Kerjasama Indonesia Australia Melalui Cybercrime Investigation Satellite Office dalam Mencegah dan Menanggulangi Cybercrime di Indonesia

KERJASAMA INDONESIA AUSTRALIA MELALUI CYBERCRIME

  

INVESTIGATION SATELLITE OFFICE DALAM MENCEGAH DAN

MENANGGULANGI CYBERCRIME DI INDONESIA

INDONESIAN-AUSTRALIA PARTNERSHIP THROUGH CYBERCRIME

  

INVESTIGATION SATELLITE OFFICE IN THE PREVENTION AND

CONTROL CYBERCRIME IN INDONESIA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 (Strata Satu) Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

  

Oleh,

RANGGA GILANG SAPUTRA MARTONO

NIM. 44310703

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Alloh SWT, dengan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Peneliti menyadari dalam penyususan skripsi ini, banyak menemukan kesulitan dan hambatan disebabkan keterbatasan dan kemampuan peneliti, akan tetapi disertai keinginan kuat dan usaha yang sungguh-sungguh, maka akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.

  Untuk Mamah (Sulistiana Ningsih) dan Bapak (Rudi Martono) tercinta terima kasih untuk segala do’a, nasihat, motivasi, dan kasih sayang yang sungguh luar biasa serta kesabaran untuk terus menunggu anakmu ini untuk mendapatkan gelar sarjana, dan dukungan baik moril maupun materil serta terima kasih atas segala-galanya yang tidak dapat terbalaskan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang telah mendoakan, mendukung, dan membantu dalam penyusunan skripsi, peneliti tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu., Drs., M.A, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan arahan serta restu untuk melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

  2. Yth. Prof. Dr. Hj Aelina Surya, Dra, selaku Wakil Rektor III Universitas Komputer Indonesia. Sekaligus selaku dosen yang telah memberikan dukungan, ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat bermanfaat untuk kedepannya, selama menjalani perkuliahan. Terimakasih atas bimbingan ibu dalam memberikan masukan-masukan bagi penelitian ini.

  3. Yth. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si., Ph.D Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UNIKOM, dan Dosen Wali Angkatan 2010 yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan semasa perkuliahan, serta memberikan saran dalam penyelesaian skripsi.

  4. Yth. Bapak H.Budi Mulyana, S.IP, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing yang memberikan pengarahan, penyusunan skripsi serta arahan dari awal penelitian hingga pengesahan pada skripsi ini untuk disidangkan serta kesabarannya dalam membimbing peneliti.

  5. Yth. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP, M.Si, selaku Dosen yang telah memberikan dukungan, arahan dan saran terhadap penyelesaian skripsi ini, serta telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan semasa perkuliahan.

  6. selaku Dosen yang telah

  Yth. Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP,

  memberikan dukungan, arahan dan saran terhadap penyelesaian skripsi ini, serta telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan semasa perkuliahan.

  7. Yth. Teh Dwi Endah Susanti, S.E , Sekretariat Prodi Ilmu Hubungan Internasional yang telah membantu peneliti dalam administrasi selama masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi.

  8. Yth. Brigadir Saji Purwanto, yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk melakukan penelitian di Cybercrime Investigation

  Satellite Office Polda Metro Jaya.

  9. Yth. Ipda Geo Veranza S.E, yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk melakukan penelitian di Cybercrime Investigation Center Mabes Polri.

  10. Yth. AKP Aditya Cahya S.Kom, yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk melakukan penelitian di Cybercrime Investigation

  Center Mabes Polri.

11. Rega Subuna Martono, Bagja Hadi Nugraha, Septian adik-adik tercinta yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada peneliti.

  12. Septian, Nadiv, Aliffah, Reffa sepupu sepupuku tercinta yang telah memberikan semangat dan do’a, serta reffa yang selalu bilang pengen liat ka angga pake toga. Terimakasih telah memberikan semangat kepada peneliti

  13. Dra. Eni Setyowati, Drs. Hedi Ruslandi, yang telah memberikan do’a dan dukungan serta semangat kepada peneliti.

  14. Rudi Yunus Sanusi, nenek dan kakekku yang telah Fatimah, memberikan do’a , semangat dan bantuan kepada peneliti selama tinggal di Bandung.

  15. Tri Haryanti, anty ku tercinta terimakasih telah selalu membantu, mendukung serta memberikan do’a kepada peneliti 16. Untuk keluarga besar GGC, Ardy Fauziansyah, Gani Rachman,

  Achmad Alfaron, Rizal Budi Santoso, Syahid Faisal Kamal, Handi Aryana, Enyo, Ade Apriliansyah, Adhi Mambo, Ande Nureza, Verdi dan Hakim, terimakasih sudah menjadi sahabat seperjuangan

  serta sering menghadapi manis asam paitnya kehidupan sebagai anak kost rantauan secara bersamaa terima kasih untuk GGC nya selama ini.

