PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PAKAIAN BEKAS DARI LUAR NEGERI (Studi Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya)

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Letak geografis Negara Republik Indonesia yang terdiri dari wilayah
permukaan bumi meliputi dari 17.504 pulau besar dan pulau kecil, 6000
pulau tidak berpenghuni yang terbentang sepanjang 3.977 mil, terletak di
antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, dan jika semua daratannya
dijadikan satu maka luas negara Indonesia seluas 1,9 juta mil.1
Oleh karena itu, Indonesia disebut juga sebagai negara kepulauan yang
lautnya berbatasan langsung dengan negara tetangga, sehingga diperlukan
pengawasan pengangkutan barang yang diangkut melalui laut di daerah
pabean untuk menghindari penyelundupan dengan modus pengangkutan antar
pulau, khususnya barang-barang tertentu.2
Ditambah lagi dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak
dimana jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa menurut data
resmi sensus penduduk tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), sementara menurut data dari Departemen Dalam Negeri
menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia terhitung sejak akhir tahun 2010
mencapai 259.940.857 jiwa. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan
127.700.802 perempuan. Metode yang digunakan kedua lembaga ini
untuk mencatat jumlah penduduk Indonesia berbeda, karena Badan Pusat


1

Anonim. Wikipedia Indonesia .http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 27 Januari 2015.
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
2

1

Statistik menggunakan metode sensus, sedangkan Departemen Dalam Negeri
menggunakan data kependudukan seperti KTP dan Kartu Keluarga.3
Menurut data pertumbuhan penduduk Indonesia yang dikeluarkan oleh
Bank Dunia, yakni 1.21% per tahun, maka jumlah penduduk Indonesia tahun
2015 ini akan menjadi 252.370.792 jiwa. Apabila pertumbuhan penduduk
seperti ini terus berlanjut, maka pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia
akan menembus angka 300 juta jiwa. Sekarang saja, menurut data resmi
Pemerintah, jumlah penduduk miskin mencapai lebih dari 28 juta jiwa. Hal
ini belum termasuk rakyat yang hampir miskin, bisa jauh lebih banyak lagi
jumlahnya.

Ini tentunya menjadi suatu tantangan yang sangat berat dimasa depan
jika tidak segera dikendalikan maka diperkirakan jumlah penduduk Indonesia
bisa mencapai 300 juta jiwa pada tahun 2025. Jika sumber daya manusianya
tidak ditingkatkan bisa menjadi beban yang menghambat pertumbuhan
ekonomi. Masalah lahan, pangan, energi dan ketersediaan lapangan pekerjaan
merupakan masalah yang harus ditanggung pemerintah.
Sekitar 50.000 kapal laut per tahun melintas di Selat Malaka wilayah
Republik Indonesia yang melakukan seperempat perdagangan dunia atau
melintasi Daerah Pabean Negara Republik Indonesia. 4 Sementara itu yang
dimaksud dengan Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-

3

Jumlah Penduduk Indonesia. http://www.ariwahyudi.com. Diakses tanggal 27 Januari

2015
4

Pengamanan Selat Malaka dari Aksi Teror. http://www.suarakaryaonline.com.Diakses

tanggal 27 Januari 2015.

2

tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landasan kontinen yang di
dalamnya berlaku Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang
Kepabeanan.5
Tindak pidana penyelundupan menjadi masalah yang serius dalam
pelaksanaan perekonomian negara, hal ini disebabkan karena apabila
penyelundupan semakin meningkat dengan berbagai bentuk baik secara fisik,
maupun secara administratif, akan menyebabkan semakin banyak uang
negara yang tidak terpungut sehingga akan menghambat baik itu target yang
ditetapkan negara melalui pungutan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC) yang setiap tahunnya di harapkan meningkat.
Sementara itu yang dimaksud dengan penyelundupan fisik adalah tidak
mempergunakan dokumen-dokumen untuk melindungi barang-barangnya.
Perbuatan tersebut bertujuan untuk menghindarkan diri dari segala kewajiban
atau larangan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta tidak
dilindungi


oleh

dokumen

resmi

atau

memakai

dokumen

palsu.

Penyelundupan ini memberikan keterangan yang salah tentang jumlah, jenis
atau harga barang-barang dalam pemberitahuan impor.
Sedangkan

penyelundupan


administrasi

adalah

merupakan

penyelundupan yang dilakukan seakan-akan barang tersebut dilindungi oleh
dokumen yang diperlukan, jadi dipergunakan dokumen yang tidak sesuai
dengan barang yang dilindunginya atau memberi dokumen palsu.
5

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

3

Penyelundupan ini memberikan keterangan yang salah tentang jumlah, jenis
atau harga barang-barang dalam pemberitahuan impor
Penyelundupan adalah masalah yang komplek bagi Pemerintah

Indonesia, terutama sebagai negara yang sedang membangun, karena
merupakan gangguan yang dapat menyangkut sendi bangsa yaitu ideologi,
politik, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan.6 Penyelundupan adalah
salah satu jenis kejahatan yang sangat membahayakan perekonomian negara,
apalagi Negara Indonesia harus mewujudkan cita-cita yang terdapat dalam
pembukaan

