PENDAHULUAN Analisis Deskriptif Pola Minat Kejuruan Pada Berbagai Paket Keahlian Di Sekolah Menengah Kejuruan.
1
PENDAHULUAN
Menentukan program pendidikan dengan berbagai pilihan variasinya,
merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan kesuksesan di masa depan.
Penentuan program atau jurusan pendidikan biasanya diarahkan untuk
menentukan pilihan karir setelah individu masuk ke dunia kerja. Hasil penelitian
menemukan bahwa kepuasan dan prestasi kerja berhubungan dengan pilihan
pekerjaan yang tepat dan merupakan kesesuaian antara tipe kepribadian dengan
lingkungan kerja (Holland, 1985; Strauser, Lustig, & Ciftci, 2008;Anastasi &
Urbina, 2007).
Minat terhadap pilihan pekerjaan mulai stabil pada usia remaja sehingga
pada usia sekolah menengah inilah ekplorasi minat vokasional efektif untuk
dilakukan. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa minat seseorang
terhadap pilihan pekerjaanmulai stabil pada usia remaja, meningkat secara
konsisten kestabilannya setelah usia 18 tahun atau selama tahun-tahun
perkuliahan dan semakin stabil setelah masa tersebut (Tracey & Sodano, 2008;
Hirschi, 2010; Vock, Koller, & Nagy, 2013).
Alat ukur psikologis diperlukan untuk membantu siswa mengenali pola
minatnya. Alat ukur minat telah lama dikembangkan dan hingga saat ini masih
banyak diteliti diberbagai belahan dunia. Karakteristik minat dan sikap seseorang
mempengaruhi prestasi pendidikan dan pekerjaan, hubungan antar pribadi, dan
kepuasan seseorang yang didapat dari aktivitas waktu luang, dan kegiatankegiatan utama sehari-harinya.Alat ukur minat yang dikembangkan kebanyakan
digunakan untuk menaksir minat individu terhadap pekerjaan, kurikulum
1
2
pendidikan atau bidang studi, yang pada akhirnya juga terkait dengan keputusan
karier(Annastasi& Urbina, 2007).
Tes minat merupakan jenis instrumen tes yang digunakan untuk
melakukan penilaian terhadap minat individu dalam berbagai macam kegiatan.
Sebagian besar inventori minat dirancang untuk memprediksi minat individu
dalam berbagai bidang pekerjaan. Beberapa inventori minat juga memberikan
gambaran minat individu dalam kurikulum pendidikan atau bidang studi, yang
pada akhirnya terkait dengan pilihan karir. Jenis-jenis tes minat yang telah
dikembangkan antara sebagai berikut yaituStrong Interest Inventory (SII), StrongChampbell
Interest
Inventory
(SCII),
Self
Directed
Search
(SDS),
Jackson Vocational Interest Survei (JVIS), Career Assesment Inventory (CAI),
Kuder Occupational Interest Survey (KOIS), Rothwell Miller Interest Blank
(RMIB)dan lain-lain (Anastasi & Urbina, 2007; Kaplan & Saccuzzo, 2012).
Salah satu diantara banyak alat ukur minat yang disusun berdasarkan teori
Holland yaitu Self Directed Search (SDS)yang dikembangkan untuk mengukur
minat individu berdasarkan enam tipe kepribadian yaitu Realistik, Investigatif,
Artistik, Sosial, Enterprising, dan Konvensional. Self Directed Search pernah
dimodifikasi oleh Aljufri & Kumaidi serta pernah dipakai untuk seleksi masuk
SMK di Sumatera Barat pada tahun 1994-1998. Kajian yang dilakukan pada 2014
dengan mengembangkan instrumen minat kejuruanuntuk ekplorasi minat kejuruan
siswa, menghasilkan norma atau tipologi minat pada 36 paket keahlian dari total
128 paket keahlian yang ada di SMK seluruh Indonesia yang dapat dijadikan
sebagai panduan untuk menentukan paket keahlian yang sesuai dengan tipe minat
3
siswa yaitutipe Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising, atau
Konvensional. Pada kajian yang selanjutnya di tahun 2015 Skala Minat Kejuruan
yang terdiri dari 216 aitem tersebut disusun menjadi sebuah tes minat yang
berbentuk aplikasi komputer online (Holland, 1985; Aljufri & Kumaidi, 1989;
Kumaidi, Taufik, Prihartanti, & Restu, 2014; Kumaidi, Taufik, Prihartanti, Restu,
& Kurniawan, 2015).
Penyusunan tipologi minat untuk 36 paket keahlian yang ada di sekolah
menengah kejuruan pada tahun 2014 menggunakan data dari siswa kelas XII
SMK.Tipologi minat idealnya disusun berdasarkan data dari subjek yang telah
berhasil dalam pilihan karir atau jurusan kejuruan yaitu siswa kelas XII dengan
prestasi terbaik dari setiap paket keahlian, atau dari pekerja yang telah sukses
dalam berbagai pekerjaan yang pendidikannya disiapkan melalui paket-paket
keahlian di SMK. Sebuah pengembangan alat ukur psikologis merupakan sebuah
upaya yang panjang karena aspek psikologis merupakan hal yang mudah berubah
dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Penentuan paket keahlian di sekolah menengah kejuruan selama ini kurang
memperhatikan minat siswa, namun lebih banyak mempertimbangkan prestasi
akademik siswa. Siswa yang memiliki minat pada bidang tertentu belum tentu
memiliki prestasi akademik yang baik secara umum, namun bisa jadi memiliki
kemampuan yang tinggi dalam bidang yang diminatinya. Selain itu siswa juga
kurang mengenali minatnya sendiri dan cenderung memilih jurusan pendidikan
atau paket keahlian berdasarkan pilihan yang banyak dipilih temannya.
