PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS DI KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 10 MEDAN T.A. 2015/2016.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
MATERI TEORI KINETIK GAS DI KELAS XISEMESTER II
SMA NEGERI 10 MEDAN T.A . 2015/2016
Oleh:
Rose Verawati Gultom
4123321045
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Rose Verawati Gultom dilahirkan di Medan pada tanggal 12 Juli 1994.
Ayah bernama Maruli Gultom dan Ibu bernama Rista Sihombing merupakan anak
keempat dari empat bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri
060823 Medan dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 15 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009,
penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 6 Medan dan lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Medan.
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
PADA MATERI TEORI KINETIK GAS DI KELAS XI
SEMESTER II SMA NEGERI 10 MEDAN
T.A. 2015/2016
Rose Verawati Gultom
NIM: 4123321045
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keterampilan proses
sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training lebih
tinggi daripada pembelajaran konvensional pada materi Teori Kinetik Gas di kelas
XI Semester II di SMA Negeri 10 Medan T.A. 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Sampel penelitian ini
diambil dua kelas yaitu kelas XI-2 (sebagai kelas eksperimen) dan kelas XI-3
(sebagai kelas kontrol) yang masing-masing berjumlah 31 siswa yang ditentukan
dengan teknik Cluster Random Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian
ini digunakan tes essai, jumlah soal 10 item.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas
eksperimen 31,94 dan nilai rata-rata kelas kontrol 34,18. Pada pengujian
normalitas untuk pretes pada kelas eksperimen diperoleh Lhitung < Ltabel, maka data
kedua kelas berdistribusi normal. Pada uji homogenitas Fhitung < Ftabel , maka kedua
sampel berasal dari kelompok yang homogen. Dari hasil uji beda nilai kedua kelas
diperoleh thitung < ttabel maka Ho diterima, maka dapat disimpulkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan nilai pretes kedua kelas, artinya kedua kelas memiliki
kemampuan awal yang sama. Kemudian diberikan perlakuan yang berbeda, kelas
eksperimen dengan model inquiry training terhadap keterampilan proses sains dan
kelas kontrol dengan model konvensional. Setelah pembelajaran selesai diberikan,
diperoleh postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 74,35 dan kelas kontrol
53,06.
Berdasarkan hasil uji t diperoleh thitung > ttabel maka Ha diterima, dengan
kata lain terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains pada materi
teori kinetik gas di kelas XI semester II SMA Negeri 10 Medan T.A 2015/2016.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Inquiry Training, Keterampilan Proses Sains
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih karunia-Nya yang memberikan kekuatan kepada penulis sehingga penelitian
ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Teori Kinetik Gas Di
Kelas XI Semester II SMA Negeri 10 Medan T.A 2015/2016”, disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Togi Tampubolon, M.Si, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
Beliau telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak
awal penulisan proposal hingga akhir penulisan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, Ibu Dr.
Sondang R Manurung, M.Pd dan Ibu Dra. Ida Wahyuni, M.Pd selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana
penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih
disampaikan kepada Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Alkhafi Maas Siregar,
M.Si, dan Bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd selaku ketua jurusan fisika dan
ketua program studi pendidikan fisika FMIPA UNIMED. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA
Unimed.
Ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen serta Staf Pegawai
Jurusan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis
selama perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak H.
Sufrizal Tanjung, M.Si selaku kepala sekolah SMA Negeri 10 Medan, Ibu
Simanjuntak, S.Pd selaku guru bidang studi fisika yang telah banyak membantu
dan membimbing penulis selama penelitian dan para guru serta staf administrasi
v
yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis selama
melakukan penelitian.
Teristimewa penulis ucapkan kepada Ayahanda Maruli Gultom dan
Ibunda Rista Sihombing yang selalu memberikan motivasi dan doa serta kasih
sayang yang tak pernah henti diberikan kepada penulis. Kepada Abang dan Kakak
tersayang “Abang Jaya Manalu, Abang Kriss Sitorus, Kakak Rumondang Gultom,
Abang Rainhard Gultom, dan Kakak Ririn Gultom” yang telah banyak berperan
dalam memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada penulis dalam
menyelesaikan studi di Perkuliahan
hingga selesainya skripsi ini. Terkhusus
kepada Diego Sitompul yang selalu memberikan doa yang tulus dan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Perkuliahan
hingga selesainya
skripsi ini. Kepada sahabat terkasih MiNiRoRoRi (Minar Sinaga, Nita Pani,
Royarti Tamba, Rina Samosir) yang telah mendoakan dan memotivasi selama
perkuliahan kepada penulis. Kepada sahabat PPLT ku terkasih (Eka Nababan,
Lilis Banuarea, Maria Aruan, Ranti Sitanggang) yang telah memberikan samangat
kepada penulis. Kepada sahabat-sahabat saya satu kelas Fisika NR B 2012 dan
PPLT SMP Negeri 1 Kotarih yang telah memberi dukungan kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini. Serta sahabat-sahabat lainnya yang tak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.
