RATIONALIZATION VOTERS IN CHOOSING THE ELECTION CANDIDATE COUPLE OF GOVERNOR LAMPUNG 2014 (Studies in Rural Communities Beringin Raya Kingdom Kemiling District of Bandar Lampung) RASIONALISASI PEMILIH DALAM MEMILIH PASANGAN KANDIDAT PADA PEMILIHAN GUBERNU

ABSTRACT

RATIONALIZATION VOTERS IN CHOOSING THE ELECTION
CANDIDATE COUPLE OF GOVERNOR LAMPUNG 2014
(Studies in Rural Communities Beringin Raya Kingdom Kemiling District of
Bandar Lampung)

By
MARS BAYU DORAYIDI
Direct local elections is a response to widespread expectations of an entire nation
in order to restore the sovereignty of the people democratically. Where to give
people the opportunity to choose the candidate pairs without pressure and
interference and politicization of any party based on their conscience. This is
when viewed from the perspective of political development, the development of
local democracy, direct election is the process of succession at the local level that
the expectation is able to provide political education for the people to increase the
maturity of the people in politics. Events or sociologically interesting
phenomenon in this election that is how the electoral system change from indirect
to direct election system which will have implications for changes in voting
behavior. So appealing is necessary to lift this reality in research, with a view to
giving a major boost voter on the voting rights in direct elections, in this case the

rationality of voting behavior in choosing one pair of candidates in the election of
Governor (Governor Election) Direct Lampung ago 9 April 2014 . This study is a
descriptive study based on quantitative data collection, with the intention of doing
careful measurements to illustrate the relevance of sociological social reality that
can be achieved. Based on the results of this study that, in the act of choosing the
most people 48.5% of respondents had categorized as an act of choosing
prospective. Where they choose with consideration of the future by looking at the
candidate's vision and mission. However, if viewed from the aspect of rationality
of action, most of the respondents categorized as non-responders in determining
the rational choice. Where most of the voters are still affected 60.8% as well as
the emotional aspects of the environment in choosing a candidate.

Keywords: Communities Beringin Raya, Governor Election, Rationalitation

ABSTRAK

RASIONALISASI PEMILIH DALAM MEMILIH PASANGAN KANDIDAT
PADA PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG TAHUN 2014
(Studi Pada Masyarakat Desa Beringin Raya Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung)

Oleh
BAYU MARS DORAYIDI
Pemilihan Kepala Daerah langsung merupakan respon dari meluasnya harapan
seluruh bangsa dalam rangka mengembalikan kedaulatan rakyat secara
demokratis. Dimana memberikan rakyat kesempatan untuk memilih pasangan
kandidatnya tanpa ada tekanan dan campur tangan serta politisasi dari pihak
manapun yang berdasarkan hati nurani mereka. Hal ini jika dilihat dari perspektif
pembangunan politik, sebagai pengembangan demokrasi lokal, Pilkada langsung
merupakan proses pergantian pemimpin ditingkat lokal yang ekspektasinya
mampu memberikan pendidikan politik bagi rakyat untuk meningkatkan
kedewasaan rakyat dalam berpolitik. Kejadian atau fenomena yang menarik
secara sosiologis dalam Pilkada ini yakni bagaimana perubahan sistem pemilihan
dari tidak langsung ke sistem pemilihan langsung yang nantinya akan berimplikasi
pada perubahan perilaku pemilih. Sehingga menarik kiranya untuk mengangkat
realitas ini dalam penelitian, dengan melihat dorongan utama pemilih dalam
memberikan hak pilihnya pada pada Pilkada langsung, dalam hal ini rasionalitas
perilaku pemilih dalam memilih salah satu pasangan kandidat pada Pemilihan
Gubernur (Pilgub) Langsung Provinsi Lampung 9 April 2014 yang lalu. Penelitian
ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan pada pengumpulan data
kuantitatif, dengan maksud melakukan pengukuran cermat untuk menggambarkan

realitas sosial sehingga relevansi sosiologisnya dapat tercapai. Berdasarkan hasil
penelitian ini bahwa, tindakan dalam memilih masyarakat sebagian besar yakni
48,5% responden sudah terkategorikan sebagai tindakan memilih yang prospektif.
Dimana mereka memilih dengan pertimbangan masa depan dengan melihat visi
dan misi kandidat. Namun jika dilihat dari aspek rasionalitas tindakan, sebagian
besar responden terkategorikan sebagai responden yang tidak rasional dalam
menentukan pilihan. Dimana pemilih sebagian besar yakni 60,8% masih
terpengaruh lingkungan serta aspek emosional dalam memilih kandidat.

Kata Kunci : Masyarakat Beringin Raya, Pemilihan Gubernur, Rasionalisasi

RASIONALISASI PEMILIH DALAM MEMILIH PASANGAN
KANDIDAT PADA PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG TAHUN 2014
(Studi Pada Masyarakat Desa Beringin Raya Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh :
BAYU MARS DORAYIDI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di sebuah Desa kecil bernama Semuli Raya,
Kec. Kota Bumi, Kab. Lampung Utara. Anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan Eko Riyanto dan Asti Ayu Komariah.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis :
1.
2.
3.

Sekolah Dasar Abadi Perkasa, Gedung Meneng, Kabupaten Tulang Bawang
yang diselesaikan pada tahun 2003
SMP Abadi Perkasa, Gedung Meneng, Kabupaten Tulang Bawang pada tahun

2006
SMA Sugar Group Companies, Kabupaten Tulang Bawang yang diselesaikan
pada tahun 2009

Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa LP3I, namun penulis tidak
menyelesaikannya. Kemudian pada tahun 2010 penulis diterima sebagai
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Jurusan
Sosiologi. Dalam perjalanan menempuh pendidikan ini penulis mengikuti Kuliah
Kerja Nyata di Desa Dadi Mulyo, Kabupaten Tanggamus.