Alat ukur minat kejuruan ini dapat digunakan sebagai jaringan awal
4
mengidentifikasi pola minat kejuruan yang sesuai dengan pola kepribadian siswa
dan mencocokannya dengan pola atau tipologi “kepribadian” bidang pekerjaan
dari orang-orang yang setipe, sehingga membantu penyesuaian dan peluang
seseorang untuk sukses dalam bidang pekerjaan tertentu.
Jika pengenalan
terhadap tipologi pekerjaan dan karakteristik individu dapat disesuaikan seperti
pendapat Holland, maka peluang pengembangan karir peserta didik dan pekerja
yang sesuai dapat dilakukan secara lebih tepat (Kumaidi, Taufik, Prihartanti, &
Restu, 2014).
Teori Hexagonal RIASEC dari Holland telah banyak dipakai dan
diterapkan dalam pengembangan instrumen minat. Beberapa instrument minat
yang telah dikembangkan berdasarkan teori Holland antara lain SDS, VPI, StrongCampbell. Teori Holland disebut dengan person-environment interaction yang
mencoba
mencocokan
kesesuaian
antara
karakteristik
individu
dengan
karakteristik pekerjaan yang diinginkan (Holland, 1985; Savickas& Spokane,
1999; Aiken, 1996).
Pengembangan instrumen minat kejuruan berbasis tipologi Holland untuk
melakukan eksplorasi karir siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat
digunakan untuk mengatasi masalah dalam menentukan pilihan pendidikan
lanjutan. Selain itu, pengembangan instrumen minat kejuruan berdasarkan tipologi
Holland ini dapat
mengungkapkan minat dan nilai-nilai mereka melalui
pemilihan pekerjaan serta berdasarkan pengalaman mereka dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Minat terhadap pekerjaan (vocational interest) dapat
dijadikan sebagai prediktor dalam menetapkan kecenderungan keberminatan
5
seseorang terhadap sekolah lanjutannya, ke SMA atau SMK dengan berbagai
kombinasi program keahlian.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa tipologi dari teori Holland
sesuai untuk diterapkan di Hongkong, Taiwan, Yunani dan Masyarakat China
dengan 4 karakteristik yang berbeda khususnya pada dunia pendidikan. Hal ini
menunjukkan bahwa tipologi berdasarkan teori Holland memiliki potensi yang
baik untuk diterapkan pada dunia pendidikan dan berbagai latar belakang budaya
yang ada pada berbagai populasi di kawasan Asia(Farh & Leong, 1998;
Dimakakou, Mylonas & Argyropoulou, 2008; Tien, 2009; Wong & Wong, 2009).
Alasan lain perlunya kajian tentang penyusunan skala minat kejuruan
berbasis tipologi Holland untuk mengekplorasi kecenderungan minat karir siswa
yaitu karena hingga saat ini belum ada instrumen yang mampu menghasilkan
rekomendasi yang memuaskan dalam membantu siswa memilih pendidikan
lanjutan dengan mengakomodasi minat siswa. Tipologi minat tertentu yang dapat
menggambarkan karakteristik dari siswa-siswa yang telah berhasil menjalani
proses pendidikan di SMK dapat dijadikan sebagai acuan standar untuk
memberikan rekomendasi pendidikan lanjutan.
Fokus utama dari teori Holland diletakkan pada pemahaman mengenai
perilaku vokasi (vocational behavior ) untuk menghasilkan cara praktis dalam
membantu individu untuk merentas karirnya baik di dunia pendidikan maupun di
dunia kerja.Teori ini menekankan pada konsep minat yang merupakan
representasi dari kepribadian seseorang. Teori ini juga menekankan pada
kompetensi personal, perilaku pendidikan (educational behavior ), perilaku sosial
6
dan kepribadian. Asumsi dasar Teori Holland mencakup empat asumsi (Holland,
1985; Gottfredson & Johnstun, 2009; Louis, 2010; Wong & Wong, 2002; Wong,
Wong & Peng, 2011)yaitu :
a. Individu dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh
mereka mendekati salah satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu :
Tipe
Realistik (The Realistic Type), Tipe Peneliti/investigatif (The
Investigative Type), Tipe Seniman/artististik (The Artistic Type), Tipe
Sosial (The Social Type), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type), dan
Tipe Orang Rutin (Conventional Type).
b. Terdapat 6 model
lingkungan (a model environment) dimana tiap
lingkungan didominasi oleh tipe kepribadian tertentu dan tiap
lingkungan memiliki gambaran keadaan fisik, permasalahan serta
memberikan peluang dan kesempatan tertentu, yaitu : lingkungan
realistik (the
investigative
realistic environment), lingkungan penelitian (the
environment),
lingkungan
kesenian
(the
artistic
environment), lingkungan pengusaha (the enterprising environment),
lingkungan pelayanan sosial (the social environment), lingkungan
bersuasana kegiatan rutin (the conventional environment). Semakin
mirip lingkungan tertentu dengan salah satu di antara enam model
lingkungan,
makin tampaklah di dalamnya corak dan suasana
kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan.
c. Individu
cenderung
mencari
lingkungan
yang
sesuai
untuk
mengembangkan keahlian dan kemampuan, mengeskpresikan sikap dan
7
nilai serta memperoleh penyelesaian masalah yang tepat dan sesuai
dengan karakteristik dirinya. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu
dan model lingkungan yang sesuai
menghasilkan keselarasan dan
kecocokan okupasional (occupational homogenity), sehingga seseorang
dapat mengembangkan diri dalam lingkungan okupasi tertentu dan
memperolehkepuasan hidup.
d. Perilaku merupakan perwujudan dari interaksi antara kepribadian
dengan lingkungan. Kesesuaian antara individu dan lingkungan akan
menentukan tingkat kesesuaian penjurusan dan kestabilan pendidikan
serta menentukan kepuasan dan prestasi.
