PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA
PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA
SKRIPSI
Oleh :
Agnes Stefanny Gondo
201210230311388
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi
Oleh :
Agnes Stefanny Gondo
201210230311388
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Skripsi
: Pengaruh Sibling Rivalry terhadap Efektivitas Komunikasi
Interpersonal pada Teman Sebaya
2. Nama Peneliti
: Agnes Stefanny Gondo
3. NIM
: 201210230311388
4. Fakultas
: Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
6. Waktu Penelitian : 16 Desember 2015 – 20 Januari 2016
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 29 Januari 2016.
Dewan Penguji
Ketua
: Hudaniah, S.Psi, M.Si
Anggota Penguji
: 1. Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi
2. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si
3. Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A
Pembimbing I
Pembimbing II
Hudaniah, S.Psi, M.Si
Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi
Penguji I
Penguji II
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si
Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A
Malang Januari 2016
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Agnes Stefanny Gondo
NIM
: 201210230311388
Fakultas / Jurusan
: Psikologi / Psikologi
Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah MalangMenyatakan bahwa skripsi /
karya ilmiah yang berjudul :
Pengaruh Sibling Rivalry terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada Teman
Sebaya
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk
kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak
bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan Undang-undang yang
berlaku.
Malang, Januari 2016
Mengetahui
Ketua Program Studi
Yang Menyatakan,
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si
Agnes Stefanny Gondo
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Sibling Rivalry Terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada Teman Sebaya”,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Hudaniah, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Diana Savitri
Hidayati, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan hingga selesainya skripsi ini.
4. Para dosen dan staff TU Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan
pembelajaran serta proses pendewasaan.
5. Kepada kedua orang tua dan adik tercinta yang selalu memberikan dukungan, do’a
dan kasih sayangnya sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku Dilla, Disti, Lupita, Intan, dan Rika yang selalu memberikan
semangat, hiburan, cerita dan manfaat yang begitu luar biasa dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Sahabat dan orang terdekat Novia, Cita, Firly dan Rafi yang telah membantu selama
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
8. Aris dan Andreas yang selama ini membantu dalam memberikan masukan dan
nasihat dalam skripsi ini.
v
9. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2012 khususnya kelas G yang
memberikan semangat, dukungan serta berbagi ilmu dan saling melengkapi
kekurangan masing-masing.
10. Teman satu kos di Malang mbak Yenis yang selama ini memberikan bantuan selama
pengerjaan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan pada penulis dalam menyelesaiakan skripsi ini, dan semoga menjadi amal
ibadah yang diterima oleh Allah SWT.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, Januari 2016
Penulis
Agnes Stefanny Gondo
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
ABSTRAK............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 2
TINJAUAN TEORI................................................................................................. 5
METODE PENELITIAN
a.
b.
c.
d.
Rancangan Penelitian .................................................................................. 8
Subjek Penelitian ......................................................................................... 9
Variabel dan Instrumen Penelitian .............................................................. 9
Prosedur Penelitian .................................................................................... 10
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 11
DISKUSI ............................................................................................................... 13
SIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................................................ 16
REFERENSI .......................................................................................................... 17
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 1
Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ................................................................................. 10
TABEL 2
Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ............................................................................. 10
TABEL 3
Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................................................. 11
TABEL 4
Data Deskriptif Hasil Penelitian .......................................................................................... 12
TABEL 5
Analisis Regresi Linier Sederhana ...................................................................................... 13
viii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Blue Print Skala Sibling Rivalry dan Skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal ............ 19
LAMPIRAN 2
Skala Sibling Rivalry dan Skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal.............................. 20
LAMPIRAN 3
Validitas dan Reliabilitas ..................................................................................................... 25
LAMPIRAN 4
Uji Regresi Linier Sederhana .............................................................................................. 34
LAMPIRAN 5
Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................................................. 35
LAMPIRAN 6
Tabulasi ............................................................................................................................... 38
ix
PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA
Agnes Stefanny Gondo
Fakultas Psikologi, Univesitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
Manusia membutuhkan dan berusaha terbuka dalam menjalin sebuah komunikasi atau
hubungan dengan sesamanya. Efektivitas komunikasi Interpersonal atau berkomunikasi
merupakan keharusan bagi manusia tak terkecuali bagi seorang remaja kepada teman
sebayanya. Sibling rivalry merupakan perilaku antagonis atau permusuhan yang terjadi
antar saudara kandung. Perilaku ini sering menjadi pola hubungan sosial untuk
diterapkan dengan teman sebayanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman
sebaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif prediktif. Pengambilan data
menggunakan skala sibling rivalry dan skala efektivitas komunikasi Interpersonal.
Penelitian ini melibatkan 155 subjek SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang usia
remaja awal dengan teknik quota sampling dan menggunakan analisis regresi linier
sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif yang signifikan
antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal, dengan nilai R =
0,283; F = 13,317; p = 0,000, β = -0,240. Hal ini berarti semakin tinggi sibling rivalry
semakin rendah efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya dan
sebaliknya semakin rendah sibling rivalry maka semakin tinggi efektivitas komunikasi
Interpersonal pada teman sebaya.
Kata kunci : Sibling rivalry, efektivitas komunikasi Interpersonal, teman sebaya
Humans need and attempt to extroverted a communication or relation with others. The
effectiveness of Interpersonal communication (communicating) is a necessity for
human beings including a teenager with their peers. Sibling rivalry is kind of antagonist
behavior or hostility which occurs between siblings. This behavior frequently becomes
the pattern of social relation to applied among peers. This study was aimed to determine
the effect of sibling rivalry on effectiveness of Interpersonal communication in peer
friends. This study using predictive quantitative approach. Sibling rivalry scale and
effectiveness of Interpersonal communication scale were used in collecting the data.
This research involved 155 subjects at SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang with
early adolescence ages by using quote sampling and simple linear regression
technique. The results showed that there was significant negative effect between sibling
rivalry on effectiveness Interpersonal communication, with a value of R = 0,283; F =
13,317; p = 0,000, β = -0,240. It means that the higher the sibling rivalry, the lower
the effectiveness of Interpersonal communication in peer friends. Conversely, the lower
sibling rivalry, the higher the effectiveness of Interpersonal communication in peer
friends.
Keywords: sibling rivalry, the effectiveness of Interpersonal communication, peer
friends.
1
2
Komunikasi antar pribadi atau secara ringkas disebut sebagai berkomunikasi merupakan
keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta
menjalin sebuah komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah
kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat berkomunikasi dengan
sesamanya. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menjadi terampil dalam berkomunikasi
(Supratiknya, 1995). Dengan berkomunikasi seseorang dapat membina hubungan baik dengan
orang lain di sekitarnya. Menurut Lake (1986) hubungan yang baik tergantung pada komunikasi
yang baik. Hubungan baik disini merupakan hubungan yang membuat kedua belah pihak saling
berbagi persoalan yang terjadi dalam kehidupan, dengan melakukan komunikasi orang mampu
mengalami, memahami serta menanggapi hal-hal yang dirasakan oleh orang lain dan manfaat
seperti itulah yang sangat diperlukan oleh remaja dalam berkomunikasi dengan teman
sebayanya.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Papalia (Ling & Dariyo, 2002) mengungkapkan bahwa
remaja lebih banyak bergaul dan menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya.
Selain itu, teman-teman sebaya merupakan faktor penting yang membantu remaja mengatasi
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pengaruh dari teman sebaya ini dapat berupa
hal positif maupun negatif (Rubin, Bukowski, & Parker, dalam King 2013). Salah satu aspek
kunci dalam memiliki hubungan teman sebaya yang positif yaitu dengan memiliki salah satu
atau lebih sahabat karib, sedangkan beberapa teman sebaya dan sahabat dapat memberikan
pengaruh negatif kepada perkembangan remaja, pada awal masa remaja (13-16 tahun)
merupakan tingkat keterlibatan teman sebaya yang lebih tinggi (Nation & Heflinger, dalam
King 2013). Selain itu pada usia remaja ini seringkali membangun interaksi dengan teman
sebayanya dalam bentuk geng, interaksi pertemanan ini seringkali menimbulkan sebuah
konflik, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja tersebut (Firmanto, 2013).
Remaja membutuhkan rasa diterima di lingkungan teman sebayanya, seperti yang dijelaskan
oleh Mappiare (1982) bahwa pada periode perkembangannya ini remaja sangat takut dikucilkan
oleh teman sebayanya, hal inilah yang menyebabkan remaja sangat intim dan bersikap perasaan
terikat dengan teman sebayanya.
Hasil penelitian dari Rusda (1991) menyebutkan bahwa remaja yang mampu diajak berbicara
atau berdiskusi tentang berbagai hal, terbuka dan cocok sebagai tempat curahan hati,
menduduki urutan kedua untuk alasan dipilihnya remaja tersebut menjadi teman bergaul yang
menyenangkan di sekolah, dengan prosentase pemilih sebesar 10,87%, sehingga kemampuan
remaja dalam berkomunikasi secara efektif dengan teman sebaya merupakan salah satu faktor
penting yang turut menentukan diterimanya remaja tersebut di kelompok teman sebayanya.
