PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DARI MIKROBA LOKAL TERHADAP TEBAL KERABANG, PENURUNAN BERAT, DAN NILAI HAUGH UNIT TELUR YANG DISIMPAN SEPULUH HARI

(1)

PENGARUH PEMBERIANPROBIOTIKDARI MIKROBA LOKAL TERHADAP TEBAL KERABANG, PENURUNAN BERAT, DAN NILAI

HAUGH UNITTELUR YANG DISIMPAN SEPULUH HARI (Skripsi)

JENNY MARTHIKA SARI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT PROBIOTIC SUPPLEMENTS OF LOCAL MICROBES ON SHELL THICKNESS, WEIGHT LOSS, AND VALUE OF THE

HAUGH UNIT EGG WHICH STORED TEN DAYS By

Jenny Marthika Sari

This study aims to 1) determine the effect probiotics local supplements on shell thickness, percentage of weight loss, and value of Haugh unit eggs which stored ten days; 2) determine the optimal level supplements probiotics local on shell thickness, presentage of weight loss, and value of Haugh unit eggs which stored ten days. This research was conducted on 08--19 December 2014 in the henhouse laying owned by CV. Varia Agung Jaya, the village of Varia, the District of Seputih Mataram, Center of Lampung Regency and 20 December 2014--18 January 2015 at the Laboratory of Microbiology, Laboratory of Molecular Biology Faculty, University of Lampung. The study used completely randomized design (CRD) with 4 treatments of lokal probiotics in the diet (0%, 1%, 2%, and 3%) and 5 replications. Data obtained was analyzed using analysis of variance at 5% level and continued Orthogonal Polynomial test at 5% level. Based on these results we can conclude: local probiotics in the diet (0%,1%,2%, and 3%) no significant effect (P> 0.05) against the percentage of weight loss and value of Haugh unit eggs stored ten days, but significant effect (P <0.05) of shell thickness. Increasing the percentage of local probiotic on the ration will improve shell thickness indicated by the regression equation ŷ = 0.42 + 0,24x, with r = 0.68 and R2= 0.47.


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIANPROBIOTIKDARI MIKROBA LOKAL TERHADAP TEBAL KERABANG , PENURUNAN BERAT, DAN NILAI

HAUGH UNITTELUR YANG DISIMPAN SEPULUH HARI Oleh

Jenny Marthika Sari

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui pengaruh pemberian probiotik lokal terhadap tebal kerabang, penurunan berat, dan nilai haugh unit telur yang disimpan sepuluh hari; 2) mengetahui tingkat pemberian probiotik lokal yang terbaik terhadap tebal kerabang, penurunan berat, dan nilai haugh unit telur yang disimpan sepuluh hari. Penelitian ini dilaksanakan pada 8—19 Desember 2014 di kandang ayam petelur milik CV. Varia Agung Jaya, Desa Varia Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah dan 20 Desember 2014—18 Januari 2015 di Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Biologi Molekuler FMIPA, Universitas Lampung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan pemberian probiotik lokal dalam ransum (0%,1%,2%,dan 3%) dan 5 kali ulangan.Data yang diperoleh dianalisi menggunakan analisis ragam pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan uji Polinomial Ortogonal pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan: pemberian probiotik lokal dalam ransum (0%,1%,2%, dan 3%) tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap penurunan berat telur dan nilai haugh unit telur yang disimpan sepuluh hari, tetapi memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tebal kerabang. Peningkatan presentase pemberian probiotiklokal pada ransum akan meningkatan tebal kerabang yang ditunjukan dengan persamaan regresi ŷ = 0,42 + 0,24x, dengan nilai r = 0,68 dan R2= 0,47.

Kata kunci : Probiotik lokal, tebal kerabang, penurunan berat telur dan nilai Haugh Unit.


(4)

PENGARUH PEMBERIANPROBIOTIKDARI MIKROBA LOKAL TERHADAP TEBAL KERABANG, PENURUNAN BERAT, DAN NILAI

HAUGH UNITTELUR YANG DISIMPAN SEPULUH HARI

Oleh

JENNY MARTHIKA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

Pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung 14 Maret 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga saudara, putri pasangan Bapak Sijah dan Ibu Endang Sri Ambarwati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Fransiskus 1 Tanjung Karang (1999), SD Fransiskus 1 Tanjung Karang (2005), SMP Al-kautsar Bandar Lampung (2008), SMA Negeri 1 Petanahan- Kebumen (2011). Pada 2011, penulis diterima di Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Peternakan. Penulis juga menjadi asisten dosen pada mata kuliah Kimia Dasar, Biokimia, Pengetahuan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum , dan Manajemen Usaha Ternak Perah. Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik di Kampung Cimarias, Kecamatan Bangun Rejo, Lampung Tengah pada Januari--Februari 2014 dan melaksanakan Praktik Umum di PT. Central Avian Pertiwi, Lampung Selatan pada Juli--Agustus 2014.


(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur atas ridho, rahmat, dan anugerah Allah SWT berikan kepada hamba. Sembah sujud syukurku kuberikan atas segalanya yang telah

diberikanNya. Sholawat serta salam teruntuk baginda Rosulullah SAW dan sahabatNya di jannah.

Teruntuk ibu dan ayah terimakasih atas cinta dan kasih sayang dari kalian, untuk cucuran keringat yang penuh ketawakalan, untuk doa yang selalu mengiringi langkah menuju kesuksesan. Terimakasih untuk segalanya dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan keselamatan dan kelancaran bagi kehidupan dunia akhirat.

Amiin .

Teruntuk adik-adik atas doa, senyum, tawa, dan kebersamaan kalian, ketulusan dan keikhlasan kalian.

Teruntuk keluarga besar, pendidik, sahabat, dan teman-teman atas dukungan, doa dan motivasinya.


(9)

MOTO

Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam

suatu cara yang berbeda (Dale Carnegie)

Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain (Cicero)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. (Andrew Jackson)

Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain. (William Wordsworth)

Jika ingin meraih kesuksesan, jangan pernah sedikitpun memberikan waktu kepada mulut tuk mengatakan lelah (Ibu)


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis atas kehadirat Allah swt karena atas ridho dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian

Probiotik Dari Mikroba Lokal Terhadap Tebal Kerabang, Penurunan Berat, Dan NilaiHaugh UnitTelur Yang Disimpan Sepuluh Hari.”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan andil yang cukup besar. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S., selaku pembimbing utama atas kebaikan, saran, nasehat, arahan, bekal ilmu, semangat, dan motivasi yang telah diberikan; 2. Bapak drh. Madi Hartono, M.P.,selaku pembimbing anggota atas arahan,

saran, kritik, dan bimbingan selama penulisan skripsi;

3. Ibu Dian Septinova, S. Pt. M.T.A., selaku pembahas atas kritik dan saran yang menyempurnakan tulisan ini;

4. Bapak Siswanto, S.Pt., M. Si., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahan selama menjalankan studi;

5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P., selaku Sekertaris Jurusan Peternakan; 6. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S., selaku Ketua Jurusan Peternakan; 7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas


(11)

8. Bapak ibu dosen Jurusan Peternakan atas bekal ilmu yang diberikan;

9. Ibu dan ayah terimakasih untuk semangat, motivasi, doa, dan segalanya yang sangat berarti bagi penulis;

10. Tim penelitian, Konita, Arista,dan Bang Dani, terimakasih atas bantuannya; 11. Teman-teman PTK 2011 ( Sarina, Nia, Retno, Komala, Ayu, Citra, Lasmi,

Fitri, Fitria, Ade, Dea, Putri, Amita, Isti, Unay, dan teman-teman PTK 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya), terimakasih atas doa dan semangat kalian ;

12. Lilis Nuraini, Khusnul Khotimah, Kak Puri ,dan Bu Nurul Aziz yang telah memberikan motivasi selama ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,


(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian... 4

D. Kerangka Pemikiran... 4

E. Hipotesis... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Probiotik... 9

1. Sacharomyces sp.... 12

2. Rhizopus sp. ... 13

3. Mucor sp.... 13

4. Bacillus sp. ... 14

B. Ayam Petelur... 14

C. Tebal kerabang ... 15

D. Penurunan berat telur ... 16


(13)

xii

III. BAHAN DAN METODE ... 19

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

B. Alat dan Bahan Penelitian... 19

C. Metode Penelitian... 21

1. Rancangan perlakuan ... 21

2. Analisis data ... 22

D. Pelaksanaan Penelitian ... 22

1. Pembuatanprobiotiklokal ... 22

a. Pembuatan inokulum kamir (Sacharomyces sp.).. ... 22

b. Pembuatan inokulum kapang (Rhizopus sp. danMucor sp. )..... 23

c. Pembuatan inokulumBacillus sp... 23

2. Persiapan kandang... 24

3. Persiapan ransum ... 24

4. Kegiatan penelitian... 25

E. Peubah yang Diamati ... 25

1. Tebal kerabang ... 25

2. Penurunan berat telur ... 26

3. NilaiHaugh Unit(HU) ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Pengaruh Perlakuan terhadap Tebal Kerabang ... 29

