Analisis Rasio Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

MEDAN

TUGAS AKHIR DIAJUKAN OLEH MUAMMAR MUN’IN NST

072101116

DEPARTEMEN DIII KEUANGAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program D-III

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke Hadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa manusia menuju jalan yang benar serta syafa’at beliaulah yang kita harapkan di hari akhir kelak.

Selama menjalani pendidikan dan penulisan tugas akhir ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS sebagai Ketua Jurusan Keuangan dan Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi sebagai Sekertaris Jurusan Keuangan.

3. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi minor ini.

4. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

5. Seluruh Staff PT Perkebunan Nusantara III Medan yang telah membantu dalam pelaksanaan riset.

6. Kepada kedua orang tua dan saudara-saudari saya yang telah memberikan dukungan untuk segera menyelesaikan tugas akhir. 7. Untuk sahabat-sahabat dekat dikampus (Adhi Dislan, Julfahmi,

Rinto, Baginda dan Munawir)

8. Untuk teman-teman Jurusan Keuangan group C stambuk 2007, dan seluruh teman-teman yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terima kasih atas dukungannya

Medan, Juni 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitia ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Jadwal Kegiatan ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II PROFIL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEDAN ... 6

A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 6

B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 8

C. Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Medan ... 12

D. Rasio Keuangan Perusahaan ... 17

1. Pengertian Rasio Keuangan ... 17

2. Jenis – Jenis Rasio ... 17

3. Analisis Keuangan Perusahaan ... 21

a. Rasio Likuiditas ... 21

b. Rasio Aktivitas ... 23

c. Rasio Leverage ... 25

d. Rasio Profitabilitas ... 26

BAB III ANALISIS DAN EVALUASI ... 29

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan ... 4

Tabel 2.1 Neraca Per 31 Desember 2006-2008 ... 12

Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi per 31 Desember 2006 ... 13

Tabel 2.3 Laporan Laba Rugi per 31 Desember 2007 ... 14

Tabel 2.4 Laporan Laba Rugi per 31 Desember 2008 ... 15

Tabel 3.1 Rasio Lancar Tahun 2006-2008 ... 29

Tabel 3.2 Rasio Cepat Tahun 2006-2008 ... 30

Tabel 3.3 Rasio Perputaran Persediaan ... 32

Tabel 3.4 Rasio Perputaran Total Aktiva ... 33

Tabel 3.5 Rasio Total Debt to Capital Asset ... 34

Tabel 3.6 Rasio Total Debt to Equity ... 35

Tabel 3.7 Margin Laba Kotor ... 36

Tabel 3.8 Margin Laba Operasi ... 38


(7)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi ... 13

Gambar 3.1 Grafik Rasio Likuditas ... 40

Gambar 3.2 Grafik Rasio Aktivitas ... 41

Gambar 3.3 Grafik Rasio Leverage ... 41


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan yang didirikan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, dioperasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun tujuan tersebut antara lain adalah untuk mendapatkan keuntungan dan menjamin kelanjutan usaha di masa yang akan datang.

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun aktiva (aktiva maupun pasiva) suatu laporan keuangan dengan akun aktiva maupun pasiva) lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan . Teknik ini sangat lazim digunakan para analisa keuangan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.

Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara akun (pada aktiva maupun pasiva) tertentu dengan akun (pada aktiva maupun pasiva) lainnya, dengan penyederhanaan ini perusahaan dapat menilai secara cepat hubungan antara akun-akun tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga memperoleh informasi keuangan dan memberikan penilaian.

Analisa rasio memiliki keunggulan maupun keterbatasan dibandingkan dengan analisa lainnya. Keunggulan itu antara lain; rasio


(9)

merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca, merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit, serta lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya.

Analisis yang sering digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja suatu perusahaan adalah dengan menggunakan pendekatan keuangan dimana informasinya diambil dari laporan keuangan. Analisis rasio keuangan tidak hanya sebagai dasar untuk menentukan atau menilai kinerja keuangan perusahaan.

Hasil analisis rasio ini kemudian sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan misalnya investor digunakan sebagai panduan dalam memutuskan untuk menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan, demikian juga bagi kreditur, bila ia hendak memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan, ia harus mengetahui perusahaan itu mampu atau tidak membayar kembali hutang-hutangnya melalui analisis rasio keuangan, yaitu rasio solvabilitas, dan bagi manajer keuangan analisis rasio digunakan digunakan untuk melihat dan menilai aspek-aspek yang mereka inginkan seperti melalui: rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio aktivitas dan rasio solvabilitas.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat suatu masalah yang pokok di dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan yang tentunya berkaitan erat dengan analisis rasio keuangan


(10)

perusahaan tersebut. Adapun permasalahan itu adalah: ”Bagaimana kondisi atau tingkat perbandingan keuangan perusahaan PT Perkebunan Nusantara III Sei Siskambing Medan”.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui secara jelas bagaimana kebijaksanaan perusahaan dalam mengelola rasio keuangan dan menganalisa masalah rasio keuangan yang ada diperusahaan. Hal tersebut merupakan masukan bagi penulis sebagai perbandingan dari teori-teori yang selama ini diterima dibangku perkuliahan.

2. Melihat kinerja keuangan PT Perkebunan Nusantara III melalui parameter analisi rasio keuangan sebagai dasar penilaian kinerja PT Perkebunan Nusantara III tersebut.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, dipergunakan sebagai bahan masukkan dalam pengambilan keputusan dan sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan kebijaksanaan yang diambil di masa yang akan datang, sehingga diharapkan perusahaan akan terus mengalami perkembangan yang lebih baik.