Berdasarkan hasil fenomena di salah satu sekolah Banjarnegara diperoleh informasi ada
beberapa anak yang kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman sebaya seperti ketika di
dalam kelas siswa malu untuk bertanya saat ia tidak tahu, hal ini menunjukkan siswa tidak dapat
terbuka. Tingkat empati siswa juga masih rendah, siswa tidak membantu ketika ada teman yang
membutuhkan bantuan. Siswa tidak mau mendengarkan ketika teman sedang berbicara didalam
kelas, hal ini menunjukkan siswa belum mampu memberikan dorongan/dukungan saat teman
berkomunikasi. Siswa menganggap teman yang tinggal kelas dianggap sebagai anak yang
bodoh, sikap ini menunjukkan siswa belum dapat berpikir positif kepada teman dan terdapat
kelompok geng yang membuat siswa cenderung hanya bermain dengan teman gengnya,
sehingga komunikasi dengan teman lainnya berkurang dan belum memahami apa itu kesamaan
dalam berteman (Sulistinganah, 2013). Oleh karena itu efektivitas dalam berkomunikasi sangat
diperlukan remaja agar pesan yang ingin disampaikan oleh remaja tersebut tidak disalahartikan
3
oleh pasangan komunikasinya, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman diantara kedua
belah pihak yang dapat memicu timbulnya perselisihan. Dimana perselisihan yang mungkin
terjadi justru akan merenggangkan dan memperburuk hubungan remaja tersebut dengan teman
sebayanya (Lake, 1986). Rendahnya efektivitas komunikasi yang terjadi pada remaja dengan
teman sebayanya ini diduga disebabkan karena adanya perilaku sibling rivalry ketika di rumah.
Beberapa penelitian menemukan bahwa dimensi hubungan antar saudara kandung berpengaruh
terhadap perilaku antisosial dalam hubungan dengan teman sebaya. Remaja yang memiliki
hubungan antar saudara kandung dengan konflik yang tinggi cenderung lebih agresif terhadap
teman sebayanya, dimana salah satu perilaku agresif dapat ditunjukkan dalam bentuk verbal
seperti dalam hal berkomunikasi (Criss & Shaw, dalam Lerner & Steinberg 2009). Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Hurlock (1999) bahwa aspek yang paling serius dari perselisihan saudara
adalah hubungan buruk ini sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak keluar
rumah untuk diterapkan dalam hubungannya dengan teman sebaya.
Menurut Bee & Boyd (Rahmawati, 2013) menyampaikan bahwa ketika orang tua memutuskan
memiliki lebih dari satu anak, maka akan ada kehadiran sibling dalam kehidupan anak pertama.
Sibling dalam konsep psikologi diartikan sebagai saudara laki-laki atau perempuan yang tinggal
bersama dalam satu pengasuhan orang tua yang sama. Secara umum kehadiran sibling baru
umumnya terjadi ketika seorang ibu melahirkan adik baru bagi kakak. Tentunya kehadiran adik
baru bagi seorang kakak biasanya disambut dengan perasaan senang oleh kakak karena
dianggap sebagai teman atau mainan baru, namun seiring berjalannya waktu seringkali kakak
merasa bosan dan adik tidak lagi di anggap sebagai mainan yang menyenangkan.
Kehadiran seorang adik atau saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial
dan emosional seorang anak, serta hampir tidak akan pernah bisa dihindari adanya persaingan
antar saudara kandung atau yang sering disebut sebagai sibling rivalry. Menurut Reber & Reber
(2010) sibling rivalry merupakan sebuah istilah popular bagi interaksi yang sering kali agresif
dan suka menimbulkan pertengkaran di antara saudara-saudara kandung. Reaksi Sibling rivalry
dapat dilakukan dengan cara memukul, menggigit, menendang, mendorong, mencubit,
menghakimi, menyindir/mengejek, menertawakan, mengancam dan mengabaikan (Hurlock,
1999 ; Daly & Perez, 2009). Sibling rivalry pada kenyataannya tidak hanya dialami pada masa
kanak-kanak namun juga terjadi pada masa remaja yakni antara usia 13-15 tahun. Rentang usia
dimana anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) memasuki fase remaja awal. Pada masa ini
emosi remaja awal masih labil dan belum terkendali seperti marah, gembira atau kesedihannya
masih dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat (Nurihsan & Agustin, 2013).
Selain itu Hurlock (2007) mengungkapkan bahwa pada masa remaja merupakan fase penuh
konflik dan fase penuh penentangan, tidak terkecuali kepada saudara kandungnya.
Hasil survei oleh Roscoe, Goodwin & Kennedy (1987) menunjukkan bahwa siswa SMP
mengalami bentuk kekerasan dalam keluarga yaitu dengan saudara kandung, mereka
menemukan bahwa 88 % remaja laki-laki dan 94 % remaja perempuan melaporkan mereka
telah menjadi korban dari kekerasan dengan saudara mereka selama 1 tahun terakhir. Selain itu
berdasarkan hasil penelitian oleh mahasiswa psikologi di Unika Atma Jaya Jakarta yang
membahas mengenai konflik persaingan dalam keluarga suku Palembang, menunjukkan bahwa
konflik yang terjadi kepada keluarga suku Palembang yang memiliki 15 anak disebabkan oleh
pengasuhan orang tua kepada anak-anaknya, hubungan saudara kandung dipengaruhi oleh
suasana pertengkaran, saling mengejek, dan toleransi membuat konflik persaingan dalam
keluarga dan menimbulkan permusuhan. Dari hasil penelitian tersebut mengungkap suatu
pandangan bahwa sibling rivalry tidak hanya berhenti pada fase kanak-kanak namun hal itu
4
dapat berlanjut pada fase remaja, dan apabila masalah ini tidak diatasi maka akan berdampak
pada fase dewasa anak nantinya (Arif , 2013).
Menurut Palombo & Meyer (2014) studi menunjukkan bahwa perhatian orang tua menjadi
salah satu faktor yang paling penting dalam persaingan antar saudara. Ibu dan ayah dapat
memberikan kontribusi negatif bagi perkembangan anak-anak mereka melalui perlakuan yang
berbeda. Dalam satu studi perlakuan yang berbeda dan favoritisme yang dirasakan dikaitkan
dengan tingginya tingkat permusuhan di antara saudara kandung, dan banyak lagi perlakuan
orang tua dari salah satu orang tua tertentu menyebabkan lebih intensnya persaingan antar
saudara (Meunier, Roskam, Stievenart, Moortele, Browne, & Wade dalam Palombo & Meyer :
2014). Selain itu salah satu faktor penyebab terjadinya sibling rivalry menurut Hurlock (1999)
yaitu sikap orang tua, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara, pola asuh, pengaruh orang
luar dan urutan kelahiran dimana keluarga yang memiliki anak lebih dari satu, tentunya semua
anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut.
Sibling rivalry sering dianggap sebagai hal biasa yang tidak perlu dikhawatirkan, padahal
banyak menimbulkan dampak negatif yang akan mempengaruhi perkembangan anak
selanjutnya seperti menyebabkan perilaku agresif terutama kepada saudara maupun dengan
yang lain. Selain itu sibling rivalry juga memiliki dampak positif seperti anak mampu
memahami tindakan dan pikiran orang lain selama mereka konflik serta menciptakan kesadaran
dan kepedulian terhadap diri sendiri dan dalam hubungan sosial (Thompson, 2004).
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa sibling rivalry yang dilakukan pada masa
remaja awal terjadi dikarenakan pada fase ini remaja memiliki emosi yang labil dan belum
terkendali. Jarak usia yang saling berdekatan antar saudara juga dapat menimbulkan sibling
rivalry yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak usia yang lebih besar (Hurlock, 1999).
Pada fase ini remaja cenderung menghabiskan banyak waktu bersama teman sebayanya ketika
berada di luar rumah. Perilaku sibling rivalry ini akan mempengaruhi hubungan sosial remaja
ketika berada di luar rumah dengan teman sebayanya dalam bentuk agresi verbal seperti
berkomunikasi. Hal ini dikarenakan teman sebaya memiliki usia yang saling berdekatan sama
halnya dengan saudara kandung, sehingga remaja memiliki efektivitas komunikasi
Interpersonal yang rendah dengan teman sebayanya. Salah satu bentuk rendahnya efektivitas
komunikasi Interpersonal pada teman sebaya dapat ditunjukkan seperti tidak memiliki rasa
empati, tidak terbuka, tidak memiliki sikap mendukung, tidak memiliki sikap positif dan tidak
memiliki sifat kesetaraan (Devito, 2011). Oleh sebab itu diperlukan efektivitas komunikasi
Interpersonal yang baik, sehingga komunikasi antara kedua belah pihak berjalan dengan baik
dan pesan yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh sibling rivalry terhadap
efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui besarnya pengaruh sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal
pada teman sebaya. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini yaitu untuk memberikan
informasi dan pengetahuan kepada para remaja dan orang tua mengenai pengaruh sibling
rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Manfaat teoritis
penelitian ini adalah dapat menambah pembelajaran teori-teori psikologi, terutama psikologi
perkembangan dan sosial yang berkaitan dengan sibling rivalry dengan efektivitas komunikasi
Interpersonal pada teman sebaya.