Medan, 18 Januari 2017
Penulis,
Rose Verawati Gultom
NIM. 4123321045
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1
5
5
5
6
6
6
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Defenisi Operasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
2.1.3 Model Pembelajaran
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
2.1.3.2 Model Pembelajaran Inquiry Training
2.1.3.3 Keterampilan Proses Sains
2.1.3.4 Model Pembelajaran Konvensional
2.1.4. Materi Pokok Teori Kinetik Gas
2.2 Kerangka Konseptual
2.3 Hipotesis
8
8
8
9
9
10
22
24
25
34
35
BAB III METODE PENELITIAN
36
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3 Variabel Penelitian
3.4 Jenis dan Desain Penelitian
36
36
36
36
vii
3.4.1 Jenis Penelitian
3.4.2 Desain Penelitian
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Wawancara Guru
3.5.2 Lembar Observasi Sikap dan Keterampilan
3.5.3 Tes Hasil Belajar
3.5.1 Validitas Tes
3.6 Prosedur Penelitian
3.7 Teknik Pengumpulan Data
3.8 Teknik Analisis Data
36
37
37
38
38
39
39
40
42
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
47
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Data Penelitian
4.1.1.1. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.1.1.2. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.1.2. Pengujian Analisis Data
4.1.2.1. Uji Normalitas Data
4.1.2.2. Uji Homogenitas Data
4.1.2.3. Uji Hipotesis
4.1.3. Hasil Belajar
4.1.3.1. Hasil Belajar KPS Siswa
4.1.3.2. Perkembangan Sikap Kelas Eksperimen
4.1.3.3. Perkembangan Keterampilan Kelas Eksperimen
4.2. Pembahasan
47
47
47
48
49
49
50
50
52
52
55
56
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
61
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
61
61
DAFTAR PUSTAKA
62
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
: Grafik hubungan p-V pada suhu konstan
27
Gambar 2.2
: Grafik hubungan p-V pada tekanan konstan
28
Gambar 2.3
: Grafik hubungan p-T pada volume konstan
29
Gambar 2.4
: Molekul gas bergerak pada tempat berbentuk kubus
31
Gambar 2.5
: Momentum molekul pada waktu terpantul dari dinding
31
Gambar 3.1
: Skema Rancangan Penelitian
41
Gambar 4.1
: Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
48
Gambar 4.2
: Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
49
Gambar 4.3
: Hasil Belajar KPS Siswa
52
Gambar 4.4
: Persentase Indikator KPS Siswa Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Gambar 4.11 : Perkembangan Sikap Siswa di Kelas Eksperimen
55
55
Gambar 4.12 : Perkembangan Keterampilan Siswa di Kelas Eksperimen 56
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
: Sintaks model inquiry training
14
Tabel 2.2
: Komponen dan Indikator KPS
23
Tabel 3.1
: Two Group Pretest – Postest Design
37
Tabel 3.2
: Spesifikasi Tes Hasil Belajar
37
Tabel 4.1
: Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
47
Tabel 4.2
: Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
48
Tabel 4.3
: Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata,
Standar Deviasi, Dan Varians
49
Tabel 4.4
: Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kedua Kelas
50
Tabel 4.5
: Ringkasan hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas
50
Tabel 4.6
: Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Pretes Siswa
51
Tabel 4.7
: Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Postes Siswa
51
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
64
: Lembar Kerja Siswa (LKS)
84
: Kisi-Kisi Instrumen KPS
93
: Soal Untuk Siswa
100
: Rubrik Penilaian Sikap dan Keterampilan Siswa
102
: Rekapitulasi Penilaian Sikap dan Keterampilan Siswa
104
: Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
108
: Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol
110
: Perhitungan Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi dan Varians 112
: Uji Normalitas
114
: Uji Homogenitas
118
: Uji Hipotesis
120
: Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen
125
: Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen
131
: Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Siswa Kelas
Eksperimen
133
: Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
135
: Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors
136
: Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z
137
: Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F
138
: Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t
140
: Dokumentasi
141
Surat Izin Observasi
Surat Izin Penelitian
Surat Keterangan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuasaan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sanjaya,
2006:2).
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah)
dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari
rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memperihatinkan.
Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri,yaitu
bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa
proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan
tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri
melalui penemuan dalam proses berpikirnya (Trianto, 2009:5). Peristiwa belajar
akan berlangsung lebih efektif jika siswa berhubungan langsung dengan objek
yang sedang dipelajari dan ada di lingkungan sekitar. Pembelajaran menjadi
bermakna bagi siswa jika guru bisa memberikan keterampilan-keterampilan
tertentu dalam kegiatan pembelajaran fisika. Salah satu keterampilan dalam
pembelajaran fisika adalah keterampilan proses sains.