2. Bagi penulis, untuk menambah dan memperluas wawasan mengenai rasio keuangan dalam praktek sebenarnya, dengan menerapkan teori-teori yang diperoleh selama dalam perkuliahan.


(11)

3. Bagi pembaca, digunakan sebagai bahan acuan dan memperluas wawasan mengenai rasio keuangan terutama yang terkait dengan penelitian.

E. Jadwal Kegiatan Jadwal survei atau observasi

Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara III Sei Batanghari Medan. Untuk lebih jelasnya, jadwal kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. di bawah ini.

Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan.

NO. KEGIATAN

MINGGU KE

1 2 3

1. Persiapan

2. Pengumpulan Data 3. Penulisan Laporan

Dalam kegiatan pengumpulan data, Penulis melakukan penelitian selama beberapa minggu mulai maret s/d juni 2010 di bagian keuangan PT Perkebunan Nusantara III Sei Siskambing Medan.

F. Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini dibagi atas empat bab dan setiap bab nya dibagi atas bebrapa sub bab antara lain:


(12)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, perumusan permasalahan, tujuan penelitan, manfaat penelitian, rencanaan yang terdiri dari jadwal survei observasi dalam sistematika penulisan.

BAB II : PROFIL PERUSAHAAN

Pada bab ini akan diuraikan sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, laporan keuangan, rasio keuangan perusahaan dan jenis-jenis rasio yang akan menganalisis laporan keuangan perusahaan.

BAB III : ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini, analisis dan pembahasan terhadap pokok permasalahan Bagaimana kondisi / tingkat perbandingan keuangan perusahaan PT Perkebunan Nusantara III Sei Siskambing Medan. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, menjelaskan tentang kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan di bagian kuangan PT Perkebunan Nusantara III Sei Siskambing Medan, dan saran penulis untuk bagian kuangan PT Perkebunan Nusantara III Sei Siskambing Medan serta Daftar Pustaka yang mencantumkan semua referensi yang digunakan.


(13)

BAB II

PROFIL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEDAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet.

Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).

Tahun 1968, PPN direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selajutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT Perkebunan (Persero).

Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegitan usaha perusahaan BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan


(14)

yang terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT Perkebunan IV (Persero), PT Perkebunan V (Persero) disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkeduduka n di Medan, Sumatera Utara.

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat di dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No. 8674 Tahun 1996.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Adapun struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara III Medan menggunakan sistem organisasi garis dan staff. Berikut ini dapat dilihat susunan atau stuktur organisasi dari PT Perkebunan Nusantara III.


(15)

8 Gambar 2.1 : Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Medan

Sumber : PTPerkebunan Nusantara III

DM. DELI SERDANG I DM. SIMALU-NGUN DM. ASAHAN DM. TAPANULI SELATAN DM. LABUHAN BATU I DM. LABUHAB BATU II DM. LABUHAN BATU III DM. DELI SERDANG II KEPALA BAGIAN TANAMAN KEPALA BAGIAN KEUANGAN KEPALA BAGIAN PERENCANAAN & PENGKAJIAN KEPALA BAGIAN SEKERTARIATAN PERUSAHAAN KEPALA BAGIAN UMUM KEPALA BAGIAN TEKNOLOGI KEPALA BAGIAN PENGADAAN KEPALA BAGIAN TEKNIK KEPALA BAGIAN

AKUNTANSI KEPALA BAGIAN PENGEMBANGAN KEPALA BAGIAN KEPATUHAN & MANAJEMEN KEPALA BAGIAN KBL KEPALA BAGIAN SDM KEPALA BAGIAN PENJUALAN

KEPALA BAGIAN PTB & ANAK PERUSAHAAN R.U.P.S DIREKTUR SDM DIREKTUR UTAMA KOMITE AUDIT DEWAN KOMISARIS KEPALA BAGIAN SPI DIREKTUR PRODUKSI DIREKTUR KEUANGAN DIREKTUR PERENCANAAN & PENGEMBANGAN MANAGER MANAGER MANAGER MANAGER MANAGER MANAGER MANAGER

MANAGER MANAGER UNIT

DIKLAT & AGROWISATA

SEI KARANG


(16)

Tugas dan wewenang masing-masing fungsi dalam struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Medan secara umum adalah sebagai berikut:

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah pimpinan tertinggi yang membawahi Dewan Komisaris, Direktur serta setingkat lebih bawah.

Tugas dan wewenang Rapat Umum Pemegang Saham adalah :

a. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal atau asset perusahaan dalam mencapai tujuan

c. Mengawasi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya oleh pemegang saham. 2. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris terdiri dari 1 (satu) komosaris dan 3 (tiga) komisaris anggota yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan Direktur Utama.

Tugas dan wewenang Dewan Komisaris adalah : a. Memberikan nasihat kepada pimpinan

b. Membantu pimpinan di dalam menginvestasikan dana perusahaan


(17)

3. Direktur Utama

Mengarahkan dan memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan secara optimal unutk mewujudkan visi dan misi perusahaan.

4. Kepala Bagian Sekertaris Prusahaan

Melaksanakan fungsi manajemen dengan memberdayakan sumber daya yang berhubungan dengan aspek legal dan kebutuhan, aspek manajemen hubungan dengan industri sehingga terwujudnya korporat image yang positif dari stake holders.