Selain itu terdapat tiga asumsi tambahan tentang individu dan lingkungan.
Kegunaan asumsi yang kedua ini sebagai perantara untuk menjelaskan tentang
konsep utama tersebut. Asumsi-asumsi ini adalah(Holland, 1985; Toomey,
Levinson, & Palmer, 2009; Gottfredson & Johnstun, 2009):
a. Konsistensi: pada diri seseorang atau lingkungan, beberapa pasangan
tipe lebih dekat hubungannya daripada yang lainnya.
b. Diferensiasi: beberapa orang atau lingkungan lebih dibatasi secara jelas
daripada yang lainnya.
c. Kongruensi: berbagai tipe memerlukan berbagai lingkungan.
Tipe-tipe kepribadian menurut Holland adalah hasil dari interaksi faktorfaktor bawaan dan lingkungan. Interaksi-interaksi ini membawa
kepada
preferensi-preferensi untuk jenis aktivitas khusus, yang mengarahkan individu
kepada tipe-tipe perilaku tertentu. rangkuman dari preferensi-prefensi tiap tipe
8
kepribadian adalah sebagai berikut :
a. Tipe
Realistik yang preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang
memerlukan
manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik terhadap
obyek-obyek,alat-alat,
mesin-mesin,dan
binatang-binatang.
Implementasi konsep ini mengandung arti bahwa individu dengan tipe
ini cenderung tidak menyukai
aktivitas-aktivitas memberi bantuan
(pelayanan) atau pendidikan.
b. Tipe
Investigatif memiliki preferensi untuk aktivitas-aktivitas yang
memerlukan penyelidikan observasional, simbolik, sistematik, dan
kreatif terhadap fenomena fisik, biologis, dan kultural agar dapat
memahami dan mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai
aktivitas-aktivitas persuasif, sosial, dan repetitif. Contoh-contoh bidang
pekerjaan yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari individu bertipe
investigatif adalah ahli kimia dan ahli fisika.
c. Tipe Artistik memiliki preferensi pada aktivitas-aktivitas yang beragam,
bebas, dan tidak tersistematisasi untuk menciptakan produk-produk
artistik, seperti lukisan, drama, karangan. Tidak menyukai aktivitasaktivitas yang sistematik, teratur, dan rutin.
d. Tipe Sosial memiliki preferensi pada aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang lain dengan penekanan pada menolong, mengajar,
atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas rutin
dan sistematik yang melibatkan obyek-obyek dan benda-benda.
9
e. Tipe
Enterprising memiliki preferensi pada aktivitas-aktivitas yang
melibatkan manipulasi terhadap orang lain untuk keuntungan finansial
(ekonomi) atau
tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-
aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah.
f. Tipe Konvensional memiliki preferensi pada aktivitas-aktivitas yang
memerlukan manipulasi data yang eksplisit, teratur, dan sistematik guna
memberikan
menyukai
kontribusi kepada tujuan-tujuan organisasi. Tidak
aktivitas-aktivitas yang tidak pasti, bebas dan tidak
sistematik.
Suatu tipe memiliki korelasi dengan tipe-tipe lainnya, misalnya
tipe
realistik dekat dengan tipe investigatif di satu sisi dan dengan tipe konvensional
di sisi lainnya (korelasinya 0,46 dan 0,36),akan tetapi tipe realistik memiliki
korelasi yang rendah dengan tipe sosial yaitu sebesar 0,21. Tipe artistik
mempunyai kedekatan dengan tipe investigatif dan sosial (korelasinya 0,34 dan
0,42), tetapi rendah sekali korelasinya dengan tipe
konvensional, dengan
koefisien korelasi sebesar 0,11 (Osipow, 1983).
Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang teori kepribadian Holland telah banyak dilakukan
khususnya yang berhubungan dengan penentuan karir individu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh teori Holland sangat menentukan dalam
pengembangan karir baik secara praktis maupun teoritis. Teori Holland sangat
bermanfaat khususnya dalam menyediakan informasi tentang individu dan
alternatif karir yang dapat dipilih oleh individu serta dapat membantu individu
10
dalam memahami keinginan dan kesesuaian keinginannya dengan lingkungan
pekerjaannya (Gottfredson & Johnstun, 2009; Wong & Wong, 2002).
Penelitian yang dilakukan di Malaysia menyatakan bahwa teori Holland
yang digunakan untuk menyusun inventori minat dengan sampel etnis Melayu
menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian yang sangat tinggi antara karakteristik
sampel di Malaysia dengan model tipologi RIASEC dari Holland. Hal ini
menunjukkan bahwa secara kultural konsep tipologi kepribadian Holland dapat
diimplementasikan pada individu dengan latar belakang etnis Melayu, sehingga
memiliki peluangkesesuaianjika digunakan untuk sampel di Indonesia (Louis,
2010).
Review artikel tentang penerapan teori Holland pada lingkup dunia
internasional yang ditandai dengan globalisasi ekonomi dan percepatan perubahan
situasi dapat dilakukan. Hasil penelitian menemukan bahwa teori Holland tidak
hanya terbukti dapat diterapkan di Amerika Serikat saja, namun juga dapat
diimplementasikan di dunia post modern seperti saat ini (Bullock, Andrews,
Braud& Reardon, 2009).
