kategori resisten R karena dari angka statistik yang ditunjukkan pada setiap klon berada dalam kisaran 1-25.
4. Luas Serangan A
Luas serangan diperoleh dengan cara menghitung jumlah daun yang terserang pada setiap tanaman kemudian membaginya dengan jumlah seluruh
daun dari setiap tanaman yang diamati. Pengamatan terhadap tanaman Eucalyptus spp. dilakukan selama 30 hari dengan selang pengamatan enam kali.
Tabel 5. Rata-rata Luas Serangan A Pengamatan I-Pengamatan VI
No Klon
Luas Serangan A I
II III
IV V
VI
1 IND 47
23,456b 34,644
35,460 32,440
32,386 2
IND 61 5,463a
23,55 31,579
32,668 30,593
3 IND 66
0 11,709ab 32,519
39,017 38,277
38,269 Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5
berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata.
Gambar 5. Grafik Rata-rata Luas Serangan A Pengamatan I-Pengamatan VI
Gejala serangan mulai ditunjukkan pada pengamatan II ± sepuluh hari setelah inokulasi. Ketiga klon IND 47, IND 61, dan IND 66 sudah menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
gejala serangan akibat Phaeophleospora. Grafik yang ditunjukkan terus meningkat dari pengamatan III hingga pengamatan IV. Namun tidak semua klon
sudah mencapai puncak serangan pada pengamatan IV karena pada klon IND 61 baru mencapai puncak pada pengamatan V ± 25 hari setelah pengamatan,
sedangkan klon IND 47 dan IND 66 sudah menunjukkan penurunan pada grafik. Pada pengamatan VI, ketiga klon sudah menunjukkan penurunan grafik.
Grafik pada gambar 7 menunjukkan puncak grafik ditunjukkan pada pengamatan IV lalu setelah itu perlahan-lahan menurun pada pengamatan V
hingga pengamatan VI. Faktor yang menyebabkan penurunan serangan fungi Phaeophleospora ini bisa disebabkan karena umur bibit Eukaliptus semakin
bertambah. Seperti yang diungkapkan oleh Bos 1994 yang menyatakan bahwa semakin tinggi umur tanaman maka akan memiliki ketahanan yang lebih besar
dari umur yang lebih muda. Kesehatan tanaman juga memiliki pengaruh dalam menurunnya serangan
fungi Phaeophleospora. Kesehatan tanaman dapat dikenali dari pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun yang normal. Seperti diungkapkan
Wahyu 2008 bahwa faktor lain dari inang yang berpengaruh terhadap kemungkinan terserangnya sutu penyakit adalah kesehatan tanaman inang.
Tanaman yang sehat merupakan tanaman yang mempunyai pertumbuhan baik daun dan batang segar, batang lurus, dan tajuk lebat.
Pengujian DMRT dilakukan sejak pengamatan II hingga pengamatan VI. Hal ini dilakukan karena pada pengamatan II mulai tampak perbedaan nyata dari
hasil analisis data tabel 4. Seperti halnya pada intensitas serangan, hasil uji lanjut DMRT pada pengamatan II memperlihatkan bahwa klon IND 47
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan respon yang berbeda nyata terhadap serangan Phaeophleospora, namun tidak berbeda nyata dibandingkan dengan klon IND 66. Pengamatan III
hingga pengamatan VI tidak menunjukkan perbedaan nyata dari hasil analisis data. Karena tidak menunjukkan perbedaan nyata dari hasil analisis data maka uji
lanjutan DMRT tidak perlu untuk dilakukan pada pengamatan III dan pengamatan VI.