Undang-Undang

Dasar

Tahun

1945

yaitu

memajukan

kesejahteraan umum. Masalah pemberantasan penyelundupan tetap akan

menjadi bahan pembicaraan yang menarik dikalangan para penegak hukum,
oleh karena itu masalah ini menjadi salah satu sasaran pokok dalam
pelaksanaan tugas para penegak hukum dan beberapa instansi yang memiliki
kewenangan dan pengawasan atas pelaksanaan impor dan ekspor barang.7
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2015, salah satu
pendapatan negara berasal dari pemungutan Bea dan Cukai, untuk itu
penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan sangat perlu
diperhatikan karena tindak pidana ini sangat berpengaruh terhadap
pembangunan nasional terutama di bidang perekonomian.

6

Direktorat Jendral Bea dan Cukai. 1995. Pertumbuhan dan perkembangan Bea dan
Cukai Dari Masa ke Masa – Jilid II. Jakarta. Penerbit Yayasan Bina Ceria. Hal 60.
7
Soufnir Chibro. 1992. Pengaruh Tindak Pidana Penyelundupan Terhadap
Pembangunan. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika. Hal 1.

4


Berbagai penyelundupan terjadi di Indonesia termasuk penyelundupan
pakaian bekas. Penyelundupan pakaian bekas (ballpressed) ada yang terjadi
dalam frekuensi tinggi sehingga hampir setiap saat dapat dibaca dan didengar
dari media massa. Maraknya penyelundupan pakaian bekas (ballpressed) di
Indonesia karena terpuruknya perekonomian Indonesia. Perekonomian yang
terpuruk sungguh menyulitkan rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehingga rakyat demi memenuhi kebutuhan ekonomi, urusan sandang pangan
pun jadi nomor dua. Dari segi ekonomi pakaian bekas yang dikirim dari
negara luar tersebut lebih murah harganya.
Hakekat daripada penyelundupan (smuggling) adalah menghindari bea
masuk atau keluar, sesuatu yang diwajibkan kepada setiap orang yang melintasi
garis pabean Negara Indonesia dengan membawa barang-barang yang dikenakan
bea masuk atau keluar. Oleh karena itu, penyelundupan yang terjadi di Indonesia
masih sangat sulit untuk ditanggulangi secara penuh, selain karena keadaan
geografis Indonesia, keterbatasan pengawasan, kebutuhan negara yang kompleks
juga banyak dipengaruhi oleh faktor sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Selain itu faktor lainnya adalah pelaku penyelundupan melakukan
kegiatan penyelundupan untuk menghindari sistem kepabeanan yang rumit dan
membutuhkan waktu yang sangat lama. Dengan melakukan penyelundupan

tersebut para pelaku penyelundupan dapat melakukan efisiensi waktu dan biaya
namun juga dengan resiko yang besar pula.

Masuknya pakaian bekas impor ilegal ke pasar domestik selama ini
telah menimbulkan dampak yang sangat buruk terhadap perekonomian

5

nasional secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemerintah bertekad
memberantas praktek pakaian bekas impor ilegal tersebut sampai tuntas.
Sebagaimana diketahui bahwa pemasukan terbesar kepada kas Negara
adalah dari pendapatan pajak dan termasuk di dalamnya adalah bea masuk
dan cukai yang dikelola oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai. Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai dalam tugas dan fungsinya bukan hanya melakukan
pemungutan bea masuk, cukai dan pungutan-pungutan lainnya, tetapi juga
melaksanakan fungsi pengawasan serta penegakan hukum yaitu pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana penyelundupan.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean
Tanjung Perak Surabaya merupakan Wilayah kerja Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai Jawa Timur 1 yang beralamat di Jalan Perak Timur, Nomor 498

yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Selat Madura
sebelah Utara kota Surabaya adalah salah satu yang mana melakukan usahausaha pemberantasan tindak pidana penyelundupan pakaian bekas impor.
Berkaitan dengan fungsi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
penyelundupan maka peranan pengawasan dan pencegahan sangat besar bagi
pejabat-pejabat di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai khususnya Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung
Perak Surabaya dalam mengungkap berbagai tindak pelanggaran dan modus
operandinya.
Tindak

