KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK

I.

KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK

Sebagai auditor, mereka bertiga telah melanggar kode etik auditor
yang ada.
Kode etik yang pertama:
1. Integritas
seharusnya auditor harus melakukan pekerjaan mereka dengan
kejujuran dan tanggung jawab dan membuat pengungkapan yang
diharuskan oleh ketentuan perundang-undangan dan profesi.
Seharusnya ketiga auditor ini tidak boleh terlibat dalam aktivitas
illegal atau terlibat dalam tindakan yang memalukan untuk profesi
audit.
2. Objektivitas
dalam kasus ini seharusnya ketiga auditor tersebut tidak boleh
berpatisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun yang dapat
mengganggu, dan tidak akan menerima apa pun yang dapat
mengganggu atau dianggap mengganggu profesionalitas
penilaian mereka. Seharusnya mereka mengungkapkan semua
fakta material yang mereka ketahui.


Kasus suap tiga Auditor Bea Cukai yang diduga menerima suap
atau success fee dari kasus yang ditanganinya. Posisi ketiga
Auditor tersebut adalah sebagai Auditor Bea Cukai. Posisi ini
sangat strategis karena mereka bertiga yang bertugas sebagai
audit pada PT Katsushiro.
Berbicara mengenai kasus Suap, dari segi akuntasi, kekurangan
dalam pembayaran sebesar Rp 1,7 miliyar seharusnya tidak
diperbolehkan diubah semena-mena, Tetapi Ketiga Auditor
Tersebut justru memanfaatkan kelemahan-kelemahan peraturan
yang ada. Jika auditor merekayasa laporan keuangan, maka
izinnya akan dicabut dan ada aturan, dalam melakukan audit

laporan keuangan, akuntan publik tidak boleh melayani sebuah
perusahaan selama empat tahun berturut-turut dan kemungkinan
akan Ditahan. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi rekayasa
kekurangan pembayaran.
II. PERAN AKUNTAN PUBLIK DALAM PEMERIKSAAN BEA
DAN CUKAI
Stigma bahwa profesi akuntan merupakan profesi yang tidak bisa

dipercaya itu tetap melekat sampai sekarang. Wajar tanpa sarat,
wajar dengan pengecualian. Mengingat masih ada organisasi
yang bisa meminta akuntan untuk melakukan ”financial
engineering” ke dalam laporan keuangannya, sehingga tampak
bagus, cantik, dan sehat. Tetapi tentu saja tidak semua akuntan
publik di Indonesia itu berlaku seperti itu. Akuntan publik yang
menjunjung norma dan etika juga tidak sedikit. Akuntan publik
sebagai profesi seperti halnya profesi lain tidak steril terhadap
adanya penyimpangan. Akan ada oknum-oknum yang tidak
mematuhi rambu-rambu yang ditetapkan profesi. Sudah menjadi
tugas IAI untuk segera mengakhiri stigma negatif ini atau
membiarkannya untuk selama-lamanya. Banyak kasus audit yang
seharusnya bisa ditangani oleh kantor akuntan publik lokal, tetapi
diserahkan ke akuntan publik luar. Ini bukan karena akuntan lokal
lebih bodoh dari akuntan luar. Standar audit kita adalah fotokopi
dan Generelly Accepted Auditing Standard (GAAS) yang dibuat
oleh AICPA (American Institute of Publik Accountant).Jadi
masalahnya adalah kepercayaan…..

Menurut Tipikor Mabes Polri Brigjen Pol Jose Rizal kepolisian

sebelumnya telah menahan 3 auditor Bea Cukai yang diduga
menerima suap. Auditor Bea Cukai yang ditahan yakni Bambang
Sutrisno (tim auditor Bea Cukai), Hendry Effendi (tim auditor Bea
Cukai), dan Adhi Yulianto (tim auditor Bea Cukai).
Ini membuktikan baik penerima suap dan yang menyuap samasama diproses hukum
Penyuapan ini berawal saat 3 auditor Bea Cukai tersebut
melakukan audit pada PT Katsushiro Indonesia yang beralamat di
Cikarang, Bekasi, terkait impor barang berupa baja untuk periode
1 Januari 2002 - 31 Desember 2003 pada tahun 2003. Mereka
didampingi karyawan PT Katsushiro, bernama Wayan Sudiartha,
Hamid Astho, Bhakti Wiwoho, dan Ninik Saptorini.
Pada April 2004, tersangka Hendry Effendi memberitahukan
melalui telepon kepada karyawan Katsushiro bahwa terjadi
kekurangan pembayaran senilai Rp 1,7 miliar.
Nah cerita punya cerita akhirnya terjadilah transaksi untuk
mengecilkan nilai temuan kekurangan pembayaran. Tim auditor
sepakat untuk memperkecil temuan tersebut dengan meminta
imbalan uang.
Dan pada 17 Mei 2004, tim auditor mengirimkan temuan hasil
audit yang sudah diubah menjadi Rp 9 juta. Budi Setyo Utomo

diduga memerintahkan Wayan Sudiarta pada 21 Mei 2004 untuk
mencairkan cek sebesar Rp 650 juta dan agar diserahkan ke
auditor.