Anatomi organ reproduksi muncak (Muntiacus muntjak muntjak) jantan pada tahap ranggah keras

ANATOMI ORGAN REPRODUKSI MUNCAK
(Muntiacus muntjak muntjak) JANTAN
PADA TAHAP RANGGAH KERAS

LIDYA ELIZABETH M. MANIK

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
 
 

ABSTRACT
LIDYA ELIZABETH M. MANIK. Anatomy of The Male Genital Organ from Muntjac
(Muntiacus muntjak muntjak) during Hard Antler Period. Under direction of
SRIHADI AGUNGPRIYONO and SRI WAHYUNI.
This research was conducted to observe the anatomy and morphometry
include length, diameter, and weight of the male genital organ from 2-4 years old
muntjac (Muntiacus muntjak muntjak) during hard antler period. This study used
male genital organ that has been preserved with paraformaldehide 4%. The

acquired data were analyzed descriptively. Result of this research showed that
the length, diameter, and weight of testis without scrotum were 5.01 cm, 2.45 cm,
and 1.88 g, respectively. A pair of vesicular gland situated at lateral of ampullae,
was 2.25 cm in length, 0.64 cm in height, and weighed at 2.06 g. The prostate
gland was not observed macroscopically. Bulbourethral gland has diameter
1.61 cm, height 0.71 cm, and weight 2.39 g. Penis of male muntjac was 30.50 cm
in length, fibroelastic, and had sigmoidea flexure. Generally, anatomy of the male
genital organ of muntjac was similar to those of the other ruminants like sheep
and goats. However the male muntjac was characterized by relatively small size
of testis, rudimentary prostate gland, larger bulbourethral gland, and a relatively
long penis.
Keywords :

Muntiacus muntjak muntjak, hard antler period, ruminants, testis,
bulbourethral, penis.

 
 

ABSTRAK

LIDYA ELIZABETH M. MANIK. Anatomi Organ Reproduksi Muncak
(Muntiacus muntjak muntjak) Jantan pada Tahap Ranggah Keras. Dibimbing oleh
SRIHADI AGUNGPRIYONO dan SRI WAHYUNI.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data anatomi dan morfometri
yang meliputi panjang, diameter, dan bobot pada organ reproduksi muncak
(Muntiacus muntjak muntjak) jantan berumur 2-4 tahun yang berada pada tahap
ranggah keras. Organ reproduksi jantan yang telah difiksasi dengan larutan
paraformaldehid 4% diamati, didokumentasi, diukur, dan ditimbang. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
panjang, diameter, dan bobot testis tanpa skrotum masing-masing adalah
5.01 cm, 2.45 cm, dan 1.88 g. Kelenjar vesikularis terdapat sepasang di lateral
ampula dengan panjang 2.25 cm, tinggi 0.64 cm, dan bobot 2.06 g. Kelenjar
prostat tidak teramati secara makroskopis. Kelenjar bulbouretralis memiliki
diameter 1.61 cm, tinggi 0.71 cm, dan bobot 2.39 g. Penis muncak jantan bertipe
fibroelastik dengan panjang 30.50 cm, dan memiliki fleksura sigmoidea. Secara
umum anatomi organ reproduksi muncak jantan hampir sama dengan ruminansia
seperti kambing dan domba, namun organ reproduksi muncak jantan memiliki
karakteristik yang ditunjukkan dengan morfometri testis yang relatif kecil, kelenjar
prostat yang rudimenter, kelenjar bulbouretralis yang besar, dan penis yang
relatif panjang.

Kata kunci :

Muntiacus muntjak muntjak, tahap ranggah keras, ruminansia,
testis, kelenjar bulbouretralis, penis.

 
 

RINGKASAN
LIDYA ELIZABETH M. MANIK. Anatomi Organ Reproduksi Muncak
(Muntiacus muntjak muntjak) Jantan pada Tahap Ranggah Keras. Dibimbing oleh
SRIHADI AGUNGPRIYONO dan SRI WAHYUNI.
Muncak (Muntiacus muntjak) merupakan satwa liar dari famili Cervidae
yang telah berstatus dilindungi di Indonesia. Diduga aktivitas reproduksi pada
muncak jantan berkorelasi dengan siklus ranggah yang berada di bawah kontrol
hormon testosteron. Terdapat empat tahap pertumbuhan ranggah yaitu tahap
pedicle (dasar ranggah), tahap ranggah velvet, tahap ranggah keras, tahap lepas
ranggah (casting). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data anatomi
berupa posisi dan bentuk organ reproduksi muncak jantan di luar maupun di
dalam tubuh. Tujuan lainnya adalah untuk memperoleh data morfometri meliputi

panjang, diameter, dan bobot organ reproduksi muncak jantan. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa data anatomi dan
morfometri organ reproduksi muncak jantan secara makroskopis. Data anatomi
dan morfometri organ reproduksi muncak jantan ini dapat dijadikan sebagai data
awal untuk penelitian aspek biologi reproduksi muncak lainnya yang bermanfaat
untuk pengembangbiakan muncak, baik dengan perkawinan alami maupun
penerapan teknologi reproduksi.
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah seekor muncak jantan
dewasa berumur 2-4 tahun dengan bobot badan 19 kg yang berada pada tahap
ranggah keras. Muncak diperoleh dari hasil tangkapan di daerah Jawa Tengah,
dengan ijin tangkap berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: SK. 23/Menhut-II/2011. Muncak akan diadaptasikan terlebih
dahulu selama 2-3 bulan kemudian dilanjutkan dengan proses sampling.
Muncak dianestesi dengan preparat xylazine HCl dan ketamin dengan
dosis 1 mg/kg bobot badan, dilanjutkan dengan eksanguinasi. Kemudian
dilakukan laparotomi medianus di daerah inguinal untuk mendapatkan organ
reproduksi muncak jantan. Organ reproduksi muncak jantan yang diperoleh
dipreparir, kemudian difiksasi dengan larutan paraformaldehid 4% selama
1-2 minggu lalu dipindahkan ke larutan alkohol 70% sebagai larutan stopping
point. Organ reproduksi muncak jantan dikeluarkan dari larutan alkohol 70%

untuk diamati, didokumentasi, diukur panjang dan diameter, dan ditimbang
bobotnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif.
Muncak jantan memiliki posisi testis dalam skrotum saat berdiri adalah
menggantung secara dorsoventral dan tidak menempel pada sisi-sisi lateralnya.
Skrotum berada di daerah prepubis, yang serupa dengan posisi skrotum pada
kuda dan ruminansia lainnya, tetapi berbeda dengan babi dan kucing.
Anatomi organ reproduksi muncak jantan secara umum serupa dengan
hewan-hewan ruminansia lain. Organ reproduksi muncak jantan terdiri atas
gonad (testis), saluran reproduksi (epididimis, duktus deferens, dan uretra),
kelenjar-kelenjar asesoris kelamin (ampula, kelenjar vesikularis, dan kelenjar
bulbouretralis), dan organ kopulatoris (penis). Muncak memiliki sepasang testes
yang dilindungi oleh skrotum pada bagian luarnya. Testis muncak berbentuk
oval, yang berada di dekat fleksura sigmoidea dengan orientasi testis vertikal.
Testis memiliki panjang, diameter, dan bobot tanpa skrotum masing-masing
adalah 5.01 cm, 2.45 cm, dan 1.88 g.
Saluran reproduksi pada muncak terdiri atas epididimis, duktus deferens,
dan uretra. Epididimis merupakan struktur tunggal memanjang yang melekat
rapat dengan testis. Panjang epididimis muncak (7.08 cm) sangat pendek bila
 
