Planning of Green Open Space on Steam Power Plant PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
PT KRAKATAU DAYA LISTRIK CILEGON BANTEN

DESI ANJANA DWIPUTRI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRACT
DESI ANJANA DWIPUTRI. Planning of Green Open Space on Steam Power
Plant PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten. Supervised by NIZAR
NASRULLAH.
The most significant impact of steam power plant is air pollution and
noise. One of steam power plant in Cilegon is PT Krakatau Daya Listrik (PT
KDL) where located in Krakatau Steel Industrial Area. Nowadays, PT KDL used
a natural gas and residue oil for powering the turbin. Furthermore, the noise of
electric power system disturb the employees, so their comfort was reduced.

Therefore, purposes of this research are to plan of green open space in steam
power plant in Cilegon to decrease air pollution including decrease noise level, to
give comfortable environment, and also provide rest places to employees. Method
used in this research is the method of Planning Design Process by Simonds
(1983), hence this research cover some phase, that is commission, research,
analysis, synthesis, operation and construction. Output of this research is planting
plan dan green open space plan. The number of emission in area are about
1.112.950,5 mg/day. That about 1.795 trees to adsorb particles. The trees will be
planted as a green belt throughout the power plant area. It planned the tree
composition are 30 % Polyalthia fragrans (140 tress), 20% Terminalia catappa
(221 trees), 20% Mangifera indica (499 trees), and 30% Thuja orientalis (935
trees). Tree using as noise barrier arranged surround the facilities which generate
noise barrier trees including Thuja orientalis and Casuarina equisetifolia. Its also
planned to allocate space for park, soccer field and jogging track.
Keyword: green open space, noise, particle pollutant, steam power plant.

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Perencanaan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau
Daya Listrik Cilegon Banten adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2012

Desi Anjana Dwiputri
NIM. A44080047

iii

ABSTRACT
DESI ANJANA DWIPUTRI. Planning of Green Open Space on Steam Power
Plant PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten. Supervised by NIZAR
NASRULLAH.
The most significant impact of steam power plant is air pollution and
noise. One of steam power plant in Cilegon is PT Krakatau Daya Listrik (PT

KDL) where located in Krakatau Steel Industrial Area. Nowadays, PT KDL used
a natural gas and residue oil for powering the turbin. Furthermore, the noise of
electric power system disturb the employees, so their comfort was reduced.
Therefore, purposes of this research are to plan of green open space in steam
power plant in Cilegon to decrease air pollution including decrease noise level, to
give comfortable environment, and also provide rest places to employees. Method
used in this research is the method of Planning Design Process by Simonds
(1983), hence this research cover some phase, that is commission, research,
analysis, synthesis, operation and construction. Output of this research is planting
plan dan green open space plan. The number of emission in area are about
1.112.950,5 mg/day. That about 1.795 trees to adsorb particles. The trees will be
planted as a green belt throughout the power plant area. It planned the tree
composition are 30 % Polyalthia fragrans (140 tress), 20% Terminalia catappa
(221 trees), 20% Mangifera indica (499 trees), and 30% Thuja orientalis (935
trees). Tree using as noise barrier arranged surround the facilities which generate
noise barrier trees including Thuja orientalis and Casuarina equisetifolia. Its also
planned to allocate space for park, soccer field and jogging track.
Keyword: green open space, noise, particle pollutant, steam power plant.

iv


RINGKASAN
DESI ANJANA DWIPUTRI. Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan
pembangkit listrik tenaga uap PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten.
Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.
Kota Cilegon, kota yang terletak di Provinsi Banten, dikenal sebagai kota
industri, dan menjadi pusat industri di kawasan Banten bagian barat.
Perkembangan industri di Cilegon dapat dilihat dari dibangunnya sebuah kawasan
industri Krakatau Steel. Asupan listrik pada kawasan industri Krakatau Steel
dikelola oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik (PT
KDL). Saat ini, PT KDL menggunakan gas dan minyak residu sebagai bahan
bakar pembangkit listrik. Penggunaan bahan bakar gas memang tidak merusak
lingkungan karena bahan bakar gas tidak mengeluarkan polusi. Namun
penggunaan minyak residu menghasilkan polusi, selain itu juga pengembangan
kawasan di PT KDL akan menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam
membangkitkan energi listrik.
Masalah utama pembangkit listrik berbahan bakar batubara adalah
pembangkitan listrik ini merupakan salah satu kontributor pencemaran gas CO2
yang terbesar. Selain itu, masalah lain yang dihasilkan adalah kebisingan dari
kinerja mesin-mesin pembangkit listrik yang dapat mengganggu kenyamanan