Pada akhir pengamatan, angka-angka yang didapatkan adalah 32,386, 30,593, dan 38,269 pada klon IND 47, IND 61, dan IND 66. Bila
dihubungkan dengan tabel penilaian tingkat luas serangan dan reaksi tanaman tabel 1 ketiga jenis klon ini termasuk dalam kategori agak resisten AR. Berarti
dalam hal ini, klon-klon hibrid tesebut masih dalam kategori bisa menoleransi serangan penyakit. Hal ini sejalan dengan tujuan pengembangan Eukaliptus
hibrida yang disebutkan dalam Uganda Tree Resources 2012 bahwa penggunaan klon Eukaliptus hasil hibrida ditujukan karena hasil hibrida ini lebih resisten
terhadap hama dan penyakit yang mungkin menyerang pohon. Tidak semua tanaman pada ketiga klon menunjukkan gejala akibat
Phaeophleospora. Tanaman pada IND 47 U3 sama sekali tidak menunjukkan gejala serangan pada seluruh daun tanaman tersebut. Hal ini membuktikan bahwa
adanya sifat tanaman dapat berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Habeshaw 1984 dalam Sondang 2009 yang menyatakan walaupun inokulum
diberikan pada waktu yang sama ke semua tanaman tetapi ketahanan tanaman tersebut berbeda-beda.
Hasil analisis data pengamatan terakhir kedua parameter di atas, yaitu intensitas dan luas serangan, klon-klon IND 47, IND 61, dan IND 66,
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan terhadap infeksi Phaeophleospora. Hal ini berarti bahwa klon-klon itu mempunyai tingkat resistensi yang sama.
Tingkat resistensi yang sama ini juga secara tidak langsung ditunjukkan oleh gejala penyakit Phaeophleospora yang timbul pada klon-klon tersebut. Gejala
yang tampak pada klon-klon tersebut adalah sama, yaitu berupa bercak daun berwarna kemerahan pada permukaan atas daun dan adanya spora berwarna hitam
pada bagian permukaan bawah daun. Penelitian ini tidak menggunakan klon-klon resisten sebagai pembanding. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini belum
ditemukan secara resmi klon-klon yang secara fisiologis resisten terhadap Phaeophleospora.
Pengembangan klon-klon tanaman secara massal dimaksudkan untuk menghasilkan individu-individu tanaman yang mempunyai sifat beragam-ragam.
Klon-klon yang mempunyai resistensi yang sama dapat berbahaya jika digunakan terus-menerus pada suatu areal tanam karena sifat resisten tersebut hanya dapat
menghambat perkembangan patogen. Dalam hal ini patogen mempunyai potensi merusak di kemudian hari karena patogen juga berkembang untuk memahami
karakteristik calon inangnya.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Gejala pada daun yang diakibatkan Phaeophleospora pada tiga klon IND 47,
IND 61, dan IND 66 hibrid turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla menunjukkan gejala yang sama. Gejala awal yang muncul adalah
adanya titik kekuningan pada permukaan atas daun dan kemudian berkembang menjadi bercak. Gejala lanjutan berupa bercak daun berwarna
kemerahan pada permukaan atas daun dan adanya spora berwarna hitam pada bagian permukaan bawah daun.
2. Hasil pengamatan terakhir menunjukkan ketiga klon IND 47, IND 61, dan
IND 66 merupakan klon-klon yang tergolong resisten R pada pengukuran intensitas serangan IS. Pada pengukuran luas serangan A, ketiga klon
tergolong agak resisten AR.
Universitas Sumatera Utara
3. Hasil uji infeksi Phaeophleospora pada tiga klon IND 47, IND 61, dan IND
66 menunjukkan reaksi yang sama sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga klon yang digunakan mempunyai tingkat resistensi yang sama. Hal ini
didukung oleh hasil analisis data yang tidak signifikan pada intensitas dan luas serangan.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lain mengenai patogen Phaeophleospora seperti, strain patogen, atau keragaman genetis patogen, atau keragaman
virulensinya terhadap Eukaliptus.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Alfenas, A.C. Potential and Present Status of Eucalyptus and Acacia mangium in Northern Sumatera. Universidade Federal de Vicosa. Departamento de
Fitopatologia. Brazil. Andjic, V., Hardy, G.E., Cortinas, M.N., Wingfield, M.J., Burgess, T.I. 2007.
Multiple Gene Genealogies Reveal Important Relationships Between Species of Phaeophleospora Infecting Eucalyptus leaves. FEMS Microbiol
Lett 268 2007 22–33.
Barber, P.A. 2004 Forest Pathology: The Threat of Disease to Plantation Forests in Indonesia. Plant Pathology Journal, 3 2. pp. 97-104. Murdoch
University. Bos, L. 1994. Pengantar Virologi Tumbuhan, Penerjemah Triharso. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Burgess, T.I., et al. 2004. First Report of Phaeophleospora destructans in China.