Fisika merupakan bagian dari sains yang
memiliki sumbangan besar
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, karena fisika memiliki struktur
pengetahuan yang diperoleh melalui metode yang teruji. Namun pengajaran fisika
di sekolah menengah belum sepenuhnya mempunyai relevansi dengan tujuan
yang diharapkan. Pengajaran Sains, termasuk fisika lebih banyak menekankan
fakta dari pada mengembangkan pengetahuan yang diperoleh melalui metode
1
2
ilmiah. Berdasarkan pengalaman pengajaran di SMP Negeri 1 Kotarih Kabupaten
Serdang Bedagai, pada saat peneliti melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan Terpadu (PPLT) tahun 2015, bahwa mengatakan keaktifan siswa
cenderung pasif, hasil belajar yang dicapai siswa kurang maksimal dikarenakan
kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru fisika di SMA
Negeri 10 Medan, diperoleh bahwa hasil belajar siswa pada pelajaran fisika
sehari-hari masih rendah, siswa hanya mendapatkan hasil ujian dengan nilai yang
masih dibawah 65. Sedangkan KKM yang sudah ditentukan disekolah adalah 72.
Salah satu yang menyebabkan nilai siswa tidak mencapai KKM juga
dapat ditinjau saat peneliti mengobservasi keadaan laboratorium di sekolah
tersebut. Kondisi ruangan maupun alat-alat laboratorium sudah sangat memadai
dan sangat memungkinkan siswa melakukan praktikum, namun guru tidak
memanfaatkannya dengan baik.
Hal ini juga diperkuat dari hasil angket yang disebarkan kepada 40 orang
siswa 15,5% diantaranya menyatakan mata pelajaran fisika sulit dan kurang
menarik, 35,5% diantaranya siswa menganggap guru yang mengajar fisika hanya
mencatat dan memberi contoh soal. Dengan kata lain proses pembelajaran fisika
masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak
didasarkan pada pengalaman siswa yang menyebabkan rendahnya keterampilan
proses sains (KPS) siswa. Sedangkan Keterampilan proses sains siswa tidak dapat
diajarkan hanya dengan menggunakan metode ceramah.
Kenyataan menunjukan bahwa guru masih menggunakan metode ceramah
karena metode ini mudah untuk dilaksanakan baik dari segi persiapan, waktu dan
peralatan. Guru jarang menggunakan metode yang bervariasi yang dapat melatih
kemampuan berpikir yang diungkapkan melalui kemampuan berkomunikasi siswa
dan metode eksperimen yang dapat melatih keterampilan siswa untuk melakukan
percobaan.
Keterampilan proses sains (KPS) merupakan keterampilan yang harus
dikembangkan pada siswa. Penerapan pembelajaran berbasis keterampilan proses
sains secara nyata mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar sains siswa,
3
terutama dalam hal penguasaan keterampilan proses sains. Melalui proses
pembelajaran yang mengitegrasikan keterampilan proses sains dalam suatu
rangkaian proses pembelajaran, memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
belajar yang beragam dan relatif lebih bermakna (Dian, dkk.,2014).
Keterampilan proses dapat dibedakan menjadi dua jenis; Pertama
keterampilan proses sains dasar yang meliputi keterampilan-keterampilan
mengamati,
menyimpulkan,
mengukur/menghitung,
mengkomunikasikan,
mengklasifikasi dan memprediksi, Kedua keterampilan proses sains terpadu
meliputi
keterampilan
merumuskan
hipotesa,
menafsirkan
data
dan
bereksperimen. Komponen-komponen keterampilan proses sains yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :1) mengamati (observasi), 2) merumuskan hipotesis,
3) memprediksi, 4) menemukan pola dan hubungan, 5) berkomuniasi secara
efektif, 6) merancang percobaan, 7) mengukur dan menghitung. Keterampilan
tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum di sekolah. Oleh karena
itu diperlukan adanya suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan kognitif sekaligus mengembangkan keterampilan proses sains siswa
(Harlen dan Elstgees, 1992).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meyelesaikan masalahmasalah di atas adalah dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training
dalam pengajaran fisika. Model inquiry training atau disebut juga latihan
penelitian dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses
ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke
dalam periode waktu yang singkat. Schlenker melaporkan bahwa latihan
penelitian akan meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam
berpikir kreatif, dan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh dan
menganalisis informasi. Dia juga melaporkan bahwa model ini sebenarnya tidak
lebih efektif dari pada metode-metode konvensional dalam hal pemerolehan
informasi, tetapi latihan ini seefisien metode pengulangan dan pengajaran yang
dibarengi dengan pengalaman-pengalaman laboratorium. Ivany
dan Collins
melaporkan bahwa metode tersebut dapat bekerja dengan baik asalkan ada banyak
pertentangan, yang memunculkan teka-teki dan membangkitkan rasa ingin tahu,
4
dan ada materi-materi instruksional yang dapat digunakan siswa untuk
mengeksplorasi topik-topik penelitian. Voss menyatakan bahwa baik siswa
sekolah dasar maupun sekolah lanjutan dapat memperoleh keuntungan dari model
ini. Dalam suatu kajiannya yang menarik, Elefant berhasil melaksanakan model
tersebut pada siswa-siswa yang tuli, seraya menganjurkan agar siswa-siswa yang
memiliki panca indera akut dapat diajarkan melalui model ini (Joice et all., 2009).
