PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN AIR BERSIH PDAM WAY RILAU DI BANDAR LAMPUNG (Studi PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung)

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN AIR BERSIH PDAM WAY
RILAU DI BANDAR LAMPUNG
(Studi PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung)
Oleh
Imam Mukhlasin
Air merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting bagi masyrakat, untuk
memenuhi kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat khususnya di Kota Bandar
Lampung dikenal 2 (dua) sistem jaringan air: jaringan air perpipaan yang
diselenggarakan oleh PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung dan jaringan air
non perpipaan .
Dalam penyelengaraan penyediaan air bersih yang dilakukan oleh PDAM Way
Rilau Kota Bandar Lampung ternyata masih banyak kekurangan dalam
pelayanannya, maka dari itu konsumen harus mendapat perlindungan
sebagaimana diamanahkan oleh UUPK. Berdasarkan hal tersebut maka
permasalahan yang dikemukakan adalah (1) Apa sajakah hak dan kewajiban
antara PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung dan konsumen? (2) Bagaimana
standar pelayanan yang diterapkan oleh PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung
dalam melayani konsumen? (3) Upaya apakah yang dapat dilakukan konsumen
dalam pemenuhan hak sebagai konsumen ?
Jenis penelitian yang digunakan adalah Empiris. Pendekatan masalah yang
digunakan adalah pendekatan Normatif-terapan. Data yang digunakan adalah data

primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan, studi dokumen, dan wawancara. Data yang diperoleh
selanjutnya akan diolah melalui tahap-tahap Seleksi data, Klasifikasi data dan
Sistematika data yang kemudian dianilisis secara kualitatif.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa hak dan kewajiban antara PDAM Way
Rilau Kota Bandar Lampung dengan konsumen dimuat dalam perjanjian baku
berupa ”Surat Perjanjian Berlangganan Air Bersih”, mengenai standar pelayanan
mengutamakan : Pelayanan menjadi pelanggan air bersih, Pelayanan Informasi,
Pengolahan dan Pengawasan Air Bersih. Upaya yang dapat dilakukan oleh
konsumen dalam pemenuhan haknya, dengan cara mengadu atau melaporkan
melalui email, telephone, fax, atau pun langsung melaporkan ke kantor. Untuk
menyelesaiakan sengketa antara PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung
dengan konsumen dapat melalui musyawarah untuk mufakat atau pun Pengadilan
Kelas I Tanjung Karang .
Kata kunci: Penyelenggaraan Air Bersih, Perlindungan Konsumen, PDAM
Way Rilau, Konsumen.

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN AIR BERSIH PDAM
WAY RILAU DI BANDAR LAMPUNG
(Studi Pdam Way Rilau Kota Bandar Lampung)


Oleh:
Imam Mukhlasin

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Imam Mukhlasin, telahir sebagai anak
ke-empat pasangan Bapak Mustofa Kamil dan Ibu Akila Raini.

Penulis dilahirkan pada Tanggal 09 Maret 1991 di Desa
Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.
Penulis sendiri asli keturunan sub-suku Lintang Empat Lawang, Sumatera Selatan.
Terlahir sebagai orang perantauan di Bumi Sai Bumi Ruwa Jurai, Selama
menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi, penulis tinggal di Lampung Tengah dan
kemudian pindah untuk menetap di Kota Bandar Lampung.
Penulis menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Dasar SD Negeri 01 Kalirejo pada
Tahun 2004, Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 01 Kalirejo, dan pada akhirnya penulis mengakhiri proses
wajib belajar Sembilan tahun di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 01 Kalirejo,
semua penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Pada Tahun 2011, berkat ridho Allah SWT penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur seleksi Penerimaan Mahasiswa
Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif
diorganisasi internal maupun eksternal kampus. Diawal perkuliahan 2011, penulis

aktif sebagai anggota biasa UKM-F Mahkamah dan Barisan Intelektual Muda BEM
FH UNILA 2011. Pada tahun 2012 diamanatkan sebagai anggota Dinas Kajian dan
Penelitian BEM FH UNILA 2012-2013 dan anggota Divisi Pengkaderan UKM-F
Mahkamah 2012-2013. Pada tahun 2013, penulis aktif di BEM FH UNILA 20132014 sebagai Wakil Gubernur.

Selain aktif di organisasi internal kampus, penulis juga aktif dalam organisasi
eksternal kampus. Penulis memilih Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Bandar Lampung Komisariat Hukum UNILA sebagai batu loncatan dan tempat
pembelajaran bagi penulis untuk mengasah kemampuan berorganisasi. Selain itu
penulis juga tergabung di organisasi eksternal lainnya Gabungan Mahasiswa Peduli
Pendidikan (GMPP) Lam-Teng sebagai Sekertaris Jenderal dan agent of Ombudsman
RI Perwakilan Wilayah Lampung sebagai agen.
Singkat kata, sampai karya ini penulis selesaikan, sudah cukup rasanya penulis
menjadi bagaian dari “Kampus Hijau” Lampung. Walaupun kata “cukup” sebenarnya
tidak pernah ada, namun penulis rasa sudah saatnya mengatakan selamat tinggal pada
dunia kampus, untuk mengatakan selamat datang untuk dunia lain, sebuah babak baru
yang mungkin sejatinya merupakan awal dari yang dinamakan “hidup”. Penulis
yakin, bahwa apa yang sudah kita dapat di dunia kampus selama menjadi mahasiswa,
baik itu dalam proses belajar atau berorganisasi bisa diambil manfaat, setidaknya
membuat penulis mempunyai bekal awal untuk terjun ke masyarakat, mengamalkan
segala ilmu yang ada sembari terus berproses kembali. Yakin usaha sampai.

PERSEMBAHAN

Maha Suci Allah dan Segala Puji untuk-Nya, sejumlah makhluk-Nya,

Keridhaan diri-Nya, perhiasan Arsy-Nya dan sebanyak tinta
kalimah-Nya
Untuk-Nya yang tidak pernah tidur dan lupa akan makhluknya,
Sang penguasa alam semesta beserta isinya

Untaian huruf, kata dan kalimat berpadu dengan angka, menjadi
sebuah bentuk karya kecil bernama skripsi ini ku persembahkan
untuk mereka yang ditakdirkan menjadi lumbung kasih sayang yang
tiada pernah bertemu tepi dan mengenal sebuah akhir .

