Y. DJOKO SETIYARTO, ST., MT.

INDONESIAN COMPUTER UNIVERSITY

ENGINEERING AND COMPUTER SCIENCE FACULTY

DEPARTMENT CIVIL ENGINEERING

BANDUNG

AUGUST 2011

ABSTRACT

Concrete is one of the options as a structural material in building construction in addition to wood and metal. Concrete in demand because many have advantages compared to other materials. Some of them are relatively cheap, has great compressive strength, durable, resistant to fire, the raw materials readily available and does not decay.

There are at least four processes are done in the manufacture of concrete. Fourth this process has a very important role and influence each other. So, if one of the four process experienced a fatal error. It will affect the quality of a concrete made. The fourth process is the selection of materials to be used for the manufacture of concrete, an alternative method of determining the mixture (the composition of the concrete mix), method of mixing concrete materials to the printing stage and treatment (curing) concrete is printed.


(4)

iii

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “MENENTUKAN KUAT TEKAN BETON

DENGAN CAMPURAN PERBANDINGAN 1:3:5 BERDASARKAN

PERLAKUAN PERAWATAN (CURING)”

Adapun skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Jurusan Teknik Sipil UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran-saran sehingga dapat dijadikan bekal untuk kemudian hari.

Saya menyadari bahwa tanpa dukungan dan dorongan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidaklah mungkin terselesaikan. Terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga untuk Ibu dan Bapak Tercinta yang selalu memberikan dukungan dan semangat, serta yang selalu mendoakan. Penulis pun tak lupa mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang membantu, diantaranya:

1. Bapak Y. Djoko Setiyarto, ST., MT. Selaku Dosen pembimbing yang sudah membimbing dengan sangat baik. Terima kasih banyak atas semua ilmu dan bimbingan bapak.


(5)

iv

3. Kedua Orang tua tercinta Deni Fachrul Hayat (Bapak), Eti Nurhayati (Ibu). Yang selalu memberikan Do’a, bimbingan dan dukungan baik moril maupun materil.

4. Semua keluarga Widi Fauziah (Adik) yang selalu membeikan masukan dan arahan.

5. Rekan-rekan Agung Zulfiandi, Dadang Nugraha, dan anak-anak Jurusan Teknik Sipil, khususnya angkatan 2006 yang selalu solid dalam segala hal.

6. Untuk teman dekat Rulina Ardiyati, A.Md.Keb yang selalu memotivasi saya.

7. Dan kepada semua pihak yang telah memotivasi serta memberikan arahan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Tersusunya skripsi ini kiranya bermanfaat untuk menambah wawasan serta pengetahuan yang berguna bagi penulis dan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, Juli 2011


(6)

1 - 1

1.1 Latar Belakang

Beton adalah material yang dibentuk dari campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air. Material ini telah digunakan sebagai bahan konstruksi sejak lama dan merupakan material yang paling banyak digunakan sebagai bahan konstruksi karena berbagai keuntungannya. Nilai kekuatan setara dengan daya tahan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi perawatan pengerasannya. Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, dan beton merupakan bahan bersifat getas.

Dalam dunia teknik sipil, beton memiliki kedudukan yang sangat penting. Hampir semua kontruksi yang berhubungan dengan teknik sipil selalu menggunakan beton sebagai media kontruksi. Beton dapat dijumpai pada pondasi balok atau kolom.

Mengingat pentingnya fungsi dan peranan beton dalam dunia teknik sipil maka saya akan mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui kekuatan dan mutu beton dengan menggunakan campuran perbandingan 1 semen : 3 pasir : 5

kerikil dan akibat perbedaan perlakuan “curing” pada perawatan beton dan setara


(7)

1.2 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji beton dengan campuran semen, pasir dan kerikil dengan menggunakan perbandingan 1: 3 : 5 kemudian mengetahui perbedaan kekuatan yang dihasilkan oleh beton tersebut akibat perbedaan perlakuan perawatan atau curing pada beton.

1.3 Permasalahan

Penelitian ini akan membahas tentang :

1. Setara dengan mutu beton berapakah campuran perbandingan 1 : 3 : 5. 2. Bagaimana hasil perkembangan kuat tekan boten tersebut dengan

perbedaan perlakuan perawatan atau curing.

1.4 Lingkup Penelitian

Untuk menghindari terjadinya penyimpangan Isi dari Laporan skripsi ini maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas. Adapun masalah yang membatasi penulisan ini adalah pengujian material, pembuatan benda uji dengan campuran beton 1:3:5 yang selanjutnya dilakukan perlakuan pemeliharaan berupa perendaman menggunakan air biasa, air kapur, pembungkus basah (karung basah) dan tanpa pemeliharaan atau dibiarkan dan selanjutnya akan dilakukan pengujian benda uji terhadap masing-masing sempel yang telah dibuat serta membandingkan hasil pengujian tersebut. Mengingat penggunaan beton dilapangan, khususnya proyek dengan skala kecil yang lebih mengutamakan segi praktis dan jarang melakukan perawatan terhadap beton yang akan dipakai.


(8)

1.5 Metode Penulisan

Adapun metode dan sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Menjelaskan kerangka pemikiran yang melandasi seluruh penulisan laporan ini. Pada bab I berisikan latar belakang, tujuan praktikum, bahan yang digunakan, alat yang digunakan, lingkup penelitian, metode penulisan, dan manfaat penulisan.

Bab II Studi Pustaka

Menjelaskan sifat dan karakteristik material yang digunakan dalam pembuatan Beton, analisis agregat.

Bab III Metodologi Penelitian

Menjelaskan prosedur pelaksanaan dan cara eksperimental

Bab IV Analisis

Menyajikan contoh kasus pembuatan benda uji, memberikan laporan hasil pengujian dan melakukan analisis hasil pengujian.

Bab V Kesimpulan dan Saran


(9)

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

1.6 Manfaat Penulisan

Penulisan dari laporan ini diharapkan agar dapat bermanfaat bagi kalangan tenik sipil pada khususnya dan pada masyarakat bebas serta pihak-pihak yang berkepentingan pada umumnya supaya dapat menjadi salah satu referensi dalam pembuatan beton.

Dan untuk akademisi (secara teoritis) bidang teknik sipil untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang cara-cara perencanaan campuran beton dan kekuatan beton.

BAB I PENDAHULUAN

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III METODOLOGI

PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN

SARAN BAB IV


(10)

2 - 1

BAB 2

STUDI PUSTAKA

2.1. SIFAT DAN KARAKTERISTIK PADA PERANCANGAN BETON (http://www.ilmusipil.com/sipil/struktur/beton-struktur)

Dalam suatu proses pembuatan beton, yang perlu diperhatikan adalah kekuatan, keekonomisan, dan durabilitas bahan dari beton tersebut. Durabilitas adalah daya tahan suatu bahan terhadap beban yang akan diterimanya. Pembuatan beton melalui proses perhitungan kadar air, jumlah semen dan jumlah agregat yang diperlukan. Setelah proses perhitungan, akan dilakukan proses pembuatan beton dengan bahan-bahan yang telah dihitung.

Jenis bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai dengan keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menpan Nomor : 64/MENPAN/1980 tanggal 23 Desember 1980.

Adapun jenis dan mutu tersebut adalah :

2.2 Air

Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga, kolam, situ, dan lainnya), air laut dan air limbah, asalkan memenuhi syarat dan mutu yang telah ditetapkan. Air tawar yang dapat di minum umumnya dapat dijadikan campuran beton. Air laut umumnya mengandung 3,5% larutan garam (sekitar 78% adalah sodium klorida dan 15% adalah magnesium klorida). Garam-garaman air laut ini akan mengurangi kualitas beton hingga 20%. Air laut tidak boleh dijadikan campuran beton Pra Tegang atau pun Beton Bertulang karena


(11)

resiko terhadap karat akan lebih besar. Air buangan industri yang mengandung asam alkali juga tidak boleh digunakan. Sumber-sumber air yang ada adalah sebagai berikut.

2.2.1 Air yang Terdapat di Udara

Air yang terdapat di udara atau atmosfir air yang terdapat di awan Kemurnian air ini sangat tinggi. Sayangnya, hingga sekarang belum ada teknologi untuk mendapatkan air atmosfir ini secara mudah. Air yang terdapat dalam atmosfir ini sama dengan air suling, sehingga sangat mungkin untuk mendapatkan beton yang baik dengan air ini.

2.2.2 Air Hujan

Air hujan menyerap gas-gas serta uap ketika jatuh ke bumi. Udara Terdiri dari komponen-komponen utama yaitu zat asam atau oksigen, nitrogen dan karbondioksida. Bahan-bahan padat serta garam yang larut dalam air hujan terbentuk akibat kondensasi.

2.2.3 Air Tanah

Air tanah terutama terdiri dari unsur kaiton dan unsur anion pada kadar yang lebih rendah, disamping itu air tanah juga menyerap gas-gas serta bahan organik seperti CO2, H2O, NH3.


(12)

2.2.4 Air Permukaan

Air permukaan dibagi menjadi air sungai, air danau dan situ, air genangan dan reservoir. Erosi yang disebabkan oleh air permukaan, membawa bahan-bahan organik serat mineral. Air sungai dan air danau dapat dijadikan bahan campuran beton asal tidak tercemar oleh air buangan industri. Air rawa atau air genangan tidak dapat dijadikan sebagai bahan campuran beton, kecuali melalui pengujian air.

2.3 Semen

Beton mulai ditinggalkan orang seiring dengan mundurnya kerajaan romawi. Baru sekitar tahun 1790, J Smeaton dari Inggris menemukan bahwa kapur yang mengandung lempung dibakar akan mengeras didalam air. Bahan ini mirip dengan semen yang dibuat oleh bangsa Romawi.

Bahan tersebut mulai digunakan sekitar abad ke 19 di Inggris dan Prancis. Nama semen Portland diusulkan oleh Joseph Aspdin pada tahun 1824 karena campuran air, pasir dan batu-batuan yang bersifat Pozzolan dan berbentuk bubuk ini pertama kali di olah di pulau Portland, dekat pantai Dorset, Inggris. Semen Portland pertama kali di produksi di pabrik oleh David Saylor di Coplay Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1875

Indonesia telah pula memiliki banyak pabrik semen portland dengan mutu Internasional. Pabrik yang tersebar di Sumatra, Jawa dan Sulawesi itu antara lain :

1. Pabrik semen Indarung yang memproduksi semen potrland di Padang, Sumatra Barat, serta pabrik semen Baturaja yang meproduksi semen Tiga Gajah. Keduanya terletak di Sumatra.