pidana

penyelundupan

dirumuskan

secara

tegas


jenis

perbuatannya didalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 Tentang

6

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang
Kepabeanan dengan ancaman sanksi yang tegas untuk dalam rangka kegiatan
impor barang sebagaimana diatur dalam Pasal 102 Undang-undang
Perubahan atas Undang-undang Kepabeanan yang menyatakan bahwa:
Setiap orang yang:
a. Mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifest
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7A ayat (2).
b. Membongkar barang impor di luar kawasan pabean atau tempat lain
tanpa izin kepala kantor pabean.
c. Membongkar barang impor yang tidak tercantum dalam
pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud Pasal 7A ayat (3).
d. Membongkar atau menimbun barang impor yang masih
dalam pengawasan pabean di tempat selain tempat tujuan yang
ditentukan dan/ atau diizinkan.
e. Menyembunyikan barang impor secara melawan hukum.
f. Mengeluarkan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban
pabeannya dari kawasan pabean atau diberi tempat penimbunan
berikat atau dari tempat lain di bawah pengawasan pabean tanpa
persetujuan pejabat bea dan cukai yang mengakibatkan tidak
terpenuhinya pungutan Negara berdasarkan Undang-Undang ini.
g. Mengangkut barang impor dari tempat penimbunan sementara atau
tempat penimbunan berikat yang tidak sampai ke kantor pabean
tujuan dan tidak dapat membuktikan bahwa hal tersebut diluar
kemampuannya.
h. Dengan sengaja memberitahukan jenis dan/ atau jumlah barang
impor dalam pemberitahuan pabean secara salah, dipidana
melakukan penyelundupan di bidang impor dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000.00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 5.000.000.000.00
(lima miliar rupiah).
Mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifest
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7A ayat (2) menegaskan bahwa :
“Pengangkut yang sarana pengangkutannya memasuki daerah pabean
wajib mencantumkan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam manifestnya.”

7

Sementara itu membongkar barang impor yang tidak tercantum dalam
pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud Pasal 7A ayat (3) menegaskan
bahwa :
“Pengangkut yang sarana pengangkutnya datang dari luar daerah
pabean atau datang dari dalam daerah pabean dengan mengangkut
barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyerahkan
pemberitahuan pabean mengenai barang yang diangkutnya sebelum
melakukan pembongkaran”.
Tindak pidana penyelundupan yang dilakukan oleh segelintir atau
sekelompok kecil orang-orang yang tidak bertanggung jawab, semata-mata
dilakukan hanya untuk mencari keuntungan diri sendiri atau kelompoknya,
sementara pelaku yang bersangkutan tidak memikirkan dampaknya yang
sangat luas dan berat bagi perekonomian bangsa, di samping keamanan dan
stabilitas nasional akan terganggu.8
Hal ini disebabkan masih banyaknya golongan yang kurang mampu
yang terdapat di negara ini. Masalah ini tentunya menjadi surga bagi para
penyelundup pakaian bekas impor untuk menjual barang yang boleh dibilang
sudah tidak layak untuk dipakai tersebut dijual di Indonesia. Bahkan
ketentuan larangan pakaian bekas impor sudah sejak tanggal 18 Januari
Tahun 1982 melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Perdagangan dan
Koperasi (Mendagkop) Nomor 28 Tahun 1982 karena pakaian bekas impor
merupakan kegiatan yang ilegal.9 Hal ini sesuai di dalam Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan (Kepmenperindag) dalam pasal 3 menegaskan
bahwa, barang yang di impor harus dalam keadaan baru, akan tetapi
8

Ibid. Hal 26.
Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 28 Tahun 1982 tentang
Ketentuan Umum di Bidang Impor.
9

8

meskipun adanya peraturan-peraturan tersebut masih dapat masuknya
pakaian bekas tersebut ke Indonesia.10
Dapat kita ambil kesimpulan bahwa kegiatan ini melanggar etika bisnis
yang merugikan negara dalam sektor pajak. Buktinya kasus penyelundupan
pakaian bekas impor ke Indonesia di tahun 2014 meningkat 100%
dibandingkan tahun 2013. Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada
tahun 2013 jumlah tangkapan penyelundupan hanya 11 kasus sedangkan pada
tahun 2014 mencapai 22 kasus.11
Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyebutkan hasil tangkapan
upaya penyelundupan pakaian bekas di dalam negeri selama tahun 2013 :
a. 1 kali tangkapan di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea dan Cukai
Sumatera Utara dengan jumlah 208 karung.
b. 6 kali tangkapan di Kantor Wilayah Khusus Kepulauan Riau dengan
jumlah 9.675 karung.
c. 2 kali tangkapan di Kantor Pelayanan Utama Tipe B Batam dengan jumlah
486 karung.
d. 1 kali tangkapan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Tipe A3 Nunukan dengan jumlah 1 karung.

10

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.229/MPP/Kep/7/1997 Tentang
Ketentuan Umum dibidang Impor.
11
Kasus Penyelundupan Pakaian Bekas Impor Melonjak 100%. http://m.detik.com. Di
akses tanggal 28 Januari 2015.