Ayahanda-ku Mustofa Kamil, apapun bentuknya aku tahu, aku
paham dan aku mengerti, bahwa itulah bentuk kasih sayang ayah
pada ku

Ibunda-ku Akila Raini, arsitek kasih sayang nomor satu yang paling
setia menyayangiku dan tiada hentinya selalu membimbing dan
mengarahkan di khittah perjuangan dunia menuju akhirat,
walaupun dengan cara yang sederhana

Saudara-saudaraku Fathonah, Hafizah, Fajrin Mustofa, Nurul

Fitriyah
Kita punya cita-cita yang satu, kita tahu akan hal itu

FAKULTAS HUKUM UNILA
Almamater Tercinta

MOTTO

“SEKALI HIDUP, HIDUPLAH YANG BERARTI”

Jangan pernah kita perhitungkan apa yang kita tidak punya untuk meraih impian,
tapi pikirkanlah untuk meraih impian dengan apa yang kita punya
percaya lah bahwa
TUHAN TIDAK PERNAH TIDUR

“Yakin Usaha Sampai”

SANWACANA

Segala ucapan rasa syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang maha berhak menguasai seluruh langit
dan bumi, yang tidak akan pernah memejamkan mata-Nya untuk selalu tetap
mengawasi ciptaan-Nya yang paling mulia, serta yang akan menjadi hakim sangat
adil di hari akhir nanti. Segala puji bagi Allah sejumlah apa yang di langit dan
bumi. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi
dengan judul, “ Perlindungan Hukum Konsumen Air Bersih PDAM Way
Rilau Di Bandar Lampung (Studi PDAM Way Rilau Kota Bandar
Lampung)” merupakan hasil penelitian yang dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat mencapai gelar sarjana di bidang Hukum Keperdataan.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan,
dorongan, serta doa dari berbagai pihak yang telah mendukung penulis. Maka dari
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan pengahargaan dan mengucapkan
terimakasih sedalam-dalamnya khususnya kepada kedua orang tua penulis,
Ayahanda Mustofa kamil dan Ibunda Akila Raini yang tidak pernah lelah
berusaha dan berdoa untuk kesuksesan penulis sendiri, yang telah mengajarkan
bahwa segala sesuatu bisa diraih dengan semua keterbatasan yang kita miliki,
asalkan kita mau berusaha dan bekerja keras.

Dan takkan pernah lupa terimakasih penulis untuk saudara-saudara sekandung

yang memberi semangat tiada henti.
Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan menghaturkan
terimakasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum
Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung dan sekaligus selaku
Pembahas Satu dan Penguji, terimakasih atas segala kritik dan saran yang
membangun terhadap penulis sehingga skripsi ini semakin mendekati
dengan kesempurnaan;
3. Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H. selaku Pembimbing Satu atas semua
pemikiran cemerlangnya, kesabaran, bimbingan, kritikan, dan kesedian
untuk meluangkan waktu disela-sela kesibukan beliau sebagai Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Hukum Universitas
Lampung, dan atas segala bantuan dan bimbinganya terhadap penulis
selama menjadi pengurus Lembaga Kemahasiswaan;
4. Bapak Ahmad Zazili, S.H., M.H. selaku Pembimbing Dua yang telah
meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan
bimbingan, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5. Bapak Dita Febriyanto,S.H., M.Hum. selaku Pembahas Dua dan

Pembimbing Akademik yang telah memberikan kritik, saran dan masukan
yang membangun terhadap skripsi ini dan telah membantu penulis
menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

6. Bapak Ir. Suparji, Rozy Amri, S.H., Munawir dari Pihak PDAM Way
Rilau Kota Bandar Lampung, yang telah membantu, membimbing, dan
mengarahkan sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dengan
baik;
7. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang
penuh dedikasi dan meneteskan ilmu-ilmu yang luar biasa selama ini
kepada penulis dalam masa studi di Fakultas Hukum Universitas
Lampung;
8. Seluruh Bapak dan Ibu guru semasa penulis masih duduk di SD Negeri 01
Kali Rejo, SMP Negeri 01 Kali Rejo, dan SMA Negeri 01 Kali Rejo, yang
telah meneteskan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat dan rangkaian
panjang proses pendidikan sehingga penulis mampu mengenyam dan
menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri;
9. Sensei Cees Plek di Kampus, Mas Kancil, Prof. Marji, Pak Tarno, Babe,
Kyay Zack dan Kyay Aulia atas wejengan, emak Ita dan Sari, nasehat dan
canda tawanya dalam hangatnya bingkai kekeluargaan yang telah

diberikan selama ini di kampus FH tercinta;
10. Sahabat-sahabat “Panca Warna” Muhammad Syauqi, Saeful Bachri, Desi
Wulandari, Payman, dan Riris, terimaksih telah menjadi sahabat yang tak
terlupakan selama hampir 15 Tahun ini. Semoga kita bisa jadi orang
sukses semua, amien;
11. Tim Futsal Elevenlaw khususnya Abi Zuliansyah, Ado, Arviando YS,
fietra Albajuri, Feri Ferdianto, Agus Hermawan, Beni Yulianto, Fani
Apriyata, Dika Permadi, Sofran Rizal Vidal, Jevi Tornado, Nicko Cahya

Y, Hendra Ari Saputra, M Yusuf, Aminullah, Febri Minsi dll atas segala
kekompakan dan kebersamaannya selama ini;
12. Kawan-kawan satu bagian minat Keperdataan : Abung Pratama, Rendy
Andika, Ines Septia Gumay, Ika Ristia, Indra Budhi P.E, Clara Lucky, M
Gerry, Astari Maharani, Bram, lay Grace dan Juna, Danan Jaya Adjie,
Himawan Amri, serta kawan-awan angkatan 2011 dan adek-adek 2012
mengambil minat keperdataan yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu,
terimakasih atas kebersamaannya seneng rasanya telah mengenal kalian
dan menjadi bagian dari kalian semua;
13. Dan rekan-rekan aktivis Mahasiwa yang tersebar keseluruh Lembaga
Kampus FH : Herra Destriana, Jimmy Septian, Yola Dwi A, Zuliana,