  Kalian bukan hanya sekedar teman, tetapi sahabat sekaligus keluarga, dan terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan persahabatan yang luar biasa. We do When We Want ! !.

  17. Terimakasih kepada teman teman Hubungan Internasional angkatan angkatan 2011 s/d 2012 terima kasih untuk supportnya

  18. Yang terakhir terimakasih kepada Lani Leila Malinda Amd Keb, my girlsfriend yang memberi support, do’a serta sabar apabila peneliti sedang dalam masalah dan terimakasih sudah sabar menunggu peneliti untuk segera lulus. Love you.

  19. Serta pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan penelitian Skripsi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

  Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik

  Oleh karena itu, peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran dan kritik dari pembaca. Serta menerima saran dan kritik tersebut dengan hati terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

  Bandung, Agustus 2016 Peneliti Rangga Gilang Saputra Martono

  

DAFTAR ISI

  Halaman ABSTRAK ............................................................................................................... i

  

ABSTRACT .............................................................................................................. ii

  KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

  1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 16

  1.2.1 Rumusan Masalah Mayor ............................................................... 16

  1.2.2 Rumusan Masalah Minor ................................................................ 16

  1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian................................................................. 18

  1.3.1 Maksud Penelitian ........................................................................... 18

  1.3.2 Tujuan Penelitian ............................................................................ 18

  1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................ 18

  1.4.1 KegunaanTeoritis ............................................................................ 18

  1.4.2 KegunaanPraktis ............................................................................. 19

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

  2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 20

  2.1.1 Kerjasama Internasional.................................................................. 20

  2.1.2 Hubungan Bilateral ......................................................................... 22

  2.1.3 Perjanjian Internasional .................................................................. 24

  2.1.4 Kejahatan Lintas Negara ................................................................ 28

  2.2 Kerangka Pemikiran................................................................................. 37

  BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 38

  3.2 Informan Penelitian .................................................................................. 38

  3.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 39

  3.3.1 Studi Pustaka .................................................................................. 39

  3.3.2 Penelusuran Data Online ................................................................ 40

  3.3.3 Metode Dokumentasi ...................................................................... 40

  3.3.4 Wawancara ..................................................................................... 40

  3.4 Uji Keabsahan Data ................................................................................. 41

  3.5 Teknik Analisa Data ................................................................................ 41

  3.6 Lokasi danWaktu Penelitian .................................................................... 42

  3.6.1 Lokasi Penelitian ............................................................................ 42

  3.6.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 43

  BAB IV METODE PENELITIAN

  4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 44

  4.1.1 Objek Penelitian ............................................................................. 44

  4.1.1.1 Hubungan Bilateral Indonesia-Australia .......................... 44

  4.1.1.1.1 Dinamika Hubungan Bilateral Indonesia dan Australia .................................................... 48

  4.1.1.1.2 Kerjasama dan Hubungan Politik .................... 53

  4.1.1.1.3 Kerjasama Ekonomi, Perdagangan dan Investasi ........................................................... 56

  4.1.1.1.4 Kerjasama Sosial Budaya dan Pariwisata ........ 57

  4.1.1.1.5 Kerjasama Dalam Bidang Pendidikan ............. 58

  4.1.1.1.6 Kerjasama Pertahanan dan Keamanan ............. 61

  4.1.1.2 Cybercrime di Indonesia .................................................. 63

  4.1.1.2.1 Penanganan cybercrime di Indonesia .............. 67

  4.1.1.2.2 Pemanfaatan Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam menindak

  cybercrime ....................................................... 69

  4.1.1.3 Cybercrime Investigation Satellite Office CCISO ........... .74

  4.1.1.3.1 Tugas dan Fungsi Cybercrime

  Investigation Satellite Office ........................... 76

  4.1.1.3.2 Tujuan Cybercrime Investigation Satellite

  Office ................................................................ 78

  4.1.2 Analisa Hasil Uji Validasi dan Realibilitas .................................... 79 4.2 n Analisa n Hasil n Data n dan n Pembahasan.................................................... 81

  4.2.1 Proses Kerjasama yang disepakati Indonesia dan Australia melalui Cybercrime Investigation Satellite Office ........................ .81

  4.2.1.1 Prinsip Kerjasama Indonesia-Australia Melalui CCISO .............................................................................. 88

  4.2.1.2 Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation (JCLEC) ........................................................................... 90

  4.2.1.3 Kegiatan Kerjasama Indonesia-Australia Melalui CCISO. ............................................................................. 95

  4.2.2 Hasil Kerjasama Indonesia dan Australia melalui

  Cybercrime Investigation Satellite Office dalam

  Pencegahan dan Penanggulangan n Cybercrime n di n Indonesia ..... 100

  4.2.3 Prospek kerjasama Indonesia dan Autralia melalui

  cybercrime investigation satellite office dalam

  mencegah dan menanggulangi cybercrime n di n Indonesia ............ 109

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 111

  5.2 Saran ...................................................................................................... 113 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 113 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

