2.6.1 Ketangguhan Logam Las
Logam las adalah logam yang dalam proses pengelasan mencair kemudian membeku, sehingga logam las ini banyak sekali mengandung oksigen dan gas –
gas lain. Komposisi logam las sudah barang tentu tergantung daripada proses pengelasan tetapi dapat diperkirakan bahwa komposisinya terdiri dari komponen
logam induk dan komponen bahan las yang digunakan. Dalam menganalisa ketangguhan logam las harus diperhatikan pengaruh
unsur lain yang terserap selama proses pengelasan, terutama oksigen, dan pengaruh dari struktur logam itu sendiri. Struktur logam daerah pengaruh panas
atau HAZ berubah secara berangsur dari struktur logam induk ke struktur logam las, pada daerah HAZ dekat dengan daerah lebur, kristal tumbuh dengan cepat dan
membentuk butir-butir kasar daerah ini dinamakan batas las. Didalam daerah pengaruh panas besar butir dan struktur berubah sesuai
dengan siklus termal yang terjadi pada waktu pengelasan, karena siklus termal yang terjadi sangat komplek sehingga ketangguhannyapun semakin kompleks.
2.7 Desain Sambungan Las
Desain sambungan las dan bentuk sambungan welding joint, serta bentuk dan ukuran alur las dalam konstruksi untuk merancang sambungan las
adalah: 1.Persyaratan umum atau spesifikasi mutu kekuatan yang diinginkan.
2.Bentuk dan ukuran konstruksi las 3.Jenis proses las yang boleh dipakai.
Beberapa Standar telah mengatur jenis – jenis sambungan, ada sembilan jenis alur sambungan kampuh las yang utama seperti pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Alur Sambungan Kampuh Las
2.8 Arus Pengelasan
Arus adalah aliran pembawa muatan listrik,simbol yang digunakan adalah
huruf besar I dalam satuan ampere. Pengelasan adalah penyambungan dua logam
dan atau logam paduan dengan cara memberikan panas baik diatas atau dibawah titik cair logam tersebut,baik dengan atau tanpa tekanan serta ditambah atau tanpa
logam pengisi. Yang dimaksud dengan arus pengelasan disini adalah aliran pembawa
muatan listrik dari mesin las yang digunakan untuk menyambung dua logam dengan mengalirkan panas ke logam pengisi atau elektroda.
Sumber : Harsono 2000
Tabel 2.2 Hubungan Diameter Elektroda dengan Arus Pengelasan
Diameter Elektroda mm Arus Ampere
2,5 60-90
2,6 60-90
3,2 80-130
4,0 150-190
5,0 180-250
Sumber : Howard BC 1998
2.9 Kurva Tegangan –Regangan Rekayasa
Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi kekuatan tarik suatu benda uji tarik sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan.pada uji tari,
benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah besar secara kontinu,bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjangan
yang dialami benda uji. Kurva tegangan regangan dibuat dari pengukuran perpanjangan benda uji.
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan rata-rata dari
pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji.
A P
s =
Regangan yang dipergunakan untuk tegangan regangan adalah tegangan
linear rata-rata yang diperoleh dengan cara membagi perpajangan panjang ukur gage length benda uji,
δ ,dengan panjang awal,
L L
L L
L L
e −
= ∆
= = δ
Karena tegangan dan regangan diperoleh dengan cara membagi beban dan perpanjangan dengan faktor yang konstan,kurva perjangan akan mempunyai
bentuk yang sama seperti kurva tegangan-regangan teknik. Kedua kurva ini sering saling dipergunakan.
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
perlakuan panas, deformasi plastik yang pernah dialami,laju
regangan,suhu,dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-paremeter yang digunakan menggambarkan kurva tegangan regangan
logam adalah kekuatan tarik,kekuatan luluh atau titik luluh,persen perpanjangan.
2.10 Kekuatan Tarik ultimate tensile strength