Validitas teori Holland
dan interaksi antara kepribadian dengan
lingkungan juga pernah diteliti sebelumnya.Penelitian memperoleh hasil indeks
rerata sebesar 21,1 (SD = 5,3; range = 12 – 28) yang menunjukkan skor
kongruensi yang relatif tinggi antara tipe Investigatif dan Realistik dimana kedua
tipe ini kebanyakan dimiliki oleh individu. Hasil penelitian menunjukkan validitas
dari teori Holland, sehingga mengarahkan pada implikasi, bahwa
peringkat
terbawah dari karakteristik kepribadian dapat dijadikan sebagai indeks umum dari
11
tipe pekerjaan yang tidak bisa disarankan untuk diambil (Cowner, Chauvin &
Miller, 2009).
Kajian sebelumnyatelah dilakukan pengembangan alat ukur minat
berdasarkan teori Holland. Hasil utama dari kajian ini berupa sebuah alat ukur
minat yang merupakan modifikasi dari SDS (Self Directed Scale) yang telah
disesuaikan dengan kultur dan keadaan masyarakat Indonesia terutama terkait
dengan pekerjaan. Skala minat kejuruan ini dapat dijadikan sebagai jaringan awal
untuk mengidentifikasi minat siswa terhadap bidang pekerjaan tertentu sehingga
akan diketahui pola minat seorang siswa untuk kemudian diarahkan pada jurusan
pendidikan lanjutannya. Selain untuk penentuan jurusan pendidikan hasil
eksplorasi minat siswa dengan menggunakan skala minat kejuruan ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi informasi tentang aspek yang harus
ditingkatkan dari seorang siswa yang telah terlanjur memilih jurusan tertentu dan
tidak terlalu sesuai dengan minatnya, sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa
pada jurusan pendidikan yang ditempuhnya. Dengan kata lain, skala dan minat
kejuruan ini memiliki manfaat yang besar untuk kepentingan konseling karir lainlain (Kumaidi, Taufik, Prihartanti, & Restu, 2014; Kumaidi, Taufik, Prihartanti,
Restu, & Kurniawan, 2015).
Penelitian pengembangan skala minat kejuruan yang telah dilakukan
sebelumnya memiliki manfaat yang besar, namun juga terdapat beberapa
keterbatasan salah satunya yaitu dalam penyusunan tipologi tiap paket keahlian
belum menggunakan data dari siswa yang berprestasi di kelas paket keahliannya.
idealnya tipologi minat pada tiap paket keahlian disusun dari pekerja yang telah
12
berhasil dalam karir yang disiapkan dari paket keahlian di sekolah menengah
kejuruan, atau setidaknya dari siswa yang berprestasi. Penelitian ini akan
melakukan penyusunan ulang tipologi minat dengan menggunakan subjek yang
lebih mewakili siswa yang telah berhasil menempuh pendidikan pada jurusan atau
paket keahlian yang ada di SMK. Subjek yang akan dipilih sebagai sampel pada
penelitian ini adalah siswa kelas tiga di masing-masing paket keahlian dan
memiliki prestasi 10 besar dalam mata pelajaran khusus pada tiap-tiap paket
keahlian.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan penyusunan tipologi minat
pada tiap paket keahlian di SMK yang diungkap dengan skala minat kejuruan dari
hasil penelitian sebelumnya. Menggunakan data dari siswa berprestasi di kelas
XII sekolah menengah kejuruan dengan maksud agar tipologi minat siswa dapat
lebih mewakili siswa yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan pada paket
keahlian tertentu sehingga tipologi tersebut dapat dijadikan pedoman untuk
penentuan paket keahlian yang cocok untuk calon siswa sekolah menengah
kejuruan. Selain sebagai jaringan awal menentukan paket keahlian yang cocok
dengan karakter minat siswa, skala minat kejuruan juga dapat dijadikan sebagai
instrument eksplorasi minat sehingga jika terdapat kekurangan pada salah satu
aspek minat baik itu kompetensi, aktifitas ataupun mimpi pekerjaan, konselor
sekolah atau pihak yang terkait dapat memberikan intervensi yang tepat agar
mendekatkan keadaan aktual subjek dengan pekerjaan yang diminati.
Pengembangan alat ukur minat berdasarkan teori hexagonal RIASEC,
telah lama dikembangkan dan menghasilkan beberapa macam skala minat seperti
13
SDS, VPI, Strong-Campbell. Sebelumnya telah dikaji pengembangan skala minat
kejuruan yang menghasilkan norma berupa tipologi minat pada 36 paket keahlian
di Sekolah Menengah Kejuruan. Tipologi minat yang dihasilkan dari penelitian
tersebut menggunakan data dari siswa kelas 3 SMK tanpa mempertimbangkan
aspek prestasi sebagai indikator kesuksesan dalam menekuni dunia akademik
pada paket keahlian pilihannya(Kumaidi, Taufik, Prihartanti, & Restu, 2014;
Kumaidi, Taufik, Prihartanti, Restu, & Kurniawan, 2015).).
Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana deskripsi tipologi
minat pada tiap paket keahlian jika disusun berdasarkan data siswa yang
berprestasi . Penelitian ini akan menggunakan data profil minat siswa yang
berhasil dalam mengikuti proses pendidikan di SMK untuk menyusun standar
tipologi minat untuk tiap paket keahlian dan selanjutnya akan dibandingkan
dengan profil minat yang disusun pada penelitian sebelumnya.
