KONSEP ANAK DALAM TAFSIR AL-MIŞBĀḤ DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA.

(1)

No. Daftar FPIPS: 2119/UN. 40. 2.6.1/ PL/ 2014

KONSEP ANAK DALAM TAFSIR AL-MIŞBĀḤ

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Siti Rohmah NIM: 1000922

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

KONSEP ANAK DALAM TAFSIR AL-MIŞBĀḤ

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

Oleh Siti Rohmah

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Siti Rohmah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI SITI ROHMAH

1000922

KONSEP ANAK DALAM TAFSĪR AL-MIŞBĀḤ

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. H. Aam Abdusalam, M.Pd.

NIP. 19570402 198601 1 001

Pembimbing II,

Dr. Edi Suresman, M.Ag.

NIP. 19601124 198803 1 001

Mengetahui,

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag.


(4)

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, tanggal : Kamis, 30 Oktober 2014

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

3. Penguji :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

Drs. A. Toto Suryana, Af. M.Pd. NIP. 19570303 198803 1 001

Agus Fakhruddin, S.Pd., M.Pd. NIP. 19700817 200501 1 001


(5)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

KONSEP ANAK DALAM TAFSIR AL-MIŞB

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

Oleh : Siti Rohmah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya kekerasan yang dilakukan terhadap anak ataupun kenakalan yang dilakukan oleh anak karena ketidakhadiran keluarga dalam mendidik anak.Al-Qur n sebagai pedoman hidup, memberikan perhatian khusus perihal anak dan pendidikannya dalam keluarga. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang konsep anak yang merujuk pada tafsir al-Mişb ,alasan pemilihan tafsir al-Mişb karena telah diakui oleh para ahli baik secara nasional maupun internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengertian, kedudukan, hak dan kewajiban anak dalam keluarga, serta mengetahui implikasinya terhadap pendidikan anak dalam keluarga. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Adapun metode yang digunakan adalah metode tafsir mauḍū`i, teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dil laħ dan mun sabaħ. Data yang diperoleh dari al-Qur n

sebagai sumber utama juga dilengkapi dengan tafsir lainnya beserta buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian sebagai sumber sekunder. Dari hasil penelitian ditemukan kata anak dalam al-Qur n meliputi aṭf l (ṭifl), Ṣabī,

ad’iy ’akum, asb ṭ, nasl, ibn, gul m, awl d ,żurriyaħ dan rab ib. Dalam

penelitian ini kata anak yang dipilih hanya awl d ,żurriyaħ, aṭf l, banūn dan

bunayya yang barakar dari kata ibn, dengan alasan lima kata tersebut memiliki kandungan baik secara tersurat maupun tersirat tentang pendidikan anak dalam keluarga, kemudian dihasilkan konsep anak dalam tafsir al-Mişb yang meliputi pengertian bahwa anak merupakan keturunan dan generasi penerus orang tuanya sebagai amanah dari Allah yang harus dididik, diperhatikan, dan dijaga sekalipun sudah mencapai usia baligh agar ia berkembang sebagai anak yang diharapkan oleh orang tua, agama, dan bangsa. Kedudukan anak bagi orang tuanya sebagai

żurriyaħ(keturunan orang tua), fitnaħ (ujian dan cobaan), zīnaħ(perhiasan dunia), dan Qurraħa’yun (penyejuk hati). Dalam penelitian ini juga ditemukan hak anak yakni mendapatkan pendidikan yang baik dan pemenuhan kebutuhannya baik secara jasmani maupun rohani, adapun kewajiban anak yakni berbakti kepada kedua orang tuanya, selama perintahnya itu tidak bertentangan dengan aturan Allah. Konsep anak ini memiliki implikasi terhadap pendidikan keluarga yakni prinsip, materi, metode, tujuan, fungsi pendidikan dalam keluarga dan komunikasi dalam keluarga.


(6)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE CONCEPT OF CHILDREN IN TAFSIRAL-MIŞB

AND ITS IMPLICATIONS ON FAMILY EDUCATION By:

Siti Rohmah

The background to the research was the increasing case of violence against children as well as juvenile delinquency caused by the absence of families in educating and protecting children. Al-Qur n as guidance for life pays special attention to children and their education in family. In this research, a discussion of the concept of children referencing tafsir al-Mişb (interpretation) will be presented; the reason for selecting this exegesis is based on a consideration that it has been well-acknowledged by both national and international experts. The research aimed to find the concept of children and its implicationseducation in family. Theapproach used in this research was qualitative. Furthermore, the method employed was mauḍū`i interpretation method, and techniques of data analysis consisted of dil laħ and mun sabaħ. The data obtained from al-Qur n as the primary source are also complimented with other interpretations as well as books relevant to the research problem as secondary data. From the research results, it is found that the word children in al-Qur n consists of aṭf l (ṭifl), Ṣabī,

ad’iy akum, asb ṭ, nasl, ibn, gul m, awl d ,żurriyaħ and rab ib. For the purpose

of this research, the words denoting children selected are awl d ,żurriyaħ, aṭf l,

banūn and bunayya from the root word of ibn, with a consideration that the five

words have both explicit and implicit contents of child education in family. Then, the concept of children in Tafsiral-Mişb is found, constituting the definition that children are the offspring and heirs to their parents as trusted to them by Allah, who have to be educated, taken care of, and protected although they have reached the age of balig(havecome of age religiously and are duty bound), so that they will grow to meet the expectations of their parents, religion, and nation.For their parents, children serve as ẓurriyaħ (parents’ offspring), fitnaħ (test and trial),

zīnaħ (world’s jewel), and Qurraħa’yun (comfort of the eyes). In this research,

children’s rights are also found, namely the rights for gaining education and getting their needs fulfilled, physically and spiritually, whereas children’s obligation is to be dutiful to their parents as long as their commands are not against Allah’s rules. The concept of children has an implication on family education, there are principles, materials, methods, purpose, function on family education and communication in family.


(7)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACK ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang Penelitian ... 1 B. Identifikasi Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 9 F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Konsep Anak ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Anak ... Error! Bookmark not defined.

2. Kedudukan Anak ... Error! Bookmark not defined.

3. Perkembangan Anak ... Error! Bookmark not defined.

4. Kewajiban Anak dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

5. Hak Anak dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

B. Pendidikan Dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

3. Kedudukan Anggota Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

4. Fungsi Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

5. Tujuan Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

6. Pola Asuh Anak dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

7. Komunikasi Dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

8. Prinsip Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

9. Materi Pendidikan dalam Keluarga... Error! Bookmark not defined.

10. Metode Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

11. Deskripsi Tafsir Al- Mişbāḥ ... Error! Bookmark not defined.

a. Kelebihan Tafsir al-Mişbāḥ ... Error! Bookmark not defined.

b. Kekurangan Tafsir al-Mişbāḥ ... Error! Bookmark not defined.

12. Penelitian Terdahulu yang Relevan dengan Pokok BahasanError! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.


(8)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Jenis dan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined.

F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Anak dalam Tafsir Al-Miṣbāḥ ... Error! Bookmark not defined.

2. Kedudukan Anak dalam Tafsir Al-Mişbāḥ ... Error! Bookmark not defined.

3. Kewajiban Dan Hak Anak dalam Tafsir Al-MişbāḥError! Bookmark not defined.

4. Implikasi Konsep Anak dalam Tafsir Al-Mişbāḥ Terhadap Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

B. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS DATA ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Anak ... Error! Bookmark not defined.

2. Kedudukan Anak ... Error! Bookmark not defined.

3. Kewajiban dan Hak Anak ... Error! Bookmark not defined.

4. Implikasi Konsep Anak terhadap Pendidikan dalam KeluargaError! Bookmark not defined.

a. Prinsip Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

b. Metode Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

c. Materi Mendidik anak dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

d. Tujuan Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

e. Fungsi Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

f. Komunikasi dalam Keluarga ... Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.


(9)

1

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Islam merupakan agama yang universal, hal ini terbukti dengan ajaran Islam yang mampu menjawab dan memberikan solusi terbaik dengan berdasar kepada al-Qurān dan ḥadī terhadap setiap problematika dan perkembangan peradaban manusia.Sebagai ajaran yang universal, Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk mengenai pendidikan anak dalam keluarga.

Sebagaimana kita ketahui semua, bahwa nikmat Allah tidak terhitung dan karunia-Nya pun tidak terbilang. Dan diantara nikmat yang besar dan yang paling berharga ini adalah nikmat berupa anak-anak. Disamping sebagai amanah dari Allah, anak dapat menjadi penenang hati dan juga kebanggaan keluarga.

