Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Per 1 Oktober 2008
Diterjemahkan (dengan modifikasi) dari Code of Ethics For Professional Accountants yang ditetapkan oleh International Ethics Standards Broad for Accountants (“IESBA”) seperti yang tercantum dalam Handbook of International Auditing, Assurance, and Ethic Pronouncements – 2008 Edition yang dikeluarkan oleh International Federation of Accountans (“IFAC”)
Standar Profesional Akuntan Publik
Sambutan Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia
SAMBUTAN KETUA UMUM INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA
Pertama-tama kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat rahmat-Nya maka Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia dapat memenuhi amanah dari Institut Akuntan Publik Indonesia untuk menyusun serta mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik di Indonesia dengan menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini.
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Akhirnya, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu, yang telah bekerja keras sejak penyusunan materi hingga ditetapkannya Kode Etik ini.
Jakarta, Oktober 2008 Institut Akuntan Publik Indonesia
tia Adityasih
Ketua Umum
Standar Profesional Akuntan Publik
Sambutan Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia
SAMBUTAN DEWAN STANDAR PROFESI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA
Dalam beberapa tahun terakhir ini, standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik (secara bersama-sama disebut “Standar Profesi”) serta standar akuntansi di dunia internasional telah mengalami perkembangan yang demikian cepat dan dinamis sebagai akibat dari globalisasi dunia usaha, meningkatnya transaksi korporasi lintas negara, serta tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian laporan keuangan (terutama laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan publik atau perusahaan yang terkait dengan akuntabilitas publik). Perkembangan yang terjadi pada tatanan global tersebut juga ikut memengaruhi perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan segala dinamika dan tantangan yang harus dihadapi.
Dalam menanggapi perkembangan tersebut, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), sebagai organisasi profesi akuntan publik di Indonesia, merasakan adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan pemutakhiran Standar Profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi Internasional. Tujuan dari pemutakhiran tersebut adalah untuk memastikan bahwa selain di Indonesia, Standar Profesi yang digunakan di Indonesia dapat juga diterima dan berlaku di dunia internasional.
Sesuai dengan wewenang yang telah diberikan oleh IAPI, Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia (DSP IAPI) melaksanakan tugas pengembangan dan pemutakhiran atas Standar Profesi secara berkesinambungan, yang merupakan tugas sangat penting dan bertujuan untuk meningkatkan profesi akuntan publik di Indonesia, terutama dalam meningkatkan kompetensi, kualitas, daya saing, dan profesionalisme akuntan publik, sehingga profesi akuntan publik di Indonesia dapat selalu mengikuti dan memenuhi tuntutan perkembangan zaman.
Sebagai salah satu langkah awal dalam proses pengembangan dan pemutakhiran Standar Profesi, DSP telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik). Sudah selayaknya puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya Kode Etik ini sebagai langkah awal dari suatu perjalanan panjang yang akan kita lalui bersama dalam pemutakhiran Standar Profesi.
Kode Etik ini, yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 dan menggantikan Aturan Etika yang berlaku sebelum diterbitkannya Kode Etik ini, menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional (baik jasa assurance maupun
jasa selain assurance) kepada pengguna jasa.
Standar Profesional Akuntan Publik
Kode Etik ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A menjelaskan prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu prinsip integritas, objektivitas, dan kompetensi, serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, prinsip kerahasiaan, dan prinsip perilaku profesional. Bagian B menjelaskan konsep ancaman ( threats) dan pencegahan ( safeguards), serta memberikan pedoman mengenai aturan etika profesi dalam berbagai situasi yang mencakup: (i) penunjukan praktisi, KAP, atau jaringan KAP, (ii) benturan kepentingan, (iii) pendapat kedua, (iv) imbalan jasa profesional dan bentuk remunerasi lainnya, (v) pemasaran jasa profesional, (vi) penerimaan hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya, (vii) penyimpanan aset milik klien, (viii) objektivitas dalam semua jasa profesional, dan (ix) independensi dalam perikatan assurance.
Dengan diterbitkannya Kode Etik ini, saya ingin mengajak kita semua yang terlibat dalam profesi akuntan publik untuk ikut mendukung serta menyukseskan pemberlakuan dan penerapan Kode Etik ini dengan menerima, menghayati, dan melaksanakan dengan baik seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang tercantum dan terkandung di dalam Kode Etik ini dalam setiap aspek kehidupan kita, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan profesi. Sebagai akuntan publik maupun bagian dari profesi akuntan publik, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk selalu berusaha meningkatkan kompetensi, kualitas, daya saing, dan profesionalisme profesi akuntan publik secara berkesinambungan di mata masyarakat Indonesia dan dunia. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama dengan bangga melaksanakan tanggung jawab tersebut serta mewujudkan harapan dan tujuan kita.
Jakarta, Oktober 2008 Institut Akuntan Publik Indonesia
djohan Pinnarwan
Ketua DSP IAPI
Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia
DEWAN STANDAR PROFESI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA 2007-2008
Djohan Pinnarwan
Ketua
Syarief Basir
Wakil Ketua
Eddy Setiawan
Anggota
Fitradewata Teramihardja
Anggota
Godang P. Panjaitan
Anggota
Handri Tjendra
Anggota
Johannes Emile Runtuwene
Anggota
Kusumaningsih Angkawidjaja
Anggota
Standar Profesional Akuntan Publik
Pendahuluan
PENDAHULUAN
Salah satu misi Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) adalah menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, IAPI telah memberikan tanggung jawab kepada Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia untuk mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian
A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan kAP 1 , baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance 2 dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di atas selanjutnya disebut Praktisi. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa professional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP
atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini.
Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik ini.
Kode Etik ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011.
Lihat paragraf 290.14 untuk definisi Jaringan KAP. Lihat paragraf 290.2 dan paragraf 290.3 untuk definisi perikatan assurance.
Standar Profesional Akuntan Publik
Standar Profesional Akuntan Publik
Standar Profesional Akuntan Publik
Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi
1 Seksi 100
3 PRINSIP-PRINSIP DASAR ETIKA PROFESI
6 PENDAHULUAN
8 100.1 Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi
9 lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik dalam melindungi kepentingan
10 publik. Oleh karena itu, tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada
11 kepentingan klien atau pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiap
12 Praktisi harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan kode etik profesi
13 yang diatur dalam Kode Etik ini.
15 100.2 Kode Etik ini terdiri dari dua bagian. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan
16 prinsip dasar etika profesi untuk setiap Praktisi dan memberikan kerangka konseptual
17 untuk penerapan prinsip tersebut. Kerangka konseptual tersebut memberikan pedoman
18 terhadap prinsip dasar etika profesi. Setiap Praktisi wajib menerapkan kerangka konseptual
19 tersebut untuk mengidentifikasi ancaman (threats) terhadap kepatuhan pada prinsip dasar
20 etika profesi dan mengevaluasi signifikansi ancaman tersebut. Jika ancaman tersebut
21 merupakan ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan 1 , maka pencegahan
22 ( safeguards) yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk menghilangkan
23 ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima, sehingga kepatuhan
24 terhadap prinsip dasar etika profesi tetap terjaga.
26 100.3 Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan
27 kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu dan contoh-contoh pencegahan yang
28 diperlukan untuk mengatasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi,
29 serta memberikan contoh-contoh situasi ketika pencegahan untuk mengatasi ancaman
30 tidak tersedia, dan oleh karena itu, setiap kegiatan atau hubungan yang terjadi sehubungan
31 dengan pelaksanaan pekerjaan oleh Praktisi yang dapat menimbulkan ancaman terhadap
32 kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi harus dihindari.
34 PRINSIP DASAR
36 100.4 Setiap Praktisi wajib mematuhi prinsip dasar etika profesi di bawah ini:
37 (a) Prinsip integritas.
38 Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan
39 hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
43 1 Suatu hal yang tidak penting dan tidak mempunyai dampak.
Standar Profesional Akuntan Publik
1 (b) Prinsip objektivitas.
2 Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau
3 pengaruh yang tidak layak ( undue influence) dari pihak-pihak lain memengaruhi
4 pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
5 (c) Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional ( professional
6 competence and due care).
7 Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu
8 tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi
9 kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan
10 perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan
11 pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar
12 profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
13 (d) Prinsip kerahasiaan.
14 Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari
15 hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan
16 informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi
17 kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan
18 hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari
19 hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk
20 keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
21 (e) Prinsip perilaku profesional.
22 Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus
23 menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
25 Masing-masing prinsip dasar etika profesi tersebut dijelaskan secara lebih rinci pada
26 Seksi 110–150 dari Kode Etik ini.
28 PENDEKATAN KERANGKA KONSEPTUAL
30 100.5 Ancaman terhadap kepatuhan Praktisi pada prinsip dasar etika profesi
31 dapat terjadi dalam situasi tertentu ketika Praktisi melaksanakan pekerjaannya. Karena
32 beragamnya situasi tersebut, tidak mungkin untuk menjelaskan setiap situasi yang dapat
33 menimbulkan ancaman tersebut beserta pencegahan yang tepat dalam Kode Etik ini.
34 Selain itu, karena berbedanya sifat perikatan dan penugasan pekerjaan, pencegahan yang
35 diterapkan untuk menghadapi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika
36 profesi dapat berbeda untuk situasi yang berbeda. Kerangka konseptual mengharuskan
37 Praktisi untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menangani setiap ancaman terhadap
38 kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dengan tujuan untuk melindungi kepentingan
39 publik, serta tidak hanya mematuhi seperangkat peraturan khusus yang dapat bersifat
40 subjektif.
41 Kode Etik ini memberikan suatu kerangka untuk membantu Praktisi dalam
42 mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi ancaman terhadap kepatuhan pada
43 prinsip dasar etika profesi. Jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman
Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi
1 yang secara jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan
2 diterapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang
3 dapat diterima, sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi tetap terjaga.
5 100.6 Setiap Praktisi harus mengevaluasi setiap ancaman terhadap kepatuhan
6 pada prinsip dasar etika profesi ketika ia mengetahui, atau seharusnya dapat mengetahui,
7 keadaan atau hubungan yang dapat mengakibatkan pelanggaran terhadap prinsip dasar
8 etika profesi.
10 100.7 Setiap Praktisi harus memperhatikan faktor-faktor kualitatif dan
11 kuantitatif dalam mempertimbangkan signifikansi suatu ancaman. Jika Praktisi tidak
12 dapat menerapkan pencegahan yang tepat, maka ia harus menolak untuk menerima
13 perikatan tersebut atau menghentikan jasa profesional yang diberikannya, atau bahkan
14 mengundurkan diri dari perikatan tersebut.
