Analisis Wacana Kerangka Konsep

12

E. Kerangka Konsep

1. Analisis Wacana

Menurut Sobur 2005: 11, wacana merupakan rangkaian tindakan atau tuturan yang disusun dan disampaikan secara sistematis dalam suatu kesatuan koheren yang dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. JS Badudu Eriyanto, 2006: 2 mendefinisikan wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi satu dengan lainnya, membentuk suatu kesatuan, hingga terbentuklah makna yang serasi, serta kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi, di atas klausa dan kalimat, dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan dan berkesinambungan, disampaikan secara lisan maupun tertulis. Wacana juga digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam sosiologi, wacana menunjukkan hubungan antara konteks sosial dari pemakaian bahasa. Dalam linguistik, wacana dimaknai sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Sedangkan ilmu politik memandang wacana sebagai praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa Mills dalam Eriyanto, 2006: 3. Analisis wacana berkaitan dengan studi mengenai bahasa. Terdapat tiga pandangan besar mengenai posisi bahasa dalam analisis wacana, berdasarkan paradigmanya. Menurut Mohammad A. S. Hikam Eriyanto, 2006: 4, pertama, paradigma positivisme-empirisme yang memandang bahasa sebagai alat atau jembatan yang menghubungkan manusia dengan objek di luarnya. Referensi atau pengalaman manusia mampu diekspresikan melalui penggunaan bahasa, tanpa memperhitungkan distorsi. Konsekuensi dari pandangan ini yaitu tidak diperlukannya pemahaman terhadap makna subjektif atau nilai yang mendasari 13 suatu pernyataan, sebab yang penting adalah pernyataan yang bersangkutan disampaikan dengan logis dan benar dari segi kaidah sintaksis dan semantiknya. Kedua, konstruktivisme. Pandangan ini menganggap bahasa tidak dapat dilepaskan dari subjek sebagai penyampai pesan. Subjek dianggap menjadi faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya, dengan kata lain bukan hanya sekadar alat atau penghubung untuk memahami realitas obyektif. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan konstruksi makna yang bertujuan. Analisis wacana dalam pandangan ini dimaksudkan sebagai alat untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tersebut. Wacana adalah upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari suatu subjek dan pernyataan yang dilontarkannya Hikam dalam Eriyanto, 2006: 5. Sedangkan yang terakhir menurut Hikam adalah pandangan kritis yang mengkritik konstruktivis karena dirasa mengabaikan faktor historis dan konstelasi kekuasaan yang melingkupi dan mempengaruhi proses produksi maupun reproduksi makna Eriyanto, 2006: 6. Pandangan kritis menganggap individu tidak bisa berdiri netral dalam proses produksi maupun penafsiran sesuai dengan pikirannya, melainkan secara signifikan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang ada di sekitarnya, meskipun tidak disadari oleh individu itu sendiri Bourdieu dalam Fairclough, 1995: 54. Analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam proses bahasa, yaitu pembatasan topik yang dapat diwacanakan, perspektif yang dipakai, dan topik yang dibicarakan. Analisis wacana kategori ini disebut analisis wacana kritis Critical Discourse AnalysisCDA. 14 Analisis dengan pandangan kritis memerlukan pemahaman mengenai konsep ideologi. Menurut Vincent Mosco 1996: 242, ideologi berarti distorsi atau misrepresentasi yang disengaja terhadap realitas sosial dengan tujuan mempertahankan kepentingan hierarki kekuasaan tertentu. Ideologi, seperti juga value dan hegemoni, menerapkan standar mengenai perilaku atau cara berpikir apa yang wajar, dan menolak perilaku atau cara berpikir lainnya yang mungkin berlawanan dengan pemberian label sebagai penyimpangan.

2. Ekonomi-Politik Media

Dokumen yang terkait

Pencemaran Nama Baik Yang Dilakukan Oleh Pers Ditinjau Dari KUHP Dan Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers

1 31 113

Implementasi Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Dalam Memberikan Perlindungan Kemerdekaan Pers Bagi Wartawan Kota Bandung

7 78 167

Implementasi Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Dalam Memberikan Perlindungan Kemerdekaan Pers Bagi Wartawan Kota Bandung

0 28 167

WACANA KONGLOMERASI MEDIA NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG POKOK PERS WACANA KONGLOMERASI MEDIA NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG POKOK PERS (Analisis Wacana Mengenai Konglomerasi Media di Indonesia Menurut Bab IV Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers).

0 3 14

KESIMPULAN DAN SARAN WACANA KONGLOMERASI MEDIA NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG POKOK PERS (Analisis Wacana Mengenai Konglomerasi Media di Indonesia Menurut Bab IV Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers).

0 3 40

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN SECONDARY RAPE OLEH PERS ATAS PEMBERITAAN TENTANG PERKOSAAN DI MEDIA MASSA DIKAITAKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS.

0 1 1

Undang Undang No 40 Tahun 1999

0 0 14

UNDANG-UNDANG NO 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

0 0 9

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG - UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers

0 0 11

PERBANDINGAN SISTEM PERS YANG DIANUT INDONESIA DI ERA ORDE BARU DAN ERA REFORMASI (TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS) - repository perpusta

0 0 9