 


dibandingkan dengan epididimis domba (50 cm). Bila dibandingkan dengan rusa
timor yang memiliki panjang epididimis 15.48 - 16.31 cm, muncak memiliki
epididimis yang juga lebih pendek hingga setengah dari panjang epididimis rusa
timor.
Kelenjar asesoris kelamin pada muncak terdiri atas ampula, kelenjar
vesikularis, dan kelenjar bulbouretralis. Muncak memiliki ampula dengan
panjang, tebal, dan bobot masing-masing 3.60 cm, 0.41 cm, dan 1.45 g. Kelenjar
vesikularis muncak adalah sepasang kelenjar berbentuk lobular, terletak di
dorsolateral pangkal vesika urinaria dan di lateral ampula. Kelenjar vesikularis
memiliki rataan ukuran panjang 2.25 cm, hampir setengah dari panjang kelenjar
vesikularis domba (4 cm) dan rusa timor (4.39 - 4.68 cm). Korpus prostat muncak
secara makroskopis tidak teramati dan diduga kelenjar prostat berbentuk pars
diseminata yang mengelilingi pelvis uretra. Sepasang kelenjar bulbouretralis
memiliki diameter 1.61 cm, tinggi 0.71 cm, dan bobot 2.39 g yang melebihi
ukuran kelenjar vesikularis (tinggi 0.64 cm dan bobot 2.39 g).
Anatomi kelenjar-kelenjar asesoris kelamin pada muncak memiliki
kemiripan dengan ruminansia (domba dan kambing) dan Cervidae (rusa timor
dan kancil), akan tetapi memiliki morfometri yang berbeda. Pada muncak
terdapat sepasang ampula, kelenjar vesikularis, dan kelenjar bulbouretralis.

Kelenjar-kelenjar tersebut ditemukan juga pada ruminansia dan Cervidae lainnya.
Akan tetapi kelenjar prostat tidak teramati pada muncak jantan secara
makroskopis, sama halnya dengan kambing dan domba. Selain itu kambing dan
domba memiliki kelenjar prostat berupa pars diseminata yang tidak teramati
secara makroskopis melainkan secara mikroskopis yaitu pengamatan histologi.
Penis muncak termasuk tipe fibroelastik sama dengan tipe penis pada
ruminansia lainnya dan babi. Panjang total penis muncak (30.50 cm) hampir
sama dengan domba (35 cm) dan rusa timor (40.28 - 46.22 cm). Penis muncak
terdiri atas radiks penis, korpus penis, dan glans penis. Radiks penis bertaut di
bagian lateral dari arcus ischiadicus yang dihubungkan dengan crura penis. Pada
korpus penis muncak terdapat fleksura sigmoidea, yang dapat meregang pada
saat ereksi sehingga penis menjadi lebih panjang. Muskulus retraktor penis
muncak bertaut pada penis di bagian ujung kranio-ventral dari fleksura
sigmoidea. Glans penis pada muncak berbentuk seperti helm seperti yang juga
dimiliki oleh sapi dan domba, dan berbeda dengan glans penis pada babi yang
berbentuk spiral.
Secara umum anatomi organ reproduksi muncak jantan hampir sama
dengan ruminansia lain seperti kambing dan domba. Karakteristik muncak jantan
diantaranya morfometri testis yang relatif kecil, kelenjar prostat yang rudimenter,
kelenjar bulbouretralis yang besar, dan penis yang relatif panjang.

Kata kunci :

Muntiacus muntjak muntjak, tahap ranggah keras, ruminansia,
testis, kelenjar bulbouretralis, penis.

 
 

ANATOMI ORGAN REPRODUKSI MUNCAK
(Muntiacus muntjak muntjak) JANTAN
PADA TAHAP RANGGAH KERAS

LIDYA ELIZABETH M. MANIK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2011
 
 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Anatomi Organ
Reproduksi Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) Jantan pada Tahap Ranggah
Keras adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir
dari skripsi ini.
Bogor, September 2011
Lidya Elizabeth M. Manik
B04070008

 
 


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

 
 

Judul Skripsi : Anatomi Organ Reproduksi Muncak (Muntiacus muntjak muntjak)
Jantan pada Tahap Ranggah Keras
Nama
: Lidya Elizabeth M. Manik
NIM
: B04070008


Disetujui
Pembimbing I

drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D. PAVet (K)
NIP. 19630319 198703 1 002

Pembimbing II

drh. Sri Wahyuni, M.Si
NIP.19691119 200312 2 001

Mengesahkan,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Dra. Nastiti Kusumorini
NIP. 19621205 198703 2 001

Disetujui Tanggal :
 
 

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus
sehingga penyusunan skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berlangsung
sejak bulan Juli 2010 hingga Februari 2011 di Laboratorium Anatomi, Fakultas
Kedokteran Hewan - Institut Pertanian Bogor, dengan judul Anatomi Organ
Reproduksi Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) Jantan pada Tahap Ranggah
Keras.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung,
yaitu:
1. Bapak drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D, PAVet (K) selaku Pembimbing I
yang telah mempercayakan penelitian ini kepada penulis,
2. Ibu drh. Sri Wahyuni, M.Si selaku Pembimbing II atas saran dan waktu
yang diluangkan untuk penulis,
3. Ibu drh. Dewi Ratih Agung Priyono, Ph.D, APVet selaku Pembimbing
Akademik yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah penulis,
memberi semangat, dan saran,
4. Bapak Mariun Manik, Ibu Rasly Silalahi, Abang I Bona M. Manik, Adik
Tommy Tomerau Manik, Aris Roy Ulian Manik, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayang,
5. Teman-teman penelitian Muncak (Juliper Silalahi dan Rissar SiringoRingo) dan Landak (Sheila Handoyo, Arie Wahyuningsih, dan Elsye Minar
Sinambela) untuk kerjasamanya,
6. Funce Vega dan DEALS yang menjadi curahan hati di saat apapun,
7. Danang Dwi Cahyadi dan Dewi Kurniati yang membantu dalam
pengolahan gambar,
8. Teman-teman Angkatan 44 Gianuzzi yang telah berjuang bersama dalam
menempuh kuliah dan ujian di Fakultas Kedokteran Hewan.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh Civitas
Akademika Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang tidak dapat disebutkan satu
per satu. Setiap bantuan bagi penulis adalah sangat berarti. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2011
Lidya Elizabeth M. Manik