Institute of Tropical Forestry, Londong, Guangzhou. China. Journal of Tropical Forest Science 182: 144-146 2006
Universitas Sumatera Utara
Darwo. 1997. Evaluasi Hasil Inventarisasi Tegakan Eucalyptus urophylla di HTI. PT. Indo Rayon Utama, Sumatera Utara. Jurnal Konifera No.1Thn.
XIIIApril1997. Kapisa. N., H. A. F. Mashud dan R. Harahap. 1999. Pemilihan Jenis Eucalyptus
sp. Laporan Satu Tahun Setelah Penanaman. Buletin Penelitian Kehutanan. Balai Penelitian Kehutanan. Pematang Siantar.
Khaeruddin, 1999. Pembibitan Tanaman Hutan Tanaman Industri HTI. Cetakan kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nair, K. S. S. 2000. Insects Pest and Diseases in Indonesian Forest an Assessment of the Major Threats, Research Efforte and Literature. Center for
International Forestry Research CIFOR. Bogor. Old, K.M., Wingfield, M.J. and Z.Q. Yuan, 2003. A Manual of Diseases of
Eucalypts in South-East Asia. Center for International Forestry Research CIFOR, Bogor.
Old, K.M., Pongpanich, K., Thu, P.Q., Wingfield, M.J., and Yuan, Z.Q. 2003. Phaeophleospora Destructans Causing Leaf Blight Epidemics in South East
Asia. Poerwowidodo. 1991. Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan Tanaman di
Indonesia. Penerbit Rajawali. Jakarta. Pratama, T. D. 2013. Pemetaan Potensi Simpanan Karbon Hutan Tanaman
Industri Tegakan Eucalyptus spp. Studi Kasus di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sektor Aek Nauli. [Skripsi]. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
SAPPI. 2014. Tree Farming Guidelines for Private Growers. Southern Africa. Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Sembiring, K.A. 2009. Karakteristik Patogen Penyebab Penyakit Hawar Daun
pada Daun Bibit Tanaman Eucalyptus spp. di PT Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. [Skripsi]. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Siahaan, L.A. 2010. Studi terhadap Penyakit Daun Eukaliptus di Kebun Percobaan PT. Toba Pulp Lestari Sektor Aek Nauli
.
[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Universitas Sumatera Utara
Simpson, J.A., Xiao Y., H.Q. Bi. 2005. Phaeophleospora epicoccoides Leaf Disease of Eucalyptus in China. Australasian Mycologist
24 1: 13-14. Sinaga, S. N. 2003. Ilmu Penyakit Hutan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sondang, L.M. 2009. Uji Infeksi Mycosphaerella spp. terhadap Bibit Eucalyptus
spp. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sutisna, U., T. Kalima dan Purmadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan
di Indonesia. Disunting oleh Soetjipto, N.W dan Soekotjo. Yayasan PROSEA Bogor dan Pusat Diklat Pegawai SDM Kehutanan. Bogor.
Uganda Tree Resources. 2012. [http:ugandatreeresource.com][14 Januari 2015] Wahyu. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman. Institut Pertanian Bogor.
Wingfield, M.J. 2006. Survey of Plantation Diseases in The Kirinci and Lake
Toba Areas Belonging to The April Group. University of Pretoria. Republic of South Africa.
Wingfield, M.J. 2008. Evaluation of Nursery and Tree Health Problems in April Group Plantations in Kirinci and Lake Toba. University of Pretoria.