Chaha, Yuliana Qomariah, Amien dan Ariefin, Anissa Toriqi, Andi Mekar
sari, Ayu Kumala Sari, Virgi, M. Fadel Noerman, , Andre Jevi S,
Jonathan, Feri K, Daniel S, David P, Prisca O, kita pernah berada dalam
perbedaan Garis, baju, dan bendera tetapi kita punya tanggung jawab dan
tujuan yang satu, terimakasih atas dinamika dan proses pembelajaran
ideologi, politik organisasi, strategi dan taktik serta motivasi dan
dorongannya sehingga penulis mampu untuk menyelesaiakan perjuangan
akhir mahasiswa yaitu Skripsi;
14. Teman-teman senasib dan sepenanggungan dari Lampung Tengah, Ade
Pamungkas, Agus Windu, Andi, Feri Ferdianto, Okgit Rahmat P, Retno P,
Winda Ariyanti, Suma Indra J, Putri Nugraheni, Masum Irvai “ Tetaplah
menjadi nama-nama yang selalu berkaitan dengan LAMPUNG TENGAH
dengan Nuansa Kekeluargaan;

15. Keluarga Besar Subroto (KBS) Tim KKN Desa Sendang Rejo, terimakasih
atas segala nasehat dan motivasi dari Bapak dan Ibu Subroto agar penulis
segera menyelesaikan penelitian ini, dan teman-teman KKN (Juzna, Butet,
Intan, Gita) yang sampai akhir penelitian ini masih senantiasa membantu
dan mendampingi penulis sebagai bentuk kekeluargaan dan bentuk
soliditas diantara kita;
16. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar
Lampung, khususnya saudara-saudaraku di Komisariat Hukum UNILA.
Kanda, yunda dan semua senior yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
terimakasih banyak atas semua bimbingannya, atas semua ajaran yang
telah diberikan, pesan-pesan hidup serta ilmu yang InsyaAllah akan
penulis terapkan di kehidupan masyarakat nanti. Sahabat-sahabat
presidium 2014/2015 (Shintya Sardi, Kodri Ubaydillah, Arahmat Panca P,
M. Prabu, Agung Rooney, Maryanto, Beni P, Abung, Hany, Hindia Sava,
Nur Muhammad, dll) yang selalu setia mendampingi penulis saat
menjalankan amanah menjadi Kepala Bidang PTKP KHU. Walaupun
banyak dinamika dan suka duka dalam kepengurusan tetapi kita mampu
untuk terus berjuang, karena kita punya loyalitas dan militansi, kita punya
tujuan yang satu, dan kita tahu akan hal itu. Dan kepada adinda-adinda
yang selalu memberikan semangat dan dorongannya kepada penulis dalam
menjalankan kehidupan ber-HMI dan menyelesaikan skripsi ini. Jagalah
komisariat kita tercinta, walaupun tidak mendatangkan kekayaan bagi kita
tetapi banyak mendatangkan ilmu yang bermanfaat;

17. Terimakasih Banyak atas semua pihak yang terlibat, yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu. Semoga apa yang telah kalian berikan
akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Akhir kata penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya dalam proses penulisan
skripsi ini, dan penulis sangat menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki dalam penulisan ini. Karena sesungguhnya kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat menjadi hal yang berguna dan
bermanfaat bagi pembacanya, dan bagi penulis dalam mengembangkan ilmu
pengetahuannya dibidang hukum.

Bandar Lampung, ………………
Penulis

Imam Mukhlasin

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
JUDUL DALAM
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN
MOTTO
SANWACANA
DAFTAR ISI

I.

PENDAHULUAN .. ................................................................................ 1
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang .................................................................................. 1
Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ............................................ 5
Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
Kegunaan Penelitian .......................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
A. Konsumen ........................................................................................... 7
1. Istilah dan Pengertian Konsumen .................................................. 7
2. Pengertian Perlindungan Konsumen ............................................ 10
3. Asas dan Tujuan Perlindungan Hukum Konsumen ..................... 14
B. Pelaku Usaha ....................................................................................... 16
1. Pengertian Pelaku Usaha ............................................................... 16
2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ........................................... 18
C. Hubungan Hukum ................................................................................ 20
1. Hubungan Hukum Melalui Perjanjian........................................... 20
2. Hak dan Kewajiban ..................................................................... 23
D. Upaya Hukum Penyelesaian Sengketa Konsumen ............................... 29
1. Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan ................................. 30
2. Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Proses Litigasi .......... 32
E. Tinjauan Umum Air Bersih dan Air Minum ........................................ 33
F. PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung ......................................... 35
1. Sejarah Berdirinya PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung ....
....................................................................................................... 35

2. Visi dan Misi Perusahaan .............................................................. 36
3. Legalitas Pendirian PDAM Way Rilau ......................................... 38
G. Kerangka Pikir...................................................................................... 39
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 41
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Jenis Penelitian .................................................................................... 41
Tipe Penelitian .................................................................................... 42
Pendekatan Masalah ............................................................................ 42
Data dan Sumber Data ........................................................................ 43
Metode Pengumpulan Data ................................................................. 45
Metode Pengolahan Data .................................................................... 45
Analisis Data ........................................................................................ 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 47
A. Hak dan Kewajiban PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung
dengan konsumen ............................................................................... 47
B. Standar Pelayanan PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung Dalam
Melayani Konsumen .......................................................................... 55
1. Standar prosedural menjadi pelanggan air PDAM Way Rilau
Kota Bandar Lampung..................................................................... 55
2. Standar Sistem Informasi dan pelayanan PDAM Way Rilau
Kota Bandar Lampung .................................................................... 58
3. Standar Pengelolaan dan Pengawasan Air bersih PDAM Way
Rilau Kota Bandar Lampung ........................................................... 60
C. Upaya Konsumen Dalam Pemenuhan Hak nya Sebagai
Konsumen PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung ....................... 75
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 85
A. Kesimpulan .......................................................................................... 85
B. Saran .................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini
yang tidak dapat terpisahkan. Tidak hanya penting bagi manusia, air merupakan
bagian yang penting bagi makhluk hidup lainnya baik hewan maupun tumbuhan.
Tanpa adanya air kemungkinan tidak ada kehidupan di dunia ini, karena semua
makhluk hidup sangat memerlukan air untuk bertahan hidup.1
Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih di Kota Bandar Lampung dilakukan
melalui dua cara, yaitu melalui jaringan air nonperpipaan dan jaringan air perpipaan .2
Dalam hal ini Perusahaan Daerah Air Minum Way Rilau (selanjutnya disebut PDAM
Way Rilau Kota Bandar Lampung) merupakan Badan Usaha Milik Daerah yang
bertugas sebagai pengelola penyediaan air bersih melalui sistem perpipaan untuk
kebutuhan masyarakat di Kota Bandar Lampung.