9

e. 1 kali tangkapan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung dengan jumlah tangkapan 153
karung.12
Jumlah tangkapannya sebesar 10.523 karung. Sementara kasus
tangkapan di tahun 2014 jauh lebih tinggi yaitu 22 kasus. Namun dari jumlah
karung yang berhasil disita jauh lebih sedikit dibandingkan tahun 2013 lalu,
antara lain :
a. 1 kali tangkapan di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea dan Cukai
Nangroe Aceh Darussalam 280 karung.
b. 12 tangkapan di Kepulauan Riau sebanyak 7.486 karung.
c. 1 kali tangkapan di Tarakan sebanyak 108 karung.
d. 5 kali tangkapan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Tipe Madya Pabean Belawan 211 karung.
e. 1 kali tangkapan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Tipe A3 Bitung sebanyak 2.300 karung.
f. 1 kali tangkapan di Kantor Pelayanan Utama Tipe B Batam sebanyak 22
karung.
g. 1 kali tangkapan oleh Direktorat Jenderal Penindakan dan Penyidikan
sebanyak 95 karung.13
Totalnya 10.502 karung, turun dibandingkan tahun 2013 lalu sebesar
10.523 karung. Jumlah kasus tangkapan paling besar ada di Kepulauan Riau
sebanyak 18 kali selama kurun waktu 2013 hingga 2014.
12
13

Ibid
Ibid

10

Daerah Bandung ada Cimol yang merupakan singkatan dari Cibadak
Mall, tentu saja ini bukan mall sesungguhnya, cibadak adalah sebuah ruas
jalan di Kota Kembang, dimana pedagang-pedagang semua jenis pakaian
bertebaran di emperan-emperan toko. Harga murah, kualitas juga tidak kalah
dengan produk garmen di toko atau bahkan factory outlet.14
Tidak hanya di Bandung, di kota Manado ada istilah yang dikenal
dengan “Cabo”, yang merupakan singkatan dari “Cakar Bongkar”, berbeda
dengan cimol, di pasar cabo, produk garmennya hampir semua berasal dari
Negara Korea Selatan, di pasar ini masyarakat dengan bebas memilih produk
mana yang di sukai. Celana jins, celana pendek, kaos sampai kemeja berbagai
model bisa dibeli dari harga Rp 5.000.00 (lima ribu rupiah) sampai yang
paling mahal Rp 25.000.00 (dua puluh lima ribu rupiah) per buah.
Barang-barang ini berasal dari negara-negara seperti Taiwan,
Singapura, Hongkong, Jepang dan Korea Selatan, barang-barang di tempat ini
modelnya bisa bersaing dengan produk yang sering di temui di mall-mall
kelas atas dengan harga yang murah.
Kemudian di Kota Jakarta ada yang namanya Pasar Ular, di pasar
yang terletak di Jalan Plumpang Raya, Koja, Jakarta Utara, berbagai barang
bermerek dijual dengan harga jauh lebih rendah dari harga pasaran,
tempatnya tidak mewah, layaknya pusat penjualan barang mahal karena
letaknya tidak jauh dari Kali Sunter dan hanya berbentuk lorong sepanjang
100 meter. Namun di sini sejumlah barang seperti, celana, kaos, kemeja,
14

Pasar Impor Pakaian Bekas Menghitung Hari. http://www.jokowinomics.com. Diakses
tanggal 28 Januari 2015.

11

sepatu, tas, jaket dan aksesoris branded dijual dengan harga murah. Untuk
pakaian anak hingga dewasa, harga yang ditawarkan mulai dari Rp.
10.000.00 (sepuluh ribu rupiah) hingga Rp. 350.000.00 (tiga ratus lima puluh
ribu rupiah). Bahkan di Yogjakarta, ada sebuah festival tahunan khusus untuk
pakaian bekas impor yang tentu saja setiap penyelenggaraannya selalu
disesaki oleh masyarakat luas, di Jawa sendiri, pasar seperti ini akrab dengan
nama “Ngawul”.
Sementara di Pulau Dewata, Bali juga banyak yang menjual pakaian
bekas impor, seperti di toko-toko di sepanjang Jalan Hayam Wuruk, terdapat
empat toko yang khusus menjual pakaian bekas impor, dan di Jalan Raya
Sesetan yang jumlahnya juga cukup banyak yang menjual pakaian bekas
impor.
Bukan hanya di Bandung, Manado, Yogjakarta dan Jakarta saja
tempat-tempat seperti ini bisa ditemukan tetapi hampir di seluruh daerah di
Indonesia, apalagi produk pakaian bekas impor masuk ke Indonesia dengan
jumlah yang sangat luas. Potensi keuntungan yang menggiurkan juga
merupakan daya tarik para pelaku usaha untuk memilih jenis bisnis ini, hanya
dengan modal 2 juta rupiah, bisnis ini bisa langsung berjalan disertai dengan
potensi keuntungan yang bisa mencapai 100%. Sementara dilihat dari segi
hukum, ternyata dalam pasal 47 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun
2014 tentang perdagangan menegaskan bahwa, setiap importir wajib
mengimpor barang dalam keadaan baru. Namun, realitanya sampai saat ini
pakaian bekas impor masih beredar luas di pasaran.

12

Kenyataannya pakaian bekas impor meski murah dalam kondisi
fisiknya belum tentu baik karena memiliki cacat barang tidak sesuai dengan
kondisi baru dan pakaian bekas yang di impor belum tentu aman digunakan,
karena disinyalir adanya kuman atau penyakit dari sisa pemakai negara asal.
Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (Dirjen SPK)
sudah mengadakan tes lab (laboratorium) terhadap beberapa pakaian bekas
impor memang ternyata mengandung bakteri atau virus-virus yang berbahaya
bagi konsumen dan kemudian yang menjadi masalah selanjutnya adalah

terganggunya produktivitas industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri,
padahal di Indonesia sendiri terdapat daerah penghasil tekstil dan garmen
terbesar tepatnya di Propinsi Jawa Barat.