B. Pengaruh Perlakuan terhadap Penurunan Berat Telur ... 33

C. Pengaruh Perlakuan terhadap NilaiHaugh Unit... 35


(14)

xiii

A. Simpulan ... 38

B. Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA... 40


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan nutrisi bahan penyusun ransum ... 20

2. Kandungan nutrisi ransum ... 21

3. Rata-rata tebal kerabang telur ayam ras yang disimpan sepuluh hari... 29

4. Rata-rata penurunan berat telur ayam ras disimpan sepuluh hari... 33

5. Rata-rat nilai Haugh Unit telur ayam ras disimpan sepuluh hari... 36

6. Data transformasi√ y+0,5 terhadaptebal kerabang telur ... 48

7. Analisis ragam tebal kerabang telur ... 48

8. Perhitungan nilai Q (perkalian antara kontras dengan jumlah nilai parameter yang diukur) ... 48

9. Analisis ragam tebal kerabang ... 49

10. Perhitungan nilai a dan b persamaan regresi... 50

11. Sidik regresi ... 51

12. Data transformasiarcsinterhadap penurunan berat telur. ... 52

13. Analisis ragam penurunan berat telur ... 52

14. Data rata-rata nilai HU ... 53

15. Analisi ragam nilai HU ... 53

16. Data rata-rata berat awal telur ... 54


(16)

xv

18. Data rata-rata tinggi putih telur ... 54

19. Data rata-rata indeks telur ... 55

20. Data bobot ayam perlakuan... 55

21. Data suhu dan kelembaban kandang saat pemeliharaan ... 56


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penghambatan bakteri enterik dan peningkatan fungsi penghalang

oleh bakteriprobiotik... 10 2. Mikrometer sekrup... 26 3. Jangka sorong... 27 4. Hubungan antara penambahanprobiotiklokal dengan tebal kerabang

Telur ... 31 5. Morfologi usus yang tidak disuplementsi dengan produk dinding sel

Saccharomyces cerevisiae(a) dan yang tidak disuplementasi produk

tersebut ... 32 6. Skema tata letak petak kandang penelitian ... 47


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Rahayu (2003) menyatakan bahwa pangan asal ternak merupakan sumber protein bagi manusia dan mengandung asam amino esensial yang tidak disuplai dari bahan pangan lain. Asam amino tersebut berpengaruh terhadap status kesehatan yang pada akhirnya berperan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu sumber protein asal ternak tersebut adalah telur.

Telur merupakan bahan makanan yang berkualitas tinggi, komposisi kimia telur sebagian besar adalah air diikuti oleh protein dan lemak (Kurtini dkk., 2011). Telur mempunyai kandungan asam amino esensial dan non esensial yang cukup lengkap dan tinggi mutunya, sehingga sangat baik untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk pertumbuhan. Telur merupakan bahan pangan yang mudah dicerna, mudah didapat, dan murah harganya (Rahayu, 2003). Akan tetapi, selama masa penyimpanan kandungan nutrisi pada telur akan menurun, diikuti dengan menurunnya kualitas telur.

Penyimpanan telur dilakukan oleh peternak maupun pedagang saat

pendistribusian telur ke konsumen. Penyimpanan telur ini biasanya dilakukan pada suhu ruang. Fibrianti dkk.(2012) menyatakan bahwa telur segar dapat disimpan tidak lebih dari sepuluh hari pada suhu ruang. Hartoko (2010)


(19)

2 menyatakan bahwa telur yang disimpan pada suhu ruang, akan mengalami

penurunan kualitas. Romanof dan Romanof (1963) menyatakan bahwa suhu ruang akan memicu terjadinya penguapan penguapan air dan gas-gas seperti karbondioksida (CO2), amonia (NH3), nitrogen (N2), dan hidrogen sulfida (H2S) dari dalam telur melalui pori-pori kerabang. Penurunan kualitas telur yang terjadi seperti penurunan berat telur dan nilai HU (Haugh Unit).

Penyakit infeksius pada hewan dapat menurunkan kesehatan tubuh sehingga menurunkan produktivitas dan reproduktivitas bahkan dapat menyebabkan kematian (Soeripto, 2002). Untuk dapat mempertahankan produksi dan kualitas telur, peternak menggunakan suplemen tambahan yang berupa antibiotik. Soeripto (2002) menyatakan bahwa penggunaan antibiotik yang berlebihan atau dalam dosis rendah tetapi diberikan terus-menerus dapat meninggalkan residu pada produk ternak dan yang lebih menghawatirkan dapat menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Nugraha dkk. (2014) menyatakan bahwa produk peternakan termasuk telur mengandung residu antibiotik. Menurut Gavalov dkk.(1987), penggunaan antibiotik merugikan bagi kesehatan manusia. Untuk menghindari bahaya tersebut, Majalah Trobos (2012) menyatakan bahwa peran antibiotik ini dapat digantikan olehprobiotik.

Probiotikadalah bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang memiliki pengaruh menguntungkan dengan mempertahankan mikroba intestinal (Fuller, 1992). Menurut Ziaie dkk. (2011) dan Kompiang (2009), probiotikjuga dapat mempertahankan kualitas telur dengan menjaga kesehatan ternak serta meningkatkan penyerapan mineral dan asam amino. Peningkatan penyerapan


(20)

3 mineral akan menambah ketebalan kerabang yang pada akhirnya akan menurukan penyusutan berat telur dan mempertahankan nilai HU telur, sedangkan

peningkatan asam amino akan mempertahankanovomucinyang pada akhirnya juga akan mempertahankan nilai HU yang disimpan.

Pemberianprobiotiklokal diharapkan mampu meningkatkan kualitas telur dengan adanya penyerapan mineral dan asam amino oleh usus halus. Mineral dan asam amino yang diserap oleh usus halus ini akan meningkatkan tebal kerabang, menurunkan penyusutan berat telur, dan meningkatkan nilai HU yang disimpan selama sepuluh hari.

Penggunaanprobiotiklokal sangat berguna bagi peternak dan distributor telur ayam ras karena selain meningkatkan kesehaan ternak,probiotiklokal tersebut juga dimungkinkan dapat mempertahankan kualitas telur. Sampai saat ini penelitian tentang penggunaanprobiotiklokal terhadap kualitas telur belum ditemukan. Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian tentang pengaruh probiotiklokal terhadap tebal kerabang, penurunan berat telur, dan nilai HU yang disimpan sepuluh hari.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. mengetahui pengaruh pemberianprobiotiklokal terhadap tebal kerabang, penurunan berat, dan nilaiHaugh Unittelur yang disimpan sepuluh hari;


(21)

4 2. mengetahui tingkat pemberianprobiotiklokal yang optimal terhadap tebal

kerabang, penurunan berat, dan nilaihaugh unittelur yang disimpan sepuluh hari.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum, khususnya peternak ayam petelur dan distributor telur ayam ras tentang manfaatprobiotiklokal dalam meningkatkan tebal kerabang, mengurangi penurunan berat, dan mempertahankan nilaihaugh unittelur yang disimpan sepuluh hari.

D. Kerangka Pemikiran

Telur merupakan produk hasil peternakan yang akan mengalami penurunan kualitas selama penyimpanan. Selama penyimpanan telur mengalami penguapan air dan gas-gas seperti CO2, NH3, N2, dan sedikit H2S akibat degradasi komponen organik telur melalui pori-pori kerabang (Romanof dan Romanof, 1963).

Penguapan terjadi karena kandungan air padaalbumenyang besar. Penguapan ini menyebabkan terjadinya penurunan berat telur, pembesaran kantung udara, peningkatan pHalbumindanyolkyang pada akhirnyaalbumenmenjadi encer (Buckle dkk.,1986).

Menurut Stadelman dan Cotteril (1973), komposisi dari kerabang telur adalah 98,2% kalsium, 0,9 % magnesium, dan 0,9 % fosfor. Pada kerabang telur tersebar pori-pori yakni berkisar antara 7.00017.000. Pori-pori ini akan menjadi lalu lintas penguapan air dan gas-gas dari dalam telur. Haryono (2000) menyatakan


(22)

5 bahwa kulit yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga

mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan.

Penurunan berat telur adalah salah satu perubahan yang nyata selama penyimpanan dan berkorelasi hampirlinierterhadap waktu di bawah kondisi lingkungan yang konstan. Kecepatan penurunaan berat telur disebabkan oleh suhu dan kelembaban yang tinggi ( Kurtini dkk.,2011).

Kurtini dkk.(2011) menyatakan bahwaHaugh Unit(HU) merupakan indeks dari tinggialbumenkental terhadap berat telur. Nilai HU ini dipengaruhi oleh

kekentalan darialbumen. Romanof dan Romanof (1963) menyatakan bahwa ovomucinmerupakan protein serabut yang mempertahankan kekentalan dari albumen. Suradi (2006) menyatakan bahwa pelepasan gas CO2dari dalam telur akan diikuti oleh kenaikan pHalbumen. Hal ini karena CO2merupakan salah satu senyawa penyusun keseimbangan pHalbumenagar dapat mendekati pHbuffer. Menurut Romanof dan Romanof (1963), kenaikan pHalbumenakan merusak ovomucinsehinggaalbumenmenjadi encer dan pada akhirnya nilai HU menurun.