(13)

2. Pabrik semen Gersik, Cibinong, Tiga Roda dan semen Nusantara di Jawa.

3. Pabrik semen Tonasa di Sulawesi.

2.3.1 Jenis - Jenis Semen

Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

1). Semen non-hidrolik dan 2). Semen hidrolik.

2.3.2 Semen Non-Hidrolik

Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non hidrolik adalah kapur.

Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis di alam. Kapur telah digunakan selama berabad-abad lamanya sebagai bahan adukan dan plesteran untuk bangunan. Hal tersebut terlihat pada piramida-piramida di Mesir yang dibangun 4500 tahun sebelum masehi. Kapur digunakan sebagai bahan pengikat selama zaman Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi menggunakan beton untuk membangun Colloseum dan Parthenon, dengan cara mencampur kapur dengan abu gunung yang mereka peroleh didekat Pozzuoli Italia, dan mereka namakan Pozollan.


(14)

Pondasi jalan pada zaman Romawi, termasuk jalan Via Appia, merupakan tanah yang distabilkan dengan kapur. Kini kapur digunakan dalam bidang pertanian, industri kimia, industri karet, industri kayu, industri farmasi, industri baja, industri gula, dan industri semen.

Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium hidrok-sida ketika telah berhubungan dengan air. Kapur tersebut dihasilkan dengan membakar batu kapur atau kalsium karbonat bersama beserta bahan-bahan pengotornya, yaitu magnesium, silikat, besi, alkali, alumina dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam tungku tanur tinggi yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu 800° -1200°C.

Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon dioksida dengan reaksi kimia sebagai berikut.

CaCO3→ CaO + CO2

Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor, dan jika ber-hubungan dengan air akan menjadi kalsium hidroksida serta panas. Reaksi kimianya adalah:

Ca0+H20→Ca(OH)2 + panas

Proses ini dinamakan proses mematikan kapur (slaking) dan hasilnya, yaitu kalsium hidroksida, sering disebut sebagai kapur mati. Kecepatan berlangsungnya reaksi terutama bergantung pada kemurnian kapur, makin tinggi kemurnian kapur yang bersangkutan


(15)

makin besar daya reaksinya terhadap air. Kapur mati dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1). dapat dimatikan dengan cepat

2). dapat dimatikan dengan agak lambat, dan 3). dapat dimatikan dengan lambat.

Kapur mati didapatkan dengan menambahkan air secukupnya (sekitar sepertiga dari berat kapur tohor). Dempul kapur diperoleh dengan menambahkan air yang berlebihan pada kapur tohor. Pengikatan kapur terjadi akibat kehilangan air akibat penyerapan oleh bata atau akibat penguapan. Proses pengerasan berlangsung akibat reaksi karbondioksida dari udara dengan kapur mati. Reaksinya adalah sebagai berikut.

Ca(OH)2 + CO2→ CaCO3 + H20

Dari reaksi kimia diatas terlihat bahwa akar, terbentuk kembali Kristal-kristal kalsium karbonat, yang mengikat massa heterogen itu menjadi massa padat. Proses pengerasan ini berjalan lambat dan dapat berlangsung bertahun-tahun sebelum mencapai kekuatan yang penuh. Agar dapat berlangsung, diperlukan aliran udara bebas untuk persediaan karbondioksida yang dapat menembus bagian terdalam dari adukan sehingga proses pengerasan dapat berlangsung menyeluruh.

Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan plesteran langit -langit, untuk mengapur kamar-kamar yang tidak penting dan garasi, atau untuk membasmi kutu-kutu dalam kandang. Jika digunakan sebagai bahan tambah campuran beton, kapur putih akan menambah kekenyalan dan memperbaiki sifat pengerjaan beton. Dengan menggunakan


(16)

campuran 1:3, kapur putih dapat memperbaiki permukaan beton yang tidak mengandung pori-pori. Kapur putih merupakan komponen utama dari bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Kekuatan kapur sebagai bahan pengikat hanya dapat mencapai sepertiga kekuatan semen portland.

2.3.3 Semen Hidrolik

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozollan, semen terak, semen alam, semen portland, semen portland-pozollan, semen portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif. Contoh lainnya adalah semen portland putih, semen warna, dan semen-semen untuk keperluan khusus.

2.3.3.1 Semen Pozollan

Pozollan adalah sejenis bahan yang mengandung silisium atau alumunium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa-senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen.

Semen pozollan adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf, yang apabila dicampur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras. Bahan yang mengandung pozollan adalah teras, semen merah, abu terbang, dan bubukan terak tanur tinggi (SK.SNI T-15- 1990-03:2).


(17)

Teras alam dapat dibagi menjadi :

1) Batu apung, obsidian, scoria, tuff, santorin, dan teras yang dihasilkan dari batuan vulkanik.

2) Teras yang mengandung silika amorf halus yang tersebar dalam jumlah banyak dan dapat bereaksi dengan kapur jika dibubuhi air serta membentuk silikat yang mempunyai sifat.

3) Teras buatan, meliputi abu batu, abu terbang (fly-ash) dari hasil residu PLTU dan hasil tambahan dari pengolahan bijih bauksit. Teras buatan ini dibuat dengan pembakaran batuan vulkanik dan kemudian menggilingnya. Semen teras meliputi semua bahan semen yang dibuat dengan menggunakan teras dan kapur tohor, yang tidak membutuhkan pembakaran. Teras buatan ini digunakan sebagai bahan tambah dan digunakan pada bangunan yang tidak memerlukan persyaratan konstruksi yang khusus, tetapi menggunakan banyak bahan semen.

2.3.3.2 Semen Terak

Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor. Sekitar 60% beratnya berasal terak tanur tinggi. Campuran ini biasanya tidak dibakar. Jenis semen terak ada dua, yaitu :

1. Bahan yang dapat digunakan sebagai kombinasi portland semen dalam pembuatan beton dan sebagai kombinasi kapur dalam pembuatan adukan tembok.


(18)

2. Bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang digunakan seperti halnya jenis pertama.

Terak tanur tinggi adalah suatu bahan non-metalik, yang sebagian besar terdiri dari silikat, alumina silikat, kalsium dan senyawa basa lainnya, yang terbentuk dalam keadaan cair bersama-sama dengan besi di dalam tanur tinggi.

Semen terak dibuat melalui proses tertentu yakni penggilingan, yang menyebabkan terak itu bersifat hidrolik, sekaligus berkurang jumlah sulfatnya yang dapat merusak. Terak tersebut kemudian dikeringkan dan ditambahi kapur tohor dengan perbandingan tertentu. Seluruh bahan kemudian dicampur dan dihaluskan kembali menjadi butiran yang halus.

Semen terak tidak begitu penting dalam struktur beton, tetapi cukup menguntungkan jika digunakan untuk pekerjaan yang besar yang tidak begitu mementingkan aspek kekuatan. Karena kadar alkali yang rendah semen terak tidak memperlihatkan noda-noda oleh kadar alkali sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan yang khusus.

2.3.3.3 Semen Alam

Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang mengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan. Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika, alumina dan oksida besi pada serbuk cukup


(19)

untuk membuatnya bergabung dengan kalsium oksida sehingga membentuk senyawa kalsium silikat dan aluminat yang dapat dianggap mempunyai sifat hidrolik.

Semen alam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1). Semen alam yang digunakan bersama-sama dengan portland cement dalam suatu konstruksi, dan

2). Semen alam yang telah dibubuhi bahan pembantu, yaitu udara, yang fungsinya sama dengan jenis pertama.

2.3.3.4 Semen Portland

Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak akan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.

Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB.1989:3.2-8).

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah


(20)

agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).

Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan. Pemilihan tipe semen ini kelihatannya mudah dilakukan karena semen dapat langsung diambil dari sumbernya (pabrik). Hal itu hanya benar jika standar deviasi yang ditemui kecil, sehingga semen yang berasal beberapa sumber langsung dapat digunakan. Akan tetapi, jika standar deviasi hasil uji kekuatan semen besar, hal tersebut akan menjadi masalah. Saat ini banyak tipe semen yang ada di pasaran sehingga kemungkinan variasi kekuatan semennya pun besar (ACI 318-89:2-1).

Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.

2.3.4 Cara Penyimpanan Semen

Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama, cara penyimpanan semen perlu diperhatikan PB,1989:13). Semen harus terbebas dari bahan kotoran dari luar. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang tertutup, terhindar dari basah dan


(21)

lembab, dan tidak tercampur dengan bahan lain. Semen dari jenis yang berbeda harus dikelompokan sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen yang satu dengan yang lainnya. Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen yang lebih dahulu masuk gudang terpakai lebih dahulu. Semen curah harus disimpan di dalam silo yang terbuat dari baja atau beton dan harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya. Apabila semen telah disimpan terlalu lama, perlu dibuktikan dulu bahwa semen tersebut memenuhi syarat sebelum dipakai. Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum timbunan zak semen adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas antara bidang dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas antara lantai dan semen sekitar 30 cm.

2.3.5 Proses Pembuatan Semen Portland

Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat. Penambahan air pada mineral ini menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu. Berat jenis yang dihasilkan berkisar antara 3.12 dan 3.16 dan berat volume sekitar 1500 kg/cm3 (Nawy,1985:9). Bahan utama pembentuk semen portland adalah kapur (CaO), silika (SiO3), alumina (Al203), sedikit magnesia (MgO), dan


(22)

ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum (CaSO4.2H20) ditambahkan

untuk mengatur waktu ikat semen.

Klinker dibuat dari batu kapur (CaCO3), tanah liat dan bahan dasar

berkadar besi. Bahan kapur di Indonesia tersedia melimpah. Kebanyakan pabrik semen dibangun di dekat gunung kapur.

