Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
11 J.
Hubungan antara mencucitangan atau kaki terhadap kejadian leptospirosis
Berdasarkan hasil uji statistik Chi- Square menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara
kebiasaan cuci
tangankaki dengan kejadian leptospirosis di Kabupaten Boyolali nilai p value
0,091 atau 0,05. Nilai estimasi yang diperoleh Odd Ratio sebesar 3,500 95
CI=0,982-12,477
sehingga dapat
diartikan faktor risiko tidak bermakna. Hasil penelitian dapat menggambarkan
bahwa hal tersebut belum cukup untuk menjadi penentu yang menyatakan bahwa
ada pengaruh antara kebiasaan cuci tangankaki dengan kejadian leptospirosis
di Kabupaten Boyolali. Hal tersebut di sebabkan yang mempunyai kebiasaan
cuci tangankaki lebih banyak dibanding yang tidak mempunyai kebiasaan cuci
tangankaki
pada responden
kasus maupun responden kontrol.
K. Hubungan
antara kebiasaan
menyimpan makanan
terhadap kejadian leptospirosis
Berdasarkan hasil uji statistik Chi- Square menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara kebiasaan menyimpan makanan dengan kejadian leptospirosis di
Kabupaten Boyolali nilai p value 0,208 atau 0,05. Nilai estimasi yang
diperoleh Odd Ratio sebesar 2,389 95 CI=0,732-7,800 sehingga dapat diartikan
faktor risiko tidak bermakna. Hasil penelitian dapat menggambarkan bahwa
kebiasaan menyimpan makanan pada responden kasus dan kontrol relatif sama.
Hal ini disebabkan karena kebiasaan menyimpan makanan pada responden
kasus dan respondenkontrol relatif sudah baik yaitu disimpan pada almari,ditutup
pakai
kerudung makanan
sehingga terhindar dari jangkauan vektor tikus.
PENUTUP A.
SIMPULAN
1.Tidak ada
hubungan antara
jenis pekerjaan
terhadap kejadian
leptospirosis di wilayah Kabupaten Boyolali
2. Ada hubungan antara kebiasaan memakai alat pelindung diri terhadap kejadian
leptospirosis di wilayah Kabupaten Boyolali
3. Ada hubungan antara mandi di sungai terhadap
kejadian leptospirosis
di wilayah Kabupaten Boyolali
4. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merawat
luka terhadap
kejadian leptospirosis di wilayah Kabupaten
5. Ada hubungan antara keberadaan hewan peliharaan terhadap kejadian
leptospirosis di wilayah Kabupaten Boyolali
6. Tidak ada hubungan antara kebiasaan mencuci
tangankaki terhadap
kejadian leptospirosis di wilayah Kabupaten Boyolali
7. Tidak ada hubungan antara kebiasaan menyimpan
makanan terhadap
kejadian leptospirosis di wilayah Kabupaten Boyolali
B. SARAN
1. Bagi Instansi Kesehatan
Melakukan penyuluhan
tentang leptospirosis melalui berbagai media
agar masyarakat dapat mengetahui cara mencegah dan menanggulangi
penyebaran dan penularan penyakit leptospirosis.
Shingga dapat
menurunkan angka kesakitan maupun angka kematian.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat umum hendaknya juga
mengetahui pentingnya
pencegahan penyakit leptospirosis. Pencegahan leptospirosis yaitu dengan
cara menjaga
kebersihan rumah
supaya tidak menjadi sarang tikus, memakai alas kaki ketika beraktivitas,
Program Studi Kesehatan Masyarakat - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ® 2014
12
menghindari air
yang tergenang
disekitar rumah
apalagi bila
mempunyai luka yang terbuka. 3.
Bagi Peneliti Lain
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian
lebih lanjut
mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi
kejadian leptospirosis
misalnya keberadaan
selokan, keberadaan
genangan air, keberadaan sampah dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Kabupaten Boyolali Dalam Angka 2013. Boyolali: Badan
Pusat Statistik Budiman dan Riyanto A. 2013. Kapita
Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam
Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Salemba
Medika Departemen
Kesehatan RI.
2008. Pedoman
Diagnosa dan
Penatalaksanaan Kasus
Penanggulangan Leptospirosis di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. 2014. Laporan Leptospirosis di
Kabupaten Boyolali. Boyolali: Dinas
Kesehatan Kabupaten
Boyolali Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
2011. Evaluasi NKBJKN Program P2B2 di Jateng. Semarang: Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Kartikawati E.
2012. Leptospirosis
Penyakit yang ditularkan oleh Tikus. Semarang:V-Media
Kementrian Kesehatan
RI. 2012.
Penyelidikan dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa.
Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI Kementrian
Kesehatan RI.
2013. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI Mubarak W.I dan Chayatin N. 2009. Ilmu
Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba
Medika Muliawan S. 2008. Bakteri Spiral
Patogen Treponema, Leptospira, dan Borrelia Jakarta: Erlangga
Notoatmodjo. S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pramono D.
2011. Faktor
Risiko Leptospirosis. Berita Kedokteran
Masyarakat. Volume 27. Nomor 2. Juni 2011. Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta
Priyanto A. 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Faktor Risiko Yang
Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis Studi Kasus di
Kabupaten
Demak Program
Magister Epidemiologi, Program Pasca
Sarjana. Universitas
Diponegoro, Semarang. Rejeki
S.S. 2005.
Faktor Risiko
Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis
Berat Studi Kasus di Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang
dalam
http:eprints.ui.ac.id diakses tanggal 9 Oktober 2013