Pengaruh feminisme liberal terhadap Counter legal draft kompilasi hukum Islam (CLD KHI)

PENGARUH FEMINISME LIBERAL TERHADAP
COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM (CLD KHI)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Tohirin
NIM : 102044125024

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS

SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
1428 H / 2008 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENGARUH FEMINISME LIBERAL TERHADAP COUNTER
LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM (CLD KHI) ini telah diujikan dalam
sidang Munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 30 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I.) pada Program Studi Peradilan Agama.

Jakarta, 30 Mei 2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN
1. Ketua


: Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA
NIP. 150 275 509

(…………………….)

2. Sekretaris

: Kamarusdiana, S. Ag, M. Hum
NIP. 150 285 972

(…………………….)

3. Pembimbing: Dr. Afifi Fauzi Abbas, MA
NIP. 150 210 421

(…………………….)

4. Penguji I


: Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA
NIP. 150 275 509

(…………………….)

5. Penguji II

: Dra. H. Afidah Wahyuni, MA
NIP. 150 293 226

(…………………….)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatulah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Mei 2008

Tohirin

MOTTO

maut boleh menjemputku
tapi tidak untuk menghapus jejakku
setidaknya aku telah mengikatnya dalam serakan tinta-tintaku

aku memang yang terakhir
tapi aku harus menjadi yang pertama dalam hal idealisme dan cinta ilmu

aku adalah aktor dalam sebuah pertunjukan
aku adalah tokoh dalam sandiwara kehidupan

aku tahu, bahwa aku harus menuntaskan misi sang tokoh
aku akan tetap hidup untuk mencapai titik kemenangan
atau mati dengan menyisakan suritauladan

jika aku gagal bercinta dengan wanita, biarkan aku bercinta dengan buku
jika aku gagal beristerikan wanita, biarkan aku beristri ilmu pengetahuan
dan jika aku gagal mewariskan harta benda,
biarkan aku mewariskan tulisan dan sejarah kehidupan

(Sang Aku)

ABSTRAK
Adalah sebuah keniscayaan memang, bahwa perubahan zaman senantiasa menuntut
adanya perubahan-perubahan di berbagai bidang. Apalagi di tengah arus globalisasi,
dimana pertukaran informasi berjalan sedemikian cepatnya yang membuat dunia seluas ini
tak ubahnya desa kecil (global village). Pada aras ini, penyesuaian-penyesuaian adaptif
harus juga secepatnya dilakukan, selaras dengan laju perubahan tersebut.
Hukum, adalah bagian penting (kalau tidak malah terpenting) yang mau tidak mau
juga harus berubah selaras dengan dinamika perubahan zaman. Mandeg dalam
merumuskan formula hukum, membuatnya akan tertinggal di belakang (lag behind) dan

mangkir dari konteks yang semestinya. Dalam hal ini, Kompilasi Hukum Islam (KHI)
adalah di antara sekian hukum yang ditengarai oleh berbagai pihak telah mengalami
kemandegan itu. Karenanya,

Tim Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI

Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengusulkan perubahan KHI dengan mengajukan Counter
Legal Draft KHI (CLD KHI).
Sebagaimana kemandegan yang maniscayakan adanya kritik, demikian pula
perubahan. Demikianlah logika yang harus dijalankan supaya semuanya tetap berada dalam
koridor keseimbangan yang semestinya. Counter atas counter (al-tahâfut ‘alâ al-tahâfut),
demikian mungkin yang penulis lakukan dalam skripsi ini. Kritik ini tentu saja bukan
sekedar ritme dialektika kritik yang sekedar memperturuti, bahkan mengimani dialektika

tesis, antitesis, dan sintesis-nya Hegel. Lebih dari itu, penulis melihat ada persoalan penting
yang harus diurai dan diangkat ke permukaan.
Dengan “dalih” perkembangan zaman, perubahan KHI agaknya menjadi
keniscayaan yang harus diterima. Hal ini tentu saja tak selamanya salah. Tapi penerimaan
perubahan secara taken for granted (baca: taklid buta/tidak sadar bahwa dirinya tidak sadar)
adalah satu hal yang tak dapat dibenarkan. Terlebih lagi jika mengingat tidak semua