Pembuatan semen portland dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: (1) Penambangan di quarry

(2) Pemecahan di crushing plant

(3) Penggilingan (blending) (4) Pencampuran bahan-bahan (5) Pembakaran (ciln)

(6) Penggilingan kembali hasil pembakaran, (7) Penambahan bahan tambah (gipsum) (8) Pengikatan (packing plant)

Proses pembuatan semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses basah dan proses kering.

2.3.5.1 Proses Basah

Pada proses basah, sebelum dibakar bahan dicampur dengan air (slurry) dan digiling hingga berupa bubur halus. Proses basah umumnya dilakukan jika yang diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur dan lempung.

Bubur halus yang dihasilkan selanjutnya dimasukan dalam sebuah pengering (oven) berbentuk silinder yang dipasang miring (ciln).


(23)

Suhu ciln ini sedikit demi sedikit dinaikkan dan diputar dengan kecepatan tertentu. Bahan akan mengalami perubahan sedikit demi sedikit akibat naiknya suhu dan akibat terjadinya sliding di dalam

ciln. Pada suhu 100°C air mulai menguap; pada suhu 850°C karbondioksida dilepaskan. Pada suhu sekitar 1400°C, berlangsung permulaan perpaduan di daerah pembakaran, dimana akan terbentuk klinker yang terdiri dari senyawa kalsium silikat dan kalsium aluminat. Klinker tersebut selanjutnya didinginkan, kemudian dihaluskan menjadi butir halus dan ditambah dengan bahan gipsum sekitar 1%-5%.

2.3.5.2 Proses Kering

Proses kering biasanya digunakan untuk jenis batuan yang lebih keras misalnya untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur dan digiling dalam keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut dimasukkan ke dalam ciln dan proses selanjutnya sama dengan proses basah. Lihat Gambar 2.1. (Gideon,1994:146).


(24)

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Seman

Dalam pabrikasi akhir, semen portland digiling dalam kilang peluru (kogelmoles/ciln) hingga halus dan ditambahi beberapa bahan tambahan, termasuk gipsum. Jenis semen yang diproduksi pabrik disesuaikan dengan kebutuhan. Nama pabrik semen tersebut biasanya digunakan sebagai merek dagang. Bagan alir dari proses pabrikasi semen portland di pabrik dapat dilihat pada Gambar 2.2. Secara ringkas, proses pembuatan semen portland dapat dijelaskan sebagai berikut (Nawy, 1985:9).

(1) Bahan baku yang berasal dari tambang (quarry) berupa campuran CaO, Si02, dan Al203 digiling (blended)

bersama-sama beberapa bahan tambah lainnya, baik dalam proses basah maupun dalam proses kering.

(2) Hasil campuran tersebut dituangkan ke ujung atas ciln yang diletakan agak miring.


(25)

(3) Selama ciln berputar dan dipanaskan, bahan tersebut mengalir dengan lambat dari ujung atas ke ujung bawah. (4) Temperatur dalam ciln dinaikkan secara perlahan hingga

mencapai temperature klinker (clincer temperature) dimana difusi awal terjadi. Temperatur ini dipertahankan sampai campuran membentuk butiran semen portland pada suhu 1400°C (2700°F). Butiran yang dihasilkan disebut sebagai klinker (clincer) dan memiliki diameter antara 1.5 –50 mm. (5) Klinker tersebut kemudian didinginkan dalam clinker

storage dan selanjutnya dihancurkan menjadi butiran-butiran yang halus.

(6) Bahan tambah, yakni sedikit gipsum (sekitar 1%-5%) ditambahkan untuk mengontrol waktu ikat semen, yakni waktu pengerasan semen di lapangan.

(7) Hasil yang diperoleh kemudian di simpan pada sebuah

cement silo untuk penggunaan yang kecil, yakni kebutuhan masyarakat. Pengolahan selanjutnya adalah pengepakan dalam packing plant. Untuk kebutuhan pekerjaan besar, pc Adistribusian semen dapat dilakukan menggunakan capsule truck.


(26)

Gambar 2.2 Bagan Alir Proses Pabrikasi seman

2.4 Agregat

Kandungan agregat dalam beton biasanya sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman, komposisinya yang cukup besar, agregat inipun menjadi penting. Karena itu perlu dipelajari karakteristik agregat yang akan menentukan sifat mortal atau beton yang akan dihasilkan.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton bisa berupa agregat alam atau buatan. Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat kasar dan halus berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dan kasar yaitu 4.80 mm (Britis Standard) atau 4,75 mm (Standard ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (4.75mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 (4.75 mm). agregat yang ukuran lebih besar 4.80


(27)

mm dibagi menjadi dua yang berdiameter antara 4,80 - 40 mm disebut kerikil beton dan yang lebih dari 40 disebut kerikil kasar.

2.4.1 Pasir

Pada umumnya dalam pengerjaan suatu pekerjaan ada juga jenis pasir yang digunakan yaitu pasir pasang dan pasir beton. Pasir pasang berwarna agak kecoklat-coklatan dipergunakan untuk membuat adukan yang berfungsi sebagai bahan perekat, misalnya untuk spesi, pasangan bata merah, plesteran tembok dan memasang lantai keramik. Sedangkan pasir beton warnanya agak keabu-abuan dicampur dengan batu kali, kerikil dan semen untuk membuat campuran beton sebagai pengisi beton kolom, balok, plat lantai dan pondasi.

Adapun beberapa yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pasir adalah sebagai berikut :

Terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% ( ditentukan terhadap berat kering ). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.


(28)

2.4.2 Jenis-jenis pasir

(http://sanggapramana.wordpress.com/2010/09/10/pasir/) 2.4.2.1 Pasir Beton

Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara 0,075 – 5 mm, jika terdapat butiran berukuran lebih kecil dari 0,063 mm tidak lebih dari 5% berat. Pasir beton sering digunakan untuk pekerjaan cor-coran struktur seperti kolom, balok dan pelat lantai.

Untuk mendapatkan kekuatan beton yang optimal maka pasir harus dapat memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Pasir beton harus bersih, bila diuji dengan larutan pencuci khusus, tinggi endapan pasir yang kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak kurang dari 70%.

b) Kadar butiran yang lewat ayakan 0,063 mm (kadar lumpur) tidak boleh lebih dari 5% berat.

c) Angka kehalusan butir (FM) terletak antara 2,2 – 3,2 bila diuji dengan rangkaian ayakan 0,16 ; 0,315; 0,63; 1,25; 2,50; 0,5 dan 10 mm, fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm minimal 15% berat.

d) Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu beton. Untuk memeriksanya pasir direndam pada cairan 3% NaOH, cairan di atas endapan tidak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding.


(29)

e) Kekekalan terhadap larutan Na4SO4; fraksi yang hancur

tidak boleh lebih dari 12% berat. Kekekalan terhadap larutan MgSO4; fraksi yang hancur tidak boleh lebih

dari 10% berat.

f) Untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, reaksi pasir terhadap alkali harus negatif.

2.4.2.2 Pasir Pasang

Berdasarkan tempat penambangan, maka pasir pasang di bedakan dalam 2 jenis sebagai berikut :

- Pasir Gunung, adalah pasir yang diperoleh dari hasil galian, butirannya kasar dan tidak terlalu keras. Biasanya pasir jenis ini mengandung pozolan (jika dicampur dengan kapur padam dan air setelah beberapa waktu dapat mengeras sehingga membentuk suatu massa padat dan sukar dalam air).

- Pasir Sungai, adalah pasir yang diperoleh dari sungai yang merupakan hasil gigisan batu-batuan yang keras dan tajam, pasir jenis ini butirannya cukup baik (antara 0,063 mm – 5 mm) sehingga merupakan adukan yang baik untuk pekerjaan pasangan.


(30)

2.4.3 Kerikil

Kerikil digunakan sebagai agregat kasar dalam campuran beton Kerikil ini harus memenuhi syarat-syarat berikut ini:

1. Terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Kerikil yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampui 20% dari berat kerikil seluruhnya. Butir-butir kerikil harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% ( ditentukan terhadap berat kering ). Apabila kadar lumpur lebih dari 1% maka kerikil harus dicuci dulu.

3. Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.

2.5 PENGERTIAN BETON

Beton adalah bahan komposit yang terdiri dari bahan berbutir (agregat, bahan pengisi atau filler) yang tertahan di dalam suatu bahan keras (pasta semen, bahan pengikat atau binder) yang mengisi ruang-ruang di antara butiran agregat dan meletakan butiran agregat menjadi satu kesatuan.


(31)

Kekuatan Keawetan Ekonomis

Ketiga hal diatas dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut,

Gambar 2.3 Sistematis Perencanan Beton

Perencanaan beton mutu tinggi dapat dibuat untuk kontruksi tertentu dengan keawetan dan faktor ekonomis yang optimum. Perencanaan harus memperhatikan pemilihan bahan dasar dan cara pelaksanaannya. Untuk mencapai hal tersebut, maka dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Pengontrolan mutu bahan Proporsi campuran Pengankutan Pengecoran Pemeliharaan

Untuk mengetahui / mendalami hal yang berkaitan dengan beton, kita perlu mempelajari sifat-sifat beton terutama dalam proses pembuatannya.

Keawetan

Beton Mutu tinggi


(32)

2.6 SIFAT-SIFAT BETON

Ada beberapa sifat beton yang perlu di ketahui antara lain : kemudahan pengerjaan (workability) pada beton segar, homogenitas, kekuatan beton, dan stabilititas bentuk beton.

2.6.1 Kemudahan Pengerjaan Atau Workability

Kekentalan adukan beton berpengaruh pada proses pengangkutan, dikerjakan tanpa mengalami pemisahan antara butiran dan pasta semen. Sifat kemudahan ini tergantung pada kondisi peralatan untuk membuat beton, juga ukuran dan bentuk benda yang akan dibuat dari beton tersebut, artiya untuk beton yang kental (slump 30-60 mm) baik untuk pembuatan kondisi yang masif seperti pada pondasi sumuran, tetapi tidak untuk yang sempit dan banyak tulangannya seperti dinding dan kolom.