5. Kepala Bagian Satuan Pengawasan Intern (SPI)

Melaksanakan pemberdayaan sumber daya dalam melaksanakan pengwasan, analisa, dan evaluasi, dan evaluasi untuk mencapai kinerja yang optimal sehingga terwujudnya (good cooperate Governance).

6. Direktur Produksi

Mengelola dan membedayakan sumber daya produksi, sarana dan prasarana sehingga tercapainya kinerja bidang produksi secara optimal.

7. Direktur Keuangan

Mengelola dan memberdayakan sumber daya keungan secara tepat guna sehingga tercapainya cash flow, dan biaya operasional perusahaan yang efektif dan efisien.


(18)

8. Direktur Sumber Daya Manusia

Mengelola dan memberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana pendukung lainnya sehingga tercapainya kinerja dibidang SDM atau Umum secara optimal.

9. Distrik Manajer (DM)

Distrik manajer (DM) melaksanakan pemantauan, analisa, evaluasi, memberi keputusan, dan terobosan-terobosan serta memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di distriknya untuk mencapai kinerja yang optimal.

10. Manajer

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk memberdayakan seluruh unit kerja secara optimal unuk mewujudkan operational excellence.


(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

D. Rasio Keuangan Perusahaan 1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan berisi informasi penting untuk masyarakat, pemerintah, pemasok dan kreditur, pemilik perusahaan atau pemegang saham, manajemen perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan yang diperlukan secara tetap untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Menurut Ridwan S. Sundjaja (2002:680 ”Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas tersebut”.

2. Jenis -Jenis Rasio

Pada umumnya rasio keuangan bermacam-macam tergantung kepada kepentingan dan penggunaannya, begitu pula perbedaan jenis perusahaan juga dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasionya.

a. Rasio - Rasio Likuiditas

Menurut Drs. M. Faisal Abdullah, MM. (2005:44) ”Likuiditas suatu perusahaan merupakan kemampuan keuangan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendek (maksimal satu tahun) dengan sejumlah aktiva lancar yang dimiliki.”


(25)

Dalam rasio-rasio likuiditas, analisa dapat dilakukan dengan menggunakan rasio sebagai berikut:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

Rasio Aktiva Lancar =

gLancar TotalHu

aLancar TotalAktiv

tan x 100 %

2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

Rasio cepat, adalah sama dengan rasio lancer kecuali tanpa memperhitungkan persediaan yang dianggap sebagai aktiva lancer yang kurang likuid.

Rasio Cepat =

gLancar TotalHu

Persediaan aLancar

TotalAktiv

tan

x 100 %

b. Rasio – Rasio Aktivitas

Menurut Ridwan S. Sundjaja (2002:111), ”Analisa aktivitas, digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas, dengan melihat pada perkiraan lancar saja, pengukuran likuiditas pada umumnya tidak memadai.”

Dalam analisa aktivitas menggunakan rasio:

1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio)

Rasio perputaran persediaan, mengukur aktivitas atau likuiditas dari persediaan perusahaan.


(26)

Rasio Perputaran Persediaan =

Persediaan ualan aPokokPenj H arg

2. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)

Perputaran total aktiva menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan.

Perputaran Total Aktiva =

a TotalAktiv

Penjualan

X 1 Kali

c. Rasio Leverage

Menurut Drs. Murthada Sinuraya, M.M. (1999:20), Rasio Leverage adalah mengukur sampai seberapa jauh pembelanjaan dengan utang akan menaikkan laba pemegang saham.”

1. Total Debt to Capitaal Asset

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki.

Debt Ratio =

a TotalAktiv

g TotalHu tan

x 100 %

2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan


(27)

oleh pemilik perusahaan, guna mengetahui financial levarage perusahaan.

Total Debt to Equity Ratio =

ri ModalSendi

dek gJangkaPen U tan

x 100 %

d. Rasio Kemampuan Menghasilkan Laba (Profitability Ratio) Menurut Sofyan Safri Harahap (2008:304), “Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Margin laba kotor adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjulan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan.

Margin Laba Kotor =

Penjualan LabaKotor

x 100 %

2. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)

Margin laba operasi adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak, atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.

Margin Laba Operasi =

Penjualan i LabaOperas


(28)

3. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Margin laba bersih adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga dan pajak.

Margin Laba Bersih =

Penjualan LabaBersih

x 100 %

3. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan

Berdasarkan pengertian dan penggolongan rasio keuangan, maka dapat dianalisis beberapa rasio keuangan tersebut untuk melihat tingkat perkembangan seluruh aktivitas perusahaan.

a. Rasio Likuiditas 1.

Rasio Aktiva Lancar = Rasio Aktiva Lancar

gLancar TotalHu

aLancar TotalAktiv

tan X 100 %

Tahun 2006 =

927 . 900 . 675 . 790 506 . 464 . 342 . 393

X 100 %

= 49,74 % Tahun 2007 =

331 . 676 . 152 . 743 775 . 173 . 436 . 834

= 112,28 % Tahun 2008 =

767 . 656 . 858 . 176 . 1 379 . 543 . 099 . 210 . 1 =102,82 %


(29)

Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah hutang lancar dijamin dengan Rp0,4974,- aktiva lancar (untuk tahun 2006).

b. artinya setiap Rupiah hutang lancar dijamin dengan Rp1,1228,- aktiva lancar (untuk tahun 2007).

c. artinya setiap Rupiah hutang lancar dijamin dengan Rp1,0282,-aktiva lancar (untuk tahun 2008).