MOTO

“Kebingungan (ketidahtahuan) merupakan pendorong orang untuk belajar
lebih jauh. Bila orang sudah puas, ia telah berada di jurang kemandegan
belajar.”
(Gede Prama)
“Semakin banyak kamu memberi kepada orang lain, pada akhirnya semakin
banyak, kamu akan menerima bagi dirimu sendiri.”
(Robin Sharma)
“Kebahagiaan atau kesedihan manusia tidak tergantung pada jumlah harta

benda atau emas yang ia kumpulkan. Kebahagiaan atau penderitaan berada
di dalam jiwa seseorang. Orang yang bijaksana merasa nyaman disetiap
negeri. Seluruh alam semesta inilah rumah bagi jiwa yang mulia.”
(Democritus)
“Bahaya terbesar bagi kebanyakan kita bukanlah cita-cita kita yang terlalu
tinggi dan kita tidak dapat meraihnya, tetapi cita-cita kita terlalu rendah
sehingga kita mudah memperolehnya.”
(Michelangelo)
“Beberapa orang akan memiliki kebesaran untuk membengkokan sejarah,
namun setiap orang dapat mengubah sebagian kecil peristiwa itu, dan
gabungan dari semua tindakan yang ditulis itu menjadi sejarah generasi ini.”
(Robert F. Kennedy)
“Akan muncul peristiwa khusus di dalam hidup setiap orang, yaitu peristiwa
di mana manusia dilahirkan. Kesempatan istimewa ini, jika ia
menggunakannya, akan memenuhi misinya sebuah misi di mana ia diberi
sifat unik. Pada saat itu, ia menemukan kebesarannya. Inilah saat
terbaiknya.”
(Winston Churchill)

PERSEMBAHAN


Dengan mengucap Syukur Alhamdulilah
Kupersembahnkan karyaku ini untuk:

Kedua orang tuaku
Ayahanda Eko Riyanto dan Ibunda Asti Ayu Komariah

Kakakku
Eka Cah Nia Nopiyanti dan Mukasari

Sahabat dan teman-temanku serta semua pihak
yang membantu penulisan skripsi ini

Seorang Perempuan berhati lembut Ratika Afdelina yang kelak
mendampingi hidupku

Almamater tercinta Universitas Lampung

Ya Allah, puji syukur alhamdulilah ku panjatkan atas segala rahmat dan
karunia-Mu, telah menciptakan orang-orang yang selalu dekat denganku

dan sangat mencintai dan menyayangiku.

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya di setiap perjalanan hidup dalam setiap menempuh
pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul RASIONALISASI
PEMILIH

DALAM

MEMILIH

PASANGAN

KANDIDAT

PADA


PEMILIHAN

GUBERNUR LAMPUNG TAHUN 2014 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik di Universitas Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta
dukungan kepada penulis. Atas segala bantuan yang diterima, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi.
3. Bapak Drs. Ikram, M.Si., selaku pembimbing utama, terimakasih ata segala
bimbingan, motivasi dan kepercayaan diri yang bapak berikan dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H., selaku Pembimbing Akademik, terimakasih banyak
atas segala saran dan bimbingan selama menjadi mahasiswa dan selama proses
penyelesaian skripsi.
5. Ibu Dr. Bartoven Vivit N, M.Si., selaku penguji utama terimakasih banyak atas saran
dan bimbingan selama menjadi mahasiswa serta selama proses penyelesaian skripsi
ini.


6. Terimakasih banyak kepada seluruh dosen-dosen Sosiologi yang telah banyak
memberikan ilmu dan inspirasi yang sangat besar kepada penulis, Ibu Erna, Ibu Anita,
Ibu Vivit, Ibu Paraswati, Ibu Dewi, Ibu Yuni, Ibu Endry, Pak Ikram, Pak Gede, Pak
Sus, Pak Gede, Pak Fahmi, Pak Bintang, serta Bung Pay. Terimakasih untuk setiap
pengetahuan dan motivasi baru yang penulis peroleh setiap harinya selama kuliah.
7. Kepada seluruh keluarga besarku yang tiada henti-hentinya memberikan semangat
dan dukungan, ayah ibu (terimakasih atas segala doa dan kasih sayangmu yang selalu
menjadi kekuatan bagiku, semangat yang selalu engkau berikan sehingga aku bisa
menjadi seorang sarjana, begitu besar jasa mu dalam kehidupanku). Kakakku tercinta
(terimakasih banyak atas motivasi dan bantuannya, entah bagaimana aku harus
membalasnya). Kakak Iparku (terimakasih banyak atas segala doa dan semangat yang
selalu engkau berikan kepadaku). Oom Baweku (terimakasih banyak karena engkau
selalu memberikan bimbingan baik teroritis maupun praktis dan semangat dalam
kehidupanku).
8. Kepada seluruh keponakanku. Terimakasih banyak atas doa kalian, karna kalian
adalah sebagian dari semangatku.
9. Terimakasih banyak kepada Ratika Afdelina karena selalu memberikanku semangat
dalam mencapai gelar sarjana dan selalu setia menemani langkahku. Selalu
mengingatkanku betapa berharganya waktu serta setia menungguku.
10. Sosiologi 2010, khususnya untuk Arif Munandar (sosok analis, cerdas, setengah

religius, hidupnya yang penuh dengan rencana, teman diskusi) Hendra Pratama (sosok
yang di puja para wanita, mandiri, teman bermusik serta teman dikala tepar) Fahrurozi
Syaputra (sosok religius yang dikaruniai pita suara merdu nan elok, penyanyi,
pengumandang ayat suci Al-Qur’an yang merdu, teman bermusik). Kalian adalah
sahabat terhebat yang tak lekang oleh waktu, tiga tahun kita tak terpisahkan. Susah

senang selalu kita jalani dan kita lewati bersama, makan satu piring, tidur satu ranjang
adalah kebiasaan yang takkan pernah kita lewatkan. Terimakasih banyak untuk segala
doa dan kerjasama semasa kuliah.
11. Kepada seluruh warga Desa Beringin Raya, terimakasih banyak karna telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh pihak yang berperan besar dalam perjalanan penulis mencapai semua ini,
penulis ucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf dan
semoga skripsi ini dapat diterima di masyarakat. Harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk seluruh pihak. Semoga kita semua selalu
dalam lindungan-Nya dan senantiasa menjadi orang-orang yang istiqomah berada di jalanNya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 24 Mei 2014
Penulis,

Bayu Mars Dorayidi

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya di setiap perjalanan hidup dalam setiap menempuh
pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul RASIONALISASI
PEMILIH

DALAM

MEMILIH

PASANGAN

KANDIDAT

PADA

PEMILIHAN

GUBERNUR LAMPUNG TAHUN 2014 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik di Universitas Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta
dukungan kepada penulis. Atas segala bantuan yang diterima, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi.
3. Bapak Drs. Ikram, M.Si., selaku pembimbing utama, terimakasih ata segala
bimbingan, motivasi dan kepercayaan diri yang bapak berikan dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H., selaku Pembimbing Akademik, terimakasih banyak
atas segala saran dan bimbingan selama menjadi mahasiswa dan selama proses
penyelesaian skripsi.
5. Ibu Dr. Bartoven Vivit N, M.Si., selaku penguji utama terimakasih banyak atas saran
dan bimbingan selama menjadi mahasiswa serta selama proses penyelesaian skripsi
ini.