perubahan berarti kebaikan dan berdampak positif.
Dalam pengamatan penulis, penetrasi cara pikir melalui – meminjam istilah
Gramsci – hegemoni telah merasuki CLD KHI dimana untuk mengurainya diperlukan
adanya analisa epistemologis-teoritis. Tidak kasat mata memang. Namun sangat urgen,
karena hal itu menyangkut asas di balik apa yang nampak. Konsepsi kesetaraan gender
yang diusung oleh CLD KHI ternyata sebangun dengan konsepsi Feminisme Liberal yang
tumbuh di Barat.
Gerakan serupa pernah muncul di Barat, terutama di beberapa negara sosialis. Uni
Soviet, Kibbutz-Israel, Cina, Kuba adalah beberapa contoh di antara negara-negara yang
pernah mengaplikasikan cara pandang kesetaraan gender sebagaimana gerakan perubahan
CLD KHI. Eksperimen negara-nagera tersebut ternyata menuai kebuntuan. Pada ujungnya
memunculkan arus balik gerakan yang menamakan diri sebagai ekofenisme. Beberapa
feminis juga menyatakan sadar akan kekeliruannya. Titik klimaks perjuangan ini hanya
membuahkan apa yang oleh Rhoda Lerman – novelis terkenal Amerika yang juga menjadi

salah satu pentolan feminisme – disebut sebagai “kemenangan yang malang” (Pyrrhic
victories).
Amerika, yang mendaku dirinya sebagai negara paling demokratis juga mengalami
pengalaman serupa. Khusus untuk gerakan Feminisme Liberal yang banyak muncul di
sana, meskipun gerakan ini tidak secara transparan menyerang institusi keluarga

sebagaimana yang dilakukan oleh feminis Marxis-Sosialis dan Feminisme Liberal, tapi
hasil akhirnya sama. Dalih kebebasan (liberty) dan kesetaraan gender (gender equality)
yang diperjuangkan oleh gerakan ini pada ujungnya mengeleminir keharmonisan keluarga
dan menimbulkan problematika sosial tersendiri.
Kesalahan utama yang dilakukan oleh para feminis ini (termasuk di dalamnya para
pengusul CLD KHI) adalah paradigma kesetaraan gender yang mereka pakai. Perbedaan
peran sosial (baca: gender) yang selama ini mereka asumsikan sebagai konstruk sosial,
terbukti tidak benar. Sebab, perbedaan peran yang selama ini terjadi bukannya disebabkan
oleh struktur patriarkhat (setidaknya bukan itu faktor determinannya), namun disebabkan
oleh –terutama– komposisi biologis yang bersifat kodrati, selaras dengan “filosofi
penciptaan” dalam Islam.
Michael Gurian, dalam bukunya, What Could He Be Thinking? How a Man’s Mind
Really Works, mengatakan: sebelum para ilmuwan berhasil memfoto saraf otak manusia,
kita hanya berkata; apa yang disebut sifat dasar manusia itu omong kosong. Manusia adalah
selembar kertas kosong, kemudian budaya kita menulisinya, membentuk diri kita. Kita juga

berkata; sifat dasar lelaki atau sifat dasar perempuan itu tidak ada. Semua orang
mempunyai otak yang sama, yang dibentuk jadi maskulin dan feminin oleh budaya. Jika
ingin mengubah manusia, kita hanya perlu mengubah apa yang disosialisasikan oleh
budaya kita. Akan tetapi, setelah kita melihat PET scan dan MRI scan, keyakinan tersebut

tidak lagi sahih. Meskipun budaya (culture) mempengaruhi pakaian-pakaian psikologis
masing-masing, tapi tetap saja, laki-laki dan perempuan mempunyai karakter yang berbeda.
Budaya itu penting, tapi faktor biologi sekarang lebih penting.” Kemudian ia melanjutkan:
menerima kenyataan bahwa lelaki dan perempuan sangat berbeda merupakan sebuah
keniscayaan dan akan menopang keutuhan rumah tangga kami. Kami berdua adalah
manusia, dan inilah saatnya kami belajar menerima sifat dasar manusia.