karyawan sehingga berdampak negatif bagi kinerja dan produktivitas karyawan.
Oleh karena itu permasalahan ini perlu dikaji dan diselesaikan agar kondisi
lingkungan tidak terdegradasi parah akibat pencemaran yang berasal dari kawasan
industri. Salah satu upaya mengurangi masalah polusi udara dan kebisingan
adalah dengan membuat ruang terbuka hijau di kawasan industri.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perencanaan ruang terbuka
hijau di kawasan pembangkit listrik tenaga uap di Kota Cilegon yang dapat
mengurangi pencemaran udara ke lingkungan sekitar, mengurangi tingkat
kebisingan kawasan, memberikan kenyamanan dan keindahan bagi para pengguna
kawasan, serta menyediakan tempat-tempat istirahat bagi karyawan. Metode yang
digunakan mengacu pada metode proses perencanaan desain oleh Simonds (1983)
yang terdiri dari tahapan kerja commission, research, analysis, synthesis,
operation and construction.
Penelitian dimulai dengan pengumpulan data fisik, biofisik, dam sosial.
Jenis data fisik yaitu lokasi, tanah, topografi, hidrologi, tata guna lahan, iklim,
polusi, pembagian kawasan, sistem pembangkit listrik. Jenis data biofisik yaitu
jenis dan penyebaran vegetasi, kapasitas jerapan debu. Kapasitas vegetasi
mengurangi polutan partikel diketahui dengan pengukuran jerapan partikel oleh
daun dengan metode gravimetri. Pengumpulan data sosial dikumpulkan melalui
wawancara langsung dengan pengelola dan penyebaran kuesioner kepada 30

karyawan.
Tahapan selanjutnya yaitu analisis data dengan mengacu pada tujuan
penelitian, yaitu analisis kebutuhan ruang untuk rekreasi, analisis potensi
penanaman vegetasi pereduksi polutan serta analisis penanaman untuk vegetasi
peredam kebisingan. Semua aspek analisis di-overlay yang menghasilkan peta
komposit yang menunjukkan rencana blok penanaman yang sesuai pada tapak.
Selanjutnya tahap sintesis yang merupakan studi skematik yang dibuat untuk

v

menentukan penggunaan ruang dan sirkulasi yang selanjutnya dituangkan ke
dalam conceptual plan yang sesuai dengan kondisi tapak. Dalam conceptual plan
dilakukan perencanaan ruang terbuka hijau kawasan dan perhitungan jumlah
vegetasi yang digunakan untuk ruang terbuka hijau di kawasan PLTU serta
direncanakan fasilitas dan utilitas yang dibutuhkan dalam tapak. Hasil dari
tahapan ini merupakan gambar rencana RTH dan rencana penanaman.
Pembagian ruang dalam kawasan akan dibuat menurut fungsi-fungsi yang
ada pada kawasan PLTU tanpa mengubah struktur eksisting tapak namun terdapat
sedikit penambahan ruang sesuai kebutuhan dalam tapak. Pembagian ruang dalam
kawasan PT KDL dibagi menjadi dua, yaitu ruang pembangkit dan ruang

pendukung pembangkit. Setiap ruang dibagi menjadi beberapa sub ruang sesuai
dengan fungsinya.
Ruang pembangkit merupakan area inti dalam kawasan yang memiliki
kegiatan utama dalam membangkitkan energi listrik. Kegiatan tersebut mulai dari
pengambilan bahan baku, penimbunan, pembakaran dalam boiler, pembangkitan
energi listrik dalam turbin hingga pembuangan limbah. Tata hijau di ruang
pembangkit diutamakan untuk mengurangi dampak pencemaran, yaitu untuk
menjerap polutan terutama debu, meredam kebisingan, melembutkan struktur
bangunan, serta memperbaiki iklim mikro.
Ruang pendukung pembangkit merupakan ruang yang dibuat untuk
memenuhi kebutuhan istirahat dan rekreasi karyawan, melindungi kawasan, dan
mengurangi dampak negatif lingkungan keluar kawasan. Berdasarkan
kebutuhannya, ruang pendukung pembangkit dibagi menjadi empat bagian, yaitu
ruang rekreasi, ruang penerimaan, ruang pelayanan serta ruang green belt. Ruang
rekreasi dibagi menjadi rekreasi aktif dan pasif. Tata hijau di ruang rekreasi
diutamakan untuk memberikan kenyamanan bagi manusia, dengan memperbaiki
iklim mikro, meredam kebisingan, dan estetis. Tata hijau untuk ruang penerimaan
ini adalah tata hijau yang dapat memberikan identitas bagi tapak dan vegetasi
estetik untuk memberikan kesan yang baik di awal masuk kawasan. Vegetasi yang
digunakan di ruang pelayanan menggunakan vegetasi peneduh untuk

memperbaiki iklim mikro kawasan yang cenderung panas sehingga meningkatkan
kenyamanan karyawan. Tata hijau untuk green belt adalah untuk konservasi air
dan tanah serta pereduksi polutan.
Sirkulasi menghubungkan ruang-ruang serta fasilitas yang ada dalam
kawasan. Berdasarkan fungsinya, sirkulasi dalam kawasan dibagi menjadi dua,
yaitu sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi yang
menghubungkan antar ruang dalam tapak. Sirkulasi sekunder merupakan sirkulasi
yang fasilitas di dalam ruang tersebut. Pola sirkulasi primer tetap mengikuti
sirkulasi yang sudah ada dalam tapak eksisting dan master plan yang sudah dibuat
oleh PT Krakatau Daya Listrik. Sirkulasi sekunder dibuat untuk menghubungkan
fasilitas-fasilitas dalam ruang
Jumlah emisi partikel debu kawasan sebesar 1,1129 ton/hari direncanakan
penggunaan vegetasi yang dapat mereduksi seluruh polutan partikel dengan
jumlah populasi pohon yang ditanam sebanyak 1.795 ditanam sebagai green belt
di seluruh kawasan pembangkit. Komposisi vegetasi yang ditanam berdasarkan
persentase proporsi emisi yang diambil tiap tanaman yaitu 30% (140 batang)
glodogan bulat (Polyathia fragrans), 20% (221 batang) ketapang (Terminalia
catappa), 20% (499 batang) mangga (Mangifera indica), 30% (935 batang)

