Evaluasi Desain Perencanaan Check Dam Batang Suliti Kabupaten Solok Selatan
DAFTAR PUSTAKA
Asdak Chay, 2007, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Dirjend. Pengairan Dept. Pekerjaan Umum, 1986, Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama (KP-02), CV. Galang Persada, Bandung
Dirjend. Pengairan Dept. Pekerjaan Umum, 1986, Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, CV. Galang Persada, Bandung
Fadlun Mochammad, 2009, Analisis Pengendalian Sedimen di Sungai Deli Dengan Model HEC-RAS, Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.
Jayusri, 2012, Analisa Potensi Erosi Pada DAS Belawan Menggunakan Sistem Informasi Geografis, Tugas Akhir, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Hanwar Suhendrik dan Herdianto Revalin, 2007, Desain Bangunan Sedimen Dengan Teknologi Buffle (Sekat), Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri, Unand Padang.
Kartasapoetra, Sutedjo Mul. Mulyani, 1994, Teknologi Pengairan Pertanian (Irigasi), Bumi Aksara, Jakarta.
Loebis J, Soewarno, dan Supardi, 1993, Hidrologi Sungai, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta
Rauf Abdul, Lubis Kemala S., jamilah, 2011, Dasar-dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, USU Press, Medan.
Ritonga Dhani Aprisal, 2011, Analisa Hidraulis Bangunan Kantong Lumpur (Settling Basin) Pada Daerah Irigasi Sungai Ular, Tugas Akhir, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Ronggodigdo Subhan, 2011, Kajian Sedimentasi Serta Hubungannya Terhadap Pendangkalan di Muara Sungai Belawan, Tugas Akhir, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.
Sucipto, 2008, Kajian Sedimentasi di Sungai Kaligarang Dalam Upaya Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kaligarang-Semarang, Tesis, Program Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro.
(2)
Departemen Pekerjaan Umum (DPU) Direktorat Jenderal Pengairan, Japan International Cooperation Agency (JICA), Pengenalan Teknologi Sabo.1996
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan Badan Penelitian dan Pengembangan, Kriteria Perencanaan 1-7, Jakarta.2002
Prof. Ir. Prognjono Mardjikoon, Transpor Sedimen, Yogyakarta. 1987
C.D. Sumarto, Hidrologi Teknik Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.1999
Bambang Triatmodjo, Hidrologi Terapan, Yogyakarta.2008
Bambang Triatmodjo, Hidraulika II, Yogyakarta.2003
(3)
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI 3.1 Lokasi Check dam
Check dam Batang Suliti berada di Kabupaten Solok Selatan dengan ketinggian ± 458 meter dari permukaan laut, dengan luas daerah 524,10 Km2. Lokasi proyek berjarak + 110 Km dari Pusat Kota Padang. Adapun Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Pantai Cermin dan Lembah Gumanti
Sebelah Selatan : Kecamatan Pesisir Selatan dan Kec. Sungai Pagu
Sebelah Barat : Kecamatan Pesisir Selatan
Sebelah Timur : Kecamatan Sungai Pagu
Pencapaian wilayah studi dari Kota Solok Selatan dapat dilakukan dengan mudah yaitu melalui jalan Kota Padang ke Muaro Labuh dengan kondisi jalan yang cukup baik.
Gambar 3.1 Lokasi check dam (Propinsi Sumatera Barat)
Lokasi
Legenda:
Batas Propinsi
Batas
(4)
Peta Topografi merupakan peta yang meliputi seluruh daerah aliran sungai yang meliputi peta situasi letak bangunan utama, gambar potongan memanjang dan melintang. Dari peta topografi didapat data :
1. Luas catchment area (A) 2. Panjang sungai (L) 3. Kemiringan sungai (s)
Daerah rencana check dam Batang Suliti adalah daerah yang terletak pada perbukitan dengan topografi yang bergelombang dengan ketingian 458m dpl. Check dam Batang Suliti terletak pada koordinat -1 23’25,3” S 100 59’8,6” E
Gambar 3.2 Peta Wilayah Studi
Lokasi check dam
Jalan raya
(5)
Gambar 3.3 Peta Catchment Area
Sumber : Dinas PSDA Propinsi Sumatera Barat 3.2 Topografi
Kondisi Topografi DAS Batang Suliti bagian hulu merupakan daerah bergunung dan berbukit. Bagian tengah DAS bergelombang sampai berombak. Hanya daerah di sekitar daerah sungai Batang Suliti Hulu bagian hilir yang mempunyai kemiringan 0 – 5 %. Bagian hilir DAS Batang Suliti bervariasi dari berbukit, bergelombang dan berombak. Pada Tabel 3-1 disajikan persentase kemiringan lahan berdasarkan kondisi topografi.
Catchment Area Check Dam Suliti Kab. Solok Selatan
Luas Catchment Area : 126.7 Km2
Catchment Area
(6)
Tabel 3.1 Kemiringan Lereng Berdasarkan Kondisi Topografi
No. Wilayah
Kemiringan Lereng %
Luas
(Ha) Bentuk Wilayah 1 Kawasan Hulu DAS Bt Suliti
Hulu, dan tepi-tepi DAS Bt Suliti
> 25
34016
Bergunung dan berbukit
2 Kawasan lereng perbukitan. 15 - 25 35870 Bergelombang/Berbukit
3 Bagian tengah DAS 5 – 15 15216 Berombak sampai datar
4 Lembah-lembah sungai Bt Suliti bagian hilir
0 – 5
41598 Relatif Datar
Sumber: Dinas PU PSDA Sumatera Barat
Gambar 3.4 Peta Kemiringan Lereng DAS Batang Suliti
(7)
3.3 Land Use
Lahan merupakan lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air,
dan vegetasi, serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Sumber daya lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan hidup manusia karena lahan diperlukan dalam setiap kegiatan manusia. Penggunaan lahan umumnya ditentukan oleh kemampuan lahan atau kesesuaian lahan untuk penggunaan pertanian, industri, perdagangan, permukiman, dan lain sebagainya.
Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan daerah hulu dan daerah hilir DAS, terkait peruntukan lahan maka perencanaan peruntukan lahan haruslah meliputi seluruh DAS. Secara hidrologis wilayah hulu dan hilir merupakan satu kesatuan organis yang tidak dapat terpisahkan, keduanya memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang sangat tinggi (Haryanto dalam Nafilah, 2013).
Didaerah aliran Batang Suliti yang berada di Solok Selatan dapat dilihat dan ditemukannya dinding-dinding sungai yang longsor disebabkan oleh proses erosi sungai akibat dari penambangan bahan galian golongan C. Dimana aktifitas penambangan dilakukan dengan menggunakan dompeng dan eskafator, akibatnya lahan yang ada di tepi-tepi sungai Batang Suliti terkikis sehingga menyebabkan kerusakan lahan di sepanjang daerah aliran sungai. Dengan kondisi sungai yang seperti ini, juga berpengaruh pada kecepatan aliran sungai Batang Suliti terhadap perubahan lahan yang akhirnya terjadi perubahan arah alur aliran Batang Suliti sehingga pelebaran pada badan sungai pun terjadi. Selain itu penambangan bahan galian golongan C juga berdampak terhadap kondisi air tanah.
3.4 Geologi
Pola aliran atau susunan jaringan sungai pada suatu DAS merupakan karakteristik fisik setiap drainage basin yang penting, hal tersebut karena pola
(8)
aliran sungai mempengaruhi efisiensi sistem drainase dan karakteristik hidrografis serta untuk mengetahui kondisi tanah dan permukaan DAS khususnya tenaga erosi.
Berdasarkan peta Topographi DAS Batang Suliti, terdapat beberapa susunan anak-anak sungainya, antara lain tipe denritik yang berada di bagian hulu Bt Suliti yang beberapa anak sungainya membentuk Tipe Sejajar yang dikombinasikan dengan tipe cabang pohon.
Dari data geologi regional daerah studi yang didapatkan dari peta geologi Lembar Painan Timur Laut Muara Siberut 0814 - 0714, 1996 skala 1 : 250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Dapat disebutkan bahwa secara umum adalah jenis tanah podsolik
Gambar 3.5 Jenis tanah DAS Batang Suliti
(9)
3.5 Hidrologi dan Klimatologi
Hidrologi yang berhubungan dengan curah hujan di suatu daerah studi. Curah hujan adalah kumpulan curahan hujan yang jatuh pada satu daerah melalui presipitasi (proses berubahnya uap menjadi air).
Data curah hujan didapat dari Dinas PSDA Sumatera Barat, yang bersumber dari stasiun hujan yang meliputi daerah aliran sungai pada perencanaan check dam Batang Suliti. Stasiun yang dekat dengan lokasi daerah pengaliran Batang Suliti ini adalah stasiun curah hujan Jalan Balantai dan Sungai Ipuh Solok Selatan.
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dan mempengaruhi keadaan cuaca pada suatu daerah. Mengetahui keadaan cuaca dapat digunakan untuk menentukan lajunya evapotranspirasi yang juga sangat bergantung pada jumlah penyinaran matahari dan radiasi matahari. Untuk melengkapi perencanaan bangunan check dam Batang Suliti ini selain data hidrologi juga diperlukan data klimatologi.
Tabel 3.2. Data Curah Hujan Harian Maksimum
No Tahun
Stasiun ( mm/hari )
Sungai Ipuh Jalan balantai
1 2014 73,00 40,00
2 2013 88,00 67,00
3 2012 67,00 64,00
4 2011 56,00 67,00
5 2010 82,00 100,00
6 2009 72,00 60,00
7 2008 37,00 60,00
8 2007 51,00 60,00
(10)
10 2005 56,00 56,00
11 2004 38,00 40,00
12 2003 31,00 39,00
13 2002 34,00 37,00
14 2001 33,00 50,00
15 2000 42,00 25,00
16 1999 34,00 52,00
17 1998 123,00 99,00
18 1997 90,00 80,00
19 1996 73,00 107,00
20 1995 53,00 86,00
Sumber : Dinas PSDA Sumbar,2014 Gambar 3.6 Peta Stasiun Hujan
(11)
3.6 RANCANGAN PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah metode pengumpulan dan analisa data. Data yang akan digunakan adalah data primer dan sekunder, kemudian data-data tersebut dianalisis berdasarkan analisis hidrologi dan aliran sedimen yang akan digunakan untuk pedoman dalam menentukan desain dimensi penampang. Berikut skema rancangan penelitian
Gambar 3.7 Skema Rancangan Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Hidrologi
• Analisis Curah Hujan Wilayah Uji Kesesuaian
Analisis Debit Banjir Rencana
Analisis Erosi dam Angkutan Sedimen
Perencanaan Dimensi Pelimpah
Main dam, Subdam , Apron dan
Gambar Desain Check Dam
Perhitungan Kapasitas
Selesai
Analisis Stabilitas Check dam
Mulai
(12)
BAB IV ANALISIS DATA
4.1ANALISIS HIDROLOGI
4.1.1 Data Curah Hujan Harian Maksimum
Untuk daerah Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, data curah hujan yang
dapat dipedomani 2 (dua) stasiun, yaitu stasiun hujan Jalan Balantai, dan stasiun
hujan Sungai Ipuh. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2
Berikut ini adalah data curah hujan harian maksimum yang didapat :
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Harian Maksimum
No Tahun
Stasiun ( mm/hari )
Sungai Ipuh Jalan balantai
1 2014 73,00 40,00
2 2013 88,00 67,00
3 2012 67,00 64,00
4 2011 56,00 67,00
5 2010 82,00 100,00
6 2009 72,00 60,00
7 2008 37,00 60,00
8 2007 51,00 60,00
9 2006 32,00 40,00
10 2005 56,00 56,00
11 2004 38,00 40,00
(13)
13 2002 34,00 37,00
14 2001 33,00 50,00
15 2000 42,00 25,00
16 1999 34,00 52,00
17 1998 123,00 99,00
18 1997 90,00 80,00
19 1996 73,00 107,00
20 1995 53,00 86,00
Sumber : Dinas PSDA Sumbar,2014 4.1.2Curah Hujan Wilayah
Karena luas DAS hanya 126,7 km2, (<500 km2). Maka untuk menentukan curah hujan wilayahnya digunakan metode rata-rata aljabar.
