Kegiatan Pertambangan Terbuka Batubara

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kegiatan Pertambangan Terbuka Batubara

Berdasarkan Amdal PT KPC 2005, kegiatan pertambangan dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap operasi, dan tahap pasca operasi penambangan. 2.1.1.Tahapan Persiapan Jenis kegiatan pada tahapan persiapan meliputi: 1. Pembebasan Lahan Kegiatan pembebasan lahan meliputi pembebasan terhadap hak-hak milik pada lahan tersebut dengan sistem ganti untung barang-barang yang menjadi milik penduduk. Jika areal penambangan merupakan kawasan hutan, maka perusahaan diwajibakan memohon izin pinjam pakai dari Kementerian Kehutanan. Pembebasan lahan dilakukan supaya tidak terjadi konflik tumpang tindih kepentingan pada lokasi yang akan dilakukan penambangan. 2. Pembangunan sarana dan prasarana tambang Pembangunan sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung kegiatan utama penambangan agar sesuai dengan rencana penambangan. Sarana dan prasarana yang akan dibangun meliputi jalan tambang dan angkutan batubara, bengkel, gudang, sarana perkantoran, mes karyawan, pos keamanan, kantin, mushola, klinik, dan lain sebagainya. Jalan tambang merupakan jalan tanah yang diperkeras dengan pasir batu sistem macadam. Pembangunan jalan mengikuti kemajuan kegiatan pertambangan. Jalan tambang mempunyai lebar 25 meter dengan kemiringan maksimum 4 –8. Ukuran bengkel disesuaikan dengan jumlah dan ukuran kendaraan yang dipergunakan. Pembangunan mes, kantor, kantin, mushola, dan pos keamanan disesuaikan dengan jumlah karyawan yang ada. Disamping itu, perusahaan juga membangun unit sarana pengelolaan limbah, penimbunan tanah, penimbunan batubara, unit pengolahan batubara, fasilitas pemuatan, tempat penyimpanan bahan pengunjang. 3. Pembukaan dan pembersihan lahan Kegiatan ini dilakukan pada lokasi rencana pertambangan terbuka open pit mining. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan chain saw dan bulldozer 8 untuk membersihkan lahan dari tanaman dan material lainnya. Dalam pembersihan lahan tidak dilakukan pembakaran terhadap batang, ranting, dan daun tanaman, akan tetapi bagian-bagian tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. 1 2 3 Gambar 2 Tahapan persiapan meliputi: 1 Pembebasan lahan, 2 Pembuatan sarana dan prasaran tambang, dan 3 Pembersihan tapak tambang 2.1.2.Tahapan Operasi Jenis kegiatan pada tahap operasi penambangan sistem open pit meliputi pengupasan dan penempatan top soil, pembongkaran dan penimbunan tanah penutup, penggalian, pengangkutan, pengolahan, dan penimbunan batubara. 1. Pengupasan tanah pucuk top soil Pekerjaan pengupasan top soil pada sistem penambangan terbuka jauh lebih luas dibanding pada sistem tambang tertutup. Lapisan top soil merupakan lapisan tanah yang mempunyai ketebalan kurang lebih 30 cm dan mempunyai sifat relatif subur. Pengupasan top soil dilakukan pada daerah pit tambang, out pit dump, stockpile, jalan tambang dan angkutan batubara, bangunan perkantoran dan sarana prasarana lainnya. Pekerjaan pengupasan top soil dilakukan dengan hati-hati agar tingkat kesuburannya dapat dipertahankan sampai pada saat akan dikembalikan ke lahan bekas tambang. 2. Pembongkaran batuan penutup overburden Batuan penutup merupakan lapisan tanah dan atau batuan yang berada di antara top soil dan batubara. Batuan penutup ini terdiri dari batuan penutup dan lapisan tanah subsoil yang berada di bawah topsoil. Penggalian batuan penutup dilakukan dengan menggunakan alat mekanis seperti excavator dan bulldozer 9 serta kadang-kadang dilengkapi dengan ripper jika ditemukan batuan penutup yang keras. Pada areal yang memiliki batuan penutup yang lebih keras digunakan bahan peledak untuk membongkarnya. 