Penurunan berat telur dan nilai HU merupakan indikator dari penilaian kualitas telur. Nova (2014) menyatakan bahwa terjadi perbedaan nyata terhadap kualitas telur (nilai HU dan penurunan berat) yang disimpan 5 dan 10 hari. Febrianti dkk. (2012) menyatakan bahwa telur segar yang disimpan pada suhu ruang sebelum 10 hari masih mempunyai nilai HU tergolong baik. Menurut Hardini (2000), telur yang disimpan tidak lebih dari 14 hari dengan suhu ruang 25--260C, kualitasnya tetap baik.


(23)

6 Untuk meningkatkan tebal kerabang, mengurangi penurunan berat, dan

mempertahankan nilai HU telur, maka diperlukan suplementasi pakan salah satunya berupaprobiotiklokal. Menurut Sumardi dan Ekowati (2008),probiotik lokal merupakanprobiotikyang isolat mikroba dibuat berdasarkan eksplorasi mikroba yang terdapat di dalam usus ayam kampung. Beberapa diantaranya adalahSaccharomycess sp.,Rhizopus sp., Mucor sp.,danBacillus sp..

Mikroba yang terkandung dalamprobiotiklokal mempunyai fungsi dan peranannya masingmasing. Menurut Dawson (1993)dalamDutta (2009), dinding selSaccharomyces sp.terdapatMannan Oligo-Sacharida(MOS) yang berfungsi mengikatmycotoxinyang dihasilkan oleh mikroba pantogen.Rahmi (2008) menambahkan bahwaRhizopus sp. yang menghasilkan enzim

glukoamilaseyang dapat mengubah pati menjadi glukosa. Ali (2005)

menyatakan bahwaMucor sp.termasuk salah satu kapang yang menghasilkan enzim amilolitik. Menurut Fardiaz (1992),Bacillus sp.mempunyai sifat dapat mensekresikan enzimprotease, lipasedanamilase.

Menurut Apata (2008) dan Kabir (2009), cara kerjaprobiotikadalah dengan cara (1) memelihara persaingan terhadapmikroflorapatogen usus , (2) melancarkan metabolisme dengan cara menaikkan aktivitas enzim pencernaan dan

menurunkan aktivitas enzim mikroba dan produksi amoniak. Dhingra (1993) dan Jankauskiene (2002) menyatakan bahwa probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan mikroba pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen usus dan memperbaiki efisiensi pakan dengan melepas enzim-enzim yang membantu proses pencernaan makanan.


(24)

7 Ziaie dkk. (2011) menyatakan bahwa suplementasiprobiotik(150 mg/kg) dapat meningkatkan kecernaan dan ketersediaan nutrisi (seperti kalsium dan fosfor), sehingga dapat meningkatkan ketebalan kerabang. Hassanein dan Soliman (2010) menyatakan bahwa penambahanprobiotiksebesar 0%;0,4%; 0,8%;1,2% dan 1,6 % pada ransum tidak berbeda nyata terhadap tebal kerabang, tetapi jika 0% dibandingkan dengan 0,8% terlihat perbedaaan yakni pada 0,8 % memiliki kerabang yang lebih tebal dibandingakan dengan 0% kontrol.

Penambahanprobiotikpada ransum secara signifikan berpengaruh terhadap HU dan volume telur segar (Jin dkk., 1998). Nugraha dkk. (2013) menyatakan bahwa penggunaanprobiotikdalam ransum dapat meningkatkanHaugh Unittelur ayam arab sebesar 13,92 %. Menurut Kompiang (2009), probiotik mampu

meningkatkan penyerapan nutrisi secara maksimal terutama asam amino yang dapat mempertahankanovomucindanlesitin. Ovomucinmerupakan protein serabut yang berfungsi untuk mempertahankan kekentalanalbumenyang pada akhirnya akan meningkatkan nilai HU.

Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan pemberian probiotiklokal sebesar 0%,1%,2% dan 3%. Peubah yang diukur meliputi penurunan berat telur, nilai HU, dan tebal kerabang.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, diantaranya:

1. adanya pengaruhprobiotiklokal terhadap tebal kerabang, penurunan berat, dan nilaiHaugh Unittelur yang disimpan sepuluh hari;


(25)

8 2. adanya tingkat pemberianprobiotiklokal yang optimal terhadap tebal

kerabang, penurunan berat, dan nilaiHaugh Unittelur yang disimpan sepuluh hari.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Probiotik

Arista (2012) menyatakan bahwaprobiotikadalah mikroba hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan dengan tujuan memperbaiki kesehatan dan

perkembangan mikroflora. SnSProject Team(2014) menyatakan bahwa probiotikdalam penerapannya adalah sebagai produk bioteknologi yang terdiri atas tiga jenis produk yaituprobiotikyang mengandung kultur bakteri, kultur khamir dan kulturmolds(kapang) serta kombinasinya. Manfaatprobiotikdalam saluran pencernaan diantaranya:

1. menetralisir toksin yang dihasilkan oleh bakteri patogen;

2. menghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan mencegah kolonisasi di dinding usus halus.

3. memengaruhi aktivitas enzim di dalam usus halus; 4. asimilasi kolestrol;

5. meningkatkan pertumbuhan dan performa ternak.

Menurut Charoen Phokphan (2008), pemberian pakanprobiotikdapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengembalikan komunitas mikrobia dalam usus untuk mencapai atau membangun kembali kondisieubiosis(keseimbangan


(27)

10 populasi bakteri dalam saluran pencernaan). Kinerjaprobiotiksecara umum diantaranya:

a. berkompetisi terhadap bakteri patogen dalam perebutan tempat hidup dalam usus dan zat makanan;

b. perubahan kondisi lingkungan dalam usus dan asam laktat;

c. produksi substansi antimikroba (lactoferrin, lysozyme, bacteriocinssebagai antibiotik alami);

d. modulasi respon kekebalan usus penyerapanprobiotikseharusnya dapat memberikan hasil pada pembentukan kondisi ekologi mikroba dalam usus yang akan menekan mikroorganisme jahat dan merupakan kondisi yang nyaman bagi mikroorgnisme baik, dan sebagai meningkatkan kesehatan usus.

Gambar 1. Penghambatan bakteri enterik dan peningkatan fungsi penghalang oleh bakteriprobiotik. Skema representasi dari crosstalkantara bakteriprobiotikdan mukosa usus.


(28)

11 Dari Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa aktivitas antimikrobaprobiotik meliputi (1) produksi bakteriosin / defensin, (2) inhibisi kompetitif dengan bakteri patogen, (3) penghambatan kepatuhan bakteri atau translokasi, dan (4)

pengurangan pH luminal. Bakteriprobiotikjuga dapat meningkatkan barrier usus oleh (5) peningkatan produksi lendir (Diadaptasi Ng dkk. 2009dalamGois dkk. 2012).

Reksohadiwinoto (2014) menyatakan bahwa bakteriprobiotikmenghasilkan berbagai zat yang menghambat bakteri baik gram positif dan gram negatif, misalnya asam organik, hidrogen peroksida dan bakteriosin. Senyawa ini dapat mengurangi jumlah patogen sehingga menekan metabolisme dan produksi toksin, yang terjadi melalui penurunan pH luminal dan produksi asam lemak volatil rantai pendek, terutama asetat, propionat dan butyrat. Selain itu, produksi asam laktat dariBifidobacterium, Lactobacillus, Streptococcusmenyebabkan penurunan pH kolon. Probiotikbersaing dengan patogen mencegah adhesi ke usus dan

memperoleh nutrisi untuk kelangsungan hidup induk semang.

Menurut Holer (1992), penggunaan mikroba yang digunakan sebagaiprobiotik sendiri memiliki kriteria utama yang harus diperhatikan 1) mampu

memfermentasi gugus gula oligosakarida dalam waktu yang relatif cepat, 2) mampu menggandakan diri, 3) tahan terhadap suasana asam sehingga dapat bertahan di dalam saluran pencernaan, 4) menghasilkan produk akhir yang dapat diterima oleh induk semang, 5) mempunyai stabilitas yang tinggi selama proses fermentasi.


(29)

12 Menurut Sumardi dan Ekowati (2008),probiotiklokal merupakanprobiotikyang isolat mikroba dibuat berdasarkan eksplorasi mikroba yang terdapat di dalam usus ayam kampung. Rieso (2012) menyatakan bahan utama mikroba lokal terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Karbohidrat dan glukosa merupakan sumber nutrisi untuk mikroba lokal.

Menurut Fardiaz (1992), semua mikroba yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme.

Menurut Kurtini dkk. (2013), mikroba lokal yang dapat dijadikanprobiotik diantaranyaSaccharomyces sp., Rhizopus sp., Mucor sp.,danBacillus sp.

1. Saccharomyces sp.

Khamir diklasifikasikan berdasarkan sifat fisiologisnya, dan tidak berdasarkan morfologinya seperti pada kapang. Menurut Dawson (1993)dalamDutta (2009), Saccharomyces sp. adalah feed supplementyang kaya vitamin, enzim-enzim, zat makanan lain seperti karbohidrat dan protein. Beberapa peneliti melaporkan perkembangan, bahwa pada dinding selSaccharomyces sp.terdapatMannan Oligo-Sacharida(MOS) yang berfungsi mengikatmycotoxin. Menurut Ahmad (2008), S.cerevisiaesebagai pengendali hayati,probiotikdan imunostimulan memberikan hasil yang baik sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. Bradly dan Savage (1995) menyatakan bahwa penambahanSaccharomyces sp.pada pakan mampu meningkatkan presentase dan tebal kerabang telur, karena terjadi peningkatan penyerapan kalsium.