Sebagaimana menurut al-Ghazali (dalam Rachman 2011, hlm. 5) bahwa anak itu amanat dari Allah yang dipertaruhkan kepada kedua orangtua. Jiwa anak yang suci murni itu bagai permata indah yang sangat sederhana, yang belum dibentuk. Ia menerima segala bentuk rupa.

Dalam hal ini, keluarga merupakan lingkungan pertama yang anak kenal dan bertanggung jawab dalam pendidikan anak, karena lingkungan keluarga merupakan fase awal yang dilewati anak dalam kehidupannya.

Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari bapak, ibu dan anak. Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat, tidak akan ada masyarakat bila tidak ada keluarga, dengan kata lain masyarakat merupakan kumpulan-kumpulan keluarga (Subhan, 2004, hlm. 3). Pernyataan diatas senada dengan yang diungkapkan oleh Djumhana, dkk. (2003, hlm.197) bahwa keluarga diartikan sebagai suatu satuan terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial ditandai dengan adanya kerjasama,


(10)

2

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

saling mengisi, saling pengertian, saling menghargai dan saling memiliki ikatan batin antara yang satu dengan yang lainnya.


(11)

3

Pemikiran sosial modern dalam Islam juga sepakat bahwa keluarga itu adalah unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat dimana hubungan-hubungan yang terdapat didalamnya, sebagian besar bersifat hubungan langsung. Disitulah berkembangnya individu dan terbentuknya tahap awal proses sosialisasi dan melalui interaksi didalamnya ia memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai,emosi dan sikapnya dalam hidup, memperoleh ketentraman dan ketenangan (Djumhana, dkk. 2003, hlm. 200).

Mengenai pendidikan anak dalam keluarga, khususnya orangtua yang bertanggung jawab dalam pendidikan anaknya dalam keluarga, dengan pendidikan yang baik berdasarkan nilai-nilai akhlak dan spritual yang luhur. Seperti pendapatnya Mujib & Mudzakkir (2008, hlm. 88) orang tualah yang pertama menjadi pendidik bagi anak sebagaimana dikemukakan bahwa:

Pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Orang tualah yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan anaknya karena sukses tidaknya anak tergantung pengasuhan, perhatian dan pendidikannya.

Oleh karena itu, tentunya keberadaan ayah dan ibu sangatlah berpengaruh terhadap anak, sebagaimana dikemukakan oleh Daradjat (1970, hlm. 35) bahwa sejak seorang anak lahir, ibunya yang selalu ada disampingnya. Oleh karenanya ia meniru perangai ibunya. Ibu orang yang mula-mula dikenal, anak yang mula-mula menjadi temannya dan mula-mula dipercayainya. Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di mata anaknya ia seorang terpandai diantara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan penolong utama.

Namun sayangnya, tidak semua orang tua dapat melakukannya. Buktinya dalam kehidupan di masyarakat sering ditemukan anak-anak nakal dengan sikap dan prilaku jahiliyaħ yang tidak hanya terlibat dalam perkelahian, tetapi juga terlibat dalam pergaulan bebas, perjudian, pencurian, narkoba dan sebagainya(Djamarah 2004, hlm. 31).


(12)

4

Selain hal itu juga dalam keluarga tertentu sering ditemukan sikap dan prilaku orang tua yang memarahi, menghardik, mencela atau memberi hukuman fisik yang tidak wajar kepada anaknya jika anaknya melakukan kesalahan. Padahal penggunaan cara-cara seperti di atas dapat mengakibatkan efek negatif bagi perkembangan jiwa anak, seperti akan menimbulkan gejala takut dan cemas, terkadang hal itu akan mendorong untuk bunuh diri atau mungkin membunuh kedua orang tuanya, atau akhirnya akan meninggalkan rumah untuk membebaskan diri dari situasi kekerasan yang zalim dan perlakukan yang menyakitkan.

Permasalahan yang muncul diatas salah satunya bisa disebabkan karena banyak orang tua yang kurang memperhatikan tumbuh kembang anaknya dan tidak mengerti cara yang tepat untuk mendidik anak karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, kemudian alasan kesibukan dan keterbatasan waktu untuk mendidik anak.

Seiring berkembangnya zaman pun banyak perubahan yang telah terjadi, permasalahan lainnya pun muncul yang akhirnya berpengaruh juga terhadap anak dan perkembangannya diantaranya adalah ikatan dengan keluarga yang lebih renggang dan kontak antara anggota keluarga yang berkurang, anak lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, perceraian, perpisahan dan pernikahan kedua atau ketiga kali semakin meningkat, sering terdapat pengasuh lain yang bukan orang tua, mobilitas pekerjaan dan sosial meningkat, lebih banyak interaksi dengan orang luar daripada dengan orangtua atau anggota keluarga lainnya (Djumhana, dkk, 2003. hlm. 197).

Permasalahan di atas pada akhirnya berimbas pada kenakalan remaja.Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa.Hal ini tentunya dapat menjadi aset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi diri yang positif sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan remaja. Namun ternyata kondisi remaja di Indonesia menunnukkan hal yang sebaliknya bahwa saat ini


(13)

5

digambarkan dengan sex pra nikah dan kehamilan tidak dinginkan, aborsi 2,4 jt dan 700-800 ribu pelakunya adalah remaja, HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi dan 70% nyadiderita oleh remaja, kemudian penyalahgunaan miras dan narkoba(BKKBN, 2012).

Lanjutnya, Polda Metro Jaya mengungkapkan tahun 2012 kasus kenakalan remaja tersebut mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu sebesar 36,66 % (Beritasatu, 2012).

Maraknya kasus kenakalan pada remaja hal ini menunjukkan ketidakhadiran keluarga, masyarakat dan negara dalam melindungi dan memperhatikan anak. Namun ketidakhadiran keluarga khususnya, bukan saja berimbas pada kenakalan remaja, tetapi akhir-akhir ini kita sering dikejutkan dengan maraknya pemberitaan yang semakin terus mencuat ke ranah media tentang kasus kekerasan pada anak bahkan kekerasan seksual yang dilakukan pada anak dibawah umur.

Kekerasan seksual pada anak di Indonesia semakin hari kian mengerikan. Informasi terakhir bahkan menyebut ada 200 paedofil yang masuk ke Indonesia tahun ini, seperti halnya kasus kekerasan seksual pada anak di bawah umur yang terjadi di Jakarta Internasional School yang disingkat JIS yang menimbulkan efek trauma psikologis terhadap korban (Kompas, 2014).

Tidak berselang lama dari kasus di atas, Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Jawa Barat, mencatat ada sedikitnya 108 anak yang menjadi korban kekerasan seksual yang rata-rata usianya lima sampai 13 tahun. Selain itu juga ditambah dengan informasi dari pihak Polres kota Sukabumi saat ini sudah ada 52 anak yang menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh tersangka berinisial AS, jika ditambahkan jumlah totalnya mencapai 108 anak (Abdullah, 2014).

Selain itu, ditambah juga dengandata dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat Pada tahun 2013 ada 3.023 kasus kekerasan terhadap anak dan 58 persen merupakan kasus kejahatan seksual (meningkat lebih dari 60 persen dibanding 2012). Sementara hingga April 2014 ini telah menerima 622 laporan kekerasan terhadap anak (Gunawan, 2014).


(14)

6

Berkaitan dengan hal di atas, Aziz (1990, hlm. 82) mengungkapkanpada hakikatnya seorang anak itu setelah dewasa nanti dapat menjadi penolong bagi kedua orang tua atau sebaliknya menjadi musuh yang buruk, ataupun bisa menjadi ujian dan musibah bagi kedua orang tuanya, hal ini tergantung pendidikan dan perlindungan yang diberikan oleh kedua orang tuanya sendiri, sebab anak bagi orang tuanya adalah amanat Allah yang harus dirawat serta diasuh dengan penuh tanggung jawab.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Gymnastiar (2006, hlm. 102), sejalan dengan bertambahnya usia sang anak, muncul persoalan baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh bakti kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan masyarakatnya. Akan tetapi, di sisi lain dapat pula sebaliknya, perilakunya semakin tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orang tua pun selalu cemas memikirkannya. Hal tersebut tergantung pada pendidikan dan perlindungan yang diberikan pada anak.