n P n
P P
P P P
n i i n =
∑
=+ +
+
= 1 2 3... 1
Tabel 4. 2 Data Curah Hujan Rata-rata Menggunakan Metode Aljabar
No Tahun
Curah hujan di Stasiun Curah Hujan Rata-rata Aljabar (X) Sungai Ipuh Jalan
balantai
1 2014 73,00 40,00 56,50
2 2013 88,00 67,00 77,50
3 2012 67,00 64,00 65,50
4 2011 56,00 67,00 61,50
5 2010 82,00 100,00 91,00
6 2009 72,00 60,00 66,00
(14)
Sumber : Pengolahan Data 4.1.3 Analisa Curah Hujan Rencana
Analisa hujan rencana dapat diperhitungkan untuk periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun. 50 tahun dan 100 tahun dengan metode :
a) Distribusi NORMAL b) Distribusi LOG NORMAL c) Distribusi GUMBEL TIPE I
d) Distribusi LOG PEARSON TIPE III Tabel 4. 3 Perhitungan Curah Hujan
No Xi (Xi -
X)
(Xi -
X)2 (Xi - X) 3
(Xi - X)4 Log Xi
Log Xi - Log X
(Log Xi - Log X)2
(Log Xi - Log X)3
1 111,00 51,15 2616,32 133824,90 6845143,42 2,05 0,296 0,087 0,0259
2 91,00 31,15 970,32 30225,55 941525,75 1,96 0,209 0,044 0,0092
8 2007 51,00 60,00 55,50
9 2006 32,00 40,00 36,00
10 2005 56,00 56,00 56,00
11 2004 38,00 40,00 39,00
12 2003 31,00 39,00 35,00
13 2002 34,00 37,00 35,50
14 2001 33,00 50,00 41,50
15 2000 42,00 25,00 33,50
16 1999 34,00 52,00 43,00
17 1998 123,00 99,00 111,00
18 1997 90,00 80,00 85,00
19 1996 73,00 107,00 90,00
(15)
3 90,00 30,15 909,02 27407,03 826321,91 1,95 0,205 0,042 0,0086
4 85,00 25,15 632,52 15907,94 400084,71 1,93 0,180 0,032 0,0058
5 77,50 17,65 311,52 5498,37 97046,27 1,89 0,140 0,020 0,0027
6 69,50 9,65 93,12 898,63 8671,80 1,84 0,092 0,009 0,0008
7 66,00 6,15 37,82 232,61 1430,54 1,82 0,070 0,005 0,0003
8 65,50 5,65 31,92 180,36 1019,05 1,82 0,067 0,004 0,0003
9 61,50 1,65 2,72 4,49 7,41 1,79 0,039 0,002 0,0001
10 56,50 -3,35 11,22 -37,60 125,94 1,75 0,002 0,000 0,0000
11 56,00 -3,85 14,82 -57,07 219,71 1,75 -0,001 0,000 0,0000
12 55,50 -4,35 18,92 -82,31 358,06 1,74 -0,005 0,000 0,0000
13 48,50 -11,35 128,82 -1462,14 16595,24 1,69 -0,064 0,004 -0,0003
14 43,00 -16,85 283,92 -4784,09 80611,99 1,63 -0,116 0,013 -0,0016
15 41,50 -18,35 336,72 -6178,86 113382,04 1,62 -0,132 0,017 -0,0023
16 39,00 -20,85 434,72 -9063,96 188983,65 1,59 -0,159 0,025 -0,0040
17 36,00 -23,85 568,82 -13566,42 323559,04 1,56 -0,193 0,037 -0,0072
18 35,50 -24,35 592,92 -14437,66 351557,09 1,55 -0,199 0,040 -0,0079
19 35,00 -24,85 617,52 -15345,43 381334,04 1,54 -0,206 0,042 -0,0087
20 33,50 -26,35 694,32 -18295,40 482083,73 1,53 -0,225 0,050 -0,0113
Jumlah 1197,00 0,00 9308,05 130868,94 11060061,39 34,99 0,000 0,474 0,0104
Rata2 59,85 0,00 465,40 6543,45 553003,07 1,75 0,000 0,024 0,0005
Sumber :Pengolahan Data 4.1.3.1Distribusi Normal
Dari perhitungan sebelumnya diperoleh data sebagai berikut :
Rumus :
S K X XT = + ×
(16)
Langkah perhitungan :
5. Curah hujan maksimum rata-rata
n X X n i
∑
= = 1 mmX 59,85
20 1197
= =
6. Hitung nilai standar deviasi.
(
)
1 2 1 − − =∑
= n X Xi S n i 134 , 22 1 20 05 , 9308 = − =7. Tentukan nilai KT dari tabel 2.1
8. Hitung curah hujan kala ulang -tahun
S K X XT = + ×
Contoh perhitungan untuk periode ulang 2 Tahun
X2 = 59,85 + (0 x 22,134) = 59,85 mm/hari
9. Perhitungan selanjutnya ditabelkan pada tabel 4.4
Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Curah Hujan Distribusi Normal No Periode Ulang, T
(tahun)
KT
(Tabel 3.1)
CH harian Max (mm/hari)
1 2 0,00 59,85
2 5 0,84 78,44
3 10 1,28 88,18
4 20 1,64 96,15
5 50 2,05 105,22
6 100 2,33 111,42
Sumber : Pengolahan Data
(17)
Rumus yang digunakan :
X S K X
X log T log
log = + ×
Prosedur perhitungan :
1. Hitung nilai rata-rata log X
n X Log X Log i n i
∑
= = 1 75 , 1 20 99 , 34 = = X Log2. Hitung standar deviasi Log X
(
)
1 log log 2 1 − − =∑
= n X X X Log S i n i 158 , 0 1 20 474 , 0 = − = X Log STentukan nilai KT, diperoleh dari tabel 2.1
4. Hitung curah hujan kala ulang T-tahun
X S K X X
Log =log + T× log
Kala ulang 2 tahun
75 , 1 158 , 0 0 75 ,
1 + × =
=
X Log
X = 56,19 mm/hr
5. Perhitungan selanjutnya pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Hasil perhitungan Curah Hujan Log Normal
No Periode Ulang, T (tahun)
KT
(Tabel 3.1)
CH harian Max (mm/hari)
1 2 0,00 56,19
2 5 0,84 76,27
3 10 1,28 89,51
4 20 1,64 102,03
(18)
6 100 2,33 131,14
Sumber : Pengolahan Data 4.1.3.3Distribusi Gumbel tipe I
Adapun persamaan yang digunakan adalah :
S K X XT = + ×
Langkah perhitung :
6. Dari perhitungan sebelumnya didapat X =59,85
7. Nilai standar deviasi didapat perhitungan sebelumnya S = 22,134
8. Nilai Reduced Variated (Yt) dari tabel 2.2, Reduced Mean (Yn) &
Reduced Standar Deviasi (Sn) dari tabel 2.3
9. Nilai K
n n t S Y Y
K = −
Contoh untuk periode ulang 2 Tahun
Untuk n = 20, maka Yn = 0,5236 , Sn = 1,0628
15 , 0 0628 . 1 5236 . 0 36651 . 0 − = − = K
10. Hitung curah hujan kala ulang T-tahun
S K X XT = + ×
Contoh untuk periode ulang 2 Tahun
X2 = 59,85 + (-0,15) x 22,134 = 56,58 mm/hr 11. Perhitungan selanjutnya pada Tabel 4.6
Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan Curah Hujan Distribusi Gumbel Tipe I No
Periode Ulang,
T (tahun)
Yt K CH harian Max
(19)
1 2 0,3665 -0,15 56,58
2 5 1,9940 1,38 90,47
3 10 2,2504 1,62 95,81
4 20 2,9702 2,30 110,80
5 50 3,9019 3,18 130,21
6 100 4,6002 3,84 144,75
Sumber : Pengolahan Data
4.1.3.4Distribusi Log Pearson tipe III Persamaan Umum :
(
S X)
KX X
Log TR =log + TR log
Langkah perhitungan :
6. Nilai rata-rata log X yang didapat pada perhitungan sebelumnya
75 , 1 = X Log
7. Nilai standar deviasi Log X yang didapat pada perhitungan
sebelumnya SlogX =0,158
8. Hitung nilai koefisien kemencengan
(
)
( )(
)
(
)
33 1 log 2 1 log log X S n n X X n Cs i n i − − − =
∑
=(
)
(
20 1)(
20 2)(
0,158)
0,15380,0104 20 3 = − − × = Cs
Dari Cs didapat nilai KTR dari tabel 2.4 karena Cs didapat 0,1538
maka di interpolasikan. Hasil interpolasi disajikan pada tabel 4.7
9. Hitung curah hujan kala ulang T-tahun
(
S X)
KX X
(20)
Contoh untuk periode ulang 2 Tahun Log X2 = 1,75 + (-0,026 x 0,158) X2 = 55,66 mm/hr
10.Perhitungan selanjutnya pada tabel 4.8
Tabel 4.7 Hasil Interpolasi Nilai KTR dari CS
Scew Coeficient
Cs or Cw
Return period in years
2 5 10 20 50 100 200
Exceedence probability
0,2 -0,033 0,83 1,301 1,818 2,159 2,472 2,763
0,1538 -0,026 0,833 1,297 1,803 2,135 2,439 2,720
0,1 -0,017 0,836 1,292 1,785 2,107 2,4 2,67
Sumber : Pengolahan Data
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Curah Hujan Distribusi Log Pearson III No
Periode Ulang,
T (tahun)
Ktr CH harian Max
(mm/hari)
1 2 -0,026 55,66
2 5 0,833 76,07
3 10 1,297 90,06
4 20 1,803 108,26
5 50 2,135 122,16
6 100 2,439 136,44
Sumber : Pengolahan Data
4.1.3.5Penentuan Jenis Distribusi a. Distribusi Normal
Dari perhitungan sebelumnya diperoleh data sebagai berikut :
(21)
S = 22,134
Langkah perhitungan :
1. Data yang berada pada
( )
x+s dan( )
x−s atau (81,984) dan (37,716) dari tabel 4.3 kolom 2 adalah 12 buah data atau 60 %.2. Data yang berada pada
( )
x+2s dan( )
x−2s atau (104,118) dan (15,582) dari tabel 4.3 kolom 2 adalah 19 buah data atau 95 %.3.
( )
( )(
)
(
)(
)
0,7058134 , 22 2 20 1 20 94 , 130868 20 2
1 3 3
1 3 = × − − × = − − − =
∑
= s n n x x n C n i i s4.