5
Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Komunikasi menurut Rakhmat (2014) adalah usaha untuk membuat satuan sosial dari individu
dengan menggunakan bahasa atau tanda untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Pareek
(1991) komunikasi adalah pengiriman suatu pesan yang berorientasikan tujuan melalui suatu
medium atau media dari seseorang kepada orang lain yang menerima pesan tersebut.
Komunikasi merupakan tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima
pesan dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (Devito, 2011).
Komunikasi Interpersonal adalah pemberian pesan-pesan yang berorientasikan tujuan antara
dua orang atau lebih melalui suatu medium atau media (Pareek, 1991). Sedangkan menurut
Maulana & Gumelar (2013) komunikasi Interpersonal yaitu komunikasi antara komunikator
dengan komunikan, komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau
nonverbal sedangkan efektivitas merupakan kemampuan dalam mencapai tujuan yang pasti.
Jadi efektivitas komunikasi Interpersonal yaitu kemampuan individu dalam mengirimkan suatu
pesan melalui bahasa, tulisan maupun media kepada orang lain untuk mencapai tujuan serta
mendapatkan umpan balik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal menurut (Rakhmat,
2014):
a. Persepsi Interpersonal
Persepsi Interpersonal adalah persepsi tentang manusia, perilaku kita dalam komunikasi
Interpersonal tergantung pada persepsi Interpersonal.
b. Konsep diri
Dalam kenyataan tidak ada orang yang sepenuhnya berkonsep diri negatif atau positif
tetapi untuk efektivitas komunikasi Interpersonal sedapat mungkin kita memperoleh
banyak mungkin tanda-tanda konsep diri positif.
c. Atraksi Interpersonal
Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut sebagai atraksi
Interpersonal. Dengan mengetahui siapa tertarik dengan siapa atau siapa menghindari
siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi Interpersonal yang dapat terjadi.
d. Hubungan Interpersonal
Makin baik hubungan Interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan
dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga
makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara komunikan.
Karakteristik Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (2011) menguraikan bahwa tanda-tanda dari keefektifan komunikasi
Interpersonal atau antar pribadi apabila dilihat dari sudut pandang humanistik adalah sebagai
berikut :
a. Keterbukaan (openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antar pribadi
yaitu :
6
b.
c.
d.
e.
1. Adanya kesediaan komunikator untuk membuka diri kepada orang yang diajaknya
berinteraksi mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut.
2. Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.
3. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
dilontarkan adalah memang “milik” individu dan ia bertanggung jawab atasnya.
Empati (empathy)
Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lain itu melalui kacamata orang lain itu.
Sikap Mendukung (supportivenness)
Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap :
1. Deskriptif bukan evaluatif
Bila anda mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi
atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu, umumnya tidak merasakan sebagai
ancaman. Anda tidak ditantang dan tidak perlu membela diri. Di pihak lain
komunikasi yang bernada menilai seringkali membuat kita bersikap defensif.
2. Spontan bukan Strategik
Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam
mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama terus terang dan
terbuka. Sebaliknya bila kita merasa bahwa seseorang menyembunyikan
perasaannya yang sebenarnya bahwa dia mempunyai rencana dan strategi
tersembunyi kita bereaksi dengan defensif.
3. Provisional bukan sangat yakin
Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia
mendengar pandangan yang berlawanan.
Sikap Positif (positiveness)
Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi ada dua cara yaitu :
1. Menyatakan sifat positif
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dan komunikasi antarpribadi.
Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memilliki sikap positif terhadap
diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada
umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
2. Secara positif mendukung orang yang menjadi teman kita berinteraksi
Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking (dorongan).
Dorongan (stroking) dapat verbal dan non verbal. Dorongan positif umumnya
berbentuk pujian atau penghargaan. Sebaliknya dorongan negatif bersifat
menghukum dan menimbulkan kebencian.
Kesetaraan (equality)
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja, semua perilaku verbal dan
non verbal pihak lain.
7
SIBLING RIVALRY
Sibling rivalry merupakan perilaku antagonis atau permusuhan yang terjadi antarsaudara
kandung dan seringkali ditandai dengan perselisihan atau perkelahian dalam memperebutkan
waktu, perhatian, cinta dan kasih sayang orang tua yang diberikan pada masing-masing anaknya
(Boyle, 1999). Sedangkan menurut Reber & Reber (2010) sibling rivalry merupakan sebuah
istilah popular bagi interaksi yang sering kali agresif dan suka menimbulkan pertengkaran di
antara saudara-saudara kandung.
Jadi sibling rivalry yaitu perilaku antagonis yang ditandai dengan permusuhan atau perselisihan
antara saudara kandung dalam memperebutkan waktu, cinta, perhatian dan kasih sayang orang
tua, sehingga menimbulkan sebuah pertengkaran.
Faktor-Faktor Penyebab Sibling Rivalry
Menurut Hurlock (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sibling rivalry yaitu:
a. Sikap orang tua. Sikap orang tua yang tampak menyukai salah satu daripada yang lain
dapat menimbulkan perasaan bahwa orangtua pilih kasih dan hal itu membuat perasaan
benci terhadap saudara kandung.
b. Urutan kelahiran. Jika peran yang diberikan bukan peran yang dipilihnya sendiri maka
kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali dan dapat menyebabkan memburuknya
hubungan orang tua anak maupun hubungan antar saudara kandung.
c. Jenis kelamin. Anak perempuan dengan saudara perempuan akan terjadi iri hati yang
lebih besar daripada antara anak perempuan dengan saudara kandung laki-laki atau anak
laki-laki dengan saudara kandung laki-laki.
d. Perbedaan usia. Bila perbedaan usia antar saudara itu besar, baik jenis kelamin sama
ataupun berlainan, hubungan terjalin akan lebih ramah, dan saling mengasihi daripada
jika usia antar saudara kandung berdekatan.
e. Jumlah saudara. Jumlah saudara kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih
banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar.
f. Pola asuh. Hubungan antar saudara kandung tampak jauh lebih rukun dalam keluarga
yang menggunakan pola asuh otoriter dibandingkan dengan keluarga yang mengikuti
pola asuh permisif.
g. Pengaruh orang luar. Ada tiga faktor yang memberi pengaruh terhadap hubungan antar
saudara kandung, yaitu kehadiran orang diluar rumah, tekanan orang luar pada anggota
keluarga, dan perbandingan anak dengan saudara kandungnya oleh orang luar.
Menurut Boyle (1999) sibling rivalry sendiri dapat menimbulkan kompetisi antar saudara
kandung dalam sebuah keluarga yang memperebutkan dalam hal :
a. Waktu yaitu sebuah kebersamaan yang diluangkan oleh sesama individu
b. Perhatian yaitu aktifitas yang dilakukan oleh individu dengan kesadaran penuh dan
pemusatan tenaga psikis pada individu lain.
c. Cinta yaitu ungkapan atau gambaran perasaan yang terdalam kepada sesama individu.
d. Kasih sayang yaitu suatu sikap saling mengasihi antar sesama individu.
8
Situasi ini dapat dilihat jika dalam sebuah keluarga memiliki anak tunggal maka waktu,
perhatian, cinta dan kasih sayang orang tua hanya tertuju pada satu anak namun, jika dalam
keluarga memiliki anak dua atau lebih maka akan dibagi menjadi sejumlah anak yang dimiliki
keluarga tersebut.
Dampak Sibling Rivalry
Thompson (2004) sibling rivalry banyak menimbulkan dampak negatif yang akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya seperti menyebabkan perilaku agresif terutama
kepada saudara maupun dengan yang lain. Selain itu sibling rivalry juga memiliki dampak
positif seperti mampu memahami tindakan dan pikiran orang lain selama mereka konflik serta
menciptakan kesadaran dan kepedulian terhadap diri sendiri dan dalam hubungan sosial.