KATA PENGANTAR

Puji syukur terhatur ke hadhirat Dzat Yang Maha Ghafur, atas karunia, rahmat,
hidayah dan inayah-Nya, diri ini masih sempat menghirup udara segar dan menatap juntai
panorama nan indah. Atas kebesaran-Nya, diri ini masih tabah menghadang pongahnya
kehidupan yang bertabur debu problematika. Atas bimbingan-Nya, terbatik rasa sadar
bahwa hidup ini adalah sebuah ujian bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Syahdan, atas
pertolongan-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan.
Salawat dan salam teriring mahabbah terindah semoga tercurah-ruahkan ke
haribaan Nabi Agung Muhammad SAW, suri tauladan sepanjang hayat. Semoga kita semua
di padang mahsyar nanti termasuk ke dalam barisan yang berada di balik liwâul hamdi, di
bawah naungan syafa’ah ‘uzma-nya, sebagai hamba-hamba yang diberi inayah untuk
mengikuti segenap petunjuk risalah-nya.

Penulis sadar sepenuh hati bahwa skripsi ini hanya sejentik debu jalanan untuk
ukuran orang-orang besar. Namun dalam kapasitas penulis yang serba dlai’f dan dikepung
dengan berbagai keterbatasan, skripsi ini rasanya sebuah pencapaian monumental yang
membuat diri ini merasa besar, atau minimal membesarkan perasaan penulis dan
mengobarkan bara semangat untuk memburu pencapaian-pencapaian berikutnya yang
dianggap besar oleh orang-orang besar. Penulis juga sadar sepenuhnya bahwa diri ini
berhutang budi kepada banyak pihak yang telah memberikan dukungan, motifasi,

bimbingan dan arahan untuk terselesaikannya skripsi ini. Lebih dari itu, skripsi ini
merupakan seteguk air dingin dalam rentang kemarau studi yang penulis tempuh selama
ini.
Sembah bhakti, penulis haturkan kepada Ayah (Ngaseri) dan Ibu (Thayyibah),
mohon maaf jika anak sulungmu ini belum dapat sesaleh yang Ayah dan Ibu inginkan.
Terima kasih Ayah, karena engkau tak pernah memanjakan anakmu, kini ia lebih mengerti
tentang kedewasaan dan memahami kerasnya cadas kehidupan. Terima kasih Ibu, kasih
sayang Ibu yang tak pernah kering telah membuat anakmu mampu bertahan di bawah
teriknya mentari kehidupan. Terima kasih jua teruntuk kedua adikku tersayang: Nur
Ngaliyah dan Siti Maesarah, juga adik ipar: Anshori dan Waluyo (terima kasih telah
menjaga adikku: sayangi mereka, karena mereka berdua adalah permataku).
Tak lupa, penulis juga menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada orangorang yang telah menanam jasa dalam diri penulis antara lain:

1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum;
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., selaku Ketua Program Studi
Akhwalusyakhsiyyah, dan Bapak Kamarusdiana, S. Ag., M.Hum., selaku
sekretaris.
3. Dr. Afifi Fauzi Abbas, MA., yang telah dengan sabar membimbing penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Keluarga besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta segenap dosen, karyawan, dan seluruh staf yang telah banyak membantu
dan memberikan fasilitas bagi penulis dalam rentang waktu selama studi di
“Kampus Pembaharu” tercinta ini.
5. Ayahanda (Ayah angkat) Drs. Said Sya’roni: terima kasih Ayah telah
mengubahku menjadi aku yang bukan aku lagi, Kang Nur Taufiq (engkaulah
tangan Tuhan yang menjadi penyebab studiku), Ayah Guruku: K.H.
Djamaluddin Hadi (almarhum): aku yakin, hanya surga yang pantas untuk
Ayah. Ayah, sekarang aku sudah kuliah, seperti yang Ayah inginkan dulu.
6. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat:
terima kasih IMM, engkau adalah kampus kedua bagiku. Karenamu, diri ini
telah berubah lebih dari apa yang kubayangkan. Perkenankan jua, penulis
menyicil kredit hutang jasa kepada teman-teman seperjuangan: Zul Hidayat
Sireger (terima kasih telah menemani disksusi. Terkadang aku sengit padamu,
tapi akhirnya aku mengerti, engkaulah yang paling berharga buatku), Dede
Sulaiman, Ma’ruf Mutaqien, (ingat ketika kita sama-sama mengurus Asrama),
Husnul Hakim, Syamsul Munir, Syamsul Asry, Muiza Fatma Wardani, Vicka
Rahmawardati, Syaefuddin (Kang Udin), Endi Ubaidillah, dan seluruh pengurus
IMM angkatan 2005-2006. Juga kakak-kakakku tercinta: Kak Fuad, Kak Fajri,
Kak Piet, Kak Qomar, Kak Ta’rif, Ka Izza, Kang Musliadi, terkhusus Kang