( )
(
)(
)
(
)(
)
3,1703134 , 22 ) 3 20 ( 2 20 1 20 39 , 11060061 20 ) 3 ( 2 1 4 2 4 1 4 2 = × − − − × = − − − − =
∑
= s n n n x xi n C n i kb. Distribusi Log Normal Langkah perhitungan :
1. 0,369
85 , 59 134 , 22 = = = x s Cv
2. Cs = Cv3 + 3 Cv = 0,3693 + 3 . 0,369 = 1,158
3. Ck = Cv8 + 6 Cv6 + 15 Cv4 + 16 Cv2 + 3 = 5,472
c. Distribusi Gumbel tipe I
1.
( )
(
)(
)
(
)(
)
0,7058134 , 22 2 20 1 20 94 , 130868 20 2
1 3 3
1 3 = × − − × = − − − =
∑
= s n n x x n C n i i s2.
( )
(
)(
)
(
)(
)
3,1703134 , 22 ) 3 20 ( 2 20 1 20 39 , 11060061 20 ) 3 ( 2 1 4 2 4 1 4 2 = × − − − × = − − − − =
∑
= s n n n x xi n C n i k(22)
d. Distribusi Log Pearson tipe III
Selain dari perhitungan pada distribusi normal, distribusi log normal,
dan distribusi gumbel.
Tabel 4.9 Parameter Statistik untuk menentukan jenis distribusi
No. Distribusi Persyaratan Hasil
hitungan
1. Normal
( )
x±s =68,27%( )
x±2.s =95,44%Cs ≈ 0 Ck ≈ 3
60 % 95 % 0,7058 3,1703
2. Log Normal
Cs = Cv3 + 3 Cv = 0,445
Ck = Cv8 + 6 Cv6 + 15 Cv4 + 16 Cv2 + 3 = 3,354
1,158 5,472
3. Gumbel Cs = 1,14 Ck = 5,4
0,7058 3,1703
4. Log Pearson
III Selain dari nilai di atas Sumber : Pengolahan Data
Tabel 4.9 menunjukkan perbandingan parameter antara yang disyaratkan
dengan hasil hitungan. Dari tabel tersebut tidak ada data yang cocok untuk
distribusi normal, distribusi log normal dan gumbel tipe I, sehingga kemungkinan
data mengikuti distribusi log pearson tipe III.
Untuk lebih meyakinkan, pada pehitungan selanjutnya dilakukan uji
kesesuaian, dalam hal ini distribusi yang akan di uji adalah distribusi normal
(paling mendekati dari persyaratan) dan distribusi log pearson tipe III.
(23)
Sesuai dengan pembahasan pada sub bab 4.3.1, maka untuk uji kesesuaian,
data curah hujan rencana yang akan digunakan adalah hasil dari metode distribusi
normal dan distribusi log pearson tipe III.
4.1.4.1 Uji Chi-Kuadrat
a. Uji Chi-Kuadrat pada Metode Distribusi Normal
Dari hasi perhitungan diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :
- Nilai rata-rata hujan
( )
X = 59,85 mm - Standar Deviasi (S) = 22,134Derajat kepercayaan (α) 5 % Prosedur perhitungan :
1. Kelompokkan data menjadi G (sub grup)
Dalam pengelompokan ini nilai frekuensi (Oi) harus
berbentuk kurva. Banyak frekuensi dihitung berdasarkan banyak
data yang masuk dalam interval kelas. Dari hasil percobaan yang
di buat di dapat 5 (lima) sub grup dengan interval 24.
2. Menentukan nilai f dimana f adalah batas bawah kelas. Pada G
pertama (17 – 41) nilai f adalah 16,5
3. Menentukan nilai Y
S X f Y = −
959 , 1 134 , 22 85 , 59 5 , 16 − = − = Y
4. Menentukan nilai probabilitas Y
( )
=∫
41( )
=∫
−∞( )
−∫
−∞( )
17 41 17 dx x x f dx x x f dx x x f Y P(24)
( )
= − S X f Y P φ( )
= − − − 134 , 22 85 , 59 17 134 , 22 85 , 59 41 φ φ Y P( ) (
Y =[
φ −0,85)
]
−[
φ(
−1,94)
]
P
Dari tabel 2.6 maka didapat ø(-0,85) = 0,1977 dan ø(-1,94) = 0,0262. maka ; P(Y) = 0,1977 – 0,0262= 0,1715.
5. Menentukan nilai Ei.
Ei = Probabilitas Y x jumlah data
Ei = 0,1715 x 20 = 3,43
6. Menghitung peluang
2
χ = (Oi−Ei)
2
Ei =
(5−3,43)2
3,43 = 0,719
7. Menentukan derajat kebebasan (dk) Dk = K – R – 1
Dk = 5 – 2 – 1 = 2
derajat kepercayaan 5 %
dari Tabel 2.8 didapat harga χ2 5 % = 5.991 ∑χ2< χ2
cr5 %, 0,719 < 5.991 ... dapat diterima
8. Perhitungan ditabelkan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Menentukan Nilai χ2 pada Distribusi Normal
KELAS FREK. (Oi) BATAS BAWAH KELAS (f) TITIK Y PROB.
Y Ei
(Oi - Ei)^2 16,5 2 2 − = Ei Ei Oi X
(25)
17 - 41 5
-1,959 0,1715
3,43
0 2,465 0,719
40,5
41 - 65 7
-0,874 0,3933
7,86
6 0,750 0,095
64,5
65 - 89 5
0,21
0 0,3156
6,31
2 1,721 0,273
88,5
89 - 113 3
1,29
4 0,0852
1,70
4 1,680 0,986
112,5
113 - 137 0
2,37
9 0,008
0,16
0 0,026 0,160
Jumlah 20 Jumlah 2,232
Sumber : Pengolahan Data
b. Uji Chi-Kuadrat pada Metode Log Person III
Dari hasi perhitungan diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :
- Nilai rata-rata hujan
( )
logX = 1,75 - Standar Deviasi(
S logx)
= 0,158 Prosedur perhitungan :1. Kelompokkan data menjadi G (sub grup)
Dalam pengelompokan di dapat 5 (lima) sub grup dengan interval 0,15.
2. Menentukan nilai log x dimana log x adalah batas bawah kelas (f). Pada G
pertama (1,39 – 1,54) nilai log x adalah 1,385
(26)
x s x x Y log log log − = 308 , 2 158 , 0 75 , 1 385 , 1 − = − =
4. Menentukan nilai probabilitas Y
( )
=∫
1,54( )
=∫
−∞( )
−∫
−∞( )
39 , 1
54 ,
1 1,39
dx x x f dx x x f dx x x f Y P
( )
= − x S x x Y P log log log φ( )
= − − − 158 , 0 75 , 1 39 , 1 158 , 0 75 , 1 54 , 1 φ φ Y P( )
Y =[
φ(
−1,33)
]
−[
φ(
−2,28)
]
P
Dari tabel 2.6 untuk ø(-1,33) = 0,0918, dan ø(-2,28) = 0,0113
( ) (
Y = 0,0918) (
− 0,0113)
P = 0,0805
5. Menentukan nilai Ei.
Ei = Probabilitas Y x jumlah data
Ei = 0,0805 x 20 = 1,610
6. Menghitung peluang
(
) (
)
1,610610 , 1 610 , 1 0 2 2
2 = − = − =
Ei Ei Oi
χ
7. ∑χ2 = 3,178 (ditunjukkan pada tabel 4.11)
Tabel 4.11 Menentukan Nilai χ2 pada Distribusi Log Pearson tipe III
KELAS FREK. (Oi) BATAS BAWAH KELAS (f) TITIK Y PROB.
Y Ei
(Oi - Ei)^2 2 2 − = Ei Ei Oi X
(27)
1,385
1,39 - 1,54 0
-2,308 0,0805
1,61
0 2,592 1,610
1,535
1,54 - 1,69 8
-1,358 0,2602
5,20
4 7,818 1,502
1,685
1,69 - 1,84 7
-0,409 0,3637
7,27
4 0,075 0,010
1,835
1,84 - 1,99 4
0,54
0 0,22
4,40
0 0,160 0,036
1,985
1,99 - 2,14 1
1,49
0 0,0575
1,15
0 0,023 0,020
Jumlah 20 Jumlah 3,178
Sumber : Pengolahan Data
8. Menentukan derajat kebebasan (dk) dk = K – R – 1
dk = 5 – 2 – 1 = 2
9. Dari Tabel 2.8 didapat harga χ2cr 5 % = 5,991 χ2
< χ2cr, yaitu 3,178 < 5,991 ... dapat diterima 4.1.4.2 Uji Smirnov Kolmogorov
a. Uji Smirnov Kolmogorov pada Distribusi Normal
• Mengurutkan data dari yang terbesar ke yang terkecil
• Menghitung probabilitas P(x) (kolom 3)
1 n m P + = 1 20 1 P +
= = 0,0526
(28)
P (x <) = 1 – 0,0526 = 0,947
• Menghitung f(t) (kolom 5) s x -x (t) f = 22,134 59,85 -111 (t)
f = = 2,31
• Dari hasil kolom 5, lihat tabel 2.6 (luas wilayah kurva) normal f(t) = 2,31, maka dari tabel di dapat 0,9896
Menghitung P’(x) = 1 –kolom 7)
P’(x) = 1 – 0,9896 = 0,0104
• Menghitung (D) = kolom 7 – 4 = 0,9896– 0,947= 0,0347
• Untuk perhitungan selanjutnya dilihat pada table 4.5
•
Tabel 4.12 Perhitungan Uji Kesesuaian Smirnov Kolmogorov pada Metoda Distribusi Normal
Curah
Hujan
P' (x < 1)
Harian
Max. m
P (x
< 1) P' (x)
Tabel
2.7 D
(mm/hari) Xi 1 - kol 3 1 -
kol 7 kol 5
kol 7 - kol 4
1 2 3 4 5 6 7 8
111,0 1 0,05 0,95 2,31 0,010 0,9896 0,0372
91,0 2 0,10 0,90 1,41 0,079 0,9207 0,0159
90,0 3 0,14 0,86 1,36 0,087 0,9131 0,0560
85,0 4 0,19 0,81 1,14 0,127 0,8729 0,0634
77,5 5 0,24 0,76 0,80 0,212 0,7881 0,0262
69,5 6 0,29 0,71 0,44 0,330 0,6700 -0,0443
66,0 7 0,33 0,67 0,28 0,390 0,6103 -0,0564
1 n m P + = s x -x (t) f =
(29)
65,5 8 0,38 0,62 0,26 0,394 0,6064 -0,0126
61,5 9 0,43 0,57 0,07 0,472 0,5279 -0,0435
56,5 10 0,48 0,52 -0,15 0,560 0,4404 -0,0834
56,0 11 0,52 0,48 -0,17 0,568 0,4325 -0,0437
55,5 12 0,57 0,43 -0,20 0,579 0,4207 -0,0079
48,5 13 0,62 0,38 -0,51 0,695 0,3050 -0,0760
43,0 14 0,67 0,33 -0,76 0,779 0,2206 -0,1127
41,5 15 0,71 0,29 -0,83 0,780 0,2203 -0,0654
39,0 16 0,76 0,24 -0,94 0,826 0,1736 -0,0645
36,0 17 0,81 0,19 -1,08 0,860 0,1401 -0,0504
35,5 18 0,86 0,14 -1,10 0,864 0,1357 -0,0072
35,0 19 0,90 0,10 -1,12 0,869 0,1314 0,0362
33,5 20 0,95 0,05 -1,19 0,883 0,1170 0,0694
1197,0
59,85 D max 0,0694
S 22,13
Sumber : pengolahan data
• Dari tabel tersebut cari Dmax. didapat Dmax = 0,0694
• Membandingkan Dmax dengan nilai kritis (D0). Untuk n = 20 dan derajat kepercayaan 5 % dari tabel 2.7 (nilainkritis D0) di dapat D0 = 0,29
• Karena Dmax< D0 = 0,0694< 0,29 maka data dapat diterima b. Uji Smirnov Kolmogorov pada Log Pearson III
Berikut ini adalah hasil perhitungan Uji Kesesuaian pada Metoda Log Pearson III
x
∑
(30)
Tabel 4. 13 Perhitungan Uji Kesesuaian Smirnov Kolmogorov pada Metoda Log Pearson III Curah Hujan Harian Max. Log
X m
P (x <
1) P' (x)
P' (x <
1) D
(mm/hari) Tabel 2.7 Xi 1 - kol 3 1 -
kol 7 kol 5
kol 7 - kol 4
1 2 3 4 5 6 7 8
111,0 2,05 1 0,05 0,95 1,87 0,031 0,9693 0,0169
91,0 1,96 2 0,10 0,90 1,33 0,092 0,9082 0,0034
90,0 1,95 3 0,14 0,86 1,30 0,997 0,0034 -0,8537
85,0 1,93 4 0,19 0,81 1,14 0,127 0,8729 0,0634
77,5 1,89 5 0,24 0,76 0,88 0,189 0,8106 0,0487
69,5 1,84 6 0,29 0,71 0,58 0,281 0,7190 0,0047
66,0 1,82 7 0,33 0,67 0,44 0,330 0,6700 0,0033
65,5 1,82 8 0,38 0,62 0,42 0,337 0,6628 0,0438
61,5 1,79 9 0,43 0,57 0,25 0,401 0,5987 0,0273
56,5 1,75 10 0,48 0,52 0,02 0,492 0,5080 -0,0158