2.

Rasio Cepat = Rasio Cepat gLancar TotalHu Persediaan aLancar TotalAktiv tan

X 100 %

Tahun 2006 =

927 . 900 . 675 . 790 023 . 170 . 210 . 109 506 . 464 . 342 . 393 −

= 35,94 % Tahun 2007 =

331 . 676 . 152 . 743 224 . 051 . 061 . 118 775 . 173 . 436 . 834 −

= 96,40 % Tahun 2008 =

767 . 656 . 858 . 176 . 1 717 . 059 . 976 . 270 379 . 543 . 099 . 210 . 1 −

= 79,80 % Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin oleh Rp0,3594, aktiva cepat (untuk tahun 2006).

b. artinya setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin oleh Rp0,9640, aktiva cepat (untuk tahun 2007).


(30)

c. artinya setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin oleh Rp0,7980, aktiva cepat (untuk tahun 2008).

b. Rasio Aktivitas 1.

Rasio Perputaran Persediaan =

Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)

Persediaan ualan aPokokPenj H arg

X 1Kali

Tahun 2006 =

023 . 170 . 210 . 109 554 . 618 . 110 . 770 . 1

X 1 Kali

= 16,21 Kali Tahun 2007 =

224 . 015 . 061 . 118 213 . 302 . 929 . 127 . 2

X 1 Kali

= 18,02 Kali Tahun 2008 =

717 . 059 . 976 . 270 278 . 219 . 354 . 491 . 2

X 1 Kali

= 9,19 Kali Kesimpulan

a. artinya angka 16,21 kali menunjukkan dalam satu tahun perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 16,21 kali. b. artinya angka 18,02 kali menunjukkan dalam satu tahun

perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 18,02 kali.


(31)

c. artinya angka 9,19 kali menunjukkan dalam satu tahun perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 9,19 kali.

2.

Rasio Perputaran Total Aktiva = Rasio Perputaran Total Aktiva

a TotalAktiv

Panjualan

X 1 Kali

Tahun 2006 =

467 . 628 . 412 . 985 . 2 265 . 116 . 668 . 656 . 2

= 0.89 Kali Tahun 2007 =

251 . 291 . 506 . 950 . 3 005 . 429 . 601 . 922 . 3

= 0,99 Kali Tahun 2008 =

846 . 318 . 135 . 025 . 5 575 . 604 . 426 . 653 . 4

= 0,93 Kali Kesimpulan

a. artinya dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva selama setahun berputar rata-rata 0,89 kali

b. artinya dana yang tertanam dalam kesluruhan aktiva selama setahun berputar rata-rata 0,99 kali.

c. artinya dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva selama setahun berputar rata-rata 0,93 kali.


(32)

c. Rasio Leverage 1.

Total Debt to Capital Asset = Total Debt to Capital Asset

a TotalAktiv

g TotalHu tan

X 100%

Tahun 2006 =

467 . 628 . 412 . 2985 028 . 275 . 571 . 693 . 1 X 100% = 56,73% Tahun 2007 =

251 . 291 . 506 . 950 . 3 036 . 509 . 221 . 048 . 2 X 100% = 51,85% Tahun 2008 =

846 . 318 . 135 . 025 . 5 778 . 774 . 245 . 499 . 2 X 100% = 49,73% Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah total aktiva dijamin Rp0,5673 total hutang (untuk tahun 2006).

b. artinya setiap Rupiah total aktiva dijamin Rp0,5185 total hutang (untuk tahun 2007).

c. artinya setiap Rupiah total aktiva dijamin Rp0,4973 total hutang (untuk tahun 2008).

2.

Total Debt to Equity Ratio = Total Debt to Equity Ratio

ri ModalSendi dek gJangkaPen U tan X 100%

Tahun 2006 =

439 . 353 . 841 . 291 . 1 101 . 374 . 895 . 902 X 100% = 69,89%


(33)

Tahun 2007 = 215 . 782 . 284 . 902 . 1 705 . 832 . 068 . 305 . 1 X 100% = 68,61% Tahun 2008 =

068 . 544 . 889 . 525 . 2 011 . 118 . 387 . 322 . 1 X 100% = 52,35% Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah total hutang dijamin Rp0,6989,- modal sendiri (untuk tahun 2006).

b. artinya setiap Rupiah total hutang dijamin Rp0,6861,- modal sendiri (untuk tahun 2007).

c. artinya setiap Rupiah total hutang dijamin Rp0,5235,- modal sendiri (untuk tahun 2008).

d. Rasio Profitabilitas 1.

Margin Laba Kotor =

Margin Laba Kotor ( Gross Profit Margin)

Penjualan LabaKotor

X 100 %

Tahun 2006 =

265 . 116 . 668 . 656 . 2 711 . 497 . 557 . 886

X 100 %

= 33,37% Tahun 2007 =

005 . 429 . 601 . 922 . 3 792 . 126 . 672 . 794 . 1

X 100 %


(34)

Tahun 2008 = 575 . 604 . 426 . 653 . 4 297 . 385 . 072 . 162 . 2

X 100 %

= 46,46% Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah penjualan menghasilkan laba brutto sebesar Rp0,3337 (untuk tahun 2006).

b. artinya setiap Rupiah- penjualan menghasilkan laba brutto sebesar Rp0,4575 (untuk tahun 2007).

c. artinya setiap Rupiah penjualan menghasilkan laba brutto sebesar Rp0,4646 (untuk tahun 2008).

