Definisi Diagnosis Tinjauan Pustaka 1. Diabetes Mellitus

Berpijak pada gambaran di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang interaksi obat pada pasien DM di Rumah Sakit Daerah Sunan Kalijaga Demak disebabkan masih adanya kasus DM setiap bulan pada tahun 2006, tetapi jumlah kasus DM di Instalasi Rawat Inap pada RSD Sunan Kalijaga Demak lebih sedikit dibandingkan jumlah kasus penyakit demam tifoid yang menduduki peringkat pertama pada tahun 2006. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh data jumlah pasien DM dengan rata-rata pada setiap bulannya dalam tahun 2006 adalah 5 pasien DM.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran peresepan obat anti diabetes pada pasien DM di instalasi rawat inap RSD Sunan Kalijaga Demak tahun 2006? 2. Bagaimana kemungkinan terjadinya interaksi obat-obat pada pasien DM di instalasi rawat inap RSD Sunan Kalijaga Demak tahun 2006?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peresepan obat antidiabetes dan interaksi obat yang terjadi pada pasien DM di instalasi rawat inap pada pasien DM di instalasi rawat inap RSD Sunan Kalijaga Demak tahun 2006.

D. Tinjauan Pustaka 1. Diabetes Mellitus

a. Definisi

Menurut American Diabetes Association ADA 2003, DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya Soegondo, 2005 a .

b. Diagnosis

Diagnosa DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya. Walaupun demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh whole blood, vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler Soegondo, 2005 a . Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain mungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva e pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 126 mgdl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 12 6 mgdl, kadar glukosa darah sewaktu 200 mgdl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral TTGO didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan 200 mgdl Soegondo,2005 a . GDP = Glukosa Darah Puasa GDS = Glukosa Darah Sewaktu GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu TGT = Toleransi Glukosa Terganggu Gambar 1. Langkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa Anonim, 2002 Keluhan Klinis Diabetes Keluhan Khas + Keluhan Khas - 126 200 126 200 GDP atau GDS GDP atau GDS 126 200 110 110-125 110-199 Ulang GDS atur GDP 126 200 126 200 GDP atau GDS TTGO GD 2 jam DM 200 140 - 199 140 TGT GDPT Normal Nasihat Umum Perencanaan makanan Latihan jasmani Berat idaman Belum perlu obat penurun glukosa Evaluasi status gizi Evaluasi penyulit DM Evaluasi dan perencanaan makanan sesuai kebutuhan

c. Gejala dan Tanda-tanda Awal

Dokumen yang terkait

POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH “X” Potensi Interaksi Obat Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia Dewasa Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Rm. Soedjarwadi

0 3 14

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2010.

0 0 15

PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2010.

0 2 19

EVALUASI PEMILIHAN DAN INTERAKSI OBAT ANTIDIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG PADA TAHUN 2008.

0 2 22

EVALUASI PEMILIHAN OBAT ANTIDIABETES PADAPENDERITA DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2008.

0 2 19

PENDAHULUAN KAJIAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA TAHUN 2010.

0 1 25

TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008.

0 1 16

TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2006.

0 2 16

PENDAHULUAN TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2006.

0 6 21

TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2006.

0 1 16