 
 

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 13 Juli 1989 dari ayah Mariun
Manik dan ibu Rasly Silalahi. Penulis merupakan anak kedua dari empat
bersaudara. Masa kecil hingga remaja dihabiskan di Merauke, Papua bersama
keluarga.
Pendidikan penulis diawali dari TK. Maria Gorreti Merauke, SD St.
Agustinus Merauke, SMP Negeri 1 Merauke, kemudian SMA Negeri 1 Merauke.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Merauke dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
Penulis memilih mayor Kedokteran Hewan.
Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti berbagai kegiatan di dalam
maupun luar kampus. Di dalam kampus, penulis bergabung dalam Himpunan
Profesi Ruminansia, pengurus Persekutuan Fakultas Kedokteran Hewan,
pengurus paduan suara Gita Klinika, mengambil bagian dalam berbagai
kepanitiaan seperti Seminar Zoonosis yang diikuti oleh berbagai Fakultas
Kedokteran Hewan di Indonesia, dan menjadi anggota Program Kreativitas
Mahasiswa yang lolos pada tahap seleksi IPB. Selain kegiatan dalam kampus,
penulis juga mengikuti berbagai magang di kebun binatang, peternakan, dan
klinik. Di samping itu penulis pernah menjadi pembicara dalam International
Seminar and 2nd Congress of SEAVSA (South East Asia Veterinary School
Association) di Surabaya.

 
 

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................

x

DAFTAR TABEL .....................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................
Manfaat Penelitian ..............................................................................

1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Muncak (M. m. muntjak) ..............................
Tahap Pertumbuhan Ranggah …………………………………...………
Penyebaran Muncak ...........................................................................
Organ Reproduksi Jantan ...................................................................
Testis ..................................................................................................
Skrotum ..............................................................................................
Epididimis ...........................................................................................
Duktus Deferens .................................................................................
Kelenjar Asesoris Kelamin ..................................................................
Penis ...................................................................................................

4
5
6
7
8
9
9
10
11
13

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................
Materi Penelitian .................................................................................
Bahan dan Alat Penelitian ..................................................................
Persiapan Hewan Penelitian ...............................................................
Metode Penelitian ...............................................................................
Analisis Data .......................................................................................

15
15
15
15
16
17

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

18

SIMPULAN ..............................................................................................

28

SARAN ....................................................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

29


 

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Morfometri organ reproduksi muncak jantan ....................................

21

2

Kelenjar asesoris kelamin hewan jantan ..........................................

23

3

Morfometri ukuran organ reproduksi jantan pada muncak, domba,
rusa timor, dan kancil .......................................................................

24

xi 
 

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Indian muntjac (Muntiacus muntjak) jantan dan betina ....................

2

Peta penyebaran M. muntjak Indonesia dan beberapa negara di

4

Asia Tenggara ..................................................................................

6

3

Organ reproduksi jantan beberapa ruminansia ................................

8

4

Anatomi epididimis ...........................................................................

10

5

Kelenjar asesoris M. reevesi ............................................................

11

6

Perbandingan penis pada beberapa ruminansia ..............................

13

7

Posisi testis dalam skrotum saat muncak berdiri ..............................

18

8

Anatomi organ reproduksi muncak jantan ........................................

19

9

Testis muncak ..................................................................................

20

10 Kelenjar asesoris kelamin pada muncak ……………………………..

22

11 Perbandingan morfologi kelenjar asesoris muncak dengan
hewan lainnya ...................................................................................

23

12 Bentuk penis muncak .......................................................................

26

13 Glans penis pada muncak ................................................................

27

xii 
 

 
 
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Muncak (Muntiacus muntjak) merupakan satwa liar dari famili Cervidae
yang hidup di alam bebas. Menurut Ma et al. (1991), berdasarkan analisis
komparatif terdapat sepuluh spesies muncak yang tersebar di berbagai negara.
Adapun sub spesies Muntiacus muntjak yang tersebar di Indonesia adalah
M. m. montanus, M. m. nainggolani, M. m. rubidus, M. m. pleicharicus, dan
M.

m.

muntjak.

Persebaran

muncak

di

Indonesia

meliputi

Sumatera

(M. m. montanus), Bali dan Lombok (M. m. nainggolani), Kalimantan Utara
(M. m. rubidus), Kalimantan Selatan (M. m. pleicharicus), dan Jawa dan
Sumatera bagian selatan (M. m. muntjak).
Organisasi internasional, IUCN (International Union for Conservation of
Nature and Natural Resources), menyatakan bahwa spesies muncak yang hidup
di beberapa negara termasuk satwa yang kurang mendapat perhatian dan belum
tergolong sebagai satwa langka. Namun, spesies muncak yang hidup di
Indonesia telah berstatus dilindungi. Perlindungan terhadap muncak sebagai
salah satu mammalia yang terancam punah, tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tanggal 27 Januari 1999 tentang Jenisjenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Perbedaan status perlindungan ini
dapat dikarenakan populasi muncak yang semakin menurun di Indonesia
dibandingkan negara lainnya. Hal ini diakibatkan adanya perburuan liar untuk
memperoleh ranggah muncak yang akan dijadikan hiasan maupun obat kuat pria
menurut kepercayaan sebagian masyarakat. Sejalan dengan perburuan liar,
penebangan pohon secara ilegal juga terus meningkat sehingga turut
mengurangi habitat muncak di hutan yang kemudian dapat memicu kepunahan
populasi muncak.
Kepunahan muncak dapat dicegah dengan melakukan upaya konservasi
terhadap populasi muncak yang masih tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Dalam

upaya

konservasi

muncak

tersebut,

dapat

dilakukan

kegiatan

pengembangbiakan baik secara alamiah maupun dengan penerapan teknologi
reproduksi seperti inseminasi buatan. Adanya data awal berupa data morfologi
dan

morfometri

organ

reproduksi

muncak

akan

mendukung

program

pengembangbiakan muncak di luar kawasan konservasi seperti di kebun
binatang dan tempat penangkaran satwa lainnya.

