2.  Faktor-faktor  pemungkin  Enabling  factors,  adalah  faktor- faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat. 3.  Faktor-faktor  pendorong  Reinforcing  factors,  adalah  faktor-
faktor ini meliputi sikap dan perilaku tenaga kesehatan, sikap dan perilaku dukun bayi, dan reference.
2.2.1.1 Faktor-faktor Predisposisi Prediposing factors
Ada  sejumlah  faktor  predisposisi  yang  memengaruhi  ibu  bersalin dalam memilih penolong persalinan, yakni: pendidikan, pengetahuan, sikap,
ekonomi keluarga, dan kepercayaan. Pendidikan  yang  rendah  sangat  memengaruhi  upaya  memelihara
dan  meningkatkan  kesehatan  sebagai  aspek  yang  merupakan  penekanan upaya promotif dan preventif dalam pembangunan kesehatan yang dialami
masih  lebih  besar  dibanding  dengan  pengobatan  pada  tenaga  kesehatan Depkes  RI,  2007.  Pendidikan  dapat  mempengaruhi  daya  intelektual
seseorang  dalam  memutuskan  suatu  hal,  termasuk  penentuan  penolong persalinan.  Pendidikan  yang  kurang  menyebabkan  daya  intelektualnya
masih  terbatas  sehingga  perilakunya  masih  dipengaruhi  oleh  keadaan sekitarnya  sedangkan  seseorang  dengan  tingkat  pendidikan  lebih  tinggi
memiliki  pandangan  lebih  luas  tentang  suatu  hal  dan  lebih  mudah  untuk menerima ide atau cara kehidupan baru.
Pengetahuan  sebagai  faktor  predisposisi  seseorang  memilih penolong persalinan, dalam hal ini adalah segala sesuatu yang diketahui ibu
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, proses persalinan yang aman, tanda-tanda  bahaya  kehamilan  dan  persalinan,  pantangan-pantangan  saat
hamil dan pasca bersalin, penyulit-penyulit persalinan, penolong persalinan yang  tepat,  serta  pengetahuan  ibu  tentang  keterampilan  orang  yang
menolong proses persalinannya. Hasil penelitian Juliwanto 2008 menyatakan bahwa ada hubungan
yang  signifikan  antara  tingkat  pengetahuan  dengan  pemilihan  tenaga penolong persalinan. ibu yang memilih penolong persalinan oleh dukun bayi
yaitu 63,6 terdapat pada ibu yang berpengetahuan kurang, dibandingkan ibu  dengan  pengetahuan  baik  yaitu  14,8.  Hal  tersebut  mengindikasikan
bahwa  semakin  baik  pengetahuan,  maka  semakin  kecil  kemungkinan  ibu memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan.
Sikap  adalah  reaksi  atau  repon  seseorang  yang  masih  tertutup terhadap  suatu  stimulus  atau  objek.  Sikap  tidak  dapat  langsung  dilihat,
tetapi  hanya  dapat  ditafsirkan  terlebih  dahulu  dari  perilaku  yang  tertutup. Sikap  secara  nyata  menunjukan  konotasi  adanya  kesesuaian  reaksi
terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi  yang  bersifat  emosional  terhadap  stimulus  sosial  Notoatmodjo,
2003.  Sikap  itu  mempunyai  3  komponen  pokok,  yaitu:  a  kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek, b Kehidupan emosional
atau  evaluasi  emosional  terhadap  suatu  objek,  c  kecenderungan  untuk
bertindak  trend  to  behave.  Ketiga  komponen  ini  secara  bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude.
Kepercayaan  merupakan  hal-hal  yang  berhubungan  dengan pengakuan  atau  keyakinan  akan  kebenaran  Jujun,  2005.  Kepercayaan
sering  diperoleh  secara  turun-temurun  dari  orang  tua,  kakek  atau  nenek, seseorang dalam menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya  pembuktian  terlebih  dahulu  Notoatmodjo,  2007.  Kepercayaan masyarakat  terhadap  ketrampilan  dukun  bayi  berkaitan  dengan  sistem
budaya  masyarakat  dan  diperlakukan  sebagai  tokoh  masyarakat  sehingga dimanfaatkan  oleh  sebagian  besar  masyarakat  setempat  yang  memiliki
potensi  dalam  memberikan  pelayanan  kesehatan  Syafrudin,  Hamidah, 2009.
Hasil  penelitian  oleh  Abbas  dan  Kristiani  2006  bahwa  sebagian besar  masyarakat  masih  menganggap  bahwa  tenaga  medis  paramedis
cenderung  belum  berpengalaman,  karena  rata-rata  usia  mereka  sangat muda  sehingga  masyarakat  kurang  percaya  terhadap  tindakan  persalinan
yang dilakukan oleh bidan. Faktor  pendapatan  dalam  penelitian  Bangsu  2001,  bahwa  biaya
persalinan  yang  murah  menjadi  alasan  mereka  memilih  dukun  bayi  dalam membantu persalinan karena pendapatan keluarga yang rendah. Meskipun
mereka memeriksakan kehamilan pada bidan, namun pada saat persalinan, dukun bayi tetap menjadi pilihan karena tarif yang relatif murah.
Sejalan  dengan  hal  di  atas,  hasil  penelitian  Abbas  dan  Kristiani 2006 menemukan bahwa pemanfaatan bidan cenderung pada ibu dengan
pendapatan  yang  tinggi,  sedangkan  masyarakat  dengan  pendapatan rendah  justru  memilih  dukun  bayi,  karena  mereka  mempunyai  persepsi
bahwa pertolongan persalinan pada bidan mahal dan beberapa masyarakat yang  menyatakan  kurang  percaya  terhadap  pelayanan  kesehatan  bidan  di
desa, karena bidan masih terlalu muda dan belum menikah sehingga belum mempunyai pengalaman terutama menolong ibu melahirkan.
Salah  satu  faktor  predisiposisi  ibu  memilih  penolong  persalinan adalah  paritas  yaitu  banyaknya  kelahiran  hidup  yang  dipunyai  oleh
seseorang  Manuaba,  2001.  Paritas  2-3  merupakan  paritas  paling  aman ditinjau  dari  sudut  pandang  kematian  maternal,  dan  paritas  tinggi  4
mempunyai  angka  kematian  maternal  tinggi.  Risiko  pada  paritas  pertama dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada
paritas  tinggi  dapat  dikurangi  dan  dicegah  dengan  keluarga  berencana. Sebagian  kehamilan  pada  paritas  tinggi  sering  terjadi  perdarahan  saat
melahirkan  jutru  diusia  yang  rawan  ini  masyarakat  lebih  memilih  bersalin dengan  dukun  bayi  karena  adanya  pengalaman  sebelumnya  Sarwono,
2006.
2.2.1.2 Faktor-faktor Pendukung Enabling factors