Hubungan antara Sibling Rivalry dengan Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada
Teman Sebaya
Dalam hal ini perilaku sibling rivalry yang terjadi pada remaja dapat mempengaruhi efektivitas
komunikasi Interpersonal dengan teman sebayanya. Ketika di dalam rumah seorang remaja
yang memiliki perilaku sibling rivalry cenderung akan berpengaruh pada komunikasi
Interpersonal dengan teman sebayanya ketika berada di luar rumahnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh (Criss & Shaw, dalam Lerner & Steinberg 2009) bahwa
remaja yang memiliki hubungan antar saudara kandung dengan konflik yang tinggi cenderung
lebih agresif terhadap teman sebayanya, dimana salah satu perilaku agresif dapat ditunjukkan
dalam bentuk verbal seperti dalam hal berkomunikasi
Hipotesis
“Ada pengaruh antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman
sebaya.”
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif prediktif, karena peneliti ingin mengetahui
apakah ada pengaruh antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada
teman sebaya.
9
Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang yang
berjumlah 250 orang. Sesuai dengan tabel Morgan subjek dalam penelitian ini sebesar 152 dan
dibulatkan menjadi 155 subjek dengan taraf kesalahan sebesar 5%. Sampel dalam penelitian ini
yaitu Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang kelas VII, VIII, X dan memiliki saudara
kandung. Pengambilan subjek menggunakan teknik quota sampling. Quota sampling dilakukan
dengan menetapkan terlebih dahulu jumlah individu yang akan diteliti dan sesuai dengan
karakteristik atau persyaratan yang ditetapkan sebelumnya, apabila jumlah sampel sudah sesuai
quota yang telah ditetapkan maka kegiatan penelitian segera dihentikan (Winarsunu, 2009).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas komunikasi Interpersonal karena
dipengaruhi oleh perilaku sibling rivalry. Efektivitas komunikasi Interpersonal yaitu respon
subjek dalam mengirimkan sebuah pesan yang disampaikan dalam bentuk bahasa, tulisan
maupun media dengan tujuan dan mendapatkan umpan balik. Sedangkan variabel bebas dari
penelitian ini yaitu sibling rivalry karena mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal
pada teman sebaya. Sibling rivalry yaitu respon subjek berupa perilaku antagonis antar saudara
kandung yang ditandai dengan permusuhan atau perselisihan dalam memperoleh perhatian
orang tua, sehingga akan menimbulkan pertengkaran diantara kedua belah pihak.
Metode pengumpulan data yang digunakan penelitian ini yaitu menggunakan skala Likert,
dimana akan disajikan daftar pernyataan tertulis yang telah disusun sebelumnya dan akan
responden jawab. Dalam penyusunannya skala likert ini berisikan poin yang menunjukkan
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Item pernyataan
terdiri dari item-item yang bersifat favourable, yaitu item yang mendukung terhadap indikator
variabel yang diungkap dan item-item yang bersifat unfavourable, yaitu item yang tidak
mendukung terhadap indikator variabel yang diungkap. Penelitian ini menggunakan dua macam
skala yaitu skala sibling rivalry dan efektivitas komunikasi Interpersonal. Skala sibling rivalry
disusun berdasarkan teori dari Boyle (1999) yang berjumlah 4 aspek yaitu : waktu, perhatian,
cinta dan kasih sayang orang tua. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 28
item. Untuk efektivitas komunikasi Interpersonal disusun berdasarkan teori dari Devito (2011)
yang berjumlah 5 aspek yaitu : keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan
kesetaraan. Skala diadaptasi dari skala efektivitas komunikasi Interpersonal yang disusun oleh
Prasetyawati (2005) yang berjumlah 40 item.
Berdasarkan hasil try out diperoleh bahwa uji validitas skala efektivitas komunikasi
Interpersonal menunjukkan dari 40 item yang diujicobakan terdapat 15 item gugur dan 25 item
valid, sehingga item yang valid dapat digunakan penelitian sebanyak 25 item dengan nilai
validitas -0,066 – 0,831. Sedangkan skala sibling rivalry dari 28 item yang diujicobakan
terdapat 12 item gugur dan 16 item valid, sehingga item yang valid dapat digunakan penelitian
sebanyak 16 item dengan nilai validitas -0,137 – 0,860. Adapun detail nilai validitas dapat
dilihat pada tabel 1.
10
Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Skala
Skala
Efektivitas
Komunikasi
Interpersonal
Skala Sibling Rivalry
Jumlah item yang
diujikan
40
Jumlah item yang
valid
25
Indeks validitas
28
16
-0,137 – 0,860
-0,066 – 0,831
Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Alat Ukur
Alpha
Keterangan
Skala
Efektivitas
Komunikasi Interpersonal
Skala Sibling Rivalry
0,915
0,934
Reliabel
Reliabel
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat nilai cronbach alpha diatas 0,06 dan
item-item dalam penelitian data dapat dikatakan valid jika memiliki korelasi item skor total ≥
0,3 (Azwar, 2013). Dengan demikian skala tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Secara umum penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki tiga prosedur yaitu sebagai
berikut:
Tahap persiapan diawali dengan menyusun proposal kemudian membuat instrumen penelitian
dan mempersiapkan pelaksanaan try out setelah instrumen penelitian berupa skala selesai
disusun dan diadaptasi oleh peneliti. Selanjutnya melaksanakan try out skala kepada 40 subjek
pada tanggal 08 dan 10 Desember 2015 untuk memperoleh validitas dan reliabilitas instrumen.
Pada tahap pelaksanaan diawali dengan pengambilan data kepada siswa-siswi di SMP
Muhammadiyah 06 DAU-Malang. Penyebaran skala dilakukan pada tanggal 16 dan 17
Desember 2015 kepada siswa-siswi di SMP Muhammadiyah 06 DAU-Malang sebanyak 155
subjek dimana satu subjek diberi dua skala sekaligus dan langsung diisi secara bersamaan yaitu
skala sibling rivalry sebanyak 16 item dan skala efektivitas komunikasi Interpersonal sebanyak
25 item, setelah itu dilakukan skoring hasil pengambilan data.
Tahap terakhir yaitu melakukan entry data untuk dianalisis. Kemudian melakukan analisa data
dengan perhitungan secara statistik program SPSS (Statistical Program for Social Science) for
Windows (SPSS 21.00) dengan teknik regresi linier sederhana, dimana teknik ini digunakan
untuk menentukan dasar ramalan dari distribusi data yang terdiri dari variabel (Y) dan variabel
prediktor (X) (Winarsunu, 2009).
11
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan pada Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 155 orang. Berikut tabel deskripsi subjek penelitian.
Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian
Variabel
Jenis Kelamin
Perempuan, Perempuan
Laki-laki, Laki-laki
Perempuan, Laki-laki
Laki-laki, Perempuan
Jumlah Saudara
1
2
3
Urutan Kelahiran
1
2
3
4
Pekerjaan Ayah
Swasta
Wiraswasta
Pekerjaan Ibu
Swasta
Wiraswasta
IRT
Pendidikan Ayah
SD
SMP
SMA
S1
S2
Pendidikan Ibu
SD
SMP
SMA
Frekuensi
Presentase (%)
41
41
37
36
155 subjek
26,5 %
26,5 %
23,9 %
23,2 %
100%
93
39
23
155 subjek
60 %
25,2 %
14,8 %
100%
65
52
27
11
155 subjek
41,9 %
33,5 %
17,4 %
7,1 %
100%
58
97
155 subjek
37,4 %
62,6 %
100%
18
36
101
155 subjek
11,6 %
23,2 %
65,2 %
100%
54
33
50
12
6
155 subjek
34,8 %
21,3 %
32,3 %
7,7 %
3,9 %
100%
51
40
49
32,9 %
25,8 %
31,6 %
12
S1
S2
13
2
8,4 %
1,3 %
155 subjek
100%
Tabel 4. Data Deskriptif Hasil Penelitian
Variabel
Frekuensi
Sibling Rivalry
32
Tinggi
85
Sedang
38
Rendah
155 subjek
Efektivitas Komunikasi
Interpersonal
Tinggi
45
66
Sedang
Rendah
44
155 subjek
Presentase (%)
20,6 %
54,8 %
24,5 %
100%
29,0 %
42,6 %
28,4 %
100%
Pada tabel 4 disajikan data deskriptif hasil penelitian yang mana pada variabel sibling rivalry
diperoleh data sebanyak 32 orang dengan persentase sebesar 20,6 % berada pada kategori
tinggi, sedangkan sebanyak 85 orang dengan persentase sebesar 54,8 % berada pada kategori
sedang dan sebanyak 38 orang dengan persentase sebesar 24,5 % berada pada kategori rendah.
Pada variabel efektivitas komunikasi Interpersonal diperoleh data sebanyak 45 orang dengan
persentase sebesar 29,0 % berada pada kategori tinggi, sedangkan sebanyak 66 orang dengan
persentase sebesar 42,6 % berada pada kategori sedang dan sebanyak 44 orang dengan
persentase sebesar 28,4 % berada pada kategori rendah.