Faktor yang mempengaruhi kemudahan pengerjaan beton adalah : Plastisitas pasta

Plastisitas pasta semen adukan relative tergantung atas jumlah semen dan jumlah air, apabila jumlah air banyak sedangkan semen sedikit, maka pasta kurus dan berair, sehingga sulit terjadinya ikatan dengan agregatnya yang akan menyebabkan terjadinya pemisahan (segregasi). Perbandingan jumlah pasta dengan agregat

Jumlah pasta yang sedikit akan mengakibatkan pasta semen yang tersedia tidak cukup untuk mengisi tempat kosong di antara butiran agregat sehingga akan mengakibatkan beton yang terbentuk menjadi kasar dan sulit dikerjakan.


(33)

Gradasi agregat

Gradasi agregat yang dipilih akan berpengaruh terhadap jumlah pasta semen pengisi rongga antara butiran agregatnya. Gradasi adalah distribusi ukuran agregat yang dapat dinyatakan dengan kurva gradasi, dimana gradasi menetukan kadar semen dan water/cement ratio, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemudahan pengerjaan beton. Penentuan gradasi biasanya juga mentukan jumlah semen yang dipakai untuk membuat beton sehingga mempengaruhi faktor ekonomis (harga) dan keawetan beton yang di rencanakan. Agregat yang bergradasi baik memiliki volume minimal di antara butiran, sehingga dibutuhkan pasta semen yang minimal untuk mengisinya. Jika agregat kurang bervariasi / baik akan menghambat gerakan dari pasta untuk mengisi rongga sehingga sulit untuk dikerjakan.

Bentuk dan tekstur agregat

Bentuk agregat yang membulat dan bertekstur halus akan mempermudah gerak agregat, karena pasta semen harus cukup untuk meliputi seluruh permukaan agregat dan supaya dapat berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antara butiran selama pengadukan campuran beton. Kebanyakan pasir dan kerikil alami (tidak dipecah) bentuk butirannya membulat mendekati ideal dengan tekstur permukaan yang lebih halus dibanding dengan agregat yang dipecah akan bersudut kasar dan bertekstur kasar. Biasanya agregat alami membutuhkan lebih sedikit pasta semen dibanding dengan agregat yang dipecah (tidak alami). Bentuk butiran yang memanjang


(34)

harus dibatasi jumlahnya karena membutuhkan banyak pasta semen, lebih sulit didapatkan dan selama pengerjaan adukan, akan mudah terjadi segregasi.

Kemudahan pengerjaan akan dapat di ukur dari kekentalannya dengan menggunakan kerucut abrams (slump cone) yang berfungsi untuk mengukur slump. Pengukuran di lakukan setelah 15 detik selesai pengadukan (untuk di laboratorium). Adukan makin keras dan kaku sesuai dengan bertambahnya waktu karena semen mulai mengeras dan air pencampur akan terabsorsi oleh agregat yang sebagian lagi akan menguap terutama pengerjaan dilakukan dibawah sinar matahari. Tingkat kemudahan pengerjaan beton berhubungan dengan kebutuhan air dan agar butiran agregat maksimum yang akan digunakan untuk membuat adukan beton.

slump

waktu


(35)

2.6.2 Homogenitas

Apabila butiran kasar terpisah dari beton segar selama pengangkutan, pengecoran, pemadatan yang disetai keluarnya air pada permukaan beton maka akan menghasilkan beton yang kurang baik mutunya. Peristiwa ini disebut segregasi dan bleeding. Terjadinya kantong-kantong batu yang mengeras Karena adukan yang tidak homogenya menyebabkan beton menjadi lemah, permeable dan tidak awet. homogenitas adukan beton penting, karena bila tidak memenuhi syarat akan menyebabkan terjadinya peristiwa yang telah disebutkan diatas yaitu segregasi dan bleeding.

2.6.2.1 Segregasi

Segregasi terjadi pada kondisi-kondisi sebagai berikut, 1. Campuran beton kurang semen (kurus)

2. Campuran beton terlalu banyak air (basah) 3. Campuran beton kurang pasir (undersanded)

4. Ada agregat yang terlalu besar melebihi agregat maksimum dalam jumlah yang tidak proposional

5. Bentuk agregat tidak bulat tetapi banyak yang pipih dan memanjang

6. Agregat yang dibutuhkan terlalu ringan dan berat 7. Gradasi agregat yang kurang baik

8. Pengangkutan dan pengecoran campuran beton yang tidak memadai (kurang baik)


(36)

9. Apabila bentuk dan ukuran tempat pencetakan beton terlalu banyak detail dan sudut tajam serta jumlah tulangan terlalu banyak.

2.6.2.2 Bleeding

Beeding adalah segala yang ditimbulkan akibat pemisahan air dari campuran beton yang disebabkan oleh timbulnya air adukan kepermukaan beton akibat kurangnya ikatan antara bahan adukan pada waktu pengecoran. Bleeding

menyebabkan adukan bagian atas akan lebih basah dan dibagian bawah menjadi porous, lemah dan menyebabkan beton tidak awet. Pada beton padat (sudah mengeras) akan ditandai dengan retak-retak pada permukaan beton serta banyak debu pada permukaan beton karena disertai keluarnya air dan butiran halus dari semen.

2.6.3 Kuat Tekan Beton

Kuat tekan menetukan mutu beton yang akan dihasilkan dari campuran. Faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah sebagai berikut :

1. Water / cement ratio (perbandingan air/semen)

2. Gradasi, permukaan, bentuk, kekerasan dan kekuatan agregat 3. Perbandingan semen dan campuran

4. Perbandingan semen dan agregat 5. Ukuran besar agregat


(37)

Kadar total dalam campuran beton adalah jumlah air yang diserap oleh agregat sampai keadaan SSD ditambah dengan air bebas diluar pori-pori agregat. Apabila jumlah air yang di perlukan tidak cukup, maka akan menyebakan kekuatan beton berkurang. Untuk agregat kering perlu dilakukan koreksi untuk absorspsi agregat dan jumlah air bebas sehingga penambahan air tidak akan mempengaruhi perbandingan air / semen pada campuran.

2.6.3.1 Pengaruh Umur Beton

Campuran beton dengan perbandingan air / semen yang rendah akan membutuhkan waktu pengerasan yang lebih cepat dibandingkan dengan mengunakan perbandingan campuran air / semen yang tinggi. Sebagai patokan umumnya dipakai kekuatan tekan beton pada umur 28 hari.

2.6.3.2 Perawatan (curring)

Perawatan beton adalah suatu usaha untuk mencegah kehilangan air pada beton segar dan. Membuat kondisi suhu di dalam beton berada pada suhu tertentu sehingga proses hidrasi berjalan dengan baik. Tujuan perawatan beton adalah untuk : 1. Menjamin proses pengerasan agar berjalan dengan baik untuk

mencapai kuat tekan yang ditentukan. Teknik perawatan yang tepat akan menghasilkan beton yang optimum.


(38)

2. Menghindari kerusakan beton pada umur yang relatif muda akibat perbedaan suhu. Perbedaan suhu yang cukup besar antara bagian dalam dan bagian selimut (permukaan beton) yang cukup besar akan mengakibatkan pemuaian dan penyusutan, sehingga menimbulkan keretakan.

3. Menghindari kerusakan beton pada umur yang relatif muda akibat penguapan air. Pada saat semen bereaksi dengan air terjadi proses hidrasi, proses hidrasi didalam campuran beton menghasilkan energi berupa panas, sehingga akan menaikan suhu beton yang disebut reaksi eksotermis. Suhu beton yang tinggi dapat memperbesar penguapan air, dimana kehilangan air yang terlalu banyak dapat menghambat proses pengikatan semen dengan agregat.

4. Mencegah pembekuan air, terutama untuk daerah dingin. Perawatan beton dilakukan dengan meberikan panas, caranya dengan memberikan oli panas, tulangannya dipanaskan.

Karena itu perawatan beton sangat penting untuk mendapatkan mutu beton yang diharapkan dapat tercapai.

2.6.4 Keawetan Beton

Keawetan beton adalah waktu yang dibutuhkan oleh material untuk melanjutkan pemakaiannya seperti yang telah direncanakan, walaupun terjadi serangan-serangan dari luar baik fisik, mekanis, maupun kimiawi. Keawetan beton akan berkurang apabila terjadi krosi pada tulangan, terjadi


(39)

pengerutan, serangan kimiawi, pukulan / benturan pada beton serta tidak stabilnya agregat sehingga menimbulkan retakan pada beton.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keawetan beton dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Faktor lingkungan meliputi : Temperatur dan kelembaban

Gas-gas hasil buangan pabrik seperti, CO2,CO3

Kimiawi seperti, sulfat dalam air tanah, air laut, air asam, alkali Biologi seperti bakteri

Tekanan, vibrasi dan gesekan mekanis

Kondisi tempat beton tersebut akan ditempatkan 2. Faktor komposisi dari bahan pembentuknya

Tipe semen dan jenis agregat yang digunakan Interaksi antara agregat

Perbandingan air / semen Homogenitas campuran beton Tebal selimut beton

2.6.5 Stabilitas Bentuk Beton

Stabilitas bentuk beton sangat tergantung dari kemampuan beton untuk berdeformasi akibat beban maupun akibat perubahan volume yang disebabkan oleh kontraksi panas maupun oleh pengerutan akibat perubahan kandungan air dalam beton.


(40)

Perubahan bentuk beton dapat dibedakan manjadi perubahan bentuk akibat pembebanan atau bukan akibat pembebanan. Yang khas dari beton adalah perubahan karena pembebanan yang disebut dengan creep. Creep adalah perubahan beton akibat tegangan yang timbul terhdap waktu yang diakibtkan oleh penggunan dan pembebanan yang terus menerus pada beton. Tetapi, semakin tinggi mutu beton semakin rendah kemungkinan terjadinya creep.

2.7 PERAWATAN BETON

Perawatan beton / curing adalah di maksudkan memelihara kelembaban dan suhu beton selama masa tertentu segera setelah beton dicor sehingga sifat-sifat beton yang diinginkan dapat berkembang dengan baik. Perawatan beton sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton keras seperti keawetan, kekuatan, sifat rapat air, ketahan abrasi, stabilitas volume dan ketahanan terhadap pembekuan serta pencairan dan terhadap penggunaan garam-garam pencair es

(deicer salts).

