PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SEKOLAH SMA YASPIH RAJEG-TANGERANG

PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SEKOLAH SMA
YASPIH RAJEG-TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam

Oleh:
Muhammad Sam’uddin
208011000005

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M.

PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SEKOLAH SMA
YASPIH RAJEG-TANGERANG

SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam

Oleh
Muhammad Samuddin
208011000005

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M.


i

ii

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu’aliakum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirobil „alamiin, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmatnya dan beribu-ribu
nikmatnya kepada seluruh hambanya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, junjungan dan pemberi tauladan yang telah
membawa cahaya kehidupan bagi ummatnya beserta kepada keluarganya, para
sahabat dan para tabi‟ tabi‟in.
Skripsi ini bertemakan “Pengarug Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Kelas XII di Sekolah SMA YASPIH Rajeg-Tangerang.”
Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik
penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena itu, saran
dan kritik untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan

penulis hadapi, namun berkat Rahmat, taufik, dan hidayah Allah SWT. dan
berbagai dorongan, saran dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancer. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu,
diantaranya :
1.

Prof. Dr. H. Rif‟at Syauqi Nawawi, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bahrissalim, MA. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah.

3.

Drs. H. Sapiuddin Shiddiq, MA. Selaku Wakil Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah.


4.

Prof. Dr. H. Ahmad Syafi‟I Noor, MA. Selaku dosen Pembimbing dalam
Penyusunan Skripsi Ini.

5.

Seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan

iii

membekali dengan Ilmu pengetahuan serta membantu proses perkuliyahan
penulis.
6.

Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Serta perpustakaan yang diluar kampus UIN Syarif Hidayatullah
atas semua bantuan untuk penulis dalam melengkapi literaturnya.


7.

Kedua orang tua ku yang tercinta dan tersayang Bapak H. Uding
Syamsudin dan Ibu Hj. Ernih yang tulus memberikan segalanya, baik
hatinya, cintanya, kasihnya, sayangnya, perhatiannya, pikirannya, do‟anya,
motivasinya, kritik dan sarannya, arahannya, senyumnya dan usahanya
untuk mencukupi segala kebutuhan penulis. Juga tidak lupa untuk kakakkakak tercinta yang dengan caranya masing-masing telah membantu,
mendukung dan mengkritik penulis agar segera menyelesaikan kuliyahnya.

8.

Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
khususnya di jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2008-2009, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat
persaudaraan,

perjuangan,

kekeluargaannya


ini

tetap

eksis

dan

talisilaturrahmi kita tetap terjalin. Amiin
9.

Untuk sekolah SMA YASPIH khususnya para dewan guru SMA YASPIH
kami haturkan banyak terima kasih atas motivasi dan dukungannya atas
penelitian kami di sekolah SMA YASPIH, karena tanpa kalian penelitian
skripsi kami tidak akan berjalan.

10.

Kepada Kepala Sekolah SMA YASPIH Yaitu, Drs. Kamsono, M.Pd dan
Kepada Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yaitu, Abdul Haris,

S.Sos, kami hanturkan banyak terimakasih atas dukungan, bantuan, serta
motivasinya atas penelitian kami di sekolah SMA YASPIH.

11.

Sahabat dan teman-teman seperjuangan dari pondok pesantren Daar ElHikam, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala
dorongan, motivasi, kritikan, saran, nasehat, dan anjurannya.

12.

KH. Ahmad Bahrudin, S.Ag. Selaku Pengasuh dan Pimpinan pondok
pesanteren Daar El-Hikam yang telah memberikan Do‟a, Nasehat, dan

iv

Motivasinya agar menjadi orang yang lebih baik lagi dimuka bumi ini, dan
agar terselesainya penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Amiin.
13.

KH. Ahmad Sirojudin Jazuli. Selaku Pengasuh dan Pimpinan Pondok

Pesantren Manba‟ul „uluum Bogor.

14.

Drs. KH. Ahmad Syahidduddin, Drs. KH. Odi Rosihuddin, MA. Drs. KH.
Nahrul „Ilmi „Arif. Selaku Pengasuh dan Pimpinan Pondok Pesantren Daar
El-Qolam Gintung-Jayanti-Tangerang. dan seluruh asatidz dan asatidzah
Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung- Jayanti-Tangerang.
Tidak ada yang dapat membalas kebaikan kalian semua, tidak juga

penulis. Kepada mereka semuanya hanya seuntai do‟a dari lubuk hati yang dapat
penulis sampaikan “Jazakumullah Khairon Kastiroo wa barokallah fi hayatikum
wa salamatu fihayatikum”, semoga Allah Ta‟ala membalas kebaikan mereka
semua dengan kebaikan yang lebih baik di dunia ini dan kelak di akhirat nanti.
Amiin
Alhamdulillahi robbil „alamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 9 Muharram 1434 H.
23 November 2012 M.


Penulis

v

DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
MOTTO ......................................................................................................
PERSEMBAHAN ......................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….
B. Identifikasi Masalah …………………………………………...
C. Pembatasan Masalah …………………………………………..
D. Perumusan Masalah …………………………………………....
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………..
BAB II KAJIAN TEORI

A. Sejarah Perkembangan Ujian Nasional .....................................
B. Aspek-Aspek Pelaksanaan Ujian Nasional
1. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Terhadap Ujian
Nasional ..............................................................................
2. Hubungan Ujian Nasional Dengan Kurikulum Serta
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam …………… ........
3. Materi dan Bentuk Ujian Nasional ……………................
4. Dampak Ujian Nasional Terhadap Peningkatan Mutu
Pendidikan di Sekolah ……... ............................................
5. Standar Kelulusan Ujian Nasional ……………………….
C. Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar
Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional .............
2. Pengertian Motivasi ……………………………………......
3. Jenis Motivasi ……………...............................................
4. Fungsi Motivasi ……………………………………………
5. Cara Mengembangkan Motivasi ………………………......
6. Pengertian Belajar…………………………........................
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ………………
8. Tujuan Belajar ………………...........................................

9. Mengatasi Kesulitan Belajar………………………….........

x

i
iii
vi
vii
viii
ix
x
1
5
6
6
6
7

11
12
16
16
17

18
20
22
23
24
25
27
27
28

10. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar.............................
11. Strategi Motivasi Peserta Didik ………………………….
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………..………….
B. Metodologi Penelitian ………………………………………...
C. Populasi dan Sample Penelitian ……………………………....
D. Rumusan Hipotesa ....................................................................
E. Variable Penelitian …………………………………………....
F. Tekhnik Pengumpulan Data ………………………………….
G. Validitasi dan Reabilitas Penelitian …………………………..
H. Tekhnik Analisis Data ………………………………………..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

29
30

A. Profil Sekolah SMA YASPIH Tangerang ….....……………...

43

B. Analisis Data ………………………………………………….

48

C. Pengujian Hipotesis ..................................................................

77

D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................