(30)

13 2. Rhizopus sp.

Rhizopus sp.termasuk jamur berfilamen. Jamur berfilamen sering disebut kapang.Rhizopus sp.merupakan anggotaZygomycetes. Hifa kapang

terspesialisasi menjadi 3 bentuk yaiturhizoid, sporangiofor, dansporangium. Rhizoidmerupakan bentuk hifa yang menyerupai akar (tumbuh ke bawah). Sporangiofor adalah hifa yang menyerupai batang (tumbuh ke atas). Sporangium adalah hifa pembentuk spora dan berbentuk bulat. Suhu pertumbuhan optimum adalah 30°C. Salah satu jamur yang memiliki potensi besar dalam pengembangan riset bioetanol adalahRhizopus sp. karena jamur tersebut memiliki enzim

glukoamilaseyang dapat mengubah pati menjadi glukosa (Rahmi, 2008). Moat dan Foster (1988) menyebutkan bahwa jamurRhizopustermasuk spesies

heterofermentatif yang menggunakan jalur fosfoketolase sebagai jalur utama dari metabolisme glukosa.

3. Mucor sp.

Mucor sp.adalah genus fungi yang berasal dariordo Mucorales yang merupakan fungi tipikalsaprotroppada tanah dan serasah tumbuhan. Hifa vegetatifnya bercabang-cabang, bersifatcoenositikdan tidak bersepta (Singleton dan

Sainsbury, 2006). Ali (2005) menyatakan bahwaMucor sp.termasuk salah satu kapang yang menghasilkan enzim amilolitik. Enzim amilolitik akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida).


(31)

14 4. Bacillus sp.

Haetamin dkk.(2008) menyatakan bahwaBacillus sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang diyakini mampu untuk meningkatkan daya cerna. Menurut Fardiaz (1992), bakteri ini mempunyai sifat dapat mengsekresikan enzimprotease, lipase danamilase. Bacillus sp. merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan tergolong dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang mengandung oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic sporefomers.

B. Ayam Petelur

Ayam petelur adalah ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur berasal dari ayam hutan yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Jenis ayam ini merupakan spesiesGallus domesticus. Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan di Indonesia adalah ayam ras petelurwhite leghornyang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya dijadikan ayam potong. Terdapat tiga jenis ayam yaitu tipe ringan berasal dari bangsawhite leghorn, tipe medium dari bangsarhode island reds,danbarred plymouth rockdan tipe berat dari bangsanew hampshire, white plymouth rock,dancornish(Darmansya, 2012).

Ayam petelurIsa-Brownmerupakan jenis ayam hasil persilangan antara ayam rhode island whitesdanrhode island reds. Isa-Browntermasuk ayam petelur tipe medium dengan produktivitas yang cukup tinggi yaitu mampu menghasilkan telur sebanyak 351 butir per tahun (Darmansya, 2012). Isa-Brownkomersial


(32)

15 mempunyai daya hidup 98% sampai umur 18 minggu dan 93% sampai masa produksi 76 minggu. Ayam tersebut mulai produksi telur pada umur 18 minggu, mencapai 50%hendaypada umur 20 minggu, dan mencapai puncak pada umur 26 minggu. Puncak produksi mencapai 95%henday. Rata-rata bobot telur

mencapai 62,7 g/butir pada umur 76 minggu. Ayam petelurstrain Isa-Brown memiliki periode bertelur antara 18-80 minggu. (Hendrix, 2007).

C. Tebal Kerabang

Haryono (2000) menyatakan kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan berfungsi mengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi dengan pori-pori kulit yang berguna untuk pertukaran gas dari dalam dan luar kulit telur. Tebal kerabang telur berkisar antara 0,330,35 mm. Tipisnya kulit telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni umur/ tipe ayam, zat-zat makanan, peristiwafaaldari organ tubuh, stres dan komponen lapisan kulit telur. Kulit yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga

mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan dan pembusukan lebih cepat.

Kerabang telur terdiri dari empat lapisan yaitu : (1) lapisan kutikula yang merupakan lapisan paling luar yang menyelubungi seluruh permukaan telur, (2) lapisan bunga karang yang terletak dibawah kutikula, (3) lapisan mamila yang merupakan lapisan ketiga dan sangat tipis, dan (4) lapisan membran yang terletak paling dalam (Sarwono, 1994). Menurut Stadelman dan Cotteril (1973),

komposisi dari kerabang telur adalah 98,2% kalsium, 0,9 % magnesium dan 0,9 % fosfor.


(33)

16 Ziaie dkk. (2011) menyatakan bahwa suplementasi pakan denganprobiotik(150 mg/kg ) dapat meningkatkan kecernaan dan ketersediaan nutrisi (seperti kalsium dan fosfor) karena perkembangan mikroflora yang diinginkan dalam saluran pencernaan, yang pada gilirannya mengakibatkan peningkatan retensi mineral dan mineralisasi tulang, sehingga dapat meningkatkan ketebalan kerabang telur. Guclu (2011) menyatakan bahwa suplementasiprobiotiksebesar 0,5 kg/ ton meningkatkan ketebalan kerabang telur.

D. Penurunan Berat Telur

Menurut Kurtini dkk.(2011),kehilangan berat adalah salah satu perubahan yang nyata selama penyimpanan dan berkorelasi hampir linier terhadap waktu di bawah kondisi lingkungan yang konstan. Percepatan penurunan berat telur dapat

diperbesar pada suhu dan kelembapan yang relatif tinggi. Kehilangan berat sebagian besar disebabkan oleh penguapan air, terutama pada bagianalbumen, dan sebagian kecil oleh penguapan gas-gas seperti CO2, NH3, N2, dan sedikit H2S akibat degradasi komponen organik telur.

Penurunan berat telur dapat dipengaruhi oleh keadaan awal telur tersebut. Telur yang beratnya lebih besar akan mengalami penurunan berat lebih besar daripada telur yang beratnya kecil. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah pori-pori kerabang telur, perbedaan luasan permukaan tempat udara bergerak, dan ketebalan kerabang telur (Kurtini dkk., 2011).

Telur akan mengalami penurunan kualitas selama penyimpanan, karena selama penyimpanan terjadi penguapan air dan CO di dalam telur melalui pori-pori


(34)

17 kerabang (Romanof dan Romanof, 1963). Hal ini menyebabkan terjadinya

penurunan berat, membesarnya kantung udara, meningkatnya pHalbumendan yolkyang pada akhirnyaalbumenmenjadi encer (Buckle dkk.,1987). Menurut Mountney (1976), bahwa porositas kerabang mempunyai kaitan yang erat dengan penurunan berat telur selama penyimpanan. Penelitian Nova (2014) menyatakan bahwa terjadi perbedaan nyata pada penurunan berat telur antara telur yang disimpan 5, 10, dan 15 hari. Lama penyimpanan telur yang terbaik yakni 5 hari, karena telur hanya mengalami penurunan sekitar 0,90%.

E. Haugh unit(HU)

Nilai HU merupakan nilai yang mencerminkan keadaanalbumentelur berguna untuk menentukan kualitas telur. Nilai HU ditentukan berdasarkan keadaan albumen, yaitu korelasi antara bobot telur dengan tinggi putih. Penurunan nilai HU selama penyimpanan, indeks albumendan bobot berkurang karena terjadi penguapan air dalam telur dan kantung udara bertambah besar (Muhtadi dan Sugiyono, 1992).

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai HU (Nesheim dkk., 1997) HU = 100Log (H+7,57-1,7W0,37)

Keterangan : HU =Haugh Unit

H = TinggiAlbumen(mm) W = Bobot Telur (g)


(35)

18 Menurut Jazil dkk. (2013), semakin lama penyimpanan nilai HU akan semakin menurun, hal ini terjadi akibat adanya penguapan gas seperti CO2yang

menyebabkanalbumenkental semakin encer. Nugraha dkk. ( 2013) Pemberian probiotikpada ayam petelur menunjukkan nilai HU telur segar sebesar 78,12 ± 6,69. Nilai tersebut termasuk dalam golongan kualitas AA. Guclu (2011), menyatakan bahwa suplementasiprobiotiksebesar 0,5 kg/ ton tidak berpengaruh terhadap nilai HU pada telur. Febrianti dkk.(2012) menyatakan telur segar yang disimpan pada suhu ruang sebelum 10 hari masih mempunyai nilai HU tergolong baik.