6. Terimakasih banyak kepada seluruh dosen-dosen Sosiologi yang telah banyak
memberikan ilmu dan inspirasi yang sangat besar kepada penulis, Ibu Erna, Ibu Anita,
Ibu Vivit, Ibu Paraswati, Ibu Dewi, Ibu Yuni, Ibu Endry, Pak Ikram, Pak Gede, Pak
Sus, Pak Gede, Pak Fahmi, Pak Bintang, serta Bung Pay. Terimakasih untuk setiap
pengetahuan dan motivasi baru yang penulis peroleh setiap harinya selama kuliah.
7. Kepada seluruh keluarga besarku yang tiada henti-hentinya memberikan semangat
dan dukungan, ayah ibu (terimakasih atas segala doa dan kasih sayangmu yang selalu
menjadi kekuatan bagiku, semangat yang selalu engkau berikan sehingga aku bisa
menjadi seorang sarjana, begitu besar jasa mu dalam kehidupanku). Kakakku tercinta
(terimakasih banyak atas motivasi dan bantuannya, entah bagaimana aku harus
membalasnya). Kakak Iparku (terimakasih banyak atas segala doa dan semangat yang
selalu engkau berikan kepadaku). Oom Baweku (terimakasih banyak karena engkau
selalu memberikan bimbingan baik teroritis maupun praktis dan semangat dalam
kehidupanku).
8. Kepada seluruh keponakanku. Terimakasih banyak atas doa kalian, karna kalian
adalah sebagian dari semangatku.
9. Terimakasih banyak kepada Ratika Afdelina karena selalu memberikanku semangat
dalam mencapai gelar sarjana dan selalu setia menemani langkahku. Selalu
mengingatkanku betapa berharganya waktu serta setia menungguku.
10. Sosiologi 2010, khususnya untuk Arif Munandar (sosok analis, cerdas, setengah
religius, hidupnya yang penuh dengan rencana, teman diskusi) Hendra Pratama (sosok
yang di puja para wanita, mandiri, teman bermusik serta teman dikala tepar) Fahrurozi
Syaputra (sosok religius yang dikaruniai pita suara merdu nan elok, penyanyi,
pengumandang ayat suci Al-Qur’an yang merdu, teman bermusik). Kalian adalah
sahabat terhebat yang tak lekang oleh waktu, tiga tahun kita tak terpisahkan. Susah

senang selalu kita jalani dan kita lewati bersama, makan satu piring, tidur satu ranjang
adalah kebiasaan yang takkan pernah kita lewatkan. Terimakasih banyak untuk segala
doa dan kerjasama semasa kuliah.
11. Kepada seluruh warga Desa Beringin Raya, terimakasih banyak karna telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh pihak yang berperan besar dalam perjalanan penulis mencapai semua ini,
penulis ucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf dan
semoga skripsi ini dapat diterima di masyarakat. Harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk seluruh pihak. Semoga kita semua selalu
dalam lindungan-Nya dan senantiasa menjadi orang-orang yang istiqomah berada di jalanNya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 24 Mei 2014
Penulis,

Bayu Mars Dorayidi

DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN................................................................................................

1

1.1. Latar Belakang........................................................................................ .....

1

1.2. Rumusan Masalah................................................................................... .....

8

1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................... .....

8

1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................. .....

8

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................

9

2.1. Perspektif Teori Tindakan Sosial............................................................ .....

9

2.2. Perspektif Teori Perilaku........................................................................ .....

12

2.2.1. Behavioral................................................................................... .....

12

2.2.2. Perspektif Pilihan Rasional..............................................................

13

2.3. Faktor-faktor yang Mempenngaruhi Perilaku Pemilih.......................... .....

15

2.4. Tipe Perilaku Pemilih...................................................................................

19

2.5. Pendekatan Perilaku Pemilih.................................................................. .....

25

2.6. Kerangka Pikir........................................................................................ .....

29

III. METODE PENELITIAN.............................................................................. .....

31

3.1. Tipe Penelitian........................................................................................ .....

31

3.2. Definisi Konseptual................................................................................ .....

32

3.2.1. Perilaku Pemilih.......................................................................... .....

32

3.2.2. Pemilihan Gubernur (Pilgub)..................................................... .....

33

3.2.3. Kandidat..................................................................................... .....

33

3.3. Definisi Operasional....................................................................................

34

3.3.1. Perilaku Pemilih......................................................................... .....

34

3.3.2. Pemilihan Gubernur (Pilgub)...................................................... .....

38

3.3.3. Kandidat..................................................................................... .....

39

3.4. Objek Penelitian..................................................................................... .....

40

3.5. Lokasi Penelitian.................................................................................... .....

40

3.6. Populasi Sampling........................................................................................

40

3.7. Teknik Sampling..........................................................................................

41

3.8. Sumber Data.................................................................................................

42

3.9. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... .....

42

3.10. Teknik Pengolahan Data......................................................................... .....

43

3.11. Teknik Analisa Data............................................................................... .....

43

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN..............................................

45

4.1. Kota Bandar Lampung........................................................................... .....

45

4.2. Kecamatan Kemiling............................................................................. .....

50

4.3. Kondisi Demografis Desa Beringin Raya.............................................. .....

52

4.4. Potensi Desa........................................................................................... .....

53

4.4.1. Sumber Daya Manusia............................................................... .....

53

4.4.2. Sumber Daya Buatan.................................................................. .....

58

4.4.3. Organisasi Sosial........................................................................ .....

60

HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................

64

5.1. Kandidat yang Dipilih Pada Pilkada...................................................... .....

64

V.

5.2. Kategori Tindakan Rasionalitas Diakronik Dalam Memilih Kandidat.........

66

5.3. Proses Internalisasi.......................................................................................

67

5.3.1. Pengetahuan Aktor...........................................................................

68

5.3.2. Pengaruh Lingkungan Sosial Responden Dalam Menentukan
Pilihan..............................................................................................