Republic of South Africa. Wingfield, M.J. 2010. Nursery and Tree Health Evaluations in Plantations in
North and South Sumatera. University of Pretoria. Republic of South Africa.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Intensitas Serangan IS Pengamatan I
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47
2 IND 61 3 IND 66
Total
Pengamatan II
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5 U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47 7,5
26,032 12
13,333 12,5 7,1365
2 IND 61 3 IND 66
1,818 0,1818
Total 7,3183
Tabel ANOVA
Universitas Sumatera Utara
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 2
331,102 165,551
6,3348 3.354
Galat 27
705,607 26,1336
Total 29
1036,71
Pengamatan III
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47 21,5
0 31,111 10
10 22,5 26,190 15,556 17,5 15,4357
2 IND 61 5,744 22
17,778 8
8 5
5 5,179 7,6700
3 IND 66 12,5 14,545 7,5 10
10,909 12,727 15
5,454 8,8636 Total
31,9693
Tabel ANOVA
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 2
349,745 174,872
2,7584 3,354
Galat 27
1711,7 63,3962
Total 29
2061,44
Pengamatan IV
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47 20
5 28,485 28,485
9 23,333 28,571 19,798 16,5 17,9172
2 IND 61 6,667 30
9 9
8,3333 8,3333 7,143 7,8476 3 IND 66 13 15,227 18,889 13,590 13,590 18,182 13,636
22 7,692 13,5806
Total 39,3455
Tabel ANOVA
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 2
510,236 255,118
3,503 3,354
Galat 27
1966,37 72,8286
Total 29
2476,61
Pengamatan V
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47 17,333 10,5
23,916 7,381 7,821 17,778 28,571 15,944 13 14,2244 2 IND 61 6,039
27,818 15,944 8,333 8,333 7,381 6,111 8,929 8,8889
3 IND 66 13
14,762 20,444 12,308 7,381 18,182 10,308 17,333 7,253 12,0971
Universitas Sumatera Utara
Total 35,2103
Tabel ANOVA
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 2
144,287 72,1434
1,2548 3,354
Galat 27
1552,74 57,5089
Total 29
1697,03
Pengamatan VI
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47 16,667
18 21,846 7,363 7,692 13,905 28,571 15,385 14,167 14,3595
2 IND 61 5,556 20,357
14,564 8,531 8,531 6,25 5,556 8,762 7,8108 3 IND 66 11,111 15,238 18,667 10,833 6,25 16,364 12,667 12,917
16,392 12,0438 Total
34,2141
Tabel ANOVA
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 2
220,559 110,28
2,50 3,354
Galat 27
1190,83 44,1049
Total 29
1411,39
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Data Luas Serangan A Pengamatan I
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47
2 IND 61 3 IND 66
Total
Pengamatan II
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5 U6
U7 U8
U9 U10 1 IND 47 10,833
52,063 36 14 22,5
26,667 22,5 50 23,4563 2 IND 61 13,846
20 3,333
8 5,455
4 5,4634
3 IND 66 14,545 17,778 13,333 24 24 23,434
0 11,7091 Total
40,6288
Tabel ANOVA
Sumber Derajat
Jumlah Kuadrat
F Hitung F Tabel
Universitas Sumatera Utara
Keragaman Bebas
Kuadrat Tengah
Perlakuan 2
1669,18 834,588
5,0173 3,354
Galat 27
4491,21 166,341
Total 29
6160,38
Pengamatan III
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47
31 10
62,222 34
26 47,5 52,381 33,333
50 34,6437 2 IND 61 27,179
20 27
16,667 33,333 20
27,273 16,667 26,667 20,714 23,55
3 IND 66 25
41,818 31,389 36,667 38
38,909 47,273 22,5 21,818 21,818 32,5192 Total
90,7128
Tabel ANOVA
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 2
693,432 346,716
2,1152 3,354
Galat 27
4425,71 163,915
Total 29
5119,14
Pengamatan IV
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47
32 15
56,970 34,667 27
46,667 57,143 35,152 50 35,4597
2 IND 61 34,667 18
34 28,462 33,939
36 37,622 23,333 38,333 31,429 31,5785
3 IND 66 26
47,424 42,778 47,692 46
49,091 47,832 33