3. Penimbunan top soil dan overburden Lapisan top soil dan overburden yang sudah dikupas kemudian diangkut secara terpisah ke area penimbunan top soil dan waste dump untuk disimpan sementara waktu. Top soil dan overburden ini akan dikembalikan ke areal bekas lubang tambang pada saat reklamasi. Lapisan top soil yang ditimbun sementara dan dilakukan pemeliharaan untuk mempertahankan zat hara dan organisme di dalamnya tetap dalam kondisi baik. Jika penyimpanan top soil memerlukan waktu yang lama, timbunan top soil ditanam tanaman penutup cover crop. Lapisan overburden ditimbun pada out pit dump yang terletak tidak jauh dari areal lubang tambang pada saat pembukaan tambang pertama. Pada pembukaan tambang selanjutnya dilakukan inpit dump pada lokasi tambang pertama atau biasa disebut dengan sistem backfilling. Sistem ini untuk mengurangi lubang bekas tambang pada saat penutupan tambang. Proses penutupan lahan bekas tambang dimulai dari penimbunan lapisan batuan penutup kemudian dilakukan re-contouring atau re- shaping yang biasa disebut dengan penataan lahan. Kegiatan berikutnya setelah penataan lahan adalah melapisi lahan dengan top soil. Pada lapisan batuan yang mengandung material yang berpotensi menjadi air asam tambang dilakukan pelapisan dengan metarial non acid forming NAC dan tanah liat yang sudah dipadatkan supaya tidak terkontaminasi dengan oksigen sehingga menyebabkan terjadinya oksidasi material pembentuk air asam tambang atau potensial acid forming PAF. Kegiatan pertambangan dengan sistem backfilling dilakukan dengan cara membagi-bagi blok penambangan secara berurutan dengan material penutup sebagai bahan pengisi lubang tambang yang sudah selesai tambang. Proses ini dilakukan secara simultan sampai pada blok penambangan terakhir. 4. Penggalian Batubara Penggalian batubara dilakukan dengan mengikuti arah kemajuan dari pengupasan top soil dan overburden atau mengikuti arah jurus lapisan batubara seam. Penggalian batubara dilakukan dengan excavator, dengan ront-end loader batubara ini dimuat ke dump truck untuk diangkut ke mine stockyard. Pengaturan 10 saluran air dilakukan terlebih dahulu sebelum dibuat saluran-saluran di permukaan untuk mengurangi volume air yang masuk ke dalam lubang tambang. Air hujan dan air tanah yang masuk ke dalam lubang tambang akan diatur dengan pembuatan saluran tiap-tiap tanggul dan dikumpulkan ke titik tambang paling rendah. Dari titik ini air di pompa keluar dengan menggunakan pompa yang dioperasikan secara rutin. Air pompa ini ditampung dalam sediment pond dan diolah dinetralisir terlebih dahulu sebelum dialirkan ke badan air penerima. 5. Pengangkutan Batubara Pengangkutan batubara untuk tambang terbuka dilakukan dengan menggunakan dump truck dari lokasi tambang ke stockpile. Konstruksi jalan tambang terbuat dari tanah yang diperkeras dengan pasir batu jalan macadam. Lebar jalan tambang sekitar 25 meter termasuk berm dan saluran drainase di kiri- kanan jalan. Kemiringan maksimum 4 –8. Jalan tambang dipakai untuk mengangkut batubara dari front penambangan ke mine stockyard. Jalan tambang dan jalan angkut batubara dilakukan pemeliharaan dengan menggunakan grader dan compactor. Penambalan jalan yang rusak menggunakan quarry diambil dari areal sekitar tambang. Untuk menekan tingginya polusi debu di udara pada musim kemarau sepanjang jalan tambang dan jalan angkut batubara dilakukan penyiraman air pada badan jalan dan penanaman pohon masing-masing 50 meter pada sisi