69

5.3.3. Pengaruh Intervensi dari Kandidat Secara Emosional.....................

70

5.4. Rasionalitas Perilaku Memilih Responden..................................................

71

5.4.1. Rasionalitas perilaku memilih responden dapat dilihat dari tingkat
pengetahuan responden dengan ada tidaknya pengaruh lingkungan
responden dan ada tidaknya pengaruh intervensi kandidat secara
emosional dalam menentukan pilihan.............................................

71

5.4.2. Perilaku memilih responden dilihat dari kategori rasionalitas
diakronik dengan rasional dan tidak rasional................................
VI.

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. .....

73
74

6.1. Kesimpulan........................................................................................

.....

74

6.2. Saran................................................................................................

.....

75

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1.

Variabel Penelitian.............................................................................................. ......

2.

Daftar Kandidat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada Pilkada Lampung
2014.................................................................................................................... ......

3.

36

39

Jumlah penduduk Desa Beringin Raya berdasarkan tingkat pendidikan tahun
2013.................................................................................................................... ......

53

4.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok Desa Beringin Raya........

55

5.

Jumlah Suku Bangsa yang ada di Desa Beringin Raya Tahun 2013........................

56

6.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama Desa Beringin Raya Tahun
2013...........................................................................................................................

57

7.

Jumlah Bangunan Infrastruktur Desa Beringin Raya Tahun 2013..........................

59

8.

Jumlah Penduduk dalam Organisasi Sosial Desa Beringin Raya Tahun 2013.........

61

9.

Kandidat yang dipilih pada saat Pilkada...................................................................

64

10. Kategori Tindakan Memilih Responden Dilihat dari Rasionalitas Diakronik..........

66

11. Tingkat Pengetahuan Responden dalam Memilih Kandidat.....................................

68

12. Pengaruh Lingkungan Sosial Responden dalam Menentukan Pilihan.....................

69

13. Pengaruh Emosional dalam Menentukan Pilihan.................................................

70

14. Matrik Pemilih Rasional dan Pemilih Tidak Rasional...........................................

72

15. Perilaku Pemilih Responden dilihat dari Kategori Rasionalitas Diakronik
dengan Rasional dan Tidak Rasional...................................................................

73

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Bagan Kerangka Berpikir..........................................................................................

30

2.

Peta Desa Beringin Raya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung..................

52

1

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa
demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah
memberikan ruang bebas dalam distribusi kekuasaan untuk warga negaranya serta
akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga
dikemukakan oleh Hertanto (2006:139), bahwa demokrasi merupakan sebuah
sistem yang dianggap ideal untuk semua sistem politik. Dimana terdapat
pengakuan atas hak individu didalamnya.

Demokrasi dimaknai sebagai sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Dimana kekuasaan tertinggi ada pada rakyat, dengan demikian pusat
kekuasaan berasal dari rakyat. Hal tersebut juga disampaikan oleh Sartori,
mengutip Basrowi (2006:7) bahwa demokrasi dicirikan sebagai sebuah sistem
pemerintahan yang masyarakatnya memiliki partisipasi luas, adanya kompetensi
politik yang sehat, sirkulasi politik yang terkelola serta terjaga, kemudian adanya
pengawasan yang efektif, diakui suara mayoritas, dan adanya tata krama politik
yang telah disepakati.

Bentuk dari demokrasi serta pengimplementasian dari demokrasi yakni salah
satunya yakni pemilihan umum. Menurut Basrowi (2006:7) demokrasi adalah
suatu bentuk pemerintahan dimana hak-hak untuk membuat keputusan politik

2

digunakan secara langsung oleh setiap warga negara yang diaktualisasikan melalui
prosedur pemerintahan mayoritas, yang biasa disebut dengan demokrasi langsung.
Pemilihan umum tidak hanya sebagai pengakuan hak-hak rakyat pada wakilwakilnya yang akan menjalankan pemerintahan. Institusi ini sebagai proses
rekruitmen serta cara regenerasi kekuasaan politik.

Menyinggung permasalahan demokrasi, sejarah demokrasi di Indonesia cukup
panjang. Indonesia pernah mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1955,
ketika pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di Indonesia. Sampai
kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan
sistem pemerintahan. Setelah mengalami masa demokrasi pancasila, sebuah
demokrasi semu yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto,
Indonesia kembali masuk kedalam masa demokrasi pada tahun 1998 ketika
pemerintahan Soeharto tumbang yang ditandai lahirnya reformasi (Heri, 2009:2).

Tercatat pemilihan umum di Indonesia telah berlangsung sembilan kali dalam tiga
rezim kekuasaan yang berbeda. Pemilu yang berlangsung di Indonesia pada masa
orde lama yaitu pemilu tahun 1955 dan 1971. Kemudian pada masa orde baru,
pemilu berlangsung selama lima kali yaitu 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997.
Sedangkan sejak reformasi tahun 1998 pemilu telah berlangsung dua kali yaitu
tahun 1999 dan 2004 (Heri, 2009:2).
Pada tahun 1998, dimana saat itu gerakan mahasiswa telah berhasil
menggulingkan kekuasaan orde baru yang sedang berkuasa. Kehidupan demokrasi
kita telah mengalami perubahan dan kemajuan yang amat pesat seperti saat ini,
yang tidak bisa kita rasakan pada masa orde baru.

3

Jatuhnya rezim Soeharto dan lahirnya reformasi, telah menandai lahirnya babak
baru kehidupan politik bangsa Indonesia. Reformasi menuntut pembaharuan
membuat dinamika politik masyarakat makin tinggi yang tampak melalui euforia
politik yang terus menuntut reformasi disegala sendi-sendi kehidupan masyarakat
kita. Masyarakat menuntut pemerintahan baru yang tidak terkontaminasi dengan
rezim masa lalu (Heri, 2009:3).

Kelanjutan dari proses demokratisasi, di era reformasi ini ada sesuatu hal yang
baru dalam praktek ketatanegaraan kita, yakni ada pemilihan Presiden langsung
sejak tahun 2004 dan pemilihan kepala Daerah langsung sejak tahun 2005. Sistem
pemilihan langsung ini merupakan respon dari meluasnya harapan seluruh bangsa
dalam rangka mengembalikan kedaulatan rakyat secara demokratis. Kita tahu
bahwa pada masa orde baru terdahulu kehidupan demokrasi bangsa ini dapat
dikatakan sebagai demokrasi yang semu, dimana sistem pemilihan umum yang
memilih wakil-wakil rakyat dalam pemilu, implementasinya hanya sebagai
formalitas dan untuk melanggengkan kekuasaan yang ada (Heri, 2009:3).