Mengenai hal di atas,Imam Al-Ghazali (dalam Rachman 2011, hlm. 5) mengungkapkan bahwa yang harus dilalui dalam mendidik anak yakni menyelamatkan anak-anak dari neraka dunia dan neraka akhirat.Karena itu anak yang masih murni jika kita biasakan ke jalan kebajikan, tentu sampai dewasa ia akan selamat. Sebaliknya jika anak-anak kita dibiasakan ke jalan kejahatan dan melengahkan pendidikannya sebagai pendidikan binatang, celaka dan sesatlah akhirnya. Kesalahan itu menjadi tanggung jawab ayah dan ibunya.

Maka anak harus dibina, dijaga, dipelihara dan dididik secara seksama serta sempurna agar kelak menjadi insān kamīl atau manusia sempurna, berguna bagi agama, bangsa dan negara, karena semua harapan positif terhadap anak tersebut tidaklah dapat terpenuhi tanpa adanya bimbingan, pendidikan yang tepat dan memadai.

Sebagaimana menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23, 2002, tentang Perlindungan Anak, Pasal 13, ayat 1 bahwa:


(15)

7

Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan dikriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan serta perlakuan salah lainnya.

Mengingat betapa pentingnya posisi anak dalam keluarga, maka Islam pun menyerukan agar mengelola potensi anak dengan sungguh-sungguh. Seruan ini untuk menghindarkan agar jangan sampai anak ditelantarkan sehingga tumbuh menjadi manusia yang lemah dalam segala hal.

Untuk itu,sebagai solusi terbaik dan pedoman hidup, al-Qurān tentunya juga memuat lengkap tentang manusia termasuk pembinaan dan pendidikannya, meskipun tidak disebutkan secara tersurat tentu al-Qurān juga memuat pendidikan anak dalam keluarga,. Sehingga dalam al-Qurān banyak dibahas tentang anak.

Dalam al-Qurān juga dijelaskan mengenai tanggungjawab wali terhadap pemeliharaan anak-anak dan kerabat-kerabatnya yang berada dibawah tanggungannya dan juga memberi mereka pendidikan yang baik yang dapat menjadikan mereka individu-individu yang āliḥ dalam keluarga-keluarga yang āliḥ pula pada masa yang akan datang.

Sehingga sudah selayaknya orang tua dan para pendidik menjadikan

al-Qurānsebagai pedoman untuk menghantarkan anaknya menuju kebaikan dan memelihara serta meningkatkan potensi mereka. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, al-Qurān menggariskan bahwa anak merupakan karunia sekaligus amanah Allah sumber kebahagiaan keluarga dan penerus garis keturunan orang tuanya. Hal tersebut tergambar dari tafsir atau makna kata anak dalam al-Qurān yang tentunya sangat memungkinkan dikembangakan serta diterapkan dalam proses pendidikan keluarga.

Sebagaiman hasil penelusuran, kata anak dalam al-Qurān cukup banyakdan disebut berulang kali dengan berbagai derivasi kata yang cukup beragam, yakni kata anak disebut dengan aṭfālyang berakar kata dari ṭifl, abī, ad’iyāakum, asbāṭ, nasl, ibn, gulām, awlādyang berakar kata dari


(16)

8

Maka, dalam penelitian ini akan dibahas tentang konsep anak dalam a

al-Qurān yang merujuk pada tafsir al-Mişbāḥ1, alasan pemilihan tafsir tersebut karena telah diakui oleh para ahli baik secara nasional maupun internasional kemudian tafsir al-Mi bāḥ banyak mengemukakan uraian penjelas terhadap sejumlah mufasir ternama sehingga menjadi referensi yang mumpuni, informatif, dan argumentatif, selain itu gaya bahasa penulisan yang mudah dipahamisemua kalangan, dari mulai akademisi hingga masyarakat luas.

Berdasarkan latar belakang di ataslah penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam serta menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Konsep Anak dalam Tafsir Al-Mişbāḥdan Implikasinya terhadap Pendidikan dalam

Keluarga” Penelitian ini sangatlah penting untuk memberikan kontribusi bagi para orang tua dan pendidik umumnya mengenai bagaimana cara mendidik anak berdasarkan pada al-Qurān.

A. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan di atas, bahwa melihat kondisi fakta di lapangan maraknya kekerasan yang dilakukan terhadap anak ataupun kenakalan yang dilakukan oleh anak itu sendiri, hal ini menunjukkan ketidakhadiran keluarga, masyarakat dan negara dalam melindungi anak dari ancaman kekerasan, karena pada hakikatnya seorang anak itu setelah dewasa nanti dapat menjadi penolong bagi kedua orang tua atau sebaliknya menjadi musuh yang buruk bagi kedua orang tuanya, ataupun bisa menjadi ujian dan musibah bagi kedua orang tuanya, tergantung pendidikan dan perlindungan yang diberikan oleh kedua orang tuanya sendiri, sebab anak bagi orang tuanya adalah amanat Allah yang harus dirawat serta dididik dengan penuh tanggung jawab.

Selain itu, permasalahan yang muncul di atas juga bisa disebabkan karena banyak orang tua yang kurang memperhatikan tumbuh kembang anaknya dan tidak mengerti cara yang tepat untuk mendidik anak karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, kemudian alasan kesibukan dan keterbatasan waktu untuk mendidik anak.

1


(17)

9

Al-Qurān sebagai solusi terbaik dan pedoman hidup yang lengkap tentang manusia termasuk pembinaan dan pendidikannya, tentu memuat juga pendidikan anak dalam keluarga. Sehingga dalam al-Qurān banyak dibahas tentang anak.

Adapun dalam penelitian ini akan dibahas tentang konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥ,alasan pemilihan tafsir tersebut karena banyak mengemukakan uraian penjelas terhadap sejumlah mufasir ternama sehingga menjadi referensi yang mumpuni, informatif, dan argumentatif, selain itu gaya bahasa penulisan yang mudah dipahamisemua kalangan, dari mulai akademisi hingga masyarakat luas. Maka fokus masalah dalam penelitian ini

adalah : “Bagaimana Konsep Anak dalam Tafsir Al-Mişbāḥdan Implikasinya

terhadap Pendidikan dalam Keluarga.” B. Rumusan Masalah Penelitian

Dari identifikasi masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengertiananak dalam tafsir al-Mişbāḥ? 2. Bagaimana kedudukananak dalam tafsir al-Mişbāḥ?

3. Bagaimana hak dan kewajiban anak dalam tafsir al-Mişbāḥ?

4. Bagaimana implikasi konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥterhadap pendidikan dalam keluarga?

C. TujuanPenelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperolah gambaran mengenai Konsep Anak dalam Tafsir

Al-Mişbāḥdan Implikasinya terhadap Pendidikan Keluarga. Adapun tujuan secara khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahuipengertiananak dalam tafsir al-Mişbāḥ; 2. Mengetahuikedudukananak dalam tafsir al-Mişbāḥ;

3. Mengetahui hak dan kewajiban anak dalam tafsir al-Mişbāḥ;

4. Mengetahuiimplikasi konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥterhadap pendidikan dalam keluarga.


(18)

10

D. Manfaat/SignifikansiPenelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini terbagi kepada dua, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa gambaran mengenai konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥdan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga. Dengan adanya pengetahuan tersebut semoga pendidik, baik pendidik di lingkungan formal, informal maupun nonformal dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam mendidik anak.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti:

a. Bagi Civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan temuan mengenai konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥdan implikasinya terhadap pendidikan keluarga. Dan mudah-mudahan memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan.

b. Bagi Prodi IPAI, diharapkan bisa menambah khazanah keilmuan tentang ilmu mendidik anak khususnya,dan bisa diterapkan dalam perkuliahan untuk memberi bekal mahasiswa pada saat nanti mengajar di Sekolah. c. Bagi orang tua, diharapkan dapat menambah wawasan, rujukan dan

pengetahuan, terutama bagi orang tua sebagai pedoman untuk mendidik anak dalam keluarga dengan baik sesuai dengan ajaran Islam

d. Bagi penulis, penelitian ini sebagai acuan untuk memperluas pemikiran dan pengalaman penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi acuan untuk bekal dalam mendidik anak.

E. StrukturOrganisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini, sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan.Dalam bab ini diuraikan mengenai latar


(19)

11

masalah,tujuan penelitian,manfaat/signifikansi penelitian, dan organisasi penulisan.