27,273 23,077 39,0167 Total
106,055
Tabel ANOVA
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 2
276,808 138,404
0,8492 3,354
Galat 27
4400,58 162,985
Total 29
4677,39
Pengamatan V
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47 34,667
21 47,832 29,524 23,462 35,556 57,143 31,888 43,333 32,4404
2 IND 61 36,235 14,762 46,364 30,769 31,888 33,333 36,264 22,143 42,778 32,143 32,6679
Universitas Sumatera Utara
3 IND 66 26
44,286 40,889 50,769 44,286 63,636 41,231 26
23,916 21,758 38,2771 Total
103,385
Tabel ANOVA
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 2
218,607 109,304
0,6316 3,354
Galat 27
4672,36 173,051
Total 29
4890,97
Pengamatan VI
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47 33,333
40 43,692 26,374 23,077 27,810 57,143 30,769 41,667 32,3864
2 IND 61 33,333 13,571 33,929 27,143 36,410 25,594 35,294 31,25 38,889 30,515 30,5929 3 IND 66
25 42,857 37,333
50 37,5 63,636 42,667 22,5 23,077 38,118 38,2688
Total 101,248
Tabel ANOVA
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung F Tabel
Perlakuan 2
322,465 161,232
1,0802 3,354
Galat 27
4029,94 149,257
Total 29
4352,4
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Data Perhitungan One way ANOVA Uji Lanjut DMRT Intensitas Serangan Menggunakan SPSS 21.0
Tabel Intensitas Serangan pada akhir pengamatan Pengamatan VI
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47 16,667
18 21,846 7,363 7,692 13,905 28,571 15,385 14,167 14,3595
2 IND 61 5,556 20,357
14,564 8,531 8,531 6,25 5,556 8,762 7,8108 3 IND 66 11,111 15,238 18,667 10,833 6,25 16,364 12,667 12,917
16,392 12,0438 Total
34,2141
Oneway
Descriptives
Intensitas Serangan N
Mean Std.
Deviation Std. Error
95 Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
IND 47 10 14,359524
8,0104291 2,5331201 8,629208
20,089840 IND 61
10 7,810755
6,1426320 1,9424708 3,416581
12,204929 IND 66
10 12,043833 5,5150432 1,7440098
8,098609 15,989058
Total 30 11,404704
6,9762914 1,2736907 8,799714
14,009694
Descriptives
Universitas Sumatera Utara
Intensitas Serangan Minimum
Maximum
IND 47 ,0000
28,5714 IND 61
,0000 20,3571
IND 66 ,0000
18,6667 Total
,0000 28,5714
Test of Homogeneity of Variances
Intensitas Serangan Levene
Statistic df1
df2 Sig.
,445 2
27 ,645
ANOVA
Intensitas Serangan Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Between Groups
220,559 2
110,280 2,500
,101 Within Groups
1190,831 27
44,105 Total
1411,391 29
Lampiran 4. Data Perhitungan One Way ANOVA Uji Lanjut DMRT Luas Serangan Menggunakan SPSS 21.0
Tabel Luas Serangan pada akhir pengamatan Pengamatan VI
No. Klon Ulangan
Rataan U1
U2 U3
U4 U5
U6 U7
U8 U9
U10 1 IND 47 33,333
40 43,692 26,374 23,077 27,810 57,143 30,769 41,667 32,3864
2 IND 61 33,333 13,571 33,929 27,143 36,410 25,594 35,294 31,25 38,889 30,515 30,5929 3 IND 66
25 42,857 37,333
50 37,5 63,636 42,667 22,5 23,077 38,118 38,2688
Total 101,248
Oneway
Descriptives
Luas Serangan N
Mean Std.
Deviation Std. Error
95 Confidence Interval for Mean
Lower Bound
Upper Bound IND 47
10 32,386447 15,2058264 4,8085045 21,508854
43,264040 IND 61
10 30,592856 7,2300247 2,2863346
25,420808 35,764905
IND 66 10 38,268808 12,8172050 4,0531561
29,099932 47,437684
Total 30 33,749370 12,2508338 2,2366860
29,174834 38,323907
Universitas Sumatera Utara
Descriptives
Luas Serangan Minimum
Maximum
IND 47 ,0000
57,1429 IND 61
13,5714 38,8889
IND 66 22,5000
63,6364 Total
,0000 63,6364
Test of Homogeneity of Variances
Luas Serangan Levene
Statistic df1
df2 Sig.
1,318 2
27 ,284
ANOVA
Luas Serangan Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Between Groups
322,465 2
161,232 1,080
,354 Within Groups
4029,940 27
149,257 Total
4352,405 29
Universitas Sumatera Utara