  3.1 Tabel Waktu Penelitian ................................................................................... 43 4.1 n Pelatihan n Indonesia n dan n Australia n di n JCLEC n Trainer n Amerika ............... 96

  4.2 Pelatihan n Indonesia n dan n Australia n di n JCLEC n Trainer China .................... 97

  4.3 Pelatihan n Indonesia n dan n Australia n di n JCLEC n Trainer New n Zealand ....... 98

  4.4 Pelatihan Indonesia dan Australia di JCLEC Trainer Singapore ................... 99

  4.5 Tabel Tindak Pidana Cybercrime 2012 ........................................................ 101

  4.6 Tabel Tindak Pidana Cybercrime 2013 ........................................................ 102

  4.7 Tabel Tindak Pidana Cybercrime 2014 ........................................................ 104

  4.8 Tabel Tindak Pidana Cybercrime 2015 ........................................................ 105

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

  2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ............................................................................ 37

  4.1 Statistik n Kasus n Cybercrime ........................................................................... 67

  4.2 JCLEC ............................................................................................................. 90

  4.3 Kasus Cybercrime pada tahun 2012-2014 .................................................... 107

  4.4 Kasus Cybercrime pada tahun 2015.............................................................. 108

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Surat Balasan Polda Metro Jaya Jakarta Lampiran 2 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR PUSTAKA A.

  Buku-Buku

  Agusman, Damos Dumoli. 2010. Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori Dan Praktik Indonesia. Bandung : PT. Refika Aditama .

  Betsill, Michele M and Elisabeth Corel (Ed). 2008. NGO Diplomacy: The

  Influence of Nongovernmental Organizations in International Environmental Negotiations. Cambridge: The MIT Press

  Berrige, G.R & Alan James.2003 :A Dictionary of Diplomacy. New York : Palgrave USA.

  Bambang, Cipto 2010. Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

  David, Speer. 2003. Redefinig Borders: The Challaenge of Cybercrime. England. Eoghan, Casey 2001. Digital Evidence and Computer Crime, London : A

  Harcourt Science and Technology Company Holsti, K J. 2009. International Politics :A Framework for Analysis. New Jersey: Prentice Hall.

  Jackson, Robert H. dan Sorensen Georg. 2013. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

  Jewkes,Yvonne. 2003. Dot.cons: Crime, Deviance and Identity on The Internet.

  England. Wilian Publishing. Kusumaatmadja. & Etty R. Agoes. 2003. Pengantar Hukum Internasional.

  Bandung : PT. ALUMNI. Mansur, Dikdik M. Arief dan Elisatris Gultom. 2009. Cyber Law Aspek Hukum

  Teknologi Informasi. Bandung : Rafika Aditama

  Mauna, Boer. 2005. Hukum Internasional. Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. Bandung : Alumni.

  Nawawi, Arief Barda. 2006. Tindak pidana mayantara: perkembangan kajian cyber crime di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada Perwita, A.A Banyu, dan Yanyan Moch. Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

  Richard, Chauvel dkk, 2005. Indonesia-Australia Tantangan dan Kesempatan dalam Hubungan Politik Bilateral. Granit: Jakarta Stephenson, Peter. 2000. Investigating Computer Related Crime: A Hanbook For

  Corporate Investigators. London. CRC Press Rana, Kishan S. 2002. Bilateral Diplomacy.New Delhi :Manas Publications.

  Rudy, Teuku May. 2002. Studi Strategis: Dalam Transformasi Sistem

Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung : PT. Refika Aditama.

  _________________. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah

  masalah Global. Bandung: PT. Refika Aditama

  __________________. 2006. Hukum Internasional 1. PT Refika Aditama : Bandung Shawn, QC Malcom N. 2013. Hukum Internasional., Bandung : Nusa Media.

  Sugiono, Muhadi. 2006. Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia Ketiga. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

  Suseno, Sigit. 2012. Yuridiksi Tindak Pidana Siber. Bandung. Refika Aditama

B. JURNAL DAN KARYA ILMIAH

  Bakti, Ikrar Nusa, 2008. Indonesia-Australia: Peluang dan Tantangan, Jurnal Luar Negeri Kementerian Luar Negeri Indonesia.

  Novianti, Indri, 2014. Kerjasama Kepolisian Negara Republik Indonesia dan

  Kepolisian Federal Australia dalam Menanggulangi Cybercrime di Indonesia. Univeritas Riau

  Richard, Andrew, 2009. Pengaruh United Nation Against Transnasional Organized Crime (UNCATOC) Terhadap Kejahatan Carding di Indonesia.

  Universitas Komputer Indonesia Wiyatiningrum, Dwi Ana, 2015. Hubungan Bilateral Indonesia-Australia Pada

  Masa Perdana Menteri Kevin Rudd (2007-2015) Dokumen C.