BAB II : Kajian pustaka. Pada bab ini berupa ringkasan atau rangkuman dan teori yang ditemukan dari sumber bacaan (literatur) yang ada kaitannya tema yang akan diangkat dalam penelitian. BAB IV : Pembahasan dan hasil penelitian. Dalam bab ini terdiri dari

beberapa sub pembahasan yaitu pertama, hasil penelitian yang meliputi pengertian,kedudukan, hak dan kewajiban anak sertaimplikasinya terhadap pendidikan keluargadalam tafsir

al-Mişbāḥ. Kedua, pembahasan yang meliputipengertian, kedudukan, hak dan kewajiban anak serta implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga yang meliputi prinsip, materi, tujuan, dan fungsi pendidikan keluarga serta komunikasi dalam keluarga.

BAB V : Kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.


(20)

70

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Mendesain berarti melakukan perencanaan sehingga desain merupakan suatu proses dalam rangka pengambilan keputusan sebelum pekerjaan tiba waktunya untuk dilaksanakan dan proses antisispasi agar kondisi sesuatu dapat terkendali.

Desain penelitian merupakan rencana untuk memilih sumber-sumber daya dan data yang akan dipakai untuk diolah dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian(Umar, 2004, hlm. 6).

Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Umar, Hasan (2002, hlm. 31) juga mengungkapkan bahwa desain penelitianadalah keseluruhan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang ada dapat dijawab.

Menurut Nasution (2009, hlm. 37) adapun kegunaan dari desain penelitian adalah memberi pegangan tentang cara pelaksanaan penelitian, menentukan batas-batas penelitian dan memberi gambaran tentang apa yang akan dilakukan serta kesulitan yang akan dihadapi.

Desain penelitianini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitianyang diarahkan pada memahami fenomena sosial dari perspektif partisipan. Karena penelitiankualitatif menggunakan strategi multi metode, dengan metode utama interviu, observasi dan studi dokumenter. Dalam pelaksanaan penelitianpeneliti menyatu dengan situasi yang diteliti.

Umar (2004, hlm.4) mengungkapkan bahwa penelitiankualitatif dimaksudkan untuk memproduksi ilmu-ilmu lunak yang esensinya sebagai sebuah metode pemahaman atas suatu keunikan dan dinamika lingkungan sehingga penelitiankualitatif bersifat luas dan komplek. Peneliti kualitatif


(21)

71

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

percaya bahwa kebenaran (truth) adalah dinamis. Peneliti kualitatif bermaksud untuk memberi makna atas fenomena secara holistis dan harus


(22)

71

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memerankan dirinya secara aktif dalam keseluruhan proses studi. Oleh karena itu temuan dalam studi kualitatif dipengaruhi oleh nilai dan persepsi peneliti. Penelitiankualitatif dilaksanakan untuk membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan.

Menurut Komariah, dkk. (2010, hlm.199) Pendekatan kualitatif atau disebut juga pendekatan naturalistik adalah pendekatan penelitianyang bertujuan menjawab permasalahan penelitiannya memerlukan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh mengenai objek yang diteliti, untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan penelitiandalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan. Noor (2013, hlm. 34) pendekatan kualitatif sebagai suatu proses penelitiandan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Oleh karena itu desain pada penelitiankualitatif bersifat fleksibel dan terbuka.

Sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitianini adalah pendekatan penelitiankualitatif, karena kajian yang akan dibahas mengenai konsep anak dalam tafsiral-Mişbāḥ dan implikasinya terhadap pendidikan dalam kelurga.

B. Metode Penelitian

Izzan (2011, hlm. 97) mengungkapkan bahwa kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos yang berarti cara atau jalan. Dalam bahasa Inggris, kata ini ditulis method, sedangkan dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan

ţariqaħ dan manhaj. Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainnya). Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu yang ditentukan. Jadi, metode merupakan salah satu sarana yang teramat penting untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun menurut Syahidin (2009, hlm. 43) metode adalah alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Dalam suatu penelitian,


(23)

72

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fungsi metode penelitianmutlak sangat dibutuhkan, agar peneliti dapat mengukapkan maksud-maksud dari penelitiannya. Sukmadinata (2011, hlm. 52) mengungkapkan bahwa metode penelitianmerupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitianyang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.

Dalam kaitan penelitianini, studi tafsir al-Qurān tidak bisa dilepaskan dari metode, yakni cara yang teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksud Allah dalam ayat-ayat al-Quran yang diturunkan kepada nabī Muḥammad Saw(Izzan, 2011, hal. 97).

Dalam prosedur pelaksanaannya, penelitianini menggunakan metode tafsir mauḍū’i (tematik), metode tafsir mauḍū’i (tematik) sebagaimana diutarakan Syekh Syaltut merupakan sebuah metode yang dapat mengantarkan manusia pada macam-macam petunjuk al-Qurān. Harus diketahui oleh siapa saja bahwa tema-tema al-Quran bukanlah teori semata-mata yang tidak menyentuh persoalan-persoalan manusia (Anwar, 2000, hlm. 161).

Menurut Shihab (2007, hlm. 69) metode tafsir mauḍū’i yaitu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur’ān yang berbicara tentang suatu tema serta mengarahkan kepada satu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat itu turun secara berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam al-Qur'ān dan berbeda waktu dan tempat turunnya.

Hal senada diungkapkan oleh Musthafa Muslim (dalam Izzan, 2011, hlm. 114) bahwa tafsir mauḍū’i ialah tafsir yang membahas tentang masalah-masalah al-Qurānkarīm yang memiliki kesatuan makna atau tujuan dengan cara menghimpun ayat-ayatnya yang bisa juga disebut metode tauḥīdi

(kesatuan) untuk kemudian melakukan penalaran (analisis) terhadap isi kandungannya menurut cara-cara tertentu, dan berdasarkan syarat-syarat tertentu untuk menjelaskan makna-maknanya dan mengeluarkan


(24)

unsur-73

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

unsurnya, serta menghubung-hubungkan antara yang satu dan lainnya dengan korelasi yang bersifat komperehensif.

Adapun langkah-langkah tafsir mauḍū’iyang ditempuh oleh peneliti berdsakan Abd al-Hayy al-Farmawi dan Musthafa Muslim (dalam Izzan, 2011, hlm. 115) , sebagai berikut:

1. Memilih dan menetapkan topik (objek) kajian yang akan dibahas berdasarkan ayat-ayat al-Qurān. Topik (objek) kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ayat tentang anak dalam tafsir al-Mi bāḥ.

2. Mengumpulkan atau menghimpun ayat-ayat al-Qurān yang membahas topik atau objek tersebut. Peneliti terlebih dahulu menghimpun seluruh ayat tentang anak dalam al-Qurān dengan menggunakan al-mu’jam al -muhfaros li al-fāz al-Qurān al-Karīm dan konkordansi al-Qurān, maka dari hasil penelusuran tersebut ditemukan kata anak dalam al-Qurān

yakni meliputi aṭfāl (ṭifl), abī, ad’iyā’akum, asbāṭ, nasl, ibn, gulām,

awlād ,żurriyaħ dan rabāib dengan berbagai derivasinya. Namun ayat-ayat yang dipilih untuk dikaji oleh peneliti merupakan ayat-ayat-ayat-ayat tentang anak yang memberikan implikasi terhadap pendidikan dalam keluarga yang penulis mencoba menghimpun dalam sebelas ayat sebagai berikut QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS. al-Anfāl [8] : 28, QS. al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]: 59.

3. Mengurutkan tertib turunnya ayat-ayat itu berdasarkan waktu atau masa penurunannya, disertai pengetahuan tentang asbāb al-nuzūl. Peneliti menyusun ayat-ayat berdasarkan turunnya surat (tartību surah).

4. Mempelajari penafsiran ayat-ayat yang telah dihimpun itu dengan penafsiran yang memadai dan mengacu pada kitab-kitab tafsir yang ada dengan mengindahkan ilmu munāsabaħ dan ḥadī .


(25)

74

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengistimbathkan unsur-unsur asasi darinya.

6. Membahas unsur-unsur dan makna-makna ayat untuk mengkaitkannya sedemikian rupa berdasarkan metode ilmiah yang benar-benar sistematis. 7. Memaparkan kesimpulan tentang hakikat jawaban al-Qurān terhadap

topik atau permasalahan tersebut.