56,0 1,75 11 0,52 0,48 -0,01 0,504 0,4960 0,0198
55,5 1,74 12 0,57 0,43 -0,03 0,512 0,4880 0,0594
48,5 1,69 13 0,62 0,38 -0,40 0,655 0,3446 -0,0364
43,0 1,63 14 0,67 0,33 -0,74 0,770 0,2296 -0,1037
41,5 1,62 15 0,71 0,29 -0,83 0,797 0,2033 -0,0824
1 n m P + = s x -x (t) f =
(31)
39,0 1,59 16 0,76 0,24 -1,00 0,841 0,1587 -0,0794
36,0 1,56 17 0,81 0,19 -1,22 0,889 0,1112 -0,0793
35,5 1,55 18 0,86 0,14 -1,26 0,898 0,1020 -0,0409
35,0 1,54 19 0,90 0,10 -1,30 0,903 0,0968 0,0016
33,5 1,53 20 0,95 0,05 -1,42 0,922 0,0778 0,0302
1197 34,99
59,85 1,75 D max 0,0634
S 22,13 0,158
Sumber : pengolahan data
• Dari tabel tersebut cari Dmax. didapat Dmax = 0,0634
• Membandingkan Dmax dengan nilai kritis (D0). Untuk n = 20 dan derajat kepercayaan 5 % dari tabel 2.9 (nilai kritis D0) di dapat D0 = 0,29
• Karena Dmax< D0 = 0,0634< 0,29 maka data dapat diterima
Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Uji Kesesuaian Data
Jenis Distribusi Chi Kuadrat Smirnov Kolmogorov
Distribusi Normal 2,232 0,0694
Distribusi Log Pearson tipe III 3,178 0,0634
Sumber : Pengolahan Data
Berdasarkan hasil uji kekesuaian, distribusi yang dipakai adalah distribusi
log pearson tipe III karena dari pengujian distribusi sebelumnya juga dipakai
distribusi log pearson tipe III dan pada uji kesesuaian ini nilai Dmax juga
memenuhi syarat seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.14.
x
∑
(32)
4.1.5 Analisis Debit Banjir Rencana
Analisis debit banjir yang dilakukan dengan periode ulang 2, 5, 20, 50 dan
100 tahun. Proses perhitungan debit banjir dimulai dengan pengumpulan data
hujan dan topografi. Setelah data curah hujan rata-rata dan curah hujan rencana
didapat maka perhitungan debit banjir rencana dapat dilakukan dengan beberapa
metode antara lain :
4.1.5.1 Metode Hasper
Pada perhitungan debit banjir rencana metode Hasper, tinggi
hujan yang diperhitungkan adalah tinggi curah hujan pada titik
pengamatan.
Rumus umum :
Langkah perhitungan : QT = α β f q
6. Hitung besarnya koefisien daerah pengaliran(∝) Luas Pengaliran = 126,7 km2
∝=1 + 0.012f
0.7
1 + 0.075f0.7
(
)
(
126,7)
0,42 075. 0 1
7 , 126 012 . 0 1
7 , 0
7 . 0
= +
+ =
α
7. Hitung waktu konsentrasi (t)
Panjang Sungai = 20,98 km (data PSDA)
Kemiringan sungai = 0.04 (data PSDA)
t = 0.1L0.8I−0.3 t = 0.1(20,980.8)(0.04−0.3) t = 2,99 jam
(33)
1
β= 1 +
(t + 3.710−0.4t)
t2+ 15
f3/4 12
( )
(
)
1,57712 7 , 126 15 99 , 2 10 7 . 3 99 , 2 1
1 3/4
2 99 , 2 4 . 0 = × + × + + = − β
0,634
577 , 1 1 = = β
9. Hitung hujan maksimum (q)
RT = 136,44 mm (perhitungan curah hujan periode 100 tahun Metode
Log Person III)
Untuk t = 2-19 jam
Rt = t . RT
t + 1
33 , 102 1 99 , 2 44 , 136 99 , 2 = + × = Rt
q = Rt
3.6t
9,47 3/ / 2
99 , 2 6 . 3 33 , 102 km dt m q = × =
10.Hitung debit banjir kala ulang T-tahun (QT)
QT =∝ β f q
Debit banjir kala ulang 100 tahun
Q = 0,42 x 0.634 x 126,7 x 9,47 = 320,01 m3/dt
Perhitungan untuk periode ulang 2, 5, 10, 20, 50, dan 100 tahun pada Tabel 4.15
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Debit banjir dengan Metode Hasper T
(tahun)
CH Max
(mm/hari) α β
f
(km²) Rt
q (m³/dt/km²)
Q (m³/dt)
2 55,66 0,42 0,63 126,70 41,75 3,87 130,56
(34)
10 90,06 0,42 0,63 126,70 67,54 6,25 211,23
20 108,26 0,42 0,63 126,70 81,19 7,52 253,91
50 122,16 0,42 0,63 126,70 91,62 8,48 286,53
100 136,44 0,42 0,63 126,70 102,33 9,47 320,01
Sumber : Pengolahan data
4.1.5.2 Metode Melchior Rumus umum :
Q = α x I x A
Dimana : Q = debit maksimum (m³/dt) I = Intensitas hujan
α = Koefisien pengaliran A = Luas daerah pengaliran β = Koefisien reuksi
Langkah perhitungan
3. Nilai koefisien pengaliran (α), umumnya bernilai 0,42 – 0,62 Ambil nilai α = 0,52
4. Menentukan koefisien reduksi (β)
Dengan data : sumbu panjang a = 30 km Sumbu pendek b = 16 km
Didapat luas F = ¼ π a b = ¼ π 30 (16) = 376,99 ̴ 377 km² Dari nilai F = 377 km² , β1 dapat dihitung dengan rumus : F = 1970
β1−0,12 – 3960 + (1720 x β1 )
377 = β1970
1−0,12 – 3960 + (1720 x β1 )
Dengan trial dan error diperoleh nilai β1 = 0,78
4.1Dari tabel dapat diketahui nilai I , untuk nilai F = 377 km² didapat nilai I = 3,5 m³/dt/km²
(35)
4.3Menghitung nilai V = 1,31 x ( Q x S² )0,2
= 1,31 x ( 345,9 x 0,04² )0,2
= 1,16 m³/dt
2.4 Menghitung nilai tc =10�� 36�� =
10�20,98
36�1,16 = 5,02 jam = 301 menit
2.5 menghitung nilai β2 berdasarkan tabel, didapat F = 377 km², tc = 5,02 jam, dengan interpolasi sehingga diperoleh nilai
β2 = 71 % = 0,71
2.6 Menghitung β = β1 x β2 = 0,78 x 0,71 = 0,554 2.7 Menghitung nilai I sebenarnya:
I = 10��24��� 36�� =
10�0,554�136,44
36�5,02 = 4,18 m³/dt/km²
4.2 Coba lagi I dengan nilai 4,18 kemudian erhitungan dimulai dari perhitungan nilai Q sehingga diperoleh nilai I1 = I2, Pada kasus ini hasil perhitungan I1 = I2, diperoleh I = 4,3 m³/dt/km² dan tc = 288 menit dan besar koreksinya 6%, sehingga nilai I menjadi:
I = 1,06 x 4,3 = 4,56 m³/dt/km² 5 menghitung nilai Qmax untuk 100 tahun
Qmax = α x I x A
= 0,52 x 4,56 x 136,44 = 323,26 m³/dt
Perhitungan untuk periode ulang 2,5,10,20,50 dan 100 tahun pada tabel 4.16 berikut
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Debit Banjir dengan Metode Melchior T
(tahun)
CH Max
(mm/hari) Α β1 β2 β
f (km²)
I (m³/dt/km²) Qmax
(36)
5 76,07 0,52 0,78 0,71 0,55 126,70 4,56 180,30
10 90,06 0,52 0,78 0,71 0,55 126,70 4,56 213,46
20 108,26 0,52 0,78 0,71 0,55 126,70 4,56 256,59
50 122,16 0,52 0,78 0,71 0,55 126,70 4,56 289,54
100 136,40 0,52 0,78 0,71 0,55 126,70 4,56 323,29
Sumber : Pengolahan Data
4.1.5.3Metode Rasional
Rumus umum untuk metode rasional adalah : Q = 0.278 C.i.A
Langkah perhitungan : 6. Data :
R =136,44 mm/hr (berdasarkan curah hujan harian maximum metode Log Person III periode ulang 100 tahun)
I = 0.04 L = 20,997 km
7. Dengan adanya kemiringan dasar sungai (i) didapat beda tinggi titik terjauh dan mulut catchment (H) :
l = 0.9 L = 0.9 x 20,997 = 18,90 km
H = 755.89 m
8. Hitung nilai kecepatan pengaliran (V) dengan rumus : 6 . 0 72 = L H V jam km
V 9,78 /
997 , 20 7559 . 0 72 6 . 0 = =
9. Dianggap bahwa periode hujan yang akan menyebabkan debit banjir adalah sama dengan time concentration (t)
l H I × = 1000 90 , 18 1000 04 , 0 × = H
(37)
V L t=
jam
t 2.14
78 , 9 997 , 20 = =
10. Menghitung intensitas hujan dengan rumus Dr. Mononobe. 3
/ 2
24 24
= t R i mm
i 28,46
14 , 2 24 24 44 ,
136 2/3
= =
11. Koefisien pengaliran C = 0.5 dari Tabel 2.9 12. Menghitung debit puncak dengan rumus :
Q = 0.278 C i A = 0.278 x 0,5 x 28,46 x 126,7 = 501,14 m3/dt 13. Perhitungan selanjutnya pada Table 4.17
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional T
(tahun)
CH Max (mm/hari) C
i (mm) A (km²) Q (m³/dt)
2 55,66 0,50 11,61 126,70 204,46
5 76,07 0,50 15,86 126,70 279,40
10 90,06 0,50 18,78 126,70 330,78
20 108,26 0,50 22,58 126,70 397,63
50 122,16 0,50 25,48 126,70 448,71
100 136,44 0,50 28,46 126,70 501,14
Sumber : Pengolahan Data
Tabel 4.18 Rekapitulasi Debit Banjir T (Tahun) Hasper (m³/dt) Melchior (m³/dt) Rasional (m³/dt)
2 130,56 131,92 204,46
(38)
10 211,23 213,46 330,78
20 253,91 256,59 397,63
50 286,53 289,54 448,71
100 320,01 323,29 501,14
4.2 PERENCANAAN TEKNIS CHECK DAM
Tabel 4.19 Tabel Data Pedoman Perencanaan Check Dam
Data Keterangan
Lebar dasar saluran (B) = 25 m Dinas PSDA Kemiringan dasar Saluran (Ss) = 0,014 Dinas PSDA Ketinggian air maksimum hilir checdam (D) = 2 m Dinas PSDA Diameter median material dasar = 0,6 Dinas PSDA Luas catchment area = 126,7 �m2 Dinas PSDA Luas daerah = 524,10 �m2 Dinas PSDA Panjang sungai = 20,98 km Dinas PSDA Panjang sungai dari hulu – checkdam = 17,93 km Dinas PSDA Elevasi sungai bagian hulu = 425 m Dinas PSDA Elevasi pada lokasi checkdam = 1125 m Dinas PSDA
Berat jenis air (ρ) = 1000 kg/m3 Asumsi Berat jenis sedimen (ρs) = 2650 kg/m3 Asumsi Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m2/s Ketentuan Temperature air sungai (t) = 200C Asumsi
Debit aliran rencana 100 tahun melchior (Q) = 323,29 m3/s Perhitungan Sumber : Dinas PU PSDA Sumatera Barat
4.2.1 Analisis Erosi
Untuk menghitung prediksi erosi yang terjadi pada suatu DAS dapat menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation). USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi jangka panjang dari
(39)
erosi alur di bawah keadaan tertentu. USLE dikembangkan di USDA-SCS (United State Departemen of Agriculture-Soil Conservation Service) bekerja sama dengan Universitas Purdue oleh Wischemeier dan Smith, 1965 (Suripin, 2002).