2.

Margin Laba Operasi =

Margin Laba Operasi (Oprating Profit Margin)

Penjualan i LabaOperas

X 100 %

Tahun 2006 =

265 . 116 . 668 . 656 . 2 950 . 681 . 918 . 423

X 100 %

= 15,96% Tahun 2007 =

005 . 429 . 601 . 922 . 3 934 . 028 . 609 . 018 . 1

X 100 %

= 25,97% Tahun 2008 =

575 . 604 . 426 . 653 . 4 458 . 719 . 606 . 225 . 1

X 100 %

= 26,34% Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp0,1596 (untuk tahun 2006).


(35)

b. artinya setiap Rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp0,2597 (untuk tahun 2007).

c. artinya setiap Rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp0,2634 (untuk tahun 2008).

3.

Margin Laba Bersih = Margin Laba Bersih

Penjualan LabaBersih

X 100 %

Tahun 2006 =

265 . 116 . 668 . 656 . 2 631 . 308 . 853 . 293

X 100 %

= 11,06% Tahun 2007 =

005 . 429 . 601 . 922 . 3 619 . 269 . 749 . 702

X 100 %

= 17,92% Tahun 2008 =

575 . 604 . 426 . 653 . 4 853 . 320 . 718 . 844

X 100 %

=18,15% Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah pendapatan jasa menghasilkan keuntungan sebesar Rp0,1106 (untuk tahun 2006). b. artinya setiap Rupiah pendapatan jasa menghasilkaan

keuntungan sebesar Rp0,1792 (untuk tahun 2007). c. artinya setiap Rupiah pendapatan jasa menghasilkan


(36)

BAB III

ANALISA DAN EVALUASI

Berdasarkan perhitungan rasio keuangan perusahaan PT Perkebunan Nusantara III Medan pada BAB II, maka dalam BAB III ini penulis mencoba untuk melakukan analisa dan evaluasi terhadap kondisi keuangan perusahaan, yaitu dengan membandingkan rasio-rasio 2006-2008.

A. Rasio Likuiditas 1. Rasio Lancar

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio lancar selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Rasio Lancar

Tahun 2006 2007 2008

Rasio Lancar 49,74% 112,28% 102,82%

Sumber : Laporan Keuangan PTPN III tahun 2006-2007

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio lancar diperoleh sebesar 49,74% yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin Rp 0,4974,- aktiva lancar.

Pada tahun 2007 rasio lancar diperoleh sebesar 112,28% yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp 1,1228,- aktiva lancar. Jika dibandingkan rasio lancar pada tahun


(37)

2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio lancar sebesar 62,54 hal ini terjadi karena peningkatan hutang lancar pada perusahaan.

Pada tahun 2008 rasio lancar diperoleh sebesar 102,82% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp1.0282,- aktiva lancar. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi penurunan rasio lancar sebesar 9,46% yang disebabkan karena perusahaan memiliki tingkat hutang yang lebih rendah dari aktivanya.

Maka dapat disimpulkan keadaan perusahaan selama 3 tahun terakhir (2006-2008) menunjukkan kemampuan untuk berusaha mengurangi hutang lancarnya dengan ditunjukkan dengan semakin likuidnya kondisi keuangan perusahaan, diperlihatkan dengan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang tersedia.

2. Rasio Cepat

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio cepat selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Rasio Cepat

Tahun 2006 2007 2008 Rasio Cepat 35,94% 96,40% 79,80%


(38)

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio cepat diperoleh sebesar 35,94% yang berarti setiap Rupiah hutang lancar dijamin Rp 0,3594,- aktiva cepat.

Pada tahun 2007 rasio cepat diperoleh sebesar 96,40% yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp 0,9640,- rasio cepat. Jika dibandingkan rasio cepat pada tahun 2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 60,46 hal ini terjadi karena kenaikan piutang perusahaan yang dapat membantu dalam melunasi utang jangka pendeknya.

Pada tahun 2008 rasio cepat diperoleh sebesar 79,80% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp0.7980,- rasio cepat. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi penurunan rasio cepat sebesar 10,4% hal ini terjadi karena penurunan piutang perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya.

Penurunan rasio ini sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahaan kesulitan untuk membiayai hutang-hutang jangka pendeknya saat jatuh tempo.

B. Rasio Aktivitas

1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio perputaran persediaan selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :


(39)

Tabel 3.3

Rasio Perputaran Persediaan

Tahun 2006 2007 2008

Rasio Perputaran Persediaan 16,21 Kali 18,02 kali 9,19 Kali

Sumber : Laporan keuangan PTPN III tahun 2006-2008

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio perputaran persediaan diperoleh sebesar 16,21 kali yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 16,21 kali dalam satu tahun

Pada tahun 2007 rasio perputaran persediaan diperoleh sebanyak 18,02 kali yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 18,02 kali dalam setahun. Jika dibandingkan rasio perputaran persediaan pada tahun 2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio perputaran persediaan sebesar 1,81 hal ini disebabkan karena semakin tingginya rasio berarti semakin sering penjualan yang dihasilkan.

Pada tahun 2008 rasio perputaran persediaan diperoleh sebesar 9,19 kali dalam setahun. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi penurunan rasio sebesar 8,83 hal ini terjadi rendahnya perputaran yang menyebabkan penurunan penjualan dan menurunkan pendapatan yang diperoleh.