Peneliti sebelumnya dengan menggunakan model inquiry training yang
dilakukan oleh Pandey, dkk (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
model inquiry training lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional. Peneliti selanjutnya Trisno, dkk (2013) menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran
inquiry training dengan model pembelajaran konvensional dengan hasil
perhitungan statistik diperoleh nilai thitung sebesar 4,28 dan ttabel pada taraf
signifikan 5% sehingga thitung >ttabel. Peneliti selanjutnya Bairusi, dkk (2015)
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPAFisika siswa menggunakan model inquiry training dengan setting kooperatif dan
dengan
model
pembelajaran
langsung,
aktivitas
belajar
siswa
selama
pembelajaran berada dalam kategori sangat aktif dengan persentase sebesar
81,79%, dan motivasi belajar siswa berada dalam kategori termotivasi dengan
persentase sebesar 77,9%. Selanjutnya Hakim, dkk (2012) menunjukkan bahwa
data pretes diperoleh rata-rata kelas eksperimen 33,24 dan hasil yang diperoleh
rata-rata postes kelas eksperimen 81,35. Selanjutnya Ratni, dkk (2013)
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di kelas inquiry training lebih baik
dibandingkan hasil belajar siswa di kelas direct instruction.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Teori Kinetik Gas di
Kelas XI Semester II SMA Negeri 10 Medan T.A. 2015/2016”.
5
1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan
masalah yang ada di sekolah yaitu :
1. Proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori,
konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa
yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains (KPS) siswa.
2. Kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika.
3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika.
4. Alasan guru masih menggunakan metode ceramah karena metode ini
mudah untuk dilaksanakan baik dari segi persiapan, waktu dan peralatan.
5. Penggunaan laboratorium di sekolah masih belum efektif.
1.2 Batasan Masalah
Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian di SMA Negeri 10 Medan pada
semester II di kelas XI T.A 2015/2016 materi teori kinetik gas sebagai berikut :
1.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry
training terhadap keterampilan proses sains siswa.
2.
Hasil belajar yang diukur adalah Keterampilan Proses Sains siswa.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian di
SMA Negeri 10 Medan pada semester II di kelas XI T.A 2015/2016 materi teori
kinetik gas ini adalah:
1. Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Inquiry Training?
2. Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan
Pembelajaran Konvensional?
3. Apakah keterampilan proses sains siswa yang diajar dengan model
Pembelajaran Inquiry Training lebih tinggi dari pada siswa yang diajar
dengan pembelajaran Konvensional?
6
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian di kelas XI SMA Negeri
10 Medan semester II T.A 2015/2016 materi teori kinetik gas adalah:
1. Untuk
mengetahui
keterampilan
proses
sains
siswa
dengan
siswa
dengan
menggunakan model pembelajaran Inquiry Training
2. Untuk
mengetahui
keterampilan
proses
sains
menggunakan Pembelajaran Konvensional
3. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajar dengan
model Pembelajaran Inquiry Training lebih tinggi dari pada siswa yang
diajar dengan pembelajaran Konvensional.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian SMA Negeri 10
Medan pada semester II di kelas XI T.A 2015/2016 materi teori kinetik gas
adalah:
1. Sebagai bahan informasi hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains siswa
pada materi pokok Teori Kinetik Gas.
2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran.
1.6 Definisi Operasional
1. Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah
melalui latihan–latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke
dalam periode waktu yang singkat yang bertujuan dalam membantu siswa
mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual
yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya
berdasarkan rasa ingin tahunya (Joice et all., 2009).
2. Keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait
dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil
7
menemukan sesuatu yang baru. Keterampilan proses sains meliputi: 1)
mengamati (observasi), 2) merumuskan hipotesis, 3) memprediksi, 4)
menemukan pola dan hubungan, 5) berkomunikasi secara efektif, 6)
merancang percobaan dan 7) mengukur dan menghitung (Harlen dan
Elstgeest, 1992).
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dan analisa data serta
pengujian hipotesis di SMA Negeri 10 Medan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses
sains siswa lebih memahami indikator pada setiap komponen KPS yang ada
dikarenakan siswa dibawa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui
eksperimen/percobaan yang diberikan peneliti dengan nilai rata-rata postes
adalah 74,35.
2. Pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap keterampilan proses
sains siswa kurang memahami dari indikator yang ada pada setiap KPS
terlihat dari persentasenya. Hal ini karenakan siswa hanya mendengarkan
informasi tanpa melakukan eksperimen/percobaan secara langsung dan siswa
lebih sering mengerjakan soal-soal perhitungan sehingga siswa lebih sulit
untuk mengerjakan soal-soal yang berbentuk KPS dengan nilai rata-rata postes
adalah 53,06.
3. Keterampilan proses sains siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry training lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
diajar dengan model pembelajaran konvensional.
5.2. Saran
Selama proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada beberapa
kelemahan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal
sebagai berikut :
1.
Terlebih dahulu mencari tingkat kesukaran dari masing-masing soal yang
akan diberikan kepada siswa.
2.
Menggunakan validasi ramalan dalam memvalidkan soal yang akan diberikan
kepada siswa ketika penelitian.