 
 


 
Organ reproduksi pada mamalia jantan dan betina berfungsi untuk
menghasilkan gamet yaitu sperma dan sel telur, sintesis hormon-hormon
reproduksi, dan untuk melangsungkan perkawinan (kopulasi). Organ reproduksi
pada hewan jantan terdiri atas testis yang dibungkus skrotum, saluran
reproduksi, kelenjar-kelenjar asesoris kelamin, dan penis. Testis berfungsi untuk
memproduksi sperma dan hormon reproduksi jantan (androgen). Sperma yang
dihasilkan, selanjutnya disalurkan ke uretra oleh saluran reproduksi. Kelenjarkelenjar asesoris kelamin merupakan kelenjar yang mensekresikan sekreta
sebagai bahan pembentuk semen. Penis berperan sebagai organ kopulatoris dan
mendeposisikan semen di dalam saluran reproduksi betina.
Muncak jantan merupakan salah satu Cervidae yang diduga aktivitas
reproduksinya berkorelasi dengan siklus ranggah yang berada di bawah kontrol
hormon testosteron. Hal ini kemungkinan berpengaruh terhadap aktivitas tubuli
seminiferi, kualitas semen, dan kemampuan mengawini betina. Terdapat empat
tahap pertumbuhan ranggah yaitu tahap pedicle (dasar ranggah), tahap ranggah
velvet, tahap ranggah keras, tahap lepas ranggah (casting). Korelasi aktivitas
reproduksi dengan siklus ranggah ini telah dilaporkan pada rusa timor jantan
yang telah memasuki tahap pubertas. Pada saat ranggah keras, rusa timor
jantan berada pada masa aktif reproduksi; sedangkan saat ranggah velvet dan
casting, aktivitas reproduksi rusa timor tersebut mengalami penurunan
(Handarini 2006). Namun demikian pada Cervidae yang hidup di negara empat
musim, aktivitas reproduksi sangat dipengaruhi oleh intensitas pencahayaan
(fotoperiod)

seperti

yang

dilaporkan

pada

red

deer

(Cervus

elaphus)

(Garde et al. 2006) dan pampas deer (Ozotoceros bezoarticus) (Ungerfeld et al.
2008).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data anatomi berupa posisi dan
bentuk organ reproduksi muncak jantan di luar maupun di dalam tubuh. Tujuan
lainnya adalah untuk memperoleh data morfometri meliputi panjang, diameter,
dan bobot organ reproduksi muncak jantan.

 
 


 
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa
data anatomi dan morfometri organ reproduksi muncak jantan secara
makroskopis. Data anatomi dan morfometri organ reproduksi muncak jantan ini
dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian aspek biologi reproduksi
muncak lainnya yang bermanfaat untuk pengembangbiakan muncak, baik
dengan perkawinan alami maupun penerapan teknologi reproduksi. Di samping
itu, dengan semakin banyaknya penelitian pada aspek biologi reproduksi tentang
muncak, diharapkan dapat mendukung upaya konservasi maupun peningkatan
populasi muncak.

 
 

 
 
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Muncak (M. m. muntjak)
Morfologi genus Muntiacus secara umum telah banyak diteliti. Demikian
pula dengan penelitian seluk-beluk hubungan filogenetiknya yang terus
dikembangkan. Dansie (1970) mengklasifikasikan M. m. muntjak sebagai berikut:
Kelas

: Mammalia,

Ordo

: Artiodactyla,

Subordo

: Ruminantia,

Famili

: Cervidae,

Genus

: Muntiacus,

Spesies

: M. muntjak,

Subspesies

: M. m. montanus,
M. m. muntjak,
M. m. nainggolani,
M. m. rubidus,
M. m. pleicharicus.

Ciri fisik muncak berupa warna lapisan kulit coklat muda kekuningan
sampai coklat kehitaman dan pada punggung terdapat garis kehitaman. Daerah
perut hingga leher berwarna putih, khusus leher memiliki variasi warna dari putih
sampai coklat muda. Ekor muncak relatif pendek dengan moncong yang agak
panjang dan berwarna kehitaman (Dubost 1971).

Gambar 1

Indian muntjac (Muntiacus muntjak) jantan dan betina. Muncak jantan
sedang berada pada tahap ranggah lunak (velvet) (kiri), sedangkan betina
tidak memiliki ranggah (kanan) (Sumber: www.arkive.org).

 
 

5
 
Muncak memiliki panjang tubuh 89 - 135 cm dan bobot tubuh 14 - 35 kg
(Jackson 2002). Muncak jantan lebih besar bila dibandingkan dengan betina,
namun bila didasarkan pada pengukuran tulang kerangka, postur tubuh muncak
jantan ternyata lebih kecil dibandingkan muncak betina. Rataan panjang baris
gigi maxilaris muncak betina adalah 6.03 + 0.21 mm, dan muncak jantan
6.02 + 0.26 mm (Barrette 1987). Bila dibandingkan dengan rusa, muncak jantan
dan betina menunjukkan dimorfisme seksual yang lebih kecil berdasarkan ukuran
tubuhnya (Pond dan Alan 2005). Dimorfisme seksual merupakan perbedaan fisik
atau tingkah laku yang berhubungan dengan jenis kelamin.
Pada muncak jantan, gigi taring atas lebih berkembang yang menonjol
keluar sekitar 2 cm dari os maxillaris dan dapat diamati meskipun muncak
sedang menutup mulutnya (Chapman 1997). Gigi taring dan ranggah muncak
jantan digunakan sebagai alat pertahanan diri saat muncak tersebut berkelahi
dengan muncak jantan lainnya (Dansie 1970).

Tahap Petumbuhan Ranggah
Ranggah merupakan organ asesoris kelamin sekunder pada famili
Cervidae jantan yang tumbuh dan berkembang setelah mencapai masa pubertas
(Wallace dan Birtles 1985). Namun keberadaan ranggah tidak hanya ditemukan
pada Cervidae jantan. Pada spesies rusa rein (Rangifer tarandus) jantan dan
betina, keduanya memiliki ranggah namun ukuran ranggah rusa betina lebih kecil
dibandingkan ranggah rusa jantan (Wilson 1984; Bubenik dan Bubenik 1987).
Pertumbuhan ranggah pada Cervidae betina dapat disebabkan oleh adanya
proses

abnormalitas

endokrin

atau

kelainan

kromosom

(Wilson

1984).

Sebaliknya bila tidak ditemukan adanya ranggah pada Cervidae jantan dapat
dikaitkan dengan kriptorkidisme, hipogonadisme atau abnormalitas kromosom
seks. Penghilangan ranggah dapat dilakukan dengan melakukan kastrasi testis
sebelum memasuki tahap pubertas (Bubenik et al. 1987). Ranggah berfungsi
sebagai penanda aktivitas reproduksi dengan cara menggaruk-garukkan ranggah
pada batang pohon, membuat tanda teritori yang tidak boleh ditempati jantan
lainnya. Selain itu ranggah digunakan pula sebagai alat pertahanan diri pada
saat berkelahi dengan jantan lain untuk memperebutkan betina.
Cervidae jantan dewasa melewati empat tahap pertumbuhan ranggah,
yaitu tahap pedicle, tahap ranggah muda (velvet), tahap ranggah keras (hard
antler), dan tahap lepas ranggah (casting) (Fennessy dan Suttie 1985). Setiap

 
 