C. Definisi Operasional

Supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman dan multitafsir dalam memahami istilah-istilah esensial yang ada dalam penelitianini, maka peneliti akan menjelaskan istilah-istilah esensial tersebut untuk menyamakan persepsi yang sama terhadap istilah-istilah esensial tersebut. Adapun istilah-istilah esensial yang peneliti definisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008, hlm. 725) konsep berarti ide/pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkrit. Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena dengan ciri atau kekhasan yang sama

2. Pendidikan Keluarga

Pendidikan keluarga adalah proses transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

Dalam kaitannya dengan pendidikan keluarga, Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20, 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

pendidikan keluarga termasuk pendidikan jalur luar sekolah merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan


(26)

75

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitianbiasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitianadalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012, hlm. 102).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Hasan (2002, hlm. 76) instrumen penelitianadalah alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran, dalam hal ini untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian.

Karena pada umumnya penelitianakan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, untuk itu instrumen sebagai pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya (Margono, 2004, hlm. 155).

Menurut Moleong (dalam Komariah, dkk. 2010, hlm. 61) instrumen dalam penelitiankualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri yaitu peneliti, peneliti dalam penelitiankualitatif merupakan orang yang membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib dan leluasa atau juga disebut sebagai key instrument.

Selanjutnya Sugiyono (2011, hlm. 13) menambahkan bahwa sebagai alat instrumen, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.Dalam penelitian ini, peneliti menjadi instrumen utama penelitian. Maka dalam penelitianini, peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data dan penafsir data.

Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen utama mengumpulkan data sebanyak-banyaknya agar hasil penelitianakurat


(27)

76

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan sesuai dengan rumusan serta tujuan yang telah ditetapkan. Peneliti memulai mengumpulkan ayat yang mengandung kata anak yang ada dalam

al-Qurān kemudian membatasi ayat yang mengandung kata anak tersebut yang memiliki implikasi terhadap pendidikan dalam keluarga dilihat berdasarkan tafsir al-Mişbāḥ.

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitianini adalah data kualitatif yang bersifat tekstual atau konsep-konsep, karena penelitianini termasuk ke dalam jenis studi literatur.

Adapun untuk data-data yang disiapkan dalam penelitianini bersumber dari literatur yaitu dengan mengadakan riset pustaka (library research), hal ini bertujuan untuk mengumpulkan data informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan. Penelitiankepustakaan adalah suatu penelitianyang dilakukan di ruang kepustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan.

Dalam penelitian ini peneliti merujuk pendapat Azwar (2012, 91) yakni ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitianini, yakni data primer dan data sekunder.

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, yaitu teksal-Qurān dan terjemah al-Qurān beserta uraian penjelasannya yang bersumber dari tafsir al-Mi bāḥ. Dari sumber data ini dicari dan dikumpulkan ayat-ayat al-Qurān yang mengandung kata anak. Adapun ayat-ayat yang dipilih dalam penelitianini sebagai data primer adalah QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS. al-Anfāl [8] : 28, QS. al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]: 59. Setelah data


(28)

77

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terkumpul, kemudian peneliti mengklasifikasikannya berdasarkan rumusan yang sesuai dengan tujuan penelitianini.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder ini berfungsi sebagai pelengkap data primer yang digunakan dalam penelitianini.

Adapun sumber data sekunder dalam penelitianini adalah tafsir-tafsir yang digunakan sebagai acuan dan rujukan utama adalah tafsir Al-Mişbāḥ, kemudian ditunjang dengan buku-buku dan tafsir-tafsir lainnya untuk memperkaya hasil pembahasan serta sebagai pembanding dalam penelitianini adalah sebagai berikut:

a) Tafsir Fī Ẓilālil Qurān1 karya Sayyid Quthb

b) Tafsir Al-Azhār2karya Abd al-Malik Karim Amr Allah (Hamka) c) Tafsir Al-Marāgī3karya Ahmad Mustafa al-Maragi

d) Tafsir Ibnu Ka ir4 karya Ibnu Katsir

e) Tafsir al- Qurṭubi5karya Syaikh Imam al-Qurthubi

f) Tafsir al-Qurān Majīd al-nūr 6 karya Teuku Hasby Muhammad Ash-Shiddieqy

g) Tafsir Jalālain7karya Jalālain al-Mahalli

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian,untuk memperoleh data yang objektif diperlukan alat pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang relevan. Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian(Noor, 2013, hlm. 138). Adapun

1Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Fi Zhilalil Qur’an 2

Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Al-Azhar 3

Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Al-Maragi 4

Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Ibnu Katsir 5

Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Al-Qurthubi 6

Nama asli tafsir ini sebelum ditransliterasi adalah tafsir Al-Qur’an Majid an-Nur 7


(29)

78

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitianini adalah Studi pustaka

Dalam studi pustaka ini literatur yang dipergunakan tidak terbatas hanya pada buku, tetapi dapat juga berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah-majalah, koran dan lain-lain. Dari literatur tersebut dapat ditemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, pendapat, gagasan dan lain-lain yang dapat dipergunakan untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang diselidiki.

Jadi, penelitianperpustakaan bertujuan mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah-naskah catatan kisah sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain. Pada hakikatnya data yang dipeoleh dengan jalan penelitianperpustakaan tersebut dijadikan dasar dan alat utama bagi praktik penelitiandi tengah lapangan (Wirartha, hlm. 2006: 150).

G. Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif Sugiyono (2010, hlm. 335) menyatakan analisi data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, angket, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka/literasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Dalam penelitianini dilakukan analisis isi kandungan ayat-ayat yang sudah dipilih meliputi QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS. al-Anfāl [8] : 28, QS. al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]: 59.

Analisis data ini dilakukan agar data yang telah diperoleh dapat dianalisis sehingga menjadi lebih bermakna dan mudah difahami. Penelitianini menggunakan teknik analisis data kualitatif sebagaimana


(30)

79

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menurutr Sugiyono (2008, hlm. 247-252)yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, interpretasi data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Setelah memperoleh data yang jumlahnya cukup banyak, peneliti kemudian mencatat secara teliti, rinci mengenai hal-hal yang pokokdan penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam proses reduksi ini, peneliti melakukan pemilihan data untuk memilih data yang relevan yang mengarah pada pemecahan masalah, penemuan, serta untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Data yang telah diperoleh dari al-Qur’ān mengenai anak sangatlah banyak. Hal ini terlihat dari ayat-ayat al-Qur’ānyang menyebutkan kata anak dengan beragam istilah yakni aṭfāl (ṭifl), abī, ad’iyāakum, asbāṭ, nasl, ibn,

gulām, awlād,żurriyaħ dan rabāib beserta derivasinya. Selanjutnya peneliti mereduksi dan memfokuskan analisis ke dalam beberapa ayat yang meliputi QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS. al-Anfāl [8] : 28, QS. al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]: 59. Ayat-ayat tersebut dipilih dalam rangka mendapatkan nilai-nilai pendidikan khususnya pendidikan anak dalam keluarga, sehingga tidak semua kata anak itu dikaji dan dianalisis.

2. Interpretasi Data

Setelah data yang diperoleh direduksi, kemudian dilakukan proses interpretasi data, yaitu menyajikan data melalui deskripsi yang jelas dan bermakna. Sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Hubermen (dalam Sugiyono, 2010: 341) menyatakan “the most frequent from of dislplay data


(31)

80

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

for qualitative research data in the past has been narrative text”. Artinya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitiankualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Adapun data dianalisis dari segi sumber, yakni dengan menganalis data primer yang meliputi QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS. al-Anfāl [8] : 28, QS. al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]: 59, kemudian peneliti memberikan penjelasan terhadap data sesuai dengan penafsiran yang telah dikemukakan dalam tafsir Al-Mişbāḥ yang digunakan dalam penelitianini. Setelah itu, menganalisis ayat dari beberapa penafsiran lainnya dan ayat-ayat al-Qurān lain maupun ḥadī yang berkaitan serta data dianalisis melalui pendekatan paedagogi yang terdapat pada bab 2 yang merupakan bagian dari skripsi ini. untuk itu peneliti membutuhkan kaidah dilālaħ dan munāsabaħuntuk mendapatkan makna dalam ayat-ayat yang dipilih tersebut.