Persamaan USLE dapat dinyatakan sebagai:
Ae = R x K x LS x C x P
Dimana:
Ae = perkiraan besarnya jumlah erosi (ton/ha/tahun)
R = faktor erosivitas curah hujan tahunan rata-rata (cm)
K = indeks erodibilitas tanah
LS = indeks panjang dan kemiringan lereng
C = indeks pengelolahan lahan
P = indeks upaya konservasi tanah atau lahan
4.2.1.1 Erosivitas Hujan (R)
Curah hujan merupakan unsur iklim yang memberikan kontribusi dalam
menentukan besar kecilnya jumlah erosi pada suatu DAS. Erosivitas merupakan
nilai indeks yang menjelaskan kemampuan hujan untuk menimbulkan atau
menyebabkan terjadinya erosi. Makin tinggi nilai indeks erosivitas hujan, maka
makin besar pula kemampuannya untuk menimbulkan erosi.
Berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun (2001-2010) yang diperoleh
(40)
yaitu stasiun pengamatan Sungai Ipuh yang terletak pada 01º23’22,6” LS ;
100º59’06” BT, stasiun pengamatan Jalan Balantai yang terletak pada 01º16’54”
LS ; 100º54’55,3” BT, diperoleh nilai curah hujan rata-rata DAS Batang Suliti
pada tabel terlampir pada tabel 4.23
Tabel 4.20 Lokasi Pengamatan Hujan DAS Batang Suliti
No. Nama Stasiun Lokasi Luas (Hectare)
1 Sungai Ipuh 01º23’22,6” LS ; 100º59’06” BT 67.508 2 Jalan Balantai 01º16’54” LS ; 100º54’55,3” BT 59.192 Sumber : Analisis dan Pengolahan Data
Gambar 4.1 : Peta Stasiun Hujan DAS Batang Suliti
Sumber : Dinas PU PSDA Sumatera Barat
(41)
Nilai Erodibilitas Tanah (K) diperoleh dari pengumpulan data sekunder
berupa peta digital sebaran jenis tanah pada DAS Batang Suliti yang diperoleh
dari Dinas PU PSDA Sumatera Barat.Dari gambar dapat dilihat bahwa jenis tanah
daerah DAS Batang Suliti adalah jenis tanah Podsolik. Dari Tabel maka didapat
nilai erodibilitas tanah (K) jenis tanah podsolik adalah 0,16.
Gambar 4.2: Peta Jenis Tanah DAS Batang Suliti
Sumber : Dinas PU PSDA Sumatera Barat
4.2.1.3 Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) adalah salah satu komponen
untuk menghitung prediksi erosi dalam metode USLE. Topografi sangat
mempengaruhi aliran permukaan dan erosi yang akan dibawanya. Nilai LS dapat
dihitung dengan melihat panjang dan kemiringan lereng suatu lahan. Kawasan
DAS Batang Suliti memiliki topografi yang beragam, dari wilayah yang datar
pada daerah hilir sampai ke wiliayah yang berbukit dan bergunung pada daearah
hulunya.
(42)
No Kemiringan (%)
Rata-rata
Tengah Luas (Ha) Persentase
Persentase
Thdp Luas Faktor S
1 0 - 5 % 2,5 41598 32,83189 0,328318863 0,00821
2 5 - 15 % 10 15216 12,00947 0,120094712 0,01201
3 15 - 25 % 20 35870 28,31097 0,283109708 0,05662
4 > 25 % 25 34016 26,84767 0,268476717 0,06712
126700 1 0,14396
Sumber : Analisis dan Pengolahan Data
Faktor panjang-kemiringan lereng:
LS = (L/22)� (0,006541�2 + 0,0456S + 0,065)
Diketahui: Panjang Lereng (L) = 20980 m
z = 0,2 karena S = 0,14396% (z = 0,2 jika S < 1%)
Maka,
LS = (20980/22)0,2 (0,006541(0,14396)2 + 0,0456(0,14396) + 0,065)
LS = 0,283
(43)
Sumber : Dinas PU PSDA Sumatera Barat
4.2.1.4 Faktor Penggunaan dan Pengelolaan Lahan (CP)
Faktor CP adalah gabungan nilai faktor penutup lahan dan faktor konservasi
lahan.
• Nilai C = Faktor penutup lahan atau pengelolaan tanaman. Faktor pengelolaan tanaman (C), ditentukan berdasarkan dari jenis vegetasi penutup tanaman yang
ada di sekitar DAS area tersebut. Adapun jenis vegetasi umumnya adalah padi,
sehingga dari tabel diperoleh nilai C = 0,5
• Nilai P = faktor konservasi lahan, penentuan indek konservasi tanah ditentukan dari interprestasi jenis tanaman dari tata guna lahan yang dievaluasi dengan
kemiringan lereng. Untuk faktor-faktor usaha pencegahan erosi (P), pada area ini
belum terdapat kegiatan konservasi untuk pemeliharaan lahan. Sehingga diambil
(44)
4.2.1.5 Perkiraan Erosi Yang Terjadi pada DAS Batang Suliti perkiraan besarnya erosi Per Luasan (Ha) adalah:
Ae = R x K x LS x C x P
Diketahui: R = 1276,88 C = 0,5
K = 0,16 P = 1
LS = 0,283
Ae = 1276,88 x 0,16 x 0,283 x 0,5 x 1
= 28,9085 ton/ha/tahun
Besarnya erosi yang terjadi pada DAS Batang Suliti adalah
Ae tot = Besarnya erosi perluasan x Luas Das Batang Suliti
= 29,9085 x 126.700
= 3.662.715 ton/tahun = 1.382.156 m3/tahun
4.2.1 Analisis Angkutan Sedimen Saluran
4.2.1.1 Perhitungan Angkutan Sedimen Dengan Formula Yang’s
1. Hitung luas permukaan basah (A)
A = ( B + mh ) h
= ( 25 + 4 3 2 ) 2
(45)
= 55,333 m2
P = B + 2h √1 + m2
= 25 + 2(2) �1 + 4
3 2
= 31,666 m
2. Nilai V = � � =
323,29
55,333 = 5,84 m3/s
3. Radius Hidrolik
Rh = � �=
55,333
31,666 = 1,747 m
4. Hitung kecepatan geser
U∗ = �� ∗ � ∗ ��
U∗ = √9,81∗1,747∗0,014
U∗ = 0,239
5. Viskositas
v = 1,792�10−6 1,0+0,0337�+0,000221T2
= 1,792�10−6
1,0+0,0337(20)+0,000221(20)2
(46)
6. Kecepatan jatuh ( fall velocity ω ) ω = 181 ��−�� . g . d2
�
ω = 181 2650−10001000 . 9,81 . 0,00062 1,0168x10−6
= 0,318 m2/s
7. Hitung harga Parameter Vcr / ω ���
� =
2,5
log��∗�50� �−0,06+ 0,06
= 2,5 log�0,239∗ 0,0006
1,0168x10−6�−0,06
+ 0,06
= 1,256
8. Konsentrasi sedimen Total ( dengan asusmsi fall velcity � = 0,5 m/s ) Log Ct = 5,435 – 0,286 log ��50
� - 0,457 log �∗
� + ( 1,799 – 0,409 log ��50
� − 0,314 log �∗
� ) log ( ���
� − �����
� ) = 5,435 – 0,286 log 0,318∗0,0006
1,0168x10−6 - 0,457 log
0,239
0,318 + ( 1,799 – 0,409
log0,318∗0,0006
1,0168x10−6− 0,314 log 0,239 0,318 ) log (
5,84∗0,014
0,318 −1,2560,014)
= 2,255
Ct = 102,255 =179,887ppm 9. Hitung Gw
Gw = ρ * B * D * V
(47)
10. Muatan Sedimen Qs
Qs = Gw * Ct
= 292000 * (179,887
1000000)
= 52,52 kg/s
( berat jenis sedimen untuk pasir = 2650 kg/m3 )
= 0,0198 m3/s ̴ 1712,57 m3/hari = 616.528 m3/ tahun
Maka muatan sedimen menggunakan Formula Yang’s adalah 616.528 m3/ tahun
4.2.1.2 Perhitungan Angkutan Sedimen Dengan Formula Shen and Hung 1. Hitung luas permukaan basah (A)
A = ( B + mh ) h
= ( 25 + 4
3 2 ) 2
= 55,333 m2
2. Hitung nilai Y
Y = ( Ss
0,57
ωo,32 )
0,007502
= ( 4,19∗0,014
0,57
0,318o,32 ) 0,007502
= 0,998
3. Hitung konsentrasi sedimen total
(48)
= -107404,459 + 324214*(0,998) – 326309,589*(0,998)2 + 109503,872* (0,998)3
= 2,364
Ct = 102,364 = 231,20 ppm
4. Hitung Gw
Gw = ρ * B * D * V
= 1000 * 25 * 2 * 5,84 = 292000 kg / s
5. Muatan Sedimen Qs
Qs = Gw * Ct
= 292000 * (231,20
1000000)
= 67,5104 kg/s
= 0,0254 m3/s ̴ 2201,09 m3/hari = 803.399 m3/ tahun
Maka muatan sedimen menggunakan Formula Shen and Huang adalah
803.399 m3/ tahun
4.2.1.3 Perbandingan hasil perhitungan Angkutan sedimen
Dari hasil perhitungan diatas, metode yang digunakan yaitu Formula Yang’s dan Formula Sheun dan Hung memiliki jumlah sedimen yang hampir sama. Berikut adalah grafik perbandingan angkutan sedimen Formula Yang’s dan Formula Sheun dan Hung terhadap waktu :
(49)
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan perhitungan angkutan sedimen
Sumber Analisis dan Pengolahan Data
Dari hasil perhitungan diatas dipilih formula Shen dan Huang karena
mengacu kepada estimasi yang lebih tinggi yaitu memiliki volume sedimen
sebesar 803.399 m3/ tahun.