6
 
tahap pertumbuhan ranggah memiliki durasi yang berbeda-beda. Hal ini diduga
karena adanya perbedaan spesies, perbedaan bobot badan, serta bentuk dan
ukuran ranggah (Wahyuni et al. 2011).
Pada tahap akhir dari pertumbuhan ranggah lunak (velvet), akan terjadi
proses pengelupasan kulit velvet yang dikenal dengan shedding. Shedding
menandakan bahwa Cervidae, termasuk muncak, telah memasuki tahap ranggah
keras. Tahap ranggah keras merupakan tahap terpanjang dari satu siklus
pertumbuhan ranggah. Hal ini telah dilaporkan sebelumnya pada rusa timor yang
memiliki waktu tahap ranggah keras selama 207.25 hari (Handarini 2006), dan
rusa bawean selama 8 bulan (Semiadi et al. 2003). Data tentang morfologi
pertumbuhan ranggah khususnya ranggah velvet pada muncak (M. m. muntjak)
jantan telah dilaporkan dengan durasi pertumbuhan diantara 98 - 104 hari
(Wahyuni et al. 2011).

Penyebaran Muncak
Secara alami kawasan penyebaran muncak di dunia meliputi sebagian
semenanjung Thai-Malaya, pulau-pulau besar di Sunda Besar (Kalimantan,
Jawa, Bali, dan Sumatera), dan berbagai pulau-pulau kecil. Pada daerah bagian
utara Thailand yang berbatasan dengan Semenanjung Malaya, Muntiacus
muntjak diambil untuk ditempatkan di bagian selatan Thailand dan di bagian
paling selatan Myanmar. Sementara itu, keberadaan muncak di Singapura telah
punah (IUCN 2010).

Gambar 2

Peta penyebaran M. muntjak Indonesia dan beberapa negara di Asia
Tenggara. (Sumber : www.iucnredlist.org).

 
 

7
 
Muntiacus muntjak terdiri dari lima belas subspesies yang tersebar di
berbagai wilayah di belahan dunia. Subspesies M. m. annamensis terdapat di
Indochina, M. m. curvostylis di Thailand, M. m. grandicornis di Burma,
M. m. peninsulae di Semenanjung Malaya, dan M. m. nigripes yang disebut
Black-footed atau Black-legged Muntjac berada di Vietnam dan Pulau Hainan.
Muncak India (Indian muntjac) merupakan sebutan untuk tiga subspesies yaitu
M. m. aureus yang dapat ditemukan di Semenanjung India, M. m. malabaricus di
India Selatan dan Srilanka serta M. m. vaginalis di Burma sampai ke Cina bagian
barat daya. Selain itu, beberapa subspesies Indian muntjac juga tersebar di
Indonesia, yaitu M. m. montanus yang disebut Muncak gunung terdapat di
Sumatera, M. m. bancanus di Pulau Bangka dan Belitung, M. m. nainggolani di
Bali dan Pulau Lombok, M. m. pleicharicus di Kalimantan Selatan, M. m. rubidus
di Kalimantan Utara, M. m. robinsoni di Pulau Bintan, dan M. m. muntjak yang
disebut Javan Muntjac tersebar di Jawa dan Sumatera Selatan (IUCN 2010).
Muncak sangat sulit ditemukan, terutama karena keberadaan muncak tidak
mencolok dan adanya siklus ranggah. Adanya siklus ranggah ini menyebabkan
saat ranggah lepas dan ranggah velvet, muncak hidup soliter sehingga sulit
ditemukan. Akan tetapi pada saat ranggah keras, muncak memungkinkan
ditemukan dalam kawanannya. Di samping itu, keberadaan muncak di alam
dapat diketahui dari suaranya yang menyerupai gonggongan atau menemukan
fesesnya, dibandingkan menemukan keberadaan muncak tersebut. Schaller
yang sejak tahun 1967 meneliti tentang muncak, hanya pernah melihat muncak
sebanyak 23 kali selama 14 bulan saat bekerja di Kanha dan selama 14 bulan
saat di Wilpattu (Sri Lanka). Muncak dapat terlihat saat Schaller bersembunyi
dalam lubang air dan berjalan dengan kecepatan rendah (IUCN 2010).

Organ Reproduksi Jantan
Organ reproduksi jantan terdiri atas gonad, saluran reproduksi, kelenjarkelenjar asesoris kelamin, dan organ kopulatoris. Gonad pada hewan jantan yaitu
testis atau testikulus. Saluran reproduksi meliputi epididimis, duktus deferens,
dan uretra. Kelenjar-kelenjar asesoris terdiri atas ampula, kelenjar vesikularis,
kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretralis (Toelihere 1981).
Testis terbungkus di dalam kantung skrotum dan memiliki saluran-saluran
yaitu epididimis dan duktus deferens. Testis menghasilkan spermatozoa dan
hormon testosteron. Skrotum memberikan lingkungan yang lebih cocok yaitu

 
 

8
 
temperatur yang lebih rendah untuk menjaga spermatozoa agar tetap fertil
sehingga mampu mencapai organ reproduksi betina dan membuahi ovum.

Testis
Testis merupakan gonad jantan yang berfungsi dalam proses pembentukan
spermatozoa yang dikenal dengan spermatogenesis dan menghasilkan hormon
steroid jantan. Spermatogenesis berlangsung di dalam tubuli seminiferus testis.
Tubulus seminiferus dipisahkan oleh jaringan intersisial yang terdiri atas sel-sel
interstisial, buluh darah, dan sel-sel makrofag. Sel-sel interstisial atau dikenal
dengan sel Leydig berfungsi untuk menghasilkan hormon androgen (Colville dan
Bassert 2002, Frandson et al. 2009).

A

C

B

D

Gambar 3 Organ reproduksi jantan beberapa ruminansia. A.Babi, B.Kuda, C.Domba,
D.Sapi. Organ reproduksi jantan terdiri atas vesika urinaria (1), duktus
deferens (2), ampula (3), kelenjar vesikularis (4), kelenjar prostat (5), kelenjar
bulbouretralis
(6),
testes
(7),
dan
fleksura
sigmoidea
(8)
(Sumber: Frandson et al. 2009).

 
 

9
 
Testis terletak di daerah prepubis, terbungkus dalam kantung skrotum dan
digantung oleh funikulus spermatikus. Umumnya testis berbentuk oval dengan
ukuran yang bervariasi bergantung spesies (Colville dan Bassert 2002). Kambing
dan

domba

memiliki

testes

berbentuk

lonjong,

berukuran

panjang

0.75 – 1.15 cm, diameter 0.35-0.68 cm, dan bobot 250-300 g (Hafez 1987).
Ukuran testes dexter dan testes sinister rusa timor pada tahap ranggah keras
adalah: panjang 9.178 + 0.238 cm dan 9.094 + 0.296 cm, diameter
4.343 + 0.221 cm dan 4.238 + 0.312 cm, dan bobot 187.85 + 13.61 g
(Handarini 2006). Ruminansia lainnya yaitu kancil memiliki ukuran testis dengan
panjang 1.233 + 0.289 cm, diameter 0.820 + 0.192 cm, dan bobot 0.81 + 0.17 g
(Najamudin 2010).