16 100.8 Praktisi mungkin saja melanggar suatu ketentuan dalam Kode Etik ini secara
17 tidak sengaja. Tergantung dari sifat dan signifikansinya, pelanggaran tersebut mungkin saja
18 tidak mengurangi kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi jika pelanggaran tersebut
19 dapat dikoreksi sesegera mungkin ketika ditemukan dan pencegahan yang tepat telah
20 diterapkan.
22 100.9 Bagian B dari Kode Etik ini mencakup contoh-contoh yang memberikan
23 ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual bagi Praktisi. Contoh-contoh tersebut
24 bukan merupakan suatu daftar lengkap mengenai semua situasi yang dihadapi oleh Praktisi
25 yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
26 Oleh karena itu, tidak cukup bagi Praktisi untuk hanya mematuhi contoh-contoh yang
27 diberikan, melainkan harus menerapkan juga kerangka konseptual tersebut dalam berbagai
28 situasi yang dihadapinya.
30 ANCAMAN DAN PENCEGAHAN
32 100.10 Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai
33 situasi. Ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
34 (a) Ancaman kepentingan pribadi, yaitu ancaman yang terjadi sebagai akibat dari
35 kepentingan keuangan 2 maupun kepentingan lainnya dari Praktisi maupun anggota
36 keluarga langsung 3 atau anggota keluarga dekat 4 dari Praktisi;
39 2 Suatu penyertaan dalam saham atau efek ekuitas lainnya, atau suatu pemerolehan hutang, pinjaman,
40 atau instrumen hutang lainnya, dari suatu entitas, termasuk hak dan kewajiban untuk mendapatkan
41 penyertaan atau pemerolehan tersebut serta hasil yang terkait secara langsung dengannya.
42 3 Suami atau istri atau orang yang menjadi tanggungan.
43 4 Orang tua, anak, atau saudara kandung yang bukan merupakan anggota keluarga langsung.
Standar Profesional Akuntan Publik
1 (b) Ancaman telaah-pribadi, yaitu ancaman yang terjadi ketika pertimbangan yang
2 diberikan sebelumnya harus dievaluasi kembali oleh Praktisi yang bertanggung jawab
3 atas pertimbangan tersebut;
4 (c) Ancaman advokasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi menyatakan sikap atau
5 pendapat mengenai suatu hal yang dapat mengurangi objektivitas selanjutnya dari
6 Praktisi tersebut;
7 (d) Ancaman kedekatan, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi terlalu bersimpati
8 terhadap kepentingan pihak lain sebagai akibat dari kedekatan hubungannya; dan
9 (e) Ancaman intimidasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi dihalangi untuk
10 bersikap objektif.
12 100.11 Pencegahan yang dapat menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya
13 ke tingkat yang dapat diterima dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
14 (a) Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan; dan
15 (b) Pencegahan dalam lingkungan kerja.
17 100.12 Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan
18 mencakup antara lain:
19 (a) Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman untuk memasuki profesi;
20 (b) Persyaratan pengembangan dan pendidikan profesional berkelanjutan;
21 (c) Peraturan tata kelola perusahaan;
22 (d) Standar profesi;
23 (e) Prosedur pengawasan dan pendisiplinan dari organisasi profesi atau regulator;
24 (f) Penelaahan eksternal oleh pihak ketiga yang diberikan kewenangan hukum atas
25 laporan, komunikasi, atau informasi yang dihasilkan oleh Praktisi.
27 100.13 Bagian B dari Kode Etik ini membahas pencegahan dalam lingkungan kerja.
29 100.14 Pencegahan tertentu dapat meningkatkan kemungkinan untuk
30 mengidentifikasi atau menghalangi perilaku yang tidak sesuai dengan etika profesi.
31 Pencegahan tersebut dapat dibuat oleh profesi, perundang–undangan, peraturan, atau
32 pemberi kerja, yang mencakup antara lain:
33 (a) Sistem pengaduan yang efektif dan diketahui secara umum yang dikelola oleh pemberi
34 kerja, profesi, atau regulator, yang memungkinkan kolega, pemberi kerja, dan anggota
35 masyarakat untuk melaporkan perilaku Praktisi yang tidak profesional atau yang tidak
36 sesuai dengan etika profesi.
37 (b) Kewajiban yang dinyatakan secara tertulis dan eksplisit untuk melaporkan pelanggaran
38 etika profesi yang terjadi.
40 100.15 Sifat pencegahan yang diterapkan sangat beragam, tergantung dari
41 situasinya. Dalam memberikan pertimbangan profesionalnya terhadap pencegahan
42 tersebut, setiap Praktisi harus mempertimbangkan hal-hal yang dapat menyebabkan tidak
43 dapat diterimanya pertimbangan tersebut oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi
1 pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, termasuk pengetahuan mengenai
2 signifikansi ancaman dan pencegahan yang diterapkan.
4 PENYELESAIAN MASALAH YANG TERKAIT
5 DENGAN ETIKA PROFESI
7 100.16 Dalam mengevaluasi kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi, Praktisi
8 mungkin diharuskan untuk menyelesaikan masalah dalam penerapan prinsip dasar etika
9 profesi.
11 100.17 Ketika memulai proses penyelesaian masalah yang terkait dengan etika
12 profesi, baik secara formal maupun informal, setiap Praktisi baik secara individu maupun
13 bersama-sama dengan koleganya, harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
14 (a) Fakta yang relevan;
15 (b) Masalah etika profesi yang terkait;
16 (c) Prinsip dasar etika profesi yang terkait dengan masalah etika profesi yang dihadapi;
17 (d) Prosedur internal yang berlaku; dan
18 (e) Tindakan alternatif.