61
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
MATERI TEORI KINETIK GAS DI KELAS XISEMESTER II
SMA NEGERI 10 MEDAN T.A . 2015/2016
Oleh:
Rose Verawati Gultom
4123321045
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Rose Verawati Gultom dilahirkan di Medan pada tanggal 12 Juli 1994.
Ayah bernama Maruli Gultom dan Ibu bernama Rista Sihombing merupakan anak
keempat dari empat bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri
060823 Medan dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 15 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009,
penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 6 Medan dan lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Medan.
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
PADA MATERI TEORI KINETIK GAS DI KELAS XI
SEMESTER II SMA NEGERI 10 MEDAN
T.A. 2015/2016
Rose Verawati Gultom
NIM: 4123321045
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keterampilan proses
sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training lebih
tinggi daripada pembelajaran konvensional pada materi Teori Kinetik Gas di kelas
XI Semester II di SMA Negeri 10 Medan T.A. 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Sampel penelitian ini
diambil dua kelas yaitu kelas XI-2 (sebagai kelas eksperimen) dan kelas XI-3
(sebagai kelas kontrol) yang masing-masing berjumlah 31 siswa yang ditentukan
dengan teknik Cluster Random Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian
ini digunakan tes essai, jumlah soal 10 item.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas
eksperimen 31,94 dan nilai rata-rata kelas kontrol 34,18. Pada pengujian
normalitas untuk pretes pada kelas eksperimen diperoleh Lhitung < Ltabel, maka data
kedua kelas berdistribusi normal. Pada uji homogenitas Fhitung < Ftabel , maka kedua
sampel berasal dari kelompok yang homogen. Dari hasil uji beda nilai kedua kelas
diperoleh thitung < ttabel maka Ho diterima, maka dapat disimpulkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan nilai pretes kedua kelas, artinya kedua kelas memiliki
kemampuan awal yang sama. Kemudian diberikan perlakuan yang berbeda, kelas
eksperimen dengan model inquiry training terhadap keterampilan proses sains dan
kelas kontrol dengan model konvensional. Setelah pembelajaran selesai diberikan,
diperoleh postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 74,35 dan kelas kontrol
53,06.
Berdasarkan hasil uji t diperoleh thitung > ttabel maka Ha diterima, dengan
kata lain terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains pada materi
teori kinetik gas di kelas XI semester II SMA Negeri 10 Medan T.A 2015/2016.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Inquiry Training, Keterampilan Proses Sains
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih karunia-Nya yang memberikan kekuatan kepada penulis sehingga penelitian
ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Teori Kinetik Gas Di
Kelas XI Semester II SMA Negeri 10 Medan T.A 2015/2016”, disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Togi Tampubolon, M.Si, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
Beliau telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak
awal penulisan proposal hingga akhir penulisan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, Ibu Dr.
Sondang R Manurung, M.Pd dan Ibu Dra. Ida Wahyuni, M.Pd selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana
penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih
disampaikan kepada Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Alkhafi Maas Siregar,
M.Si, dan Bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd selaku ketua jurusan fisika dan
ketua program studi pendidikan fisika FMIPA UNIMED. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA
Unimed.
Ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen serta Staf Pegawai
Jurusan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis
selama perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak H.
Sufrizal Tanjung, M.Si selaku kepala sekolah SMA Negeri 10 Medan, Ibu
Simanjuntak, S.Pd selaku guru bidang studi fisika yang telah banyak membantu
dan membimbing penulis selama penelitian dan para guru serta staf administrasi
v
yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis selama
melakukan penelitian.
Teristimewa penulis ucapkan kepada Ayahanda Maruli Gultom dan
Ibunda Rista Sihombing yang selalu memberikan motivasi dan doa serta kasih
sayang yang tak pernah henti diberikan kepada penulis. Kepada Abang dan Kakak
tersayang “Abang Jaya Manalu, Abang Kriss Sitorus, Kakak Rumondang Gultom,
Abang Rainhard Gultom, dan Kakak Ririn Gultom” yang telah banyak berperan
dalam memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada penulis dalam
menyelesaikan studi di Perkuliahan
hingga selesainya skripsi ini. Terkhusus
kepada Diego Sitompul yang selalu memberikan doa yang tulus dan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Perkuliahan
hingga selesainya
skripsi ini. Kepada sahabat terkasih MiNiRoRoRi (Minar Sinaga, Nita Pani,
Royarti Tamba, Rina Samosir) yang telah mendoakan dan memotivasi selama
perkuliahan kepada penulis. Kepada sahabat PPLT ku terkasih (Eka Nababan,
Lilis Banuarea, Maria Aruan, Ranti Sitanggang) yang telah memberikan samangat
kepada penulis. Kepada sahabat-sahabat saya satu kelas Fisika NR B 2012 dan
PPLT SMP Negeri 1 Kotarih yang telah memberi dukungan kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini. Serta sahabat-sahabat lainnya yang tak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.
