KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK Seksi 1

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Seksi 100 Prinsip-prinsip dasar Etika Profesi. Dalam hal ini memuat berbagai prinsip dasar yakni
prinsip integritas, objektivitas, kompetensi, kerahasiaan, dan perilaku professional
Seksi 110 Prinsip integritas yakni mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam
hubungan professional dan hubungan bisnisnya serta tidak boleh ada kesalahan yang
material/menyesatkan, informasi yang diberikan secara tidak hati-hati, dan penyembunyian yang
dapat menyesatkan atas informasi yang seharusnya diungkapkan.
Seksi 120 Prinsip Objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas,
benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya.
Seksi 130 Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional. Ada hal
yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Mememlihara pngetahuan dan keahlian professional yang dibutuhkan untuk menjamin
pemberian jasa professional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja dan
b. Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar profesi
dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
Seksi 140 Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk melakukan tindakan – tindakan
sebagai berikut :
a. Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan professional
dan hubungan bisnis kepada pihak kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP
tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk

mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku
dan
b. Menggunakan informasih yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
professional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga
Seksi 150 Prinsip perilaku professional mewajibkan setiap Praktisi untuk mematuhi setiap
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari

setiap tindakan yang

mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan

terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengeetahuan
mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi profesi. Setiap praktisi
harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan sebagai berikut :
a. Membuat peryataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain.
b. Membuat peryataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh
Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan. Seksi ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan
kerangka konseptual yang tercantum pada bagian A dari kode etik ini oleh praktisi.

Seksi 210 Penunjukan praktisi, KAP, atau jaringan KAP. Penerima Klien. Sebelum menerima
suatu klien baru, setiap Praktisi harus mempertimbangkan potensi terjadinya ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang diakibatkan oleh diterimanya klien tersebut.
Ancaman potensial terhadap integritas atau perilaku professional antara lain dapat terjadi dari isu
– isu yang dapat dipertanyakan yang terkait dengan klien (Pemilik, manajemen, atau
aktivitasnya).
Penerimaan Perikatan. Setiap Praktisi hanya boleh memberikan jasa profesionalnya jika
memiliki kompetensi untuk melaksanakan perikatan tersebut. Sebelum menerima perikatan,
setisap praktisi harus mempertimbangkan setiap ancaman terhadap kepatuan pada prinsip dasar
etika profesi yang dapat terjadi dari diterrimanya perikatan tersebut.
Seksi 220 Benturan Kepentingan. Setiap praktisi harus mengambil langkah – langkah yang
diperlukan untuk mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan,
karena situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, karena situasi tersebut dapat
menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
Seksi 230 Pendapat Kedua. Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip – prinsip dasar etika dapat
terjadi

ketika praktisi diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai penerapan

akuntansi, auditing pelaporan, atau standar untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh, atau untuk

kepentingan, pihak – pihak selain klien.

Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya.Dalam melakukan
negosiasi mengenai jasa profesional yang dibeikan, Praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan
jasa professional yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah imbalanjasa professional yang
diusulkan oleh praktisi yang satu lebih rendah dari praktisi yang lain merupakan pelangggaran
terhadap kode etik profesi. Namun demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar
etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa professional yang diusulkan.
Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional. Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika
profesi dapat terjadi ketika praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk
pemasaran lainnya.
Seksi 260 Penerimaan hadiah atau Bentuk Keramah – tamahan lainnya. Praktisi maupun anggota
keluarga Langsung atau anggota keluarga dekatnya mungkin saja ditawari suatu hadiah atau
bentuk keramahan tamhan lainnya oleh klien. Penerimaan pemberian tersebut data menimbulkan
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
Seksi 270 Penyimpanan Aset Milik Klien. Setiap Praktisi tidak boleh mengambil tanggung
jawab penyimpanan uang atau asset lainnya milik klien., kecuali jika diperbolehkan oleh
ketentuan hukum yang berlaku dan jika demikian, praktisi wajib menyimpan aset tersebut
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Seksi 280 Obkektivitas Semua Jasa Profesional. Dalam memberikan jasa profesionalnya, setiap