PENDAHULUAN
Menentukan program pendidikan dengan berbagai pilihan variasinya,
merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan kesuksesan di masa depan.
Penentuan program atau jurusan pendidikan biasanya diarahkan untuk
menentukan pilihan karir setelah individu masuk ke dunia kerja. Hasil penelitian
menemukan bahwa kepuasan dan prestasi kerja berhubungan dengan pilihan
pekerjaan yang tepat dan merupakan kesesuaian antara tipe kepribadian dengan
lingkungan kerja (Holland, 1985; Strauser, Lustig, & Ciftci, 2008;Anastasi &
Urbina, 2007).
Minat terhadap pilihan pekerjaan mulai stabil pada usia remaja sehingga
pada usia sekolah menengah inilah ekplorasi minat vokasional efektif untuk
dilakukan. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa minat seseorang
terhadap pilihan pekerjaanmulai stabil pada usia remaja, meningkat secara
konsisten kestabilannya setelah usia 18 tahun atau selama tahun-tahun
perkuliahan dan semakin stabil setelah masa tersebut (Tracey & Sodano, 2008;
Hirschi, 2010; Vock, Koller, & Nagy, 2013).
Alat ukur psikologis diperlukan untuk membantu siswa mengenali pola
minatnya. Alat ukur minat telah lama dikembangkan dan hingga saat ini masih
banyak diteliti diberbagai belahan dunia. Karakteristik minat dan sikap seseorang
mempengaruhi prestasi pendidikan dan pekerjaan, hubungan antar pribadi, dan
kepuasan seseorang yang didapat dari aktivitas waktu luang, dan kegiatankegiatan utama sehari-harinya.Alat ukur minat yang dikembangkan kebanyakan
digunakan untuk menaksir minat individu terhadap pekerjaan, kurikulum
1
2
pendidikan atau bidang studi, yang pada akhirnya juga terkait dengan keputusan
karier(Annastasi& Urbina, 2007).
Tes minat merupakan jenis instrumen tes yang digunakan untuk
melakukan penilaian terhadap minat individu dalam berbagai macam kegiatan.
Sebagian besar inventori minat dirancang untuk memprediksi minat individu
dalam berbagai bidang pekerjaan. Beberapa inventori minat juga memberikan
gambaran minat individu dalam kurikulum pendidikan atau bidang studi, yang
pada akhirnya terkait dengan pilihan karir. Jenis-jenis tes minat yang telah
dikembangkan antara sebagai berikut yaituStrong Interest Inventory (SII), StrongChampbell
Interest
Inventory
(SCII),
Self
Directed
Search
(SDS),
Jackson Vocational Interest Survei (JVIS), Career Assesment Inventory (CAI),
Kuder Occupational Interest Survey (KOIS), Rothwell Miller Interest Blank
(RMIB)dan lain-lain (Anastasi & Urbina, 2007; Kaplan & Saccuzzo, 2012).
Salah satu diantara banyak alat ukur minat yang disusun berdasarkan teori
Holland yaitu Self Directed Search (SDS)yang dikembangkan untuk mengukur
minat individu berdasarkan enam tipe kepribadian yaitu Realistik, Investigatif,
Artistik, Sosial, Enterprising, dan Konvensional. Self Directed Search pernah
dimodifikasi oleh Aljufri & Kumaidi serta pernah dipakai untuk seleksi masuk
SMK di Sumatera Barat pada tahun 1994-1998. Kajian yang dilakukan pada 2014
dengan mengembangkan instrumen minat kejuruanuntuk ekplorasi minat kejuruan
siswa, menghasilkan norma atau tipologi minat pada 36 paket keahlian dari total
128 paket keahlian yang ada di SMK seluruh Indonesia yang dapat dijadikan
sebagai panduan untuk menentukan paket keahlian yang sesuai dengan tipe minat
3
siswa yaitutipe Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising, atau
Konvensional. Pada kajian yang selanjutnya di tahun 2015 Skala Minat Kejuruan
yang terdiri dari 216 aitem tersebut disusun menjadi sebuah tes minat yang
berbentuk aplikasi komputer online (Holland, 1985; Aljufri & Kumaidi, 1989;
Kumaidi, Taufik, Prihartanti, & Restu, 2014; Kumaidi, Taufik, Prihartanti, Restu,
& Kurniawan, 2015).
Penyusunan tipologi minat untuk 36 paket keahlian yang ada di sekolah
menengah kejuruan pada tahun 2014 menggunakan data dari siswa kelas XII
SMK.Tipologi minat idealnya disusun berdasarkan data dari subjek yang telah
berhasil dalam pilihan karir atau jurusan kejuruan yaitu siswa kelas XII dengan
prestasi terbaik dari setiap paket keahlian, atau dari pekerja yang telah sukses
dalam berbagai pekerjaan yang pendidikannya disiapkan melalui paket-paket
keahlian di SMK. Sebuah pengembangan alat ukur psikologis merupakan sebuah
upaya yang panjang karena aspek psikologis merupakan hal yang mudah berubah
dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Penentuan paket keahlian di sekolah menengah kejuruan selama ini kurang
memperhatikan minat siswa, namun lebih banyak mempertimbangkan prestasi
akademik siswa. Siswa yang memiliki minat pada bidang tertentu belum tentu
memiliki prestasi akademik yang baik secara umum, namun bisa jadi memiliki
kemampuan yang tinggi dalam bidang yang diminatinya. Selain itu siswa juga
kurang mengenali minatnya sendiri dan cenderung memilih jurusan pendidikan
atau paket keahlian berdasarkan pilihan yang banyak dipilih temannya.
