1. didapatkan koefisien beta yaitu perbedaan rerata antara dua
kelompok penelitian yang sudah memperhitungkan pengaruh variable yang berpotensi sebagai perancu, yakni variable lamanya
waktu pasien mendapatkan trauma lien sampai dilakukannya pengukuran kadar immunoglobulin.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Epidemiologi 2.1.1. Splenektomi
Dalam beberapa dekade terakhir, preservasi lien telah menjadi suatu prinsip yang diterima secara luas dan banyak dilaporkan dalam penanganan
trauma. Penelitian yang dilakukan oleh Rose, et al. 2000, tentang epidemiologi splenektomi yang dilakukan 10 tahun antara bulan Januari 1986 sampai Desember
1995. Didapatkan 896 pasien yang menjalani operasi splenektomi. Indikasi splenektomi diklasifikasikan menjadi : 1 trauma, tumpul ataupun tajam; 2
Keganasan hematologis, misalnya untuk terapi ataupun staging leukemia, Hodgkins lymphoma, atau non-Hodgkins lymphoma; 3 sitopenia, yaitu untuk
pengobatan trombositopenia, anemia, atau leukopenia; 4 iatrogenik, oleh karena trauma sewaktu dilakukan prosedur lainnya; 5 insidental, sewaktu dilakukan
reseksi organ-organ yang berdekatan; 6 hipertensi portal ; 7 diagnostik, misalnya pada kasus untuk menyingkirkan keganasan hematologi.
Dalam periode ini, didapatkan traumatik splenektomi sebagai penyebab terbanyak dari semua kasus splenektomi sebesar 41,5 persen, splenektomi karena
keganasan hematologis menyumbang 15,4 persen, sitopenia 15,6 persen, insidental 12,3 persen, iatrogenik 8,1 persen, portal hipertensi 2,3 persen,
diagnostik 2 persen, dan lainnya 2,7 persen. Dengan membandingkan periode 5
6
tahun pertama dan kedua didapatkan adanya penurunan tahunan rata-rata insiden splenektomi untuk semua sebab sebesar 36,9 persen; splenektomi karena trauma
sendiri menurun 32,9 persen. Ruptur lien oleh karena trauma masih menjadi indikasi terbanyak dilakukannya splenektomi, namun angka insidennya telah
menurun secara dramatis dalam periode 10 tahun belakangan ini. Begitupun angka insiden splenektomi untuk terapi keganasan hematologis dan sitopenia
Rose, et al. 2000. Frekuensi splenektomi juga berbeda untuk tingkatan rumah sakit. Pusat
rujukan tersier memiliki frekuensi splenektomi oleh karena penyakit hematologis, immunologis, atau onkologis lebih tinggi daripada splenektomi karena trauma,
yakni 54 vs 16. Rasio ini mungkin berbeda pada rumah sakit non-pendidikan Di Sabbatino, 2011.
2.1.2. Overwhelming Post Splenectomy Infection OPSI
Bakterial sepsis pasca splenektomi pada bayi dan anak, pertama kali di jelaskan oleh temuan King dan Schumacher pada tahun 1952. Kondisi yang sama
muncul pada orang dewasa yang asplenia beberapa tahun setelahnya. Istilah OPSI dipakai untuk mendefinisikan sepsis fulminan, meningitis, atau pneumonia yang
disebabkan terutama oleh organisme S. Pneumoniae, N. Meningitidis, dan H. influenzae tipe B pada individu yang displenektomi maupun hiposplenik
Okabayashi, 2008. Insiden OPSI bervariasi tergantung organisme penyebab, dan insiden
infeksi bakteri yang serius didapatkan sekitar 0,23 per tahun. Dengan risiko