Medan, 18 Januari 2017
Penulis,
Rose Verawati Gultom
NIM. 4123321045
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1
5
5
5
6
6
6
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Defenisi Operasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
2.1.3 Model Pembelajaran
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
2.1.3.2 Model Pembelajaran Inquiry Training
2.1.3.3 Keterampilan Proses Sains
2.1.3.4 Model Pembelajaran Konvensional
2.1.4. Materi Pokok Teori Kinetik Gas
2.2 Kerangka Konseptual
2.3 Hipotesis
8
8
8
9
9
10
22
24
25
34
35
BAB III METODE PENELITIAN
36
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3 Variabel Penelitian
3.4 Jenis dan Desain Penelitian
36
36
36
36
vii
3.4.1 Jenis Penelitian
3.4.2 Desain Penelitian
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Wawancara Guru
3.5.2 Lembar Observasi Sikap dan Keterampilan
3.5.3 Tes Hasil Belajar
3.5.1 Validitas Tes
3.6 Prosedur Penelitian
3.7 Teknik Pengumpulan Data
3.8 Teknik Analisis Data
36
37
37
38
38
39
39
40
42
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
47
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Data Penelitian
4.1.1.1. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.1.1.2. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.1.2. Pengujian Analisis Data
4.1.2.1. Uji Normalitas Data
4.1.2.2. Uji Homogenitas Data
4.1.2.3. Uji Hipotesis
4.1.3. Hasil Belajar
4.1.3.1. Hasil Belajar KPS Siswa
4.1.3.2. Perkembangan Sikap Kelas Eksperimen
4.1.3.3. Perkembangan Keterampilan Kelas Eksperimen
4.2. Pembahasan
47
47
47
48
49
49
50
50
52
52
55
56
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
61
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
61
61
DAFTAR PUSTAKA
62
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
: Grafik hubungan p-V pada suhu konstan
27
Gambar 2.2
: Grafik hubungan p-V pada tekanan konstan
28
Gambar 2.3
: Grafik hubungan p-T pada volume konstan
29
Gambar 2.4
: Molekul gas bergerak pada tempat berbentuk kubus
31
Gambar 2.5
: Momentum molekul pada waktu terpantul dari dinding
31
Gambar 3.1
: Skema Rancangan Penelitian
41
Gambar 4.1
: Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
48
Gambar 4.2
: Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
49
Gambar 4.3
: Hasil Belajar KPS Siswa
52
Gambar 4.4
: Persentase Indikator KPS Siswa Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Gambar 4.11 : Perkembangan Sikap Siswa di Kelas Eksperimen
55
55
Gambar 4.12 : Perkembangan Keterampilan Siswa di Kelas Eksperimen 56
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
: Sintaks model inquiry training
14
Tabel 2.2
: Komponen dan Indikator KPS
23
Tabel 3.1
: Two Group Pretest – Postest Design
37
Tabel 3.2
: Spesifikasi Tes Hasil Belajar
37
Tabel 4.1
: Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
47
Tabel 4.2
: Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
48
Tabel 4.3
: Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata,
Standar Deviasi, Dan Varians
49
Tabel 4.4
: Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kedua Kelas
50
Tabel 4.5
: Ringkasan hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas
50
Tabel 4.6
: Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Pretes Siswa
51
Tabel 4.7
: Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Postes Siswa
51
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
64
: Lembar Kerja Siswa (LKS)
84
: Kisi-Kisi Instrumen KPS
93
: Soal Untuk Siswa
100
: Rubrik Penilaian Sikap dan Keterampilan Siswa
102
: Rekapitulasi Penilaian Sikap dan Keterampilan Siswa
104
: Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
108
: Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol
110
: Perhitungan Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi dan Varians 112
: Uji Normalitas
114
: Uji Homogenitas
118
: Uji Hipotesis
120
: Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen
125
: Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen
131
: Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Siswa Kelas
Eksperimen
133
: Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
135
: Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors
136
: Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z
137
: Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F
138
: Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t
140
: Dokumentasi
141
Surat Izin Observasi
Surat Izin Penelitian
Surat Keterangan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuasaan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sanjaya,
2006:2).
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah)
dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari
rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memperihatinkan.
Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri,yaitu
bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa
proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan
tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri
melalui penemuan dalam proses berpikirnya (Trianto, 2009:5). Peristiwa belajar
akan berlangsung lebih efektif jika siswa berhubungan langsung dengan objek
yang sedang dipelajari dan ada di lingkungan sekitar. Pembelajaran menjadi
bermakna bagi siswa jika guru bisa memberikan keterampilan-keterampilan
tertentu dalam kegiatan pembelajaran fisika. Salah satu keterampilan dalam
pembelajaran fisika adalah keterampilan proses sains.