Ramdhan dan Kang Syauqi: terima kasih telah memaksaku untuk belajar
memimpin. Terima kasih juga buat Kang Boy Martri, Kang Ade Mulayana,
Kang Yayan, dan Kang Sudarno Fadli (untuk Kang Darno: terima kasih telah
banyak nraktir saat aku dalam kemiskinan). Adik-adikku: Mansur, Edi, Indra,
Cagia, Anyun, Medi, Evi Nurfaryanti (terima kasih pinjaman bukunya), Ghulam
Mubarak, Kusna, Rufi, Fajar, Halimah, Ewi, Nunung, Arfah, Nina, Yatmi (Ai),
Isna, Afnan (terima kasih telah membantu ngurus komputer), Saeful (terima
kasih atas pinjaman monitornya), juga semua penduduk ASTRA dan ASTRI
IMM Cabang Ciputat. Juga teruntuk teman-teman KOMITMEN (Komunitas
Mahasiswa Kebumen): teruskan apa yang telah kita gagas!
7. Babeh: Dr. Muslim Abdurrahman (Kang Muslim): terima kasih telah
menggugah kembali nalar studiku dan membuatku haus kembali akan ilmu.
8. Adik-adikku yang sedang berjuang: Cecep, Dzikril, Fadli, Indra, Toto, dan
seluruh pejuang IMM Cabang Ciputat angkatan Cecep: (jaga komitmen dan
kesolidan ya?).
9. Terakhir, buat teman karibku: Deni JT (Jamaah Tabligh), teman kos-ku (White
House): Mas Aswin Batara, Mizzi Sastera 21, Yuri Ganteng, Alwan, dan Ustaz
Miftah. Terima kasih telah menghangatkan hari-hariku.

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………………….vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...xi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….xv

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………...1
B. Perumusan Masalah ………………….…………………………4
C. Pembatasan Masalah…………………………………………….6
D. Kerangka Teoritis ……………………………………………….7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………11
F. Metode Penelitian ……………………………………………...12
G. Review Studi Terdahulu ……………………………………….14
H. Sistematika Penulisan ………………………………………….15

BAB II

TINJAUAN

UMUM

TENTANG

KONSEP

KESETARAAN

GENDER DAN FEMINISME
A. Pengertian Gender, dan Feminisme …………………………..18
1. Definisi Gender ………………………………………………18
2. Pengertian Konsep Kesetaraan Gender ……………………21
B. Feminisme; Pengertian, Sejarah, dan Aliran-Alirannya …...37
1. Pengertian dan Sejarah Feminisme ………………………..37
2. Aliran-Aliran Feminisme …………………………………...41
C. Seks dan Pengaruhnya terhadap Peran Sosial ………………52
D. Pengaruh Gerakan Feminisme terhadap Keluarga Barat …..54

BAB III

COUNTER LEGAL DRAFT KHI
A. Kronologi Pembentukan CLD KHI …………………………..61
B. Tujuan dan Pendekatan CLD KHI …………………………...63
C. Pasal-Pasal Bias Gender dalam Perspektif CLD KHI ………72

BAB IV

ANALISIS KRITIS ATAS CLD KHI
A. Relevansi Antara Feminisme Liberal dan CLD KHI ………. 80
B. Deviasi Prinsip dan Tujuan CLD KHI ……………………….86
C. Analisis Kritis atas Pasal-Pasal CLD KHI …………………...94

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………110
B. Saran-saran …………………………………………………...112

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I

Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
(Buku I: Hukum Perkawinan)