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien R = 0,283, F = 13,317 dengan signifikansi atau p
= 0,000 (p
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA
SKRIPSI
Oleh :
Agnes Stefanny Gondo
201210230311388
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi
Oleh :
Agnes Stefanny Gondo
201210230311388
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Skripsi
: Pengaruh Sibling Rivalry terhadap Efektivitas Komunikasi
Interpersonal pada Teman Sebaya
2. Nama Peneliti
: Agnes Stefanny Gondo
3. NIM
: 201210230311388
4. Fakultas
: Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
6. Waktu Penelitian : 16 Desember 2015 – 20 Januari 2016
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 29 Januari 2016.
Dewan Penguji
Ketua
: Hudaniah, S.Psi, M.Si
Anggota Penguji
: 1. Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi
2. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si
3. Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A
Pembimbing I
Pembimbing II
Hudaniah, S.Psi, M.Si
Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi
Penguji I
Penguji II
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si
Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A
Malang Januari 2016
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Agnes Stefanny Gondo
NIM
: 201210230311388
Fakultas / Jurusan
: Psikologi / Psikologi
Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah MalangMenyatakan bahwa skripsi /
karya ilmiah yang berjudul :
Pengaruh Sibling Rivalry terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada Teman
Sebaya
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk
kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak
bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan Undang-undang yang
berlaku.
Malang, Januari 2016
Mengetahui
Ketua Program Studi
Yang Menyatakan,
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si
Agnes Stefanny Gondo
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Sibling Rivalry Terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada Teman Sebaya”,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Hudaniah, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Diana Savitri
Hidayati, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan hingga selesainya skripsi ini.
4. Para dosen dan staff TU Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan
pembelajaran serta proses pendewasaan.
5. Kepada kedua orang tua dan adik tercinta yang selalu memberikan dukungan, do’a
dan kasih sayangnya sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku Dilla, Disti, Lupita, Intan, dan Rika yang selalu memberikan
semangat, hiburan, cerita dan manfaat yang begitu luar biasa dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Sahabat dan orang terdekat Novia, Cita, Firly dan Rafi yang telah membantu selama
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
8. Aris dan Andreas yang selama ini membantu dalam memberikan masukan dan
nasihat dalam skripsi ini.
v
9. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2012 khususnya kelas G yang
memberikan semangat, dukungan serta berbagi ilmu dan saling melengkapi
kekurangan masing-masing.
10. Teman satu kos di Malang mbak Yenis yang selama ini memberikan bantuan selama
pengerjaan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan pada penulis dalam menyelesaiakan skripsi ini, dan semoga menjadi amal
ibadah yang diterima oleh Allah SWT.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, Januari 2016
Penulis
Agnes Stefanny Gondo
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
ABSTRAK............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 2
TINJAUAN TEORI................................................................................................. 5
METODE PENELITIAN
a.
b.
c.
d.
Rancangan Penelitian .................................................................................. 8
Subjek Penelitian ......................................................................................... 9
Variabel dan Instrumen Penelitian .............................................................. 9
Prosedur Penelitian .................................................................................... 10
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 11
DISKUSI ............................................................................................................... 13
SIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................................................ 16
REFERENSI .......................................................................................................... 17
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 1
Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ................................................................................. 10
TABEL 2
Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ............................................................................. 10
TABEL 3
Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................................................. 11
TABEL 4
Data Deskriptif Hasil Penelitian .......................................................................................... 12
TABEL 5
Analisis Regresi Linier Sederhana ...................................................................................... 13
viii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Blue Print Skala Sibling Rivalry dan Skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal ............ 19
LAMPIRAN 2
Skala Sibling Rivalry dan Skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal.............................. 20
LAMPIRAN 3
Validitas dan Reliabilitas ..................................................................................................... 25
LAMPIRAN 4
Uji Regresi Linier Sederhana .............................................................................................. 34
LAMPIRAN 5
Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................................................. 35
LAMPIRAN 6
Tabulasi ............................................................................................................................... 38
ix
PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA
Agnes Stefanny Gondo
Fakultas Psikologi, Univesitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
Manusia membutuhkan dan berusaha terbuka dalam menjalin sebuah komunikasi atau
hubungan dengan sesamanya. Efektivitas komunikasi Interpersonal atau berkomunikasi
merupakan keharusan bagi manusia tak terkecuali bagi seorang remaja kepada teman
sebayanya. Sibling rivalry merupakan perilaku antagonis atau permusuhan yang terjadi
antar saudara kandung. Perilaku ini sering menjadi pola hubungan sosial untuk
diterapkan dengan teman sebayanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman
sebaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif prediktif. Pengambilan data
menggunakan skala sibling rivalry dan skala efektivitas komunikasi Interpersonal.
Penelitian ini melibatkan 155 subjek SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang usia
remaja awal dengan teknik quota sampling dan menggunakan analisis regresi linier
sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif yang signifikan
antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal, dengan nilai R =
0,283; F = 13,317; p = 0,000, β = -0,240. Hal ini berarti semakin tinggi sibling rivalry
semakin rendah efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya dan
sebaliknya semakin rendah sibling rivalry maka semakin tinggi efektivitas komunikasi
Interpersonal pada teman sebaya.
Kata kunci : Sibling rivalry, efektivitas komunikasi Interpersonal, teman sebaya
Humans need and attempt to extroverted a communication or relation with others. The
effectiveness of Interpersonal communication (communicating) is a necessity for
human beings including a teenager with their peers. Sibling rivalry is kind of antagonist
behavior or hostility which occurs between siblings. This behavior frequently becomes
the pattern of social relation to applied among peers. This study was aimed to determine
the effect of sibling rivalry on effectiveness of Interpersonal communication in peer
friends. This study using predictive quantitative approach. Sibling rivalry scale and
effectiveness of Interpersonal communication scale were used in collecting the data.
This research involved 155 subjects at SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang with
early adolescence ages by using quote sampling and simple linear regression
technique. The results showed that there was significant negative effect between sibling
rivalry on effectiveness Interpersonal communication, with a value of R = 0,283; F =
13,317; p = 0,000, β = -0,240. It means that the higher the sibling rivalry, the lower
the effectiveness of Interpersonal communication in peer friends. Conversely, the lower
sibling rivalry, the higher the effectiveness of Interpersonal communication in peer
friends.
Keywords: sibling rivalry, the effectiveness of Interpersonal communication, peer
friends.
1
2
Komunikasi antar pribadi atau secara ringkas disebut sebagai berkomunikasi merupakan
keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta
menjalin sebuah komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah
kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat berkomunikasi dengan
sesamanya. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menjadi terampil dalam berkomunikasi
(Supratiknya, 1995). Dengan berkomunikasi seseorang dapat membina hubungan baik dengan
orang lain di sekitarnya. Menurut Lake (1986) hubungan yang baik tergantung pada komunikasi
yang baik. Hubungan baik disini merupakan hubungan yang membuat kedua belah pihak saling
berbagi persoalan yang terjadi dalam kehidupan, dengan melakukan komunikasi orang mampu
mengalami, memahami serta menanggapi hal-hal yang dirasakan oleh orang lain dan manfaat
seperti itulah yang sangat diperlukan oleh remaja dalam berkomunikasi dengan teman
sebayanya.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Papalia (Ling & Dariyo, 2002) mengungkapkan bahwa
remaja lebih banyak bergaul dan menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya.
Selain itu, teman-teman sebaya merupakan faktor penting yang membantu remaja mengatasi
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pengaruh dari teman sebaya ini dapat berupa
hal positif maupun negatif (Rubin, Bukowski, & Parker, dalam King 2013). Salah satu aspek
kunci dalam memiliki hubungan teman sebaya yang positif yaitu dengan memiliki salah satu
atau lebih sahabat karib, sedangkan beberapa teman sebaya dan sahabat dapat memberikan
pengaruh negatif kepada perkembangan remaja, pada awal masa remaja (13-16 tahun)
merupakan tingkat keterlibatan teman sebaya yang lebih tinggi (Nation & Heflinger, dalam
King 2013). Selain itu pada usia remaja ini seringkali membangun interaksi dengan teman
sebayanya dalam bentuk geng, interaksi pertemanan ini seringkali menimbulkan sebuah
konflik, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja tersebut (Firmanto, 2013).
Remaja membutuhkan rasa diterima di lingkungan teman sebayanya, seperti yang dijelaskan
oleh Mappiare (1982) bahwa pada periode perkembangannya ini remaja sangat takut dikucilkan
oleh teman sebayanya, hal inilah yang menyebabkan remaja sangat intim dan bersikap perasaan
terikat dengan teman sebayanya.
Hasil penelitian dari Rusda (1991) menyebutkan bahwa remaja yang mampu diajak berbicara
atau berdiskusi tentang berbagai hal, terbuka dan cocok sebagai tempat curahan hati,
menduduki urutan kedua untuk alasan dipilihnya remaja tersebut menjadi teman bergaul yang
menyenangkan di sekolah, dengan prosentase pemilih sebesar 10,87%, sehingga kemampuan
remaja dalam berkomunikasi secara efektif dengan teman sebaya merupakan salah satu faktor
penting yang turut menentukan diterimanya remaja tersebut di kelompok teman sebayanya.