4.2.4 Kapasitas Tampungan Check Dam Existing
Pada perencanaan awal, tidak disebutkan kapasitas tampungan dari check
dam, Jadi untuk menghitung kapasitas tampungan check dam dapat dihitung melalui dimensi penampang sungai dan ketinggian main dam existing. Dalam
menghitung kapasitas tampungan check dam digunakan rumus :
Ds =H.L.B
2
Langkah perhitungan :
0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000
1 2 3 4 5 6 7
Yang's Method
Shen and Huang Method
(50)
1. Data :
H = Tinggi Main Dam Existing dari tanah dasar sungai = 1,5 meter 2. Panjang tampungan sedimen rencana (L)
Sin (0,014) = 1,5
L
L = 6138,834 m
3. Kapasitas tampungan Check Dam Existing
Ds =H.L.B
2
Ds =1,5x6138,834x25
2 = 115.103m
3
Jadi daya tampung existing check dam adalah 115.103m3,Japat disimpulkan bahwa kapasitas tampungan existing check dam tidak mampu
menampung sedimen.
4.2.3 Evaluasi Desain Perencanaan check dam
Berdasarkan latar belakang bencana aliran debris yang pernah dialami
oleh masyarakat Suliti, dimana aliran tersebut telah menyebabkan kerusakan
prasarana masyarakat setempat, sehingga direncanakanlah bangunan
pengendali sedimen (check dam) dengan tipe gravity dam (impermeable dam)
yang diharapkan mampu menanggulangi masalah sedimentasi dan aliran debris
pada Batang Suliti. Pada dasarnya gravity dam (impermeable dam) dibuat
untuk menanggulangi aliran debris termasuk material sedimen berdiameter kecil,
namun setelah kapasitas tampung dam terisi sedimen pada waktu bajir kecil,
efektivitas dam dalam menampung aliran debris akan menurun sehingga harus
dilakukan pengerukan sedimen agar kapasitas tampungan sedimen pada check
dam selalu terjaga dan biasanya impermeable dam adalah berupa gravity dam yang terbuat dari beton atau pasangan batu. Sehingga untuk menanggulangi
(51)
masalah sedimen yang terjadi pada Batang Suliti tipe check dam yang cocok
adalah tipe gravity dam (impermeable dam).
4.2.3.1 Perencanaan Ketinggian Main Dam
Dalam perencanaan ketinggian main dam, Perlu dihitung kapasitas
tampungan check dam. Ketinggian Main Dam direncanakan sebesar 3 meter, hal
ini dimaksudkan agar check dam mampu menampung potensi sedimen yang akan
terjadi. Jika ketinggian check dam direncanakan lebih tinggi lagi, hal ini
berpengaruh terhadap biaya yang dikeluakan dan berpengaruh terhadap ketinggian
muka air di hulu.
Pada DAS Batang Suliti diketahui elevasi tanah dasar yaitu +580,2
sedangkan elevasi tebing pada lokasi perencanaan yaitu +587,7. Diperoleh
ketinggian saluran terhadap tebing yaitu 7,5 meter. Sehinggan untuk ketinggian
check dam sebesar 3 meter mungkin untuk dilaksanakan.
Untuk merencanakan ketinggian main dam digunakan rumus :
Ds =H.L.B
2
Langkah perhitungan :
1. Nilai H = Tinggi Main Dam Rencana dari tanah dasar sungai = dicoba 3 m 2. Hitung panjang tampungan sedimen rencana (L)
Sin (0,014) = 3
L
(52)
2. Hitung Kapasitas Check Dam
Ds =H.L.B
2
Ds =3x12277,6x25
2 =460412m
3
3. Hitung total pengerukan Check Dam yang diperlukan (n)
n= VolumeSedimen
VolumeTampungan =
803.399m3/ tahun
460.412m3 = 1,7 ~ 2… … … .OK
Maka perencanaan checkdam dengan tinggi Main dam = 3 meter dapat
diterima. Dan diperlukan setidaknya 2 kali pengerukan dalam 1 tahun.
Untuk meminimalisir hal tersebut perlu dilakukan koordinasi dari Dinas
terkait agar selalu melakukan pengawasan dalam penggunaan lahan dan
konservasi tanah agar daerah aliran sungai tidak banyak mengalami erosi dan
perlu dilakukan penanganan teknis dengan pengerukan (dredging) dan
penggelontoran (flushing) sedimen secara rutin yang merupakan bentuk koreksi
fisik jangka pendek yang dapat dilakukan pada check dam sehingga dapat
mengurangi volume sedimen di check dam.
4.2.3.2 Perencanaan Dimensi Pelimpah
Pada perencanaan pelimpah, diasumsikan air melimpah diatas check dam
sehingga dalam perencanaan pelimpah digunakan persamaan energi debit
(53)
Q= 2
3.Cd.�� 2
3g�. (Be).He
3/2
Langkah perhitungan :
1. Data :
Q = Debit diatas pelimpah = 323,29m3/dt Cd = Koefisien debit ( Cd = C0.C1.C2)
C0 = Merupakan fungsi He/r C1 = Merupakan fungsi p/He
C2 = merupakan fungsi p/He dan kemiringan muka hulu bendung g = Percepatan gravitasi= 9,81 m/dt2
Be = Lebar Pelimpah (m) W = Tinggi jagaan (m)
m = Kemiringan tepi Pelimpah = 0,5 direncanakan B = Lebar sungai rata-rata = 25 m
He= Tinggi air diatas pelimpah
2. Hitung tinggi air diatas pelimpah
Q= 2
3.Cd.�� 2
3g�. (Be).He
3/2
Bila disederhanakan rumus diatas menjadi :
Q=1,704.Be .He3/2 323,29= 1,704. 25. He3/2
Sehingga diperoleh ketinggian air diatas pelimpah (He) = 3,86 meter
3. Kontrol terhadap koefisien debit yang dipakai dengan menggunakan
rumus Rehbock (sumber : Program Magister PSDA-ITB-PU, Pokok
(54)
C= 0,602+0,083�H3 H� Dengan :
H3 = Tinggi air diatas pelimpah = 3,6 m
H = Tinggi mercu Main Dam dari tanah dasar sungai = 3 m
Maka :
C= 0,602+0,083�3,86
3 �=0,708 ~ 0,7… … …0k‼!
Jadi Koefisien Debit yang dipakai = 0,7 cocok dengan nilai koefisien debit
yang ditentukan oleh Rumus Rehbock.
4.2.3.3Perencanaan Kemiringan Main Dam
Kemiringan tubuh main dam bagian hilir telah ditetapkan (n) = 0,2 (Japan
International Cooperation Agency (JICA), Volcanic Sabo Technical Centre, Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen) dengan tinggi tubuh dam rencana 5
m. Untuk menghitung kemiringan main dam bagian hulu, digunakan rumus
Anonymous :
(1+α)m2+ [2(n+β) +n(4α+γ) +2.α.β]m
−(1+3α) + α.β(4n+β)−γ(3nβ+β+n2 ) =0 Langkah perhitungan :
1. Data :
n = Kemiringan Tubuh Dam bagiah Hilir = 0,2 α = H3
H =
TinggiAirdiatasMercu
Tinggi =
3,86m
(55)
β = b1
H =
LebarMercu
Tinggi =
25m
5m = 5
γ = γc
γw
=BeratIsiBahanDam
BeratIsiAir =
2,2t/m3
1t/m3 = 2,2
m = Kemiringan Main Dam bagian Hulu
2. Hitung kemiringan Main Dam bagian hulu
(1+1,28)m2+ [2(0,2+5) +0,2(4x1,28+2,2) +2x1,28x5]m
−(1+3x1,28) + 1,28x5 (4x0,2+5)−2,2 (3x0,2x5+5+0,22 ) =0 2,28m2+24,664m−14,592= 0
Untuk mendapatkan akar-akar persamaan kuadrat m, digunakan rumus :
−b±�b2 −4.a.c 2.a
= −24,664±�24,664
2−4x2,28x−14,592
2x2,28
m1 = −24,664+27,228
4,56 =0,57… … memenuhi
m2 = −24,664−27,228
4,56 =−11,37… tidakmemenuhi
Dari kedua nilai akar-akar persamaan kuadrat diatas, nilai m1 dapat
diambil sebagai kemiringan main dam bagian hulu = 0,57~ 0,6
Dengan demikian maka diambil kemiringan main dam bagian hulu = 0,6
Kemiringan Main Dam = Kemiringan Sub Dam
4.2.3.4Perencanaan Lebar Dasar Main Dam
Lebar dasar main dam sangat dipengaruhi oleh kemiringan bagian hulu dan
(56)
Langkah perhitungan :
1. Data :
m = 0,6 n = 0,2
b = 2,5 m (Lebar mercu berdasarkan tabel 2.13
dengan material pasir dan kerikil nilai berkisar 1,5 – 2,5 ) H = Tinggi main dam diatas fondasi = 3 m
2. Hitung lebar Main Dam bagian bawah diatas tanah dasar (b2)
b2 = b1+mxH+nxH
b2 = 2,5+ (0,6x3 ) + (0,2x3) =4,9= 5,0m
Gambar 4.5. Kemiringan dan lebar Dasar Main Dam
4.2.3.5 Perencanaan Kedalaman Fondasi
Disarankan fondasi masuk kedalam batuan dasar 1 – 2 m pada tanah berpasir
atau batu. Meskipun demikian masuknya fondasi dalam tanah dapat lebih dalam
(57)
dasar tidak homogen (Japan International Cooperation Agency (JICA), Volcanic
Sabo Technical Centre, Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen).
Pada check dam Batang Suliti direncanakan kedalaman fondasi = 1,5 m
4.2.3.6 Perencanaan Sub Dam dan Lantai (Apron)
Struktur main dam hampir sama dengan sub dam yang membedakannya
hanya dimensi dan fungsinya. Apabila main dam berfungsi untuk menampung dan
mengendalikan sedimen sedangkan sub dam berfungsi sebagai pemecah energi air
yang disebabkan oleh limpasan air akibat dari peninggian elevasi sungai karena
adanya main dam. Lantai (Apron) yang terletak antara main dam dan sub dam
dibuat untuk menanggulangi bahaya gerusan pada dasar sungai asli.
Langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
H = Tinggi Main Dam dari permukaan lantai (Apron) = 3 m H3 = Tinggi air diatas mercu Main Dam = 3,86 m
Qd = Debit diatas mercu Main Dam = 323,29 m3/dt g = Percepatan gravitasi = 9,81 m/dt2 Be = Lebar pelimpah
β = Koefisien (4,5 ~ 5,0) B = Lebar sungai = 25 m
9. Jarak Antara Main Dam dengan Sub Dam L = (1,5 ~ 2,0) x (H1 + H3)
L = (1,5 ~ 2,0) x (3 + 3,86)
L = 10,29 ~ 13,72 m (diambil 13 m)
10. Tinggi Sub Dam H2 = (⅓ ~ ¼) x H1
(58)
H2 = (⅓ ~ ¼) x 3
H2 =1 ~ 0,75 (diambil 1 m)
3. Hitung debit persatuan lebar pelimpah (qo)
qo = Qd
B1
q
o =
323,29
25 = 12,93m3/dt/m
4. Hitung kecepatan aliran (Vo)
Vo = qo
H3
Vo = 12,93
3,86 = 3,34m/dt 5. Hitung panjang terjunan (Lw)
Lw =V0�
2�H+1
2H3�
g �
1 2
Lw =3,34�
2�3+12.3,86� 9,81 �
1 2
= 3,36m
6. Hitung kecepatan aliran diatas titik terjunan (V1)
V1 = ��2g(H+H3)�
V1 = ��2x9,81(3+3,86)�= 11,6m/dt 7. Hitung tinggi air pada titik jatuh terjunan (h1)
h1 = qo
V1
h1 = 12,93
11,6 = 1,11m
(59)
F1 = V1 �(gxh1) =
13,94
�(9,81x1,11)=4,22
4,22 > 1 ……….. Aliran superkritis
9. Hitung tinggi loncatan air dari permukaan lantai s/d diatas mercu Sub Dam (hj)
hj= h1
2 ��1+8.Fr
2−
1� hj= 1,11
2 ��1+8x4,22
2 −1�= 6,1m
10. Hitung panjang loncatan air (X), nilai β diambil = 4,5 X= βxhj=4.5x6,1=27,42m
Hitung debit persatuan lebar sungai (q1)
q
1 =
Qd B =
323,29
25 =12,93 m
3/dt/m
11.Hitung tinggi air diatas Sub Dam (Yc)
Yc= ��q12
g �
3
= ��12,93
2
9,81 �
3
= 2,57m
Dikarenakan sedimen-sedimen berukuran besar telah tertahan pada hulu
main dam sehingga sedimen-sedimen berukuran kecil akan mengalir dari pelimpah dan tertahan pada hulu sub dam dan berdasarkan ketentuan pada Tabel 1
Bab III, maka diambil lebar mercu sub dam (b3) = 1,5 m
12.Tebal lantai olakan (t)
t= 0,1(0,6H+3H3−1) =0,1((0,63+33,86)−1) = 1,3m 13.Lebar dasar Sub Dam (b4)
(60)
Gambar 4.6. Penampang Main Dam dan Sub Dam
4.2.3.7 Tinjauan Gerusan Lokal di Hilir Sub Dam
Gerusan yang terjadi di hilir sub dam disebabkan oleh limpasan air dari
mercu sub dam namun kekawatiran akan gerusan yang terjadi pada dasar sungai
di hilir sub dam sangat erat kaitannya dengan jenis dari tanah dasar sungai. Pada
sungai Batang Suliti, tanah dasar sungai didominasi oleh batuan-batuan, jadi
secara umum tanah dasar sungai Batang Suliti sangat baik dalam menerima beban
struktur akibat adanya Check Dam.
Langkah perhitungan :
1. Data
B = Lebar Sungai = 25 m
n = Koefisien kekasaran Manning untuk sungai curam = 0,05 ( tabel 2.18 ) Qd = 323,29m³/dt
Io = Kemiringan rata-rata sungai sampai ke lokasi Check Dam = 0,014 q1 = Debit persatuan lebar sungai = 12,93 m3/dt/m
Yc = Tinggi air diatas Sub Dam = 2,57 m
2. Hitung tinggi air di Hilir Sub Dam
hc =� q1
1 n x�Io
� 3 5
hc=� 12,93
1
0,05 x√0,014
� 3 5
(61)
Sehingga nilai H :
H= hc+Yc =2,77+2,57=5,34m H
Yc= 5,34
2,57=2,00 Menurut ketentuan Vendjik :
3. 2,00 < H/Yc < 15 , maka T = 3 Yc + 0,10 H 4. 0,5 < H/Yc < 2 , maka T = 0,4 Yc + 0,40 H
Maka dipakai Ketentuan Vendjik nomor 2 :
T= 0,4Yc+0,40H
T= 0,4x2,57+0,40x5,34=3,16m
Gambar 4.7. Gerusan Lokal di Hilir Sub Dam
4.2.3.8 Perhitungan Gaya dan Momen
Tipe check dam rencana adalah tipe gravity (impermeable dam) yang
material utamanya adalah batu kali. Dipilihnya batu kali sebagai material utama
(62)
disamping harga konstruksi lebih ekonomis, tumpukan batu kali akan lebih
bermanfaat dan tepat guna.
Adapun gaya-gaya yang bekerja pada check dam adalah :
A.Berat Sendiri Struktur Main Dam
Gambar 4.8. Segmen Berat Struktur Main Dam Langkah perhitungan segmen W1 tinjauan lebar 1 m :
1. Data
γb = Berat isi Pasangan Batu Kali = 2,2 t/m3
A = Luas penampang Main Dam
Lx = Lengan momen arah horizontal
2. Hitung berat struktur Main Dam
W= Axγ
b
W1= (½x1,8x3) x2,2= 5,94t 3. Hitung Momen
(63)
Lx = ��1
3 x1,8�+2,6+0,6�=3,8m M= WxLx
M= 5,943,8=22,572t.m 4. Perhitungan selanjutnya ditabelkan
Tabel 4.25 Gaya dan Momen Struktur Main Dam
Notasi Perhitungan
Lengan
Momen Momen
(M)
W1 0,5 . 1,8 . 3 . 2,2 = 5,940 T 3,800 22,572 T.M
W2 1,5 . 5 . 2,2 = 16,500 T 2,500 41,250 T.M
W3 2,6 . 3 . 2,2 = 17,160 T 1,900 32,604 T.M
W4 0,5 . 0,6 3 . 2,2 = 1,980 T 0,400 0,792 T.M
TOTAL ΣW = 41,580 T ΣMW = 97,218 T.M Sumber : Analisis dan Pengolahan Data
(64)
Gambar 4.9. Penampang Gaya Tekanan Sedimen
Langkah perhitungan segmen H1 tinjauan lebar 1 m :
1. Data
γs = Berat isi Sedimen dalam air = 1,8 t/m3 Ø = 300
Lx = Lengan momen arah horizontal Ly = Lengan momen arah vertikal 2. Hitung nilai koefisien tanah aktif (Ka)
Ka= Tan2�45− 2� Ka= Tan2�45−30
2�=0,333
3. Hitung tekanan sedimen terhadap Main Dam (Ps)
Ps =½xγsxH2xKa
Ps =½x1,8x32x0,333=2,697t 4. Hitung Momen
Ly = 1
3 x3=1m
M= PsxLy = 2,7x1= 2,7t.m 5. Perhitungan selanjutnya ditabelkan
(65)
Tabel 4.26 Gaya dan Momen Sedimen
Notasi Perhitungan
Gaya (T) Lengan Momen
Momen (T.M)
H V X Y MV MH
G1 0,5 . 1,8 . 3 . 1,8 - 4,860 4,400 - 21,384 - H1 0,5 . 1,8 . 3 . 3 . 0,333 2,700 - - 1,000 - 2,700 TOTAL
(Σ) 2,700 4,860 21,384 2,700
Sumber : Analisis dan Pengolahan Data
Berat Sedimen pada Segmen G1 akan menambah berat struktur Check Dam, sehingga dapat menambah kestabilan Check Dam pada tanah dasar sungai.
C.Tekanan Air a. Air Nomal
Gambar 4.10. Penampang Gaya Tekanan Air Normal
(66)
1. Data
γw = Berat isi air = 1 t/m3
Lx = Lengan momen arah horizontal Ly = Lengan momen arah vertikal
2. Hitung tekanan air normal segmen H2
Ph = ½xγwxH2 Ph = ½x1x32 = 4,5t 3. Hitung Momen segmen H2
Ly = 1
3 x3=1m M= PhxLy
M= 4,5x1= 4,5t.m
4. Perhitungan selanjutnya ditabelkan
Tabel 4.27 Gaya dan Momen Air Normal
Notasi Perhitungan
Gaya (T) Lengan Momen
Momen (T.M)
H V X Y MV MH
G2 0,5 . 1,8 . 3 . 1 - 2,700 4,400 - 11,880 -
H2 0,5 . 1 . 3 . 3 4,500 - - 1,000 - 4,500
TOTAL
(Σ) 4,500 2,700 11,880 4,500 Sumber : Analisis dan Pengolahan Data
Berat Air pada Segmen G2 akan menambah berat struktur Check Dam, sehingga dapat menambah kestabilan Check Dam pada tanah dasar sungai.
(67)
Gambar 4.11. Penampang Gaya Tekanan Air Banjir Langkah perhitungan segmen H3 tinjauan lebar 1 m :
1. Data
γw = Berat isi air = 1 t/m3
Lx = Lengan momen arah horizontal Ly = Lengan momen arah vertikal 2. Hitung tekanan air banjir segmen H3
Ph = ½xγ
wxH
2
Ph = ½x1x (3+3,86)2 = 23,53t
3. Hitung Momen segmen H3
Ly = 1
3 x (3+3,86) =2,287m M= PhxLy
M= 23,53x2,287=53,805t.m 4. Perhitungan selanjutnya ditabelkan
(68)
Notasi Perhitungan
Gaya (T) Lengan
Momen Momen (T.M)
H V X Y MV MH
G4 0,5 . 1,8 . 3 . 1 - 2,700 4,400 - 11,880 -
G5 3,86 . 4,4 . 1 - 16,984 2,800 - 47,555 H3 0,5 . 1 . 6,86 . 6,86 23,530 - - 2,287 - 53,805 TOTAL
(Σ) 23,530 19,684 59,435 53,805
Sumber : Analisis dan Pengolahan Data
Berat Air pada Segmen G4, G5 akan menambah berat struktur Check Dam pada saat banjir, sehingga dapat menambah kestabilan Check Dam pada tanah dasar sungai.
D. Gaya Gempa
Jenis tanah pada sungai Batang Suliti adalah batuan, maka berdasarkan tabel 2.16 didapat nilai n = 2,76 dan m = 0,71. Berdasarkan peta zona gempa pada Gambar 2.11, maka faktor zona gempa (z) untuk daerah Sumatera Barat adalah 1,56.