Nilai HU yang tinggi menunjukkan kualitas telur tersebut juga tinggi (Sudaryani, 2003). Nilai HU lebih dari 72 dikategorikan sebagai telur kualitas AA, nilai HU 60-72 sebagai telur kualitas A, nilai HU 31-60 sebagai telur kualitas B dan nilai HU kurang dari 31 dikategorikan sebgai telur kualitas C (United State


(36)

19

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember 2014–18 Januari 2015 di kandang ayam petelur milik CV. Varia Agung Jaya, Desa Varia Agung, Kecamatan

Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah. Pembuatanprobiotikdari mikroba lokal dilakukan 8 -- 19 Desember 2014 di Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Biologi Molekuler FMIPA, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam pembuatanprobiotiklokal meliputiblender untuk menghaluskan bahan, wadah plastik untuk mewadahi bahan, tampah bambu sebagai tempat untuk mewadahi adonan yang telah dipipihkan,autoklafuntuk sterilisasi bahan dan alat, inkubator sebagai tempat inkubasi mikroba, dan refigerator untuk menyimpan bahan.

Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan adalah kandangcagesebanyak 20 unit, tempat ransum yang telah disekat dengan bambu, tempat air minum,

timbangan kapasitas 10 kg untuk menimbang ayam, timbangan kapasitas 500 g untuk menimbang ransum, termohigrometer untuk mengukur suhu dan


(37)

20 kelembaban kandang, dan alat-alat kebersihan untuk membersihkan selama

penelitian.

Sementara peralatan yang digunakan dalam pengukuran kualitas telur (tebal kerabang penurunan berat , dan nilai HU ) meliputi kaca sebagai alas saat pengukuran kualitas internal telur, pisau untuk memecah telur, jangka sorong untuk mengukur tinggi putih telur, mikrometer untuk mengukur ketebalan kerabang, dan timbangan elektrik dengan ketelitian dua desimal untuk menimbang telur.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. ayam petelur faselayer strain Isa Brownumur 44 minggu sebanyak 40 ekor yang dipelihara selama 4 minggu dengan bobot 1,64 ± 0,09 kg (koefisien keragaman sebesar 5,38 %);

2. ransum ayam petelur faselayerberbentukmeshdengan komposisi konsentrat ( 35%), jagung (50 %), bekatul (14 %), dan premix ( 1%). Berikut kandungan nutrisi bahan penyusun ransum dan ransum yang digunakan;

Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan penyusun ransum

No. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan

Bekatul Kosentrat Jagung

1. Kadar Air (%)* 12,54 92,12 10,51

2. Protein Kasar(%)* 8,71 31,66 6,94

3. Lemak Kasar (%)* 9,55 8,68 8,71

4. Serat Kasar (%)* 12,52 2,71 2,51

5. Abu (%) * 10,86 20,79 1,78

6. Bahan Ekstra Tanpa Nitrogen (%)* 45,94 36,13 71,56 7. Energi Metabolisme (Kkal/kg)** 2.860 1.936,36 4.453 Sumber : *: Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2014) **: Fathul dkk. (2013)


(38)

21 Tabel 2. Kandungan nutrisi ransum

No. Kandungan Nutrisi Ransum Total

1. Kadar Air (%) * 39,26

2. Protein Kasar (%)* 15,77

3. Lemak Kasar (%)* 8,74

4. Serat Kasar (%)* 3,96

5. Kadar Abu (%)* 9,69

6. Bahan Ekstra Tanpa Nitrogen (%)* 54,86 7. Energi Metabolis (Kkal/kg)** 3.333,3 Sumber : *: Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2014) **: Fathul dkk. (2013)

3. 40 butir telur berasal dari ayam petelur yang dipelihara selama 4 minggu dengan bobot telur 59,64 ± 3,7 g ( koefisien keragaman sebesar 6,22%) . 4. air minum diberikan secaraad libitum;

5. probiotiklokal dengan komposisiSaccharomyces sp.,Mucor sp. , Bacillus sp., danRhizopus sp;

C. Metode Penelitian

1. Rancangan perlakuan

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perletakan petak percobaan secara acak, terdiri atas empat perlakuan pemberianprobiotiklokal dalam ransum, setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali.

P0 : Ransum basal (0 %probiotiklokal) P1 : Ransum basal +probiotiklokal 1% P2 : Ransum basal +probiotiklokal 2% P3 : Ransum basal +probiotiklokal 3%


(39)

22 2. Analisis data

Data yang dihasilkan dianalisis sesuai dengan asumsi sidik ragam. Apabila dari analisis ragam menunjukkan hasil yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji polinominal ortogonal pada taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1993).

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatanprobiotiklokal

Probiotiklokal merupakanprobiotikcampuran dari inokulum kamir

(Saccharomyces sp.), Kapang (Rhizopus sp.danMucor sp.), danBacillus sp. Tahap pembuatanprobiotiklokal menurut Kurtini dkk. (2013) sebagai berikut.

a. Pembuatan inokulum kamir (Saccharomyces sp.)

Langkah-langkah pembuatan inokulumSaccharomyces sp.adalah menyiapkan 2.000 g tepung beras, 66,6 g lada putih, 10 g lengkuas, 66,6 g bawang putih dan 66,6 g cabe jawa. Bahan-bahan tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari bagian yang tidak dibutuhkan. Setelah itu bahan-bahan tersebut ditimbang sesuai dengan komposisi yang dibutuhkan, kemudian bahan-bahan tersebut dihaluskan.

Selanjutnya, dicampur menjadi satu dan ditambahkan ragi 20 g ragi tape

komersial yang sudah disiapkanstarter. Setelah itu, diadon dengan air perasaan jeruk nipis dan air gula sehingga dapat dibentuk bulatan-bulatan pipih. Bulatan-bulatan yang sudah dibentuk kemudian diletakkan di atas nampan dan ditutup dengan plastik. Selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 48 jam hingga mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak. Setelah itu, adonan yang telah


(40)

23 ditumbuhi mikroorganisme dikeringkan dengan cara dijemur oleh bantuan sinar matahari selama 2—4 jam. Inokulum yang sudah kering disimpan di tempat yang kering dan sudah siap untuk digunakan.

b. Pembuatan inokulum kapang (Rhizopus sp.danMucor sp.)

Ampas kelapa sebanyak 2000 g direbus dengan akuades hingga mendidih, kemudian ampas kelapa dipress hingga kering, selanjutnya ditaburi inokulum tempe secukupnya dan diaduk hingga merata, lalu memasukan ke dalam plastik yang sudah dilubangi sama sperti pembuatan tempe dan diinkubasi 2—3 hari pada suhu ruang, hingga kapang tumbuh. Setelah kapang tumbuh dengan padat, ampas kelapa dipotong kecil-kecil (ukuran 1 x 5 cm) agar waktu penjemuran ampas lebih singkat. Potongan yang sudah kering ditumbuk hingga halus, agar siap

digunakan.

c. Pembuatan inokulumBacillus sp.

Sebanyak 10 ml kultur bakteriBacillus sp.yang berumur 24 jam ditempatkan di dalam elenmeyer yang berisi 1000 mlNutrient Broth(NB), kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam di dalamwater bath shaker. Setelah diinkubasi biakan digunakan untuk pembuatan inokulumprobiotik.

Inokulum kapang (Saccharomyces sp.) dan kamir (Rhizopus sp.danMucor sp.) yang telah dihaluskan dicampur (dengan perbandingan 1: 1) dengan inokulum Bacillus sp., dengan ukuran 50 ml / 100 g, kemudian diaduk sampai seluruhnya merata. Inokulumprobiotikdisimpan dalam inkubator pada suhu 390C selama 3 hari sampai inokulum mengering.


(41)

24 2. Persiapan kandang

Kegiatan awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembersihan lokasi kandang sebelum memulai penelitian. Kandang dibersihkan dengan cara membersihkan kotoran pada kandang dan melakukan desinfeksi dengan mengurangi gangguan kesehatan pada ayam penelitian. Kandang yang telah dibersihkan dibagi sesuai perlakuan penelitian untuk memudahkan dalam pengamatan. Dilakukan dengan pemberian sekat pada tempat ransum, sehingga ransum tidak tercampur. Kandang yang digunakan yaitu sistem kandang

panggung dengan setiap kandangcageberisi 2 ekor ayam.

Suhu dan kelembapan diukur sebelum memulai penelitian dengan menggunakan thermohigrometeryang diletakan pada bagian tengah kandang yang digantung sejajar dengan tinggi kandangcageteratas. Suhu dan kelembapan diukur setiap hari pukul 06.00, 12.00, dan 18.00 WIB (Tabel 21).

3. Persiapan ransum

Persiapan ransum dilakukan dengan menghitung kebutuhan ransum selama sebulan dan mempersiapkan ransum sesuai perlakuan. Ransum basal yang digunakan berbentukmeshdan pemberian ransum sebanyak 110 g/ekor/hari. Ke dalam ransum tersebut ditambahkanprobiotiklokal sesuai dengan perlakuan. Pemberian ransum dilakukan dua kali sehari pada pukul 07.00 WIB dan 14.30 WIB.


(42)

25 4. Kegiatan penelitian

Tahapan yang dilakukan:

a. memasukkan ayam penelitian ke dalam 20 petak kandang, dengan dua ekor ayam pada masing- masing petak ;

b. prelium (masa adaptasi) untuk ayam selama 5 hari dengan tujuan adaptasi ransum perlakuan;

c. memberikan ransum sesuai dengan perlakuan 2 kali sehari yakni pada pukul 07.00 WIB dan 14.30 WIB;

d. memberikan air minum secaraad libitum; e. melakukan pemeliharaan selama 4 minggu;

f. pada minggu ketiga pemeliharaan, telur yang dihasilkan tiap petak dikumpulkan dan diletakkan padaegg tray;

g. telur yang akan diteliti dibawa ke ruang penyimpanan;

h. telur disimpan pada suhu ruang selama sepuluh hari ( dengan rataan suhu 28,03 ±1,560C dan rataan kelembapan 62,13 ± 8,07 %);

i. pemeriksaaan kualitas telur, meliputi tebal kerabang, penurunan berat dan nilai HU.

E. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut.

1. Tebal kerabang.

Tahapan yang dilakukan dalam mengukur ketebalan kerabang: a. menyisihkan kerabang dari telur;


(43)

26 b. membersihkan kerabang dari selaput putih yang melapisi di bagian

dalamnya;

c. mengukur ketebalan kerabang dengan mikrometer scrup dan mencatat hasilnya.

Mengukur ketebalan kerabang dengan menggunakan micrometerscrup.

Gambar 3. MikrometerScrup

Menurut Abadi dan Chasanah (2010), cara membaca skala mikrometer sekrup adalah

a. membaca skala utama yang berimpit dengan tepi selubung luar;

b. membaca garis selubung luar yang berhimpitan tepat dengan garis mendatar skala utama;

c. menjumlahkan kedua hasil yang telah dibaca sebelumnya dengan satuan mm.

2. Penurunan berat telur

Tahapan yang dilakukan dalam mengukur penurunan berat telur : a. menghidupkan timbanganelektrik;

b. menimbang bobot telur sebelum dilakukan penyimpanan, kemudian mencatat hasilnya;

c. menyimpan telur selama sepuluh hari, kemudian menimbang kembali serta mencatat hasilnya.


(44)

27 Menurut Hintono (1997) menghitung penurunan berat telur dengan menggunakan rumus:

Penurunan berat telur = A-B x100% A

Keterangan :

A = berat telur awal sebelum disimpan B = berat telur akhir setelah disimpan

3. Nilaihaugh unit(HU)

Tahapan yang dilakukan dalam mengukur NilaiHaugh Unit(HU) : a. menimbang telur dan mencatat hasilnya;

b. menyiapkan kaca bersih;

c. memecahkan telur secara hati-hati tepat di tengah permukaan kaca tersebut; d. mengukur tinggialbumendengan menggunakan jangka sorong dan mencatat

hasilnya;

Tinggi putih telur diukur menggunakan jangka sorong. Menurut Abadi dan Chasanah (2010), cara membaca skala jangka sorong:

a. membaca skala utama yang berimpit dengan satu tanda nonius;

b. membaca garis nonius yang berimpit tegak dengan satu garis skala utama;

Gambar 2. Jangka Sorong


(45)

28 Menurut Nesheim dkk.(1997), menghitung nilaiHaugh Unit(HU) dengan

mengunakan rumus:

Keterangan : HU =Haugh Unit

H =Tinggi putih telur (mm) W = berat telur (gram)


(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian ransum dengan penambahanprobiotiklokal (0%, 1% ,2%, dan 3%) berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap penurunan berat dan nilai HU telur yang disimpan 10 hari, tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tebal kerabang.

2. Terdapat peningkatan tebal kerabang dengan meningkatnya presentase pemberianprobiotiklokal (0% ,1%, 2%, dan 3%) pada ransum yang

ditunjukkan dengan persamaan regresiŷ= 0,42 + 0,24x dengan nilai r = 0,68 dan R2= 0,47.

B. Saran

Saran yang dianjurkan penulis berdasarkan penelitian ini adalah

1. perlu diadakan penelitian lanjutan tentang pemberianprobiotiklokal pada fase produktif yang berbeda untuk mengetahui fase produktif yang efektif dalam pemberianprobiotiklokal;

2. perlu diadakan penelitian lanjutan tentang pemberianprobiotiklokal dengan komposisi yang sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan, misalnya


(47)

39 3. perlu diadakan penelitian tentang pemberianSaccharomyces sp.pada ransum


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, R. dan R. Chasanah. 2010. Detik-Detik Ujian Nasional Fisika. Cetakan ke-1. Intan Pariwara. Klaten

Ahmad, R. I. 2008. Pemanfaatan Cendawan untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kesehatan Hewan. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor

Ali, A. 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid I. State University of Makassar Press. Makassar

Amani, W. Youssef, H.M.A. Hassan, H.M. Ali ,and M.A. Mohamed. 2013. Effect of probiotics, prebiotics, and organic acid on layer performance and egg quality. Asian Journal of Poultry Science 2 (7): 65—74

Apata D. F. 2008. Growth performance, nutrient digestibility and immune response of broiler chicks fed diets supplemented with a culture of Lactobacillus bulgaricus. J. Sci. Food Agric 88 (7) :1253--1258

Arista, D. 2012. Pengaruh Pemberian Tepung Ubi Jalar Merah Ditambah Ragi Tape terhadap Performa dan Organ Pencernaan Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Bradly, G. L. and T. F. Savage .1995. The effect of autoclaving a yeast culture of Saccharomyces cerevisiaeon Turkey poult performance and the retention of gross energy and selected minerals. Journal Animal Feed Science and Technology 55 : 1--7

Buckle, K. A., R. Edward, G. H. Fleet, and M. Wooton. 1986. Ilmu Pangan. Terjemahan: H.Purnomo dan Adiono. UI.press. Jakarta

Bummer, M., C. J. van Rensburg ,and C.A. Moran. 2010.Saccharomyces cerevisiaecell wall products:The effects on gut morphology and

performance of broiler chickens. Journal of Animal Science 40 (1): 14— 21

Charoen Phokphan. 2008. Mikroflora dalam Gastro-Intestinal dan Pengaruhnya Pada Ternak. Buletin CP Februari 2008. CP-Bulletin Service. Jakarta


(49)

41 Darmansya, A. 2012. Produksi Ayam Petelur Isa-Brown Umur 25--30 Minggu

yang Diberi Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas l.) Hasil Fermentasi serta Suplementasi Selulase dan Fitase. Skripsi. Departemen Nutisi dan Teknologi Pakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Dhingra, M. M. 1993. Probiotic in Poultry Diet Livestock Production and Management. Sania Enterprises Indore 452001. India

Dutta, T. K., S. S. Kundu, and M. Kumar. 2009. Potential of direct-fed-microbials on lactation performance in ruminant- acritical review. Livestock Research for Rural Development. 21(10): 219--227

Errington, J. 2003. Regulation of endospore formation inBacillus subtilis. Nature Reviews. 1: 117--126.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Depdikbud Dirjen Dikti. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Fathul, F. N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2013. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung. Lampung

Febrianti, S. M., I. K. Suada, dan M. D. Rudyanto . 2012. Kualitas telur ayam konsumsi yang dibersihkan dan tanpa dibersihkan selama penyimpanan suhu kamar. Indonesia Medicus Veterinus 1(3) : 408416

Fuller, R. 1992. Probiotics the Scientific Basis. Chapman and Hall. London Gavalov,S. M. , A.B. Petrova, and L. N. Skuchalina. 1987. Allergy to antibiotics

in newborn and nursing infants . Antibiotika Meditsinskaya Bioteknologiya 31(9) : 698--702

Góis, L. K. O. M. B., E. R. de M. Garcia and M. M. Loddi. 2012. Variations on the Efficacy of Probiotics in Poultry. Creative Commons Attribution License

Guclu, B. K. 2011. Effects of probiotic and prebiotic (Mannanoligosaccharide) supplementation on performance, egg quality and hatchability in quail breeders. Ankara UnivVet Fak Derg 58 : 27--32

Haetamin, K., Abun, dan Y. Mulyani. 2008. Study Pembuatan Probiotik (Bacillus licheniformis, Aspergillus niger, dan Sacharomices cereviseae) sebagai Feed Suplement serta Implikasinya terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Merah. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor


(50)

42 Hardini, S. Y. P. K. 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur

Konsumsi dan Telur Biologis terhadap Kualitas Interior Telur Ayam Kampung. Skripsi. Universitas Terbuka. Banten

Hartoko. 2010. Telur. http://hartoko.wordpress.com/gizi/pengetahuan-bahan-pangan-hewani/telur/ . Diakses 23 September 2014

Haryono. 2000. Langkah-Langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras. Balai Penelitian Ternak. Temu Teknis FungsionalnonPenelitian. Bogor

Hassanein, S.M. and N.K.Soliman . 2010. Effect of probiotic (Saccharomyces cerevisiae) adding to diets on intestinal microflora and performance of hy-line layers hens. Journal of American Science 6 (11): 159--169

Hendrix. 2007. Product Performance. ISA-Hendrix Genetics Company. http://www.hendrix-genetics.com . Diakses 10 Juni 2011

Herman. 2003. Hubungan Antara Bobot Tebal dan Presentase Kerabang dengan Nilai Specific Gravity Pada Telur Itik Konsumsi. Sripsi. Fakultas

Peternakan, Universitas Padjadjaran. Bandung

Hintono, A. 1997. Kualitas telur yang disimpan dalam kemasan atmosfer termodifikas. Jurnal Sainteks 4 (3): 45--51

Holer, E. 1992. Use probiotic starter culture in dairy products. Food Austr. 44 (9):418--420.