Departemen Kesehatan, “Seminar Air Bersih untuk Masa Depan Indonesia” ,
di unduh pada hari Rabu, 3 Desember 2014 pukul 20.08 WIB.
2
Dikutip dari “proposal Corporate plan PDAM Way Rilau” data pra-riset ke PDAM Way
Rilau pada hari Selasa tanggal 21 Oktober 2014. Jaringan air nonperpipaan adalah penyedian air bersih
melalui pembuatan sumur-sumur dangkal yang dilakukanoleh masyarakat untuk menemukan langsung
sumber air bersih di daerah-daerah tertentu. Sistem Jaringan Air perpipaan merupakan suatu cara untuk
memenuhi kebutuhan air bersih ke daerah-daerah tertentu melalui pipa-pipa yang saling terhubung satu
sama lainnya untuk mengalirkan air yang diselenggarakan oleh Perusahaan Air Minum (PAM/PDAM).
1

2

PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung merupakan salah satu pelayanan umum
yang bersifat profit. Meskipun profit, perusahaan milik pemerintah negara seperti
PDAM ini harusnya sangat menguntungkan dan memakmurkan masyarakat. Hal ini
menjadi suatu keharusan karena mengingat pentingnya akan kebutuhan air bersih
bagi kehidupan manusia. Hal ini termaktub di dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3)
UUD 1945 yang berbunyi, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.
PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung diharapkan dapat memberikan pelayanan
sebaik-baiknya kepada pengguna air (selanjutnya disebut konsumen) yang harus
diperhatikan hak-haknya sebagai konsumen.

Sesuai dengan kedudukannya

masyarakat sebagai pelanggan PDAM yang telah mengadakan perjanjian dengan
pihak PDAM. Perjanjian antara konsumen dengan pihak PDAM Way Rilau Kota
Bandar Lampung memakai bentuk perjanjian baku atau standar, bersifat baku karena
isi perjanjian tersebut telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.
Dikatakan bersifat baku, karena baik perjanjian maupun klausula tersebut tidak dapat
dan tidak mungkin dinegosiasikan atau ditawar oleh pihak lainnya (take it or leave it).
Dalam kegiatan penyediaan air bersih yang dilakukan oleh PDAM Way Rilau kepada
konsumen sering dijumpai terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dapat
merugikan pihak konsumen terutama pada pelanggan kelompok rumah tangga.
Seperti halnya klausula-klausula di dalam surat perjanjian berlangganan air PDAM
Way Rilau Kota Bandar Lampung yang dibuat secara sepihak, menunjukan bahwa

3

suatu posisi yang tidak seimbang dan cenderung memberatkan serta merugikan
konsumen.
Selain itu juga konsumen banyak mengeluhkan pelayanan yang diberikan oleh pihak
PDAM Way Rilau dalam kegiatan penyedian air bersih terutama pada kurangnya
kontiniutas air yang diterima. Kalaupun ada, debit airnya kecil dan mengalir hanya
pada malam hari. Kuantitas dan kelancaran debit air kerumah-rumah konsumen yang
tidak menentu ini seringkali membuat aktivitas konsumen menjadi terhambat,
mengingat

air yang digunakan selain untuk minum, juga merupakan kebutuhan

pokok dalam kegiatan mandi, cuci dan kakus.
Permasalahan yang terjadi bukan hanya pada kuantitas debit air ke rumah-rumah
konsumen, tetapi juga pada kualitas air. Air yang diperoleh konsumen tidak jernih
seperti halnya air yang layak untuk diminum atau air bersih pada umumnya.
Pada prinsipnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen memang tidak melarang
pelaku usaha untuk membuat perjanjian baku, yang memuat klausula baku atas setiap
dokumen atau perjanjian atau transksi perdagangan barang dan atau jasa, artinya
memang tidak ada larangan untuk Pihak PDAM Way Rilau menggunakan kontrak
baku dan menentukan sendiri klausula-klausulanya untuk membuat kesepakatan
dengan calon konsumen dan kemudian menjadi dasar ikatan hak dan kewajiban antar
keduabelah pihak dalam pelayanan penyelenggaraan air bersih. Tetapi yang harus
diperhatikan oleh pelaku usaha atau PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung yang
membuat klausula baku adalah sepanjang klausula baku tersebut tidak mencantumkan

4

ketentuan-ketentuan sebagaimana dilarang dalam Pasal 18 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen dan di dalam klausula baku tersebut wajib mengakomodir
segala ketentuan mengenai hak dan kewajiban sebagaimana diatur pada Pasal 4, Pasal
5, Pasal 6 , dan Pasal 7 UUPK.
Kemudian PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung sebagai Perusahaan Pemerintah
yang fungsi

Pelayan Publik harus memperhatikan bahwa berdasarkan Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik telah mengamanahkan
bahwa penyelenggara pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas dan menjamin
penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan
korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan
penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan
publik. Artinya bahwa PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung harus benar-benar
memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pelanggan dengan Standar pelayanan
seperti yang telah diatur oleh undang-undang tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis ingin membahas masalah
tersebut untuk dijadikan suatu bahan kajian yang berbentuk skripsi dengan judul :
“Perlindungan Hukum Konsumen Air Bersih PDAM Way Rilau di Bandar
Lampung (Studi PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung.