20 Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, Praktisi harus menentukan
21 tindakan yang sesuai dengan prinsip dasar etika profesi yang diidentifikasi. Praktisi harus
22 mempertimbangkan juga akibat dari setiap tindakan yang dilakukan. Jika masalah etika
23 profesi tersebut tetap tidak dapat diselesaikan, maka Praktisi harus berkonsultasi dengan
24 pihak yang tepat pada KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja untuk membantu
25 menyelesaikan masalah etika profesi tersebut.
27 100.18 Jika masalah etika profesi melibatkan konflik dengan, atau dalam, organisasi
28 klien atau pemberi kerja, maka Praktisi harus mempertimbangkan untuk melakukan
29 konsultasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan, seperti
30 komite audit.
32 100.19 Praktisi sangat dianjurkan untuk mendokumentasikan substansi
33 permasalahan dan rincian pembahasan yang dilakukan atau keputusan yang diambil
34 yang terkait dengan permasalahan tersebut.
36 100.20 Jika masalah etika profesi yang signifikan tidak dapat diselesaikan,
37 maka Praktisi dapat meminta nasihat profesional dari organisasi profesi yang relevan
38 atau penasihat hukum untuk memperoleh pedoman mengenai penyelesaian masalah
39 etika profesi yang terjadi tanpa melanggar prinsip kerahasiaan. Sebagai contoh, ketika
40 menemukan kecurangan ( fraud), Praktisi harus mempertimbangkan untuk memperoleh
41 nasihat hukum dalam menentukan ada tidaknya keharusan untuk melaporkan tanpa
42 melanggar prinsip kerahasiaan.
Standar Profesional Akuntan Publik
1 100.21 Jika setelah mendalami semua kemungkinan yang relevan, masalah etika
2 profesi tetap tidak dapat diselesaikan, maka Praktisi harus menolak untuk dikaitkan
3 dengan hal yang menimbulkan masalah etika profesi tersebut. Dalam situasi tertentu,
4 merupakan suatu langkah yang tepat bagi Praktisi untuk tidak melibatkan dirinya dalam
5 tim perikatan 5 atau penugasan tertentu, atau bahkan mengundurkan diri dari perikatan
6 tersebut atau dari KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja.
42 5 Semua personel yang terlibat dalam suatu perikatan, termasuk tenaga ahli dari luar KAP atau Jaringan
43 KAP yang digunakan dalam pelaksanaan perikatan tersebut.
Prinsip Integritas
1 Seksi 110
3 PRINSIP INTEGRITAS
6 110.1 Prinsip integritas mewajibkan setiap Praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam
7 hubungan profesional dan hubungan bisnisnya.
9 110.2 Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi, atau informasi
10 lainnya yang diyakininya terdapat:
11 (a) Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan;
12 (b) Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati; atau
13 (c) Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang
14 seharusnya diungkapkan.
16 110.3 Praktisi tidak melanggar paragraf 110.2 dari Kode Etik ini jika ia memberikan
17 laporan yang dimodifikasi atas hal-hal yang diatur dalam paragraf 110.2 tersebut.
Standar Profesional Akuntan Publik
Prinsip Objektivitas
1 Seksi 120
3 PRINSIP OBJEKTIVITAS
6 120.1 Prinsip objektivitas mengharuskan Praktisi untuk tidak membiarkan
7 subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak
8 lain memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
10 120.2 Praktisi mungkin dihadapkan pada situasi yang dapat mengurangi
11 objektivitasnya. Karena beragamnya situasi tersebut, tidak mungkin untuk mendefinisikan
12 setiap situasi tersebut. Setiap Praktisi harus menghindari setiap hubungan yang bersifat
13 subjektif atau yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
14 profesionalnya.
Standar Profesional Akuntan Publik
Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
1 Seksi 130
3 PRINSIP KOMPETENSI SERTA SIKAP KECERMATAN
4 DAN KEHATI-HATIAN PROFESIONAL
7 130.1 Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
8 mewajibkan setiap Praktisi untuk:
9 (a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin
10 pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja; dan
11 (b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar
12 profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
14 130.2 Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang
15 cermat dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi profesional
16 dapat dibagi menjadi dua tahap yang terpisah sebagai berikut:
17 (a) Pencapaian kompetensi profesional; dan
18 (b) Pemeliharaan kompetensi profesional.
20 130.3 Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran dan
21 pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi dan perkembangan
22 bisnis yang relevan. Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan
23 sangat diperlukan untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat
24 melaksanakan pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.
26 130.4 Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap Praktisi
27 untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh, dan tepat waktu, sesuai dengan
28 persyaratan penugasan.
30 130.5 Setiap Praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang
31 tepat bagi mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas profesional.
33 130.6 Bila dipandang perlu, Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional
34 yang diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk
35 menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa
36 profesional yang diberikan.
Standar Profesional Akuntan Publik
Prinsip Kerahasiaan
1 Seksi 140
3 PRINSIP KERAHASIAAN
6 140.1 Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap Praktisi untuk tidak melakukan
7 tindakan-tindakan sebagai berikut:
8 (a) Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
9 profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau Jaringan KAP
10 tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban
11 untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya
12 yang berlaku; dan
13 (b) Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
14 profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
16 140.2 Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
17 lingkungan sosialnya. Setiap Praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan
18 yang tidak disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka
19 panjang dengan rekan bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga
20 dekatnya.