88

35
35
36
37
38
39
40
41

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................

90

B. Implikasi ....................................................................................

91

C. Saran ..........................................................................................

91

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

92

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi

peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dalam beberapa tahun ini menjadi satu masalah
yang cukup ramai dibicarakan dan menjadi kontraversi dalam banyak seminar
atau perdebatan.
Ujian Nasional sesungguhnya bisa diibaratkan seperti jamu, rasanya pahit
namun bermanfaat bagi tubuh. Ujian Nasional memang seakan dipaksakan oleh
pemerintah dalam rangka akselerasi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Sedangkan kondisi pendidikan di Indonesia hari ini masih jauh dari
menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya sarana pendidikan, kualitas
guru yang kurang memadai serta kesiapan sekolah-sekolah di daerah yang masih
memprihatinkan.
Dengan demikian, pesatnya suatu kemajuan serta arus globalisasi, dan
persaingan yang semakin ketat sehingga kebutuhan akan kependidikan sangatlah
penting bagi setiap kalangan untuk menghadapi masa depan dan meraih cita-cita
yang diharapkan.
Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan yang sangat mendasar
untuk menunjang kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya
dengan konsep pendidikan yang relevan dan mutakhir bagi semua individu. Hal
ini dimaksudkan agar dapat membentuk manusia yang berkepribadian eksis, serta
mengenal dirinya dan lingkungan yang ada disekitarnya yang baik. Sehingga

2

pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang terus menerus dan dinamis
yang mengarah kepada pendewasaan individu baik jasmani maupun rohani.
Adapun, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dirumuskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional
adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan martabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (bab II, pasal 3). Untuk
menjamin pendidikan yang bermutu, Indonesia menetapkan standar nasional
pendidikan, yang merupakan kriteria minimal tentang system pendidikan
diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP No 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 1). Fungsi Standar
Nasional Pendidikan adalah penyusunan strategi dan rencana pengembangan
sesudah diperoleh data-data dari evaluasi belajar secara nasional seperti Ujian
Nasional.1
Sehingga sebagai realisasi fungsi dan tujuan pendidikan, Nurudin
memberikan pandangannya tentang bagaimana upaya pemerintah meningkatkan
kualitas pendidikan sebagai berikut:
Sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan pengendalian
mutu pendidikan di Indonesia, baik pada tingkat mikro disekolah/ madrasah
maupun secara makro di kabupaten/ Kota, Propinsi dan Nasional di
selenggarakan melalui Ujian Nasional (UN) untuk jenjang SMP/ MTs dan
SMA/ MA/ SMK. Ujian Nasional berfungsi sebagai metode seleksi kelulusan
siswa, selain itu UN dapat memetakan mutu pendidikan baik antar unit
analisis (Sekolah/ Madrasah, Kabupaten/ Kota. Propinsi) maupun antar tahun,
sehingga dapat dijadikan masukan pembinaan mutu pendidikan.2
Oleh karena itu, pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia dalam
meningkatkan mutu pendidikan bukan hal yang baru. Hal ini dikarenakan ujian
Nasional sudah dilaksanakan meskipun dengan nama berbeda. Pada tahun 19451970 Ujian Nasional disebut dengan Ujian Negara. Adapun pada tahun 1984Nurudin,dkk. Ujian Nasional Di Madrasah “ Persepsi Dan Aspirasi Masyarakat”.
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), Cet-1. h. 1.
2
Ibid., h. 2.
1

3

2000, Ujian Negara berubah menjadi Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional
(EBTANAS). Pada tahun 2001-2004 berubah nama lagi yakni Ujian Akhir
Nasional (UAN). Perubahan terjadi kembali pada tahun 2006 dan masih berlaku
sampai saat ini dengan nama Ujian Nasional. Sehingga dapat dipahami bahwa
pelaksanaan kebijakan UAN atau UN bukan hal yang baru. Namun kebijakan
pemerintah menerapkan kebijakan UAN (Ujian Akhir Nasional) sebagai
standarisasi nilai kelulusan secara nasional tiap tahun berubah. Sehingga
kebijakan tersebut menjadi polemik bagi masyarakat pendidikan Indonesia.3
Permasalahan yang menjadi polemik dalam UN adalah pada tahap
standarisasi nilai kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah tiap tahun. Standar
kelulusan UAN pada awalnya adalah 3,01 setelah berganti UN (Ujian Nasional)
standar nilai kelulusan meningkat menjadi 4,26 pada tahun 2005/2006, sedangkan
untuk tahun ajaran 2006/2007 standar kelulusan ditingkatkan menjadi 5,00 dan
seterusnya. Pemerintah berharap standarisasi nilai tiap tahun yang meningkat akan
mampu mengangkat mutu pendidikan Indonesia. Namun pada kenyataannya
proses standarisasi nilai mengalami masalah. Seperti hanya pada mata pelajaran
tertentu yakni Bahasa Indonesia, Matematika, bahasa Inggris.hal itu membuat
siswa hanya fokus pada mata pelajaran tersebut dan mengabaikan mata pelajaran
yang tidak masuk dalam UN. Demi lulus dalam UN, siswa, guru, dan sekolah ada
yang melakukan kecurangan. Karena jika mereka tidak lulus harus mengulang di
kelas tiga atau mengikuti ujian persamaan (paket C).
Oleh karena itu, dalam pengamatan pemerhati pendidikan UN dianggap
kesalahan interpretasi kebijakan dalam memahami evaluasi standar pendidikan
nasional. Menurut Deni Hadiani (perekayasa pendidikan Litbang Diknas), bahwa
ada 2 hal yang harus diperhatikan pemerintah terkait dengan UN. Yakni sebagai
berikut:
Pertama, kesalahpahaman interpretsasi terhadap UU Nomor 20 tahun
2003. Kedua, UN belum mampu mencerminkan keadilan peserta didik, hal
tersebut dapat di lihat dari masih tingginya disparitas mutu pendidikan antar
satu sekolah dengan sekolah lainnya sehingga dapat berakibat pada
persaingan tidak sehat antar sekolah, bahkan pihak sekolah berkecendrungan
3

Ibid.