LAMPIRAN II

Counter Legal Draft KHI (Buku I: Hukum Perkawinan)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Arus modernitas yang demikian santer telah menuntut perubahan di berbagai
bidang. Perubahan ini membawa dampak positif di satu sisi. Namun di sisi lain juga
mengundang decak kekhawatiran. Buah manis dari perubahan ini diantaranya adalah
semakin mudahnya pertukaran informasi yang memungkinkan proses belajar antara
satu dan lain pihak untuk mencapai kebaikan dan kemajuan.
Tapi terkadang proses ini juga menimbulkan keterkejutan (shock) pada saat
nilai baru hadir dalam kondisi serba belum siap. Belum lagi jika kita melihat bahwa
masing-masing budaya mempunyai latar sejarah dan cara pandangnya (mindset) sendiri.
Adopsi, universalisasi, dan import cara pandang terkadang bukan harmonisasi, tapi
malah hegemoni1 dan pemaksaan yang tidak proporsional.
Pranata hukum (the rule of law) adalah bagian yang mau tidak mau harus ikut
berubah mengikuti arus jaman. Tak pelak, hukum keluarga Islam pun menuai kritik di
berbagai belahan dunia. Perubahan hukum keluarga tercatat merebak sejak abad ke20, dimulai dari Turki pada tahun 1917 dengan Qanûn Qarâr al-

1

Istilah ‘hegemoni’ dipopulerkan oleh Antonio Gramsci, sosiolog aliran Marxis. Hegemoni, dalam
terminologi Gramsci adalah penguasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara persuasif, sebagai
lawan dari dominasi (penguasan dengan tekanan otoritarian dan kekerasan). Hegemoni juga berarti
penguasaan atas pihak lain dengan jalan konsensus, dimana pihak yang dikuasai menyetujui ide, gagasan, dan
cara pandang pihak yang mengusainya. Lebih lanjut baca: Roger Simon, Gagasan-Gagasan Politik Gramsci,
(Jakarta, INSIST bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2001), cet. III, h, 19.

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG
KONSEP KESETARAAN GENDER DAN FEMINISME
A. Pengertian Gender dan Kesetaran Gender
1. Definisi Gender
Istilah gender pertama kali dikembangkan oleh Oakley (1972). Menurutnya,
gender adalah: behavior differences between women and men that are socially
constructed-created by men and women themselves therefore they are matter of
culture (perbedaan-perbedaan sifat

antara perempuan dan

laki-laki

yang

dikonstruksi secara sosial yang dibuat baik oleh laki-laki maupun perempuan untuk
menyesuaikan diri dengan ukuran budaya yang ada).2 Gender, dalam kamus bahasa
Inggris berarti seks atau jenis kelamin. Sedangkan menurut istilah, gender adalah
pembedaan antara perempuan dan laki-laki dalam peran, fungsi, hak, dan perilaku
yang dibentuk dalam masyarakat dan budaya setempat.3 Definisi lain menyebutkan:
”gender is term for socially imposed division between the sexes wheares sex
refers to the biological, anatomical, differences betweem male and female.
Gender refers to the emotional and psikological attributes which a given
culture expects to coincidde with physical maleness or femaleness” (Tutle,
1987). (gender adalah sebuah istilah

2

Rahima, Membangun Relasi yang Setara dan Berkeadilan untuk Laki-laki dan Perempuan; Bahan
bacaan untuk acara tadarus I Madrasah Rahima Bagi Aktifis Mahasiswa, (RAHIMA: Pusat Pendidikan dan
Informasi Islam dan Hak-Hak Perempuan, Wisma Hijau, Cimanggis Depok, 25-28 Juni 2006).
3
Modul 3 Kesetaraan dan Keadilan Gender, Pusat Pemberdayaan Perempuan dalam Politik (Pusat
P2 Politik) Indonesian center women ini politics (ICWIP), (Pondok Indah: Jakarta), h. 2.