22 140.3 Setiap Praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh
23 calon klien atau pemberi kerja.
25 140.4 Setiap Praktisi harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi
26 terjaga dalam KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja.
28 140.5 Setiap Praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu
29 untuk memastikan terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah
30 wewenangnya, serta pihak lain yang memberikan saran dan bantuan profesionalnya.
32 140.6 Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut, bahkan
33 setelah berakhirnya hubungan antara Praktisi dengan klien atau pemberi kerja. Ketika
34 berpindah kerja atau memperoleh klien baru, Praktisi berhak untuk menggunakan
35 pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Namun demikian, Praktisi tetap tidak boleh
36 menggunakan atau mengungkapkan setiap informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh
37 sebelumnya dari hubungan profesional atau hubungan bisnis.
39 140.7 Di bawah ini merupakan situasi-situasi yang mungkin mengharuskan Praktisi
40 untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut
41 dianggap tepat:
Standar Profesional Akuntan Publik
1 (a) Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi
2 kerja;
3 (b) Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh:
4 (i) Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang pengadilan; atau
5 (ii) Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu pelanggaran
6 hukum; dan
7 (c) Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk mengungkapkan,
8 selama tidak dilarang oleh ketentuan hukum:
9 (i) Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh organisasi
10 profesi atau regulator;
11 (ii) Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi
12 profesi atau regulator;
13 (iii) Dalam melindungi kepentingan profesional Praktisi dalam sidang pengadilan;
14 atau
15 (iv) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
17 140.8 Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia,
18 setiap Praktisi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
19 (a) Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau
20 pemberi kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh Praktisi;
21 (b) Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan. Ketika
22 fakta atau kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak lengkap,
23 pertimbangan profesional harus digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan
24 yang harus dilakukan; dan
25 (c) Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap Praktisi harus
26 memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
Perilaku Profesional
1 Seksi 150
3 PERILAKU PROFESIONAL
6 150.1 Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Praktisi untuk mematuhi
7 setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan
8 yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat
9 mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan
10 memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan
11 reputasi profesi.
13 150.2 Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap
14 Praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap Praktisi harus bersikap jujur
15 dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan sebagai berikut:
16 (a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
17 kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh; atau
18 (b) Membuat pernyataaan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
19 didukung bukti terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain.
Standar Profesional Akuntan Publik
Standar Profesional Akuntan Publik
Ancaman dan Pencegahan
1 Seksi 200
3 ANCAMAN DAN PENCEGAHAN
6 PENDAHULUAN
8 200.1 Seksi ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual yang
9 tercantum pada Bagian A dari Kode Etik ini oleh Praktisi. Contoh-contoh yang diberikan
10 dalam Seksi ini bukan merupakan daftar lengkap mengenai setiap situasi yang dihadapi
11 oleh Praktisi yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhannya pada prinsip
12 dasar etika profesi. Oleh karena itu, tidak cukup bagi Praktisi untuk hanya mematuhi
13 contoh-contoh yang diberikan, melainkan harus menerapkan juga kerangka konseptual
14 tersebut dalam setiap situasi yang dihadapinya.
16 200.2 Setiap Praktisi tidak boleh terlibat dalam setiap bisnis, pekerjaan, atau aktivitas
17 yang dapat mengurangi integritas, objektivitas, atau reputasi profesinya, yang dapat
18 mengakibatkan pertentangan dengan jasa profesional yang diberikannya.
20 ANCAMAN DAN PENCEGAHAN
22 200.3 Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai
23 situasi. Ancaman-ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
24 (a) Ancaman kepentingan pribadi;
25 (b) Ancaman telaah pribadi;
26 (c) Ancaman advokasi;
27 (d) Ancaman kedekatan; dan
28 (e) Ancaman intimidasi.
30 Ancaman-ancaman tersebut telah dibahas pada Bagian A dari Kode Etik ini. Sifat dan
31 signifikansi ancaman sangat beragam, tergantung dari sifat dan jenis jasa profesional yang
32 diberikan kepada pihak-pihak di bawah ini:
33 (a) Klien audit laporan keuangan;
34 (b) Klien assurance selain klien audit laporan keuangan; atau
35 (c) Klien selain klien assurance.
37 200.4 Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman kepentingan
38 pribadi bagi Praktisi mencakup antara lain:
39 (a) Kepentingan keuangan pada klien atau kepemilikan bersama dengan klien atas suatu
40 kepentingan keuangan.
41 (b) Ketergantungan yang signifikan atas jumlah imbalan jasa profesional yang diperoleh
42 dari suatu klien.
43 (c) Hubungan bisnis yang erat dengan suatu klien.
Standar Profesional Akuntan Publik
1 (d) Kekhawatiran atas kemungkinan kehilangan klien.
2 (e) Peluang kerja yang potensial di klien.
3 (f) Imbalan jasa profesional yang bersifat kontinjen 1 yang terkait dengan perikatan
4 assurance.
5 (g) Pinjaman yang diberikan kepada, atau diperoleh dari, klien assurance maupun direksi
6 atau pejabatnya.
8 200.5 Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman telaah pribadi
9 mencakup antara lain:
10 (a) Penemuan kesalahan yang signifikan ketika dilakukan pengevaluasian kembali hasil
11 pekerjaan Praktisi.