4

melakukan kecurangan-kecurangan demi mencapai target standar kelulusan
UN.4
Selain itu, ada gugatan warga Negara (citizen lawsuit) terkait kebijakan
ujian nasional sebagai penentu kelulusan. Gugatan tersebut dibawa ke Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat untuk diproses.

Hasilnya dimenangkan oleh pihak

penggugat. Dalam pandangan wakil ketua komisi X DPR Anwar Arifin,
menyatakan bahwa DPR dalam menyikapi keberadaan ujian nasional cenderung
lebih setuju jika fungsinya hanya pemitaan guna ditindak lanjuti untuk
peningkatan mutu pendidikan masih sangat timpang sehingga mata pelajaran
tertentu diujikan untuk penentu kelulusan oleh pemerintah, maka siswa akan
sangat dirugikan.
Dengan demikian Ujian Nasional (UN) dilihat dari peraturan menteri
pendidikan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2005 Pasal 4, ada beberapa yang
menjadi pertimbangan yakni: a) penentuan kelulusan peserta didik dari suatu
satuan pendidikan, b) seleksi jenjang pendidikan berikutnya, c) pemataan
mutu satuan dan/ program pendidikan, d) akreditasi satuan pendidikan, dan e)
pembinaan dan pemberian bantuan satuan pada satuan pendidikan dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan.5
Peraturan MENDIKNAS di atas, menurut penulis merupakan beberapa hal
yang ideal dalam dunia pendidikan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah
apakah Ujian Nasional yang di lakukan lebih dari tiga hari, dengan enam mata
pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi)
utuk program IPA, adapun dengan program IPS yaitu, (Matematika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, ekonomi, geografi, dan sosiologi) dapat dijadikan
standar mutu pendidikan Indonesia?
Bila penulis lihat secara konseptual akademik, “bahwa evaluasi hasil
belajar peserta didik harus dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”.
Dalam peran pendidikan, bahwa Pendidik memiliki kewajiban utama dalam
memperbaiki mutu pembelajarannya sendiri dengan melakukan sesuatu refleksi
mandiri (internal evaluation) sebagai suatu upaya yang didorong oleh motivasi
diri untuk selalu memperbaiki khasanah mutu pembelajarannya sendiri.
4

Ibid.
Benni Setiawan. Agenda Pendidikan Nasional.( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.
2008). Cet-1. h. 142
5

5

Namun, bila ditinjau dari tujuan Pendidikan Islam, pendidikan diciptakan
untuk keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh,
dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia. Dengan
demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi manusia,
baik yang bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan,
maupun bahasa, baik secara perorangan maupun kelompok, dan mendorong
tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan.
Tujuan akhir pendidikan terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh
kepada Allah SWT. Baik pada tingkat perseorang, kelompok maupun
kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya.6
Dengan adanya pelaksanaan Ujian Nasional ini, diharapkan siswa-siswi
memiliki daya penggerak dari dalam untuk melakukan motivasi belajar yang
seimbang antara materi ujian nasional dengan yang tidak di ujikan dalam ujian
nasional agar tujuan pendidikan nasional tercapai dengan sebaik mungkin. Lalu
bagaimana dengan siswa-siswi SMA YASPIH? Apakah dengan adanya
pelaksanaan Ujian Nasional siswa-siswi termotivasi untuk lebih giat belajar?
Dengan melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan
penelitan pada siswa kelas XII yang akan mengikuti Ujian Nasional tahun depan,
dan menerapkan ide dalam skripsi yang berjudul: Pengaruh Ujian Nasional
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XII di Sekolah SMA YASPIH Rajeg –
Tangerang.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas diadakan identifikasi
masalah sebagai berikut :
1.

Lemahnya motivasi belajar disaat awal tahun ketika ada bimbingan belajar
unuk menghadapi persiapan Ujian Nasional.

6

Abuddin Nata,. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana, 2010). Cet, ke-1. h. 62..

6

2.

Bagaimana peranan guru SMA YASPIH Rajeg-Tangerang, dalam
menyeimbangkan pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional pada
saat Ujian Nasional akan dilaksanakan.

C. Pembatasan Masalah
Dari sekian masalah yang penulis kemukakan dalam identifikasi masalah
diatas, maka penulis membatasi masalah pada:
1.

Sejauh mana tingkat motivasi belajar siswa di saat adanya pelaksanaan

Ujian Nasional.
2.

Faktor-faktor apa saja yang membuat peranguh motivasi belajar Siswa di

saat Ujian Nasional dilaksanakan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah,
maka penulis merumuskan masalah yaitu, Adakah pengaruh pelaksanaan ujian
Nasional terhadap motivasi belajar siswa dikelas XII ?

E. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan melihat pokok permasalahan yang telah dirumuskan maka ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang penelitian yang penulis
lakukan yaitu : untuk mengetahui pengaruh Ujian Nasional terhadap motivasi
belajar Pendidikan Agama Islam.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penulis berharap agar skripsi ini memberikan manfaat khusus dibidang
pendidikan dan menjadi kontribusi bagi para mahasiswa/ mahasiswi terutama
jurusan Pendidikan Agama Islam.
b. Manfaat praksis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia pendidikan di
indonesa dan dapat dijadikan informasi dan pengetahuan kepala sekolah dan guru

7

di SMA YASPIH Rajeg-Tangerang serta memberikan motivasi belajar Pendidikan
Agama Isalam dalam menghadapi Ujian Nasional.

7

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Sejarah Perkembangan Ujian Nasional
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun2003
yang menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pada tannggal 16 April 2012 diselenggarakannya Ujian Nasional untuk
tingkatan Sekolah Menengah Atas. Pelaksanaan Ujian Nasional SMA ini lebih
terasa heboh dibandingkan pelaksanaan Ujian Nasional untuk tingkatan SMP dan
SD. Dalam beberapa jejaring sosial banyak sekali anak SMA yang membahas
Ujian Nasional, mulai dari deg-degan, contekan, dan sebagainya. Jelas rasanya
adik-adik SMA yang hendak Ujian Nasional merasa sangat deg-degan sama
halnya yang penulis alami 4 tahun lalu.
Perkembangan Ujian Nasional dari zaman ke zaman di Indonesia
mengalami banyak metamorfosa. Telah beberapa kali ganti formatnya, seperti
yang akan dibahas oleh penulis di bawah ini :
Pertama, pada tahun 1945-1971 sistem ujian dinamakan sebagai Ujian
Negara. Hampir berlaku untuk semua mata pelajaran, semua jenjang yang ada di
Indonesia, yang berada pada satu kebijakan pemerintah pusat.
Kedua, pada tahun 1972-1979 Ujian Negara di tiadakan, lalu dirubah
menjadi Ujian Sekolah. Sehingga sekolah lah yang menyelenggarakan ujian
sendiri. Semuanya diserahkan kepada sekolah, sedangkan pemerintah pusat hanya

8

membuat kebijakan-kebijakan umum terkait dengan ujian yang akan dilaksanakan
oleh pihak sekolah.
Ketiga, pada tahun 1980-2000, untuk mengendalikan, mengevaluasi, dan
mengembangkan mutu pendidikan, Ujian sekolah diganti lagi menjadi Evaluasi
Belajat

Tahap

Akhir

Nasional

(EBTANAS).