Praktisi harus mempertimbangkan ada tidaknya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar
objktivitas yang dapat terjadi dari adanya kepentingan dalam atau hubungan dengan klien
maupun direktur, pejabat atau karyawannya.
Seksi 290 Independesi Dalam perikatan Assurance. Perikatan assurance bertujuan untuk
meningkatkan tingkat keyakinan penggunaan hasil pekerjaan perikatan assurance atas hasil
pengevaluasian atau hasil pengkukuran yang dilakukan atas hal pokok berdassarkan suatu
kriteria. Ada 2 independensi yang diatur dalam Kode Etik yakni :

a. Independensi dalam pemikiran artinya bahwa sikap mental yang memungkinkan pernyataan
pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat menganggu pertimbangan
professional.
b. Independensi dalam penampilan artinya bahwa sikap yang menghindari tindakan atau situasi
yang dapat menyebabkan pihak ketiga meragukan integritas, objektivitas, atau skeptisisme
professional dari anggota tim assurance, KAP, atau jaringan KAP.
Dalam hal periode perikatan assurance berulang, berakhirnya periode perikatan
ditentukan terjadinya lebih akhir salah satu dari peristiwa diantaranya : salah satu pihak yang
mengadakan perikatan memberitahukan berakhirnya hubungan professional diantara mereka atau
ketika laporan assurance final diterbitkan.
Dalam hal pinjaman yang diberikan kepada KAP oleh klien assurance yang merupakan
bank atau institusi sejenis tidak akan menimbulkan ancaman terhadap independensi jika

pinjaman atau penjaminan tersebut diberikan melalui prosedur, kondisi dan persyaratan lazim
dan jumlah pinjaman tersebut lazim dan jumlah pinjamna tersebut tidak material bagi KAP dan
klien assurance.
Dalam hal penugasan personel KAP atau jaringan KAP yang bersifat sementara pada
klien audit laporan keuangan ada situasi yang harus dianalisis secara seksama untuk
mengidentifikasi ada tidaknya ancaman yang dapat terjadi dan pencegahan yang harus
diterapkan setiap situasi untuk mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima.
Dalam hal besaran imbalan Jasa Profesional, ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi
ketika KAP menerima perikatan assurance dengan jumlah imbalan jasa professional yang secara
signifikan lebih rendah dari jumlah yang dikenakan oleh KAP sebelumnya atau yang dtawarkan
oleh KAP lainnya.
Dalam penerimaan hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya merupakan ancaman
kepentingan pribadi dan ancaman kedekatan dapat terjadi ketika anggota tim assurance, KAP,
atau jaringan KAP menerima suatu hadiah. Tindakan yang dapat diambil yakni menolak untuk
menerima hadiah atau bentuk keramah-tamaan lainnya tersebut.
Dalam hal ancaman litigasi dapat terjadi antara anggota tim assurance, KAP atau jaringan
KAP dengan klien assurance berada pada posisi yang saling berlawanan dalam suatu litigasi
yang dapat memengaruhi kesediaan manajemen klien assurance untuk sikap terbuka dalam
semua aspek kegiatan usaha klien assurance.


KERANGKA UNTUK PERIKATAN ASURANS
Dalam kerangka ini menjelaskan unsur-unsur dan tujuan perikatan asurans, dan mngidentifikasi
perikatan-perikatan yang diterapi Standar Audit (SA),Standar Perikatan Reviu (SPR) dan Standar
Perikatan Asurans (SPA). Kerangkan ini menyediakan kerangka acuan untuk :
a. Akuntan professional dalam praktik public pada waktu melaksanakan perikatan asurans.
b. Pihak-pihak lain yang terlibat dalam perikatan asurans, termasuk pengguna laporan
asurans yang dituju dan pihak yang bertanggung jawab terhadap hal pokok
c. Dewan Standar Profesi (DSP) Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada waktu
mengembangkan SA, SPR, dan SPA selain audit dan reviu.
Defenisi dan tujuan perikatan Asurans
Perikatan Asurans berarti suatu perikatan yang di dalamnya seorang praktisi menyatakan
suatu kesimpulan yang dirancang untuk meningkatkan derajat kepercayaan pengguna yang dituju
terhadap hasil pengevaluasian atau pengukuran atas hal pokok dibandingkan dengan kriteria.
Ruang Lingkup Kerangka
Laporan atas Perikatan Non-asurans
Suatu pelaporan praktisi yang tidak melakukan perikatan asurans sesuai dengan ruang lingkup
kerangkap ini, harus secara jelas dibedakan dengan laporan yang dihasilkan dari laporan asurans.
Penerimaan Perikatan
Praktisi menerima perikatan asurans hanya jika pengetahuan awal praktisi atas kondisi perikatan
menunjukkan bahwa ketentuan etika profesi yang relevan seperti independensi dan kompetensi

professional akan terpenuhi dan perikatan tersebut memiliki karateristik .\
Unsur-unsur Perikatan Asurans
Hubungan tiga pihak
Perikatan asurans melibatkan tiga pihak yang terpisah yaitu praktisi, pihak yang bertanggung
jawab, dan pengguna yang dituju. Pihak yang bertanggung jawab dan pengguna yang dituju
mungkin berasal dari entitas yang berbeda atau sama.