vi


cemara kipas (Thuja orientalis). Seluruh vegetasi ditanam di area green belt, sisi
jalan, di sekitar sumber polutan dan sumber bising. Penempatan penanaman
disesuaikan dengan konsentrasi polutan pada kawasan.
Vegetasi yang ditanam untuk peredam kebisingan yaitu glodogan bulat
dan cemara kipas. Serta penambahan vegetasi cemara laut (Casuarina
equisetifolia) yang merupakan vegetasi khas pantai. Vegetasi ditanam dekat
dengan sumber kebisingan. Vegetasi yang ditanam untuk kenyamanan ditanam
khususnya di jalur sirkulasi yaitu tanjung (Mimusops elengi), mangga (Mangifera
indica), glodogan bulat (Polyalthia fragrans), cemara kipas (Thuja orientalis),
dan cemara laut (Casuarina equisetifolia).
Rencana pengembangan fasilitas istirahat untuk karyawan yaitu dengan
menambahkan taman untuk kebutuhan rekreasi karyawan. Fasilitas yang
direncanakan yaitu gazebo, kolam, bangku taman, lapangan olahraga, jogging
track, serta vegetasi peneduh.
Kata kunci: bising, PLTU, polutan partikel, ruang terbuka hijau.

vii

©Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

viii

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
PT KRAKATAU DAYA LISTRIK CILEGON BANTEN

DESI ANJANA DWIPUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ix

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten

Nama

: Desi Anjana Dwiputri

NIM

: A44080047

Departemen

: Arsitektur Lanskap

Disetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr
NIP. 19620118 198601 1 001

Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal lulus:

x

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang, Banten pada tanggal 30 Desember 1989.
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dalam keluarga Bapak Djadja
Djuhana dan Ibu Nafsiah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN
Ciracas Serang, Banten pada tahun 1996–2002. Pendidikan menengah di SMPN 1
Serang, Banten pada tahun 2002-2005 dan pendidikan atas di SMA Negeri 1
Serang, Banten pada tahun 2005-2008. Penulis diterima menjadi mahasiswa
Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2008 dan diterima pada
program S1 di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti organisasi, diantaranya
yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian pada tahun 2010 menjadi
staf divisi komunikasi dan informasi umum, dan Himpunan Mahasiswa Asitektur
Lanskap pada tahun 2011 menjadi bendahara divisi keprofesian. Penulis juga
pernah mengikuti program kreativitas mahasiswa di bidang pengabdian
masyarakat pada tahun 2011. Selain itu, penulis menjadi asisten mata kuliah
Desain Penanaman Lanskap (ARL 321) pada tahun ajaran 2011-2012 dan
Tanaman dalam Lanskap (ARL 320) pada tahun ajaran 2012-2013.

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul
“Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten” dapat diselesaikan
dengan baik. Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor .
Dalam penulisan usulan penelitian ini penulis banyak mendapat
bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa
syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulisan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, waktu, dan ilmunya dengan penuh kesabaran.
2. Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si dan Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku dosen
penguji atas saran dan masukannya.
3. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing akademik, atas bimbingan
dan arahannya selama perkuliahan setiap semesternya.
4. Keluarga penulis, Bapak Djadja Djuhana, Mamah Nafsiah, Teh Neng Widya
Anjana Pratami dan Adek Yana Anjana Saputra untuk kasih sayang, doa,
dukungan, dan semangat yang selalu dikirimkan selama penulis hidup.
5. Sahabat terbaik, Naili Lutfi Nugrahani dan Ai Karwati atas persahabatan,
kebersamaan serta kasih sayang yang indah.
6. Sahabat-sahabat ARL 45 atas persahabatan, kebersamaan, canda tawa, suka
dan duka yang menemani penulis selama 4 tahun kuliah ini.
7. Kakak-kakak dan adik-adik ARL IPB atas dukungan dan semangatnya.
8. Staff PT KDL, Pak Yuli, Pak Feri, Mas Ilham, Mas Ikhwan, Opung dan staf
KDL lainnya yang membantu dalam pengumpulan data penelitian penulis.
9. Seluruh dosen ARL yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama
penulis kuliah serta seluruh staff departemen ARL yang telah membantu
kelancaran dalam perkuliahan.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis menyadari tentunya penulisan skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan dan bernilai ibadah bagi Allah SWT.

Bogor, September 2012

Desi Anjana Dwiputri

xii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................. 3
1.3. Manfaat ................................................................................................ 3
1.4. Batasan Penelitian ................................................................................ 3
1.5. Kerangka Pikir ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
2.1. Perencanaan ........................................................................................
2.2. Ruang Terbuka Hijau ..........................................................................
2.3. Industri ................................................................................................
2.4. Kawasan Industri ................................................................................
2.5. Pembangkit Listrik Tenaga Uap .........................................................
2.6. Pencemaran Udara ..............................................................................
2.7. Partikel ................................................................................................
2.8. Peranan Vegetasi dalam Mengurangi Partikel ....................................
2.9. Dampak Teknologi dan Industri pada Lingkungan.............................
2.10. Perencanaan dan Pengeloaan RTH Kota ............................................