Alat ukur minat kejuruan ini dapat digunakan sebagai jaringan awal
4
mengidentifikasi pola minat kejuruan yang sesuai dengan pola kepribadian siswa
dan mencocokannya dengan pola atau tipologi “kepribadian” bidang pekerjaan
dari orang-orang yang setipe, sehingga membantu penyesuaian dan peluang
seseorang untuk sukses dalam bidang pekerjaan tertentu.
Jika pengenalan
terhadap tipologi pekerjaan dan karakteristik individu dapat disesuaikan seperti
pendapat Holland, maka peluang pengembangan karir peserta didik dan pekerja
yang sesuai dapat dilakukan secara lebih tepat (Kumaidi, Taufik, Prihartanti, &
Restu, 2014).
Teori Hexagonal RIASEC dari Holland telah banyak dipakai dan
diterapkan dalam pengembangan instrumen minat. Beberapa instrument minat
yang telah dikembangkan berdasarkan teori Holland antara lain SDS, VPI, StrongCampbell. Teori Holland disebut dengan person-environment interaction yang
mencoba
mencocokan
kesesuaian
antara
karakteristik
individu
dengan
karakteristik pekerjaan yang diinginkan (Holland, 1985; Savickas& Spokane,
1999; Aiken, 1996).
Pengembangan instrumen minat kejuruan berbasis tipologi Holland untuk
melakukan eksplorasi karir siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat
digunakan untuk mengatasi masalah dalam menentukan pilihan pendidikan
lanjutan. Selain itu, pengembangan instrumen minat kejuruan berdasarkan tipologi
Holland ini dapat
mengungkapkan minat dan nilai-nilai mereka melalui
pemilihan pekerjaan serta berdasarkan pengalaman mereka dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Minat terhadap pekerjaan (vocational interest) dapat
dijadikan sebagai prediktor dalam menetapkan kecenderungan keberminatan
5
seseorang terhadap sekolah lanjutannya, ke SMA atau SMK dengan berbagai
kombinasi program keahlian.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa tipologi dari teori Holland
sesuai untuk diterapkan di Hongkong, Taiwan, Yunani dan Masyarakat China
dengan 4 karakteristik yang berbeda khususnya pada dunia pendidikan. Hal ini
menunjukkan bahwa tipologi berdasarkan teori Holland memiliki potensi yang
baik untuk diterapkan pada dunia pendidikan dan berbagai latar belakang budaya
yang ada pada berbagai populasi di kawasan Asia(Farh & Leong, 1998;
Dimakakou, Mylonas & Argyropoulou, 2008; Tien, 2009; Wong & Wong, 2009).
Alasan lain perlunya kajian tentang penyusunan skala minat kejuruan
berbasis tipologi Holland untuk mengekplorasi kecenderungan minat karir siswa
yaitu karena hingga saat ini belum ada instrumen yang mampu menghasilkan
rekomendasi yang memuaskan dalam membantu siswa memilih pendidikan
lanjutan dengan mengakomodasi minat siswa. Tipologi minat tertentu yang dapat
menggambarkan karakteristik dari siswa-siswa yang telah berhasil menjalani
proses pendidikan di SMK dapat dijadikan sebagai acuan standar untuk
memberikan rekomendasi pendidikan lanjutan.
Fokus utama dari teori Holland diletakkan pada pemahaman mengenai
perilaku vokasi (vocational behavior ) untuk menghasilkan cara praktis dalam
membantu individu untuk merentas karirnya baik di dunia pendidikan maupun di
dunia kerja.Teori ini menekankan pada konsep minat yang merupakan
representasi dari kepribadian seseorang. Teori ini juga menekankan pada
kompetensi personal, perilaku pendidikan (educational behavior ), perilaku sosial
6
dan kepribadian. Asumsi dasar Teori Holland mencakup empat asumsi (Holland,
1985; Gottfredson & Johnstun, 2009; Louis, 2010; Wong & Wong, 2002; Wong,
Wong & Peng, 2011)yaitu :
a. Individu dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh
mereka mendekati salah satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu :
Tipe
Realistik (The Realistic Type), Tipe Peneliti/investigatif (The
Investigative Type), Tipe Seniman/artististik (The Artistic Type), Tipe
Sosial (The Social Type), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type), dan
Tipe Orang Rutin (Conventional Type).
b. Terdapat 6 model
lingkungan (a model environment) dimana tiap
lingkungan didominasi oleh tipe kepribadian tertentu dan tiap
lingkungan memiliki gambaran keadaan fisik, permasalahan serta
memberikan peluang dan kesempatan tertentu, yaitu : lingkungan
realistik (the
investigative
realistic environment), lingkungan penelitian (the
environment),
lingkungan
kesenian
(the
artistic
environment), lingkungan pengusaha (the enterprising environment),
lingkungan pelayanan sosial (the social environment), lingkungan
bersuasana kegiatan rutin (the conventional environment). Semakin
mirip lingkungan tertentu dengan salah satu di antara enam model
lingkungan,
makin tampaklah di dalamnya corak dan suasana
kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan.
c. Individu
cenderung
mencari
lingkungan
yang
sesuai
untuk
mengembangkan keahlian dan kemampuan, mengeskpresikan sikap dan
7
nilai serta memperoleh penyelesaian masalah yang tepat dan sesuai
dengan karakteristik dirinya. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu
dan model lingkungan yang sesuai
menghasilkan keselarasan dan
kecocokan okupasional (occupational homogenity), sehingga seseorang
dapat mengembangkan diri dalam lingkungan okupasi tertentu dan
memperolehkepuasan hidup.
d. Perilaku merupakan perwujudan dari interaksi antara kepribadian
dengan lingkungan. Kesesuaian antara individu dan lingkungan akan
menentukan tingkat kesesuaian penjurusan dan kestabilan pendidikan
serta menentukan kepuasan dan prestasi.