Skrotum
Skrotum adalah kulit berkantung yang ukuran, bentuk, dan lokasinya
menyesuaikan dengan testis yang berada di dalamnya. Kulit skrotum tipis,
lembut, dan relatif kurang berambut. Di sebelah dalam dari kulit skrotum terdapat
tunika dartos dengan serabut-serabut otot yang akan berkontraksi pada cuaca
dingin, dan membantu mempertahankan posisi terhadap dinding abdominal.
Tunika dartos melintas bidang median antara dua testes dan membantu
membentuk septum skrotal, yang membagi testes menjadi dua bagian, yaitu
testes dexter et sinister (Frandson et al. 2009). Skrotum pada domba lebih
pendek dan tidak mempunyai leher dibandingkan dengan sapi (Hafez 1987).
Skrotum dari domba ini sering ditutupi oleh bulu-bulunya, yang mungkin
dikarenakan ketidaksuburan sehingga mengganggu dalam menghilangkan panas
(Dyce et al. 2002). Lingkar skrotum pada domba garut yaitu 3.236 + 0.168 cm
(Rizal 2004), sedangkan lingkar skrotum rusa timor pada tahap ranggah keras
2.021 + 0.091 cm (Handarini 2006).

Epididimis
Epididimis adalah suatu struktur tunggal memanjang yang bertaut rapat
dengan testis. Epididimis menghubungkan duktus eferens pada testis dengan
duktus deferens (vas deferens) (Frandson et al. 2009). Epididimis terdiri atas
kaput epididimidis, korpus epididimidis, dan kauda epididimidis.

 
 

10
 

A

B

C

Gambar 4 Anatomi epididimis. Bagian-bagian epididimis terdiri atas A.Kaput, B.Korpus,
C.Kauda (Sumber: Senger 2003).

Kaput epididimidis membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk
mangkok yang dimulai pada ujung proksimal testis. Umumnya berbentuk U dan
hanya berbeda dalam ukuran. Pada ujung proksimal testis, kaput epididimidis
menjadi pipih dan bersambung ke korpus epididimidis. Pada ujung distal testis,
korpus membentuk kauda epididimidis (Salisbury dan VanDemark 1961).
Fungsi utama epididimis adalah untuk menyalurkan spermatozoa yang
berasal dari rete testis ke duktus eferens testis yang dapat terjadi karena tekanan
cairan di dalam testis. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat pematangan
sperma, dan tempat penyimpanan sperma yaitu di bagian kauda epididimidis
(Salisbury dan VanDemark 1961).

Duktus Deferens
Duktus deferens mengangkut spermatozoa dari epididimis menuju ke
uretra saat ejakulasi terjadi. Duktus deferens menghubungkan kauda epididimidis
dengan bagian pelvis dari uretra. Lapisan tebal dari otot halus pada dindingnya
menyebabkan

duktus

deferens

menjadi

sangat

kompak

(Colville

dan

Bassert 2002).
Duktus deferens meninggalkan kauda epididimidis kemudian bergerak
melalui kanalis inguinalis yang merupakan bagian dari funikulus spermatikus dan
pada cincin inguinal internal memutar ke belakang, memisah dari buluh darah
dan syaraf dari funikulus spermatikus. Selanjutnya sepasang duktus deferens
mendekati uretra, bersatu dan kemudian berjalan ke dorsokaudal vesika urinaria,
serta dalam lipatan peritoneum yang disebut lipatan urogenital (genital fold)
(Frandson et al. 2009).

 
 

11
 
n besar hew
wan, duktu
us deferenss akan mem
mbesar seb
belum
Pada sebagian
g dengan uretra. Pembesaran ini disebutt dengan a
ampula. Am
mpula
bergabung
dapat me
engandung kelenjar yang
y
merup
pakan kom
mponen pem
mbentuk se
emen
(Colville dan Bassert 2002).

Kelenjar Asesoris Kelamin
Kele
enjar aseso
oris kelam
min pada hewan
h
jantan mengh
hasilkan se
emen
sebagai media
m
transsport sperm
ma. Semen menyediakkan kondisi yang baik
k bagi
nutrisi spe
erma dan berperan
b
se
ebagai bufffer saat be
erada di saluran repro
oduksi
betina yan
ng bersifat asam.
a
Kelenjar asesorris kelamin terdiri
t
atas a
ampula, kelenjar
vesikulariss, kelenjar prostat da
an kelenjar bulbourettralis. Kele
enjar-kelenja
ar ini
terdapat sepasang,
s
kecuali kelenjar prostat. Morfologi dan morrfometri kelenjar
asesoris bervariasi pada setia
ap spesies,, tetapi lokkasinya relatif sama pada
ewan (Frand
dson et al. 2009).
2
semua he
Amp
pula adalah
h pembesarran kelenjarr pada bag
gian ujung d
duktus defe
erens.
Ampula berkembang
b
g dengan baik
b
pada hewan
h
janta
an seperti kuda, sapi, dan
domba, da
an sedikit pada
p
anjing, namun ke
elenjar ini tid
dak ada pada babi. Am
mpula
selanjutnyya bermuara
a ke dalam
m duktus defferens dan memberika
an cairan se
emen
(Frandson
n et al. 2009
9). Ampula mengandung fruktosa
a dan asam sitrat, meskipun
kelenjar vesikularis merupaka
an sumberr terbesar penghasil substans
si ini
987). Panjan
ng ampula domba yaittu 7.0 cm (T
Toelihere 1981), rusa timor
(Hafez 19
7.253 + 0.239 cm (Nalley 2006)), dan kanciil 1.733 + 0.287 cm (N
Najamudin 2010).
2
m
dia
ameter am
mpula 0.20
0 cm dan bobot 0
0.07 + 0.0
01 g
Kancil memiliki
(Najamudin 2010).