5
5
5
7
8
8
10
11
12
14
15

BAB III METODOLOGI ....................................................................................
3.1. Lokasi dan Waktu ...............................................................................
3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................
3.3. Metode Penelitian ...............................................................................

16
16
16
17

BAB IV INVENTARISASI ................................................................................
4.1. Aspek Fisik .........................................................................................
4.1.1. Sejarah PT Krakatau Daya Listrik ..........................................
4.1.2. Lokasi .....................................................................................
4.1.3. Iklim .......................................................................................
4.1.4. Tanah ......................................................................................
4.1.5. Topografi ................................................................................
4.1.6. Hidrologi .................................................................................
4.1.7. Tata Guna Lahan ....................................................................
4.1.8. Pembagian Kawasan PLTU ....................................................
4.1.9. Sistem Pembangkit Listrik .....................................................
4.1.10. Polusi ......................................................................................
4.1.11. Fasilitas ...................................................................................
4.1.12. Utilitas ....................................................................................
4.2. Aspek Biofisik ....................................................................................
4.2.1. Vegetasi ..................................................................................
4.2.2. Kapasitas Jerapan Debu ..........................................................

25
25
25
25
26
28
28
28
32
32
37
39
43
47
47
47
50

xiii

4.3. Aspek Sosial........................................................................................
4.3.1. Karyawan ................................................................................
4.3.2. Aktivitas .................................................................................
4.3.3. Kebutuhan Istirahat di Luar Ruangan Bagi Karyawan ...........

52
52
52
52

BAB V ANALISIS .............................................................................................
5.1. Aspek Fisik .........................................................................................
5.1.1. Lokasi dan Aksesibilitas .........................................................
5.1.2. Iklim .......................................................................................
5.1.3. Tanah ......................................................................................
5.1.4. Topografi ................................................................................
5.1.5. Hidrologi .................................................................................
5.1.6. Tata Guna Lahan ....................................................................
5.1.7. Bagian-bagian Kawasan PLTU ..............................................
5.1.8. Sistem Pembangkit Listrik .....................................................
5.1.9. Polusi ......................................................................................
5.2. Aspek Biofisik ....................................................................................
5.2.1. Vegetasi ....................................................................................
5.2.2. Hasil Analisis Kapasitas Jerapan Debu ....................................
5.3. Aspek Sosial........................................................................................
5.4. Hasil Analisis Keseluruhan .................................................................

56
56
56
56
56
58
59
60
65
65
66
76
76
77
78
79

BAB VI SINTESIS ............................................................................................. 85
6.1. Studi Skematik Penggunaan Ruang ..................................................... 85
6.2. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau ...................................................... 89
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................101
LAMPIRAN ........................................................................................................104

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman
2.1. Sumber Pencemaran Partikel ....................................................................... 12
3.1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data ................................................................... 18
4.1. Hasil Pengujian Kualitas Udara di PT KDL ................................................ 40
4.2. Fasilitas di PT Krakatau Daya Listrik .......................................................... 43
4.3. Berat Debu Empat Spesies Tanaman Empat Kali Pengamatan ................... 51
4.4. Kapasitas Jerapan Debu Empat Spesies Tanaman per Hari ........................ 51
4.5. Kapasitas Jerapan Debu per Pohon .............................................................. 52
5.1. Analisis Kemiringan Lahan untuk Rekreasi Karyawan ............................... 59
5.2. Analisis Hidrologi untuk Rekreasi Karyawan ............................................. 60
5.3. Analisis Tata Guna Lahan untuk Rekreasi Karyawan ................................. 61
5.4. Analisis Distribusi Polutan untuk Rekreasi Karyawan ................................ 68
5.5. Analisis Potensi Penanaman Vegetasi Pereduksi Polutan ........................... 68
5.6. Analisis Distribusi Kebisingan untuk Rekreasi Karyawan dan Rencana

Penanaman Vegetasi Peredam Kebisingan ...................................................... 76
5.7. Rencana Jumlah Pohon yang Ditanam Di Seluruh Kawasan PLTU ........... 77
5.8. Lokasi Penanaman Empat Spesies Pohon dengan Jarak Tanam dan Luas
Tertentu pada Green Belt. ............................................................................ 78
5.9. Solusi Permasalahan di PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten ............ 80
6.1. Rencana Tata Ruang dan Fasilitas .............................................................. 86
6.2. Rencana Sirkulasi ......................................................................................... 92
6.3. Rencana Fasilitas .......................................................................................... 93
6.4. Rencana Penanaman..................................................................................... 94

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1.1. Kerangka Pikir ...........................................................................................