(40)

2. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio perputaran total aktiva selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Rasio Perputaran Total Aktiva

Tahun 2006 2007 2008

Rasio Perputaran Total aktiva 0,89 Kali 0,99 Kali 0,93 Kali Sumber : Laporan keuangan PTPN III tahun 2006-2008

Total asset turnover pada tahun 2006 sebesar 0,89 kali, hal ini berarti bahwa pada tahun 2006 kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar sebanyak 0,89 kali.

Sedangkan pada tahun 2007 total asset turnover sebesar 0,99 kali yang berarti bahwa kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 0,99 kali. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah mengalami kenaikan total asset turnover sebesar 0,10 kali karena perusahaan efektif dalam mengelola asetnya dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki sangat baik.


(41)

Sedangkan pada tahun 2008 total asset turnover sebesar 0,93 kali yang berarti bahwa kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 0,93 kali. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah mengalami penurunan total asset turnover jika dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 0,6 kali ini disebabkan karena perusahaan kurang efektif dalam mengelola asetnya dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki tidak begitu membaik.

C. Rasio Leverage

1. Total Debt to Capital Asset

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio hutang selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.5

Total Debt to Capital Asset

Tahun 2006 2007 2008

Total Debt to Capital Asset 56,73% 51,85% 49,73% Sumber : Laporan keuangan PTPN III tahun 2006-2008

Dari tabel diatas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2006 sebesar 56,73% yang berarti bahwa setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,5673,-


(42)

Pada tahun 2007 sebesar 51,85% yang berarti setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,5185,-. Jika dibandingkan tahun 2006 dengan tahun 2007 terjadi penurunan rasio sebesar 4,88% dimana memberikan indikasi baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai dapat memenuhi kewajibannya dan dapat memperbesar laba.

Pada tahun 2008 rasio hutang sebesar 49,73% yang berarti setiap Rupiah,- kewajiban perusahaan dibiayai aktiva sebesar Rp 0,4973.- Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 terjadi penurunan rasio sebesar 2,12% dimana memberikan indikasi baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai dapat memenuhi kewajibannya dan dapat memperbesar laba.

2. Total Debt to Equity Ratio

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio hutang selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Total Debt to Equity

Sumber : Laporan keuangan PTPN III tahun 2006-2008

Dari tabel diatas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2006 sebesar 69,89% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- modal sendiri

Tahun 2006 2007 2008


(43)

dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,6989,-

Pada tahun 2007 sebesar 68,61% yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,6861,-. Jika dibandingkan tahun 2006 dengan tahun 2007 terjadi penurunan rasio sebesar 1,28% yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan modal sendiri.

Pada tahun 2008 rasio hutang sebesar 52,35% yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,5235.- Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 terjadi penurunan rasio sebesar 16,26% yang disebabkan terjadinya kenaikan modal sendiri sebesar 34,05%.

D. Rasio Profitabilitas

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio margin laba kotor selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.7

Rasio Margin Laba Kotor

Sumber : Laporan Laba Rugi PTPN III tahun 2006-2008

Tahun 2006 2007 2008


(44)

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 33,37% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,3337,- laba kotor.

Pada tahun 2007 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 45,75% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp0,4575,- laba kotor. Jika dibandingkan rasio margin laba kotor pada tahun 2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba kotor sebesar 12,38 yang disebabkan adanya kenaikan laba kotor dan kenaikan pendapatan oprasional yang lebih kecil.

Pada tahun 2008 rasio margin laba diperoleh sebesar 46,46% yang berarti bahwa setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,4646,- laba kotor. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi kenaikan rasio margin laba kotor sebesar 0,71% yang disebabkan adanya kenaikan laba kotor dan kenaikan pendapatan oprasional yang lebih kecil.

2. Margin Laba Operasi (Oprating Profit Margin)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio margin laba operasi selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :


(45)

Tabel 3.8

Rasio Margin Laba Operasi

Sumber : Laporan Laba Rugi PTPN III tahun 2006-2008

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio margin laba operasi diperoleh sebesar 15,96% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,1596,- laba operasi.

Pada tahun 2007 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 25,97% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp0,2597,- laba operasi. Jika dibandingkan rasio margin laba operasi pada tahun 2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 12,38 yang disebabkan adanya kenaikan laba operasi dan penekanan kenaikan biaya operasi.

Pada tahun 2008 rasio margin laba operasi diperoleh sebesar 26,34% yang berarti bahwa setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,2634,- laba operasi. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 0,37% yang disebabkan adanya kenaikan laba operasi dan penekanan kenaikan biaya oprasional

Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi semakin meningkat

Tahun 2006 2007 2008


(46)

pada tingkat penjualan tertentu. Peningkatan ini menunjukkan keefisienan manajemen kerja perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keberhasilan manajemen perusahaan dalam menekan kenaikan biaya operasi.

3. Margin Laba Bersih

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio margin laba bersih selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.9

Rasio Margin Laba Bersih

Tahun 2006 2007 2008

Rasio Margin Laba Bersih 11,06% 17,92% 18,15% Sumber : Laporan Laba Rugi PTPN III tahun 2006-2008

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 11,06% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,1596,- laba bersih.

Pada tahun 2007 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 17,92% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,1792,- laba bersih. Jika dibandingkan rasio margin laba bersih pada tahun 2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 6,86 yang disebabkan adanya kenaikan laba bersih dan kinerja perusahaan yang baik


(47)

dalam menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.