Fisika merupakan bagian dari sains yang
memiliki sumbangan besar
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, karena fisika memiliki struktur
pengetahuan yang diperoleh melalui metode yang teruji. Namun pengajaran fisika
di sekolah menengah belum sepenuhnya mempunyai relevansi dengan tujuan
yang diharapkan. Pengajaran Sains, termasuk fisika lebih banyak menekankan
fakta dari pada mengembangkan pengetahuan yang diperoleh melalui metode
1
2
ilmiah. Berdasarkan pengalaman pengajaran di SMP Negeri 1 Kotarih Kabupaten
Serdang Bedagai, pada saat peneliti melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan Terpadu (PPLT) tahun 2015, bahwa mengatakan keaktifan siswa
cenderung pasif, hasil belajar yang dicapai siswa kurang maksimal dikarenakan
kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru fisika di SMA
Negeri 10 Medan, diperoleh bahwa hasil belajar siswa pada pelajaran fisika
sehari-hari masih rendah, siswa hanya mendapatkan hasil ujian dengan nilai yang
masih dibawah 65. Sedangkan KKM yang sudah ditentukan disekolah adalah 72.
Salah satu yang menyebabkan nilai siswa tidak mencapai KKM juga
dapat ditinjau saat peneliti mengobservasi keadaan laboratorium di sekolah
tersebut. Kondisi ruangan maupun alat-alat laboratorium sudah sangat memadai
dan sangat memungkinkan siswa melakukan praktikum, namun guru tidak
memanfaatkannya dengan baik.
Hal ini juga diperkuat dari hasil angket yang disebarkan kepada 40 orang
siswa 15,5% diantaranya menyatakan mata pelajaran fisika sulit dan kurang
menarik, 35,5% diantaranya siswa menganggap guru yang mengajar fisika hanya
mencatat dan memberi contoh soal. Dengan kata lain proses pembelajaran fisika
masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak
didasarkan pada pengalaman siswa yang menyebabkan rendahnya keterampilan
proses sains (KPS) siswa. Sedangkan Keterampilan proses sains siswa tidak dapat
diajarkan hanya dengan menggunakan metode ceramah.
Kenyataan menunjukan bahwa guru masih menggunakan metode ceramah
karena metode ini mudah untuk dilaksanakan baik dari segi persiapan, waktu dan
peralatan. Guru jarang menggunakan metode yang bervariasi yang dapat melatih
kemampuan berpikir yang diungkapkan melalui kemampuan berkomunikasi siswa
dan metode eksperimen yang dapat melatih keterampilan siswa untuk melakukan
percobaan.
Keterampilan proses sains (KPS) merupakan keterampilan yang harus
dikembangkan pada siswa. Penerapan pembelajaran berbasis keterampilan proses
sains secara nyata mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar sains siswa,
3
terutama dalam hal penguasaan keterampilan proses sains. Melalui proses
pembelajaran yang mengitegrasikan keterampilan proses sains dalam suatu
rangkaian proses pembelajaran, memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
belajar yang beragam dan relatif lebih bermakna (Dian, dkk.,2014).
Keterampilan proses dapat dibedakan menjadi dua jenis; Pertama
keterampilan proses sains dasar yang meliputi keterampilan-keterampilan
mengamati,
menyimpulkan,
mengukur/menghitung,
mengkomunikasikan,
mengklasifikasi dan memprediksi, Kedua keterampilan proses sains terpadu
meliputi
keterampilan
merumuskan
hipotesa,
menafsirkan
data
dan
bereksperimen. Komponen-komponen keterampilan proses sains yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :1) mengamati (observasi), 2) merumuskan hipotesis,
3) memprediksi, 4) menemukan pola dan hubungan, 5) berkomuniasi secara
efektif, 6) merancang percobaan, 7) mengukur dan menghitung. Keterampilan
tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum di sekolah. Oleh karena
itu diperlukan adanya suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan kognitif sekaligus mengembangkan keterampilan proses sains siswa
(Harlen dan Elstgees, 1992).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meyelesaikan masalahmasalah di atas adalah dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training
dalam pengajaran fisika. Model inquiry training atau disebut juga latihan
penelitian dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses
ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke
dalam periode waktu yang singkat. Schlenker melaporkan bahwa latihan
penelitian akan meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam
berpikir kreatif, dan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh dan
menganalisis informasi. Dia juga melaporkan bahwa model ini sebenarnya tidak
lebih efektif dari pada metode-metode konvensional dalam hal pemerolehan
informasi, tetapi latihan ini seefisien metode pengulangan dan pengajaran yang
dibarengi dengan pengalaman-pengalaman laboratorium. Ivany
dan Collins
melaporkan bahwa metode tersebut dapat bekerja dengan baik asalkan ada banyak
pertentangan, yang memunculkan teka-teki dan membangkitkan rasa ingin tahu,
4
dan ada materi-materi instruksional yang dapat digunakan siswa untuk
mengeksplorasi topik-topik penelitian. Voss menyatakan bahwa baik siswa
sekolah dasar maupun sekolah lanjutan dapat memperoleh keuntungan dari model
ini. Dalam suatu kajiannya yang menarik, Elefant berhasil melaksanakan model
tersebut pada siswa-siswa yang tuli, seraya menganjurkan agar siswa-siswa yang
memiliki panca indera akut dapat diajarkan melalui model ini (Joice et all., 2009).