12 (b) Pelaporan mengenai operasi sistem keuangan setelah keterlibatan Praktisi dalam
13 perancangan atau pengimplementasiannya.
14 (c) Keterlibatan Praktisi dalam penyusunan data yang digunakan untuk menghasilkan
15 catatan yang akan menjadi hal pokok (subject matter) dari perikatan.
16 (d) Anggota tim assurance 2 sedang menjabat, atau belum lama ini pernah menjabat,
17 sebagai direksi atau pejabat klien.
18 (e) Anggota tim assurance sedang dipekerjakan, atau belum lama ini pernah dipekerjakan,
19 oleh klien pada suatu kedudukan yang mempunyai pengaruh langsung dan signifikan
20 atas hal pokok dari perikatan.
21 (f) Pemberian jasa profesional kepada klien assurance yang dapat memengaruhi hal pokok
22 dari perikatan assurance.
24 200.6 Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman advokasi mencakup
25 antara lain:
26 (a) Mempromosikan saham suatu entitas yang efeknya tercatat di bursa (“Emiten”) yang
27 merupakan klien audit laporan keuangan.
30 1 Suatu imbalan jasa profesional yang dihitung berdasarkan suatu dasar yang telah ditentukan di
31 muka yang terkait dengan hasil dari suatu transaksi atau hasil dari pelaksanaan suatu pekerjaan. Suatu
32 imbalan jasa profesional yang ditentukan oleh pengadilan atau otoritas publik lainnya bukan merupakan
33 imbalan jasa profesional yang bersifat kontinjen.
34 2 Merupakan: (i) semua anggota tim perikatan assurance; (ii) semua personel dalam KAP yang
35 dapat secara langsung memengaruhi hasil dari perikatan assurance, termasuk: (a) personel yang
36 dapat memengaruhi kompensasi dari rekan perikatan atau personel yang secara langsung melakukan
37 pengawasan, pengelolaan, atau bentuk pengawasan lainnya atas rekan perikatan sehubungan dengan
38 kinerja perikatan tersebut (dalam perikatan audit laporan keuangan, termasuk personel yang berada pada
39 hierarki organisasi yang lebih tinggi dari rekan perikatan), (b) personel yang memberikan konsultasi atas
40 isu, transaksi, atau kejadian khusus yang terkait dengan suatu hal teknis atau industri, dan (c) personel
41 yang melakukan pengendalian mutu perikatan; dan (iii) dalam perikatan audit laporan keuangan,
42 semua personel yang berada dalam Jaringan KAP yang dapat secara langsung memengaruhi hasil dari
43 perikatan.
Ancaman dan Pencegahan
1 (b) Memberikan nasihat hukum kepada klien assurance dalam litigasi atau perselisihan
2 dengan pihak ketiga.
4 200.7 Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman kedekatan
5 mencakup antara lain:
6 (a) Anggota tim perikatan merupakan anggota keluarga langsung atau anggota keluarga
7 dekat dari direktur atau pejabat klien 3 .
8 (b) Anggota tim perikatan merupakan anggota keluarga langsung atau anggota keluarga
9 dekat dari karyawan klien yang memiliki jabatan yang berpengaruh langsung dan
10 signifikan terhadap hal pokok dari perikatan.
11 (c) Mantan rekan KAP atau Jaringan KAP yang menjadi direktur, pejabat, atau karyawan
12 klien dengan kedudukan yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap hal
13 pokok dari perikatan.
14 (d) Anggota tim perikatan menerima hadiah atau perlakuan istimewa dari klien, kecuali
15 nilainya secara jelas tidak signifikan.
16 (e) Hubungan yang telah berlangsung lama antara pejabat senior KAP atau Jaringan KAP
17 dengan klien assurance.
19 200.8 Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman intimidasi
20 mencakup antara lain:
21 (a) Ancaman atas pemutusan perikatan atau penggantian tim perikatan.
22 (b) Ancaman atas litigasi.
23 (c) Ancaman melalui penekanan atas pengurangan lingkup pekerjaan dengan tujuan
24 untuk mengurangi jumlah imbalan jasa profesional .
26 200.9 Praktisi mungkin menghadapi situasi yang dapat menimbulkan ancaman
27 khusus terhadap kepatuhan pada satu atau lebih prinsip dasar etika profesi. Ancaman
28 khusus tersebut tidak dapat diklasifikasikan menurut jenis ancaman seperti yang tercantum
29 pada paragraf 200.3 dari Kode Etik ini. Setiap Praktisi harus selalu waspada terhadap
30 situasi dan ancaman khusus tersebut, baik dalam hubungan profesional maupun hubungan
31 bisnisnya.
33 200.10 Pencegahan yang dapat menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya
34 ke tingkat yang dapat diterima dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
35 (a) Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan; dan
36 (b) Pencegahan dalam lingkungan kerja.
38 Contoh-contoh pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan
39 telah dijelaskan pada paragraf 100.12 dari Kode Etik ini.
42 3 Personel yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan dari suatu entitas, tanpa memperhatikan
43 jabatan atau kedudukannya.