Hal pokok
Hal pokok memiliki beberapa karateristik yang berbeda, yang mencakup seberapa
kuantitatif atau kualitatif, obektif atau subjktif, dan historis atau prospektif informasi tentang hal
pokok tersebut, serta apakah informasi tersebut terkait dengan suatu titik waktu atau suatu
periode.
Kriteria
Kriteria adalah pembanding yang digunakan untuk mengevaluasi atau mengukur hal
pokok, termasuk jika relevan, pembanding untuk penyajian dan pengungkapan. Kriteria dapat
bersifat formal yang dapat digunakan Standar Akuntansi Keuangan. Kriteria yang tepat
diperlukan dalam melakukan evaluasi yang konsisten atau pengukuran atas hal pokok dalam
konteks pertimbangan professional. Kriteria terbagi atas :
 Relevan : kriteria yang memberikan kontribusi terhadap kesimpulan yang membantu dalam
pengambilan keputusan

 Kelengkapan : kriteria yang dapat berdampak terhadap kesimpulan dalam konteks kondisi
perikatan tidak dihilangkan
 Keandalan : kriteria yang andal memungkinkan pengevaluasiandan pengukuran yang
konsisten dan masuk akal terhadap hal pokok termasuk, jika relevan, penyajian dan
pengungkapan.
 Kenetralan : Kriteria yang netral memberikan kontribusi kepada kesimpulan yang bebas dari
keberpihakan
 Dapat dipahami : kriteria yang dapat dipahami memberikan kontibusi kepada kesimpulan
yang jelas, komprehensif, secara signifikan.
Bukti
Praktisi merencanakan dan melaksanakan perikatan asurans dengan suatu sikap
skeptisisme professional untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang apakah
informasi hal pokok bebas dari kesalahan penyajian material.
Skeptisisme Profesinal. Praktis merencanakan dan melaksanakan perikatan asurans
dengan suatu sikap skeptisisme professional dengan menyadari bahwa mungkin terdapat kondisi
yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian material atas informasi hal pokok.

Kecukupan dan Ketepatan bukti. Kecakupan adalah ukuran kuantitas bukti. Ketepatan
adalah ukuran kualitas bukti tersebut; yaitu relevansi dan keandalan bukti tersebut.
Materialitas adalah relevan ketika praktisi menentukan sifat, saat dan luas prosedur

pengumpulan bukti, da ketika menilai apakah informasi hal pokok bebas dari kesalahan
penyajian material. Ketika mempertimbangkan materialitas, praktisi harus memahami dan
menilai faktor apa yang dapat memengaruhi keputusan pengguna yang dituju.
Risiko Perikatan Asurans adalah risiko yang timbul sebagai akibat praktisi menyatakan
kesimpulan yang tidak tepat ketika terjadi kesalahan penyajian material atas informasi hal pokok.
Sifat, Saat, dan Luas Prosedur Pengumpulan Bukti. Secara teori, keberagamaan yang
tidak terbataas dalam prosedur pengumpulan bukti dimungkinkan. Namun dalam praktik, hal ini
sulit untuk dikomunikasikan secara jelas dan tidak meragukan.
Kuantitas dan Kualitas Bukti yang Tersedia.
Kuantitas atau kualitas bukti yang tersedia dipengaruhi oleh:
a. Karakteristik hal pokok dan informasihhal pokok.
b. Kondisi perikatan selain karakteristik hal pokok, seperti ketika bukti yang diharapkan
tersedia teryata tidak tersedia.
Suatu kesimpulan wajar tanpa pengecualian tidak tepat diberikan untuk kedua jenis perikatan
asurans ketika terdapat pembatasan material atas ruang lingkup pekerjaan praktisi
Laporan Asurans
Praktisi membuat suatu laporan tertulis yang berisi suatu kesimpulan yang
menyampaikan kenyakinan yang diperoleh tentang informasi hal pokkok. SA, SPR , dan SPA
menetapkan unsur – unsur dasar laporan asurans. Selain itu, praktisi mempertimbangkan
tanggung jawab pelaporan lain, termasuk mengomunikasikan dengan pihak yang bertanggung