  

Arrangement Between The Indonesian National Police and The Australian

Federal Police on Coorporation in preventing and Combating Transnasional Crime

  Antisipasi Dan Represi Kejahatan Melalui Internet Di Industri Keuangan Kepolisian Republik Indonesia 2016

  Divisi Hubungan Internasional Polri, 2012. Vademikum divisi hubungan

  internasional polri. Jakarta

Joint Understanding on a Code of Conduct between the Republic of Indonesia and Australia in Implementation of the Agreement between the Republic of Indonesia and Australia on the Framework for Security Cooperation ("The Lombok Treaty) Kepolisian Republik Indonesia Laporan Perkembangan kasus cybercrime di Indonesia 2012-2015

  Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia tentang Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara dan Pengembangan Kerjasama Kepolisian

  UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

  UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK D.

  Rujukan Elektronik

  Australia diakses pada 10 Juli 2016 Australia sepakati MOU bidang pendidikan riaustralia-sepakati-mou-bidang-pendidikan diakses pada tanggal 23 Juli

  2016 Australia-Indonesia Institute, Hubungan Antara Australia dan Indonesia, http://www.dfat.gov.au/aii/publications/bab11/index.html diakses pada tanggal 21 juli 2016

  Badan cyber nasional demi Indonesia digital akses pada tanggal 21 juli 2016

  BIN: Australia menyadap Indonesia sejak 2007 http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2013/11/131120_bin_sada p_australia. diakses pada tanggal 10 Juli 2016

  Computer Crime

  http://ilmuta.weebly.com/computer-crime/e-procurement. diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Diberi perangkat IT oleh Australia polri jamin tak kena sadap akses pada tanggal 21 Juli 2016

  Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation JCLEC akses pada tanggal 21 Juli 2016 Kasus Penipuan Dominasi Kejahatan "Cyber" akses pada tanggal 18 Agustus 2016

  Kedubes Australia terbesar sedunia dibuka di Jakarta diakses pada tanggal 21 Juli 2016

  Kisah virus yang bikin patah hati pengguna pc

  http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150213131622-185-31891/iloveyou- kisah-virus-yang-bikin-patah-hati-pengguna-pc/ di akses pada tanggal 18 Februari 2016

  Penolakan Australia terhadap hukuman mati dipertanyakan akses pada tanggal 22 Juli 2015

  Pm Australia ingin perbaiki hubungan dalam kunjungan ke Indonesia da tanggal 22 Juli 2016

  

Polda Metro Jaya Resmikan Laboratorium Cyber Cybercrime

  ” Diakses tanggal 16 Oktober 2015

  Polri berupaya tumpas teroris sebelum lakukan serangan akses pada tanggal 22 Juli 2016

  Polri tangani kejahatan cybercrime capai 71 kasus http://beritasore.com/2007/05/15/polri-tangani-kejahatan-cyber-crime-capai- 71-kasus/ di akses pada tanggal 18 Februari 2016

  School of Humanities and Social Sciences UNSW Australia, Indonesia, akses pada tanggal 21 juli 2016

  Struktur organisasi kasubdit IV diakses pada tanggal 10 Juli 2016

  Tabel statistik jumlah pariwisata diakses pada tanggal

  22 Juli 2016

E. Wawancara

  Narasumber 1 adalah Brigadir Saji Purwanto, Subdit IV Cybercrime Dit Reskrimsus Polda Metro Jaya

  Narasumber 2 adalah Ipda Geo Veranza S.E Dit Reskrimsus Mabes Polri Narasumber 3 adalah Aditya Cahya S.kom Subdit Cybercrime Dit Reskrimsus

  Mabes Polri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1.1 Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat saat ini membawa

  dampak yang besar dalam dunia hubungan internasional saat ini bukan hanya melanda negara-negara maju tetapi negara berkembang pun ikut mengembangkan teknologi dan informasi. Seiring dengan kemajuan yang sangat pesat negara- negara saling mengembangkan teknologi agar dapat bertahan dalam era globalisasi saat ini.

  Saat ini hampir setiap manusia telah menggunakan berbagai macam alat elektronik dan bahkan sebagian manusia tidak dapat lepas dari alat elektronik tersebut. Perkembangan teknologi dan komunikasi ini semakin memudahkan manusia dalam berhubungan meskipun terpisah jauh, bahkan berbeda benua.

  Perkembangan teknologi yang saat ini terjadi bagaikan pedang bermata dua. Jika teknologi tersebut dipergunakan dengan baik maka perkembangan teknologi tersebut akan bersifat positif bagi kehidupan manusia. Namun apabila dilakukan untuk maksud tertentu untuk hal yang merusak maka perkembangan teknologi tersebut menjadi suatu hal yang negatif. cybercrime merupakan salah satu penyalahgunaan kemajuan teknologi yang saat ini terjadi di dunia maya (cyberspace).