Munāsabaħ dalam pengertian bahasa berarti cocok, sedangkan secara istilah menurut Manna Khalil al-Khatan, munasabaħberarti segi-segi hubungan antara satu kata dan kata lainnya dalam satu ayat, anatara satu ayat dengan ayat lainnya, atau antara satu surat dan surat lainnya. Jadi

munāsabaħadalah ilmu yang membahas tentang hikmah korelasi urutan ayat

al-Qurān atau usaha pemikiran manusia untuk menggali rahasia hubungan antara ayat atau surat yang dapat diterima oleh akal (Izzan, 2011, hal. 190).

Sedangkan dilālah adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain, sesuatu yang pertama disebut al-madlūl dan segala sesuatu yang kedua disebut al-dall (petunjuk, penerang atau yang memberi dalil)(Yusuf, 2012, hlm. 96).

Selanjutnya hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian diuraikan agar memberikan penjelasan yang lebih mudah untuk dipahami oleh pembaca.


(32)

81

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

Setelah data direduksi dan diinterpretasi, tahapan akhir dari teknik analisis data dalam penelitian ini adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan. Verifikasi dilakukan dengan mengambil kesimpulan mengenai data yang telah direduksi dan diinterpretasi yakni QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 16 dan 17, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18] : 46, QS. al-Baqaraħ [2] : 233, QS. al-Anfāl [8] : 28, QS. al-Nisā` [4] : 9, serta QS. al-Nūr [31]: 59, kemudian dihubungkan dengan teori-teori konsep anak dan pendidikan dalam keluarga yang telah dibahas pada bab sebelumnya.


(33)

154

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulannya sebagai berikut bahwa kata anak dalam al-Qurān disebut dengan berbagai istilah yakni kata aṭfāl (ṭifl), abī, ad’iyāakum, asbāṭ, nasl, ibn, gulām, awlād ,żurriyaħ dan rabāib. Namun, dalam penelitian ini tidak semua kata anak digunakan. konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥmerujuk pada kata anak yang meliputi kata żurriyaħ, aṭfālyang berakar kata dari ṭifl, bunayyadan

banūnyang berakar kata dari ibn serta awlād yang berakar kata dari walad, adapun alasan pemilihan lima kata tersebut karena memiliki kandungan baik secara tersurat maupun tersirat tentang pendidikan anak dalam keluarga.

Adapun dari hasil pembahasan tentang konsep anak dalam tafsir al-Mişbāḥyang diperkaya dengan tafsir-tafsir lainnya juga sebagai pembanding, tidak adanya perbedaan antara tafsir al-Mişbāḥdengan tafsir lainnya, semuanya satu pemikiran yang sama hanya beda redaksi kata saja dalam pengungkapan setiap kandungan ayat. Akan tetapi pembahasan ayat-ayat yang mengandung kata anak yang ditinjau dalam tafsir al-Mişbāḥpenjelasannya lebih komperehensip dan lebih detail.

Ayat-ayat yang mengandung kata anak yang sudah dibatasi dan

dianalisis dalam pembahasan ini adalah QS. Furqān [25]: 74, QS. Luqmān [31]: 13, 17,dan 16, QS. Ibrāhīm [14] : 37, QS. al-Aḥqāf [46] : 15, QS. al-Kahfi [18]: 46, QS. al-Baqaraħ [2]: 233, QS. al-Anfāl [8]: 28, QS. al-Nisā` [4]: 9 dan QS. al-Nūr [31]: 59. Dari semua ayat tersebut mengandung pengertian, kedudukan, dan kewajiban serta hak anak.

Kata żurriyaħ berati keturunan yang berasal dari keduaorang tua, keturunan merupakan bagian yang penting dalam melanjutkan misi kekhalifahan manusia di bumi. Adapun kata anak yang merujuk pada kata


(34)

155

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

banūn, anak merupakan tumpuan harapan dan impian kedua orang tuanya, dari kata awlād, anak merupakan amanah yang harus didik, diperhatikan, dan


(35)

155

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dijaga agar berkembang sebagai anak yang diharapkan oleh orang tuanya, sedangkan dari kata aṭfāl yakni menandakan anak baik laki-laki ataupun perempuan yang telah memasuki usia sudah baligh dan kata bunayya yang berakar dari kata ibn berarti anak yang sudah dewasa.

Dari berbagai pengertian tentang anak yang sudah disebutkan di atas, hal yang paling mendasar dalam pembahasan seputar anak tentu tentang kedudukan anak agar dapat dijadikan acuan oleh orang tua untuk menghantarkan mereka menuju kebaikan dan memelihara serta meningkatkan potensi mereka. Adapun kedudukan anak bagi orang tuanya yakni anak sebagai żurriyaħ (generasi penerus orang tua), anak sebagai zīnah (perhiasan dunia), anak sebagai fitnaħ (cobaan), dan anak sebagai qurraħ a’yun

(penyenang hati).

Dalam pembahasan ini pun dipaparkan kewajiban dan hak anak. Dalam ayat yang dianalisis yakni anak berkewajiban untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Dan hak anak yakni mendapatkan perawatan sejak lahir dari orang tuanya khususnya ibu yakni memberikan ASI (Air Susu Ibu) agar pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa baik, kemudian kewajiban ayah memeberikan nafkah yang layak kepada kepada anak dan istrinya untuk kelangsungan hidup mereka dan orang melaksanakan fungsi keluarga salah satunya fungsi penyelamatan, yaitu agar senantiasa memperhatikan kualitas generasi berikutnya, jangan sampai meninggalkan generasi lemah (dari segi akidah, fisik, mental, pengetahuan, ekonomi dan sebagainya).

Selain itu, tentunya orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik

anaknya sebagaimana yang dicontohkan oleh Luqmān sebagaimana diabadikan dalam QS. Luqmān [31]: 13 bahwa orang tua hendaknya memeberikan nasihat kepada anaknya tentang perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan. Adapun dalam QS. Luqmān [31]: 16 orang tua memberikan pengajaran kepada anaknya tentang perbuatan


(36)

156

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baik ataupun buruk meskipun hanya sebesar biji sawi, dan sekalipun berada di tempat yang paling tersembunyi Allah kelak akan menghisabnya. Dan dalam QS. Luqmān [31]: 17 bahwa orang tua juga harus menasihati anaknyaagar melaksanakan amal-amal alāħ yang puncaknya adalah alāħ serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma’rūf nahī munkar

juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan, yaitu sabar dan tabah.

Konsep anak tersebut memiliki implikasi terhadappendidikan dalam keluarga yang meliputi prinsip, metode, materi, tujuan, fungsi pendidikan dalam keluarga dan komunikasi pendidikan dalam keluarga.

Prinsip pendidikan dalam keluarga meliputi prinsip ketauhidan merupakan prinsip dasar yang utama dalam proses pendidikan yang menempatkan Allah sebagai sentral, yakni semuanya berpusat pada Allah. Selanjutnya prinsip kasih sayang yakni segala upaya dan tindakan pendidikan semuanya harus dilaksanakan dengan mengedepankan rasa kasih sayang, karena dengan kasih sayang akan tumbuh generasi yang berkualitas sebagaimana yang dicita-citakan oleh orang tuanya.Dan prinsip keseimbangan yakni antara peran individu dan sosial, yaitu hubungan individu dengan Allah, hubungan dengan sesama manusia serta hubungan individu dengan dirinya sendiri, idak memisahkan antara urusan dunia dan akhirat.

Kemudian, adapun metode pendidikan dalam keluarga meliputi metode

ḥiwār yakni percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki. Metode mauiẓaħ adalah adalah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya. Ada juga metode am āl yakni mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih konkrit untuk mencapai tujuan dan atau manfaat dari perumpamaan tersebut. Dan metode keteladanan (uswaħḥasanaħ) merupakan


(37)

157

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik (anak), baik dalam ucapan maupundalam perbuatan.

Selanjutnya, materi pendidikan dalam keluarga yang meliputi materi pendidikan akidah yakni larangan untuk berbuat syirik kepada Allah. Kemudian perintah salat yang masuk dalam materi pendidikan ibadah dan materi muamalah yakni amr ma’rūf nahī munkar.

Kemudian implikasi terhadap tujuan pendidikan dalam keluarga yakni mendidik dan membina anak sebagi keturunan dan penerus orang tuanya menjadi manusia dewasa yang memiliki mentalitas dan moralitas yang luhur bertanggungjawab baik secara moral, agama, maupun sosial kemasyarakatan, dan menjadi anak yang saleh yang kelak anak dapat membela dan membatu serta menjadi penenang hati orang tuanya agar mendatangkan kebahagiaan di akhirat nanti, bukan menjadi cobaan yang dapat melalaikan orang tuanya untuk mengingat Allah.