Dalam menghitung Gaya Gempa digunakan rumus umum :
Gg= WxE
Langkah perhitungan untuk Periode Ulang Gempa 20 Tahunan :
1. Data
n = Koefisien Jenis Tanah = 2,76
m = Koefisien Jenis Tanah = 0,71
(69)
z = Faktor Gempa = 1,56
ac = Percepatan Gempa Dasar = 0,85
W = Berat struktur (ton)
2. Hitung Percepatan Gempa (ad) ad = n(acxz)m
=2,76 (0,851,56)0,71 =0,887/2
3. Hitung Nilai Koefisien gempa
E= ad
g
E= 0,887
9,81 = 0,09
4. Perhitungan selanjutnya ditabelkan
Tabel 4.29 Perhitungan Koefisien Gempa Batang Suliti Periode
Ulang n m
ac ad
E m/dt2 m/dt2
20 2,76 0,71 0,850 0,887 0,090
50 2,76 0,71 1,130 1,086 0,111
100 2,76 0,71 1,600 1,390 0,142
Sumber : Analisis dan Pengolahan Data
Maka untuk perencanaan gempa 100 Tahun diambil Koefisien = 0,142 → 0,15, karena koefisien gempa berdasarkan pada kondisi geologi dan sekitarnya dapat
dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 4.30 Koefisien Gempa Berdasarkan pada kondisi Geologi dan Sekitarnya
Geologis Lokasi
Bantuan Dasar 0,12 0,10
(70)
Batuan Tidak Masif Daerah Tersier
Sumber : Japan International Cooperation Agency (JICA), Volcanic Sabo Technical Centre, Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen.1985
5. Hitung Gaya Gempa Gg= WxE
Untuk Berat Struktur segmen W1 : Gg= 5,94x0,15= 0,891t 6. Hitung Momen Gempa segmen W1
Ly = �1
3 x3�+1,5 =2,5m M= GgxLy
M= 0,891x2,5=2,2275t.m 7. Perhitungan selanjutnya ditabelkan
Tabel 4.31 Perhitungan Gaya dan Momen Gempa
Segme
n Gaya Gaya
Gemp
a lengan
mome
n Momen (t.m)
(ton) H V Ly Lx Mh Mv
W1 5,94 0,891 - 2,5 - 2,2275
W2 16,5 2,475 - 0,75 - 1,85625
W3 17,16 2,574 - 3 - 7,722
W4 1,98 0,297 - 2,5 - 0,7425
G1 4,86 0,729 - 2 - 1,458
Total 6,966 10,75
14,0062
5 0
(71)
Gaya Berat yang dimasukkan dalam menghitung Gaya dan Momen Gempa adalah Berat Struktur dan Berat Sedimen yang ada pada bagian hulu Main Dam dengan anggapan Sedimen terisi penuh setinggi mercu Main Dam.
E. Gaya Angkat (Uplift Pressure)
Gambar 4.12. Penampang Main Dam yang dipengaruhi Uplift Pressure Dalam menghitung Gaya Angkat digunakan rumus :
Ux = hx− Lx ΣL x∆H Lx = Lv+1
3xLh
Langkah perhitungan Uplift Pressure pada titik tinjauan :
1. Data
γw = 1 t/m3
hx = Ketinggian muka air di Hulu bendung = 3,86 m
ΔH = Selisih tinggi tekanan (m) = 3,86 -2,57 = 1,29 m
A = Luas diagram gaya uplift (m2) ΣL = Panjang creep line total (m)
(72)
Lv = Panjang creep line sampai titik tinjauan arah vertical (m) = 4,5 m Lh = Panjang creep line sampai titik tinjauan arah horizontal (m) = 5 m
Hitung panjang Creep Line pada titik tinjauan
Lx = Lv+1
3xLh
LA =0+1
3x4,5=1,5m LB= 0+1
3x5= 1,6m
2. Hitung Uplift pada titik tinjauan
Ux = hx− Lx ΣL x∆H UA = 3,86−1,5
5 x1,29= 3,47m UB= 3,6 −1,6
5 x1,29= 3,44m
Gambar 4.13. Luasan Diagram Uplift Pressure 3. Hitung Luas Diagram Gaya
A1= 3,47x5= 17,35m2
A2= ½x (3,47−3,44) x 5=0,075m2
4. Hitung Uplift berdasarkan luas diagram tinjauan 1 m lebar U= Axγw
(73)
U2 = 0,075x1= 0,075t
Utotal= 17,35+ 0,075=17,425t
5. Hitung Momen Uplift
M1 = (½x5) x17,35=43,375t.m M2 = (⅔x5) x0,075=0,25t.m
Mtotal= 43,375+0,25=43,625t.m
Tabel 4.32 Gaya dan Momen yang bekerja saat Air Normal sebelum direduksi Uplift
No. Item
Gaya (t) Momen (t.m)
V H V H
1 Berat Struktur 41,58 - 97,218 -
2 Tekanan
Sedimen 4,86 2,7 21,384 2,7
3 Tekanan Air 2,7 4,5 11,88 4,5
4 Gempa - 6,966 - 14,006
Total 49,14 14,166 130,482 21,206 Sumber : Analisis dan Pengolahan Data
Tabel 4.33 Gaya dan Momen yang bekerja saat Air Banjir sebelum direduksi Uplift
No. Item
Gaya (t) Momen (t.m)
V H V H
1 Berat Struktur 41,58 - 97,218 -
2 Tekanan
Sedimen 4,86 2,7 21,384 2,7
3 Tekanan Air 19,684 23,53 59,435 53,805
4 Gempa - 6,966 - 14,006
(1)
Tabel 4.18 Rekapitulasi Debit Banjir
Tabel 4.19 Tabel Data Pedoman Perencanaan Check Dam Tabel 4.20 Lokasi Pengamatan Hujan DAS Batang Suliti
Tabel 4.21 Data Curah Huan Rata-rata Stasiun Sungai Ipuh (2005 – 2014 ) Tabel 4.22 Data Curah Huan Rata-rata Stasiun Sungai Ipuh (2005 – 2014 ) Tabel 4.23 Perhitungan Erosivitas Hujan (R) DAS Batang Suliti
Tabel 4.24 Kemiringan lereng dan nilai faktor S pada DAS Batang Suliti Tabel 4.25 Gaya dan Momen Struktur Main Dam
Tabel 4.26 Gaya dan Momen Sedimen Tabel 4.27 Gaya dan Momen Air Normal Tabel 4.28 Gaya dan Momen Air Banjir
Tabel 4.29 Perhitungan Koefisien Gempa Batang Tampo
Tabel 4.30 Koefisien Gempa Berdasarkan pada kondisi Geologi dan Sekitarnya
Tabel 4.31 Perhitungan Gaya dan Momen Gempa
Tabel 4.32 Gaya dan Momen saat Air Normal sebelum direduksi Uplift
Tabel 4.33 Gaya dan Momen saat Air Banjir sebelum direduksi Uplift Tabel 4.34 Rekapitulasi Gaya dan Momen yang bekerja pada Check
(2)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Check Dam
Gambar 2.2 Metode Polygon Thiessen Gambar 2.3 Metode Polygon Isohyet
Gambar 2.4 Penampang Tampungan Check Dam Gambar 2.5 Penampang Main Dam (Tubuh Dam) Gambar 2.6 Gerusan di Hilir Sub Dam
Gambar 2.7 Sketsa Penampang Check Dam Gambar 2.8 Sketsa Penampang Main Dam Gambar 2.9 Peta Zona Gempa Sumbar Gambar 2.10 Tekanan Sedimen
Gambar 2.11 Gaya Hidrostatis Air Normal Gambar 2.12 Gaya Hidrostatis Air Banjir
Gambar 3.1 Peta Lokasi check dam Propinsi Sumatera Barat Gambar 3.2 Peta Wilayah Studi
Gambar 3.3 Peta Catchment Area
Gambar 3.4 Peta Kemiringan Lereng DAS Batang Suliti Gambar 3.5 Jenis Tanah DAS Batang Suliti
Gambar 3.6 Peta Stasiun Curah Hujan Gambar 3.7 Skema Rancangan Penelitian
(3)
Gambar 4.2 Peta Jenis Tanah DAS Batang Suliti
Gambar 4.3 Peta Kemiringan lereng DAS Batang Suliti
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan perhitungan Angkutan Sedimen Gambar 4.5 Kemiringan dan Lebar Dasar Main Dam
Gambar 4.6 Penampang Main Dam dan Sub Dam Gambar 4.7 Gerusan Lokal di Hilir Sub Dam Gambar 4.8 Segmen Berat Struktur Main Dam Gambar 4.9 Penampang Gaya Tekanan Sedimen Gambar 4.10 Penampang Gaya Tekanan Air Normal Gambar 4.11 Penampang Gaya Tekanan Air Banjir
Gambar 4.12 Penampang Main Dam yang dipengaruhi Uplift Pressure Gambar 4.13 Luasan Diagram Uplift Pressure
(4)
DAFTAR NOTASI
Ae = perkiraan besarnya jumlah erosi (ton/ha/tahun) R = faktor erosivitas curah hujan tahunan rata-rata (mm) K = indeks erodibilitas tanah
LS = indeks panjang dan kemiringan lereng C = indeks pengelolahan lahan
P = indeks upaya konservasi tanah atau lahan
R = Erosivitas Curah Hujan Tahunan Rata-rata (mm) Rm = Erosivitas Curah Hujan Bulanan (cm)
(Rain)m = Curah hujan bulanan (cm) K = Factor erodibilitas tanah M = Persentase ukuran partikel L = panjang lereng (m)
S = kemiringan lereng (%), dan
Z = konstanta yang besarnya bervariasi tergantung besarnya S. Ct = konsentrasi sedimen total
d50 = diameter sedimen 50% dari material dasar (mm) � = kecepatan jatuh (m/s)
V = kecepatan aliran (m/s) Vcr = kecepatan kritis (m/s) Ss = kemiringan saluran U* = kecepatan geser (m/s) B = lebar saluran (m) D = kedalaman saluran (m) Qs = muatan sedimen (kg/s)
P
� = curah hujan rata-rata
(5)
N = jumlah stasiun Ai = luas areal polygon
XT = curah hujan kala ulang T-tahun (mm)
X
� = nilai rata-rata hitung variat S = Standar Deviasi
XTR = Curah hujan maksimum dalam PUH TR (mm/jam) KTR = Skew curve faktor
S logX
�������� = Standar Deviasi dari log Xi
Cs = Koefisien kemencengan (Skewnes) XI X2 = Nilai Chi-Kuadrat terhitung
Ef = Frekuensi (banyak pengamatan) yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya
Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
α = Banyaknya keterikatan (banyaknya parameter), untuk uji Chi-Kudrat adalah 2.
β = Koefisien reduksi
q = Hujan maksimum ( m3 / dtk / km2 )
U = variabel standar deviasi pada kala ulang T tahun I = intensitas hujan (mm/jam)
Yc = Tinggi Air diatas Sub Dam Hc = Tinggi Air di Hilir Sub Dam H = Gaya Hidrostatis arah Horizontal G1 = G2 = Gaya Hidrostatis arah Vertikal
h1 = Tinggi Air di hulu Main Dam pada saat Air Normal h2 = Tinggi Air di hilir Main Dam pada saat Air Normal Ux = Uplift pressure pada titik tinjauan (t/m2)
hx = Ketinggian muka air di Hulu bendung (m) Lx = Panjang creep line sampai titik tinjauan (m)
Lv = Panjang creep line sampai titik tinjauan arah vertikal (m) Lh = Panjang creep line sampai titik tinjauan arah horizontal (m)
(6)
ΣL = Panjang creep line total (m) ∆H = Selisih tinggi tekanan (m)
γw = Berat isi air (t/m3
)
A = Luas Diagram Gaya (m2) F = Tekanan air (t/m)
P = Benturan oleh batu-batuan (t/m) h = Tinggi aliran sedimen (m)
V = Kecepatan aliran sedimen (m/dt) R = Jari-jari baru (m)
D = Berat volume dam (t/m2) ∑MT = Jumlah momen tahan (tm) ∑MG = Jumlah momen guling (tm) ∑ MV = Jumlah momen vertikal (tm) ∑ MH = Jumlah momen horizontal (tm) ∑ V = Jumlah gaya vertikal (t) E = Eksentrisitas (m)