  Masyarakat internasional saat ini sangat memperhatikan perkembangan ancaman cybercrime. Kekhawatiran tersebut dikarenakan cybercrime semakin mudah dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Serangan siber (cyber attack) merupakan salah satu bentuk cybercrime dapat dilakukan untuk menyerang, baik secara individu maupun digunakan untuk menyerang suatu kelompok atau organisasi bahkan negara lain.

  Kemajuan teknologi komputer dan kemajuan internet yang saat ini terjadi menyebabkan semakin meningkatnya kasus yang di timbulkan oleh peretas komputer (computer hackers). Kegiatan para peretas komputer ini dapat dilakukan dalam hal positif maupun negatif. Dalam hal positif, para peretas komputer biasanya memasuki suatu sistem dengan memanfaatkan kekurangan atau celah yang ada pada suatu sistem tersebut. Setelah peretas memanfaatkan kekurangan yang ada pada sistem tersebut, peretas kemudian memberitahukan kepada pembuat sistem tersebut tentang kekurangan dari keamanan sistem tersebut sehingga sang pembuat dapat memperbaiki dan menyempurnakan sistemnya. Berbeda dengan dengan kegiatan negatif yang dilakukan oleh para peretas setelah mereka menemukan celah serta kekurangan pada sistem tersebut mereka mencuri dan mengambil informasi yang terdapat dalam sistem tersebut untuk kepentingan pribadi.

  Kegiatan memasuki suatu sistem tanpa izin dan mengambil data atau informasi dalam sistem tersebut untuk kepentingan pribadi sudah termasuk dalam

  

cybercrime. Cybercrime sendiri secara umum merupakan suatu kejahatan yang menggunakan komputer internet sebagai sarananya baik untuk memperoleh keuntungan atau tidak, yang merugikan pihak lain.

  Kegiatan pencurian data hasil retasan tersebut meningkat secara signifikan dari tahun-ke tahun, dengan jumlah data personal mencapai jutaan bahkan dalam beberapa kasus mencapai milyaran data yang telah dicuri oleh beberapa grup kecil para peretas. Terkadang, beberapa peretas menggunakan program jahat atau

  

malware untuk memfasilitasi serangan mereka yang mana dapat menyebabkan

  kerugian ratusan hingga ribuan dolar akibat kerusakan di seluruh pengaturan perusahaan.

  Salah satu kasus yang menarik perhatian dunia terjadi pada tanggal 5 Mei 2000 dua programmer muda asal Filipina yang bernama Reonel Ramones dan Onel de Gusman menyebarkan virus komputer yang mereka ciptakan. Virus yang mereka ciptakan bernama virus e-mail Love Bug (ILOVEYOU).

  Virus yang mereka ciptakan telah menginfeksi dan melumpuhkan 80 juta lebih komputer pada tahun 2000 dan menyebabkan kerugian sekitar 5.5 milyar dolar

  • – 8.75 milyar dolar AS. Virus tersebut juga menyerang komputer komputer milik Pentagon, CIA (Central Intelligence Agency) dan situs situs militer lainnya Diakses pada tanggal 18 Februari 2016).

  Namun dengan lemahnya hukum pada cybercrime akhirnya kejahatan yang dilakukan oleh Reonel Ramones dan Onel De Gusman membuat mereka

  Dalam dunia hubungan internasional saat ini cybercrime merupakan salah satu ancaman keamanan bagi seluruh negara. Dikarenakan kejahatan yang dilakukan oleh para peretas tersebut dapat dilakukan dimana saja tidak mengenal batas-batas negara. Dalam kertas kerja UNODC (United Nations Office on Drugs

  

and Crime) mencatat bahwa cybercrime adalah kejahatan transnasional tertinggi

  didunia. Masalah kedaulatan nasional dapat menghambat investigasi kriminal tanpa adanya kerjasama aktif antara lembaga penegak hukum dari yurisdiksi yang terlibat. Kecepatan dalam melakukan cybercrime dan mengindarinya menimbulkan tekanan bagi lembaga penegak hukum untuk menangkap mereka dan membuat kerjasama dalam mencegah dan menanggulangi cybercrime semakin penting.

  Indonesia pun tidak luput dari cybercrime, salah satu kasus cybercrime yang terjadi di Indonesia adalah kasus yang terjadi pada 17 Juli 2006, DPP Partai Golkar melaporkan terjadinya serangan pengrusakan terhadap situs Golkar.or.id. Serangan terhadap situs partai berlambang pohon beringin itu terjadi pada 9 hingga 13 Juli 2006 hingga menyebabkan tampilan halaman berubah (deface).

  "Pada 9 Juli 2006, tersangka mengganti tokoh Partai Golkar yang termuat dalam situs dengan gambar gorilla putih tersenyum dan di bagian bawah halaman dipasangi gambar artis Hollywood yang seronok, dengan tulisan 'Bersatu untuk malu'.