Dan yang terakhir implikasinya terhadap komunikasi pendidikan dalam keluarga yakni dengan qaulān sadīdān (perkataan yang benar/lurus). Qaulān sadīdān yakni berkata benar berarti berkata jujur. Orang yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya. Setiap perkataannya selalu mengandung kebenaran. Berkata benar memberikan efek spikologis yang positif terhadap jiwa anak. Anak akan selalu berkata benar adalah orang yang sehat jiwanya.

B. Saran

1. Saran bagi Program Studi IPAI

Untuk saat ini penelitian terhadap kajian al-Qurān yang berusaha menggali konsep-konsep untuk memberikan sumbangan terhadap pendidikan dirasa masih sangat sedikit. Oleh karena itu, harapannya Program Studi IPAI menganjurkan kepada para Mahasiswa untuk lebih banyak melakukan penelitian terhadap al-Qurān.


(38)

158

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Orang tua hendaknya memahami terlebih dahulu dengan baik tentang kedudukan anak serta mengenai kewajibannya terhadap anak sebagai

amānaħ(titipan) dari Allah agar dibina dan dididik ke arah kedewasaan dan hidup mandiri dengan penuh tanggung jawab serta berakhlak mulia. Selanjutnya, orang tua juga hendaknya menerapkan prinsip, metode dan materi dalam mendidik anak dalam proses pendidikannya dalam keluarga, sebagaimana yang telah dipaparkan dalam pembahasan, supaya anak tumbuh menjadi insān kamīl.

3. Saran bagi Bidang Kurikulum Pendidikan Formal

Dalam hasil penelitian ini ditemukan prinsip, metode dan materi pendidikan yang di dalamnya menyangkut masalah-masalah pokok dalam kehidupan. Oleh karena itu, harapannya dalam pendidikan formal bisa diterapkan dan dikembangkan lagi.

4. Saran bagi peneliti selanjutnya

Adapun yang terakhir ditujukan kepada peneliti selanjutnya, yang hendak meneliti perihal konsep anak dalam al-Qurān. Dalam penelitian ini, dari ayat-ayat yang mengandung kata anak, penulis menemukan adanya komunikasi edukatif antara orang tua dan anak, salah satunya yang tercermin melalui interaksi/dialog pendidikan antara nabī Ibrāhīm dengan nabī Ismāīl, kemudian nabī Nūh dengan anaknya Kan’an. Sehingga harapannya peneliti

selanjutnya bisa meneliti mengenai hal tersebut, agar memperkaya khazanah ilmu dunia pendidikan Islam khususnya mengenai konsep anak dalam al-Qurān.


(39)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

_______. (2002). Alqur’an dan Terjemahannya. Penerjemah: Tim Penerjemah Departemen Agama RI. Jakarta: CV Darus Sunnah

Abdullah. (2014, Mei 5). 108 Anak di Jabar Jadi Korban Kekerasan Seksual. Dipetik Juni 16, 2014, dari Liputan 6: http://health.liputan6.com

Aedy, H. (2009). Kubangun Rumah Tanggaku dengan Modal Akhlak Mulia.

Bandung: Alfabeta.

Ahmad, M. A. (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi & Salimi. (2008). Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Ali, M. D. (2010). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

al-'Ik, S. K. (2012). Kitab Fiqh Mendidik Anak. Jogjakarta: DIVA press.

Al-Mahalli, I. J. (2009a). Tafsir Jalalain (Jilid 1). (B. A. Bakar, Penerj.) Bandung: Sinar Baru al-Gesindo.

Al-Mahalli, I. J. (2009b). Tafsir Jalalain (Jilid 2).(B. A. Bakar, Penerj.) Bandung: Sinar Baru al-Gesindo.

Al-Maraghi, A. M. (1992a1). Tafsir al-Maragi (Juz. 1). (K. A. Sitanggal, B. A. Bakar, & H. N. Aly, Penerj.) Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maraghi, A. M. (1993b4). Tafsir al-Maragi (Juz. 4). (K. A. Sitanggal, B. A. Bakar, & H. N. Aly, Penerj.) Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maraghi, A. M. (1992c9). Tafsir al-Maragi (Juz. 9). (K. A. Sitanggal, B. A. Bakar, & H. N. Aly, Penerj.) Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maraghi, A. M. (1992d13). Tafsir al-Maragi (Juz. 13). (K. A. Sitanggal, B. A. Bakar, & H. N. Aly, Penerj.) Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maraghi, A. M. (1992e15). Tafsir al-Maragi (Juz. 15). (K. A. Sitanggal, B. A. Bakar, & H. N. Aly, Penerj.) Semarang: CV. Toha Putra.


(40)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Al-Maraghi, A. M.(1993f18). Tafsir al-Maragi (Juz. 18). (K. A. Sitanggal, B. A. Bakar, & H. N. Aly, Penerj.) Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maraghi, A. M.(1993g19). Tafsir al-Maragi (Juz. 19). Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maraghi, A. M.(1993h21). Tafsir al-Maragi (Juz. 21). Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maraghi, A. M.(1993i26). Tafsir al-Maragi (Juz. 26). Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Qurthubi, S. I. (2008a5). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 5). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I.(2008b7). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 7). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I.(2008c9). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 9 ). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I.(2008d10). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 10). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I. (2008e12). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 12). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I. (2008f13). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 13). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I. (2008g14). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 14). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I. (2008h16). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 16). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

An-Nahlawi, A. (1992). Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam. Bandung: CV. Diponegoro.

An-Nahlawi, A. (2004). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat.

Jakarta: Gema Insani.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000a1). Tafsir al-Qur'an Majid An-Nur(Jilid. 1).


(41)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000b2). Tafsir al-Qur'an Majid An-Nur(Jilid. 2).

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000c3). Tafsir al-Qur'an Majid An-Nur(Jilid. 3).

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000d4). Tafsir al-Qur'an Majid An-Nur(Jilid. 4).

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000e5). Tafsir al-Qur'an Majid An-Nur(Jilid. 5).

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

As-Subki, A. Y. (2010). Fiqh Keluarga. Jakarta: Amzah.

Audah, A. (2008). Konkordansi Quran Panduan Kata dalam Mencari Ayat al-Quran. Jakarta: Litera Antar Nusa.

Aziz, A. (1990). Rumah Tangga Bahagia Sejahtera. Semarang: CV Wicaksana. Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama Republik Indonesia. (2012). Etika Berkeluarga, Bermasyarakat dan Berpolitik. Jakarta: Aku Bisa.

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama Republik Indonesia.(2012).

Membangun Keluarga Harmonis. Jakarta: Penerbit Aku Bisa.

Baharun. (2011, April 5). Kajian Tafsir al-Misbah. Dipetik Agustus 2014, 8, dari http://hasanbaharun.blogspot.com.

Baqi, M. F. (1980). al-mu'jam al-Mufahras li alfaz al-Quran al-Karim. Beirut: Dar al-Fikr li at-Tiba'ah wa an-Nasyr wa at-Tauzu'.

Beritasatu. (2012, Desember 28). Polda Metro: Kenakalan Remaja Meningkat. Dipetik Juni 8, 2014, dari Beritasatu: http://www.beritasatu.com

Daradjat, Z. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, S. B. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendi, D. (2012). Pesan-Pesan al-Quran. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Gunawan, H. (2014, Oktober 16). DPD akan Investigasi Tangani Kekerasan Anak. Dipetik Oktober 12, 2014, dari Tribunnews: http://www.tribunnews.com


(1)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Al-Maraghi, A. M.(1993f18). Tafsir al-Maragi (Juz. 18). (K. A. Sitanggal, B. A. Bakar, & H. N. Aly, Penerj.) Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maraghi, A. M.(1993g19). Tafsir al-Maragi (Juz. 19). Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maraghi, A. M.(1993h21). Tafsir al-Maragi (Juz. 21). Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maraghi, A. M.(1993i26). Tafsir al-Maragi (Juz. 26). Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Qurthubi, S. I. (2008a5). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 5). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I.(2008b7). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 7). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I.(2008c9). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 9 ). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I.(2008d10). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 10). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I. (2008e12). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 12). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I. (2008f13). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 13). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I. (2008g14). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 14). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Qurthubi, S. I. (2008h16). Tafsir Al-Qurthubi (Jilid 16). (M. Masridha, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

An-Nahlawi, A. (1992). Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam. Bandung: CV. Diponegoro.