Berdasarkan hasil fenomena di salah satu sekolah Banjarnegara diperoleh informasi ada
beberapa anak yang kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman sebaya seperti ketika di
dalam kelas siswa malu untuk bertanya saat ia tidak tahu, hal ini menunjukkan siswa tidak dapat
terbuka. Tingkat empati siswa juga masih rendah, siswa tidak membantu ketika ada teman yang
membutuhkan bantuan. Siswa tidak mau mendengarkan ketika teman sedang berbicara didalam
kelas, hal ini menunjukkan siswa belum mampu memberikan dorongan/dukungan saat teman
berkomunikasi. Siswa menganggap teman yang tinggal kelas dianggap sebagai anak yang
bodoh, sikap ini menunjukkan siswa belum dapat berpikir positif kepada teman dan terdapat
kelompok geng yang membuat siswa cenderung hanya bermain dengan teman gengnya,
sehingga komunikasi dengan teman lainnya berkurang dan belum memahami apa itu kesamaan
dalam berteman (Sulistinganah, 2013). Oleh karena itu efektivitas dalam berkomunikasi sangat
diperlukan remaja agar pesan yang ingin disampaikan oleh remaja tersebut tidak disalahartikan
3
oleh pasangan komunikasinya, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman diantara kedua
belah pihak yang dapat memicu timbulnya perselisihan. Dimana perselisihan yang mungkin
terjadi justru akan merenggangkan dan memperburuk hubungan remaja tersebut dengan teman
sebayanya (Lake, 1986). Rendahnya efektivitas komunikasi yang terjadi pada remaja dengan
teman sebayanya ini diduga disebabkan karena adanya perilaku sibling rivalry ketika di rumah.
Beberapa penelitian menemukan bahwa dimensi hubungan antar saudara kandung berpengaruh
terhadap perilaku antisosial dalam hubungan dengan teman sebaya. Remaja yang memiliki
hubungan antar saudara kandung dengan konflik yang tinggi cenderung lebih agresif terhadap
teman sebayanya, dimana salah satu perilaku agresif dapat ditunjukkan dalam bentuk verbal
seperti dalam hal berkomunikasi (Criss & Shaw, dalam Lerner & Steinberg 2009). Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Hurlock (1999) bahwa aspek yang paling serius dari perselisihan saudara
adalah hubungan buruk ini sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak keluar
rumah untuk diterapkan dalam hubungannya dengan teman sebaya.
Menurut Bee & Boyd (Rahmawati, 2013) menyampaikan bahwa ketika orang tua memutuskan
memiliki lebih dari satu anak, maka akan ada kehadiran sibling dalam kehidupan anak pertama.
Sibling dalam konsep psikologi diartikan sebagai saudara laki-laki atau perempuan yang tinggal
bersama dalam satu pengasuhan orang tua yang sama. Secara umum kehadiran sibling baru
umumnya terjadi ketika seorang ibu melahirkan adik baru bagi kakak. Tentunya kehadiran adik
baru bagi seorang kakak biasanya disambut dengan perasaan senang oleh kakak karena
dianggap sebagai teman atau mainan baru, namun seiring berjalannya waktu seringkali kakak
merasa bosan dan adik tidak lagi di anggap sebagai mainan yang menyenangkan.
Kehadiran seorang adik atau saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial
dan emosional seorang anak, serta hampir tidak akan pernah bisa dihindari adanya persaingan
antar saudara kandung atau yang sering disebut sebagai sibling rivalry. Menurut Reber & Reber
(2010) sibling rivalry merupakan sebuah istilah popular bagi interaksi yang sering kali agresif
dan suka menimbulkan pertengkaran di antara saudara-saudara kandung. Reaksi Sibling rivalry
dapat dilakukan dengan cara memukul, menggigit, menendang, mendorong, mencubit,
menghakimi, menyindir/mengejek, menertawakan, mengancam dan mengabaikan (Hurlock,
1999 ; Daly & Perez, 2009). Sibling rivalry pada kenyataannya tidak hanya dialami pada masa
kanak-kanak namun juga terjadi pada masa remaja yakni antara usia 13-15 tahun. Rentang usia
dimana anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) memasuki fase remaja awal. Pada masa ini
emosi remaja awal masih labil dan belum terkendali seperti marah, gembira atau kesedihannya
masih dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat (Nurihsan & Agustin, 2013).
Selain itu Hurlock (2007) mengungkapkan bahwa pada masa remaja merupakan fase penuh
konflik dan fase penuh penentangan, tidak terkecuali kepada saudara kandungnya.
Hasil survei oleh Roscoe, Goodwin & Kennedy (1987) menunjukkan bahwa siswa SMP
mengalami bentuk kekerasan dalam keluarga yaitu dengan saudara kandung, mereka
menemukan bahwa 88 % remaja laki-laki dan 94 % remaja perempuan melaporkan mereka
telah menjadi korban dari kekerasan dengan saudara mereka selama 1 tahun terakhir. Selain itu
berdasarkan hasil penelitian oleh mahasiswa psikologi di Unika Atma Jaya Jakarta yang
membahas mengenai konflik persaingan dalam keluarga suku Palembang, menunjukkan bahwa
konflik yang terjadi kepada keluarga suku Palembang yang memiliki 15 anak disebabkan oleh
pengasuhan orang tua kepada anak-anaknya, hubungan saudara kandung dipengaruhi oleh
suasana pertengkaran, saling mengejek, dan toleransi membuat konflik persaingan dalam
keluarga dan menimbulkan permusuhan. Dari hasil penelitian tersebut mengungkap suatu
pandangan bahwa sibling rivalry tidak hanya berhenti pada fase kanak-kanak namun hal itu
4
dapat berlanjut pada fase remaja, dan apabila masalah ini tidak diatasi maka akan berdampak
pada fase dewasa anak nantinya (Arif , 2013).
Menurut Palombo & Meyer (2014) studi menunjukkan bahwa perhatian orang tua menjadi
salah satu faktor yang paling penting dalam persaingan antar saudara. Ibu dan ayah dapat
memberikan kontribusi negatif bagi perkembangan anak-anak mereka melalui perlakuan yang
berbeda. Dalam satu studi perlakuan yang berbeda dan favoritisme yang dirasakan dikaitkan
dengan tingginya tingkat permusuhan di antara saudara kandung, dan banyak lagi perlakuan
orang tua dari salah satu orang tua tertentu menyebabkan lebih intensnya persaingan antar
saudara (Meunier, Roskam, Stievenart, Moortele, Browne, & Wade dalam Palombo & Meyer :
2014). Selain itu salah satu faktor penyebab terjadinya sibling rivalry menurut Hurlock (1999)
yaitu sikap orang tua, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara, pola asuh, pengaruh orang
luar dan urutan kelahiran dimana keluarga yang memiliki anak lebih dari satu, tentunya semua
anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut.
Sibling rivalry sering dianggap sebagai hal biasa yang tidak perlu dikhawatirkan, padahal
banyak menimbulkan dampak negatif yang akan mempengaruhi perkembangan anak
selanjutnya seperti menyebabkan perilaku agresif terutama kepada saudara maupun dengan
yang lain. Selain itu sibling rivalry juga memiliki dampak positif seperti anak mampu
memahami tindakan dan pikiran orang lain selama mereka konflik serta menciptakan kesadaran
dan kepedulian terhadap diri sendiri dan dalam hubungan sosial (Thompson, 2004).
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa sibling rivalry yang dilakukan pada masa
remaja awal terjadi dikarenakan pada fase ini remaja memiliki emosi yang labil dan belum
terkendali. Jarak usia yang saling berdekatan antar saudara juga dapat menimbulkan sibling
rivalry yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak usia yang lebih besar (Hurlock, 1999).
Pada fase ini remaja cenderung menghabiskan banyak waktu bersama teman sebayanya ketika
berada di luar rumah. Perilaku sibling rivalry ini akan mempengaruhi hubungan sosial remaja
ketika berada di luar rumah dengan teman sebayanya dalam bentuk agresi verbal seperti
berkomunikasi. Hal ini dikarenakan teman sebaya memiliki usia yang saling berdekatan sama
halnya dengan saudara kandung, sehingga remaja memiliki efektivitas komunikasi
Interpersonal yang rendah dengan teman sebayanya. Salah satu bentuk rendahnya efektivitas
komunikasi Interpersonal pada teman sebaya dapat ditunjukkan seperti tidak memiliki rasa
empati, tidak terbuka, tidak memiliki sikap mendukung, tidak memiliki sikap positif dan tidak
memiliki sifat kesetaraan (Devito, 2011). Oleh sebab itu diperlukan efektivitas komunikasi
Interpersonal yang baik, sehingga komunikasi antara kedua belah pihak berjalan dengan baik
dan pesan yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh sibling rivalry terhadap
efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui besarnya pengaruh sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal
pada teman sebaya. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini yaitu untuk memberikan
informasi dan pengetahuan kepada para remaja dan orang tua mengenai pengaruh sibling
rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Manfaat teoritis
penelitian ini adalah dapat menambah pembelajaran teori-teori psikologi, terutama psikologi
perkembangan dan sosial yang berkaitan dengan sibling rivalry dengan efektivitas komunikasi
Interpersonal pada teman sebaya.