kiri-kanan jalan. Penyiraman dilakukan setiap 3 – 4 jam dengan menggunakan truk air. 6. Pengolahan Batubara Proses pengolahan batubara terdiri dari peremukan crushing dan pencucian washing. Proses pencucian batubara dapat dilakukan pada batubara yang bersih clean coal dan batubara yang masih kotor dirty coal. Pada batubara yang sudah bersih dilakukan peremukan untuk mendapatkan butiran batubara dengan ukuran sesuai dengan permintaan pasar. Pencucian batubara dapat menurunkan jumlah material pengotor biasanya ash content dari batubara yang diproduksi. 7. Penimbunan Batubara Penimbunan batubara dilakukan dekat pelabuhan laut. Batubara dapat diangkut ke pelabuhan atau port dengan menggunakan conveyor. Pengangkutan 11 dengan menggunakan conveyor dapat mengurangi penggunaan jalan dan polusi debu. 1 2 3 4 5 6 dan 7 Gambar 3 Tahapan operasi produksi meliputi: 1 Pengupasan tanah pucuk, 2 Pengupasan batuan penutup dan penimbunan di waste dump atau inpit dump, 3 Penempatan tanah pucuk pada lokasi yang aman, 4 Penggalian batubara, 5 Pengangkutan batubara ke stockpile, 6 dan 7 Pengolahan batubara dan penimbunan di stockpile 2.1.3.Tahapan Pasca Operasi Tahapan pasca operasi meliputi reklamasi dan revegetasi, pelepasan tenaga kerja dan penutupan tambang. 1. Reklamasi dan Revegetasi Pekerjaan reklamasi adalah pengembalian kondisi lahan dengan menimbun kembali lubang bekas tambang dengan overburden diikuti dengan penataan, pembuatan saluran air dan penaburan top soil serta pemupukan. Pada sistem penambangan terbuka, penataan lahan dilakukan dengan cara meratakan lahan yang telah selesai ditimbun dengan material overburden dan top soil. Setelah penataan lahan kemudian dilakukan recontouring untuk mendapatkan muka lahan yang aman stabil. Dalam kegiatan penataan lahan dan recontouring tersebut digunakan alat berat bulldozer dan grader. Penataan lahan pada areal bekas lubang tambang dilakukan hingga diperoleh bentuk morfologi dan topografi 12 wilayah yang layak untuk budidaya. Pada areal bekas lubang yang cukup dalam, penataan lahan diarahkan menjadi kolam penampungan air hujan atau menjadi kolam budidaya ikan. Kegiatan revegetasi merupakan kegiatan penanaman kembali areal bekas tambang setelah lahan selesai ditata. Setelah penataan selesai, lahan terlebih dahulu ditanami tanaman penutup tanah cover crop sebelum ditanami tanaman utama. Jenis tanaman reklamasi yang diutamakan adalah jenis lokal dan pioner semacam meranti, bangkirai, kapur, sengon, gamal, gmelina, jabon, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang pada tanah media polybag dan lahan bekas tambang menggunakan indikator tanaman sengon dan meranti. Sengon yang dicoba dalam penelitian ini adalah jenis Albazia falcataria sengon laut. Sengon merupakan jenis pohon yang banyak disukai masyarakat karena cepat tumbuh, pemeliharaan mudah dan kayunya dapat digunakan untuk beragam manfaat seperti kayu perkakas, kayu bakar, daunnya untuk pakan ternak serta pembuatan kompos. Menurut Heyne 1987 sengon merupakan salah satu tumbuhan yang dapat memperbaiki tanah, semua tanaman yang dibudidayakan di bawahnya tumbuh dengan baik. Pertumbuhan sengon yang cukup baik walaupun pada kondisi tanah yang secara umum kurang subur tersebut kemungkinan disebabkan oleh kesesuiannya dengan kondisi iklim sekitarnya. Sengon dapat tumbuh mulai dari pantai sampai ketinggian 1.600 m di atas permukaan laut, optimum pada ketinggian 0 – 800 m di atas permukaan laut, beradaptasi dengan iklim monsoon dan lembab dengan curah hujan 200 – 2.700 mmtahun dengan bulan kering sampai empat bulan serta pada temperatur 25 