5

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan urian dan penjelasan mengenai latar belakang di atas, maka yang
menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah :
1. Apa sajakah hak dan kewajiban antara PDAM Way Rilau Kota Bandar
Lampung dan konsumen?
2. Bagaimana standar pelayanan yang diterapkan oleh PDAM Way Rilau Kota
Bandar Lampung dalam melayani konsumen?
3. Upaya apakah yang dapat dilakukan konsumen dalam pemenuhan hak sebagai
konsumen ?
Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup pembahasan dan ruang lingkup
bidang ilmu. Ruang lingkup pembahasan adalah perlindungan hukum konsumen air
bersih PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung di Bandar Lampung karena adanya
indikasi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak pelaku usaha yang
menyebabkan kerugian bagi pihak konsumen. Sedangkan ruang lingkup ilmu adalah
Kajian Hukum Ekonomi khususnya Hukum Perlindungan Konsumen.
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan penelitian
adalah :
1) Mendeskripsikan hak dan kewajiban antara PDAM Way Rilau Kota Bandar
Lampung dan konsumen;

6

2) Mendeskripsikan standar pelayanan yang dilakukan PDAM Way Riau Kota
Bandar Lampung dalam melayani konsumen;
3) Mendeskripsikan upaya konsumen untuk memenuhi hak nya dalam penyedian
air besih oleh PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang hukum keperdataan lebih khususnya mengenai perlindungan
hukum konsumen dalam penyedian air bersih oleh PDAM Way Rilau Kota Bandar
Lampung.
2) Secara Praktis
a) Bagi pihak PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung, studi ini dapat dijadikan
bahan evaluasi dan kajian dalam memberikan pelayanan penyedian air bersih yang
sesuai dengan ketentuan undang-undang dan peraturan lainnya.
b) Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap
ilmu hukum perlindungan konsumen dalam penyediaan air bersih .
c) Bagi mayarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran sehingga dapat menjadi acuan bagi masyarakat mengenai perlindungan
hukum khususnya konsumen PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung.

7

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsumen
1.

Istilah dan Pengertian Konsumen

Sebelum tahun 1999, hukum positif Indonesia belum mengenal istilah konsumen.
Kendatipun demikian, hukum positif Indonesia berusaha untuk menggunakan
beberapa istilah yang pengertiannya berkaitan dengan konsumen. Variasi penggunaan
istilah yang berkaitan dengan konsumen tersebut mengacu kepada perlindungan
konsumen, namun belum memiliki ketegasan dan kepastian hukum tentang hak-hak
konsumen.1
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Barang, dalam pertimbangannya
menyebutkan “kesehatan dan keselamatan rakyat, mutu dan susunan (komposisi)
barang”. Penjelasan Undang-Undang ini menyebutkan variasi barang dagangan yang
bermutu kurang baik atau tidak dapat membahayakan dan merugikan kesehatan
rakyat. Maka perlu adanya pengaturan tentang mutu maupun susunan bahan serta
pembukusan barang-barang dagangan.2

1
2

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen. (Jakarta: PT. Kencana, 2013), hlm. 13.
Ibid., hlm. 14.

8

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
secara tegas menyebutkan dengan istilah “pengguna jasa” (Pasal 1 angka 22) sebagai
konsumen jasa, yang diartikan sebagai setiap orang dan/atau badan hukum yang
menggunakan jasa angkutan, baik angkutan orang maupun barang.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menggunakan istilah
“setiap orang” untuk pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat jasa kesehatan dalam
konteks konsumen, hal ini disebut dalam Pasal 1 angka 1, Pasal 4,5,6 dan Pasal 8.
Mengenai Istilah konsumen ini jika kita merujuk pada Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (burgerlijk wetbook) ada beberapa istilah-istilah untuk konsumen, seperti
yang ada di dalam BAB ke Lima tentang jual-beli pada Pasal 1460 yaitu, “jika
kebendaan dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang ini
sejak saat pembelian adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun penyerahannya
belum dilakukan, dan si penjual berhak menuntut harganya”. Dan dalam Bagian ketiga tentang kewajiban si pembeli Pasal 1513 “ kewajiban utama si pembeli adalah
membayar harga pembelian, pada waktu dan di tempat sebagaimana ditetapkan
menurut perjanjian”.3 Pada kedua pasal tersebut mengistilahkan konsumen sebagai
pembeli. Adapun istilah lain untuk konsumen di dalam KUH Perdata yaitu sebagai
penyewa yang terdapat pada Pasal 1550 dan Pasal 1548 KUH Perdata yang berisi
tentang aturan-aturan yang sama-sama berlaku terhadap penyewaan rumah dan
penyewaan tanah.4

3
4

Ibid., hlm. 375.
Ibid., hlm. 381.

Sedangkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

9

(Wetboek van Koophandel voor) untuk istilah konsumen ditemukan istilah lain
berupa tertanggung pada Pasal 246 KUHD dan Penumpang pada Pasal 393 serta
Pasal 394 KUHD. Dari kedua Kitab undang-undang tersebut tidak secara khusus
mendefiniskan mengenai konsumen. Tetapi dapat kita temukan

Istilah-istilah

tersebut antara lain pembeli, penyewa, peminjam pakai dan lain sebagainya. Pada
dasarnya istilah-istilah tersebut merupakai pemakai yang dapat kita sebut juga
sebagai konsumen.
Sedangkan pengertian dari kata “konsumen” menurut AZ. Nasution mengartikan
konsumen adalah setiap pengguna barang atau jasa untuk kebutuhan diri sendiri,
keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk memproduksi barang/jasa lain atau
memperdagangkanya kembali.5
Inosentius Samsul menyebutkan konsumen adalah pengguna atau pemakai akhir
suatu produk, baik sebagai pembeli maupun diperoleh melalui cara lain, seperti
pemberian, hadiah, dan undangan. Mariam Darus Badrul Zaman mendefinisikan
konsumen dengan cara mengambil alih pengertian yang digunakan leh kepustakaan
Belanda, yaitu: “ semua individu yang menggunakan barang dan jasa secara konkret
dan riil”.6
Kendatipun Anderson dan Krumpt menyatakan kesulitannya untuk merumuskan
definisi konsumen, namun para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti
konsumen adalah pemakain terkahir dari benda/atau jasa (uiteindelijke gebruiker ven
5

Wahyu Sasongko, Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, (Penerbit
Unila: Bandar Lampung) 2007, hlm. 54.
6
Zulham, Op.Cit. hlm. 16

10

goederen

en

diensten)

yang

diserahkan

kepada

mereka

oleh

pengusaha

(ondernemer).7

2.

Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen merupakan hal yang sangat perlu utnuk terus dilakukan
karena berkaitan dengan upaya menyejahterakan masyarakat dalam kaitan semakin
berkembangnya transaksi perdagangan pada zaman modern saat ini. Perhatian
mengenai perlindungan konsumen ini bukan hanya di Indonesia tetapi telah mejadi
perhatian dunia.
Dalam pertimbangan Undangan-Undangan Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dikatakan:8
a) Bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual dalam era Demokrasi
Ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b) Bahwa pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi harus dapat
mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka
barang dan jasa yang memiliki kandungan teknologi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligus mendapatkan kepastian atas
barang dan/jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa merugikan konsumen;

7

Ibid., hlm. 16
M. Sadar, Moh. Taufik Makarao, Habloel Mawadi, Hukum perlindungan Konsumen di
Indonesia (Jakarta; academia, 2012), hlm 1.
8

11

c) Bahwa semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat proses globalisasi
ekonomi harus tetap menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat serta
kepastian atas mutu, jumlah dan keamanan barang dan/jasa yang diperolehnya di
pasar;
d) Bahwa untuk meningkatkan harkat martabat konsumen perlu meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi dirinya serta menumbuh kembangkan sikap perilaku usaha
yang bertanggung jawab;
e) Bahwa ketentuan hukum yang melindungi kepentingan konsumen di Indonesia
belum memadai;
f) Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut diatas diperlukan perangkat perundanganundangan

untuk

mewujudkan

keseimbangan

perlindungan

kepentingan

konsumen dan pelaku usaha sehingga tercipta perekonomian yang sehat;
g) Bahwa untuk itu perlu dibentuk undang-undang tentang perlindungan konsumen.
Hukum perlindungan konsumen secara umum bertujuan memberikan perlindungan
bagi konsumen baik dalam bidang hukum privat maupun hukum publik. Kedudukan
Hukum Perlindungan Konsumen berada kajian Hukum Ekonomi. Berdasarkan
ketentuan Pasal 1 angka (1) UUPK, perlindungan konsumen adalah “segala upaya
yang menjamin adanya kepasatian hukum untuk memberi perlindungan hukum
kepada konsumen” kalimat yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan

12

sewenang-wenang pelaku usaha yang dapat merugikan konsumen dan tidak pula
merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen.
Dengan pemahaman bahwa perlindungan konsumen mempersoalkan perlindungan
(hukum) yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memperoleh
barang dan jasa dari kemungkinan timbulnya kerugian karena penggunaannya, maka
hukum perlindungan konsumen dapat dikatakan sebagai hukum yang mengatur
tentang pemberian perlindungan kepada konsumen dalam rangka pemenuhan
kebutuhan konsumen. Dengan demikian, hukum perlindungan konsumen mengatur
hak dan kewajiban produsen, serta cara-cara mempertahankan hak dan kewajiban
itu.9
Dalam berbagai literatur ditemukan sekurang-kurangnya dua istilah mengenai hukum
yang mempersoalkan konsumen, yaitu hukum konsumen dan hukum pelindungan
konsumen. A.Z. Nasution menjelaskan bahwa kedua istilah itu berbeda, yaitu bahwa
hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari konsumen.10 Hukum konsumen
menurut beliau adalah “ keseleluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang
mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan
dengan barang dan/atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup.” Sedangkan
hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang

9

Janus Sidabalok. Hukum Perlindungan Konsumen di Indoensia (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2010), hlm. 45.
10
Ibid.

13

memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat
yang melindungi kepentingan konsumen.11
Pada dasarnya, baik hukum konsumen maupun hukum perlindungan konsumen
membicarakan hal yang sama, yaitu kepentingan hukum (hak-hak konsumen).
Bagaiamana hak-hak konsumen itu diakui dan diatur di dalam hukum serta
bagaiamana ditegakkan di dalam praktik hidup bermasyarakat, itulah yang menjadi
materi pembahasannya. Dengan demikian, hukum perlindungan konsumen atau
hukum konsumen dapat diartikan sebagai keseluruhan peraturan yang mengatur hakhak dan kewajiban-kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya
untuk memenuhi kebutuhannya.
Kata keseluruhan dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa di dalamnya termasuk
seluruh pembedaan hukum menurut jenisnya jadi temasuk di dalamnya, baik aturan
hukum pedata, pidana, administrasi negara maupun hukum internasional. Sedangkan
cakupannya adalah “hak dan kewajiban serta cara-cara pemenuhannya dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya”, yaitu bagi konsumen mulai dari usaha
untuk mendapatkan kebutuhannya dari produsen, meliputi : informasi, memilih harga,
sampai pada akibat-akibat yang timbul karena penggunaan kebutuhan itu, misalnya
untuk mendapatkan penggantian kerugian. Sedangkan bagi produsen meliputi

11

Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo. Hukum Perlindungan Konsumen. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010 ), hlm. 2.

14

kewajiban

yang berkaitan dengan produksi,

penyimpanan, peredaran

dan

perdagangan produk, serta akibat dari pemakaian produk itu.12
Dengan demikian, jika perlindungan konsumen diartikan sebagai segala upaya yang
menjamin adanya kepastian pemenuhan hak-hak konsumen sebagi wujud
perlindungan kepada konsumen, maka hukum perlindungan konsumen tidak lain
adalah hukum

yang mengatur upaya-upaya

untuk

menjamin

terwujudnya

perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen.
3.