Peneliti sebelumnya dengan menggunakan model inquiry training yang
dilakukan oleh Pandey, dkk (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
model inquiry training lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional. Peneliti selanjutnya Trisno, dkk (2013) menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran
inquiry training dengan model pembelajaran konvensional dengan hasil
perhitungan statistik diperoleh nilai thitung sebesar 4,28 dan ttabel pada taraf
signifikan 5% sehingga thitung >ttabel. Peneliti selanjutnya Bairusi, dkk (2015)
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPAFisika siswa menggunakan model inquiry training dengan setting kooperatif dan
dengan
model
pembelajaran
langsung,
aktivitas
belajar
siswa
selama
pembelajaran berada dalam kategori sangat aktif dengan persentase sebesar
81,79%, dan motivasi belajar siswa berada dalam kategori termotivasi dengan
persentase sebesar 77,9%. Selanjutnya Hakim, dkk (2012) menunjukkan bahwa
data pretes diperoleh rata-rata kelas eksperimen 33,24 dan hasil yang diperoleh
rata-rata postes kelas eksperimen 81,35. Selanjutnya Ratni, dkk (2013)
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di kelas inquiry training lebih baik
dibandingkan hasil belajar siswa di kelas direct instruction.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Teori Kinetik Gas di
Kelas XI Semester II SMA Negeri 10 Medan T.A. 2015/2016”.
5
1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan
masalah yang ada di sekolah yaitu :
1. Proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori,
konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa
yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains (KPS) siswa.
2. Kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika.
3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika.
4. Alasan guru masih menggunakan metode ceramah karena metode ini
mudah untuk dilaksanakan baik dari segi persiapan, waktu dan peralatan.
5. Penggunaan laboratorium di sekolah masih belum efektif.
1.2 Batasan Masalah
Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian di SMA Negeri 10 Medan pada
semester II di kelas XI T.A 2015/2016 materi teori kinetik gas sebagai berikut :
1.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry
training terhadap keterampilan proses sains siswa.
2.
Hasil belajar yang diukur adalah Keterampilan Proses Sains siswa.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian di
SMA Negeri 10 Medan pada semester II di kelas XI T.A 2015/2016 materi teori
kinetik gas ini adalah:
1. Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Inquiry Training?
2. Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan
Pembelajaran Konvensional?
3. Apakah keterampilan proses sains siswa yang diajar dengan model
Pembelajaran Inquiry Training lebih tinggi dari pada siswa yang diajar
dengan pembelajaran Konvensional?
6
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian di kelas XI SMA Negeri
10 Medan semester II T.A 2015/2016 materi teori kinetik gas adalah:
1. Untuk
mengetahui
keterampilan
proses
sains
siswa
dengan
siswa
dengan
menggunakan model pembelajaran Inquiry Training
2. Untuk
mengetahui
keterampilan
proses
sains
menggunakan Pembelajaran Konvensional
3. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajar dengan
model Pembelajaran Inquiry Training lebih tinggi dari pada siswa yang
diajar dengan pembelajaran Konvensional.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian SMA Negeri 10
Medan pada semester II di kelas XI T.A 2015/2016 materi teori kinetik gas
adalah:
1. Sebagai bahan informasi hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains siswa
pada materi pokok Teori Kinetik Gas.
2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran.
1.6 Definisi Operasional
1. Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah
melalui latihan–latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke
dalam periode waktu yang singkat yang bertujuan dalam membantu siswa
mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual
yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya
berdasarkan rasa ingin tahunya (Joice et all., 2009).
2. Keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait
dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil
7
menemukan sesuatu yang baru. Keterampilan proses sains meliputi: 1)
mengamati (observasi), 2) merumuskan hipotesis, 3) memprediksi, 4)
menemukan pola dan hubungan, 5) berkomunikasi secara efektif, 6)
merancang percobaan dan 7) mengukur dan menghitung (Harlen dan
Elstgeest, 1992).
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dan analisa data serta
pengujian hipotesis di SMA Negeri 10 Medan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses
sains siswa lebih memahami indikator pada setiap komponen KPS yang ada
dikarenakan siswa dibawa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui
eksperimen/percobaan yang diberikan peneliti dengan nilai rata-rata postes
adalah 74,35.
2. Pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap keterampilan proses
sains siswa kurang memahami dari indikator yang ada pada setiap KPS
terlihat dari persentasenya. Hal ini karenakan siswa hanya mendengarkan
informasi tanpa melakukan eksperimen/percobaan secara langsung dan siswa
lebih sering mengerjakan soal-soal perhitungan sehingga siswa lebih sulit
untuk mengerjakan soal-soal yang berbentuk KPS dengan nilai rata-rata postes
adalah 53,06.
3. Keterampilan proses sains siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry training lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
diajar dengan model pembelajaran konvensional.
5.2. Saran
Selama proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada beberapa
kelemahan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal
sebagai berikut :
1.
Terlebih dahulu mencari tingkat kesukaran dari masing-masing soal yang
akan diberikan kepada siswa.
2.
Menggunakan validasi ramalan dalam memvalidkan soal yang akan diberikan
kepada siswa ketika penelitian.
61