4

2.1. Siklus PLTU ...............................................................................................

9

3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 16
3.2. Bagan Proses Perencanaan Lanskap .......................................................... 17
3.3. Sampel Daun .............................................................................................. 19
3.4. Gelas Beker yang Ditimbang ..................................................................... 20
3.5. Gelas Beker yang Diisi Air ........................................................................ 20
3.6. Sampel Daun yang Dicuci .......................................................................... 20
3.7. Oven ........................................................................................................... 21
3.8. Hasil Endapan Debu Setelah Dioven ......................................................... 21
3.9. Model Daun yang Ditimbang ..................................................................... 21
4.1. Lokasi PT Krakatau Daya Listrik .............................................................. 26
4.2. Grafik Beberapa Unsur Iklim Bulanan ..................................................... 27
4.3. Peta Topografi ............................................................................................ 29
4.4. Peta Kemiringan Lahan .............................................................................. 30
4.5. Peta Hidrologi ............................................................................................ 31
4.6. Peta Tata Guna Lahan ................................................................................ 33
4.7. Peta Pembagian Kawasan .......................................................................... 34
4.8. Rencana Pengembangan Kawasan ............................................................. 35
4.9. Master Plan PT KDL.................................................................................. 36
4.10. Siklus PLTU PT KDL ................................................................................ 39
4.11. Peta Sumber Polutan .................................................................................. 41
4.12. Peta Sumber Bising .................................................................................... 42
4.13. Peta Lokasi Fasilitas................................................................................... 44
4.14. Mesjid As-Sulthon ..................................................................................... 45
4.15. Pos Jaga ...................................................................................................... 45
4.16. Tempat Parkir ............................................................................................. 45
4.17. Kantin ......................................................................................................... 46
4.18. Lapangan Bola ........................................................................................... 46

xvi

4.19. Gazebo........................................................................................................ 46
4.20. Peta Persebaran Vegetasi ........................................................................... 49
4.21. Mangrove ................................................................................................... 50
4.22. Pembibitan Pohon dan Mangrove .............................................................. 50
4.23. Peta Aktivitas Pengguna ............................................................................ 55
5.1. Peta Kesesuaian Topografi untuk Rekreasi Karyawan .............................. 62
5.2. Peta Kesesuaian Hidrologi untuk Rekreasi Karyawan .............................. 63
5.3. Peta Kesesuaian Tata Guna Lahan untuk Rekreasi Karyawan .................. 64
5.4. Peta Distribusi Polutan ............................................................................... 69
5.5. Peta Kesesuaian Distribusi Polutan untuk Rekreasi Karyawan ................. 70
5.6. Peta Potensi Penanaman Vegetasi Pereduksi Polutan ................................ 71
5.7. Peta Distribusi Bising................................................................................. 73
5.8. Peta Rencana Blok Penanaman Vegetasi Peredam Kebisingan ................. 74
5.9. Peta Kesesuaian Distribusi Bising untuk Rekreasi Karyawan ................... 75
5.10. Peta Kesesuaian Lahan untuk Rekreasi Karyawan .................................... 83
5.11. Peta Rencana Blok Penanaman .................................................................. 84
6.1. Peta Skematik Rencana Blok dan Sirkulasi ............................................... 87
6.2. Ilustrasi Arah Penanaman .......................................................................... 88
6.3. Site Plan ..................................................................................................... 90
6.4. Perspektif Keseluruhan Tapak ................................................................... 91

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Lembar Kuesioner ..........................................................................................105
2. Arah Angin Bulanan Rata-rata 2011 ..............................................................107
3. Site Plan Ruang Rekreasi ...............................................................................108
4. Site Plan Ruang Penerimaan ..........................................................................109
5. Site Plan Ruang Pelayanan ............................................................................110
6. Penanaman di Jalur Kendaraan dan Pejalan Kaki ..........................................111
7. Penanaman di Jalur Pedestrian dan Jogging Track ........................................112
8. Penanaman di Belt Conveyor .........................................................................113

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pemanasan global yang diakibatkan oleh penipisan lapisan ozon di udara
memberikan dampak yang sangat signifikan, yakni perubahan iklim di dunia.
Dampak yang dirasakan di wilayah Indonesia yaitu pergantian musim hujan dan
musim kemarau menjadi tidak menentu. Selain itu, pada beberapa daerah di
Indonesia kondisi iklim menjadi sangat ekstrem, salah satunya adalah Kota
Cilegon, Banten. Penyebab utama dari kondisi iklim yang ekstrem ini adalah
berkurangnya ruang terbuka hijau di saat berkembangnya pembangunan industri,
sehingga CO2 yang seharusnya dapat diserap oleh pepohonan menjadi polusi bagi
daerah sekitar.
Kota Cilegon, kota yang terletak di Provinsi Banten, dikenal sebagai kota
industri, dan menjadi pusat industri di kawasan Banten bagian barat. Mata
pencaharian penduduk di kota ini pada awalnya di sektor pertanian, namun
perkembangan industri yang sangat pesat mengakibatkan berubahnya mata
pencaharian menjadi di sektor industri. Pembangunan dan pengembangan Kota
Cilegon dilaksanakan dengan pembangunan berbagai infrastruktur sebagai corak
dari perubahan morfologi Kota Cilegon yang pada awalnya sebagai kota dengan
corak pertanian berubah menjadi kota industri. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perkembangan pertumbuhan indutri di kawasan Industri Cilegon sangat
pesat dan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan pola tata guna lahan,
konversi lahan terbangun dan dinamika sosial kemasyarakatan selama kurun
waktu 1998-2007 (Fatah 2009). Telah terjadi potensi terdegradasinya mutu
lingkungan sekitar kawasan industri Cilegon, dilihat dari adanya indikasi telah
terjadinya ketidaksesuaian konversi lahan terbangun, berkurangnya ruang terbuka
hijau, serta menurunnya kualitas lingkungan akibat adanya potensi pencemaran
limbah industri yang telah melampaui baku mutu di berbagai wilayah sekitar
kawasan industri Cilegon.
Perkembangan industri di Cilegon dapat dilihat dari dibangunnya sebuah
kawasan industri Krakatau Steel. Asupan listrik pada kawasan industri Krakatau
Steel dikelola oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik (PT

