SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA TPTI

Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropika menurut Soerianegara dan Indrawan 1988 adalah sebagai berikut : 1. Stratum A : Lapisan teratas terdiri dari berbagai pohon-pohon yang tinggi totalnya 30 m ke atas. Tajuk diskontinu, batang pohon tinggi dan lurus, batang bebas cabang tinggi. 2. Stratum B : terdiri dari poohon-pohon yang tingginya 20-30 cm, tajuk pada umumnya kontinu, batang biasanya banyak bercabang, batang bebas cabang tidak begitu tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini kurang memerlukan cahaya atau naungan toleran. 3. Startum C : terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4-20 m, tajuk kontinu. Pohon- pohon dalam stratum ini rendah, kecil dan banyak cabang. 4. Stratum D : lapisan perdu dan semak, tingginya 1-4 meter. 5. Stratum E : lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah.

III. SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA TPTI

Direktorat Jenderal Kehutanan 1976 menyatakan bahwa sistem-sistem silvikultur dalam eksploitasi hutan adalah Tebang Pilih Indonesia TPI, Tebang Habis dengan Permudaan Alam THPA dan Tebang Habis dengan Permudaan Buatan THPB. Sebagai usaha penyempurnaan sistem silvikultur untuk pengusahaan hutan alam produksi, Menteri Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan No. 485KptsII1989 tentang Sistem Silvikultur Pengelolaan Hutan Alam Produksi Indonesia. SK ini kemudian ditindaklanjuti dengan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 564KptsIV-BPHH1989 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI dan disempurnakan dengan Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan No. 151KptsIV-BPHH1993 tentang Pedoman dan Petunjuk Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI pada hutan alam dratan. Pengelolan hutan produksi dapat dilakukan dengan sistem silvikultr Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI, tebang habis dengan permudaan buatan THPB dan tebang habis dengan permudaan alam THPA. Tebang pilih tanam Indonesia adalah sistem silvikultur yang mengatur cara penebangan dan permudaan buatan. Sistem silvikuktur ini merrupakan sistem yang dinilai sesuai untuk diterapkan pada hutan alam produksi di Indonesia kecuali untuk hutan payau. Tujuan dari sistem silikultur tebang pilih tanam Indonesia adalah untuk mengatur pemanfatan hutan alam prroduksi., serta meningkatkan nilai hutan baik kualitas maupun kuantitas pada areal bekas tebangan untuk rotasi tebang berikutnya agar terbentuk tegakan hutan campuran yang diharapakan dapat berfungsi sebagai penghasil kayu dan penghara industri secara lestari. Untuk mecapai tujuan ini, maka tindakan-tindakan silvikulturr dalam hal permudaan hutannya diarahkan pada : 1. Pengaruh komposisi jenis pohon dalam hutan yang diharapkan dapat lebih menguntungkan baik ditinjau daari segi ekonomi maupun ekologi. 2. Pengaturan silvikultur atau kerapatan tegakan yang optimal dalam hutan diharapkan dapat memberikan peningkatan potensi prroduksi kayu bulat dari keadaan sebelumnya. 3. Terjaminnya fungsi hutan dalam rangka pengawetan tanah dan air. e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 2 4. Terjaminnya fungsi perlindungan hutan. Pengelolaan hutan alam produksi dengan sistem silvikultur TPTI mengikuti tahap- tahap sebagai berikut Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1993: 1. Penataan Areal Kerja Et-3 2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan Et-2 3. Pembukaan Wilayah Hutan Et-1 4. Penebangan Et 5. Perapihan Et+1 6. Inventarisasi Tegakan Tingggal Et+2 7. Pembebasan Tahap I Et+2 8. Pengadaan bibit Et+2 9. Pengayaanrehabilitasi Wt+3 10. Pemeliharaan tanaman Et+3,4,5 11. Pembebasan Tahap II dan III Et+4,6 12. Penjaranagan tegakan tinggal Et+10,15,20 Dirjen Kehutanan 1990 menyatakan bahwa dalam sistem TPTI kegiatan pemanenan kayu harus meninggalkan sekurang-kurangnya 25 pohon per hektar sebagai pohon inti dari jenis komersil dengan diameter 20 cm. Pohon inti ini diharpakan akan memberntuk tegakan utama yang akan ditebang pada rotasi berikutnya.

IV. PEMANENAN KAYU DAN SISTEM SILVIKULTUR