BAB III
COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM (CLD KHI)
A. Kronologi Pembentukan CLD KHI
Latar belakang digagasnya CLD KHI bermula dari fenomena semakin
maraknya tuntutan formalisasi Syari’at Islam secara kâffah di negeri ini. Tuntutan ini –
menurut para pengggas CLD KHI – selain tidak sejalan dengan sistem hukum nasional,
juga akan membuat diskriminasi terhadap warga negara non-muslim.4 Dus, formalisasi
syari’at Islam di negeri ini sebenarnya sudah berjalan sejak lama. Kompilasi Hukum
Islam (KHI) adalah representasi dari syari’at Islam yang meskipun eksistensinya baru
berupa Inpres, namun terlihat sangat efektif dan menjadi rujukan Pengadilan Agama di
setiap level.
KHI sendiri adalah sebuah produk hukum yang tidak netral. KHI –
sebagaimana hukum-hukum lainnya – tentu saja dipengaruhi oleh faktor ruang dan
waktu. Ia tidak bisa terlepas dari ranah sosiologis yang melatarbelakanginya. Dus, ia
tidak bebas kuasa. KHI adalah produk kekuasaan pada satu waktu dengan berbagai
situasi, kondisi, bahkan pretensi yang mengitarinya. Seiring dengan berjalannya waktu,
perubahan dan dinamika masyarakat yang terus bergerak maju mengharuskan
peninjauan ulang atas rumusan KHI. Untuk itu, Tim Pengarusutamaan Gender (PUG)
Departemen Agama berinisiatif untuk mengkaji

4

Pembaruan Hukum Islam; Kompilasi Hukum Islam Perempuan, (Jakarta: Tim Pembaruan KHI;
Komunitas Penegakkan Hak-Hak Sipil, 2004).

BAB IV
ANALISIS KRITIS ATAS CLD KHI
D. Relevansi Antara Feminisme Liberal dan CLD KHI
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat dengan jelas relevansi antara CLD KHI dan
apa yang telah dilakukan oleh gerakan Feminisme Liberal yang berkembang di Barat,
melalui beberapa persamaan, antara lain: (a) cara pandang tentang kesetaraan gender. Apa
yang dimaksud dengan “kesetaraan”, menurut CLD KHI adalah “kesetaraan lot”,
sebagaimana yang dimaksudkan oleh Feminisme Liberal. Kesetaraan ini – terutama dalam
tataran konsep5 – mengabaikan bahkan menafikan sama sekali pengaruh struktur biologis.
Dua jenis manusia, laki-laki dan perempuan sama sekali tak ada bedanya dalam hal peran
sosial. Struktur biologis tak ada pengaruhnya terhadap peran sosial. Perbedaan peran sosial,
semata-mata disebabkan oleh konstruk budaya (nurture); (b) akar mula dari cara pandang
ini adalah inspirasi human right (baca: HAM) sebagaimana yang dipakai oleh Feminisme
Liberal. Menurut cara pandang ini, laki-laki diciptakan Tuhan dengan hak-hak dan
kewajiban yang serupa (sama), tak ada pebedaaan tugas dan signifikansi peran yang
ditunjukkan oleh realitas penciptaan dan perbedaan biologis; (c) basis episteme dari
human right ini

adalah

materialisme-antroposentris. Ukuran-ukuran

hak

dan

kewajiban, dalam

5

Karena dalam praktiknya, seringkali para feminis ini tidak konsisten dan terlihat dengan nyata
bahwa mereka terpola, bahkan seringkali mendukung sesuatu yang, disadari atau tidak, merupakan pengakuan
atas pengaruh perbedaan biologis terhadap peran sosial.

hal ini, diukur dengan kepuasan dan persamaan secara materi, melalui hal-hal verbal (kasat
mata), dan penyerahan semua wewenang pada kehendak manusia, termasuk di

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memperhatikan penjelasan dan analisa di atas, penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal penting yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini anatara lain:
1. Apa yang terdapat dalam CLD KHI jelas banyak kesamaannya dengan
beberapa usulan aturan yang pernah dilakukan oleh Feminisme Liberal di
Barat.
2. Kesamaan ini bukan suatu kebetulan belaka, namun secara transparan,
CLD KHI jelas mengadopsi mindset dan paradigma yang dipakai oleh
Feminisme Liberal dalam mengukur kesetaraan.
3. Apa yang dilakukan oleh CLD KHI (baca: para pengusulnya) adalah respon
dari gerakan feminisme di seluruh dunia. Dengan kata lain, para pengusul
CLD KHI, dalam merumuskan usulan mereka terpengaruh oleh gerakangerakan feminisme ini.
4. Parameter kesetaraan yang digunakan CLD KHI jelas tidak tepat (kalau
tidak boleh dibilang “menyesatkan”). Riset biologis dan fakta sosiologis
telah membantah parameter itu.