Dalam

EBTANAS

ini,

dikembangkan perangkat ujian paralale untuk setiap mata pelajaran yang diujikan.
Sedangkan yang menyelenggarakan dan monitoring soal dilaksanakan oleh daerah
masing-masing.
Keempat, kemudian pada tahun 2001-2004 EBTANAS diganti lagi
menjadi Ujian Akhir Nasional (UNAS). Hal yang menonjol dalam peralihan dari
EBTANAS menjadi UNAS adalah dalam penentuan kelulusan siswa, yaitu
ketika masih menganut sistem Ebtanas kelulusan berdasarkan nilai 2 semester
raport terakhir dan nilai EBTANAS murni, sedangkan dalam kelulusan UNAS
ditentukan oleh mata pelajaran secara individual.
Kelima, yaitu pada waktu tahun 2005-2009 Terjadi perubahan sistem yaitu
pada

target

wajib

belajar

pendidikan

(SD/MI/SD-LB/MTs/SMP/SMP-

LB/SMA/MA/SMK/SMA-LB) sehingga nilai kelulusan ada target minimal.
Keenam, yaitu tahun 2010-Sekarang, UNAS diganti menjadi Ujian
Nasional (UN). Untuk UN tahun 2012, ada ujian susulan bagi siswa yang tidak
lulus UN tahap pertama. Dengan target, siswa yang melaksanakan UN dapat
mencapai nilai standar minimal UN sehingga mendapatkan lulusan UN dengan
baik.
Berikut diatas adalah beberapa perubahan dari masa ke masa jati diri Ujian
Nasional di Indonesia. Dibalik banyaknya perubahan, semua hal tersebut adalah
untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Karena Ujian Nasional
sampai saat ini menjadi faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari suatu
jenjang pendidikan, terlepas dari beberapa hal yang menjadi kekurangan dari
sistem Ujian Nasional tersebut.
Selain perubahan istilah, ada pula perubahan mata pelajaran yang di Ujian
Nasionalkan. Misalnya pada kurikulum 1968, 1948, dan 1994. Mata pelajaran
pokok yang diujikan secara Nasional di tingkat SD/ MI, SMP/ MTs, SMA/ SMK/

9

MA, yaitu:

Bahasa Indonesia, PPKN, Bahasa Inggris, IPS, dan matematika.

Dengan nama EBTANAS adalah mengetahui tingkat pencapain hasil belajar siswa
secara nasional, yang diwujudkan dalam bentuk nilai EBTANAS murni (NEM).
EBTANAS di laksanakan menggunakan berbagai paket soal yang berbeda dengan
tingkat kesukarannya. Penyelenggaraan EBTANAS sepenuhnya dilakukan oleh
sekolah. Kelulusan siswa ditentukan dengan cara mengkombinasikan hasil
penilaian yang dilakukan oleh sekolah (ujian sekolah) dan NEM.
Pada dasarnya, perubahan hasil Ujian Nasional akan sangat bermanfaat
sebagai alat pengendalian mutu pendidikan secara nasional. Namun dalam
pelaksanaannya sering bermunculan masalah-masalah, antara lain: sekolahsekolah berlomba mencapai NEM atau nilai kelulusan yang tinggi melalui
berbagai upaya yang kurang terpuji.1
Hal ini berdampak pada motivasi yang dikembangkan oleh sekolah adalah
meraih predikat sekolah efektif dengan pencapaian NEM digunakan sebagai
ukuran standar pencapain hasil belajar siswa. Sehingga NEM digunakan
sebagai indikator keberhasilan utama pencapaian mutu pendidikan yang
sekaligus sebagai determinan penting untuk meraih predikat sekolah efektif.
Kesemuanya itu, pada akhirnya akan mengancam realibilitas, validitas, dan
generalitas hasil ujian nasional.2
Sehingga pada tahun 1965-1971 Ujian Negara diubah dengan tujuannya
untuk menentukan kelulusan, sehingga siswa dapat melanjutkan ke sekolah negeri
atau perguruan negeri apabila ia lulus Ujian Negara. Sedangkan yang tidak lulus
ujian neggara tetap memperoleh ijazah dan dapat melanjutkan ke Sekolah/ PT.
Swasta. Bahkan Ujian Negara disiapkan seluruhnya oleh pusat. Hanya ada satu set
naskah ujian untuk seluruh wilayah Indonesia, menggunakan soal bentuk uraian
dan jawaban singkat.
Pemeriksaan hasil ujian dilakukan ditingkat kabupaten/ kota dengan
pemeriksa yang handal dan terpercaya. Kriteria batas kelulusan ditetapkan oleh
pusat dengan ambang nilai 6 untuk setiap mata ujian. Sumber dana kegiatan ujian
Negara pada tahun tersebut ditanggung seluruhnya oleh pemerintah pusat. Dengan
1

Nurudin,dkk,Ujian Nasional di Madrasah Presepsi dan Aspirasi
Masyarakat (Jakarta: Gunung Persada Press, 2007) cet. ke 1, h. 15.
2
Ibid., h. 15