Jankauskiene, R. 2002. Bacterial Flora Of Fishes From Aquaculture: The Genus Lactobacillus. Institute of Ecology Akadejos 2, Vilnius 2600. Lithuania. Jazil, N. , A. Hintono, dan S. Mulyani. 2013. Penurunan kualitas telur ayam ras dengan intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 2(1): 43--47

Jin, L. Z., Y.W. Ho, N. Abdullah, M.A. AIi, and S. Jalaludin. 1998. Effect of adherent lactobacillus cultures on growth, weight of organs and intestinal microflora and volatile fatty acids in broiler. Anim. Feed. Sci. Technol. 70(3): 197--209

Kabir, S. M. L. 2009. The Role of Probiotics in Poultry Industry. Department Of Microbiology and Hygiene. Faculty of Veterinary Science Bangladesh Agricultural.

Kompiang, I P. 2009. Pemanfaatan mikroorganisme sebagai probiotik untuk meningkatkan produksi ternak unggas di Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (3) : 177--191


(51)

43 Kurtini, T., CN Ekowati, M. Hartono, dan Sumardi. 2013. Pembuatan Probiotik dari Mikroba Lokal dalam Upaya untuk Peningkatan Kesehatan, Performa Ayam dan Kualitas Telur. Laporan Tahunan Hibah Bersaing. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Anugrah Utama Raharja (AURA) Printing dan Publising. Bandar Lampung

Lutfiana, K. 2015. Pengaruh Pemberian Probiotik dari Mikroba Lokal Terhadap Gambaran Darah Ayam Petelur. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung Madigan MT, Martinko JK and Parker JW. 2001.Brock Biology of

Microorganism. New Jersey: Prentince Hall Inc

Majalah Trobos. 2012. Mengatasi Necrotic Enteritis: Antara Antibiotik dan Probiotik. http://www.trobos.com . Media Agribisnis Peternakan dan Perikanan. Jakarta

Muhtadi dan Sugiyoto. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Moat, A. G. And J. W. Foster .1988. Microbial Physiology. John Wiley and Sons. New York

Mountney, G.J. 1976. Poultry Products Technology. Second Edition. The AVI Pub., Co, Inc. Westport, Connecticut

Nesheim, M. C., R.E. Austic., and L. E. Card. 1997. Poultry Production. Lea and Febiger. Philadelphia

Nova, I. 2014. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kualits Internal Telur Ayam Ras Pada Fase Produksi Pertama. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Nugraha, B.A. , K. Widayaka. , dan N. Iriyanti. 2013. Penggunaan berbagai jenis probiotik dalam ransum terhadap haugh unit dan volume telur ayam arab. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2) : 606--612

Nugraha, E., S. Werdiningsih.,U. Patriana, N. Ariyanti, dan Ambarwati. 2014. Pengkajian Residu Tetrasiklin dalam Paha, Hati dan Telur Ayam Pada Beberapa Provinsi Di Indonesia. Artikel Ilmiah. Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, Bogor

Panda, A.K., M.R. Reddy, S.V. Rama Rao, and N.K. Praharaj . 2008. Production performance, serum/yolk cholesterol and immune competence of white leghorn layers as influence by dietary supplementation with probiotic. Journal Tropical Animal Health and Production 35(1): 8594


(52)

44 Park, D.Y.; H. Namkung and I. K. Paik. 2001. Effect of supplementary yeast

culture on the performance of laying hens. J. Animal Sci. And Technology 43 (5): 639--646

Rahayu, I. 2003. Karakteristik Fisik, Komposisi Kimia dan Uji Organoleptik Telur Ayam Merawang dengan Pakan Bersuplemen Omega-3.

http://www.wordpress.com . Diakses 25 Juni 2013 Rahmi, Y. 2008. Konversi Etanol dari Tepung Jagung

http://www.rahmiblogspot.com . Diakses 10 September 2009

Reksohadiwinoto, B.S. 2014. Mengenal Kinerja Probiotik : Produk, Aplikasi, dan Mekanisme Kerja. Artikel Sains. Balai Pengkajian Bioteknologi. Jawa Barat

Rieso. 2012. Pengertian Mikroorganisme Lokal. http://riefarm.blogspot.com Diakses 7 September 2014

Romanof, A.L. and A.J.Romanof. 1963. The Avian Egg2"ded. New York Sarwono, B. 1994. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya. Jakarta Sihombing, R, T. Kurtini, dan K. Nova. 2014. Pengaruh lama penyimpanan

terhadap kualitas internal telur ayam ras pada fase kedua. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu 2 (2): 86—91

Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rdEdition. John Wiley and Sons. Sussex. England

SnS Project Team. 2014. Probiotik. http://saranasatwa.com. Diakses 14 Oktober 2014

Soeripto. 2002. Pendekatan Konsep Kesehatan Hewan Melalui Vaksinasi. Majalah. Balai Penelitian Veteriner. Bogor

Stadelman, W. J. and O. J. Cotteril. 1973. Egg Science and Technology. The AVI Publishing, Inc. Westport. Connecticut

Steel, R.G.D., dan Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta

Sumardi dan C.N. Ekowati. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Flora Normal Saluran Gastrointestial Ayam Kampung (Gallus domesticus) untuk Probiotik. Makalah disajikan pada Seminar dan Rapat Tahunan (SEMIRATA) Badan Kerjasama PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu MIPA di Universitas Bengkulu, 13—14 Mei 2008.


(53)

45 Suradi, K. 2006. Perubahan kualitas telur ayam ras dengan posisi peletakan

berbeda selama penyimpanan suhu refrigerasi. Jurnal Ilmu Peternakan 6 (2) : 136--139

United State Departement of Agriculture. 1964. Egg Grading Manual Agricultural. Hand book No.75. USA

Vervelde, L., N. Bakker, F.N.J. Kooyman, A.W.C.A. Cornelissen, C.M.C. Bank, A.K. Nyame, R.D. Cummings, and I.V. Die. 2003. Vaccination-induced protection of lambs against the parasitic nematode Haemonchus contortus correlates with high IgG antibody responses to the LDNF glycan antigen. Glycobiology. 13(11):795--804

Yuwanta,T. 2003. Dasar Ternak Unggas. Handout Fakultas Peternakan UGM Jogjakarta

Ziaie, H., M. Bashtani, M.A. Torshizi, H. Naeeimipour, H. Farhangfar, and Zeinali, A. 2011. Effect of antibiotic and its alternatives on morphometric characteristics, mineral content and bone strength of tibia in ross broiler chickens. Global Veterinaria 7 (4): 315--322


(1)

Abadi, R. dan R. Chasanah. 2010. Detik-Detik Ujian Nasional Fisika. Cetakan ke-1. Intan Pariwara. Klaten

Ahmad, R. I. 2008. Pemanfaatan Cendawan untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kesehatan Hewan. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor

Ali, A. 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid I. State University of Makassar Press. Makassar

Amani, W. Youssef, H.M.A. Hassan, H.M. Ali ,and M.A. Mohamed. 2013. Effect of probiotics, prebiotics, and organic acid on layer performance and egg quality. Asian Journal of Poultry Science 2 (7): 65—74

Apata D. F. 2008. Growth performance, nutrient digestibility and immune response of broiler chicks fed diets supplemented with a culture of Lactobacillus bulgaricus. J. Sci. Food Agric 88 (7) :1253--1258

Arista, D. 2012. Pengaruh Pemberian Tepung Ubi Jalar Merah Ditambah Ragi Tape terhadap Performa dan Organ Pencernaan Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Bradly, G. L. and T. F. Savage .1995. The effect of autoclaving a yeast culture of Saccharomyces cerevisiaeon Turkey poult performance and the retention of gross energy and selected minerals. Journal Animal Feed Science and Technology 55 : 1--7

Buckle, K. A., R. Edward, G. H. Fleet, and M. Wooton. 1986. Ilmu Pangan. Terjemahan: H.Purnomo dan Adiono. UI.press. Jakarta

Bummer, M., C. J. van Rensburg ,and C.A. Moran. 2010.Saccharomyces cerevisiaecell wall products:The effects on gut morphology and

performance of broiler chickens. Journal of Animal Science 40 (1): 14— 21

Charoen Phokphan. 2008. Mikroflora dalam Gastro-Intestinal dan Pengaruhnya Pada Ternak. Buletin CP Februari 2008. CP-Bulletin Service. Jakarta


(2)

Darmansya, A. 2012. Produksi Ayam Petelur Isa-Brown Umur 25--30 Minggu yang Diberi Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas l.) Hasil Fermentasi serta Suplementasi Selulase dan Fitase. Skripsi. Departemen Nutisi dan Teknologi Pakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Dhingra, M. M. 1993. Probiotic in Poultry Diet Livestock Production and Management. Sania Enterprises Indore 452001. India

Dutta, T. K., S. S. Kundu, and M. Kumar. 2009. Potential of direct-fed-microbials on lactation performance in ruminant- acritical review. Livestock Research for Rural Development. 21(10): 219--227

Errington, J. 2003. Regulation of endospore formation inBacillus subtilis. Nature Reviews. 1: 117--126.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Depdikbud Dirjen Dikti. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Fathul, F. N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2013. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung. Lampung