5. Dalam pengamatan penulis, apa yang dilakukan gerakan feminisme
Indonesia, termasuk di dalamnya para pengusul CLD KHI, sering terjadi
inkonsistensi antara teori dan praktik di lapangan, dengan

berbagai dalih simpang-siur yang mereka berikan. Inilah sebabnya, penulis
menyebut kelompok ini dengan “feminisme hipokrit”.
6. Khusus untuk farian feminisme Islam, khususnya pengusul CLD KHI,
penulis menyebut farian ini dengan “feminisme hipokrit apologetik”.
Hipokrit, karena terjadi inkonsistensi antara teori dan praktik tadi.
Aplogetik, karena mereka sebenarnya juga sering menggunakan ayat dan
term Al Quran Sunah dalam berargumen. Namun, cara pandang atau pun
epistemologi yang dipakai, tak lain adalah episteme yang dipakai oleh
feminisme Barat. Penting untuk penulis tegaskan, ini bukannya penulis anti
Barat, atau pun mempunyai cara pandang fragmentatif “Timur vs Barat”.
Namun, paradigma yang dipakai para Feminis pada umumnya memang
tidak membuahkan hasil. Ibarat orang dagang, gerakan Feminisme merugi.
Muhammad Khan menyebut gerakan ini: benar dalam teori, tidak benar
dalam kenyataannya.
7. Aliran biologically oriented contestants dengan corak masyarakat
strukutural fungsionalnya lebih relevan dijadikan parameter kesetaraan,
ketimbang culturally oriented contestants. Sebab, perbedaan peran yang

selama ini terjadi bukannya disebabkan oleh struktur patriarkhat (setidaknya
bukan itu faktor determinannya), namun disebabkan oleh –terutama –
komposisi biologis yang bersifat kodrati, selaras dengan “filosofi
penciptaan” dalam Islam.
8. Laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan dengan komposisi yang sangat
berbeda (bahkan berlawanan) untuk maksud dan peran yang berbeda.
Kendati demikian, satu-sama lain harus bekerja sama dan saling lengkapmelengkapi dalam mencapai tujuan. Laki-laki dan perempuan adalah dua
bagian yang sama penting antara rem dan gas pada sebuah kendaraan.
Berbeda, tapi harus padu dan bekerjasama demi lancarnya laju kendaraaan
tersebut. Tanpa memenuhi syarat ini, kendaraan tidak akan pernah sampai
tujuan.

B. Saran-saran
Dari semua penjelasan ini, hemat penulis, ada beberapa hal yang pantas
dijadikan saran konstruktif antara lain:
1. Di era global sekarang ini, semua pihak (terutama kaum intelektual)
hendaknya lebih selektif dan analitik dalam menerima setiap informasi.
Sebab, globalisasi bukan hanya menjanjikan pencerahan, namun di sisi lain,
ia juga datang bersama ambisi eksploitatif dengan menghadirkan penjajahan

gaya baru bagi dunia ketiga, termasuk penjajahan melalui hegemoni cara
pikir dan paradigma.
2. Alangkah bijaknya, jika feminisme Indonesia (terutama pengusul CLD KHI)
berkenan untuk berkaca pada pengalaman feminsime Barat yang telah
menuai kritik dan kegagalan di belahan dunia.
3. Betapa baiknya, jika feminisme Indonesia (terutama pengusul CLD KHI)
berkenan melihat kembali overlapping teori yang digunakan, sehingga dapat
menentukan kembali garis kesetaraan yang lebih realistis dan Islami.
4. Hendaknya dibentuk gerakan feminisme “aliran baru” secara masif, dengan
episteme dan paradigma biologically oriented contestants dengan corak
masyarakat strukutural fungsional.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Laela. Wanita dan Gender dalam Islam; Akar-Akar Historis Perdebatan Modern.
Jakarta: PT Lentera Basritama, 2000.
Al-Buthi, M. Sa’id Ramadhan, Dr. Perempuan antara Kezaliman Sistem Barat dan
Keadilan Islam. Solo: Era Intermedia, 2002.
Asy-Syaikh, Abdullah bin Wakil. Wanita dan Tipu Daya Musuh. Bandung: Pustaka
Hidayah, 1996.
Bahan bacaan untuk acara tadarus I Madrasah Rahima Bagi Aktifis Mahasiswa.
Membangun Relasi yang Setara dan Berkeadilan untuk Lelaki dan Perempuan.
RAHIMA: Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-Hak Perempuan, Wisma
Hijau, Cimanggis Depok, 25-28 Juni 2006.
Beachler, Jean. Demokrasi, Sebuah Tinjauan Analisis. Yogyakarta: Kanisius, 2001.
D’Amico, Francine and Peter R. Beckman. Women in World Politics: An Introduction.
London: Bergin dan Garvey, Wesport, Connection, 1995.
Faiqoh, Dra, M.Hum. Nyai Agen Perubahan di Pesantren. Jakarta: Kucica, 2003.
Fakih, Mansour, Dr. Analisis Gender dan Transfomasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003. cet. VII.
Fadhlullah, Sayid Muhammad Husain. Dunia Wanita dalam Islam. Jakarta: PT Lentera
Basritama, 2000.
Gurian, Michael. Apa Sih Yang Abang Pikirkan? Membedah Cara Kerja Otak Laki-Laki,
penerjemah: Agung Prihantoro. Jakarta: Serambi, 2005.
Jaggar, Alison M. dan Paula S. Rothenberg. Feminist Frameworks, Alternative Theoretical
Accounts of The Relations between Women and Men. New York: McGraw-Hill,
Inc., 1978).
Jaggar, Alison M. Feminist Politics and Human Nature. Brighto, Sussex: The Harvester
Press, 1983.