10

standar kelulusan yang cukup tinggi pada saat itu mengakibatkan presentasi
kelulusan cukup rendah, tetapi mutu kelulusan tinggi.
Kelebihan dari Ujian Negara pada saat itu adalah: (1) dapat mendorong
siswa giat belajar dan guru mengajar dengan baik; (2) nilai ujian setiap siswa/
sekolah/ daerah memiliki makna yang sama dan komparabel. Sedangkan
kekurangan dari ujian nasional antara tahun 1967-1971, (1) biaya distribusi
bahan ujian cukup tinggi; (2) resiko kebocoran soal cukup tinggi; dan (3)
tingkat drop out siswa juga tinggi.3
Oleh karena pada tahun 1972-1979 Ujian Negara (UN) berganti istilah
menjadi ujian sekolah, tujuannya adalah untuk menentukan tamat atau
menyatakan bahwa siswa telah menyelesaikan program pada satuan pendidikan.
Seluruh bahan ujian disiapkan oleh sekolah atau kelompok sekolah. Mutu soal
sangat bervariasi, tergantung mutu sekolah/ kelompok sekolah. Bentuk soal yang
digunakan pun berbeda antar sekolah.
Sehingga penanggung jawab atas penyelenggaraan ujian adalah sekolah/
kelompok sekolah. Pelaksanaan ujian pada masa ini sama dengan pelaksanaan
ujian pada masa sebelumnya yaitu hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun
pelajaran yang dilakukan pada akhir tahun pelajaran. Pemerintah pusat
menerbitkan pedoman penilaian yang bersifat umum. Pemeriksaan hasil Ujian
dilakukan di tingkat sekolah.
Adapun kriteria tamat ditentukan oleh masing-masing sekolah dengan
tidak mengenal istilah Lulus/ Tidak Lulus, akan tetapi menggunakan istilah
TAMAT. Biaya ujian sepenuhnya ditanggung jawab oleh siswa. Presentasi siswa
cukup tinggi bahkan dapat dikatakan semua siswa lulus, namun mutu lulusan
tidak data diperbandingkan.
Kelebihan ujian sekolah menurut Nuruddin, dkk. adalah: (1) dapat
menurunkan tingkat drop out siswa; (2) tidak ada tekanan (pressure) bagi
sekolah dalam hal kelulusan; (3) dan sekolah memiliki otoritas yang tinggi
dalam penentuan kelulusan. Sedangkan kekurangan ujian sekolah ini adalah.
(1) nilai hasil ujian antar sekolah tidak dapat dibandingkan; (2) hasil ujian
sekolah tidak dapat dilakukan pemetaan sekolah ada tingkat daerah dan
nasional; dan (3) hasil ujian tidak dapat dijadikan sebagai alat seleksi.4
3
4

. Ibid., h. 16
Ibid., h. 17.

11

B. Aspek-Aspek Pelaksanaan Ujian Nasional
1.

Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Terhadap Ujian Nasional
Dalam konteks penyelenggaraan sistem Pendidikan Nasional,penulis

mengungkapkan bahwa pelaksanaan Ujian Nasional terkandung pula kepentingan
yang terkait dengan pengukuran.
Pengukuran merupakan salah satu teknik yang paling banyak digunakan
dalam penilaian terhadap pencapaian kompetensi lulusan satuan pendidikan,
keberhasilan sekolah dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan
kurikulum dan tujuan pendidikan Nasional, dan untuk dijadikan dasar dalam
membuat pemetaan mutu sekolah. Meskipun bahwa indikator mutu pendidikan
itu cukup banyak, namun pada umumnya diakui bahwa keberhasilan peserta
didik dalam ujian (pengukuran hasil belajar) dianggap sebagai indikator
utama.5
Terkait dengan mutu pendidikkan ini, kita semua menginginkan adanya
peningkatan mutu pendidikan, dan Ujian Nasional dipandang sebagai salah satu
upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan secara nasional
Di dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional telah ditetapkan
standar pendidikan yang bersifat nasional seperti diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Lingkungan SNP meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar
kompetensi kelulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5)
standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar
pembiyayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan. Dengan penetapan SNP ini
diharapkan pendidikan nasional dapat meningkatkan mutunya.6
Dalam sebuah penetapan standar nasional pendidikan sebagaimana telah di
kemukakan di atas merupakan langkah awal untuk berupaya mendongkrak mutu
pendidikan. Pengukuran terhadap ketercapaian standar nasional terutama pada
standar kompetensi kelulusan merupakan salah satu upaya mencapai standar itu.
Pengukuran terhadap standar kelulusan ini secara nasional dilakukan melalui ujian
nasional.
Adapun dalam pengukuran terhadap kompetensi lulusan ini secara
nasional dilakukan melalui Ujian Nasional, yaitu yang pelaksanaannya berpijak
pada PP Nomor 19 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
5
6

Ibid., h. 139.
Ibid., h. 141

12

Nomor 20 tahun 2005. Meskipun demikian, masih disadari bahwa dalam
pelaksanaan ketentuan-ketentuan sebagaimana tertuang dalam peraturan-peraturan
tersebut disadari masih dihadapi berbagai kendala dan masalah. Sesuai dengan
peraturan menteri tersebut, Ujian Nasional (UN) dilaksanakan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran yang
ditentukan dari kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan Teknologi, dalam
rangka pencapaian standar nasional pendidikan.7

2.

Hubungan Ujian Nasional Dengan kurikulum Serta pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Dari hasil penelitian dan berbagai kajian telah dilakukan, baik oleh instansi

pemerintah maupun oleh lembaga-lembaga independen, yang terkait dengan
persepsi dan respon masyarakat tentang ujian yang diselenggarakan secara
nasional (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS)- sebelum tahun
2003, UAN- tahun 2003, 2004, dan 2005 serta UN- tahun 2006). Khususnya yang
berkenaan dengan kurikulum dan pembelajaran disekolah dapat dipaparkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a.

Evaluasi Dampak Ebtanas terhadap Kegiatan Belajar Mengajar
Penelitian ini dilaksanakan di 5 provinsi dengan responden kepala
sekolah, guru, siswa, dan orang tua siswa. Penelitian tersebut
menyimpulkan bebrapa hal sebagai berikut:
1) Pembelajaran rutin yang dilaksanakan disekolah tidak menjamin
para siswa berhasil dalam Ebtanas.
2) Materi, waktu, dan strategi belajar yang diberikan disekolah tidak
memadai untuk menghadapi Ebtanas.
3) Ada beberapa materi yang di Ebtanas-kan tidak sesuai dengan materi
yang diajarkan di sekolah.
4) Guru dipandang sebagai salah satu faktor yang turut mempersiapkan
siswa menghadapi Ebtanas, khususnya guru-guru di daerah.
5) Pembelajaran yang lebih banyak terfokus pada latihan soal-soal yang
ditujukan untuk mempersiapkan siswa menghadapi Ebtanas
disekolah mengakibatkan penguasaan konsep/ teori tentang materi
dari suatu mata pelajaran agak terabaikan.
7

Ibid., h. 141.