Supanya perawatan berlangsung dengan baik, perlu diperhatikan dua hal berikut :

Mencegah kehilangan kelembaban (air) dalam adukan beton Memelihara temperatur untuk suatu jangka waktu tertentu

Dengan melaksanakan perawatan beton yang seharusnya, akan didapat beton yang lebih kuat, lebih padat, lebih awet dan lebih tahan abrasi dibandingkan beton yang dibuat dengan tanpa perawatan beton. Perawatan beton merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan beton yang akan dihasilkan selain


(41)

faktor-faktor yang telah disebutkan diatas. Perawatan beton tergantung dari kesediaan bahan, ukuran, bentuk beton, kondisi tempat benton yang dibuat dan biaya.

Beberapa metode perawatan beton akan dibahas disini adalah : 1. Perawatan basah (moist curing)

Metode ini menggunakan genangan air diatas permukaan beton / direndam untuk dilaboratorium, melapisi permukaan beton dengan plastik, karung basah, terpal, jerami atau serbuk gergaji dan kertas kedap air. Metode ini bertujuan untuk memberikan kelembaban pada beton selama proses hidrasi berlangsung. Umumnya jenis ini dilaksanakan di lapangan.

2. Perawatan kering

Perawatan ini bertujuan untuk memberikan selaput tipis pada permukaan beton sehingga mencegah hilangnya air. Selaput yang terbentuk di peroleh dari bahan kimia. Perbedaan perawatan basah dan perawatan kering adalah perawatan kering tidak menggunakan air.

2.7.1 Perawatan Basah

Perawatan basah adalah suatu metode perawatan beton dengan menggunakan air. Dimana air diberikan pada seluruh permukaan beton. Metode ini sering dilakuakan di lapangan karena biaya murah dan mudah dalam pengerjaannya. Reaksi hidrasi akan berhenti apabila beton sudah mengering. Untuk menjamin agar proses hidarasi berlangsung penuh maka pada beton diusahakan agar pasta semen selalu jenuh air, sehingga penting


(42)

untuk melakukan perendaman beton selama mungkin. Tetapi, pada prakteknya sulit untuk di rendam beton dalam waktu yang lama.

PBI 71 pasal 6.6 ayat (1) mensyaratkan bahwa untuk mencegah pengeringan, pada bidang permukaan beton dilakukan pemberian air pertama setelah pengecoran, proses pengerasan tidak boleh diganggu karena gangguan akan menyebabkan kekuatan beton menurun.

Beberapa metode dengan perawatan basah :

Perendaman air

Cara ini adalah cara yang baik untuk mencegah hilangnya kelembaban beton dan sangat efektif untuk mempertahankan suhu di dalam beton agar tetap dan seragam. Perbedaan suhu dengan air tidak boleh lebih dari 20°F (11°C), untuk menghindari keretakan akibat perbedaan suhu. Motede ini sering dipakai di laboratorium sebagai metode standar untuk perawatan beton. Umumnya air yang digunakan bebas dari bahan yang dapat menimbulkan kerusakan pada beton dan tidak menyebabkan perubahan warna pada beton, terutama pada beton yang akan di ekspos.

Dengan lembaran plastik

Bahan plastik seperti polyethylene dapat digunakan untuk perawatan beton. Sifatnya yang ringan, kedap air dan sifatnya yang mudah di bentuk sesuai permukaan beton sangat menguntungkan, tetapi ada beberapa jenis plastik yang mengakibatkan perubahan warna pada beton. Disamping itu plastik mudah mengerut sehingga akan


(43)

menyebabkan tekstur permukaan yang tidak rata. Untuk pemakaian yang terkena langsung sinar matahari sebaikanya menggunakan plastik yang warna terang supaya dapat membantu memantulkan sinar matahari.

Karung basah atau terpal

Dipilih bahan ini karena dapat jenuh air sehingga dapat menyimpan air dalam jumlah yang cukup untuk waktu yang lama. Biasanya dipakai karung goni dan terpal yang tidak mudah busuk dan tahan api, tetapi karung goni yang dipakai tidak mudah luntur sehingga tidak menyebabkan perubahan warna pada beton.

Serbuk gergaji

Bahan ini juga sering dipakai untuk penutup beton, tetapi bahannya harus dipilih agar tidak menyebabkan perubahan warna pada beton. Biasanya untuk menjaga kelembaban, lapisan serbuk harus disebar secara merata dan diusahakan selalu basah pada selama perawatan, dengan tebal minimum 5 cm.

Rumput kering atau jerami juga bisa dipakai asal dibasahi dengan cukup baik. Dan disebarkan merata tebal minimum 15 cm biasanya harus diberi beban agar tidak tertiup angin.

Kertas kedap air

Kertas kedap air dipakai pada permukaan yang datar dan horizontal dan dapat dipakai berulang-ulang tanpa harus menambahkan air pada kertas tersebut. Tetapi, kertas kedap air ini hanya dapat dipakai untuk permukaan beton yang tidak terlalau luas dan permukaan beton


(44)

dengan kertas harus benar-benar menempel dengan baik agar didapat hasil yang maksimal.

Air kapur jenuh

Air kapur jenuh adalah air kapur dimana indikasi jenuh ditandai dengan tidak terlarutnya lagi kapur bila dimasukan kedalam air dan diaduk. Perawatan dilakukan selama 14 hari, diharapkan akan ada peningkatan kekuatan awal pada benda uji dibandingkan dengan yang dirandam air biasa dan didinginkan.

2.7.2 Perawatan Kering

Perawatan ini dilaksanakan dengan memberikan selaput tipis yang dibentuk dari bahan kimia yang biasa disebut dengan membran curing.

Membran curing adalah selaput penghalang yang terbetuk dari cairan kimai yang berguna untuk menahan penguapan air dari beton.

Bahan kima yang dipakai harus sudah mengering dalam waktu 4 jam setelah disemprotkan sehingga permukaan beton akan rata dan tidak terkerut dan tidak meninggalkan warna pada beton. Metode ini sering digunakan pada perkerasan jalan serta daerah yang sulit mendapatkan air serta untuk mempermudah pelaksanaan terutama untuk posisi yang vertical dan memiliki lokasi yang sempit sehingga tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Biasanya bahan kimia diberikan setelah satu jam setelah proses setting beton dan permukaan harus kering sebelum disemprotkan.


(45)

2.8 KARAKTERISTIK PENGERASAN BETON

Untuk dapat lebih memahami perawatan dan perencanaan beton pengerasan beton perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut,

1. Kecepatan pengerasan beton sangat dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu didalam beton akan meningkatkan kecepatan pengerasan beton dan sebaliknya. Kecepatan pengerasan beton akan berkurang apabila suhu turun, pada suhu 35°C, kecepatan pengerasan kira-kira dua kali lebih cepat dibanding pada suhu 20°C.

2. Selama pengerasan berlangsung dihasilkan panas. Proses hidrasi 1 kg Portland semen yang berlangsung sempurna akan menghasilkan panas ± 400 – 500 kJ. Pada kondisi ini, suhu didalam beton akan berkisar 60 – 80°C, jika diasumsikan tidak ada panas yang hilang.

3. Suhu dipengaruhi oleh keseimbangan antara panas yang dihasilkan dan pertukaran panas ke udara luar. Suhu beton dengan masa besar atau terisolasi rapat akan tinggi, karena keseimbangan panas dengan udara luar sangat sulit tercapai. Untuk beton yang tipis / tanpa isolasi, panas yang dihasilkan mudah mencapai keseimbangan dengan udara luar sehingga peningkatan suhu akan rendah.

4. Pada kondisi normal perkembangan kekuatan beton berlangsung cepat. Pada umur 7 – 14 hari kuat tekan beton mencapai 60 – 70% kuat tekan umur 28 hari. Setelah itu kecepatan kuat tekan beton akan menurun. Pada suhu 0°C, pengerasan beton akan praktis berhenti. Jika suhu dinaikan lagi sampai keadaan normal dan kelembaban udara yang cukup, maka pengerasan akan mulai lagi.


(46)

5. Beton yang dibairkan di udara akan mengalami penyusutan, penyusutan bagian luar akan lebih besar dari pada bagian dalam beton. Karena perbedaan panas tersebut, maka timbul retak pada beton dan menurunkan kualitas beton.

2.9 WAKTU DAN SUHU CURING

Waktu yang diperlukan untuk perawatan beton tergantung kepada tipe semen, proporsi campuran, teknik perawatan, dan kaut tekan rencana. Untuk beton di lapangan juga tergantung pada cuaca, bentuk dan ukuran elemen beton. Agar kualitas dan biaya yang dikeluarkan ekonomis, perawatan basah beton normal biasanya minimum 7 hari pada suhu 20 - 30°C. waktu ini dapat dikurang sampai 3 hari untuk jenis pemakaian semen yang menghasilkan kuat tekan awal yang tinggi. Waktu curing bisa

sampai 3 minggu terutama untuk beton dengan semen yang sedikit (lean concrete)

yang digunakan pada struktur masif seperti bendungan. Sebaliknya curing dapat dilakukan beberapa hari saja untuk beton dengan semen yang banyak dan semen tipe III. Apabila apalikasi metode steamcuring maka dapat dipersingkat samapai 24 jam (biasanya bervariasi antara 3 jam sampai dengan 3 hari).

Suhu curing yang tinggi pada awal umur beton akan meningkatkan kuat tekan beton. Pada umur 28 hari, peningkatan suhu curing akan menurunkan kuat tekan beton.


(47)

Grafik 2.2 hubungan antara kuat tekan dan suhu beton

Tingkat hidrasi dipengaruhi oleh komposisi dan kehasulan butir semen. Waktu curig harus diperpanjang jika pengerasan lambat, terutama untuk beton yang mengndung pozzolan yang terkandung dalam semen berguna untuk mengurangi

panas hidrasi sehingga suhu puncak beton menurun, mengurangi permeabilitas (beton menjadi kedap air), meningkatkan kemudahan pengerjaan dan meningkatkan daya tahan terhadap serangan sulfat.