An-Nahlawi, A. (2004). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat.

Jakarta: Gema Insani.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000a1). Tafsir al-Qur'an Majid An-Nur(Jilid. 1).


(2)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000b2). Tafsir al-Qur'an Majid An-Nur(Jilid. 2).

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000c3). Tafsir al-Qur'an Majid An-Nur(Jilid. 3).

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000d4). Tafsir al-Qur'an Majid An-Nur(Jilid. 4).

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000e5). Tafsir al-Qur'an Majid An-Nur(Jilid. 5).

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

As-Subki, A. Y. (2010). Fiqh Keluarga. Jakarta: Amzah.

Audah, A. (2008). Konkordansi Quran Panduan Kata dalam Mencari Ayat al-Quran. Jakarta: Litera Antar Nusa.

Aziz, A. (1990). Rumah Tangga Bahagia Sejahtera. Semarang: CV Wicaksana. Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama Republik Indonesia. (2012). Etika Berkeluarga, Bermasyarakat dan Berpolitik. Jakarta: Aku Bisa.

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama Republik Indonesia.(2012).

Membangun Keluarga Harmonis. Jakarta: Penerbit Aku Bisa.

Baharun. (2011, April 5). Kajian Tafsir al-Misbah. Dipetik Agustus 2014, 8, dari http://hasanbaharun.blogspot.com.

Baqi, M. F. (1980). al-mu'jam al-Mufahras li alfaz al-Quran al-Karim. Beirut: Dar al-Fikr li at-Tiba'ah wa an-Nasyr wa at-Tauzu'.

Beritasatu. (2012, Desember 28). Polda Metro: Kenakalan Remaja Meningkat. Dipetik Juni 8, 2014, dari Beritasatu: http://www.beritasatu.com

Daradjat, Z. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, S. B. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendi, D. (2012). Pesan-Pesan al-Quran. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Gunawan, H. (2014, Oktober 16). DPD akan Investigasi Tangani Kekerasan

Anak. Dipetik Oktober 12, 2014, dari Tribunnews: http://www.tribunnews.com


(3)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gymnastiar, A. (2006). Sakinah Manajemen Qolbu untuk Keluarga. Bandung: Khas MQ

Hamka. (1983a1). Tafsir al-Azhar (Juz. 1). Jakarta: Pustaka Panjimas. Hamka. (1983b9). Tafsir al-Azhar (Juz. 9). Jakarta: Pustaka Panjimas. Hamka. (1983c15). Tafsir al-Azhar (Juz. 15). Jakarta: Pustaka Panjimas. Hamka. (1983d21). Tafsir al-Azhar (Juz. 21). Jakarta: Pustaka Panjimas. Hamka. (1983e26). Tafsir al-Azhar (Juz. 26). Jakarta: Pustaka Panjimas.

Hasan, M. I. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Huda, M., & Idris, M. (2008). Nalar Pendidikan Anak. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Izzan, A. (2011). Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur. Izzan, A. (2011). Ulumul Qur'an . Bandung : Tafakur.

Karim, S. (2006). Agar Anak Tidak Durhaka. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Katsir. (2004a1). Tafsir Ibnu Katsir (Jilid1). (M. A. Ghoffar, & A. I. Al-Atsari, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.

Katsir. (2004b2). Tafsir Ibnu Katsir (Jilid2). (M. A. Ghoffar, & A. I. Al-Atsari, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.

Katsir. (2004c3). Tafsir Ibnu Katsir (Jilid3). (M. A. Ghoffar, & A. I. Al-Atsari, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.

Katsir. (2004d4). Tafsir Ibnu Katsir (Jilid4). (M. A. Ghoffar, & A. I. Al-Atsari, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.

Katsir. (2004e5). Tafsir Ibnu Katsir (Jilid5). (M. A. Ghoffar, & A. I. Al-Atsari, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.

Katsir. (2004f6). Tafsir Ibnu Katsir (Jilid6). (M. A. Ghoffar, & A. I. Al-Atsari, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.

Katsir.(2004g7). Tafsir Ibnu Katsir (Jilid7). (M. A. Ghoffar, & A. I. Al-Atsari, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.


(4)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komariah, dkk. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Kompas (2014, Oktober 14) Seto: "Korban pencabulan di JIS alami trauma karena tindakan asusila". dipetik Oktober, 13, 2014, dari Kompas: http//megapolitan.kompas.com.

Mahmud, G. (2013). Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. Jakarta: Akademia Permata.

Mansur. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Margono. (2004). Metodologi Peneliian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta . Marzuki, M. (2002). Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum. Jakarta: Departemen

Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Mazhahiri, H. (2003). Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera.

Muchtar, H. J. (2005). Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mubaroq, S.H. (2011). Konsep Pendidikan Keluarga Dalam Al-Qurān (Analisis

Metode Tafsir Tahlili Mengenai Pendidikan Keluarga Dalam Al-Qurān Surat Luqman: 12-19). Bandung: Ttidak diterbitkan.

Muhyidin, M. (2006). Mengajar Anak Berakhlak Al-Qur'an. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mujib &Mudzakkir. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mustaqim, A. (2005). Menjadi Orang Tua Bijak. Bandung: Al Bayan Mizan. Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT Bumi Aksara. Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Quthb, M. (1990). Sistem Pendidikan Islam. Bandung : al-Ma'arif.

Quthb, S. (2000a1). Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Jilid. 1). (A. Yasin, & A. A. Basyarahil, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.


(5)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Quthb, S. (2000b5). Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Jilid. 5). (A. Yasin, & A. A. Basyarahil, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.

Quthb, S. (2000c7). Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Jilid. 7). (A. Yasin, & A. A. Basyarahil, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.

Quthb, S. (2000d10). Tafsir Fi Zhilalil Qur'an (Jilid. 10). (A. Yasin, & A. A. Basyarahil, Penerj.) Jakarta: Gema Insani.

Rachman, M. F. (2011). Islamic Parenting. Jakarta: Erlangga.

Ramayulis. (2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Ramayulis. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sauri, S. (2006). Membangun Komunikasi dalam Keluarga. Bandung: PT Genesindo.

Sukmadinata. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Shihab, M. Q. (2008, Maret 9). Karya-Karya M. Quraish Shihab. Dipetik Agustus 2014, 8, dari: Quraish Shihab: http://quraishshihab.com

Shihab, M. Q. (1996). Membumikan Al-Qur'an. Bandung: Mizan.

Shihab, M. Q. (2009a1). Tafsir Al-Mishbāẖ(Vol. 1). Jakarta: Lentera Hati. Shihab, M. Q. (2009b2). TafsirAl-Mishbāẖ(Vol. 2). Jakarta: Lentera Hati. Shihab, M. Q. (2009c5). TafsirAl-Mishbāẖ(Vol. 5). Jakarta: Lentera Hati. Shihab, M. Q. (2009d6). TafsirAl-Mishbāẖ(Vol. 6). Jakarta: Lentera Hati. Shihab, M. Q. (2009e7). Tafsir Al-Mishbāẖ (Vol. 7). Jakarta: Lentera Hati. Shihab, M. Q. (2009f9). Tafsir Al-Mishbāẖ(Vol. 9). Jakarta: Lentera Hati. Shihab, M. Q. (2009g10). Tafsir Al-Mishbāẖ(Vol. 10). Jakarta: Lentera Hati. Shihab, M. Q. (2009k12). TafsirAl-Mishbāẖ(Vol. 12). Jakarta: Lentera Hati. Subhan, Z. (2004). Membina Keluarga Sakinah. Yogyakarta : PT. Lukis Pelangi


(6)

Siti Rohmah, 2014

Konsep anak dalam tafsir Al-Misbah dan implikasinya terhadap pendidikan dalam keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam al-Qur'an. Bandung: AlfabeTa.

Syakirman.(2010,November16).MetodeTafsir.Modern. Dipetik Agustus 2014,8, dari: http://syakirman.blogspot.com

Syarbini, A. (2012). Ibadah Super ajaib. Jakarta: As@-prima Pustaka.

Tafsir, A. (2011). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Rosda.

Ulwan, A. N. (1999). Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani. Umar, H. (2004). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun1997 tentang Pengadilan Anak

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak .

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Widjaja. (2010). Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Wirartha, M. (2006). Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: CV. Andi Offset.