13

6) Waktu/ jam belajar tambahan yang dipersipakan sekolah untuk siswa
dalam menghadapi berkisar antara 4-6 jam per minggu dan lebih dari
6 jam perminggu.
7) Tujuan bahwa Ebtanas dijadikan salah satu faktor pemicu motivasi
belajar bagi siswa yang telah terpenuhi, namun tidak untuk masalah
kecemasan siswa.
8) Sumber belajar.
9) Selain usaha siswa sendiri, keberhasilan siswa dalam Ebtanas lebih
banyak dipengaruhi oleh tambahan jam belajar disekolah.
10) Ebtanas diperlukan untuk untuk mengukur keberhasilan siswa
belajar dan keberhasilan guru mengajar.
11) Diperlukannya alat penilaian yang memiliki standar nasional untuk
melihat mutu pendidikan di Indonesia. Ebtanas salah satunya, tetapi
perlu disempurnakan dan Nilai Evaluasi Murni (NEM) bukanlah
satun-satunya indikator untuk mengukur mutu sekolah/ pendidikan.
12) Pembelajaran di sekolah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
nilai NEM, tetapi yang lebih penting meningkatkan penguasaan
konsep.materi pembelajaran.
13) Nilai Evaluasi Murni (NEM) tidak dijadikan satu-satunya patokan
kelanjutan studi.
14) Nilai Evaluasi Murni (NEM) dapat dijadikan ukuran keberhasilan
pengelolaan pendidikan di sekolah, sehingga dapat memotivasi
pengelolan sekolah bekerja lebih baik.
15) Materi yang di Ebtanas-kan harus sesuai dengan kurikulum yang
diberlakukan.
16) Mutu tes Ebtanas harus terjamin dan andal sehingga berdampak pada
kinerja guru dalam pembelajaran dikelas, memotivasi belajar siswa,
dan mendorong pengelola sekolah untuk mengelola sekolah menjadi
lebih baik.8
b.

Studi Respon Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Ujian Akhir
Nasional Tahun ajaran 2003/ 2004.

1) Ujian Akhir Nasional diperlukan sebagai: (1) alat pengendali mutu
pendidikan secara nasional, (2) alat pemicu bagi sekolah dan siswa
untuk meningkatkan mutu pendidikan, (3) memberi dorongan agar
siswa belajar lebih keras.
2) Ada indikasi bahwa Ujian Akhir Nasional yang dijadikan indikator
mutu pendidikan hanya terkait dengan aspek kognitif semata dan
mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini memicu
kontroversi bahwa hanya siswa-siswa yang memiliki kemampuan
kognitif yang memadai saja yang dapat lulus, sedangkan siswa yang
8

Kumaidi. Evaluasi Dampak Ebtanas Terhadap Kegiatan Belajar
Mengajar. (Jakarta: Balitbang Depdikbud, 2005). h. 223

14

memiliki kemampuan afeksi dan psikomotor yang memadai tidak
diperhatikan bila tidak lulus UAN.9
c.

Pendapat beberapa kalangan, yaitu: Koalisi Pendidikan yang terdiri
dari Lembaga Advokasi Pendidikan (LAP), National Education
Watch (NEW), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI),
The Center for the Betterment Indonesia (CBI), Kelompok Kajian
Studi Kultural (KKSK), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII),
Forum Aksi Guru Bandung (FAGI-Bandung), For-Kom Guru Kota
Tangerang (FKGKT), Lembaga Bantuan Hukum (LBH-Jakarta),
Jakarta Teachers and Education Club (ITEC), dan Indonesia
Corruption Watch (ICW), antara lain dipaparkan sebagai berikut:

1) UAN hanya mengukur satu aspek kompetensi kelulusan yakni aspek
kognitif. Padahal menurut penjelasan pasal 35 ayat 1 UU Sisdiknas,
Kompetensi lulusan seharusnya mencakup tiga aspek yaitu aspek
sikap (apektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
(psikomotorik). Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, UAN
hanya melakukan evaluasi terhadap peserta didik. Padahal, menurut
pasal 57 UU Sisdiknas, mutu pendidikan seharusnya didasarkan pada
evaluasi yang mencakup peserta didik, lembaga dan program
pendidikan.
2) UAN mengabaikan muatan kurikulum yang menganut prinsip
kemajukan potensi daerah dan peserta didik. Sebab menurut pasal 36
ayat 2 UU Sisdiknas, kurikulum harus dikembangkan dengan
menggunakan prinsip kemajemukan (diversifikasi) potensi daerah
dan potensi peserta didik. UAN juga telah merampas pendidikan
guru dan sekolah untuk melakukan evaluasi hasil belajar dan
menentukan kelulusan peserta didik. Menurut pasal 58 ayat 1 dan
pasal 61 ayat 2 UU Sisdiknas, evaluasi hasil belajar dan penentuan
kelulusan peserta didik dilakukan oleh pendidik/ guru dan satuan
pendidikan.sekolah.10
d.

Studi Dampak Ujian Akhir Nasional
Studi ini dilakukan di 6 provinsi. Hasil studi memperlihatkan
beberapa hal sebagai berikut:

1) Siswa menjadi lebih semangat belajar, rajin mencari sumber bacaan,
dan rajin masuk sekolah.
9

Ibid., h. 144.
Nurudin,dkk. op.cit., h. 144-145.

10

15

2) Guru lebih giat mengajar, meningkatkan motivasi berprestasi dan
disiplin siswa.
3) Orang tua lebih memperhatikan proses pembelajaran anak dan
memberiikan dorongan untuk belajar.11
e.

Studi Puslit Kebijakan Balitbang Depdiknas.

Pelaksanaan

Ujian

Akhir

Nasional

memiliki

dampak

positif:

meningkatkan motivasi belajar siswa, mendorong guru untuk mengajar
sebaik mungkin, mendorong sekolah untuk terus menerus melakukan
perbaikan-perbaikan

terhadap

PBM

dan

kinerja,

meningkatkan

pemahaman dan kesadaran orang tua dan masyarakat tentang fungsi ujian
dan perlunya keseriusan belajar bagi siswa dalam persiapan menghadapi
ujian.

f.