2.10 KAPUR DAN PROSES HIDRASI

Kapur tidak termasuk hidrolis, karena proses pengerasannya tidak terjadi akibat bereaksi dengan air, melaikan akibat bereaksi dengan CO2 dari udara dan

penguapan air pencampurannya. Proses ini disebut karbonasi yang menyebabkan lapisan kapur dipermukaan menjadi keras dibanding dengan lapisan kapur disebelah bawahnya. Sifat kapur dengan perbandingan yang tepat akan dapat mencapai kekutan dan keawetan yang sangat tinggi. Bahan mentah kapur (CaO) diperoaleh dari batu gamping (limestone, CaC

o

3)


(48)

3 - 1

3.1 Penjelasan Metodelogi Penelitian

Dalam proses pengerjaan pembuatan campuran beton ada beberapa tahap yang perlu di perhatikan adalah :

1. Tahap persiapan

Sebelum melakukan penuangan atau pembuatan beton dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus diperhatikan.

a. Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih. b. Untuk memudahkan pembukaan cetakan beton, cetakan dapat dilapisi dengan

bahan kusus, antara lain lapisan minyak atau oli. 2. Tahap pengujian agregat.

Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk memenuhi bahan-bahan campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang diharapkan.

3. Tahap pembuatan benda uji

Tahapan ini mulai membuat campuran beton yang di rencanakan yaitu membuat campuran beton dengan perbandingan 1: 3 : 5, dimana 1 semen, 3 pasir dan 5 kerikil. Dengan berat jenis masing-masing bahan di tentukan oleh volume ember. Dan jumlah rencana pembuatan benda uji ada dalam tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Perkiraan Jumlah Benda Uji

Curing Umur perhari Jumlah benda uji

3 7 14 21 28

Air basah 2 2 2 2 2 10 Air kapur 2 2 2 2 2 10 Karung basah 2 2 2 2 2 10


(49)

Tanpa curing 2 2 2 2 2 10 Total seluruh benda uji 40 4. Perawatan benda uji (Curing)

Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidarasi selanjutnya tidak mengalami ganguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kekurangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan selama 28 (dua puluh delapan) hari serta harus dipertahankan.

Perawatan ini tidak hanya di maksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tetapi juga di maksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, dan disini akan di lakukan beberapa jenis perawatan terhadap beton yaitu dengan cara :

a. Perawatan dengan air biasa b. Perawatan dengan air kapur c. Tanpa perawatan

d. Karung basah

Cara diatas bertujuan untuk mengetahui dan menentukan jenis perawatan yang baik untuk melakukan perwatan terhadap beton. Fungsi utama dari perawatan beton adalah untuk menghindari beton dari :

a. Kehilangan air semen yang sangat banyak pada saat-saat setting time concrete. b. kehilangan air karena penguapan pada hari-hari pertama.

c. Perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar.

Untuk menanggulangi kehilangan air dalam beton ini, dapat dilakuakan langkah-langkah perbaikan dengan perawatan seperti diatas.


(50)

Untuk mengetahui dari sempel yang ada, maka digunakan suatu alat ukur kuat tekan. Besarnya kuat tekan benda uji, dapat dilihat dari angka yang tercantum pada alat seperti tergambar pada gambar 3.1 dibawah ini. Pengujian beton dilakukan setelah masa perawatan dilakuakan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Beton yang akan di uji berbetuk kubus dengan ukuran 15x15 cm sebayak 40 (empat puluh) buah

Gambar 3.1 Mesin Uji Tekan

6. Data hasil

Tahap ini adalah mencatat hasil dari pengujian di lab 7. Pengolahan data

Dan tahap yang terakhir pengolahan data tahap ini mengolah dan menghitung hasil uji.

Persiapan

Pelaksanaan pengujian agregat


(51)

Gambar 3.2. Metodelogi Penelitian

3.2 KENDALA

Secara umum hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah spesifikasi teknis yang meliputi syarat-syarat pengerjaan beton dan komposisi yang diberikan pada pembuatan beton diantaranya adalah faktor-faktor berikut :

3.2.1 Proporsi Air

Pada pembuatan beton air diperlukan dalam proses pengadukan untuk melarutkan semen sehingga membentuk pasta (bereaksi dengan semen) yang kemudian mengikat semua agregat dari yang paling besar sampai paling halus dan menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dalam proses pengadukan, penuangan, maupun pemadatan. Pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara air dan semen maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut Faktor Air Semen (FAS). Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan

Perawatan benda uji

Dengan air biasa Dengan air kapur Tanpa perawatan Pembungkus basah

Uji tekan

Data hasil uji


(52)

menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi penguatan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu kekuatan beton pada umur 7 hari - 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika di bandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar / suling.

Karena air mempunyai peranan penting dalam pencampuran beton, maka air tidak dapat ditambahkan sembarangan dalam pengadukan mortal, jadi harus diingat faktor air semennya disesuaikan dengan kebutuhan dalam workability serta mutu beton yang diinginkan. Dan yang perlu dicatat bahwa jumlah air yang terlalu banyak dapat menyebabkan kekuatan beton menjadi rendah

3.2.2 Keseragaman Campuran

Seperti yang telah diketahui bahwa setiap tahap dalam pembuatan beton adalah penting dan berkaitan satu sama lain Dalam tahap ini menentukan metode komposisi beton menjadi penting karena setiap komposisi yang kita kurangi atau tambah akan mempengaruhi kekuatan beton yang kita buat. Seperti yang telah dikemukakan dalam tahap pertama, beton terdiri atas semen, agregat, air, bahan tambahan mineral dan kimia. Dalam membuat komposisi ada tata cara yang baik. Sama halnya dengan tahap-tahap yang lain. Setelah kita menyelesaikan tahap-tahap yang pertama. Muncul pertanyaan seberapa banyak komposisi atau keseragaman campuran bahan-bahan penyusun agar kuat dan murah. Bagaimana agar tidak mengalami susut. Dan bagaimana agar mudah diolah. Beberapa perbandingan yang digunakan biasanya adalah 1:2:3. Dimana 1 untuk semen, 2 untuk agregat halus dan 3 untuk agregat kasar. Namun dalam teorinya, beton memiliki batasan-batasan. Batasan-batasan itu antara lain :

1. Jumlah agregat biasanya mencapai 65%-75% untuk beton biasa. 40%-45% untuk agregat kasar dan 25%-30% untuk agregat halus.

2. Jumlah semen berkisar 11%-12% dari jumlah berat. 3. Sisanya berupa air dan bahan tambahan berkisar 9%-11%.

Di awal sudah dikemukakan pula, berbeda karakteristik beton maka berbeda pula cara memperlakukannya termasuk dalam tahap yang kedua ini. Sebagai contoh


(53)

beton yang dapat memadat sendiri (SCC). Komposisinya berbeda dengan yang lain karena membutuhkan nilai keenceran yang tinggi maka agregat kasar dibuat lebih sedikit dan agregat halus dibuat lebih banyak. Perbandingan antara agregat kasar dan agregat halus adalah 35% : 65% atau 40% : 60%. Juga diperlukan bahan tambahan seperti silika fume yang berbanding terbalik dengan jumlah semen. Diperlukan bahan tambahan aditif untuk memperdaya beton yang kita buat.

Intinya dalam pembuatan komposisi campuran beton adalah melanjutkan tahap pertama lalu sesuai dengan karakteristik bahan-bahan, membuat komposisi yang sesuai pula, yakni :

1. Jika nilai penyerapan agregat tinggi perlu diperhatikan nilai banyaknya air yang akan ditambahkan.

2. Jika diberikan bahan addmixture maka juga perlu diteliti bagaimana karakteristik bahan addmixture. Misal untuk superpalstisizer, tidak perlu membutuhkan banyak air karena karakteristik superpalstisizer dapat memperencer campuran beton saat pembuatan.

3. Nilai lumpur akan mempengaruhi kekuatan beton.

4. Semakin banyak komposisi agregat halus akan memperencer campuran beton. Sebaliknya semakin banyak agregat kasar akan semakin sukar diolah. Dan sebagainya.

Lalu apa yang akan dihasilkan pada tahap yang kedua ini akan menentukan apa yang akan dilakukan pada tahap yang ketiga. Sehingga perlu diteliti secara benar untuk komposisinya dan keseragaman campuran dari masing-masing bahan yang akan digunakan. Jangan ada yang salah. Dan diperiksa ulang beberapa kali. Karena tidak cukup satu kali dikoreksi. Ingat komposisi yang dibuat akan menghasilkan beton yang dipakai masyarakat. Sedikit kesalahan akan mempengaruhi kehidupan masyarakat tersebut.


(54)

3.2.3 Ketepatan Proporsi

Proporsi campuran ini telah di tetapkan melalui perancangan beton yaitu dengan perbandingan campuran 1 : 3 : 5 dimana 1 untuk semen, 3 untuk agregat halus (pasir) dan 5 untuk agregat kasar (kerikil), hal ini dimaksudkan agar proporsi dari campuran dapat memenuhi syarat kekuatan serta dapat memenuhi aspek ekonomis. Langkah ini sangat lah penting karena perbedaan karakteristik sifat bahan penyusun tersebut akan menyebabkan variasi dari produk beton yang dihasilkan, untuk menghasilkan beton dengan kekuatan yang maksimum dan bahan yang optimal kita perlu memperhatitan ketepatan proporsi campuran dalam pembuatan beton.

3.2.4 Slump test

Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik dengan tingkat keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah pengerjaannya. Unsur-unsur yang mempengaruhinya antara lain :

1. Jumlah air pencampur, semakin banyak air semakin mudah untuk dikerjakan

2. Kandungan semen, jika FAS tetap semakin banyak semen berarti semakin banyak kebutuhan air sehingga keplastisannyapun akan lebih tinggi

3. Gradasi campuran pasir - kerikil, jika memenuhi syarat dan standar akan lebih mudah dikerjakan

4. Bentuk butiran agregat kasar, berbentuk bulat-bulat lebih mudah untuk dikerjakan

5. Butiran maksimum

6. Cara pemadatan dan alat pemadat

Percobaan slump dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan. Percobaan ini dilakukan dengan alat kerucut terpancung, yang diameter atasnya 10 cm dan diameter bawahnya 20 cm dan tinggi 30 cm, dilengkapi dengan kuping untuk


(55)

mengangkat beton segar dengan tongkat pemadat diameter 16 mm dan panjang 60 cm. selanjutnya dilakukan percobaan slump untuk meneliti hasil pengadukan.