  Setelah melakukan serangan terhadap situs GOLKAR sebanyak 1257 kali, polisi akhirnya menangkap Iqra Syafaat pada tanggal 1 Agustus 2006 (http://ilmuta.weebly.com/computer-crime/e-procurement diakses pada tanggal 18 Februari 2016).

  Berkembangnya kasus cybercrime yang terjadi saat ini mendorong setiap negara untuk saling bekerjasama dalam melawan cybercrime. Dalam konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bernama United Nations Convention Against

  

Transnasional Organized Crime yang diselenggarakan di Wina bertujuan untuk

memerangi dan menangulangi masalah Transnasional Organized Crime.

  

Cybercrime merupakan salah satu bentuk Transnasional Organized Crime yang

  sangat meresahkan bagi suatu negara, dampak yang ditimbulkan dari cybercrime ini dapat mengancam keamanan suatu negara, walaupun cybercrime ini tidak langsung melakukan kontak fisik secara langsung namun hasil kejahatan tersebut sangat fatal dan merugikan secara materil dan non materil.

  Namun bukan hanya keamanan saja yang terkena dampak dari cybercrime tetapi perekonomian negara juga terkena dampaknya. Kerena dengan berlakunya layanan perbankan secara elektronik seperti E-banking, E-commerce dan

  

Elektronik Fund transfer, perbankan menjadi sasaran utama bagi para pelaku

cybercrime sehingga banyak kasus yang terjadi di Indonesia melibatkan

  perbankan sebagai korbannya. Jika jaringan perbankan dihack ,ini akan berakibat pada lumpuhnya perputaran uang yang terjadi di bank. Dan jika perputaran uang di bank dilumpuhkan maka akan berakibat pada perekonomian suatu negara.

  Dampak lain dari cybercrime dapat dirasakan pada aspek sosial dan budaya. Contohnya kasus pornografi baik video maupun gambar yang dapat merusak nilai kesusilaan di Indonesia, dalam dunia cybercrime ini tergolong dalam cyber sex.

  Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini pun dirasakan di Indonesia, berdasarkan hasil pemantauan Asia Pasific Network Information Center

  

cybercrime (APNIC) tahun 2003, Indonesia menduduki peringkat pertama negara

yang paling banyak terjadi kasus cybercrime dalam sektor perbankan (carding).

  Hasil ini diambil dari persentasi jumlah penipuan dalam hal transaksi yang terjadi di Indonesia akses 18 Februari 2016).

  Selain contoh kasus cybercrime yang telah di jelaskan peneliti masih banyak pula kasus cybercrime seperti kasus mafia cyber yang merebak pertengahan tahun 2004 di Amerika Serikat. Indonesia pun mengalami kasus

  

cybercrime yang mengganggu keamanan negara, ketika sistem jaringan Komisi

  Pemilihan Umum (KPU) diretas oleh para hacker. Sangat mencemaskan ketika dunia semakin bergantung dengan teknologi dan informasi saat ini yang sangat rentan terhadap tindak kejahatan.

  Maraknya kasus cybercrime yang terjadi di Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu pertama lemahnya penegak hukum di Indonesia, terbukti dengan tidak adanya Undang-Undang khusus mengenai cybercrime. Kedua, keterbatasan sarana dan prasarana di bidang teknologi dan juga lembaga penegak hukum di daerah (polda) juga masih terbatas dalam hal infrastruktur, sehingga penanganan menjadi tidak maksimal.

  Menanggapi hal tersebut, Pada tanggal 29 April 2013 Indonesia dan Australia meresmikan laboratorium siber yang bernama Cyber Crime

  

Investigation Satellite Office (CCISO) di Polda Metro Jaya pembangunan dan

  peresmian Cyber Crime Investigation Satellite Office didanai sembilan juta dolar AS untuk infrastruktur, latihan, dan peningkatan kapasitas oleh Australia Diakses pada 16 Oktober 2015).

  Pembangunan CCISO merupakan lanjutan kerjasama antara Kepolisian Republik Indonesia dan Australia Federal Police yang dilaksanakan sejak tahun 2010. Selain di Polda Metro Jaya, CCISO juga ada di Mabes Polri, Polda Sumatera Utara, Polda Bali, dan Polda Nusa Tenggara Barat. Di masa mendatang akan n diadakan n di n semua n Polda n Diakses pada 7 Mei 2016).

  Jaringan CCISO di berbagai Polda juga telah tersambung dengan pusat pemantauan (monitoring center) atau jaringan JCLEC (Jakarta Centre For Law

  

Enforcement Cooperation), untuk menganalisa komunikasi dari jaringan

  kejahatan, seperti terorisme, narkotika, pencucian uang, dan korupsi Diakses pada

  7 Mei 2016).

  Menurut Wakil Direktur Kriminal Khusus Ajun Komisaris Besar Hery ada kerja sama dengan Australia Federal Police, pengungkapan kasus sangat kecil. Namun, setelah ada kerja sama dengan Australia Federal Police, mulai Juni 2012, penyelesaian kasus mencapai 40 persen dari total kasus yang masuk.