2

KDL). Saat ini, PT KDL menggunakan gas dan minyak residu sebagai bahan
bakar pembangkit listrik. Penggunaan bahan bakar gas memang tidak merusak
lingkungan karena bahan bakar gas tidak mengeluarkan polusi. Namun
penggunaan minyak residu menghasilkan polusi, selain itu juga pengembangan
kawasan di PT KDL akan menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam
membangkitkan energi listrik. Secara global, fakta menyebutkan bahwa lebih
banyak energi listrik dibangkitkan dengan batubara dibandingkan dengan bahan
bakar lain (Sutrisna & Rahardjo 2009). Masalah utama pembangkit listrik
berbahan bakar batubara adalah pembangkitan listrik ini merupakan salah satu
kontributor pencemaran gas CO2 yang terbesar. Selain itu, masalah lain yang
dihasilkan adalah kebisingan dari kinerja mesin-mesin pembangkit listrik yang
dapat mengganggu kenyamanan karyawan sehingga berdampak negatif bagi
kinerja dan produktivitas karyawan. Oleh karena itu permasalahan ini perlu dikaji
dan diselesaikan agar kondisi lingkungan tidak terdegradasi parah akibat
pencemaran yang berasal dari kawasan industri.
Salah satu upaya mengurangi masalah polusi udara dan kebisingan adalah
dengan membuat ruang terbuka hijau di kawasan industri. Secara ekologis unsur
alam sebagai pembentuk RTH seperti vegetasi dapat meningkatkan kualitas
lingkungan, terutama dalam memperbaiki iklim mikro atau ameliorasi iklim,
penyerapan pulusi udara (terutama CO2) dan produksi O2 yang sangat diperlukan
oleh manusia dalam pernapasan (Ismaun 2008). Dengan adanya vegetasi, partikel
padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh
tajuk pohon melalui proses jerapan (Dahlan 1992). Penanaman pohon dan semak
dapat mengurangi tingkat kebisingan di udara (Laurie 1986). Chiara dan
Koppelman (1990) juga menyatakan bahwa kombinasi dari pepohonan, perdu
pendek, dan permukaan penutup akan memberikan pelemahan kebisingan, apabila
masa vegetasi penyerap yang dilibatkan cukup banyak.
Selain itu, RTH pada kawasan juga diperlukan untuk rekreasi bagi
karyawan. Rekreasi pada RTH di kawasan industri bertujuan menyegarkan
kembali kondisi badan karyawan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan
rutin, supaya siap menghadapi tugas yang baru (Dahlan 1992). Untuk
mendapatkan kesegaran diperlukan suatu masa istirahat yang terbebas dari proses

3

berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar, dan penuh
ketenangan. Perencanaan RTH ini juga merupakan salah satu upaya memenuhi
kewajiban daerah untuk memiliki RTH seluas 30 persen dari luas wilayahnya
serta mengganti ruang-ruang hijau yang selama ini beralih fungsi. Perencanaan
ruang terbuka hijau yang akan dihasilkan akan mengurangi pencemaran udara,
mengurangi kebisingan serta meningkatkan kenyamanan bagi pengguna tapak,
terutama karyawan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perencanaan ruang terbuka
hijau di Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik yang
dapat mengurangi pencemaran udara ke lingkungan sekitar kawasan, mengurangi
tingkat kebisingan kawasan, memberikan kenyamanan dan keindahan bagi para
pengguna kawasan, serta menyediakan tempat-tempat istirahat bagi karyawan.
1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi bahan pertimbangan bagi
perusahaan serta pemerintah setempat dalam perencanaan ruang terbuka hijau di
kawasan industri.
1.4. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah menghasilkan sebuah perencanaan ruang
terbuka hijau dalam kawasan PT Krakatau Daya Listrik Cilegon yang berbentuk
rencana ruang terbuka hijau dan rencana penanaman.
1.5. Kerangka Pikir
Kawasan PLTU PT Krakatau Daya Listrik terbentuk dari beberapa elemen
pembentuk, yaitu ruang terbangun, ruang terbuka, dan manusia. Setiap elemen
memiliki karakteristik permasalahan ruang berbeda yang berpengaruh terhadap
kualitas tapak. Permasalahan pada ruang terbangun adalah pencemaran udara,
partikel, bising, monoton, dan panas sehingga menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan dan rendahnya nilai estetika serta masalah pada iklim mikro. Ruang
terbuka yang monoton dan sederhana serta luas RTH yang masih rendah
merupakan permasalahan yang menyebabkan degradasi lingkungan. Permasalahan
pada manusia (karyawan) yaitu jenuh, stress, dan kurangnya fasilitas istirahat
mengakibatkan penurunan produktivitas kerja. Solusi dari setiap permasalahan

4

yang ada dalam penelitian ini adalah dengan membuat perencananaan RTH
kawasan PLTU. Melalui perencanaan RTH ini diharapkan dapat mengatasi
permasalahan dan meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan PLTU. Kerangka
pikir permasalahan ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Kerangka Pikir