G
Gambar
5

Kelenjar ase
esoris kelamin pada M. reevesi (Sum
mber: Modifika
asi dari Chap
pman
dan Harris 1991).
1

 
 

12
 

Kelenjar vesikularis berada di kedua belah sisi luar dari ampula. Hasil
sekresi kelenjar ini mengandung heksosa, fruktosa, dan asam sitrat dengan
konsentrasi tinggi yang selanjutnya akan disekresikan ke kolikulus seminalis
(Hafez 1987). Duktus kelenjar vesikularis dexter et sinister memasuki pelvis
uretra pada daerah yang sama dengan duktus deferens. Kelenjar vesikularis
terdapat pada hewan domestik kecuali anjing dan kucing (Colville dan
Bassert 2002).
Ukuran kelenjar vesikularis domba adalah panjang 0.4 cm, lebar 0.2 cm,
tinggi 0.15 cm, dan bobot 5 g (Toelihere 1981). Panjang kelenjar vesikularis dari
rusa timor 4.536 + 0.142 cm (Nalley 2006) dan kancil 1.800 + 0.346 cm. Tebal
dan bobot kelenjar vesikularis kancil 0.573 + 0.110 cm dan 0.029 + 0.009 g
(Najamudin 2010).
Kelenjar prostat adalah kelenjar yang tidak berpasangan yang mengelilingi
pelvis uretra. Pada hewan-hewan tua, prostat dapat membesar dan berhubungan
dengan sistem urinaria. Kelenjar ini menghasilkan sekreta yang bersifat alkalis
yang berperan sebagai buffer saat berada di saluran reproduksi betina yang
bersifat asam dan memberikan bau yang spesifik pada cairan semen
(Frandson et al. 2009).
Kelenjar prostat dapat ditemukan sebagai korpus prostat atau pars
diseminata. Korpus prostat merupakan badan kompak yang berada pada bagian
dorsal pelvis uretra, yang terletak di sebelah luar otot uretra. Pars diseminata
merupakan bagian prostat yang secara difus tersebar di sekitar pelvis uretra dan
berada dalam dinding pelvis uretra. Pada anjing dan kucing, korpus prostat
berukuran besar, berbentuk globular, dan berkembang dengan baik yang
mengelilingi keseluruhan uretra (anjing) dan sebagian besar uretra (kucing).
Kuda memiliki korpus prostat yang seluruhnya berada di luar pelvis uretra dan
terdiri atas dua lobus lateral yang dihubungkan oleh istmus. Sedangkan kelenjar
prostat yang berbetuk pars diseminata dapat ditemukan pada ruminansia kecil,
seperti kambing dan domba (King 1993). Panjang korpus prostat pada domba
3.0 cm (Toelihere 1981) dan rusa timor 2.061 + 0.033 cm (korpus prostat)
(Nalley 2006). Korpus prostat pada kancil memiliki panjang 1.733 + 0.252 cm,
tebal 0.653 + 0.006 cm, dan bobot 0.43 + 0.07 g (Najamudin 2010).

 
 

13
 
Kelenjar bulbouretralis yang dikenal dengan kelenjar Cowper, adalah
sepasang kelenjar yang terletak pada sisi pelvis uretra di sebelah kranial dari
arcus ischiadicus, dan di sebelah kaudal dari kelenjar-kelenjar asesoris kelamin
lainnya. Kelenjar bulbouretralis ditemukan pada semua jenis hewan ternak
kecuali anjing dan berukuran besar pada babi (Frandson et al. 2009). Kelenjar
bulbouretralis dilapisi oleh muskulus bulbospongiosus yang tebal dan kuat, dan
membentuk saluran hingga ke dorsal divertikulum (Dyce et al. 2002). Fungsi
kelenjar ini membersihkan dan menetralisir uretra dari bekas urin dan kotorankotoran lainnya sebelum ejakulasi berlangsung (Hafez 1987). Ukuran kelenjar
bulbouretralis domba yaitu panjang 0.15 cm, lebar 0.1 cm, tinggi 0.1 cm, dan
bobot 3 g (Toelihere 1981). Kelenjar bulbouretralis pada kancil memiliki panjang
0.826 + 0.102 cm, tebal 0.547 + 0.085 cm, dan bobot 0.86 + 0.04 g
(Najamudin 2010).

Penis
Penis merupakan organ kopulatoris hewan jantan yang berfungsi ganda
yaitu sebagai saluran untuk pengeluaran urin dan penyaluran semen ke dalam
saluran reproduksi hewan betina. Penis terdiri atas radiks, korpus, dan ujung
bebas yang berakhir pada glans penis (Hafez 1987). Pada ujung bebas penis
ruminansia kecil terdapat prosesus uretralis (2 – 3 cm pada rusa, 3 – 4 cm pada
domba) melewati glans penis (Dyce et. al. 2002).

A

B

Gambar 6 Perbandingan penis pada beberapa ruminansia. A. Domba dan B. Sapi.
Penis terdiri atas prosesus uretralis (1), preputium (2), glans penis (3)
(Sumber: Senger 2003).

 
 

14
 

Penis domba berukuran panjang 35 cm dengan fleksura sigmoidea yang
berkembang baik. Diameter penis relatif kecil 1.5 - 2 cm. Panjang glans penis
5 - 7.5 cm dan mempunyai suatu penonjolan filiformis sepanjang 4-5 cm yang
disebut

prosesus

uretralis

yang

merupakan

bagian

terminal

uretra

(Toelihere 1981). Penis rusa timor memiliki panjang total 43.75 + 2.47 cm dan
panjang bebas preputium 3.5 + 0.88 cm (Nalley 2006). Penis kancil memiliki
panjang total 14.233 + 1.474 cm, panjang bebas preputium 5.833 + 1.041 cm,
glans penis 4.433 + 0.208 cm, dan diameter 0.40 cm (Najamudin 2010).

 
 

 
 
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli 2010 hingga Februari 2011 di
Laboratorium Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi, dan Embriologi, Departemen
Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.

Materi Penelitian
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah seekor muncak jantan
dewasa berumur 2-4 tahun dengan bobot badan 19 kg yang berada pada tahap
ranggah keras. Umur 2-4 tahun dapat diestimasi dengan membandingkan gigi
tetap pada muncak dengan hewan-hewan yang telah diketahui pasti umurnya
(Chapman dan Harris 1991).

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan adalah xylazine HCl dan ketamin sebagai
anestetikum,

larutan

paraformaldehid

4%

sebagai

larutan

fiksatif,

dan

alkohol 70% sebagai larutan stopping point.
Alat-alat yang digunakan adalah peralatan bedah minor (skalpel, arteri
klem, pinset, dan gunting), spuid 5 mL, kateter, wadah penyimpanan organ,
kamera digital Sony Cybershoot DSC-W30, mikrokaliper digital ukuran 150 mm,
pita ukur, cawan petri, timbangan digital, dan gelas ukur bervolume 300 mL.