Pada tahun 2008 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 18,15% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- penjualan menghasilkan Rp 0,1815,- laba bersih. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi kenaikan rasio margin laba bersih sebesar 0,23% yang disebabkan adanya kenaikan laba bersih dan kinerja perusahaan yang baik dalam menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.

Selain melihat penghitungan rasio dengan menggunakan tabel, kita bisa melihat perbedaan rasio dari tahun ke tahun dengan menggunakan grafik.

A. Rasio Likuiditas

Gambar 3.1 Grafik Rasio Likud itas

Sumber : rasio likuiditas laporan keuangan PTPN III 0

20 40 60 80 100 120

Rasio Lancar Rasio Cepat

2006 2007 2008


(48)

B. Rasio Aktivitas

Gambar 3.2 Grafik Rasio Aktivitas

Sumber : rasio aktivitas laporan keuangan PTPN III C. Rasio Leverage

Gambar 3.3 Grafik Rasio Leverage

Sumber : rasio levergae laporan keuangan PTPN III D. Rasio Profitabilitas

Gambar 3.4 Rasio Profitabilitas

Sumber: rasio profitabilitas laporan keuangan PTPN III 0 5 10 15 20 Rasio Perputaran Persediaan Rasio Perputaran Total Aktiva 2006 2007 2008 0 10 20 30 40 50 Margin Laba Kotor Margin Laba Operasi Margin Laba Bersih 2006 2007 2008 0 10 20 30 40 50 60 70

Total Debt to Capital Asset

Total Debt to Equity

2006 2007 2008


(49)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari analisis dan evaluasi yang telah dilakukan pada BAB III, maka penulis memberi kesimpulan terhadap perkembangan keuangan perusahaan dan saran-saran yang mungkin berguna dalam usaha peningkatan oprasional perusahaan.

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat penulis kemukakan yaitu:

1. Dilihat dari rasio likuiditas, posisi keuangan PT Perkebunan Nusantara III Medan menunjukkan kenaikan dan penurunannya. Rasio lancar pada tahun 2006 adalah 49,74% dan mengalami kenaikan ditahun berikutnya menjadi 112,28%, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan kembali menjadi 102,82%. Demikian juga pada rasio cepatnya, pada tahun 2006 adalah 35,94% dan mengalami kenaikan ditahun berikutnya menjadi 96,40%, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan menjadi 79,80%. Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan terhadap hutang cukup baik karena mengalami kenaikan yang pesat dan hanya penurunan yang sedikit.

2. Dilihat dari segi rasio aktivitasnya, dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan dan perputaran total aktiva pada PT Perkebunan Nusantara III Medan memperlihatkan aktivitas


(50)

operasional yang baik, hal ini membuat efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba menjadi meningkat tentunya hal ini berdampak baik bagi perusahaan.

3. Berdasarkan rasio levarage perusahaan, terlihat secara keseluruhan mengalami penurunan, dan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya sangat baik, dengan kata lain bahwa perusahaan dalam membelanjai aktivanya atau membiayai usahanya sebagian besar menggunakan modal sendiri. Artinya dana dari pihak luar dalam hal ini adalah hutang, yang tidak terlalu besar sehingga perusahaan sudah dapat dikatakan solvable.

4. Dari segi profitabilitas perusahaan, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor, laba operasi, dan laba bersih mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan baik. Hal ini terjadi kerena perusahaan mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio terus mengalami kenaikan.

B. SARAN

Adapun saran penulis yang dapat berikan adalah:

1. Rasio likuiditas masih dianggap baik oleh teori tetapi cenderung mengalami fluktuasi, hendaknya perusahaan tetap memperhatikan aktiva lancarnya sehingga modal kerja perusahaan mengalami kenaikan, dan sebaiknya manajemen perusahaan membuat suatu


(51)

kebijakan dimasa yang akan datang untuk meningkatkan aktiva lancar. Misalnya dengan mendapatkan tambahan modal sendiri dan mendapatkan hutang jangka panjang.

2. Pada kondisi rasio aktivitas perusahaan yang memiliki nilai rasio yang bagus walaupun masih dalam keadaan fluktuasi, namun secara umum kemampuan perusahaan dalam menggunakan sumber daya perusahaan semakin meningkat, tetapi rendah pada perputaran aktiva tetap, agar perusahaan lebih memperhatikan aktiva tetapnya agar lebih produktif.

3. Pada rasio leverge perusahaan memiliki nilai rasio yang bagus, karena setiap tahun mengalami penurunan dan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya sangat baik, dengan kata lain bahwa perusahaan dalam membelanjai aktivanya atau membiayai usahanya sebagian besar menggunakan modal sendiri. Keadaan ini harus tetap dijaga perusahaan agar untuk tahun kedepannya tidak mengalami kenaikan nilai rasionya.

4. Pada rasio profitabilitas, perusahaan memiliki nilai rasio yang sangat bagus karena mengalami kenaikan disetiap tahunnya, baik itu laba kotor perusahaan, laba bersih dan laba operasi perusahaan. Keadaan ini harus tetap dijaga agar setiap tahunnya mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Faisal, 2005, Dasar - Dasar Manajemen Keuangan, Cetakan kelima, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Sundjaja,Ridwan, 2002, Manajemen Keuangan Satu, Edisi Keempat,

Penerbit Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta.

Sjahrial, Dermawan, 2006, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi kedua, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2008, Analisis Kritis Laporan Keuangan, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sinuraya, Murthada, 1999, Teori Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit FE UI, Jakarta.


(1)

dalam menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.