Kajian komprenshif tentang bentuk, fungsi, dan makna

Kajian yang di ikuti oleh lebih dari 30 orang yang terdiri atas berbagai
pakar dan praktisi dari berbagai unsur terkait dan mempunyai beberapa
hal yang di perhatikan sebagai berikut :
1) Ujian Nasional tetap diperlakukan sebagai upaya memperbaiki mutu
pembelajaran.
2) Ujian Nasional tetap diperlukan dalam kerangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Dalam penelitian pelaksanaan ujian nasional di sekolah ini terlihat
bahwa: Apakah ujian nasional mengabaikan muatan kurikulum prinsip
kemajemukkan potensi daerah dan potensi siswa. Dan Apakah
pembelajaran rutin disekolah akan menjamin keberhasilan siswa dalam
menghadapi Ujian Nasional. Sedangkan dalam hal mata pelajaran yang
di ujikan dalam ujian nasional, apakah sebaiknya ditambahkan pelajaran
Agama.12

11
12

Ibid., h. 15
Ibid. h. 150.

16

3.

Materi dan Bentuk Ujian Nasional
Persepsi kepala sekolah dan guru terhadap materi dan metode

pembelajaran di sekolah memadai untuk menghadapi Ujian Nasional. Dari
beberapa hasil kajian yang terkait dengan materi ujian nasional, antara lain: (1)
Pemilihan mata pelajaran yang diujikan secara nasional sebaiknya dapat
mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan
kompetitif, (2) Materi ujian nasional sebaiknya dikembangkan oleh lembaga
mandiri diluar Depdiknas dan dikerjakan oleh orang-orang yang memahami
kondisi lapangan/ sekolah dan perlu dihindari “pengkultusan” terhadap mata
pelajaran tertentu yang dijadikan mata ujian Nasional, (3) materi Ujian Nsional
tidak hanya mengukur satu aspek kompetensi kelulusan, yakni asek kognitif, dan
tidak mengabaikan muatan kurikulum yang menganut prinsip kemajemukan
potensi daerah dan peserta didik.13
4.

Dampak Ujian Nasional Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di
Sekolah
Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

(KBK)

yang mulai

digalakkan

pemerintah untuk mengganti kurikulum 1994 ternyata bertolak belakang dengan
Ujian Nasional yang justru sedang dipertahankan oleh pemerintah. Dalam konteks
pembelajaran, KBK mengukur kelulusan tak hanya berdasarkan pengetahuan
siswa, tetapi juga pada perubahan perilaku, termasuk keseluruhan proses untuk
menggiring siswa mengaplikasikan pengetahuannya.
Sebaliknya, Ujian Nasional (UN) lebih mengukur kemampuan siswa
berdasarkan nilai yang dicapai pada saat pelaksanaan ujian, tanpa melihat
rangkaian proses pembelajaran sebelumnya. “Sebagai bagian dari pemetaan mutu
pendidikan nasional, Ujian Nasional (UN) sebetulnya lebih merupakan external
evaluation.14

13
14

Ibid., h. 151.
Ibid., h. 170

17

Oleh karena itu, Ujian Nasional (UN) sebaiknya tidak digunakan kalau
hanya

untuk

mengukur

kemampuan

individual

siswa

siswi,

termasuk

kelulusannya. Kelulusan siswa-siswi itu lebih pantas di ukur dengan ujian yang di
adakan oleh guru dengan mengacu pada prinsip-prinsip kurikulum berbasis
kompetensi (KBK). Kompetensi siswa yang sebenarnya itu akan tampak jika
dilakukannya sebuah penilaian yang mengacu pada sebuah kurikulum yang ada
seperti KBK.

5.

Standar Kelulusan Ujian Nasional
Secara Yuridis Standar Kelulusan Ujian Nasional dapat dilihat pada PP No.

19/2005 dan permendiknas No. 20/2005 yang isinya menyatakan hal-hal sebagai
berikut:
a.

Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk : (a)
pemetaan mutu program dan/ atau satuan pendidikan; (b) dasar seleksi masuk
jenjang pendidikan berikutnya; (c) penentuan kelulusan peserta didik dari
program dan/ atau satuan pendidikan; (d) pembinaan dan pemberian bantuan
kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu
pendidikan (PP No. 19/2005 Pasal 68).

b.

Hasil Ujian Nasional di gunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk : (a)
penentuan kelulusan peserta didik dari suatu satuan pendidikan; (b) seleksi
masuk jenjang pendidikan berikutnya; (c) pemetaan mutu satuan dan/ atau
program pendidikan; (d) Akreditasi satuan Pendidikan; (e) pembinaan dan
pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan (Permendiknas No. 20/2005 Pasal 4).

c.

Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar
dan menengah setelah: (a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; (b)
memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan; dan (c) lulus Ujian Nasional. Kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang

18

bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BNSP dan di
tetapkan dengan peraturan menteri (PP No. 19/ 2005 Pasal 72).
d.

(1) Peserta didik dinyatakan lulus ujian nasional apabila memiliki nilai lebih
besar dari 4,25 untuk setiap mata pelajaran yang di ujikan dengan nilai ratarata nilai ujian Nasional lebih besar dari 4,50; (2) Pemerintah daerah dan/ atau
satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1); (3) peserta didik yang dinyatakan lulus
Ujian Nasional dan ujian sekolah berhak memperoleh ijazah; (4) ijazah
diterbitkan oleh sekolah/ madrasah penyelenggara dengan menggunakan
blangko ijazah yang disediakan oleh Departemen; (5) peserta Ujian Nasional
diberi surat keterangan Hasil Ujian Nasional yang diterbitkan oleh sekolah/
Madrasah penyelenggara; (6) penerbit surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
sebagaiman dimaksud pada ayat (5) di atur dalam Prosedur Operasi Standar.
(Permendiknas No. 20/2005 Pasal 18).15

C. Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar
Pendidikan Agama Islam
1.