Febrianti, S. M., I. K. Suada, dan M. D. Rudyanto . 2012. Kualitas telur ayam konsumsi yang dibersihkan dan tanpa dibersihkan selama penyimpanan suhu kamar. Indonesia Medicus Veterinus 1(3) : 408416

Fuller, R. 1992. Probiotics the Scientific Basis. Chapman and Hall. London Gavalov,S. M. , A.B. Petrova, and L. N. Skuchalina. 1987. Allergy to antibiotics

in newborn and nursing infants . Antibiotika Meditsinskaya Bioteknologiya 31(9) : 698--702

Góis, L. K. O. M. B., E. R. de M. Garcia and M. M. Loddi. 2012. Variations on the Efficacy of Probiotics in Poultry. Creative Commons Attribution License

Guclu, B. K. 2011. Effects of probiotic and prebiotic (Mannanoligosaccharide) supplementation on performance, egg quality and hatchability in quail breeders. Ankara UnivVet Fak Derg 58 : 27--32

Haetamin, K., Abun, dan Y. Mulyani. 2008. Study Pembuatan Probiotik (Bacillus licheniformis, Aspergillus niger, dan Sacharomices cereviseae) sebagai Feed Suplement serta Implikasinya terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Merah. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor


(3)

Hardini, S. Y. P. K. 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Konsumsi dan Telur Biologis terhadap Kualitas Interior Telur Ayam Kampung. Skripsi. Universitas Terbuka. Banten

Hartoko. 2010. Telur. http://hartoko.wordpress.com/gizi/pengetahuan-bahan-pangan-hewani/telur/ . Diakses 23 September 2014

Haryono. 2000. Langkah-Langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras. Balai Penelitian Ternak. Temu Teknis FungsionalnonPenelitian. Bogor

Hassanein, S.M. and N.K.Soliman . 2010. Effect of probiotic (Saccharomyces cerevisiae) adding to diets on intestinal microflora and performance of hy-line layers hens. Journal of American Science 6 (11): 159--169

Hendrix. 2007. Product Performance. ISA-Hendrix Genetics Company. http://www.hendrix-genetics.com . Diakses 10 Juni 2011

Herman. 2003. Hubungan Antara Bobot Tebal dan Presentase Kerabang dengan Nilai Specific Gravity Pada Telur Itik Konsumsi. Sripsi. Fakultas

Peternakan, Universitas Padjadjaran. Bandung

Hintono, A. 1997. Kualitas telur yang disimpan dalam kemasan atmosfer termodifikas. Jurnal Sainteks 4 (3): 45--51

Holer, E. 1992. Use probiotic starter culture in dairy products. Food Austr. 44 (9):418--420.

Jankauskiene, R. 2002. Bacterial Flora Of Fishes From Aquaculture: The Genus Lactobacillus. Institute of Ecology Akadejos 2, Vilnius 2600. Lithuania. Jazil, N. , A. Hintono, dan S. Mulyani. 2013. Penurunan kualitas telur ayam ras dengan intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 2(1): 43--47

Jin, L. Z., Y.W. Ho, N. Abdullah, M.A. AIi, and S. Jalaludin. 1998. Effect of adherent lactobacillus cultures on growth, weight of organs and intestinal microflora and volatile fatty acids in broiler. Anim. Feed. Sci. Technol. 70(3): 197--209

Kabir, S. M. L. 2009. The Role of Probiotics in Poultry Industry. Department Of Microbiology and Hygiene. Faculty of Veterinary Science Bangladesh Agricultural.

Kompiang, I P. 2009. Pemanfaatan mikroorganisme sebagai probiotik untuk meningkatkan produksi ternak unggas di Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (3) : 177--191


(4)

Kurtini, T., CN Ekowati, M. Hartono, dan Sumardi. 2013. Pembuatan Probiotik dari Mikroba Lokal dalam Upaya untuk Peningkatan Kesehatan, Performa Ayam dan Kualitas Telur. Laporan Tahunan Hibah Bersaing. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Anugrah Utama Raharja (AURA) Printing dan Publising. Bandar Lampung

Lutfiana, K. 2015. Pengaruh Pemberian Probiotik dari Mikroba Lokal Terhadap Gambaran Darah Ayam Petelur. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung Madigan MT, Martinko JK and Parker JW. 2001.Brock Biology of

Microorganism. New Jersey: Prentince Hall Inc

Majalah Trobos. 2012. Mengatasi Necrotic Enteritis: Antara Antibiotik dan Probiotik. http://www.trobos.com . Media Agribisnis Peternakan dan Perikanan. Jakarta

Muhtadi dan Sugiyoto. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Moat, A. G. And J. W. Foster .1988. Microbial Physiology. John Wiley and Sons. New York

Mountney, G.J. 1976. Poultry Products Technology. Second Edition. The AVI Pub., Co, Inc. Westport, Connecticut

Nesheim, M. C., R.E. Austic., and L. E. Card. 1997. Poultry Production. Lea and Febiger. Philadelphia

Nova, I. 2014. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kualits Internal Telur Ayam Ras Pada Fase Produksi Pertama. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Nugraha, B.A. , K. Widayaka. , dan N. Iriyanti. 2013. Penggunaan berbagai jenis probiotik dalam ransum terhadap haugh unit dan volume telur ayam arab. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2) : 606--612

Nugraha, E., S. Werdiningsih.,U. Patriana, N. Ariyanti, dan Ambarwati. 2014. Pengkajian Residu Tetrasiklin dalam Paha, Hati dan Telur Ayam Pada Beberapa Provinsi Di Indonesia. Artikel Ilmiah. Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, Bogor

Panda, A.K., M.R. Reddy, S.V. Rama Rao, and N.K. Praharaj . 2008. Production performance, serum/yolk cholesterol and immune competence of white leghorn layers as influence by dietary supplementation with probiotic. Journal Tropical Animal Health and Production 35(1): 8594


(5)

Park, D.Y.; H. Namkung and I. K. Paik. 2001. Effect of supplementary yeast culture on the performance of laying hens. J. Animal Sci. And Technology 43 (5): 639--646

Rahayu, I. 2003. Karakteristik Fisik, Komposisi Kimia dan Uji Organoleptik Telur Ayam Merawang dengan Pakan Bersuplemen Omega-3.

http://www.wordpress.com . Diakses 25 Juni 2013 Rahmi, Y. 2008. Konversi Etanol dari Tepung Jagung

http://www.rahmiblogspot.com . Diakses 10 September 2009

Reksohadiwinoto, B.S. 2014. Mengenal Kinerja Probiotik : Produk, Aplikasi, dan Mekanisme Kerja. Artikel Sains. Balai Pengkajian Bioteknologi. Jawa Barat

Rieso. 2012. Pengertian Mikroorganisme Lokal. http://riefarm.blogspot.com Diakses 7 September 2014

Romanof, A.L. and A.J.Romanof. 1963. The Avian Egg2"ded. New York Sarwono, B. 1994. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya. Jakarta Sihombing, R, T. Kurtini, dan K. Nova. 2014. Pengaruh lama penyimpanan

terhadap kualitas internal telur ayam ras pada fase kedua. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu 2 (2): 86—91

Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rdEdition. John Wiley and Sons. Sussex. England

SnS Project Team. 2014. Probiotik. http://saranasatwa.com. Diakses 14 Oktober 2014

Soeripto. 2002. Pendekatan Konsep Kesehatan Hewan Melalui Vaksinasi. Majalah. Balai Penelitian Veteriner. Bogor

Stadelman, W. J. and O. J. Cotteril. 1973. Egg Science and Technology. The AVI Publishing, Inc. Westport. Connecticut

Steel, R.G.D., dan Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta

Sumardi dan C.N. Ekowati. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Flora Normal Saluran Gastrointestial Ayam Kampung (Gallus domesticus) untuk Probiotik. Makalah disajikan pada Seminar dan Rapat Tahunan (SEMIRATA) Badan Kerjasama PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu MIPA di Universitas Bengkulu, 13—14 Mei 2008.


(6)

Suradi, K. 2006. Perubahan kualitas telur ayam ras dengan posisi peletakan berbeda selama penyimpanan suhu refrigerasi. Jurnal Ilmu Peternakan 6 (2) : 136--139

United State Departement of Agriculture. 1964. Egg Grading Manual Agricultural. Hand book No.75. USA

Vervelde, L., N. Bakker, F.N.J. Kooyman, A.W.C.A. Cornelissen, C.M.C. Bank, A.K. Nyame, R.D. Cummings, and I.V. Die. 2003. Vaccination-induced protection of lambs against the parasitic nematode Haemonchus contortus correlates with high IgG antibody responses to the LDNF glycan antigen. Glycobiology. 13(11):795--804

Yuwanta,T. 2003. Dasar Ternak Unggas. Handout Fakultas Peternakan UGM Jogjakarta

Ziaie, H., M. Bashtani, M.A. Torshizi, H. Naeeimipour, H. Farhangfar, and Zeinali, A. 2011. Effect of antibiotic and its alternatives on morphometric characteristics, mineral content and bone strength of tibia in ross broiler chickens. Global Veterinaria 7 (4): 315--322