Standar Profesional Akuntan Publik
1 200.11 Dalam lingkungan kerja, pencegahan yang tepat sangat beragam, tergantung
2 dari situasinya. Pencegahan lingkungan kerja terdiri dari pencegahan pada tingkat institusi
3 dan pada tingkat perikatan. Setiap Praktisi harus menggunakan pertimbangannya
4 secara saksama untuk menentukan cara terbaik dalam menghadapi ancaman yang telah
5 diidentifikasi. Setiap Praktisi harus mempertimbangkan juga dapat tidaknya pertimbangan
6 tersebut diterima oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai
7 semua informasi yang relevan, termasuk pengetahuan mengenai signifikansi ancaman dan
8 pencegahan yang diterapkan. Pertimbangan tersebut dapat dipengaruhi oleh signifikansi
9 ancaman, sifat perikatan, dan struktur KAP atau Jaringan KAP.
11 200.12 Pencegahan pada tingkat institusi dalam lingkungan kerja mencakup antara
12 lain:
13 (a) Kepemimpinan KAP atau Jaringan KAP yang menekankan pentingnya kepatuhan
14 pada prinsip dasar etika profesi.
15 (b) Kepemimpinan KAP atau Jaringan KAP yang memastikan terjaganya tindakan untuk
16 melindungi kepentingan publik oleh anggota tim assurance.
17 (c) Kebijakan dan prosedur untuk menerapkan dan memantau pengendalian mutu
18 perikatan.
19 (d) Kebijakan yang terdokumentasi mengenai pengidentifikasian ancaman terhadap
20 kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi, pengevaluasian signifikansi ancaman,
21 serta pengidentifikasian dan penerapan pencegahan untuk menghilangkan ancaman
22 atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima (kecuali jika ancaman tersebut
23 merupakan ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan).
24 (e) Untuk KAP yang melakukan perikatan assurance, kebijakan independensi yang
25 terdokumentasi mengenai pengidentifikasian ancaman terhadap independensi, serta
26 pengevaluasian signifikansi ancaman dan penerapan pencegahan yang tepat untuk
27 menghilangkan ancaman atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima (kecuali
28 jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak
29 signifikan).
30 (f) Kebijakan dan prosedur internal yang terdokumentasi yang memastikan terjaganya
31 kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
32 (g) Kebijakan dan prosedur untuk memastikan pengidentifikasian kepentingan atau
33 hubungan antara anggota tim perikatan dan KAP atau Jaringan KAP dengan klien.
34 (h) Kebijakan dan prosedur untuk memantau dan mengelola ketergantungan KAP atau
35 Jaringan KAP terhadap jumlah imbalan jasa profesional yang diperoleh dari suatu
36 klien.
37 (i) Penggunaan rekan dan tim perikatan dengan lini pelaporan yang terpisah dalam
38 pemberian jasa profesional selain jasa assurance kepada klien assurance.
39 (j) Kebijakan dan prosedur yang melarang personel yang bukan merupakan anggota tim
40 perikatan untuk memengaruhi hasil pekerjaan perikatan.
41 (k) Komunikasi yang tepat waktu mengenai kebijakan dan prosedur (termasuk
42 perubahannya) kepada seluruh rekan dan staf KAP atau Jaringan KAP, serta pelatihan
43 dan pendidikan yang memadai atas kebijakan dan prosedur tersebut.
Ancaman dan Pencegahan
1 (l) Penunjukan seorang anggota manajemen senior untuk bertanggung jawab atas
2 pengawasan kecukupan fungsi sistem pengendalian mutu KAP atau Jaringan KAP.
3 (m) Pemberitahuan kepada seluruh rekan dan staf KAP atau Jaringan KAP mengenai klien-
4 klien assurance dan entitas-entitas yang terkait dengannya dan mewajibkan seluruh
5 rekan dan staf KAP atau Jaringan KAP tersebut untuk menjaga independensinya
6 terhadap klien assurance dan entitas yang terkait tersebut.
7 (n) Mekanisme pendisiplinan untuk mendukung kepatuhan pada kebijakan dan prosedur
8 yang telah diterapkan.
9 (o) Kebijakan dan prosedur yang mendorong dan memotivasi staf untuk berkomunikasi
10 dengan pejabat senior KAP atau Jaringan KAP mengenai setiap isu yang terkait dengan
11 kepatuhan pada prisip dasar etika profesi yang menjadi perhatiannya.
13 200.13 Pencegahan pada tingkat perikatan dalam lingkungan kerja mencakup antara
14 lain:
15 (a) Melibatkan Praktisi lainnya untuk menelaah hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau
16 untuk memberikan saran yang diperlukan.
17 (b) Melakukan konsultasi dengan pihak ketiga yang independen, seperti komisaris
18 independen, organisasi profesi, atau Praktisi lainnya.
19 (c) Mendiskusikan isu-isu etika profesi dengan pejabat klien yang bertanggung jawab atas
20 tata kelola perusahaan.
21 (d) Mengungkapkan kepada pejabat klien yang bertanggung jawab atas tata kelola
22 perusahaan mengenai sifat dan besaran imbalan jasa profesional yang dikenakan.
23 (e) Melibatkan KAP atau Jaringan KAP lain untuk melakukan atau mengerjakan kembali
24 suatu bagian dari perikatan.
25 (f) Merotasi personel senior tim assurance.
27 200.14 Praktisi dapat mengandalkan juga pencegahan yang telah diterapkan oleh
28 klien, tergantung dari sifat penugasannya. Namun demikian, Praktisi tidak boleh hanya
29 mengandalkan pencegahan tersebut untuk mengurangi ancaman ke tingkat yang dapat
30 diterima.
32 200.15 Pencegahan dalam sistem dan prosedur yang diterapkan oleh klien mencakup
33 antara lain:
34 (a) Pihak dalam organisasi klien selain manajemen meratifikasi atau menyetujui
35 penunjukan KAP atau Jaringan KAP.