C. Sengon dapat ditanam pada tapak yang tidak subur tanpa dipupuk tidak tumbuh subur pada tanah yang berdrainase jelek Hidayat 2002. Jenis meranti yang dicoba dalam penelitian ini adalah jenis meranti merah atau Shorea parvifolia Dyer. Jenis meranti merah memiliki wilayah penyebaran yang luas, terdapat di Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatera dan daerah lainnya. Jenis ini sangat baik tumbuhnya di luar Semenanjung Malaya. Jenis ini banyak terdapat di lembah-lembah hutan meranti campuran dengan ketinggian lebih kurang 800 m dari permukaan laut. Di Indonesia jenis Shorea parvifolia Dyer terdapat hampir di seluruh Kalimantan, Sumatera dan Maluku serta tumbuh 13 dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan yang bervariasi. Jenis ini tumbuh pada tanah latosol, podsolik merah kuning, sampai ketinggian 1.300 m dari permukaan laut, juga tumbuh pada dataran yang sering tergenang air pada musim hujan dan tepi-tepi sungai pada tanah alluvial. Pohon berukuran besar dengan ketinggian dapat mencapai 50 m, tinggi bebas cabang sampai 30 m dengan diameter sekitar 100 cm, mempunyai banir mencapai 3,5 m. Batang kulit luar berwarna coklat, beralur dangkal, sedikit mengelupas. Warna penampang kulit hidup merah kecoklat-coklatan. Kayu gubal berwarna kuning pucat atau kuning muda, terasnya berwarna kemerah-merahan dan damar berwarna kuning. Daun berbentuk telur, lonjong ellips atau segi empat panjang, pangkal membulat, tulang daun sekunder lebih kurang 12 pasang, dan panjang tangkai daun lebih kurang 7 mm. Permukaan atas daun licin atau berbulu bintang, pada waktunya terang warnanya abu-abu atau merah coklat. Bunga kecil dengan warna kemerah-merahan, pada leher tangkai dan keping-kepingnya melekat tidak begitu kuat dan jatuh sendiri bila terpisah dengan bunganya, periode kuncup bunga terjadi pada bulan Januari sampai bulan Maret. Buah berbentuk buah telur atau panjang, ujungnya lancip, bermacam- macam ukuran, kebanyakan panjangnya ada 1 cm dilengkapi dengan sayap, tiga sayap bagian luar panjang 6 cm, lebar 1,5 cm dan dua sayap lainnya lebih pendek. Tanaman meranti mempunyai sifat pertumbuhan yang bervariasi sesuai umur tanaman. Pada waktu muda, tanaman meranti cenderung intoleran respon pertumbuhan kurang jika terkena sinar matahari sehingga pertumbuhannya lambat. Pada waktu tanaman sudah mencapai tingkat tiang dan pohon sekitar diameter 10-20 cm, tanaman meranti cenderung toleran respon pertumbuhan meningkat waktu terkena sinar matahari. 2. Pelepasan Tenaga Kerja Pelepasan tenaga kerja dilakukan pada akhir kegiatan operasi penambangan dimana cadangan batubara sudah habis ditambang. Tenaga reklamasi dan penutupan tambang tetap ada sampai kondisi reklamasi dan penutupan tambang disetujui oleh Pemerintah. 3. Penutupan Tambang Penutupan tambang adalah kegiatan akhir dari suatu operasi penambangan. Kegiatan ini meliputi penanganan sarana dan prasarana tambang, pemindahan 14 lokasi tambang, demobilisasi peralatan, dan pemantauan lingkungan. Fasilitas- fasilitas umum tetap dipertahankan semacam mess, jalan, klinik, masjid, bengkel, sumber energi, sumber ar bersih. Sarana ini dialihkan kepada Pemerintah Daerah untuk dapat dikelola lebih lanjut. Pekerjaan pemantauan lingkungan tetap dilaksanakan sampai tercapainya kondisi ekologi yang cukup kuat untuk dilakukan kegiatan bukan pertambangan seperti pertanian, kehutanan, perkebunan, dan lain sebagainya. 1 2 3 Gambar 4 Tahapan Pasca Operasi meliputi: 1 Rangkaian kegiatan reklamasi dan revegetasi, 2 Pelepasan tenaga kerja, dan 3 Penutupan tambang

2.2. Abu Terbang Sebagai Amelioran