Nampak sistem pemilihan langsung, dalam hal ini sistem pemilihan kepala daerah
yang daerah yang ditandai dengan lahirnya undang-undang nomor 32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah fase baru untuk menata sistem kemasyarakatan demi
mewujudkan good governance dan clear governance di tingkat lokal. Hal
demikian juga dikemukakan oleh Kaloh (2007:82) bahwa Pilkada dapat menjamin
terciptanya check and balance dalam pemerintahan. Dimana saat ini calon Kepala
Daerah dipilih langsung oleh rakyat dengan memilih calon Kepala Daerah dan

4

Wakil Kepala Daerah dalam satu pasangan calon melalui suatu sistem pemilihan
langsung atau yang lebih dikenal dengan Pilkada langsung.

Dalam konteks ini negara telah memberikan kesempatan kepada masyarakat
daerah untuk menentukan sendiri segala bentuk kebijakan yang menyangkut
harkat dan martabat masyarakat daerah. Masyarakat daerah yang selama ini hanya
menjadi penonton proses pemilihan kepala daerah yang dipilih oleh anggota
DPRD (parlemen), kini menjadi pelaku atau pemilih yang akan menentukan
terpilihnya kepala daerah. Hal demikian dikemukakan juga oleh Asfar (2006:15)
bahwa Pilkada merupakan sebuah kiat-kiat yang dilakukan untuk menciptakan
pemerintahan yang representatif, sehingga responsif dalam menanggapi isu-isu
yang berasal dari publik serta dengan harapan tercapainya visi, misi serta program
kerja pemerintahan.

Adapun pendapat yang sejalan mengenai Pilkada oleh Joko Prihatmoko dalam
Pristianingsih (2007:23) yang menyebutkan beberapa kelebihan dari Pilkada
langsung yakni:
1. Kepala daerah yang terpilih akan memiliki mandat serta legitimasi kuat
karena didukung oleh suara rakyat yang memberikan suaranya secara
langsung.
2. Kepala daerah yang terpilih tidak terikat pada konsesi partai, sebagaimana
selama ini.
3. Sistem pilkada langsung lebih akuntabel dibandingkan dengan sistem lain
sebelumnya, sebab rakyat tidak perlu menitipkan suaranya pada anggota
legislatif.

5

4. Akan terjadinya check and balance antara legislatif dan eksekutif, serta
5. Kriteria kepala daerah dapat dinilai secara langsung oleh rakyat yang akan
memberikan suaranya.
Dengan demikian sistem Pilkada langsung memberikan kelonggaran serta
kesempatan kepada rakyat untuk memilih kepala daerahnya secara langsung,
bebas menurut hati nuraninya tanpa ada tekanan serta campur tangan dari pihak
manapun. Bahkan ditinjau dari perspektif pembangunan politik, sebagai
pengembangan demokrasi lokal, Pilkada langsung merupakan proses pergantian
pemimpin ditingkat lokal yang diharapkan mampu memberikan pendidikan politik
kepada rakyat untuk meningkatkan kedewasaan rakyat dalam berpolitik. Seperti
yang dikemukakan oleh Ari Damastuti, dalam Gunawan (2006:24) bahwa tujuan
utama proses pendidikan politik dalam suatu ajang pemilihan umum adalah warga
masyarakat dapat memilih dengan tepat dan benar, berdasarkan pemahaman yang
benar atas pilihan mereka.
Sistem pemilihan langsung lebih menjanjikan dibandingkan dengan sistem yang
berlaku sebelumnya. Dimana Pilkada langsung diyakini memiliki kapasitas untuk
memperluas partisipasi masyarakat. Gunawan (2006:124) dalam penelitiannya
tentang pengaruh pemahaman pemilih serta perubahan sistem pemilu yang tadinya
hanya memilih partai saja menjadi bisa memilih partai maupun calon langsung
terhadap perilaku pemilih pada pemilihan umum tahun 2004, mengungkapkan
bahwa pemahaman pemilih akan sistem pemilu pada tahun 2004 berimplikasi
terhadap rasionalitas pemilih dalam menentukan pilihan. Hasil penelitiannya
mengatakan bahwa pengaruh pemahaman pemilih yang rendah tentang sistem
pemilu legislatif, mengarah pada terbentuknya pola perilaku pemilih yang belum

6

menggunakan pertimbangan rasional dalam menentukan pilihan. Hal tersebut
dimaksudkan, untuk mendorong rasionalitas pemilih, maka perlunya pemahaman
pemilih akan pilihan politiknya. Dimana yang tadinya pemilu 1999 hanya
memilih partai saja, kemudian pada pemilu tahun 2004 terjadi perubahan sistem
pemilihan, rakyat rakyat tidak hanya bisa memilih partai saja namun mereka dapat
juga memilih langsung calon legislatifnya. Beranjak dari fakta ini kiranya dapat
memperkuat argumentasi mengenai Pilkada bahwa Pilkada langsung merupakan
momentum yang tepat bagi munculnya berbagai varian preferensi pemilih yang
menjadi faktor penting dalam melakukan tindakan atau perilaku politiknya.
Kita mengetahui sistem pemilihan umum sebelumnya, lebih mendorong
masyarakat sebagai partisipatoris pasif saja. Hal ini dikemukakan oleh Gaffar
dalam Mediastutie (2006:7) bahwa akibat budaya politik yang paternalistik,
menciptakan pola perilaku masyarakat pemilih di Indonesia tidak bersifat rasional.
Pemilih dalam menentukan pilihanya untuk memilih partai politik tertentu bukan
atas dasar perhitungan rasional. Namun, berdasarkan kepada faktor yang lebih
bersifat tradisional dan ikatan emosional yang terbangun sebagai akibat dari suatu
proses internalisasi yang mereka pilih dari suatu generasi sebelumnya.
Sejak tahun 2005, Pilkada langsung sudah diselenggarakan diberbagai daerah di
Indonesia dan telah banyak peristiwa-peristiwa yang mewarnai pelaksanaannya.
Kita dapat melihat betapa kisruhnya pemilihan Gubernur Maluku Utara yang
menyeret konflik horizontal dimasyarakat yang hingga hari ini belum kunjung
terselesaikan. Kemudian kita juga dapat lihat bagaimana Pilkada Gubernur Jawa
Barat yang telah memenangkan pasangan Ha-De, dimana Dede Yusuf yang
seorang artis tampil sebagai wakilnya. Kemudian kita dikejutkan dengan

7

perolehan suara Pilkada Gubernur oleh Sjahroedin ZP-Joko Umar Said yang
memperoleh suara 43,27% suara pada pilgub Lampung September 2008 lalu.
Tentu saja hal tersebut menimbulkan pertanyaan dan jawabannya hanyalah akan
kita dapat dari penulusuran terhadap perilaku masyarakat itu sendiri (Heri,
2009:7).