Dengan banyaknya pakaian bekas impor dipasaran, maka produksi
tekstil yang dibuat di dalam negeri tidak laku karena selisih harganya yang
cukup jauh karena produk-produk garmen dalam negeri dijual dengan harga
mahal, padahal kualitas serta model kurang menarik, hal seperti ini mungkin
harus segera dibenahi karena masyarakat saat ini tidak bisa lagi dibodohi dan

masyarakat lebih memilih pakaian bekas impor karena harganya yang murah
dengan kualitas yang masih bagus dibanding pakaian produksi dalam negeri.
Padahal sudah jelas bahwa terdapat peraturan larangan pakaian bekas impor
salah satunya ditegaskan dalam Surat Keputusan Menteri perindustrian dan
perdagangan (Kepmenperindag) Nomor : 230/MPP/Kep/7/1977 tentang
Barang Yang Diatur Tata Niaga Impornya dan Kepmenperindag Nomor :
642/MPP/Kep/9/2002 tentang Perubahan Lampiran I Kepmenperindag
Nomor : 230/MPP/Kep/7/1977 tentang Barang Yang Diatur Tata Niaga
13

Impornya. Meski demikian, impor tersebut masih terus berlangsung dengan
cara diselundupkan. Beberapa negara Asia pakaian bekas sudah tidak
diperbolehkan untuk dijual kembali karena dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Selain alasan kesehatan pakaian bekas itu sendiri kurang terlihat
layak untuk dipakai.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis menyadari pentingnya
permasalahan tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian
bekas impor ini untuk di bahas, maka penulis tertarik untuk membahasnya
lebih rinci lagi dalam skripsi yang berjudul : “PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP

TINDAK

PIDANA

PENYELUNDUPAN

PAKAIAN

BEKAS DARI LUAR NEGERI (Studi Pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis merumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana

upaya

penegakan

hukum

terjadinya

tindak

pidana

penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri di
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa
Timur 1 Kota Surabaya ?
2. Apa kendala yang dihadapi Aparat Penegak Hukum Bea dan Cukai
Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya dalam penegakan hukum
terhadap tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian
bekas dari luar negeri ?

14

C. Tujuan Penelitian
Ditinjau dari rumusan permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan
dari penulisan hukum ini adalah :
1. Untuk mengetahui upaya penegakan hukum terjadinya tindak pidana yang
berkaitan dengan penyelundupan pakaian bekas dari luar negeri di Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1
Kota Surabaya.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Aparat Penegak Hukum Bea dan
Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya dalam penegakan
hukum terhadap tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan
pakaian bekas dari luar negeri.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

manfaat

untuk

kepentingan-kepentingan sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan dan penelitian lebih
lanjut terhadap penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan
yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis
Sebagai wawasan dan pengetahuan maupun wacana keilmuan tentang
penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan yang
berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri. Selain itu juga, sebagai

15

salah satu syarat untuk menyandang gelar kesarjanaan S1 (Strata Satu)
di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
b) Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat

memberikan informasi

serta penambahan

pengetahuan bagi masyarakat mengenai perbuatan penyelundupan
pakaian bekas dari luar negeri adalah suatu tindak pidana dan pakaian
bekas dari luar negeri sangat berbahaya karena mengandung kuman dan
bakteri yang akan membawa penyakit bagi tubuh.
c) Bagi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung
Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan
pengawasan dan pencegahan terhadap tindak pidana penyelundupan
pakaian bekas dari luar negeri di wilayah hukum Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai di Surabaya, serta dapat menjadi tambahan informasi
bagi Pejabat terkait kendala-kendala dalam penindakan tindak pidana
penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri,
sehingga dalam hal ini di harapkan pejabat terkait mampu mengatasi
kendala-kendala tersebut, sekaligus menyelesaikan tindak pidana
penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri
dengan sebaik-baiknya.
d) Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan pemikiran
yang bermanfaat di bidang disiplin ilmu, ilmu hukum dan hukum

16

pidana. Khususnya dalam tindak pidana penyelundupan yang berkaitan
dengan pakaian bekas dari luar negeri.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi petugas Bea dan Cukai
mengenai penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan
khususnya dalam pemberantasan tindak pidana penyelundupan yang
berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri.
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data-data valid yang berhubungan dengan
penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
pendekatan yuridis sosiologis (sosio legal research) yang merupakan
penelitian hukum yang menggunakan data sekunder sebagai data
awalnya, yang kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data
lapangan.
2. Penentuan Lokasi
Alasan penulis memilih lokasi penelitian di Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya
karena faktanya sering terjadi tindak pidana penyelundupan yang
berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri yang terjadi dan di
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa
Timur 1 Kota Surabaya memiliki data yang akurat dan valid, karena

17

mengingat daerah Surabaya berdekatan langsung dengan pelabuhan dan
sebagai instansi yang memiliki kewenangan dalam hal pengawasan
ekspor dan impor serta penulis juga ingin mendapatkan berbagai
informasi yang berhubungan dengan permasalahan penyelundupan
pakaian bekas dari luar negeri tersebut. Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 beralamat di Jalan
Perak Timur Nomor 498 Kota Surabaya.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi
penelitian yaitu Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya. Penelitian dilakukan
dengan cara melakukan wawancara kepada Kepala Seksi Penindakan
dan Penyidikan Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota
Surabaya yaitu Bapak Muhammad Syahirul Alim dan kepada Kepala
Subseksi Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan Bea dan Cukai
Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya yaitu Bapak Nutriwan
Cahyono Putro, S.E. mengenai penegakan hukum terhadap tindak
pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar
negeri dan kendala-kendala yang di hadapi Aparat Penegak Hukum
Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya dalam
penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan yang
berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri, studi dokumen serta

18

peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 Tentang Kepabeanan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2014 Tentang Perdagangan, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor :
54/M-DAG/PER/10 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum di Bidang
Impor, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
topik atau permasalahan yang diteliti oleh penulis.
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang
Kepabeanan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang
Perdagangan, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 54/MDAG/PER/10 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum di Bidang
Impor.
c.

Data Tersier
Jenis data yang diperoleh dari Ensiklopedia, Jurnal Hukum, Kamus
Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia yang terkait dengan masalah
yang dibahas oleh penulis.

4. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

19

a. Wawancara atau interview yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data melalui tanya jawab dan dialog atau diskusi
langsung dengan pihak yang dianggap mengetahui banyak tentang
tujuan penelitian :
a) Wawancara dengan pejabat Bea dan Cukai sebanyak 2 orang
(1) Bapak Muhammad Syahirul Alim selaku Kepala Seksi
Penindakan dan Penyidikan Bea dan Cukai Tanjung Perak,
Jawa Timur 1 Kota Surabaya.
(2) Bapak Nutriwan Cahyono Putro, S.E. selaku Kepala Subseksi
Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan Bea dan Cukai
Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya.
b. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data terhadap dokumendokumen yang berkaitan dengan tema penelitian, yaitu Penegakan
Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyelundupan Yang Berkaitan
Dengan Pakaian Bekas dari Luar Negeri di Kantor Wilayah Bea dan
Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya, dalam hal-hal
data diperoleh dari literatur-literatur dan majalah-majalah maupun
berita-berita yang ada di media cetak maupun media online.
Khususnya buku ataupun literature – literature yang berkaitan dengan
penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan yang
berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri.

20

5. Teknik Analisis Data
Dari hasil penelitian yang telah terkumpul, seperti yang diperoleh
dari lapangan dan data kepustakaan, maka penulis selanjutnya
menganalisa data tersebut secara deskriptif kualitatif yaitu data-data yang
telah diproses akan dianalisa dan digambarkan sedemikian rupa sehingga
diperoleh sesuai kesimpulan.
G. Rencana Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi penulisan tugas
akhir ini, maka sistematika penulisan hukum di bagi 4 (empat) bab, dan
masing-masing terdiri atas sub-sub bab. Adapun bab-bab tersebut sebagai
berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis memaparkan mengenai gambaran awal tentang
penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis menguraikan pendekatan secara teoritis mengenai
kerangka dasar dan permasalahan yang di angkat, serta fakta-fakta dan dasar
hukum. Penulis menyajikan teori-teori yang bersumber dari undang-undang
maupun literatur yang akan berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti
yaitu penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan yang
berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri di Kantor Wilayah Direktorat

21

Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya yang
telah di tentukan oleh peraturan perundang-undangan.
BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas hasil penelitian yang akan diuraikan
tentang gambaran lokasi penelitian dan penegakan hukum terhadap tindak
pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri
di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa
Timur 1 Kota Surabaya.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari
penulisan, serta saran-saran dengan harapan dapat menjadi masukan sebagai
rekomendasi terhadap pihak-pihak yang berkaitan.

22

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA
PENYELUNDUPAN PAKAIAN BEKAS DARI LUAR NEGERI
(Studi Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung
Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya)

PENULISAN HUKUM

Oleh:
ALAMSYAH YUSUF
201110110311140

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS HUKUM
2015

PENULISAN HUKUM

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA
PENYELUNDUPAN PAKAIAN BEKAS DARI LUAR NEGERI
(Studi Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung
Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya)
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
kesarjanaan
dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh:
ALAMSYAH YUSUF
201110110311140