Selain itu terdapat tiga asumsi tambahan tentang individu dan lingkungan.
Kegunaan asumsi yang kedua ini sebagai perantara untuk menjelaskan tentang
konsep utama tersebut. Asumsi-asumsi ini adalah(Holland, 1985; Toomey,
Levinson, & Palmer, 2009; Gottfredson & Johnstun, 2009):
a. Konsistensi: pada diri seseorang atau lingkungan, beberapa pasangan
tipe lebih dekat hubungannya daripada yang lainnya.
b. Diferensiasi: beberapa orang atau lingkungan lebih dibatasi secara jelas
daripada yang lainnya.
c. Kongruensi: berbagai tipe memerlukan berbagai lingkungan.
Tipe-tipe kepribadian menurut Holland adalah hasil dari interaksi faktorfaktor bawaan dan lingkungan. Interaksi-interaksi ini membawa
kepada
preferensi-preferensi untuk jenis aktivitas khusus, yang mengarahkan individu
kepada tipe-tipe perilaku tertentu. rangkuman dari preferensi-prefensi tiap tipe
8
kepribadian adalah sebagai berikut :
a. Tipe
Realistik yang preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang
memerlukan
manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik terhadap
obyek-obyek,alat-alat,
mesin-mesin,dan
binatang-binatang.
Implementasi konsep ini mengandung arti bahwa individu dengan tipe
ini cenderung tidak menyukai
aktivitas-aktivitas memberi bantuan
(pelayanan) atau pendidikan.
b. Tipe
Investigatif memiliki preferensi untuk aktivitas-aktivitas yang
memerlukan penyelidikan observasional, simbolik, sistematik, dan
kreatif terhadap fenomena fisik, biologis, dan kultural agar dapat
memahami dan mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai
aktivitas-aktivitas persuasif, sosial, dan repetitif. Contoh-contoh bidang
pekerjaan yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari individu bertipe
investigatif adalah ahli kimia dan ahli fisika.
c. Tipe Artistik memiliki preferensi pada aktivitas-aktivitas yang beragam,
bebas, dan tidak tersistematisasi untuk menciptakan produk-produk
artistik, seperti lukisan, drama, karangan. Tidak menyukai aktivitasaktivitas yang sistematik, teratur, dan rutin.
d. Tipe Sosial memiliki preferensi pada aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang lain dengan penekanan pada menolong, mengajar,
atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas rutin
dan sistematik yang melibatkan obyek-obyek dan benda-benda.
9
e. Tipe
Enterprising memiliki preferensi pada aktivitas-aktivitas yang
melibatkan manipulasi terhadap orang lain untuk keuntungan finansial
(ekonomi) atau
tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-
aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah.
f. Tipe Konvensional memiliki preferensi pada aktivitas-aktivitas yang
memerlukan manipulasi data yang eksplisit, teratur, dan sistematik guna
memberikan
menyukai
kontribusi kepada tujuan-tujuan organisasi. Tidak
aktivitas-aktivitas yang tidak pasti, bebas dan tidak
sistematik.
Suatu tipe memiliki korelasi dengan tipe-tipe lainnya, misalnya
tipe
realistik dekat dengan tipe investigatif di satu sisi dan dengan tipe konvensional
di sisi lainnya (korelasinya 0,46 dan 0,36),akan tetapi tipe realistik memiliki
korelasi yang rendah dengan tipe sosial yaitu sebesar 0,21. Tipe artistik
mempunyai kedekatan dengan tipe investigatif dan sosial (korelasinya 0,34 dan
0,42), tetapi rendah sekali korelasinya dengan tipe
konvensional, dengan
koefisien korelasi sebesar 0,11 (Osipow, 1983).
Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang teori kepribadian Holland telah banyak dilakukan
khususnya yang berhubungan dengan penentuan karir individu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh teori Holland sangat menentukan dalam
pengembangan karir baik secara praktis maupun teoritis. Teori Holland sangat
bermanfaat khususnya dalam menyediakan informasi tentang individu dan
alternatif karir yang dapat dipilih oleh individu serta dapat membantu individu
10
dalam memahami keinginan dan kesesuaian keinginannya dengan lingkungan
pekerjaannya (Gottfredson & Johnstun, 2009; Wong & Wong, 2002).
Penelitian yang dilakukan di Malaysia menyatakan bahwa teori Holland
yang digunakan untuk menyusun inventori minat dengan sampel etnis Melayu
menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian yang sangat tinggi antara karakteristik
sampel di Malaysia dengan model tipologi RIASEC dari Holland. Hal ini
menunjukkan bahwa secara kultural konsep tipologi kepribadian Holland dapat
diimplementasikan pada individu dengan latar belakang etnis Melayu, sehingga
memiliki peluangkesesuaianjika digunakan untuk sampel di Indonesia (Louis,
2010).
Review artikel tentang penerapan teori Holland pada lingkup dunia
internasional yang ditandai dengan globalisasi ekonomi dan percepatan perubahan
situasi dapat dilakukan. Hasil penelitian menemukan bahwa teori Holland tidak
hanya terbukti dapat diterapkan di Amerika Serikat saja, namun juga dapat
diimplementasikan di dunia post modern seperti saat ini (Bullock, Andrews,
Braud& Reardon, 2009).