5
Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Komunikasi menurut Rakhmat (2014) adalah usaha untuk membuat satuan sosial dari individu
dengan menggunakan bahasa atau tanda untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Pareek
(1991) komunikasi adalah pengiriman suatu pesan yang berorientasikan tujuan melalui suatu
medium atau media dari seseorang kepada orang lain yang menerima pesan tersebut.
Komunikasi merupakan tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima
pesan dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (Devito, 2011).
Komunikasi Interpersonal adalah pemberian pesan-pesan yang berorientasikan tujuan antara
dua orang atau lebih melalui suatu medium atau media (Pareek, 1991). Sedangkan menurut
Maulana & Gumelar (2013) komunikasi Interpersonal yaitu komunikasi antara komunikator
dengan komunikan, komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau
nonverbal sedangkan efektivitas merupakan kemampuan dalam mencapai tujuan yang pasti.
Jadi efektivitas komunikasi Interpersonal yaitu kemampuan individu dalam mengirimkan suatu
pesan melalui bahasa, tulisan maupun media kepada orang lain untuk mencapai tujuan serta
mendapatkan umpan balik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal menurut (Rakhmat,
2014):
a. Persepsi Interpersonal
Persepsi Interpersonal adalah persepsi tentang manusia, perilaku kita dalam komunikasi
Interpersonal tergantung pada persepsi Interpersonal.
b. Konsep diri
Dalam kenyataan tidak ada orang yang sepenuhnya berkonsep diri negatif atau positif
tetapi untuk efektivitas komunikasi Interpersonal sedapat mungkin kita memperoleh
banyak mungkin tanda-tanda konsep diri positif.
c. Atraksi Interpersonal
Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut sebagai atraksi
Interpersonal. Dengan mengetahui siapa tertarik dengan siapa atau siapa menghindari
siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi Interpersonal yang dapat terjadi.
d. Hubungan Interpersonal
Makin baik hubungan Interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan
dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga
makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara komunikan.
Karakteristik Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (2011) menguraikan bahwa tanda-tanda dari keefektifan komunikasi
Interpersonal atau antar pribadi apabila dilihat dari sudut pandang humanistik adalah sebagai
berikut :
a. Keterbukaan (openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antar pribadi
yaitu :
6
b.
c.
d.
e.
1. Adanya kesediaan komunikator untuk membuka diri kepada orang yang diajaknya
berinteraksi mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut.
2. Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.
3. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
dilontarkan adalah memang “milik” individu dan ia bertanggung jawab atasnya.
Empati (empathy)
Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lain itu melalui kacamata orang lain itu.
Sikap Mendukung (supportivenness)
Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap :
1. Deskriptif bukan evaluatif
Bila anda mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi
atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu, umumnya tidak merasakan sebagai
ancaman. Anda tidak ditantang dan tidak perlu membela diri. Di pihak lain
komunikasi yang bernada menilai seringkali membuat kita bersikap defensif.
2. Spontan bukan Strategik
Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam
mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama terus terang dan
terbuka. Sebaliknya bila kita merasa bahwa seseorang menyembunyikan
perasaannya yang sebenarnya bahwa dia mempunyai rencana dan strategi
tersembunyi kita bereaksi dengan defensif.
3. Provisional bukan sangat yakin
Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia
mendengar pandangan yang berlawanan.
Sikap Positif (positiveness)
Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi ada dua cara yaitu :
1. Menyatakan sifat positif
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dan komunikasi antarpribadi.
Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memilliki sikap positif terhadap
diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada
umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
2. Secara positif mendukung orang yang menjadi teman kita berinteraksi
Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking (dorongan).
Dorongan (stroking) dapat verbal dan non verbal. Dorongan positif umumnya
berbentuk pujian atau penghargaan. Sebaliknya dorongan negatif bersifat
menghukum dan menimbulkan kebencian.
Kesetaraan (equality)
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja, semua perilaku verbal dan
non verbal pihak lain.
7
SIBLING RIVALRY
Sibling rivalry merupakan perilaku antagonis atau permusuhan yang terjadi antarsaudara
kandung dan seringkali ditandai dengan perselisihan atau perkelahian dalam memperebutkan
waktu, perhatian, cinta dan kasih sayang orang tua yang diberikan pada masing-masing anaknya
(Boyle, 1999). Sedangkan menurut Reber & Reber (2010) sibling rivalry merupakan sebuah
istilah popular bagi interaksi yang sering kali agresif dan suka menimbulkan pertengkaran di
antara saudara-saudara kandung.
Jadi sibling rivalry yaitu perilaku antagonis yang ditandai dengan permusuhan atau perselisihan
antara saudara kandung dalam memperebutkan waktu, cinta, perhatian dan kasih sayang orang
tua, sehingga menimbulkan sebuah pertengkaran.
Faktor-Faktor Penyebab Sibling Rivalry
Menurut Hurlock (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sibling rivalry yaitu:
a. Sikap orang tua. Sikap orang tua yang tampak menyukai salah satu daripada yang lain
dapat menimbulkan perasaan bahwa orangtua pilih kasih dan hal itu membuat perasaan
benci terhadap saudara kandung.
b. Urutan kelahiran. Jika peran yang diberikan bukan peran yang dipilihnya sendiri maka
kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali dan dapat menyebabkan memburuknya
hubungan orang tua anak maupun hubungan antar saudara kandung.
c. Jenis kelamin. Anak perempuan dengan saudara perempuan akan terjadi iri hati yang
lebih besar daripada antara anak perempuan dengan saudara kandung laki-laki atau anak
laki-laki dengan saudara kandung laki-laki.
d. Perbedaan usia. Bila perbedaan usia antar saudara itu besar, baik jenis kelamin sama
ataupun berlainan, hubungan terjalin akan lebih ramah, dan saling mengasihi daripada
jika usia antar saudara kandung berdekatan.
e. Jumlah saudara. Jumlah saudara kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih
banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar.
f. Pola asuh. Hubungan antar saudara kandung tampak jauh lebih rukun dalam keluarga
yang menggunakan pola asuh otoriter dibandingkan dengan keluarga yang mengikuti
pola asuh permisif.
g. Pengaruh orang luar. Ada tiga faktor yang memberi pengaruh terhadap hubungan antar
saudara kandung, yaitu kehadiran orang diluar rumah, tekanan orang luar pada anggota
keluarga, dan perbandingan anak dengan saudara kandungnya oleh orang luar.
Menurut Boyle (1999) sibling rivalry sendiri dapat menimbulkan kompetisi antar saudara
kandung dalam sebuah keluarga yang memperebutkan dalam hal :
a. Waktu yaitu sebuah kebersamaan yang diluangkan oleh sesama individu
b. Perhatian yaitu aktifitas yang dilakukan oleh individu dengan kesadaran penuh dan
pemusatan tenaga psikis pada individu lain.
c. Cinta yaitu ungkapan atau gambaran perasaan yang terdalam kepada sesama individu.
d. Kasih sayang yaitu suatu sikap saling mengasihi antar sesama individu.
8
Situasi ini dapat dilihat jika dalam sebuah keluarga memiliki anak tunggal maka waktu,
perhatian, cinta dan kasih sayang orang tua hanya tertuju pada satu anak namun, jika dalam
keluarga memiliki anak dua atau lebih maka akan dibagi menjadi sejumlah anak yang dimiliki
keluarga tersebut.
Dampak Sibling Rivalry
Thompson (2004) sibling rivalry banyak menimbulkan dampak negatif yang akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya seperti menyebabkan perilaku agresif terutama
kepada saudara maupun dengan yang lain. Selain itu sibling rivalry juga memiliki dampak
positif seperti mampu memahami tindakan dan pikiran orang lain selama mereka konflik serta
menciptakan kesadaran dan kepedulian terhadap diri sendiri dan dalam hubungan sosial.