Persiapan Hewan Penelitian
Muncak yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tangkapan
di daerah Jawa Tengah, dengan ijin tangkap berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK. 23/Menhut-II/2011. Muncak
yang diperoleh kemudian dipelihara di kandang individual berukuran 1x2 m, dan
kandang exercise berukuran 5x10 m yang berada di Unit Rehabilitasi dan
Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Sebelum
proses sampling dilakukan, muncak terlebih dahulu diadaptasikan selama
2-3 bulan agar dapat menyesuaikan diri dengan pakan dan lingkungan kandang.
Selama

diadaptasikan,

muncak

diberi

anthelmentik

untuk

menghindari

kecacingan. Pakan yang diberikan setiap dua kali sehari, yaitu pagi dan sore,

 
 

16 
 
berupa pelet, wortel, dan rumput. Setelah proses adaptasi selesai, kemudian
diteruskan dengan sampling.
Metode Penelitian
Muncak dianestesi dengan preparat xylazine HCl dan ketamin dengan
dosis 1 mg/kg bobot badan. Kemudian dilakukan eksanguinasi yaitu pengeluaran
darah dari arteri carotis communis. Setelah itu dilakukan laparotomi medianus di
daerah inguinal untuk mendapatkan organ reproduksi muncak jantan. Organ
reproduksi muncak jantan yang diperoleh, dipreparir, kemudian dibersihkan dari
lemak dan otot-otot disekitarnya. Setelah itu, organ reproduksi muncak jantan
difiksasi dengan larutan paraformaldehid 4% selama 1-2 minggu, lalu
dipindahkan ke larutan alkohol 70% sebagai larutan stopping point. Organ yang
dimasukkan ke dalam larutan stopping point akan dapat mempertahankan
bentuknya dan tidak mengalami perubahan seperti sel-sel mengerut, sehingga
dapat diteruskan dengan pengamatan histologi.
Organ reproduksi muncak jantan dikeluarkan dari larutan alkohol 70% untuk
diamati, didokumentasi, diukur panjang dan diameter, dan ditimbang bobotnya.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Pengukuran dan
penimbangan organ reproduksi muncak jantan dilakukan pada skrotum, testis,
epididimis, duktus deferens, ampula, kelenjar vesikularis, kelenjar prostat,
kelenjar bulbouretralis, penis, glans penis, dan prosesus uretralis.
Skrotum. Panjang skrotum diukur dengan cara menempatkan pita ukur
pada ujung skrotum sebelah dorsal hingga bagian ventral. Diameter skrotum
diukur dengan cara melingkarkan pita ukur pada lingkaran terbesar dari skrotum.
Testis. Panjang testis diukur dengan cara menempatkan pita ukur pada
ujung testis bagian kranial hingga bagian kaudal tanpa kaput dan kauda
epididimidis. Diameter testis diukur menggunakan mikrokaliper pada bagian
terbesar dari testis. Bobot testis beserta epididimis ditimbang dengan meletakkan
testis beserta epididimis di dalam cawan petri yang telah diletakkan di atas
timbangan digital. Pengukuran panjang, diameter, dan tebal, dilakukan pada
masing-masing testes dexter et sinister.
Epididimis. Pengukuran dilakukan terhadap kaput, korpus, dan kauda
epididimidis. Panjang kaput diukur menggunakan pita ukur yaitu setelah duktus
deferens sampai sebelum korpus; panjang kauda diukur setelah korpus sampai

 
 

17 
 
ke kauda epididimidis. Diameter kaput, korpus, dan kauda epididimidis diukur
menggunakan mikrokaliper.
Kelenjar asesoris. Panjang ampula dexter diukur dari awal pembesaran
duktus deferens hingga bagian yang berbatasan dengan kelenjar vesikularis.
Tebal dan panjang ampula diukur menggunakan mikrokaliper. Demikian pula
pada pengukuran panjang dan tebal ampula sinister. Panjang dan tebal kelenjar
vesikularis diukur menggunakan mikrokaliper, masing-masing untuk kelenjar
vesikularis dexter et sinister. Pengukuran bobot kelenjar asesoris (ampula,
kelenjar vesikularis, dan kelenjar bulbouretralis) dilakukan pada kelenjar asesoris
dexter, kelenjar asesoris sinister, dan kelenjar asesoris dexter et sinister,
ditimbang dalam suatu cawan petri. Panjang diameter prostat tidak dapat diukur
karena tidak teramati secara makroskopis.
Penis. Pengukuran panjang total penis dimulai dari radiks penis hingga ke
ujung bebas penis, kemudian pengukuran panjang juga dilakukan pada bagianbagian penis seperti glans penis dan prosesus uretralis. Diameter penis diukur
pada bagian yang terbesar dari penis. Pengukuran diameter juga dilakukan pada
glans penis dan prosesus uretralis. Bobot penis ditimbang beserta muskulus
bulbospongiosus.

Analisis Data
Analisis terhadap data organ reproduksi muncak jantan yang diperoleh,
dilakukan secara deskriptif.

 
 

 
 
HASIL DAN PEMBAHASAN
Posisi testis dalam skrotum pada saat muncak jantan berdiri adalah
menggantung secara dorsoventral dan tidak menempel pada sisi-sisi lateralnya
(Gambar 7). Skrotum terdiri atas kulit, tunika dartos, fascia skrotalis, dan tunika
vaginalis parietalis (Senger 2003). Melalui inspeksi, dapat diperkirakan posisi
testis yang simetri di dalam skrotum; dan dengan palpasi, dapat diketahui
konsistensi testis muncak yang kenyal.
Skrotum muncak berada di daerah prepubis, sama dengan posisi skrotum
pada kuda dan ruminansia lainnya. Berbeda dengan muncak, pada babi dan
kucing skrotum terletak di kaudal dari paha dan kaudoventral dari arcus
ischiadicus (Toelihere 1981).

Gambar 7 Posisi testis dalam skrotum saat muncak berdiri. Testis terdiri atas testes
sinister (1), testes dexter (2).

Anatomi organ reproduksi muncak jantan secara umum serupa dengan
hewan-hewan ruminansia lain. Organ reproduksi muncak jantan (Gambar 8)
terdiri atas gonad (testis), saluran reproduksi (epididimis, duktus deferens, dan
uretra), kelenjar-kelenjar asesoris kelamin (ampula, kelenjar vesikularis, dan
kelenjar bulbouretralis), dan organ kopulatoris (penis).

 
 

19
 

Gambar 8 Anatomi organ reproduksi muncak jantan. Organ reproduksi muncak jantan
terdiri atas kauda epididimidis (1), testis (2), kaput epididimidis (3), funikulus
spermatikus (4), prosesus uretralis (5), glans penis (6), preputium (7), fleksura
sigmoidea (8), korpus penis (9), muskulus retraktor penis (10), duktus
deferens (11), radiks penis (12), kelenjar bulbouretralis (13), kelenjar
vesikularis (14), ampula (15), vesika urinaria (16). Bar: 1 cm.

Muncak memiliki sepasang testes yang dilindungi oleh skrotum pada
bagian luarnya (Gambar 9). Testis berfungsi menghasilkan spermatozoa dalam
proses spermatogenesis dan menghasilkan hormon testosteron (Colville dan
Bassert 2002). Testis muncak berbentuk oval, terbungkus oleh tunika vaginalis
propria, yang juga membungkus duktus epididimis dan duktus deferens. Di
profundal tunika ini terdapat tunika albugenia yaitu suatu jaringan ikat padat yang
berwarna putih mengandung serabut fibrosa dan memiliki serabut-serab