jawab atas tata kelola entitass, jika relevan.
Dalam perikatan yang memberikan keyakinan memadai, praktisi menyatakan
kesimpulannyaa dalam bentuk positif. Dalam perikatan yang memberikan keyakian terbatas,
praktisi menyatakan kesimpulannya dalam bentuk negative
Praktisis tidak menyatakan kesimpulan wajar tanpa pengecualian untuk kedua jenis
perikatan asurans ketika kondisi – kondisi berikut ini ada dan, menurut pertimbangan praktissi,
dampak kondisi terssebut material atau mungkin material:

a. Terdapat atas ruang lingkup pekerjaan praktisi. Praktisi menyatakaan kesimpulan wajar
dengan pengeecualian atau tidak memberikan pendapat tergantung pada seberapa
material

atau

pervaif

pembatasan

tersebut.


Dalam

beberapa

kasus,

praktisi

mempertimbangkan untuk menarik diri dari perikaatan.
b. Dalam kasus dengan kondisi sebagai berikut
i.

Kesimpulan praktisi dinyatakan atas aserssi pihak yang bertanggung jawab dan
asersi tersebut tidak disajikan secara wajar dalam semua hal yang material dan

ii.

Kesimpulan praktisi dinyatakan secara langsung atas poko dan kriterianya, dan
terjadi kesalahan penyajian material atas informaasi hal pokok, praktisi
menyatakaan kesimpulan wajar dengan pengeeccualian atau tidak wajar
tergantung dari seberapa material atau pervasif hal tersebut.

Penggunaan nama praktisi yang tidak semestinya
Praktisi dikaitkan dengan suatu hal pokok ketika praktisi melaporkan informasi tentang
hal pokok atau mengizinkan pengguna nama praktisi dalam suatu hubungan professional dengan
hal pokok tersebut. Jika praktisi tidak terkait melalui cara tersebut di atas, maka pihak ketiga
dapat menganggap bahwa tidak ada tanggung jawab praktisi. Praktisi juga harus
mempertimbangkan langkah lain yang mungkin diperlukan, seperti menginformasihkan setiap
pengguna pihak ketiga yang diketahui tentang penggunaan nama praktisi yang tidak semestinya
atau meminta advis hukum.

STANDAR PENGENDALIAN MUTU
Ruang lingkup
SPM mengatur tanggung jawab Kantor akuntan publik (KAP) atas sistem pengendalian
mutu dalam melaksanakan perikatan asurans (Audit, reviu, dan perikatan Asurans lainnya) dan
perikataan selain asurans. SPM ini harus dibaca dalam kaitanya dengan standar audit dan kode
etik profesi akuntan public (Kode etik) yang ditetapkan oleh IAPI.
Standar profesi lainnya tercantum dalam standart profesi yang ditetapkan oleh IAPI mengatur
standard an pedoman tambahan mengenai tanggung jawab personel KAP atas prosedur
pengendalian mutu dalam perikatan tertentu.
Keterterapan
SPM ini berlaku bagi semua KAP yang melaksanakan perikatan asurans (Audit, reviu, serta
perikatan asurans lainnya) dan perikatan selain asurans.
Tujuan SPM ini memberikan konteks ketentuan yang ditetapkan dan ditujukan untuk membantu
KAP dalam:
 Memahami hal – hal yang perlu dicapai; dan
 Memustuskan ada tidaknya hal – hal lain yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut.
Tanggal efektif
KAP harus menetapkan suatu sistem pengendalian mutu yang isinya sesuai dengan SPM ini
paling lambat tangggal 1 januari 2013
Tujuan
Tujuan KAP dalam menetapkan dan menetapkan dan memelihara sistem pengendalian mutu
adalah untuk memberikan keyakinan memadai bahwa:
a. KAP dan personelnya mematuhi standar profesi, serta ketentuan hukum atau peraturan yang
berlaku; dan
b. Laproran yang diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan telah sesuai dengan kondisinya.