Pilkada Lampung sebelumnya banyak pengamat yang mengatakan bahwa
kemungkinan tingkat partisipasi masyarakat Lampung akan sangat rendah.
Namun, secara mengejutkan ternyata tingkat partisipasi masyarakat mencapai
68,8% (KPUD Lampung). Hal tersebut berbanding terbalik dengan pilkadapilkada didaerah lain. Seperti di Jawa Barat misalkan, tingkat partisipasi hanya
sekitar 30%, Jawa Timur 50%, Jakarta 40%. Dengan tingkat partisipasi yang
cukup tinggi tersebut ternyata kita juga dicengangkan betapa signifikannya
perolehan suara pasangan Sjahroedin ZP-Joko Umar Said yang memperoleh
43,27% suara (Heri, 2009:8).

Dengan demikian menarik kiranya mengangkat realitas ini dalam penelitian,
dengan mencoba melihat dorongan utama pemilih dalam memberikan hak
pilihnya dalam ajang Pilkada langsung. Kita tahu bahwa dengan sistem demokrasi
saat ini diharapkan terjadi proses pendewasaan politik masyarakat, yang akan
tergantung pada proses pembelajaran politik yang terjadi. Sehingga wujud
demokrasi yang hakiki dapat tercipta. Tidak hanya keberhasilan demokrasi dilihat
secara prosedural tetapi juga demokrasi secara subtansi. Dimana masyarakat
sampai pada tahap benar-benar bisa memaknai demokrasi yang sesungguhnya.

8

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
penelitian ini adalah
1. Apakah pemilih dalam Pilgub Lampung tahun 2014 rasional?
2. Apakah pemilih dalam Pilgub Lampung tahun 2014 menunjuk kepada
tindakan yang rasional atau tidak rasional?
3. Seberapa besar tingkat rasionalisasi pemilih dalam Pilgub Lampung tahun
2014?

1.3.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk menjelaskan apakah pemilih dalam Pilgub Lampung tahun 2014
rasional.
2. Untuk memahami tindakan pemilih dalam Pilgub Lampung tahun 2014
apakah rasional atau tidak rasional dalam memilih pasangan kandidatnya.
3. Untuk mengukur seberapa besar tingkat rasionalisasi pemilih dalam
memilih pasangan kandidatnya pada Pilgub Lampung tahun 2014.

1.4.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam dua aspek, yaitu:
1. Aspek Teoritis, yaitu dapat memberikan sumbangan berupa khasanah
pengetahuan sosiologi politik berupa pemahaman rasionalisasi pemilih.
2. Aspek Praktis, yaitu memberikan kontribusi terhadap proses perpolitikan
lokal yang berupa kontribusi menjadikan pemilu lebih jujur dan baik.

9

II.

2.1.

TINJAUAN PUSTAKA

Perspektif Teori Tindakan Sosial

Perilaku memilih dalam Pilkada langsung merupakan perilaku politik yang bisa
dikategorikan sebagai tindakan sosial. Dimana tindakan sosial merupakan proses
aktor terlibat dalam pengambilan-pengambilan keputusan subjektif tentang sarana
dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, tindakan tersebut
mengenai semua jenis perilaku manusia, yang dengan penuh arti diorientasikan
kepada perilaku orang lain, yang telah lewat, yang sekarang dan yang diharapkan
diwaktu yang akan datang. Menurut Johnson dalam Upe (2008:90) bahwa
tindakan sosial (social action) adalah tindakan yang memiliki makna subjektif (a
subjective meaning) bagi dan dari aktor pelakunya.

Tindakan sosial seluruh perilaku manusia yang memiliki arti subjektif dari yang
melakukannya. Baik yang terbuka maupun yang tertutup, yang diutarakan secara
lahir maupun diam-diam, yang oleh pelakunya diarahkan pada tujuannya.
Sehingga tindakan sosial itu bukanlah perilaku yang kebetulan tetapi yang
memiliki pola dan struktur tertentudan makna tertentu.

Weber secara khusus mengklasifikasikan tindakan sosial yang memiliki arti-arti
subjektif tersebut kedalam empat tipe. Pertama, instrumentally rasional, yaitu

10

tindakan yang ditentukan oleh harapan-harapan yang memiliki tujuan untuk
dicapai dalam kehidupan manusia yang dengan alat untuk mencapai hal tersebut
telah dirasionalkan dan dikalkulasikan sedemikian rupa untuk dapat dikejar atau
diraih oleh yang melakukannya. Kedua, value rational, yaitu tindakan yang
didasari oleh kesadaran keyakinan mengenai nilai-nilai yang penting seperti etika,
estetika, agama dan nilai-nilai lainnya yang mempengaruhi tingkah laku manusia
dalam kehidupannya. Ketiga, affectual (especially emotional), yaitu tindakan yang
ditentukan oleh kondisi kejiwaan dan perasaan aktor yang melakukannya.
Keempat, traditional, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang mendarah daging.

Beberapa asumsi fundamental teori aksi (action theory) yang dikemukakan oleh
Hinkle dalam Upe (2008:90) antara lain :
1. Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai subjek dan dari
situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.
2. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuantujuan tertentu.
3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara teknik prosedur, metode
serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang
sedang terjadi dan yang akan dilakukan.
5. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan
timbul pada saat pengambilan keputusan.
Selanjutnya, secara khusus dalam Ritzer (2004:78) Parsons menyusun skema unitunit dasar dari tindakan sosial dengan karakteristik :

11

1. Adanya individu selaku aktor.
2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.
3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat, serta teknik untuk mencapai tujuan.
4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakan dalam mencapai tujuan.
5. Aktor berbeda dibawah kendali nilai-nilai, norma dan berbagai nilai
abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan tujuan.
Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkan
dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan, tetapi
putusan akhir ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih.
Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai voluntarisme yaitu
kemampuan melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat
dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya.
Baik Weber maupun Parsons menempatkan individu sebagai mahluk yang kreatif,
dalam bertindak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian menurut
Veeger individualitas manusia menampakkan diri dari dalam tindakannya yang
sadar dan sengaja. Sebagai individu ia bebas, mampu menentukan apa yang harus
dilakukan.
Nashir dalam Upe (2008:93) mengatakan kepentingan sebagai tujuan yang dikejar
oleh aktor merupakan faktor yang penting dalam perilaku politik, individu
maupun kelompok yang selalu melekat dalam proses politik. Kepentingan
merupakan kekuatan pendorong utama bagi manusia dan seperti tindakan manusia
didasarkan atas pemilikan kepentingan.