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS HUKUM
2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENEGAKAN
HUKUM
TERHADAP
TINDAK
PIDANA
PENYELUNDUPAN PAKAIAN BEKAS DARI LUAR NEGERI (Studi Pada
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa
Timur 1 Kota Surabaya)
Penulisan ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S-1) Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil
tanpa adanya dukungan dan dorongan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena
itu izinkan penulis menyampaiakan rasa terima kasih kepada :
1. Kepada kedua orang tua saya Bapak H. Suparman S.H dan Ibu Hj.
Nur Intan dan Saudara-saudara saya yang senantiasa memanjatkan
doa kepada Allah SWT dan menjadi motivasi dalam hidup penulis
untuk tetap bersikap mental positif.
2. Bapak Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Dr. sulardi S.H., M.Si, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Bapak Mokh. Najih., S.H., M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Pertama, atas waktu, kesabaran serta saran-sarannya yang telah
mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir dan
banyak memberikan bantuan dalam kelancaran penulisan tugas
akhir.
5. Bapak Wasis Suprayitno., S.H., M.,Si selaku Dosen Pembimbing
Kedua atas waktu, kesabaran serta saran-sarannya yang telah
mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir dan
banyak memberikan bantuan dalam kelancaran penulisan tugas
akhir.
6. Bapak Nu’man aunuh, SH., M.Hum, selaku dosen wali yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya sehingga

ix

mampu menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang.
7. Seluruh dosen pengajar, pejabat laboratorium dan para staff Tata
usaha Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang
telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan membantu
dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang.
8. Bapak Indra Gautama Sukiman selaku Pejabat Pengganti Kepala
Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa
Timur 1 Kota Surabaya, Bapak Muhammad Munif, S.E., M.M.
selaku Kepala Seksi PLI (Penyuluhan dan Layanan Informasi)
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1
Kota Surabaya, Bapak Muhammad Syahirul Alim, selaku Kepala
Seksi Penindakan dan Penyidikan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya beserta seluruh
Petugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa
Timur 1 Kota Surabaya yang telah banyak membantu memberikan
informasi dalam penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman Fakultas Hukum Angkatan 2011 yang selalu
mengisi, memotivasi dan memberikan dukungan ditengah
kesibukan menjadi mahasiswa tingkat akhir.
10. Pihak-pihak lain yang terlibat dan telah membantu dalam penulisan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika dalam pembuatan
skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang
tidak sengaja. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pembaca
umumnya dan bagi penulis khususnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Malang, 31 Agustus 2015

Alamsyah Yusuf

x

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Cover / Sampul Dalam .........................................................................ii
Lembar Pengesahan ............................................................................................iii
Lembar Pengesahan Majelis ...............................................................................iv
Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ..................................v
Ungkapan Pribadi / Motto ..................................................................................vi
Abstraksi ............................................................................................................vii
Abstract ...............................................................................................................viii
Kata Pengantar ...................................................................................................ix
Daftar Isi..............................................................................................................xi
Data Tabel ...........................................................................................................xv
Data Lampiran.....................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................14
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................15
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................15
1. Manfaat Teoritis .................................................................................15
2. Manfaat Praktis...................................................................................15
E. Kegunaan Penelitian................................................................................17
F. Metode Penelitian....................................................................................17
1. Metode Pendekatan.............................................................................17
2. Penentuan Lokasi................................................................................17
3. Sumber Data .......................................................................................18

xi

4. Metode Pengumpulan Data ................................................................19
5. Teknik Analisis Data ..........................................................................21
G. Rencana Sistematika Penulisan...............................................................21
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Penegakan Hukum .....................................................23
B. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Penyelundupan...................................31
1. Tinjauan Tindak Pidana ......................................................................31
2. Tinjauan Tindak Pidana Penyelundupan.............................................38
C. Tinjauan Tentang Pakaian Bekas Dari Luar Negeri ...............................47
D. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Penyelundupan Pakaian Bekas
Impor di Indonesia ..................................................................................52
1. Faktor Geografis .................................................................................52
2. Kondisi Industri Dalam Negeri...........................................................54
3. Kelebihan Produksi ............................................................................55
4. Transportasi ........................................................................................56
5. Peraturan.............................................................................................57
6. Mentalitas ...........................................................................................60
7. Masyarakat..........................................................................................61
E. Tinjauan Tentang Dampak-Dampak Penyelundupan Pakaian Bekas
Impor di Indonesia ..................................................................................63
1. Terhadap Pendapatan Negara .............................................................63
2. Perkembangan Industri Dalam Negeri ...............................................65
3. Terhadap Pembangunan......................................................................67
4. Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja .................................................68

xii

5. Stabilitas Nasional ..............................................................................70
6. Gangguan Kesehatan ..........................................................................71
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................75
1. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak..75
2. Visi dan Misi ......................................................................................77
3. Tugas Pokok .......................................................................................77
4. Struktur Organisasi .............................................................................79
5. Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur ............................................83
B. Upaya Penegakan Hukum Terjadinya Tindak Pidana Penyelundupan
Pakaian Bekas Dari Luar Negeri di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya.................85
1. Prosedur Impor Barang Dari Negeri...................................................88
2. Karakteristik Barang Yang Boleh di impor ........................................90
3. Data Kasus Penyelundupan Pakaian Bekas dari Luar Negeri
di Wilayah Bea dan Cukai Tanjung Perak Surabaya ..........................92
4. Analisis Kasus Penyelundupan Pakaian Bekas dari Luar Negeri di
Wilayah Bea Cukai Tanjung Perak Surabaya .....................................93
C. Kendala Yang Dihadapi Aparat Penegak Hukum Bea dan Cukai Tanjung

Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya Dalam Penegakan Hukum Terhadap
Tindak Pidana Penyelundupan Pakaian Bekas Dari Luar Negeri. ..........102

xiii

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................111
B. Saran........................................................................................................113
Daftar Pustaka .....................................................................................................115
Index....................................................................................................................118
Lampiran .............................................................................................................119

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tugas
Lampiran 2. Surat Izin Observasi/ Mencari Data
dari Universitas Muhammadiyah Malang
Lampiran 3. Surat izin Observasi/ Mencari Data
dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung
Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya
Lampiran 4. Kartu Kendali Bimbingan Tugas Akhir

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Adam Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana bagian 1. Jakarta. Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada.
C.S.T. Kansil dan Christie S.T. Kansil. 2004. Pokok-pokok Hukum Pidana.
Jakarta. Penerbit Pradnya Paramita.
Direktorat Jendral Bea dan Cukai. 1995. Pertumbuhan dan perkembangan Bea
dan Cukai Dari Masa ke Masa – Jilid II. Jakarta. Penerbit Yayasan
Bina Ceria.
Hassan Sadly dan Jhon Echol. 1997. Kamus Bahasa Inggris - Indonesia. Jakarta.
Penerbit PT.Gramedia.
Leden Marpaung. 1991.Tindak Pidana Penyelundupan Masalah dan Pemecahan.
Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
P.A.F Lamintang, 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung.
Penerbit Citra Aditya Bakti.
Raharjo Satjipto. 2002. Sosiologi Hukum Perkembangan, Metode dan Pilihan
Masalah. Surakarta. Muhammadiyah Unifersity Press.
Roeslan Saleh. 1983. Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Pidana : Dua
Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana. Jakarta. Penerbit Aksara.
Siswanto Sunarso. 2005. Wawasan Penegakan Hukum di Indonesia. Bandung.
Penerbit PT Citra Aditya Bakti.
Soejono Soekanto. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.
115

Soufnir Chibro. 1992. Pengaruh Tindak Pidana Penyelundupan Terhadap
Pembangunan. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika.
Teguh Prasetyo. 2011. Hukum Pidana Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit Raja
Grafindo Persada.
Tongat. 2012. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif
Pembaharuan. Malang. Penerbit UMM Press.
Wiryono projodikoro .2003. Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia.
Bandung. Penerbit PT. Refika Aditama.
Wiryono Projodikoro. 2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. Jakarta.
Penerbit PT.Eresco.
Zainuddin Ali. 2006. Filsafat Hukum. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika.

Internet :
Kasus Penyelundupan Pakaian Bekas Impor Melonjak 100%, http://m.detik.com,
di akses tanggal 28 Januari 2015.
Pasar Impor Pakaian Bekas Menghitung Hari, http://www.jokowinomics.com,
diakses tanggal 28 Januari 2015.
Industri Tekstil Terkena Dampak, http://www.republika.co.id, diakses tanggal 18
April 2015
Pakaian Bekas Impor Kandung Ribuan Bakteri, Kemendag Intensifkan
Pengawasan. http://www.batamtoday.com. Diakses tanggal 18 April
2015.

116

Perundang-undangan :
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 54/M-DAG/PER/10/2009 Tentang
Ketentuan Umum di Bidang Impor.
Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 28/KP/I/1982 Tentang
Ketentuan Umum di Bidang Impor.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 229/MPP/Kep/7/1997
Tentang Ketentuan Umum dibidang Impor.

117

Dokumen yang terkait

UPAYA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JATIM II DALAM MELAKUKAN TINDAKAN HUKUM TERHADAP PEREDARAN ROKOK TANPA PITA CUKAI (Studi di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jatim II Malang)

2 46 25

Tinjauan Atas Prosedur Dokumen Pengembalian Bea Masuk Pada Kantor Wilayah Direktorat jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat

3 29 57

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN BARANG IMPOR PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN BARANG IMPOR (Studi di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Dumai)

22 168 70

PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN (STUDI DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B BANDAR LAMPUNG )

4 22 59

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN DI KANTOR PELAYANAN UTAMA BEA DAN CUKAI TANJUNG PRIOK.

1 4 8

PENDAHULUAN PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN DI KANTOR PELAYANAN UTAMA BEA DAN CUKAI TANJUNG PRIOK.

2 8 11

PELAKSANAAN KEWENANGAN PEJABAT BEA DAN CUKAI SEBAGAI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN DI KANTOR PELAYANAN TIPE A/3 DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TELUK BAYUR PADANG.

0 1 12

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PENYU DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR.

5 25 55

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JAWA TIMUR I RANGKUMAN TUGAS AKHIR - PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JAWA TIMUR I - Perbanas Institutional Repository

0 1 8

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN BARANG IMPOR (STUDI KASUS DI KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JAWA TENGAH DAN DIY)

0 2 13