Asas dan Tujuan Perlindungan Hukum Konsumen

Secara umum semangat perlindungan konsumen di Indonesia adalah untuk
mendukung pembangunan Indonesia terutama dari segi ekonomi yang seimbang dan
adil, untuk mencapai semangat tersebut perlindungan konsumen dilaksanakan
berdasarkan asas-asas sebagaimana dijelaskan pada Pasal 2 UUPK, yaitu:
a. Asas manfaat;
b. Asas keadilan;
c. Asas keseimbangan;
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen;
e. Asas kepastian hukum;
Pasal 2 Undang-Undang ini menguraikan, perlindungan konsumen diselenggarakan
sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan

12

Ibid., hlm. 47.

15

nasional yaitu:13
1) Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesarbesarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha.
2) Asas keadilan, maksudnya adalah agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan
pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara
adil.
3) Asas

keseimbangan,

berguna

untuk

memberikan

keseimbagan

antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil
maupun spiritual.
4) Asas keamanan dan keselamatan konsumen, untuk memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatn barang dan atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;
5) Asas kepastian hukum, bertujuan agar pelaku usaha dan konsumen mentaati
hukum

dan

memperoleh

keadilan

dalam

penyelengaraan

perlindungan

konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
Pasal 3 UUPK juga menyatakan bahwa perlindungan konsumen memiliki tujuan,
diantaranya: Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;

13

M. Sadar, Moh. Taufik Makarao, Habloel Mawadi, Op.Cit., hlm. 19.

16

1) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
2) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
3) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
4) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
5) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksibarang dan/atau

jasa,

kesehatan,

kenyamanan,

keamanan,

dan

keselamatan konsumen.

B. Pelaku Usaha

1.

Pengertian Pelaku Usaha

Pelaku usaha sering diartikan sebagai pengusaha yang sering menghasilkan barang
dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir dan
pengecer professional, yaitu setiap orang atau badan yang ikut serta dalam penyedian
barang dan jasa sehingga samapai ke tangan konsumen. Sifat professional merupakan
syarat mutlak dalam hal menuntut pertanggungjawaban dari produsen.14

14

Janus Sidabalok, Op.Cit., hlm. 16.

17

Menurut pengertian Pasal 1 angka 3 UUPK, pelaku usaha adalah setiap orang
perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.

Pelaku usaha yang dimaksud dalam UUPK sama dengan cakupan produsen yang
dikenal di Belanda, karena produsen dapat berupa perorangan atau badan hukum.
Dalam pengertian pelaku usaha tersebut tidaklah mencakup eksportir usaha di luar
negeri, karena UUPK membatasi orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun yang non badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan dan melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik
Indonesia.15

Pengertian pelaku usaha yang bermakna luas tersebut, akan memudahkan konsumen
menuntut ganti kerugian. Konsumen yang dirugikan akibat penggunaan produk tidak
begitu kesulitan dalam menemukan kepada siapa tuntutan diajukan, karena banyak
pihak yang dapat digugat, namun akan lebih baik lagi seandainya UUPK tersebut
memberikan rincian sebagaimana directive (pedoman bagi negara masyarakat Uni

15

Ibid.hlm. 25.

18

Eropa), sehingga konsumen dapat lebih mudah lagi utnuk menentukan kepada siapa
ia akan mengajukan tuntutan jiak ia dirugikan akibat penggunaan produk.16

2.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Dominasi perusahaan-persahaan pemerintah (BUMN/BUMD) di bidang kelistrikan,
air minum, dan telekomunikasi, masih menyimpan persoalan tersendiri yang
menempatkan konsumen pada posisi lemah.17
Dalam hal ini disamping Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dikenal juga Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD), yang menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962
dikenal dengan nama Perusahaan Daerah. Perusahaan Daerah didirikan berdasarkan
peraturan daerah, dan merupakan badan hukum, serta kedudukannya diperoleh
dengan berlakunya peraturan daerah tersebut. Badan usaha milik daerah (BUMD)
adalah suatu badan yang dikelola oleh daerah untuk menggali potensi daerah, yang
bertujuan untuk menambah pendapatan asli daerah yang berguna untuk pembangunan
daerah tersebut.

Perusahaan

daerah

adalah

suatu

produksi

yang

bersifat

memberi

jasa,

menyelenggaraan kemanfaatan umum dan memupuk pendapatan. Perusahaan Daerah
bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut
peraturan perundangan tentang pemerintahan daerah.Undang-undang Nomor 23
16

Ibid. hlm. 27.
Yusuf Shofie, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti) 2008, hlm . 11.
17

19

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Pasal 331 ayat (1) menyebutkan bahwa
Pemerintah Daerah dapat mendirikan BUMD yang pembentukan, penggabungan,
pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Perda yang
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Modal perusahaan daerah terdiri dari seluruh atau sebagian dari kekayaan daerah
yang dipisahkan. Modal perusahaan daerah yang untuk seluruhnya terdiri atas
kekayaan suatu daerah dipisahkan tidak terdiri atas saham. Sebaliknya modal
perusahaan daerah yang sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan,
modal itu terdiri atas saham. Saham perusahaan daerah terdiri atas saham prioritas
hanya dapat dimiliki oleh daerah, sedangkan saham biasa dapat dimiliki oleh daerah,
warga negara Indonesia dan/atau badan hukum yang didirikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan Indonesia dan pesertanya terdiri dari warga Indonesia. Besarnya
jumlah nominal saham prioritas dan saham biasa ditetapkan dalam peraturan
pendirian perusahaan daerah.

1.

Tujuan Badan Usaha Milik Daerah

Tujuan BUMD berdasarkan UU No. 5 Tahun 1962 Pasal 5, Untuk turut serta
melaksanakan pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional
umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat
dengan mengutamakan industrialisasi dan ketenteraman serta kesenangan kerja dalam
perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

20

2.