  Dengan sudah beroperasinya CCISO yang lengkap dengan peralatannya, kami n targetkan n penyelesaian n kasus n bisa n 60% n pertahun n iakses pada 7 Mei 2016).

  Kepala Sub-Direktorat Cyber Crime Polda Metro, Ajun Komisaris Besar Audie Latuheru, mengatakan, cara kerja CCISO nantinya menyatukan sistem yang dibuat antarnegara. Ia mencontohkan pengiriman barang bukti digital dan bentuk laporan n sehingga n memiliki n nilai m secara n hukum n diakses pada 10 Mei 2016).

  Kerjasama yang dilakukan antara Indonesia dan Australia ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Mengingat di Indonesia saat ini sistem e-

  

goverment saat ini sudah terkoneksi satu sama lain. Jika sistem e-goverment ini

  diretas maka kegiatan pemerintahanpun akan lumpuh. Dan bagi Australia permbangunan cybercrime investigation satelite office ini akan sangat efektif membantu Australia dalam menumpas cybercrime, karena saat ini cybercrime dapat berhubungan dengan kejahatan lain, seperti terorisme dan kejahatan teroganisir n lainnya n akses tanggal 16 Mei 2016)

  Kerjasama yang dilakukan oleh Polri dan Australia Federal Police dalam pembangunan CCISO tersebut merupakan lanjutan kerjasama yang dilakukan oleh kedua kepolisian ini pada tahun 2010. Pada tahun 2010 kerjasama yang di lakukan membuahkan terbentuknya sebuah kantor pencegahan dan penanggulangan

  

cybercrime yang bernama Cybercrime Investigation Center atau CCIC di markas

  besar n kepolisian n Kepublik n Indonesia n akses pada tanggal 16 Mei 2016).

  Dalam kerjasama yang dilakukan antara Indonesia dan Australia dilatarbelakangi oleh perjanjian lombok atau lombok Treaty. Lombok Treaty pada awalnya merupakan kerjasama keamanan yang dilakukan oleh Australia dan Indonesia dalam memerangi kejahatan lintas negara yang terfokus pada terorisme.

  Namun dalam perkembangannya perjanjian ini tidak hanya terfokus dalam terorisme melainkan pada kejahatan lintas negara antara lain sepert.

  Penyelundupan dan perdaganngan manusia, pencucian uang, pendanaan terorisme, korupsi, penangkapan ikan ilegal, kejahatan dunia maya, perdagangan gelap narkotika dan bahan-bahan psikotropika serta prekursornya, perdagangan gelap senjata api dan jenis kejahatan lain yang di anggap perlu oleh kedua negara (http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/1637_AUS-2006-0164.pdf diakses pada tanggal 15 Mei 2016).

  Dalam pencegahan dan penanggulangan kejahatan lintas negara kepolisian Republik Indonesia dan Australia Federal Police selaku penegak hukum dikedua Republik Indonesia dan Pemerintah Australia tentang Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara dan Pengembangan Kepolisian serta Pengaturan Antara Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepolisian Federal Austalia Tentang Kerjasama Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara. Nota kesepahaman dan Pengaturan kerjasama ini Sesuai dengan maksud dan tujuan dari Kesepakatan antara Republik Indonesia dan Australia dalam Kerangka Kerja Sama Keamanan (Perjanjian Lombok) yang telah ditandatangani di Lombok pada tanggal 13 November 2006 (http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/4236_AUS- 2011-0188.pdf diakses pada tanggal 16 Mei 2016)

  Pembangunan CCISO merupakan hasil dari pengaturan kepolisian antara kepolisian Republik Indonesia dan Australian Federal Police yang terdapat pada paragraf 3 Lingkup kerjasama 3.2 Peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kemampuan institus melalui metode-metode; termasuk; a) pertukaran personil;

  b) program pelatihan dan pendidikan;

  c) dalam membangun fasilitas untuk pencegahan dan kemitraan penanggulangan kejahatan lintas negara; d) dukungan peralatan dan teknologi;

  e) dukungan operasi akses pada tanggal 16 Mei 2016) Untuk memudahkan peneliti dalam mengkaji kerjasama Indonesia

  Australia melalui Cybercrime Investigation Satelite Office, peneliti menggunakan penelitian terdahulu yang akan digunakan peneliti adalah pertama penelitian yang dilakukan oleh Indri Novianty dari Universitas Riau pada tahun 2014 dalam jurnal yang berjudul “Kerjasama Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepolisian Federal Australia dalam menanggulangi cybercrime di Indonesia ”.