12

Dengan demikian perilaku politik dalam hal ini perilaku memilih perspektif
tindakan sosial adalah tindakan sosial adalah tindakan individu dan kelompok
dalam melakukan tindakan-tindakan politik, memiliki keterkaitan dengan
kesadaran dan tujuan politik dari aktor yang memainkannya. Bahkan tingkah laku
politik merupakan hasil pertemuan faktor-faktor struktur kepribadian, keyakinan
politik, tindakan politik, individu dan struktur serta proses politik menyeluruh.
2.2.

Perspektif Teori Perilaku

Dalarn sosiologi politik terdapat beberapa perspektif teori yang dapat digunakan
untuk menganalisis perilaku politik, karena perilaku politik merupakan sebuah
gejala yang hisa diamati Penelitian tentang perilaku pemilih cukup relevan
digunakan pendekatan behavior Menurut Budiarjo yang dikutip Upe (2008:95).
2.2.1.

Behavioral

Ritzer (2007:356) mengatakan sosiologi perilaku berawal dari behavioral,
dimana sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara
pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan dan dampak
lingkung,an terhadap perilaku aktor. Hubungan ini adalah dasar untuk
pengkondisian operan (operant condisioning) atau proses belajar melaluinya
perilaku diubah oleh konsekuensinya. Dalam teori behavioral dikenal
pemahaman reinforcement yang dapat diartikan sebagai reward (ganjaran).
Perulangan atas suatu tindakan tidak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya
terhadap tindakan itu sendiri. Perulangan ini dirumuskan dalam pengertian
terhadap aktor. Dimana suatu ganjaran yang tidak membawa pengaruh
terhadap aktor, maka tindakannya tidak akan diulang.

13

2.2.2.

Perspektif Pilihan Rasional

Selanjutnya Ritzer (2007:357) menjelaskan Prinsip dasar teori pilihan
rasional berasal dari ekonomi klasik. Berdasarkan berbagai jenis yang
berbeda, menghimpun apa yang mereka sebut sebagai model kerangka teori
pilihan rasional. Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor.
Aktor dipandang sebagai rnanusia yang mempunyai maksud. Hal tersebut
dimaksudkan aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya
untuk mencapai tujuan itu. Aktorpun dipandang mempunyai pilihan (atau
nilai, keperluan). Teori pilihan rasional tidak rnenghiraukan apa yang menjadi
pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor. Hal terpenting adalah
kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai
dengan tingkatan pilihan aktor.

Kemudian Ritzer menerangkan meskipun teori pilihan rasional berawal dari
tujuan atau maksud aktor, namun teori ini memperhatikan sekurangkurangnya dua pemaksa utama tindakan.
1. Pertama adalah keterbatasan sumber. Aktor mempunyai sumber yang
berbeda-beda maupun akses yang berbeda terhadap sumberdaya yang
lain. Bagi aktor yang mempunyai sumberdaya yang besar, pencapaian
tujuan mungkin relatif mudah. Tetapi bagi aktor yang mempunyai
sumberdaya sedikit, pencapaian tujuan akan sukar atau sulit. Aktor
dipandang berupaya mencapai keuntungan maksimal dan tujuan
mungkin meliputi gabungan antara peluang untuk mencapai tujuan
utama dan apa yang telah dicapai pada peluang yang tersedia untuk
mencapai tujuan kedua yang paling bernilai.

14

2. Sumber pemaksa kedua atas tindakan aktor individual adalah lembaga
sosial. Hambatan kelembagaan ini menyediakan baik sanksi positif
maupun sanksi negatif yang membantu mendorong aktor untuk
melakukan tindakan tertentu dan menghindarkan tindakan lain.
Selanjutnya, Friedman dan Hecthter dalam Ritzer (2007:358) mengemukakan
dua gagasan lain yang menjadi dasar teori pilihan rasional. Pertama, adalah
kumpulan mekanisme atau proses yang menggabungkan tindakan aktor
individual yang terpisah untuk menghasilkan akibat sosial. Kedua,
bertambahnya pengertian tentang pentingnya informasi dalam membuat
pilihan rasional.
Reward dalam bentuk pemberian dukungan (memilih seorang kandidat)
sangat dipengaruhi oleh stimulus yang ada. Stimulus sebagai sebuah produk
politik bagi pemilih menurut Kotler, Peter dan Olson sebagaimana yang
dikutip oleh Nursal (2004:23), memiliki beberapa tahap respon.
Pertama, awareness yakni bila seseorang bila seseorang dapat mengingat atau
menyadari bahwa sebuah pihak tertentu merupakan sebuah konstestan
pemilih. Dengan jumlah kontestan Pilkada yang banyak, membangun
awareness cukup sulit lakukan khususnya bagi partai-partai baru, secara
umum para pemilih tidak akan menghabiskan waktu dan energi untuk
menghapal nama kontestan tersebut. Kontestan yang tidak memiliki brand
awareness. Kedua, knowledge. Kedua hal tersebut diartikan ketika seseorang
pemilih mengetahui beberapa unsur penting mengenai produk kontestan
tersebut, baik subtansi maupun referensi. Unsur - unsur itu akan di

15

interpretasikan sehingga bentuk makna tertentu dalarn pikiran pernerintah.
Ketiga liking, yakni tahap dimana seorang pemilih menyukai kontestan
tertentu karena satu atau beberapa makna politis yang terbentuk dalam
pikirannya sesuai dengan aspirasinya. Keempat, preference, yakni tahap
dimana pemilih menganggap bahwa satu atau heberapa makna politis yang
terbentuk sebagai interpretasi terhadap produk politik seorang, kontestan
tidak

dapat

dihasilkan

secara

lebih

oleh

kontestan

lainnya.