Pengertian Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional
Dalam segala perbuatan tentu akan ada pengaruh/ dampak yang

ditimbulkan. Oleh karena itu, pengaruh diartikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak.16
Adapun definisi pelaksanaan menurut kamus besar bahasa indonesia
adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dsb).17
Dari berbagai pengertian tentang pengaruh pelaksanaan di atas, penulis
dapat memahami bahwa di setiap pelaksanaan harus di landaskan dengan niat
yang tinggi demi tercapainya sebuah tujuan tertentu dan setelah itu maka
muncullah dampak pengaruhnya yaitu tergantung pada niat pelaksanaannya
15

Ibid., h. 162
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 664.
17
Ibid., h. 488.
16

19

tersebut. Misalnya seorang muslim yang hendak melaksanakan ibadah sholat,
maka dari situ ia harus benar-niat niat demi tercapainya suatu tujuan, dan dari
niatnya itulah akan muncul dampak pengaruhnya setelah ia melaksanakan ibadah
sholat.
Sedangkan ujian dapat dikatakan “kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur pencapain kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar
dan atau penyelesain dari suatu satuan pendidikan.18
Selain itu ujian diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Ujian
adalah hasil menguji; hasil memeriksa; sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu
sesuatu (kepandaian, kemampuan, hasil belajar, dan sebagainya)”.19
Dari beberapa pengertian ujian tersebut, penulis dapat menarik sebuah
pendapat bahwa Ujian Nasional (UN) adalah salah satu bentuk

evaluasi

pendidikan dan penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan tertentu
untuk menilai hasil belajar secara nasional dengan menetapan mata pelajaran yang
diujikan pada Ujian Nasional dan siswa harus mampu mencapai standar kelulusan
yang telah ditetapkan pemerintah.
Namun pada kelanjutannya, pengertian Ujian Nasional mengalami
perubahan orentasi sehingga dijadikan sebagai salah satu, bahkan satu-satunya
penentu keberhasilan atau kelulusan anak didik. Dengan memasang satu angka
khusus sebagai batas minimal kelulusan.
Memang kita menyadari bahwa setiap sekolah telah memperoleh acuan
kompetensi

dasar

yang

harus

diberikan

kepada

anak

didik

ketika

menyelenggarakan proses pembelajaran. Tetapi perlu disadari bahwa lingkungan
juga mempunyai kontribusi yang sangat besar di dalam menentukan keberhasilan
belajar anak.

18

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Standar
Nasional Pendidikan, h. 64.
19
Departemen Pendidikan Nasional, op..cit, h.1237.

20

2.

Pengertian Motivasi
Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang

belajar dan mengajar. Di dalam sehari-hari dijumpai orang dengan penuh antusias
dan ketekunan dalam melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedangdi pihak lain
ada yang tidak bergairah dan bermalas-malas. Kenyataan tersebut tentu
mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentigan
motivasi belajar.
Di dalam segala perbuatan, tentu kita ada motivasi atau butuh motivasi,
kenapa kita melakukan itu. Biasa motivasi itulah yang membuat kita mampu
menghadapi resiko dari segala perbuatan tersebut. Melihat hal tersebut kita perlu
memahami arti motivasi itu sendiri.
Menurut penulis pribadi, motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan
seseorang baik secara fisik atau mental untuk melakukan belajar. Sesuai dengan
asal katanya yaitu MOTIF yang berarti sesuatu yang memberikan dorongan atau
tenaga untuk melakukan sesuatu.
Motivasi adalah Karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi
pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk fakor-faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam
arah tekad tertentu.
Motivasi menurut Ngalim Purwanto, bahwa motivasi adalah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah
perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau
menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.20
Artinya dalam pandangan Ngalim Purwanto, penulis dapat memahami
bahwa segala motivasi itu timbul dari sebuah perasaan dan pikiranlah yang
mempunyai kekuasaan atas perbuatan yang di ambil. Misalnya pada tubuh
jasmaniah dan rohaniah seorang siswa yang butuh makan dan kemaunnya pada
makan.

20

Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Gunung
Persada Press: Jakarta. 2011) Cet. Ke-1 h. 244.

21

Adapun Mc. Donalds memandang motivasi adalah suatu perubahan
energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya “feeling” dan di
dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Untuk Pengertian yang
dikemukakan oleh Mc.Donald ini mengandung tiga element/ ciri pokok dalam
motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energy,
ditandai dengan adanya feeling dan dirangsang karena adanya tujuan.21
Dari paparan di atas, penulis dapat memahami bahwa motivasi merupakan
sebuah daya penggerak secara pisik yang ada pada diri manusia atau seorang
murid agar dapat melakukan berbagai kegiatan, pengalman dan lainnya. Motivasi
dalam belajar itu mendorong dan menumbuhkan minat belajar untuk mencapai
suatu tujuan. Dari sini peserta didik akan bersungguh-sunguh belajar karena
termotivasi mencari sebuah prestasi, dapat memecahkan maslah, dan sebagainya.
Oleh karena itu motivasi harus selalu melekat pada diri murid, karena jika tidak
ada motivasi maka proses pembelajaran pun akan terbengkalai atau tidak akan
mencapai sesuai akademis pada sekolah bahkan di perguruan tinggi. Ibaratnya
sebuah mobil bisa berjalan karena membutuhkan bahan bakar dan sebagainya.
Dalam pandangan tentang motivasi menurut Mukiyat, yang telah penulis
pahami bahwasannya, motivasi yang pertama adalah Setiap perasaan yang sangat
mempengaruhi keinginan (needs) seseorang sehingga orang itu di dorong untuk
bertindak, dan motivasi ini tergolong pada sebuah motivasi eknstrinsik, misa

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP UJIAN NASIONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR Hubungan antar Persepsi Siswa terhadap Ujian Nasional dengan Motivasi Belajar.

0 0 16

PENGARUH EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XII SMA NEGERI 24 BANDUNG.

1 7 52

Pengaruh kecemasan, motivasi belajar, dan disiplin belajar siswa dalam menghadapi ujian nasional terhadap hasil ujian nasional pada siswa kelas XII : studi kasus SMA Negeri 2 Bantul Yogyakarta Jl. RA. Kartini Bantul.

1 3 192

Pengaruh lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa ditinjau dari locus of control : survei pada siswa kelas XII SMA di Kotamadya Yogyakarta.

0 0 2

Pengaruh Motivasi Belajar, Kompetensi Guru dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XII di SMA TEUKU UMAR Semarang.

3 15 103

RASIONALITAS SISWA KELAS XII DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL.

0 0 15

UJIAN SEKOLAH SMA BAHASA JEPANG KELAS XII TAHUN 2012

0 0 3

PENGARUH PEMBERIAN USAHA KESEHATAN JIWA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP KELAS IX DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DI KECAMATAN GAMPING NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Pemberian Usaha Kesehatan Jiwa Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Kelas

0 1 17

Tingkat stres siswa SMA Kelas XII di Yogyakarta dalam menghadapi ujian nasional - USD Repository

0 1 171

Pengaruh kecemasan, motivasi belajar, dan disiplin belajar siswa dalam menghadapi ujian nasional terhadap hasil ujian nasional pada siswa kelas XII : studi kasus SMA Negeri 2 Bantul Yogyakarta Jl. RA. Kartini Bantul - USD Repository

0 0 190