  Dalam penelitian ini, Indri membahas masalah kerjasama antara kepolisian Republik Indonesia dan kepolisian Federal Australia pasca penyadapan yang di lakukan oleh Australia serta penjelasan kasus cybercrime di Indonesia. Melalui penelitian ini, Indri memberikan contoh kasus cybercrime yang berdampak pada sektor keamanan, perekonomian dan sosial budaya. Indry juga menjelaskan tentang awal pelaksanaan kerjasama dalam menanggulangi cybercrime dan kondisi kerjasama pasca penyadapan yang di lakukan Australia.

  Penelitian yang dilakukan oleh Indry ini mempunyai kesimpulan bahwa

  

cybercrime membawa dampak yang besar bagi kemanan suatu negara yang

  berakibat pada terganggunya kemanan serta perekonomian suatu negara. Dengan melakukan kerjasama maka Indonesia dapat memerangi dan menanggulangi kasus

  

cybercrime yang terjadi di Indonesia. Dan pasca penyadapan membawa hubungan

  Indonesia dan Australia mengalami ketegangan namun tidak berdampak pada kerjasama antara Polri dan Australian Federal Police) dalam menanggulangi

  

cybercrime di Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan di selenggarakannya Senior

Official Meeting (SOM) antara Polri dan (Australian Federal Police), yang

  merupakan bagian dari program kerja tahunan dari Transnasional Crime Centre (TNCC) dalam mendukung diskusi antara kedua negara yang rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali oleh delegasi dari Polri maupun (Australian Federal Police).

  Persamaan peneliti dengan penelitian pertama yaitu penanganan

  

cybercrime di Indonesia, Penelitian yang dilakukan peneliti berbeda dengan

  penelitian Pertama, dimana peneliti ingin mengetahui bagaimana kerjasama antara Indonesia dan Australia melalui Cyber Crime Investigation Satellite Office dalam menangani cybercrime. Dan perbedaan yang mendasarnya terdapat pada kerjasama yang dilakukan, jika peneliti sebelumnya membahas kerjasama antara Polri dan Australian Federal Police pasca penyadapan yang dilakukan oleh Australia, maka peneliti ingin membahas bagaimana kerjasama Indonesia dan Australia melalui Cyber Crime Investigation Satellite Office yang merupakan pelaksanaan kerjasama yang tertuang dalam Lombok Treaty.

  Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Andrew Richard Rihi Iye dari Universitas Komp uter Indonesia pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh

  

United Nation Against Transnasional Organized Crime (UNCATOC) Terhadap

  Kejahatan Carding Di Indonesia”. Dalam penelitian ini Adrew Richard membahas mengenai berbahayanya cybercrime dalam dunia hubungan saat ini. Peneliti memberikan contoh cybercrime yang terjdi di Indonesia yaitu kasus carding dan membahas pengaruh dari United Nation Against Transnasional Organized Crime (UNCATOC) terdahap kasus carding di Indonesia

  Pada penelitian ini Andrew berkesimpulan bahwa dengan diratifikasinya konvensi Transnasional Organized Crime oleh Indonesia dalam bentuk Undang- sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 yang berpengaruh terhadap Tindakan cybercrime terutama Carding maka penanganan tindakan kejahatan tersebut akan lebih mudah dan dapat diselesaikan secara baik dan benar. Dengan melalui aplikasi hukum internasional Cybercrime maka para penegak hukum dan pihak berwenang dalam memyelesaikan masalah tindak cybercrime ini dapat di tindak lanjuti.

  Persamaan peneliti dengan penelitian kedua yaitu sama-sama meneliti tentang kejadian tindak kejahatan lintas negara yaitu cybercrime di Indonesia.

  Perbedaan yang di lakukan peneliti berbeda dengan penelitian kedua, dimana peneliti kedua hanya membahas masalah carding di Indonesia dan berdasarkan

  

United Nation Against Transnasional Organized Crime (UNCATOC). Sedangkan

  peneliti membahas kerjasama Indonesia dan Australia melalui Cyber Crime

  

Investigation Satellite Office yang merupakan pelaksanaan kerjasama yang

tertuang dalam Perjanjian Lombok.

  Ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ana Wiyatiningrum dari Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015 dengan judul “Hubungan Bilateral Indonesia-Australia Pada Masa Perdana Menteri Kevin Rudd (2007- 2015)”. Pada penelitian ini Dwi Ana Wiyatiningrum membahas mengenai program yang dicanangkan oleh Kevin Rudd dalam pemilu Australia dan membahas mengenai kebijakan-kebijakan Kevin Rudd dalam menjalin hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia. Kebijakan yang dibahas dalam penelitian ini antara lain, kebijakan dalam bidang keamanan dan pertahanan, kebijakan dalam bidang politik, kebijakan dalam bidang pendidikan dan kebijakan dalam bidang ekonomi.