Validitas teori Holland
dan interaksi antara kepribadian dengan
lingkungan juga pernah diteliti sebelumnya.Penelitian memperoleh hasil indeks
rerata sebesar 21,1 (SD = 5,3; range = 12 – 28) yang menunjukkan skor
kongruensi yang relatif tinggi antara tipe Investigatif dan Realistik dimana kedua
tipe ini kebanyakan dimiliki oleh individu. Hasil penelitian menunjukkan validitas
dari teori Holland, sehingga mengarahkan pada implikasi, bahwa
peringkat
terbawah dari karakteristik kepribadian dapat dijadikan sebagai indeks umum dari
11
tipe pekerjaan yang tidak bisa disarankan untuk diambil (Cowner, Chauvin &
Miller, 2009).
Kajian sebelumnyatelah dilakukan pengembangan alat ukur minat
berdasarkan teori Holland. Hasil utama dari kajian ini berupa sebuah alat ukur
minat yang merupakan modifikasi dari SDS (Self Directed Scale) yang telah
disesuaikan dengan kultur dan keadaan masyarakat Indonesia terutama terkait
dengan pekerjaan. Skala minat kejuruan ini dapat dijadikan sebagai jaringan awal
untuk mengidentifikasi minat siswa terhadap bidang pekerjaan tertentu sehingga
akan diketahui pola minat seorang siswa untuk kemudian diarahkan pada jurusan
pendidikan lanjutannya. Selain untuk penentuan jurusan pendidikan hasil
eksplorasi minat siswa dengan menggunakan skala minat kejuruan ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi informasi tentang aspek yang harus
ditingkatkan dari seorang siswa yang telah terlanjur memilih jurusan tertentu dan
tidak terlalu sesuai dengan minatnya, sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa
pada jurusan pendidikan yang ditempuhnya. Dengan kata lain, skala dan minat
kejuruan ini memiliki manfaat yang besar untuk kepentingan konseling karir lainlain (Kumaidi, Taufik, Prihartanti, & Restu, 2014; Kumaidi, Taufik, Prihartanti,
Restu, & Kurniawan, 2015).
Penelitian pengembangan skala minat kejuruan yang telah dilakukan
sebelumnya memiliki manfaat yang besar, namun juga terdapat beberapa
keterbatasan salah satunya yaitu dalam penyusunan tipologi tiap paket keahlian
belum menggunakan data dari siswa yang berprestasi di kelas paket keahliannya.
idealnya tipologi minat pada tiap paket keahlian disusun dari pekerja yang telah
12
berhasil dalam karir yang disiapkan dari paket keahlian di sekolah menengah
kejuruan, atau setidaknya dari siswa yang berprestasi. Penelitian ini akan
melakukan penyusunan ulang tipologi minat dengan menggunakan subjek yang
lebih mewakili siswa yang telah berhasil menempuh pendidikan pada jurusan atau
paket keahlian yang ada di SMK. Subjek yang akan dipilih sebagai sampel pada
penelitian ini adalah siswa kelas tiga di masing-masing paket keahlian dan
memiliki prestasi 10 besar dalam mata pelajaran khusus pada tiap-tiap paket
keahlian.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan penyusunan tipologi minat
pada tiap paket keahlian di SMK yang diungkap dengan skala minat kejuruan dari
hasil penelitian sebelumnya. Menggunakan data dari siswa berprestasi di kelas
XII sekolah menengah kejuruan dengan maksud agar tipologi minat siswa dapat
lebih mewakili siswa yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan pada paket
keahlian tertentu sehingga tipologi tersebut dapat dijadikan pedoman untuk
penentuan paket keahlian yang cocok untuk calon siswa sekolah menengah
kejuruan. Selain sebagai jaringan awal menentukan paket keahlian yang cocok
dengan karakter minat siswa, skala minat kejuruan juga dapat dijadikan sebagai
instrument eksplorasi minat sehingga jika terdapat kekurangan pada salah satu
aspek minat baik itu kompetensi, aktifitas ataupun mimpi pekerjaan, konselor
sekolah atau pihak yang terkait dapat memberikan intervensi yang tepat agar
mendekatkan keadaan aktual subjek dengan pekerjaan yang diminati.
Pengembangan alat ukur minat berdasarkan teori hexagonal RIASEC,
telah lama dikembangkan dan menghasilkan beberapa macam skala minat seperti
13
SDS, VPI, Strong-Campbell. Sebelumnya telah dikaji pengembangan skala minat
kejuruan yang menghasilkan norma berupa tipologi minat pada 36 paket keahlian
di Sekolah Menengah Kejuruan. Tipologi minat yang dihasilkan dari penelitian
tersebut menggunakan data dari siswa kelas 3 SMK tanpa mempertimbangkan
aspek prestasi sebagai indikator kesuksesan dalam menekuni dunia akademik
pada paket keahlian pilihannya(Kumaidi, Taufik, Prihartanti, & Restu, 2014;
Kumaidi, Taufik, Prihartanti, Restu, & Kurniawan, 2015).).
Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana deskripsi tipologi
minat pada tiap paket keahlian jika disusun berdasarkan data siswa yang
berprestasi . Penelitian ini akan menggunakan data profil minat siswa yang
berhasil dalam mengikuti proses pendidikan di SMK untuk menyusun standar
tipologi minat untuk tiap paket keahlian dan selanjutnya akan dibandingkan
dengan profil minat yang disusun pada penelitian sebelumnya.