Fungsi Badan Usaha Milik Daerah

Fungsi badan usaha milik daerah (BUMD) adalah sebagai fasilitator dalam
menjalankan otonomi daerah, yang berfungsi membantu pemerintah daerah dalam
menjalankan pemerintahannya yang berlandaskan pada otonomi daerah. Sebagai
daerah otonom, pemerintah daerah harus dapat membiayai rumah tangganya sendiri
dengan mengandalakan pendapatan asli daerah, salah satu aset daerah adalah Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mempunyai tujuan mencari keuntungan sebesarbesarnya yang nantinya akan diberikan sebagian kepada pemerintah dalam hal
peningkatan pendapatan asli daerah.

C. Hubungan Hukum
Hubungan hukum adalah hubungan antar subyek hukum menurut ketentuan hukum
yang dapat berupa ikatan hak dan kewajiban. Tidak semua hubungan antar subyek
hukum merupakan hubungan hukum, mungkin saja hanya merupakan hubungan
sosial biasa. Dengan demikian, kriteria adanya hubungan hukum adalah apabila
hubungan antarsubyek hukum itu diatur oleh dalam suatu norma atau peraturan
hukum. Hubungan hukum dapat dibedakan dalam hubungan :18
1) Sederajat, misal hubungan suasmi isteri dalam hukum perdata dan dalam HTN
hubungan antar Provinsi, dan beda derajat, misal hubungan orang tua dan anak

18

50.

Wahyu Sasongko, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Bandar Lampung: Penerbit Unila) 2010, Hlm.

21

dalam hukum perdata dan dalam HTN misal hubungan antara Pemerintah dengan
warga negara.
2) Timbal balik, para pihak sama-sama memiliki hak dan kewajiban, dan hubungan
yang timpang, pihak yang satu mempunyai hak, pihak yang lain mempunyi
kewajiban.

1.

Hubungan hukum melalui Perjanjian

Pasal 1313 KUH Perdata secara umum menyebutkan bahwa “Perjanjian adalah suatu
perbuatan hukum dimana salah satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih”. Maka dapat dikatakan bahwa Perjanjian adalah sumber
perikatan. Menurut Pasal 1233 KUH Perdata, “Perikatan lahir karena perjanjian atau
karena Undang-Undang”.

Perikatan artinya hal yang mengikat antara orang yang satu dan orang yang lain. Hal
yang mengikat itu merupakan peristiwa hukum. Peristiwa hukum tersebut
menciptakan hubungan hukum.19 Perjanjian berupa suatu rangkaian perikatan yang
mengandung janji-janji atas kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

Menurut C. Accer, ciri utama perikatan adalah hubungan hukum antara para pihak,
dimana dengan hubungan itu terdapat hak (prestasi) dan Kewajiban (kontra prestasi)

19

198.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Jakarta: Citra Aditya Bakti ) 2000, hlm.

22

yang saling dipertukarkan para pihak.20 Pada hubungan hukum dalam perjanjian, tiap
pihak mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik. Pihak yang satu
mempunyai hak untuk menuntut (kreditur) sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak
yang lain wajib memenuhi (debitur) tuntutan itu, dan sebaliknya. Suatu yang dituntut
disebut prestasi.21

Prestasi (consideration) dapat dirumuskan secara luas sebagai sesuatu yang diberikan,
dijanjikan, atau dilakukan secara timbal balik.22 Menurut ketentuan Pasal 1234 KUH
Perdata, ada 3(tiga) kemungkinan wujud prestasi, yaitu:
a.

Memberikan sesuatu;

b.

Berbuat sesuatu;

c.

Tidak berbuat sesuatu.

Apabila pada perjanjian pihak debitur tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan
seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan maka debitur dikatakan berbuat
wanprestasi (ingkar janji). Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur disebabkan
oleh dua kemungkinan alasan, yaitu:
a.

Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhi kewajiban maupun
karena kelalaian;

b.

Karena keadaan memaksa (overmacht), force majeure, jadi diluar kemampuan
debitur, Debitur tidak bersalah.23

20

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian: Asas Personalitas dalam Kontrak Komersial
(Jakarta: Kencana) 2011, hlm. 20.
21
Abdulkadir Muhammad, 2000, Op. Cit, hlm. 199.
22
Abdulkadir Muhammad, Hukum perjanjian (Bandung:Alumni,) 1986, hlm. 99.

23

Keadaan memaksa ialah keadaan tidak dipenuhinya prestasi oleh debitur karena
terjadi peristiwa yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi
ketika membuat perikatan. Dan pabila diperhatikan di masyarakat, perikatan yang
bersumber dari kontrak atau perjanjian begitu mendominasi.

2.

Hak dan Kewajiban

a.

Hak dan Kewajiban Konsumen

Presiden Jhon F. Kennedy mengemukakan empat hak konsumen yang harus
dilindungi,24 yaitu :
1) Hak memperoleh keamanan (the right to safety)
Aspek ini ditujukan pada perlindungan konsumen dari pemasaran barangdan/atau jasa
yang membahayakan keselamatan konsumen. Pada posisi ini, intervensi, tanggung
jawab dan peranan pemerintah dalam rangka menjamin keselamatan dan keamanan
konsumen sangat penting. Karena itu pula, pengaturan dan regulasi perlindungan
konsumen sangat dibutuhkan untuk menjaga konsumen dari perilaku produsen
nantinya dapat merugikan dan membahayakan keselamatan konsumen.
2) Hak memilih (the right to choose)
Bagi konsumen, hak memilih merupakan hak prerogratif konsumen apakah ia akan
membeli atau tidak membeli suatu barang dan/atau jasa. Oleh karena itu, tanpa
23
24

Abdulkadir Muhammad, 2000, Op. Cit, hlm. 203.
Zulham, Op. Cit., hlm.47.

24

ditunjang oleh hak untuk mendapatkan informasi yang jujur, tingkat pendidikan yang
patut, dan pengahasilan yang memadai, maka hak ini tidak akan banyak artinya.
Apalagi dengan meningkatnya teknik penggunaan pasar, terutama lewat iklan, maka
hak untuk memilih ini lebih ban