Term ta’lim dan Derivasinya

p. كبرن lafal ini disebutkan satu kali dalam surat al-Isr ā’ [17]: 18                   Artinya: Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang duniawi, Maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir.

2. Term ta’lim dan Derivasinya

Kata ta’lim berasal dari kata ‘alima ملع yang secara sederhana artinya mengetahui. Dalam kamus lis ān al-‘Arab, kata ini memiliki beberapa arti yaitu mengetahui, mengenal, merasa, dan memberi sabar kepadanya. 19 Menurut kamus Kontenporer Arab Indonesia, Atabik Ali A. Zuhdi Muhdlor mengatakan bahwa, kata “ta’lim” sepadan dengan kata darrasa, terambil dari állama-yu’allimu-ta’liman ملع - ميلعت-ملعي, artinya menurut bahasa adalah mengajar atau mendidik. 20 At- Ta’lim sebagai masdar dari ‘allama hanya bersifat khusus dibandingkan al-Tarbiyah. Al-Attas mengartikan ta’lim sebagai pengajaran sehingga lebih sempit dari pendidikan. 21 Sebagaimana dijelaskan oleh Al Rasyidin 22 dalam bukunya Falsafah Pendidikan Islam, dalam al-Quran, kata ta’lim disebutkan dalam bentuk ism dan fi’il. Dalam bentuk ism, kata yang seakar dengan ta’lim hanya disebutkan sekali, yaitu mu’allamun ملعم yang terdapat dalam surah ad-Dukhan [44]: 14.       19 Ibn al- Manżur, Lisān al-Arab, h. 371. 20 Atabik Ali A. Zuhdi Muhdlor, Kontemporer Arab Indonesia,Yogyakarta : Multi Grafika, 1998, hal. 1314. 21 Syed Muhammad al-Nuquib al-Attas, Aims and Objectives of Islamic Education, Jeddah: King Abdul Aziz University, 1979, h. 44. 22 al-Rasyidin, Falsafah, h. 110. Artinya: Kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: Dia adalah seorang yang menerima ajaran dari orang lain lagi pula seorang yang gila . Pada ayat ini kata mu’allamun di artikan sebagai orang yang menerima pelajaran. Dalam hal ini ayat ini menceritakan tentang Nabi Muhammad SAW dituduh menerima pelajaran dari seorang yang bukan bangsa Arab bernama Addas yang beragama Kristen. Sehingga dapatlah dikatakan di sini bahwa pelajaran yang dimaksud adalah dalam tataran kognitif. Kemudian dalam bentuk fi’il, kata yang seakar dengan ta’lim disebut dalam dua bentuk, yaitu fi’il madhi dan fi’il mudhari. Dalam bentuk fi’il madhi, kata ini disebutkan sebanyak 25 kali dalam 25 ayat dan 15 surah, yaitu: Q.S.al- Baqarah[2]: 31, 32, 239, 251, dan 282, Q.S. an-Nis ā [4]: 113, Q.S.al-Maidah [5]:4 dan 110, Q.S. al- An’am [6]:9, Q.S. Yusuf [12]: 37, 68 dan 101, Q.S. al-Kahf [18]: 65, 66, Q.S. aha [20]: 71, Q.S.al- Anbiya’ [21]:80, Q.S. asy-Syu’ara’ [26]: 49, Q.S.al-Naml [27]: 16, Q.S.Yas n [36]:69, Q.S.an-Najm[53]:5, Q.S.ar-Rahman [55]:2 dan 4, Q.S. al-Alaq [96]: 4-5. 23 Dalam hal ini hanya akan dipaparkan beberapa surah saja yang terkait dengan term tersrbut, di antaranya:                                          24 Artinya: dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama benda-benda seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar            23 Ibid., h. 110. 24 Q.S, al-Baqarah [2]: 31.                                        25 Artinya: Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. dan juga karena Allah telah menurunkan kitab dan Hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.                                                           26 Artinya: Mereka menanyakan kepadamu: Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?. Katakanlah: Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan buruan yang ditangkap oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah 25 Q.S, an-Nis ā [4]: 113. 26 Q.S. al-Maidah [ diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu waktu melepaskannya. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya. Kemudian dalam bentuk fi’il mudhari’, kata yang setara dengan ta’lim disebutkan sebanyak 16 kali dalam 16 ayat pada 8 surah, yaitu Q.S. al-Baqarah [2]: 102, 129, 151, 282, Q.S.al-Imr ān [3]: 48, 79, 164, Q.S. al-Maidah [5]: 4, Q.S. an-Nahl [16]: 103, Q.S.al-Kahf [18]: 66, Q.S.al-Hujurat [49]: 16, Q.S.Yusuf [12]: 6, 21, Q.S. al- Jumu’ah [62]: 2. 27 Sama halnya pada pembahasan sebelumnya, pada pembahasan ini tidak akan ditulis kesemua surah di atas, hanya saja ditulis beberapa surah untuk mewakilinya:                                     28 Artinya: Sebagaimana kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.                 29 27 Al Rasyidin, Falsafah, h. 110 28 al-Baqarah [2]: 151. 29 al-Imran [3]: 48. Artinya: dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, hikmah, Taurat dan Injil.                                                           30 Artinya: Mereka menanyakan kepadamu: Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?. Katakanlah: Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan buruan yang ditangkap oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu waktu melepaskannya. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya. Menurut Rasyid Ridha, al- Ta’lim dapat diartikan sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. 31 Dalam ayat lain dijelaskan bahwa:           30 Al-Maidah [5]: 4. 31 Tengku Saifullah, Nalar Pendidikan Islam, Ikhtiar Memahami Pendidikan Islam dalam berbagai Perspektif, Bandung : Citapsutaka Media Perintis, 2011, hal. 7                  32 Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah As Sunnah. dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, Dalam surat yang diturunkan di Madinah tersebut menggunakan yu’allimu, yang merupakan salah satu kata dasar yang membentuk istilah ta’lim. Yu’allimu diartikan dengan mengajarkan, untuk itu istilah ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran instruction. Dari ayat tersebut juga bisa dimaknai bahwa Rasulullah juga seorang mu’allim, hal ini memperkuat sungguh dari beliau adanya keteladanan, termasuk bagaimana seharusnya menjadi seorang muallim. Jadi, Ta’lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif semata-mata. Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta’lim hanyamengedepankan proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar mu’alim dan yang diajar muta’alim. Namun, istilah ta’lim menunjukkan bahwa ilmu yang bisa untuk dialihkan meliputi semua ilmu termasuk diantaranya sihir. Sehingga memang istilah tersebut lebih dekat pada pengajaran bukan pendidikan, karena pendidikan dalam pengertian Islam tentu saja harus mengarah pada manusia yang lebih baik, sesuai peran dan fungsinya didunia ini menurut Al Qur’an dan As Sunnah.

3. Term Ta’dib dan Derivasinya