Unsur – unsur sistem pengendalian mutu
Setiap KAP harus menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu yang mencakup
unsur – unsur sebagai berikut :
a. Tanggung jawab kepemimpinan KAP atas mutu
b. Ketentuan etika profesi yang berlaku
c. Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan tertentu.
d. Sumber daya manusia.
e. Pelaksanaan perikatan
f. Pemantauan
Ketentuan etika profesi yang berlaku
Setiap KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa KAP dan personelnya telah mematuhi ketentuan etika profesi yang
berlaku.
Independesi
Setiap KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa KAP dan personelnya, serta jika relevan, kepada pihak lain yang juga
diwajibkan untuk mematuhi ketentuan independensi (termasuk personel jaringan KAP) , untuk
menjaga independesinya sesuai dengan ketentuan etika profesi yang berlaku. Kebijakan dan
prosedur tersebut harus memungkinkan KAP untuk:
a. Mengomunikasikan ketentuan independesi kepada personel KAP dan, jika relevan, kepada
pihak lain yang juga kewajibannya untuk mematuhi ketentuan independesi dan
b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi dan hubungan yang menciptakan ancaman
terhadap independensi, serta melakukan tindakan

pencegahan yang tepat untuk

menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima,
mengundurkan diri dari perikatan selama tindakan tersebut diperkenakan oleh ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku

Penugasan Tim Perikatan
KAP harus melibatkan tangggung jawab atas setiap perikatn kepada seorang rekan perikatan dan
harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang mengatur hal – hal sebagai berikut:
a. Identitas dan peran dari rekan perikatan tersebut dikomunikasikan kepada anggota
manajemen kunci klien dan pihak klien yang bertanggung jawab atas tata kelola
b. Rekan perikatan memiliki kompetensi, kemam puan, dan wewenang yang tepat untuk
melaksanakan fungsinya; dan
c. Tanggung jawab sebagai rekan perikatan ditetapkan secara jelas dan dikomunikasikan
kepada rekan perikatan tersebut.
Konsultassi
Setiap KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa:
a. Konsultasi yang tepat teloah dilakukakan untuk hal – hal yang rumit dan kontravesional;
b. Tersedianya sumber daya yang cukup untuk memungkinkan terlaksanya konsultasi yang
tepat;
c. Sifat, lingkup, dan kesimpulan, yang dihasilkan dari konsultasi tersebut di dokumentasikan
dan disepakati oleh kedua belah pihak, baik personal yang diminta konsultasi; dan
d. Diterapkan kesimpulan yang dihasilkan dari konsultan tersebut.
Perbedaan pendapat
Setiap KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur dalam menghadapi dan menyelesaikan
perbedaan pendapat:
 Dalam tim perikatan
 Antara tim perikatan dengan pihak yang memberikan konsultasi dan
 Jika relevan, antara rekan perikatan dengan penelaah pengendalian mutu perikatan.
Kebijakan dan prosedur tersebut harus mensyaratkan bahwa:
a. Keputusan yang dihasilkan telah didokumentasikan dan dilaksanakan ; dan
b. Laporan tidak diberi tanggal hingga hal yang menjadi permasalahan telah terselesaikan.

Pengevaluasian, pengomunikasian, penaganan defisiensi yang terindentifikasi
Rekomendasi untuk tindakan perbaikan yang tepat harus atas defisiensi yang ditemukan harus
mencakup satu atau lebih hal – hal sebagai berikut:
a. Melakukan tindakan perbaikan yang tepat terhadap perikatan atau personel KAP
b. Mengomunikasikan temuan kepada pihak yang bertanggung jawab atas pelatihan dan
pengembangan professional;
c. Mengubah kebijakan dan prosedur pengendalian mutu dan
d. Mengenakan sanksi indisipliner bagi mereka yang tidak mematuhi kebijakan dan prosedur
KAP, terutama yang telah melakukannya berulang kali.
Ketentuan etika profesi yang berlaku
Kepatuhan terhadap ketentuan etika profesi yang berlaku
Kode etik menetapkan lima prinsip – prinsip dasar etika profesi yaitu:
a. Integritas
b. Objektivitas
c. Kompetensi serta kecermatan dan kehati – hatian professional
d. Kerahasiaaan dan
e. Perilaku professional
Prinsip – prinsip dasar secara khusu diperkuat oleh:
 Kepemimpinan dalam KAP
 Pendidikan dan pelatihan
 Pengawasan dan proses dalam menghadapi ketidakpatuhan.
Penetuan kriteria yang tepat untuk menghadapi ancaman kedekatan dapat mencakup hal – hal
sebagai berikut:
 Sifat perikatan, termasuk seberapa luas perikatan tersebut melibatkan kepentingan public;
dan
 Lamanya penugasan staf senior tersebut dalam perikatan.
Integritas klien
Sehubungan dengan integritas klien, berikut ini adalah contoh atas hal – hal yang perlu
dipertimbangkan:

 Reputasi pribadi dan bisnis dari pemilik utama, manajemen kunci dan pihak yang
bertanggung jawab atas kelola klien.
 Sifat operasi klien, termasuk praktis bisnisnya.
 Infromasih yang berhubugan dengan perilaku pemilik utama, manajemen kunci dan pihak
yang bertanggung jawab.
 Apakah klien secara agresif berusaha menekan jasa professional KAP serendah mungkin.
 Indikasi terjadinya pembahasan lingkup pekerjaan yang tidak wajar
 Indikasi terjadinya pembatasan lingkup pekerjaan yang tidak wajar
 Indikasi bahwa klien mungkin terlibat dalam pencurcian uang atau aktivitas criminal lainnya.
 Alasan penunjuk KAP dan penggantian KAP sebelumnya
 Identittas dan reputusasi bisnis dari pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
Keberlanjutan hubungan dengan klien
Keputusan untuk melanjutkan hubungan dengan klien mencakup pertimbangan atas hal – hal
tertentu dan implikasinya dalam melanjutkan hubugan tersebut.
Sumber daya manusia
Isu – isu personel yang relevan dengan kebijakan dan prosedur KAP yang berhubungan dengan
sumber daya manusia mencakup:
1. Rekrutmen
2. Evaluasi kinerja
3. Kemampuan, termasuk waktu pelaksaan penugasan
4. Kompetensi
5. Pengembangan karier
6. Promosi
7. Kompensasi
8. Estimasi kebutuhan personel
Kompetensi dapat dikembangkan melalui berbagai metode yang mencakup:
 Pendidikan professional
 Pengembangan professional berkelanjutan, termasuk pelatihan

 Pengalaman kerja
 Bimbingan oleh staf yang lebih berpengalaman
 Pendidikan mengenai independensi bagi personel yang diisyaratkan untuk independesi
Penugasan tim perikatan.
Kebijakan dan prosedur dapat mencakup sistem untuk memantau beban kerja dan ketersedian
waktu rekan perikatan sehingga memungkinkan setiap rekan perikatan memiliki waktu
Tim Perikatan
KAP mendukung konsistensi dalam kualitas pelaksanaan perikatan melalui kebijakan dan
prosedur yang ditetapkanya.
Dalam hal konsultasi mencakup pembahasan pada jenjang professional yang tepet, yaitu
dengan personel yang berasal dari dalam KAP maupun dari luar KAP yang memiliki keahlian
tertentu serta menggunakan sumberdaya penelitian yang tepat, pengalaman dan keahlian teknis
yang dimiliki oleh KAP.
Dalam hal kriteria atas kelayakan penalaah pengendalian mutu perikatan, kecakupan dan
kelayakan kemampuan teknis, pengalaman, dan wewenang tergantung dari kondisi perikatan.
Rekan perikatan dapat berkonsultasi dengan penalaah pengendalian mutu selama berlangsungnya
perikatan.
Dalam hal perbedaan pendapat, prosedur yang paling efektif mendukung identifikasi atas
perbedaan pendapat pada tahap awal, memberikan panduan yang jelas atas tindakan yang harus
dilaksanakan selanjutnya, dan mengharuskan dokumentasi penyelesaian atas perbedaan tersebut
dan pelaksanaan dari kesimpulan yang ditelah dicapai.
Dalam hal dokumentasi perikatan, jika dua atau lebih laporan yang berbeda diterbitkan
untuk informasi keuangan yang sama ppada sebuah entitas, kebijakan dan prosedur KAP
sehubungan dengan batas waktu untuk menyusun kertas kerja final dari suatu perikatan mengatur
seolah-olah setiap laporan diterbitkan untuk perikatan yang berbeda.
Dalam hal pemantauan, Diperlukan evaluasi atas :
 Ketaatan terhadap standar profesi, serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku
 Adanya system pengendalian mutu yang telah dirancang dan diimplementasikan secara
efektif dan

 Adanya kebijakan dan prosedur KAP yang telah diterapkan secara tepat shinggga laporan
yang telah diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan sesuai dengan kondisinya.
Dalam hal keluhan dan dugaan, bagi KAP dengan jumlah rekan yang terbatas, rekan yang
bertanggung jawab atas penyeliaan investigasi dapat terlibat dalam perikatan. KAP tersebut
dapat menggunakan jasa personel di luar KAP yang memenuhi ketentuan atau menggunakan
KAP lainnya untuk melaksanakan investigasi atas keluhan dan dugaan.