Hubungan antara Sibling Rivalry dengan Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada
Teman Sebaya
Dalam hal ini perilaku sibling rivalry yang terjadi pada remaja dapat mempengaruhi efektivitas
komunikasi Interpersonal dengan teman sebayanya. Ketika di dalam rumah seorang remaja
yang memiliki perilaku sibling rivalry cenderung akan berpengaruh pada komunikasi
Interpersonal dengan teman sebayanya ketika berada di luar rumahnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh (Criss & Shaw, dalam Lerner & Steinberg 2009) bahwa
remaja yang memiliki hubungan antar saudara kandung dengan konflik yang tinggi cenderung
lebih agresif terhadap teman sebayanya, dimana salah satu perilaku agresif dapat ditunjukkan
dalam bentuk verbal seperti dalam hal berkomunikasi
Hipotesis
“Ada pengaruh antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman
sebaya.”
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif prediktif, karena peneliti ingin mengetahui
apakah ada pengaruh antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada
teman sebaya.
9
Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang yang
berjumlah 250 orang. Sesuai dengan tabel Morgan subjek dalam penelitian ini sebesar 152 dan
dibulatkan menjadi 155 subjek dengan taraf kesalahan sebesar 5%. Sampel dalam penelitian ini
yaitu Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang kelas VII, VIII, X dan memiliki saudara
kandung. Pengambilan subjek menggunakan teknik quota sampling. Quota sampling dilakukan
dengan menetapkan terlebih dahulu jumlah individu yang akan diteliti dan sesuai dengan
karakteristik atau persyaratan yang ditetapkan sebelumnya, apabila jumlah sampel sudah sesuai
quota yang telah ditetapkan maka kegiatan penelitian segera dihentikan (Winarsunu, 2009).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas komunikasi Interpersonal karena
dipengaruhi oleh perilaku sibling rivalry. Efektivitas komunikasi Interpersonal yaitu respon
subjek dalam mengirimkan sebuah pesan yang disampaikan dalam bentuk bahasa, tulisan
maupun media dengan tujuan dan mendapatkan umpan balik. Sedangkan variabel bebas dari
penelitian ini yaitu sibling rivalry karena mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal
pada teman sebaya. Sibling rivalry yaitu respon subjek berupa perilaku antagonis antar saudara
kandung yang ditandai dengan permusuhan atau perselisihan dalam memperoleh perhatian
orang tua, sehingga akan menimbulkan pertengkaran diantara kedua belah pihak.
Metode pengumpulan data yang digunakan penelitian ini yaitu menggunakan skala Likert,
dimana akan disajikan daftar pernyataan tertulis yang telah disusun sebelumnya dan akan
responden jawab. Dalam penyusunannya skala likert ini berisikan poin yang menunjukkan
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Item pernyataan
terdiri dari item-item yang bersifat favourable, yaitu item yang mendukung terhadap indikator
variabel yang diungkap dan item-item yang bersifat unfavourable, yaitu item yang tidak
mendukung terhadap indikator variabel yang diungkap. Penelitian ini menggunakan dua macam
skala yaitu skala sibling rivalry dan efektivitas komunikasi Interpersonal. Skala sibling rivalry
disusun berdasarkan teori dari Boyle (1999) yang berjumlah 4 aspek yaitu : waktu, perhatian,
cinta dan kasih sayang orang tua. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 28
item. Untuk efektivitas komunikasi Interpersonal disusun berdasarkan teori dari Devito (2011)
yang berjumlah 5 aspek yaitu : keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan
kesetaraan. Skala diadaptasi dari skala efektivitas komunikasi Interpersonal yang disusun oleh
Prasetyawati (2005) yang berjumlah 40 item.
Berdasarkan hasil try out diperoleh bahwa uji validitas skala efektivitas komunikasi
Interpersonal menunjukkan dari 40 item yang diujicobakan terdapat 15 item gugur dan 25 item
valid, sehingga item yang valid dapat digunakan penelitian sebanyak 25 item dengan nilai
validitas -0,066 – 0,831. Sedangkan skala sibling rivalry dari 28 item yang diujicobakan
terdapat 12 item gugur dan 16 item valid, sehingga item yang valid dapat digunakan penelitian
sebanyak 16 item dengan nilai validitas -0,137 – 0,860. Adapun detail nilai validitas dapat
dilihat pada tabel 1.
10
Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Skala
Skala
Efektivitas
Komunikasi
Interpersonal
Skala Sibling Rivalry
Jumlah item yang
diujikan
40
Jumlah item yang
valid
25
Indeks validitas
28
16
-0,137 – 0,860
-0,066 – 0,831
Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Alat Ukur
Alpha
Keterangan
Skala
Efektivitas
Komunikasi Interpersonal
Skala Sibling Rivalry
0,915
0,934
Reliabel
Reliabel
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat nilai cronbach alpha diatas 0,06 dan
item-item dalam penelitian data dapat dikatakan valid jika memiliki korelasi item skor total ≥
0,3 (Azwar, 2013). Dengan demikian skala tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Secara umum penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki tiga prosedur yaitu sebagai
berikut:
Tahap persiapan diawali dengan menyusun proposal kemudian membuat instrumen penelitian
dan mempersiapkan pelaksanaan try out setelah instrumen penelitian berupa skala selesai
disusun dan diadaptasi oleh peneliti. Selanjutnya melaksanakan try out skala kepada 40 subjek
pada tanggal 08 dan 10 Desember 2015 untuk memperoleh validitas dan reliabilitas instrumen.
Pada tahap pelaksanaan diawali dengan pengambilan data kepada siswa-siswi di SMP
Muhammadiyah 06 DAU-Malang. Penyebaran skala dilakukan pada tanggal 16 dan 17
Desember 2015 kepada siswa-siswi di SMP Muhammadiyah 06 DAU-Malang sebanyak 155
subjek dimana satu subjek diberi dua skala sekaligus dan langsung diisi secara bersamaan yaitu
skala sibling rivalry sebanyak 16 item dan skala efektivitas komunikasi Interpersonal sebanyak
25 item, setelah itu dilakukan skoring hasil pengambilan data.
Tahap terakhir yaitu melakukan entry data untuk dianalisis. Kemudian melakukan analisa data
dengan perhitungan secara statistik program SPSS (Statistical Program for Social Science) for
Windows (SPSS 21.00) dengan teknik regresi linier sederhana, dimana teknik ini digunakan
untuk menentukan dasar ramalan dari distribusi data yang terdiri dari variabel (Y) dan variabel
prediktor (X) (Winarsunu, 2009).
11
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan pada Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 155 orang. Berikut tabel deskripsi subjek penelitian.
Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian
Variabel
Jenis Kelamin
Perempuan, Perempuan
Laki-laki, Laki-laki
Perempuan, Laki-laki
Laki-laki, Perempuan
Jumlah Saudara
1
2
3
Urutan Kelahiran
1
2
3
4
Pekerjaan Ayah
Swasta
Wiraswasta
Pekerjaan Ibu
Swasta
Wiraswasta
IRT
Pendidikan Ayah
SD
SMP
SMA
S1
S2
Pendidikan Ibu
SD
SMP
SMA
Frekuensi
Presentase (%)
41
41
37
36
155 subjek
26,5 %
26,5 %
23,9 %
23,2 %
100%
93
39
23
155 subjek
60 %
25,2 %
14,8 %
100%
65
52
27
11
155 subjek
41,9 %
33,5 %
17,4 %
7,1 %
100%
58
97
155 subjek
37,4 %
62,6 %
100%
18
36
101
155 subjek
11,6 %
23,2 %
65,2 %
100%
54
33
50
12
6
155 subjek
34,8 %
21,3 %
32,3 %
7,7 %
3,9 %
100%
51
40
49
32,9 %
25,8 %
31,6 %
12
S1
S2
13
2
8,4 %
1,3 %
155 subjek
100%
Tabel 4. Data Deskriptif Hasil Penelitian
Variabel
Frekuensi
Sibling Rivalry
32
Tinggi
85
Sedang
38
Rendah
155 subjek
Efektivitas Komunikasi
Interpersonal
Tinggi
45
66
Sedang
Rendah
44
155 subjek
Presentase (%)
20,6 %
54,8 %
24,5 %
100%
29,0 %
42,6 %
28,4 %
100%
Pada tabel 4 disajikan data deskriptif hasil penelitian yang mana pada variabel sibling rivalry
diperoleh data sebanyak 32 orang dengan persentase sebesar 20,6 % berada pada kategori
tinggi, sedangkan sebanyak 85 orang dengan persentase sebesar 54,8 % berada pada kategori
sedang dan sebanyak 38 orang dengan persentase sebesar 24,5 % berada pada kategori rendah.
Pada variabel efektivitas komunikasi Interpersonal diperoleh data sebanyak 45 orang dengan
persentase sebesar 29,0 % berada pada kategori tinggi, sedangkan sebanyak 66 orang dengan
persentase sebesar 42,6 % berada pada kategori sedang dan sebanyak 44 orang dengan
persentase sebesar 28,4 % berada pada kategori rendah.
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien R = 0,283, F = 13,317 dengan signifikansi atau p
= 0,000 (p