3.3 PEKERJAAN PERAWATAN (CURING)

Tujuan perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi tertentu pasca pembukaan cetakan agar optimasi kekuatan beton dapat dicapai mendekati kekuatan yang telah direncanakan. Perawatan ini bertujuan untuk pencegahan atau mengurangi kehilangan / penguapan air dari dalam beton yang ternyata masih diperlukan untuk kelanjutan proses hidrasi. Bila terjadi kekurangan / kehilangan air maka proses hidrasi akan terganggu / terhenti dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan perkembangan kekuatan beton, terutama penurunan kuat tekan (Lubis, 1986; Mulyono, 2004; dan Amri, 2005).

3.3.1 Pengaruh Curing terhadap Kekuatan Beton

Dapat dinyatakan bahwa perkembangan yang baik dari kekuatan beton tidak hanya dipengaruhi keseluruhan semen terhidrasi, dan ini terbukti dalam praktek di lapangan. Kualitas beton juga tergantung kepada gel / space ratio dari pasta semen. Jika sekiranya ruang yang terisi air dalam beton segar lebih besar dari volume yang dapat diisi oleh produksi dari hidrasi, hidrasi yang lebih banyak akan menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dan permeabilitas yang lebih rendah (Neville, 1982). Oleh sebab itu kehilangan air dari beton harus diproteksi, dan selanjutnya kehilangan air secara internal oleh pengeringan sendiri harus digantikan mungkin, sehingga proses hidrasi yang terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton sangat terbantu oleh pengadaan airnya. Meskipun pada penuh selama pencampuran, perlu adanya jaminan bahwa masih ada air yang tertahan atau jenuh untuk memungkinkan kelanjutan proses hidrasi itu sendiri. Penguapan dapat menyebabkan suatu kehilangan air yang cukup berarti sehingga mengakibatkan terhentinya proses hidrasi, dengan konsekuensi


(56)

berkurangnya peningkatan kekuatan (Neville, 1982 dan Soroka, 1979). Dapat ditambahkan juga, bahwa penguapan dapat menyebabkan penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat, sehingga berakibat timbulnya tegangan . Oleh karena itu direncanakan suatu cara perawatan untuk mempertahankan beton supaya terus menerus berada dalam keadaan basah selama periode beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Hal ini termasuk pencegahan penguapan . Oleh sebab itu diperlukan perawatan dengan air sehingga untuk jangka panjang, kualitas beton, baik kekuatan maupun kekedapan airnya, dapat lebih baik. Perawatan dengan cara membasahi menghasilkan beton yang terbaik. Semakin erat pendekatan kondisi perawatan, semakin kuat beton yang dihasilkan.

3.3.2 Jenis-jenis Perawatan

Perawatan beton ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan biaya yang akan di keluarkan dan kondisi lapangan. Dalam penegrjaan skripsi ini saya akan mencoba perawatan beton dengan beberapa metode nyaitu :

3.3.2.1 Perawatan Dengan Rendaman Air Biasa

Cara ini adalah cara yang baik untuk mencegah hilangnya kelembaban beton dan sangat efektif untuk mempertahankan suhu di dalam beton agar tetap dan seragam. Perbedaan suhu dengan air, untuk menghindari keretakan akibat perbedaan suhu. Motede ini sering di pakai di laboratorium sebagai metode standar untuk perawatan beton. Umumnya air yang digunakan bebas dari bahan yang dapat menimbulkan kerusakan paada beton dan tidak menyebabakan perubahan warna pada beton terutama pada beton yang akan diekspos.


(57)

Gambar 3.3 perawatan beton dengan rendaman air 3.3.2.2 Perawatan Dengan Rendaman Air Kapur

Air kapur jenuh adalah air kapur dimana indikasi jenuh ditandai dengan tidak terlarutnya lagi kapur bila dimasukan kedalam air dan diaduk. Perawatan dilakukan diharapkan akan ada peningkatan kekuatan awal pada benda uji dibandingkan dengan yang dirandam air biasa dan didinginkan. Jenis kapur yang baik adalah kapur putih karena akan mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air dan akan menambah kekenyalan dan memperbaiki sifat pengerjaan beton dengan menggunakan kapur akan memperbaiki permukaan beton yang tidak mengandung pori-pori. Dan banyaknya kapur pada bak rendam dengan volume air 1800 m3 adalah 35 kg kapur.


(58)

3.3.2.3 Perawatan Menggunakan Karung Basah

Perwatan dengan pembungkus karung basah Dipilih karena bahan ini dapat jenuh air sehingga dapat menyimpan air dalam jumlah yang cukup untuk waktu yang lama. Biasanya dipakai karung goni yang tidak mudah busuk dan tahan api, tetapi karung goni yang dipakai ditak mudah luntur sehingga tidak menyebabakan perubahan warna pada beton. Kelebihannya yaitu tidak terjadi discoloration & tahan terhadap api. Kekurangannya yaitu memerlukan penambahan air secara periodik untuk mengurangi kebutuhan penambahan air.

Gambar 3.5 perawatan betong dengan pembungkus karung basah


(59)

Cara ini dilakuan dengan membiarkan beton yang sudah dicetak mengering dengan sendirinya dengan langsung terkena matahari dan udara dan untuk membanding hasil kuat tekan beton yang dihasilkan dengan cara perawatan seperti yang telah disebutkan diatas.


(60)

4 - 1

4.1 PEMERIKSAAN AGREGAT

Tujuan Percobaan Menentukan berat isi agregat sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya.

4.1.1 Analisis Agregat Halus Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0.1%. b. Oven.

c. Beberapa buah container.

4.1.2 Bahan-bahan

Agregat Halus (Pasir)

4.1.3 Prosedur Penelitian

a. Ambil sampel dalam keadaan aslinya kurang lebih 100 gram. b. Berat sampel ditimbang : A gram.

c. Sampel dikeringkan dalam oven dengan temperature 105° selama 24 jam.

d. Berat kering sampel ditimbang : B gram.


(61)

4.1.4 Analisis Saringan

Untuk menentukan susunan besar butir agregat halus serta

menghitung angka kehalusan. Percobaan ini dilakukan untuk butir-butir tanah dengan diameter butir lebih besar dan lebih kecil

4.1.4.1 Alat-alat yang digunakan

a. Satu set saringan dari yang terbesar saringan no. 8 sampai yang terkecil no. 200

b. Alat penggetar c. Timbangan d. Container e. Oven

f. Stopwatch / jam

4.1.4.2 Langkah-langkah Percobaan

1. Disediakan sampel dalam keadaan kering, lalu oven sebanyak 721 gram.

2. Sampel ditimbang : A gram.

3. Ambil satu set saringan beserta tutup alasnya, kemudian letakkan sampel pada saringan yang teratas / terbatas.

4. Susunan saringan tersebut digetarkan dengan alat penggetar selama 10 menit.


(62)

5. Saringan dibiarkan sebentar sampai debu-debunya turun, lalu berat sampel pada tiap saringan ditimbang. 6. Berat sampel pada tiap saringan dijumlahkan : W

gram.

7. Persentasi kehilangan berat dihitung dengan rumus : (A – W) / A x 100%

Bila persentase kehilangan < 1%, percobaan dapat diterima.

8. Persentase berat sampel yang tertahan pada setiap saringan dapat dihitung dengan rumus :

Wtertahan / Wtotal x 100%.

9. Jumlahkan presentase - presentase pada item 8 untuk memperoleh persentase kumulatif sampel yang tertahan. (Persentase kumulatif tertahan dari suatu

saringan : “Jumlah persentase yang tertahan pada

saringan-saringan yang lebih besar di atas saringan tersebut ditambah dengan persentase yang tertahan

pada saringan itu sendiri.”).

10 hitung persentase kumulatif dari berat sampel yang lolos saringan : 100% persentase kumulatif berat sampel yang tertahan.

11.Digambar kurva gradasinya (persentase berat kumulatif sampel yang lolos saringan terhadap ukuran agregat yang lolos saringan / ukuran saringan).


(63)

12.Angka kehalusan (fineness modulus) dapat dihitung dengan menjumlahkan persentase kumulatif berat sampel yang tertahan pada saringan dengan lubang yang lebih besar atau sama dengan 2.36 mm kemudian penjumlahan itu dibagi 100.

4.1.5 Berat Saringan

Tabel 4.1 Berat Saringan Agregat Halus

No Saringan Ayakan Berat Saringan No 8 2.36 mm 395 gram No 10 2.00 mm 370 gram No 12 1.70 mm 389 gram No 16 1.18 mm 407 gram No 20 0.85 mm 411 gram No 40 0.425 mm 390.5 gram No 60 0.180 mm 359.5 gram No 100 0.150 mm 585 gram No 200 0.075 mm 388.5 gram Pan 366 gram

4.1.6 Berat Setelah Digetarkan Selama 2menit

Tabel 4.2 Berat Setelah Digetarkan

No Saringan Ayakan Berat Saringan No 8 2.36 mm 593 gram No 10 2.00 mm 395 gram No 12 1.70 mm 412 gram No 16 1.18 mm 454 gram No 20 0.85 mm 443 gram No 40 0.425 mm 483 gram No 60 0.180 mm 420 gram No 100 0.150 mm 396.5 gram No 200 0.075 mm 392 gram Pan 367 gram


(64)

4.1.7 Berat Tertinggal

Tabel 4.3 Berat Tertinggal Agregat Halus

No Saringan Ayakan Berat Saringan - berat

Setelah digertarkan Hasil No 8 2.36 mm 593 - 395 gram 198 gram No 10 2.00 mm 594 - 395 gram 25 gram No 12 1.70 mm 595 - 395 gram 23 gram No 16 1.18 mm 596 - 395 gram 47 gram No 20 0.85 mm 597 - 395 gram 32 gram No 60 0.180 mm 599 - 395 gram 60.5 gram No 100 0.150 mm 600 - 395 gram 11.5 gram No 200 0.075 mm 601 - 395 gram 3.5 gram pan 367 - 366 gram 1 gram