Ada

kecenderungan pemilih memilih kontestan tersebut. Kelima, conviction, yakni
pemilih tersebut sampai pada keyakinan untuk memilih kontestan tertentu.
2.3.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih

Adnan Nursal (2004:37) menguraikan sejumlah orientasi pemilih dalam ajang
pemilihan umum, antara lain :
1. Sosial imagery atau citra sosial (pengelompokan sosial), menunjukan
streotip kandidat atau partai untuk menarik pemilih dengan menciptakan
asosiasi antar kandidat atau partai dengan segmen - segmen tertentu dalam
masyarakat. Social imagery adalah citra kandidat dalam pikiran pemilih
mengenai “berada” didalarn kelompok sosial mana atau tergolong sebagai
apa sebuah partai atau kandidat politik. Social imagery dapat terjadi
berdasarkan banyak faktor antara lain :
a. Demografi
1) Usia (contoh : partai anak muda)
2) Gender (contoh : calon pemimpin dari kelompok hawa)
3) Agama (contoh : partai bercorak Islam, Katolik)

16

b. Sosio ekonomi
1) Pekerjaan (contoh : partai kaum buruh)
2) Pendapatan (contoh : partai wong cilik)
c. Kultur dan etnik
1) Kultur (contoh : kandidat adalah seniman, santri)
2) Etnik (contoh : orang Jawa, Sulawesi)
d. Politis-ideologi (contoh : partai nasionalis, partai agamis, partai
konservatif, partai moderat).
2. Identifikasi partai, bisa menjadi salah satu faktor yang cukup signifikan
dalam menentukan pilihan politik sesuai dengan kedekatan terhadap suatu
partai yang dihubungkan dengan kandidat.
3. Identifikasi kandidat
a. Emosional feelings, dimensi emosional yang terpancar dari sebuah
kontestan atau kandidat yang ditunjukan oleh police making yang
ditawarkan.
b. Kandidat personality, mengaju pada sifat-sifat pribadi yang penting
yang dianggap sebagai karakter kandidat.
4. Isu dan kebijakan politik, pengaruh isu dan program bisa memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap perilaku pemilih. Semakin tingginya
pendidikan pemilih, yang bisa meningkatkan daya kritis, semakin
menyebabkan pentingnya peranan isu dan program.
5. Peristiwa-peristiwa tertentu
a. Current events, mengacu pada himpunan peristiwa, isu, dan kebijakan
yang berkembang menjelang dan selama kampanye.

17

b. Personal events, mengacu pada peristiwa pribadi dan peristiwa yang
pernah dialami secara pribadi oleh seorang kandidat. Misalnya, skandal
seksual, skandal bisnis, menjadi korban rezim, pernah ikut berjuang dan
lain-lain.
6. Epistemic, adalah isu-isu pemilihan yang spesifik dimana dapat memicu
keingintahuan pemilih mengenai hal-hal tertentu.

Selanjutnya Lipset (2007:181) juga mengemukakan, perilaku pemilih akan
dipengaruhi oleh struktur sosial seorang individu, seperti kelompok politik dan
sistem politik yang melekat pada individu berdasarkan etnis, agama, atau sistem
ekonomi regional.
Kemudian Upe (2008:205) menurut hasil penelitiannya menyimpulkan terdapat
enam variabel atau faktor sebagai stimulus politik yang mempengaruhi perilaku
pemilih dalam memilih kandidat, antara lain :
1. Identifikasi figure
Dalam proses Pilkada langsung disebut juga sebagai pemilihan
perorangan, hanya saja proses pencalonan melalui seleksi partai politik
yang memiliki persentase kursi legislatif yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Bahkan saat ini sudah dimungkinkan pencalonan
diluar partai atau lebih dikenal dengan calon independent. Oleh sebab itu,
harapan dari momentum ini adalah terpilihnya figur yang berkualitas,
sehingga mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik, tentu
dengan melihat sosok calon pemimpin yang berkemampuan dan
profesional.

18

2. Identifikasi partai politik yang mengusung
Secara sosiologis ada kemungkinan faktor ini dapat memberikan
kontribusi yang cukup signifikan. Dimana pemilih mengaitkan pilihannya
dengan kelompok sosialnya, dalam hal ini partai politik.
3. Isu kampanye
Kampanye merupakan proses penyampaian program dari masing-masing
pasangan calon melalui pesan-pesan politik yang bertujuan untuk
mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku pemilih.
4. Faktor juru kampanye
Juru kampanye yang dimaksud yakni siapa saja yang aktif menyampaikan
program-program pasangan calon, baik pada saat kampanye maupun
diluar kampanye. Tentu saja para juru kampanye tersebut memiliki ikatan
yang lebih dekat dengan konstituen di sekitar mere

Dokumen yang terkait

FAKTORS THAT INFLUENCE POLITICAL PARTICIPATION AT BANDAR LAMPUNG MAYORAL ELECTION 2010 (Studies on Kemiling District in Bandar Lampung City)

0 4 15

FACTORS THAT INFLUENCE THE VOTING BEHAVIOR OF PERATIN ELECTION IN PEKON KURIPAN SUB DISTRICT NORTH COASTAL DISTRICT WEST LAMPUNG IN 2009

1 11 162

FACTORS THAT LEAD TO THE INTENSITY OF CHILDREN WORKING IN THE INFORMAL SECTOR (Studies in the Seller peddlers, shoeshine and newspaper seller in the District of Raja Basa Bandar Lampung)

3 18 92

THE INFLUENCE OF EDUCATION LEVEL DIVORCE (Studies in Community District Raja Basa Bandar Lampung Year 2009)

0 8 2

Public Perception Of Marriage Begawi Cakak Pepadun In Lampung Community Sungkai (Studies in the Village of Ketapang district South Sungkai of North Lampung)

0 10 2

POLITICAL MARKETING OF RIDHO FICARDO AND BACHTIAR BASRI COUPLE IN GOVERNOR ELECTION OF LAMPUNG YEAR 2014 PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) PASANGAN RIDHO FICARDO DAN BACHTIAR BASRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG TAHUN 2014

1 14 63

THE ORDERLY ADMINISTRATION OF STANDARDIZATION OF TOPOGRAPHICAL NAMES IN BANDAR LAMPUNG STUDIES IN BANDAR LAMPUNG GOVERNMENT OFFICE SUBSECTIONS OF THE VILLAGE GOVERNMENT TERTIB ADMINISTRASI PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG STUDI PADA KANTOR P

0 5 76

42055 ID the role of religion in voters preference during general election 2014 in centra

0 0 12

Pasar Murah Polda Lampung di Kemiling Bandar Lampung

0 0 2

Portrait of politeness in language by the supporters of governor’s candidates in the discourse of Jakarta election

0 1 8