Kamil, Syukron. Islam dan Demokrasi: Telaah Konseptual dan Historis. Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2002.
Khan, Wahiduddin. Antara Islan dan Barat: Perempuan di Tengah Pergumulan. Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2001.
Khumaini, Imam. Kedudukan Wanita dalam Pandangan Imam Khumaini. Jakarta: PT
Lentera Basritama.
Kodir, Faqihuddin Abdul. Bergerak Menuju Keadilan; Pembelaan Nabi Terhadap
Perempuan. Jakarta: Rahima, 2006.
Lawang, Robert M.Z. Sociological Theory, Clasical Founders and Contemporary
Perspectives, Doyle Paul Johnson, terj. dalam, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1994.
Megawangi, Ratna. Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Relasi Gender. Bandung:
Mizan, 1999.
Murata, Sachiko. The Tao of Islam. Bandung: Mizan, 2000), cet. VIII.
Muttahari, Murtadha. Hak-Hak Wanita Dalam Islam. Jakarta: Lentera, 2000.
Nasif, Fatima Umar. Menggugat Sejarah Perempuan, Mewujudkan Idealisme Gender
Sesuai Tuntutan Islam. Jakarta: CV Cendekia Sentra Muslim, 2001.
Ridha, Muhammad Rasyid. Perempuan Sebagai Kekasih. Jakarta: Hikmah, 2004.
Simon, Roger. Gagasan-Gagasan Politik Gramsci. Jakarta: INSIST bekerja sama dengan
Pustaka Pelajar, 2001.
Sya’rawi, Muhammad Mutawali. Qodhoya al-Ma’ati al-Muslimah, edisi terj. Problema
Wanita Islam. Jakarta: Mahkota Press.
Syahrur, Muhammad. Prinsip dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam Kontemporer.
Yogyakarta: eLSAQ Press, 2007.
Tim Depag. Bagaimana Mengatasi Kesenjangan Gender. Jakarta: Departemen Agama,
2005.

Tong, Rosimarie Putnam. Feminist Thought. London: The Macmillan Press LTD, 1992.
Turkamini, Husain Ali. Family The Center Stability. Terj. M.S. Nasrulloh dan Ahsin M.,
Bimbingan Keluarga dan Wanita Islam; Mengungkap Rahasia Isu Emansipasi.
Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992).
Zain, Muhammad dan Mukhtar Alshadiq. Membangun Keluarga Humanis. Jakarta: Graha
Cipta, 2005.
www.alislamu.com
www.angelfire.com/id/dialogis/Keluarga.html
www.humanrights.go.id/spt_sejarah.asp
www.irenehandono.or.id
www.irib.ir /worldservice/melayuRADIO/keluarga/nasib.htm
www.politea.woedpress.com/2007/01/feminisme
www.syariah.org/portal/index.php? &task=view&id=44&Itemid=41.
www.wikipedia.org/wiki/feminisme