Tabel 4.4 Analisis Ayakan Agregat Halus

Ukuran Lubang Ayakan

Berat Tertinggal (gr) Berat Tertinggal(%) Lolos Ayakan (%) No

Saringan Ayakan

No 8 2.36 mm 198 40.4 59.6

No 10 2.00 mm 25 5 54.5

No 12 1.70 mm 23 4.7 50.2

No 16 1.18 mm 47 9.6 40.2

No 20 0.85 mm 32 6.5 33.7

No 40 0.425 mm 98.5 20.1 13.6

No 60 0.180 mm 60.5 12.3 1.3

No 100 0.150 mm 2 0.4 0.9

No 200 0.075 mm 3.5 0.7 0.2

Jumlah 490.5 100


(65)

Grafik 4.1 Ayakan Agregat Halus

Dari hasil percobaan analisis ayakan agregat halus diperoleh batas gradasi pasir dalam daerah gradasi No.1 (Grafik 3)

4.2 Analisis Agregat Kasar 4.2.1 Berat Saringan

Tabel 4.5 Berat Saringan Agregat Kasar

No Saringan Ayakan Berat Saringan No 1 ½ 28.1 mm 471 gram No 1 25.0 mm 566 gram No ¾ 19.0 mm 543 gram No ½ 12.5 mm 485 gram No 3/8 9.5 mm 514 gram No 4 4.75 mm 435.5 gram Pan 366 gram

0 20 40 60 80 100 120

0.75 0.15 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 19 38

Bts Min Gradasi Hsl Analisis Bts Max Gradasi


(66)

4.2.2 Berat tiap-tiap pan setelah digoyang selama 2menit

Tabel 4.6 Pan Setelah Digoyangkan

No Saringan Ayakan Berat Saringan No 1 1/2 28.1 mm kosong

No 1 25.0 mm kosong No 3/4 19.0 mm kosong No 1/2 12.5 mm 555 gram No 3/8 9.5 mm 640 gram No 4 4.75 mm 640 gram Pan 460 gram

4.2.3 Menghitung Berat Tertahan

Tabel 4.7 Berat Tertinggal Agregat Kasar

No Saringan Ayakan Berat Saringan - berat

Setelah digertarkan Hasil No 1 1/2 28.1 mm Kosong 0

No 1 25.0 mm Kosong 0

No 3/4 19.0 mm Kosong 0 No 1/2 12.5 mm 555-485 gram 70 gram No 3/8 9.5 mm 640-514 gram 126gram No 4 4.75 mm 640- 435.5 gram 204.5 gram Pan 460 - 336 gram 94 gram


(67)

Tabel 4.8 Analisis Ayakan Ageregat Kasar

Ukuran Lubang Ayakan Berat Tertinggal (gr) Berat Tertinggal(%) Lolos Ayakan (%) No

Saringan Ayakan

No 1 1/2 38.1 mm 0 0 0

No 1 25.0 mm 0 0 0

No 3/4 19.0 mm 0 0 100 No 1/2 12.5 mm 70 14.1 85.9 No 3/8 9.5 mm 126 25.5 60.4 No 4 4.75 mm 204.5 41.3 19.1 Pan 0.180 mm 94 19.1 1.3

Jumlah 494.5 100

Angka Kehalusan

Grafik 4.2 Analisis Agregat Kasar

Dari hasil percobaan analisi ayakan agregat kasar diperoleh batas gradasi kerikil untuk besar butir masksimal 19mm (grafik 6)

0 20 40 60 80 100 120

0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 19 38

Bts Min Gradasi Hsl Analisis Bts Max Gradasi


(68)

4.3 Pembuatan Benda Uji

http://www.scribd.com/doc/12959877/LAPORAN-BETON-2008

Dalam percobaan ini digunakan benda uji yang berbentuk kubus, dimana jumlah benda uji yang akan dibuat sebanyak 40 buah cetakan kubus ini berukuran panjang (p) 15 cm, lebar (l) 15 cm, dan tinggi (t) 15 cm seperti pada gambar 4.1 dibawah ini. Pada saat pencampuran di lakukan 4 kali pencampuran. Pertama, pencampuran untuk 10 buah kubus dan pencampuran ke 2 dibuat untuk 10 buah kubus dan begitu seterusnya sehingga untuk perhitungan proporsi dilakukan sebanyak 4 kali pencampuran, ini dilakukan karena terbatasnya alat yang akan digunakan dilaboratorium.

Gambar 4.1 Cetakan beton berbentuk kubus

Pasir dengan semen dicampur (dalam keadaan kering) dengan komposisi pasir 3 (tiga) ember dan semen 1 (satu) ember.

a. Aduk kedua campuran tersebut sampai merata dan tercampur.

b. Tambahkan kerikil, dengan takaran yang telah ditentukan adalah 5 (lima) ember kerikil.


(69)

c. Kemudian setelah semua bahan dimasukan kedalam mesin pengaduk, aduk semua bahan dan tambahkan sedik demi sedikit air.

d. Kemudian menentukan slump untuk melihat kehomogenan dari agregat yang telah diaduk.

e. Langkah selanjutnya adalah penuangan campuran yang telah diaduk kedalam cetakan beton yang berbentuk kubus, untuk menghilangkan rongga-rongga udara yang terdapat dalam beton segar sewaktu penuangan beton kedalam cetakan dilakukan pemadatan dengan cara menusuk-nusuk beton dengan alat tongkat besi.

f. Dan pekerjaan akhir (finishing) pekerjaan ini dimaksudkan agar mendapatkan sebuah permukaan beton yang rata dan mulus.


(1)

5 - 2

4. Nilai slump didapat rata-rata 4-5 cm.

5. Dari hasil data pengujian di dapat berat volume kubus beton rata-rata adalah :

2197. 04 Kg/m³.

6. Kuat tekan rata-rata kubus beton yang di dapat adalah :

a. Untuk benda uji dengan perawatan karung basah adalah 5.71 MPa b. Untuk benda uji dengan perawatan rendaman air kapur adalah 5.38

MPa.

c. Untuk benda uji dengan perawatan rendaman air biasa adalah 6.67 MPa.

d. Untuk benda uji tanpa perawatan atau yang dibiarkan adalah 3.02 MPa.

Berikut ini adalah grafik hasil dari uji tekan yang dihasilkan dari masing-masing benda uji :

0 1 2 3 4 5 6 7 8

3 7 14 21 28

Karung Basah Air Biasa Tanpa Perawatan Air Kapur


(2)

5 - 3

7. Mutu beton dengan perbandingan 1 : 3 : 5 setara dengan 5.20 MPa 8. Perawatan yang paling baik dari seluruh percobaan adalah perawatan

dengan rendaman air biasa.

9. Perawatan dengan rendaman air kapur yang semula diduga berpotensi meningkatkan kuat tekan, ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan.


(3)

5 - 4

5.2 Saran

1. Perawatan penting dilakukan kerana untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus.

2. Perbandingan 1:3:5 tidak disarankan untuk elemen struktural karena kuat tekan yang dihasilka tidak memenuhi syarat yang ada atau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Penggunaan air dibuat sedemikian rupa, agar faktor air semen (fas) yang direncanakan / ditentukan tidak dilampaui. Karena jika digunakan air yang berlebihan maka dapat mengurangi kuat tekan beton.

4. Terhadap pelaksanaan pengecoran beton di lapangan agar diperhatikan pemadatan beton secara baik dan sempurna.

5. Dalam perencanaan campuran beton hendaknya dilakukan seteliti mungkin

sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang direncanakan. Terutama dalam proses pencampuran.

6. Periksa kembali alat yang akan di pergunakan untuk pembuatan campuran beton dan alat uji tekan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Tri. (2004). Teknologi Beton. Penerbit ANDI. Yogyakarta Dipohusodo, Istiawan. (1999). Srtuktur Beton Bertulang. Penerbit PT.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

http://www.ilmusipil.com/sipil/struktur/beton-struktur

http://tukangarsitek.blogspot.com/2010/05/curing-perawatan-beton.html http://mualim.wordpress.com/2007/07/23/teknik-pembuatan-beton-1/ http://www.ilmusipil.com/cara-tes-kuat-tekan-beton


(5)

CURRICULUM VITAE

Data Pribadi

Nama : Reza Fachrul Nizar

Tempat / Tgl Lahir : Cimahi, 08 Maret 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Kewarganegaraan : Indonesia

Suku : Sunda

Tinggi / Berat Badan : 168 / 45 Golongan Darah : O

Hobi : Sepak Bola, Nonton

Alamat Bandung : Jl. Cilame, Kp. Campaka No. 103/1029 Rt. 03 / Rw. 03 Ds. Cimareme Kec. Ngamprah Kab. Bandung Barat (40552) Email : bchote88@gmail.com

No Telepon/HP : 085 72266 5735

Riwayat Pendidikan

2006 – 2011 : Universitas Komputer Indonesia S-1 Jurusan Teknik Sipil 2003 – 2006 : SMK Negeri 5 Bandung Survei Pemetaan 2000 – 2003 : SMP Negeri 2 Ngamprah

1994 – 2000 : SD Negeri Sawaglega I

Pengalaman Organisasi

2007 – 2008 : Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HMJS) (Seksi Olahraga) Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Pelatihan


(6)

Pengalaman Kerja

2007 : Survei BMS (Bridge Management System) (Subang, Pamanukan, Purwakarta, wanayasa)

PU Bina Marga Bandung

2010- 2011 : Asisten Pengawas Pembangunan Apartemen Sanggar Hurip Soekarno Hatta Bandung

Keahlian

- Memahami AutoCad 2D

- Menguasai Microsoft Office (MS word, MS Excel dan Power Point)

- Menguasai Adobe Photoshop CS1, CS2, CS3, CS4, CS5, Corel Draw X3, X4, X5. Photoscape, Phothoplus, Drawplus X4 dan Macromedia Flash

- Operating system yang digunakan antara lain : WinXP, WinVista ,Win7

Judul Tugas Akhir

MENETUKAN KUAT TEKAN BETON DENGAN PERBANDINGAN CAMPURAN 1 : 3 : 5 BERDASARKAN PERAWATAN (CURING)

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Agustus 2011