36 (b) Klien memiliki karyawan yang kompeten dengan pengalaman dan senioritas yang
37 memadai untuk mengambil keputusan manajemen.
38 (c) Klien telah menerapkan prosedur internal untuk memastikan terciptanya proses
39 pemilihan yang objektif atas perikatan selain perikatan assurance.
40 (d) Klien memiliki struktur tata kelola perusahaan yang memastikan terciptanya
41 pengawasan dan komunikasi yang memadai sehubungan dengan jasa profesional
42 yang diberikan oleh KAP atau Jaringan KAP.
Standar Profesional Akuntan Publik
Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
1 Seksi 210
3 PENUNJUKAN PRAKTISI, KAP, ATAU JARINGAN KAP
6 PENERIMAAN KLIEN
8 210.1 Sebelum menerima suatu klien baru, setiap Praktisi harus mempertimbangkan
9 potensi terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang
10 diakibatkan oleh diterimanya klien tersebut. Ancaman potensial terhadap integritas atau
11 perilaku profesional antara lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat dipertanyakan yang
12 terkait dengan klien (pemilik, manajemen, atau aktivitasnya).
14 210.2 Isu-isu yang terdapat pada klien yang jika diketahui dapat mengancam
15 kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi mencakup antara lain keterlibatan klien dalam
16 aktivitas ilegal (seperti pencucian uang), kecurangan, atau pelaporan keuangan yang tidak
17 lazim.
19 210.3 Signifikansi setiap ancaman harus dievaluasi. Jika ancaman tersebut merupakan
20 ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat
21 harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut atau
22 menguranginya ke tingkat yang dapat diterima.
24 210.4 Pencegahan yang tepat mencakup antara lain:
25 (a) Memperoleh pemahaman tentang klien, pemilik, manajer, serta pihak yang bertanggung
26 jawab atas tata kelola dan kegiatan bisnis perusahaan, atau
27 (b) Memastikan adanya komitmen dari klien untuk meningkatkan praktik tata kelola
28 perusahaan atau pengendalian internalnya.
30 210.5 Setiap Praktisi harus menolak untuk menerima suatu perikatan jika ancaman
31 yang terjadi tidak dapat dikurangi ke tingkat yang dapat diterima.
33 210.6 Keputusan untuk menerima suatu klien harus ditelaah secara berkala untuk
34 perikatan yang berulang ( recurring engagements).
36 PENERIMAAN PERIKATAN
38 210.7 Setiap Praktisi hanya boleh memberikan jasa profesionalnya jika memiliki
39 kompetensi untuk melaksanakan perikatan tersebut. Sebelum menerima perikatan, setiap
40 Praktisi harus mempertimbangkan setiap ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
41 dasar etika profesi yang dapat terjadi dari diterimanya perikatan tersebut. Sebagai contoh,
42 ancaman kepentingan pribadi terhadap kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-
Standar Profesional Akuntan Publik
1 hatian profesional dapat terjadi ketika tim perikatan tidak memiliki kompetensi yang
2 diperlukan untuk melaksanakan perikatan dengan baik.
4 210.8 Setiap Praktisi harus mengevaluasi signifikansi setiap ancaman yang
5 diidentifikasi dan, jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman yang secara
6 jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus diterapkan untuk menghilangkan
7 ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima. Pencegahan tersebut
8 mencakup antara lain:
9 (a) Memperoleh pemahaman yang memadai mengenai sifat dan kompleksitas kegiatan
10 bisnis klien, persyaratan perikatan, serta tujuan, sifat, dan lingkup pekerjaan yang
11 akan dilakukan.
12 (b) Memperoleh pengetahuan yang relevan mengenai industri atau hal pokok dari
13 perikatan.
14 (c) Memiliki pengalaman mengenai peraturan atau persyaratan pelaporan yang
15 relevan.
16 (d) Menugaskan jumlah staf yang memadai dengan kompetensi yang diperlukan.
17 (e) Menggunakan tenaga ahli jika dibutuhkan.
18 (f) Menyetujui jangka waktu perikatan yang realistis untuk melaksanakan perikatan.
19 (g) Mematuhi kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang dirancang sedemikian
20 rupa untuk memastikan diterimanya perikatan hanya bila perikatan tersebut dapat
21 dilaksanakan secara kompeten.
23 210.9 Setiap Praktisi harus mengevaluasi keandalan dari saran atau pekerjaan tenaga
24 ahli jika ia menggunakan saran atau pekerjaan tersebut dalam melaksanakan perikatannya.
25 Setiap Praktisi harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti reputasi, keahlian, sumber
26 daya yang tersedia, serta standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku. Informasi
27 tersebut mungkin dapat diperoleh dari pengalaman sebelumnya dengan tenaga ahli
28 tersebut atau melalui konsultasi dengan pihak lain.
30 210.10 Setiap Praktisi tidak diperkenankan untuk menerima dan melaksanakan
31 perikatan assurance yang jenis, periode, dan jenis prinsip-akuntansi-yang-berlaku-
32 umum (contoh: Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia atau di Amerika Serikat, atau
33 International Financial Reporting Standards) yang digunakannya sama dengan perikatan
34 assurance yang telah dilakukan oleh Praktisi lain, kecuali apabila perikatan tersebut harus
35 dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan, hukum, atau peraturan
36 lainnya yang berlaku, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yang dikeluarkan oleh