Pada tahun 2008 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 18,15% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- penjualan menghasilkan Rp 0,1815,- laba bersih. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi kenaikan rasio margin laba bersih sebesar 0,23% yang disebabkan adanya kenaikan laba bersih dan kinerja perusahaan yang baik dalam menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.

Selain melihat penghitungan rasio dengan menggunakan tabel, kita bisa melihat perbedaan rasio dari tahun ke tahun dengan menggunakan grafik.

A. Rasio Likuiditas

Gambar 3.1 Grafik Rasio Likud itas

Sumber : rasio likuiditas laporan keuangan PTPN III

0 20 40 60 80 100 120

Rasio Lancar Rasio Cepat

2006 2007 2008


(2)

B. Rasio Aktivitas

Gambar 3.2 Grafik Rasio Aktivitas

Sumber : rasio aktivitas laporan keuangan PTPN III C. Rasio Leverage

Gambar 3.3 Grafik Rasio Leverage

Sumber : rasio levergae laporan keuangan PTPN III D. Rasio Profitabilitas

Gambar 3.4 Rasio Profitabilitas

Sumber: rasio profitabilitas laporan keuangan PTPN III

0 5 10 15 20 Rasio Perputaran Persediaan Rasio Perputaran Total Aktiva 2006 2007 2008 0 10 20 30 40 50 Margin Laba Kotor Margin Laba Operasi Margin Laba Bersih 2006 2007 2008 0 10 20 30 40 50 60 70

Total Debt to Capital Asset

Total Debt to Equity

2006 2007 2008


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari analisis dan evaluasi yang telah dilakukan pada BAB III, maka penulis memberi kesimpulan terhadap perkembangan keuangan perusahaan dan saran-saran yang mungkin berguna dalam usaha peningkatan oprasional perusahaan.

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat penulis kemukakan yaitu:

1. Dilihat dari rasio likuiditas, posisi keuangan PT Perkebunan Nusantara III Medan menunjukkan kenaikan dan penurunannya. Rasio lancar pada tahun 2006 adalah 49,74% dan mengalami kenaikan ditahun berikutnya menjadi 112,28%, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan kembali menjadi 102,82%. Demikian juga pada rasio cepatnya, pada tahun 2006 adalah 35,94% dan mengalami kenaikan ditahun berikutnya menjadi 96,40%, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan menjadi 79,80%. Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan terhadap hutang cukup baik karena mengalami kenaikan yang pesat dan hanya penurunan yang sedikit.

2. Dilihat dari segi rasio aktivitasnya, dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan dan perputaran total aktiva pada PT Perkebunan Nusantara III Medan memperlihatkan aktivitas


(4)

operasional yang baik, hal ini membuat efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba menjadi meningkat tentunya hal ini berdampak baik bagi perusahaan.

3. Berdasarkan rasio levarage perusahaan, terlihat secara keseluruhan mengalami penurunan, dan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya sangat baik, dengan kata lain bahwa perusahaan dalam membelanjai aktivanya atau membiayai usahanya sebagian besar menggunakan modal sendiri. Artinya dana dari pihak luar dalam hal ini adalah hutang, yang tidak terlalu besar sehingga perusahaan sudah dapat dikatakan solvable.

4. Dari segi profitabilitas perusahaan, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor, laba operasi, dan laba bersih mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan baik. Hal ini terjadi kerena perusahaan mampu melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya sehingga rasio terus mengalami kenaikan.

B. SARAN

Adapun saran penulis yang dapat berikan adalah:

1. Rasio likuiditas masih dianggap baik oleh teori tetapi cenderung mengalami fluktuasi, hendaknya perusahaan tetap memperhatikan aktiva lancarnya sehingga modal kerja perusahaan mengalami kenaikan, dan sebaiknya manajemen perusahaan membuat suatu


(5)

kebijakan dimasa yang akan datang untuk meningkatkan aktiva lancar. Misalnya dengan mendapatkan tambahan modal sendiri dan mendapatkan hutang jangka panjang.

2. Pada kondisi rasio aktivitas perusahaan yang memiliki nilai rasio yang bagus walaupun masih dalam keadaan fluktuasi, namun secara umum kemampuan perusahaan dalam menggunakan sumber daya perusahaan semakin meningkat, tetapi rendah pada perputaran aktiva tetap, agar perusahaan lebih memperhatikan aktiva tetapnya agar lebih produktif.

3. Pada rasio leverge perusahaan memiliki nilai rasio yang bagus, karena setiap tahun mengalami penurunan dan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya sangat baik, dengan kata lain bahwa perusahaan dalam membelanjai aktivanya atau membiayai usahanya sebagian besar menggunakan modal sendiri. Keadaan ini harus tetap dijaga perusahaan agar untuk tahun kedepannya tidak mengalami kenaikan nilai rasionya.

4. Pada rasio profitabilitas, perusahaan memiliki nilai rasio yang sangat bagus karena mengalami kenaikan disetiap tahunnya, baik itu laba kotor perusahaan, laba bersih dan laba operasi perusahaan. Keadaan ini harus tetap dijaga agar setiap tahunnya mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Faisal, 2005, Dasar - Dasar Manajemen Keuangan, Cetakan kelima, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Sundjaja,Ridwan, 2002, Manajemen Keuangan Satu, Edisi Keempat,

Penerbit Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta.

Sjahrial, Dermawan, 2006, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi kedua, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2008, Analisis Kritis Laporan Keuangan, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sinuraya, Murthada, 1999, Teori Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit FE UI, Jakarta.