5

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu aktivitas universal manusia, suatu keahlian
dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum
diadakan pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada (Feldt AG dalam
Catanese AJ&Snyde JC 1998). Perencanaan ini dilakukan dengan beberapa
langkah yang terstruktur agar memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh perencana menurut Simonds
(1983), adalah mengidentifikasi tapak selama waktu yang telah ditentukan untuk
dapat merasakan potensi dan kendala yang ada pada tapak. Tujuannya adalah
untuk mengeksploitasi potensi dan kendala tersebut dengan sebaik-baiknya,
dengan kata lain perencana harus menonjolkan karakter lanskap yang ada pada
tapak tersebut.
Pada intinya, perencanaan suatu tapak atau lanskap harus melalui analisis
yang tepat untuk dapat membedakan dampak, esensi serta manfaat terbesar dari
proyek yang dihadapi. Dengan demikian hasil perencanaan akan tersusun untuk
mendapatkan korelasi yang baik antara unsur-unsur alam dengan fungsi yang akan
diterapkan.
2.2. Ruang Terbuka Hijau
Pengertian RTH, (1) adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai
tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan
pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) “Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan
yang mempunyai ukuran, bentukdan batas geografis tertentu dengan status
penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan
tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri
utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup
tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga
sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan” (Purnomohadi,
2002).
Sedang Ruang Terbuka (RT), tak harus ditanami tetumbuhan, atau hanya
sedikit terdapat tetumbuhan, namun mampu berfungsi sebagai unsur ventilasi

6

kota, seperti plaza dan alun-alun. Tanpa RT, apalagi RTH, maka lingkungan kota
akan menjadi „Hutan Beton‟ yang gersang, kota menjadi sebuah pulau panas (heat
island) yang tidak sehat, tidak nyaman, tidak manusiawi, sebab tak layak huni.
Secara hukum (hak atas tanah), RTH bisa berstatus sebagai hak milik
pribadi

(halaman

rumah),

atau

badan

usaha

(lingkungan

skala

permukiman/neighborhood), seperti: sekolah, rumah sakit, perkantoran, bangunan
peribadatan, tempat rekreasi, lahan pertanian kota, dan sebagainya), maupun milik
umum, seperti: Taman-taman Kota, Kebun Raja, Kebun Botani, Kebun Binatang,
Taman Hutan Kota/Urban Forest Park, Lapang Olahraga (umum), Jalur-jalur
Hijau (green belts dan/atau koridor hijau): lalu-lintas, kereta api, tepian
laut/pesisir pantai/sungai, jaringan tenaga listrik: saluran utama tegangan ekstra
tinggi/SUTET, Taman Pemakaman Umum (TPU), dan daerah cadangan
perkembangan kota (bila ada).
Lebih jelasnya, bila berdasar pada status penguasaan lahan, RTH kota
dapat terletak di:
1. Lahan Kawasan Kehutanan. Berdasarkan fungsi hutannya, RTH Kawasan
Hutan Kota dapat berupa Hutan Lindung, Hutan Wisata, Cagar Alam, dan
Kebun Bibit Kehutanan.
2. Lahan Non-Kawasan Hutan. Menurut kewenangan pengelolaannya berada di
bawah unit-unit tertentu, seperti: Dinas Pertamanan, Dinas Pertanian dan
Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pemakaman, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, dan lain-lain atau bentuk kewenangan lahan lain yang dimiliki
atau dikelola penduduk.
Menurut Gunadi (1995) dalam perencanaan ruang kota (townscapes)
dikenal istilah Ruang Terbuka (open space), yakni daerah atau tempat terbuka di
lingkungan perkotaan. RT berbeda dengan istilah ruang luar (exterior space),
yang ada di sekitar bangunan dan merupakan kebalikan ruang dalam (interior
space) di dalam bangunan. Definisi ruang luar adalah ruang terbuka yang sengaja
dirancang secara khusus untuk kegiatan tertentu, dan digunakan secara intensif,
seperti halaman sekolah, Lapang olahraga, termasuk plaza (piazza) atau square.
Adapun ”zona hijau” bisa berbentuk jalur (path), seperti jalur hijau jalan, tepian
air waduk atau danau dan bantaran sungai, bantaran rel kereta api, saluran/jejaring

7

listrik tegangan tinggi, dan simpul kota (nodes), berupa ruang taman rumah,
taman lingkungan, taman kota, taman pemakaman, taman pertanian kota, dan
seterusnya, sebagai Ruang Terbuka (Hijau). Ruang terbuka yang disebut Taman
Kota (park), yang berada di luar atau di antara beberapa bangunan di lingkungan
perkotaan, semula dimaksudkan pula sebagai halaman atau ruang luar, yang
kemudian berkembang menjadi istilah Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota, karena
umumnya berupa ruang terbuka yang sengaja ditanami pepohonan maupun
tanaman, sebagai penutup permukaan tanah. Tanaman produktif berupa pohon
buah-buahan dan tanaman sayuran pun kini hadir sebagai bagian dari RTH berupa
lahan pertanian kota atau lahan perhutanan kota yang amat penting bagi
pemeliharaan fungsi keseimbangan ekologis kota.
Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro,
Brazil (1992) dan dipertegas lagi pada KTT Johannesburg, Afrika Selatan 10
tahun kemudian (2002, Rio + 10), disepakati bersama bahwa sebuah kota idealnya
memiliki luas RTH minimal 30% dari total luas kota. Hal ini juga tercantum pada
UU No.26 tahun 2007 pasal 3.
2.3. Industri
Industri merupakan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah
barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing), padahal pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut
semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan
komersial (Anonim 2010). Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah
dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya,
makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah,
makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat
kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri
pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan
pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal,
atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman

8

industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang
harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.
2.4. Kawasan Industri
Kata kawasan adalah kata yang diadopsi dari bahasa lain, menurut bahasa
Inggris kata kawasan lebih tepat dipinjam dari kata “Area” yang berarti “Scope or
range of activity” yang terjemahan bebasnya adalah “daerah yang dipakai untuk
suatu kegiatan”. Sedangkan kawasan menurut kamus bahasa Indonesia adalah
“Daerah” sedangkan daerah berarti wilayah. Dengan demikian kawasan menurut
pemahaman umum adalah sebuah kawasan yang diperuntukkan bagi suatu
kepentingan

tertentu.

Kawasan

industri

adalah

sebuah

kawasan

yang

diperuntukkan bagi kemanfaatan manusia, tetapi di sisi lain, adalah adanya
persoalan

mulai

adanya

kegiatan

yang

telah

membuat

keseimbangan

ekosistemnya menjadi terganggu yang disebabkan oleh penebangan pohon, dan
pemotongan-pemotongan wilayah dataran tinggi (Hartono 2007).
Sesuai dengan Keppres 53 tahun 1989 yang telah diperbaiki dengan
Keppres 41 tahun 1996 pengertian Kawasan Industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri
yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Terminologi Kawasan Industri
di Indonesia sering disebut dengan istilah Industrial Estate sementara di beberapa
negara digunakan istilah Industrial Park.
Berdasarkan pengertian di atas, suatu lokasi dapat menggunakan istilah
Industrial Estate atau Industrial Park, harus memenuhi 2 ciri utama, yaitu :
1. Lahan yang disiapkan sudah dilengkapi prasarana dan sarana penunjang
2. Terhadap lahan yang dipersiapkan tersebut terdapat suatu badan/manajemen
pengelola yang telah memiliki izin usaha sebagai Kawasan Industri
2.5. Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi panas dari steam untuk memutar turbin sehingga dapat
digunakan untuk membangkitkan energi listrik melalui generator. Steam yang
dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air yang berada pada boiler akibat
mendapatkan energi panas dari hasil pembakaran bahan bakar. Secara garis besar

9

sistem pembangkit listrik tenaga uap terdiri dari beberapa peralatan utama
diantaranya: boiler, turbin, generator, dan kondensor. Boiler adalah bejana
tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas
atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk
mengalirkan panas ke suatu proses. Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan,
sistem steam, dan sistem bahan bakar.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap menggunakan air sebagai penghasil uap
yang mana uap tersebut disini hanya sebagai tenaga pemutar turbin, sementara
untuk menghasilkan uap dalam jumlah tertentu diperlukan air. Menariknya
didalam PLTU terdapat proses yang terus menerus berlangsung dan berulangulang. Prosesnya antara air menjadi uap kemudian uap kembali menjadi air dan
seterusnya. Proses ini dimaksud dengan Siklus PLTU.

Gambar 2.1. Siklus PLTU
Sumber: Anonim (2010)
PLTU menggunakan batubara sebagai bahan bakar atau pemasok
kebutuhan energi listrik bagi industri tersebut (Wardhana 1995). Pada pembakaran
dan pemecahan batubara, selain dihasilkan gas buangan (CO, NOx, dan Sox), juga
banyak dihasilkan partikel-partikel yang terdispersi ke udara sebagai bahan
pencemar. Partikel-partikel tersebut antara lain:

10

a. Karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C);
b. Debu silika (SiO2);
c. Debu alumina (Al2O3);
d. Oksida-oksida besi (Fe2O3 atau Fe3O4).
Selain itu, pembakaran batubara juga mngeluarkan unsur-unsur radioaktif yang
menyebar ke lingkungan. Unsur-unsur radioaktif yang menyebar ke lingkungan
sebanyak 36 unsur, dengan unsur yang paling dominan adalah sebagai berikut:
a. Partikel Timbal 210 atau Pb210;
b. Partikel Polonium 210 atau Po210;
c. Partikel Proctactinium 231 atau Pa231;
d. Partikel Radium 226 atau Ra226;
e. Partikel Thorium 232 atau Th232;
f. Partikel Uranium 238 atau U238.
Keenam unsur radioaktif tersebut termasuk golongan logam berat yang
apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mengikuti lever route yang
berdampak pada tubuh manusia. Paparan radiasi lingkungan yang dihasilkan oleh
PLTU-batubara relatif lebih besar dibandingkan dengan paparan radiasi
lingkungan dari PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).
2.6. Pencemaran Udara
Dalam UU No. 4 Tahun 1982, pencemaran lingkungan merupakan
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen
lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi
berfungsi sesuai peruntukannya.
Terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu: sumber perubahan oleh
kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya
konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi
lingkungan dalam menunjang kehidupan.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam