Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Gangguan Akibat Kecelakaan Dan Cedera
PEDOMAN PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO
GANGGUAN AKiBAT
KECELAKAAN DAN CEDERA
(Seri Kecelakaan Lalu Umas)
KEMENTERIAN KESEHATAN
DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
SUBDIT GANGGUAN AKIBAT KECELAKAAN DAN CEDERA
JAKARTA,2010
KATA PENGANTAR
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, karena tingginya angka kematian yang diakibatkannya. Salah satu
penyebab kematian PTM adalah kecelakaan lalu lintas.
Setiap kejadian kecelakaan lalu lintas (KLL) akan tentu melibatkan serangkaian
faktor risiko seperti manusia, kendaraan, sarana prasarana jalan dan lingkungan
baik yang bersifat ekonomi maupun sosial.
Untuk lebih mengetahui faktor risiko apa saja yang perlu diidentifikasi dan
selanjutnya mencegah kecelakaan lalu lintas maka diperlukan Pedoman
Pengendalian Faktor Risiko GangguanAkibat Kecelakaan dan Cedera (GAKCE)
Kecelakaan Lalu Lintas sebagai acuan kerja petugas lapangan.
Kami harapkan Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Gangguan Akibat
Kecelakaan dan Cedera ini dapat dipergunakan oleh petugas lapangan terutama
di bidang kesehatan sebagai acuan dalam berperan serta mengurangi dan
mencegah kecelakaan lalu lintas.
Jakarta,
dゥイ・ォエオセ@
Nopember 2009
Pengendalian PTM
セ
N@
Dr. Yusharmen, D.CornmH, MSc
NIP. 195408051983121001
DAFTAR 151
Halaman
KATA PENGANTAR .... .... ... ....... ... ......... ...... .......... ... ... ..... ..... ........... ... ....... .
DAFTAR lSi... .. .. .. ............ .... ... .. ...................... ................................... .... .....
iii
BAB I
PENDAHULUAN ... .......... .... ............. .... .... ..................... ............
1
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN ... .... .. ............. ... ..... .... ...... ......... ...... .
5
BAB III
KEBIJAKAN & STRATEGI .......... ... .... .......... ..... ........ .. ............ ..
7
BAB IV
FAKTOR RISIKO............... ....... ................... ..................... .........
9
BAB V
PROGRAM PENGENDALlAN.. . ......... ..... ......... ...... .......... ....... 15
BAB VI
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN .... ..... .............. ..... .... .. .. 21
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI ............ ......... .... .... ........ .... ....... 27
BAB VII
PENUTUP ...... ... ..... .... .. ... ............ .... .... .. ..... ..... .... .... ... ... ........ .... 29
Daftar Pustaka ... .............. .. ................ ....................................... 31
Pengertian... ...... ......... .... ....... .... .. ... .... ..... .... .... .... ....... ...... ....... .. 32
Tim Penyusun .. ..... ..... ..... ... ....... .. .... .... ..... ..... .......... .......... ........ 33
iii
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan
sebanyak 1, 18 juta orang meninggal karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini
merupakan 2,1% dari kematian global, dan merupakan indikator penting dalam
status kesehatan (WHO, 2004).
Pada tahun 1990, kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat ke 9 (WHA)
penyebab utama faktor risiko, penyakit dan kematian dan meliputi 2,6% dari
kehilangan kualitas hidup secara global. Selain itu pada tahun 2020 diperkirakan
angka kecelakaan lalu lintas menduduki urutan ke 3 di atas masalah kesehatan
yang lain seperti malaria, TB paru, dan HIV/AIDS berdasarkan proyeksi penyakit
secara global.
Dalam perkembangan sistem transportasi penggunaan kendaraan bermotor
mengindikasikan peningkatan kejadian kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2006,
pertambahan volume kendaraan meningkat secara cepat, terutama sepeda
motor dengan populasi sebesar 70% dari seluruh kendaraan bermotor yang ada.
Kontribusi sepeda motor terhadap kejadian kecelakaan secara nasional sebesar
67,69% (Ditlantas POLRI, 2006).
Pada tahun 2002, 90% dari kematian global karena kecelakaan lalu lintas terjadi
di negaranegara dengan penghasilan rendah sampai sedang . Cedera karena
kecelakaan lalu lintas secara tidak seimbang menimpa golongan miskin di
negaranegara tersebut, dengan sebagian besar korban adalah pemakai jalan
yang rentan seperti pejalan kaki, pengendara sepeda, anakanak, dan
penumpang. (WHO, World Report 2004)
1
Masalah dan beban karena kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut wilayah
secara geografi. Lebih dari separoh kematian karena kecelakaan lalu lintas jalan
terjadi diAsia Tenggara dan wilayah Pasifik Sarat dan angka tertinggi kecelakaan
terjadi di wilayah Afrika.
Data dari Jasa Marga menunjukan bahwa tingkat fatalitas kecelakaan lalu lintas
kendaraan bermotor pada tahun 2003 meningkat dari 1,7 pad a tahun sebelumnya
hingga mencapai 2,7 pad a tahun 2003. Penyebab kecelakaan sebagian besar
karena kelalaian supir, kelelahan fisik, pecah ban dan rem blong (Jasa marga 2003).
Risiko kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, hampir
50% kematian global terjadi pada golongan dewasa dengan kisaran umur 1544
tahun. Secara global, angka kematian global karena kecelakaan lalu lintas yang
menimpa lakiIaki hampir 3 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan.
(WHO, World Report 2004)
Kategori korban kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut tingkat ekonomi
negara . Di negaranegara dengan tingkat ekonomi tinggi, mayoritas korban
kecelakaan lalu lintas adalah pengemudi dan penumpang, sedangkan di negara
dengan tingkat ekonomi rendah sampai sedang, sebagian besar kematian terjadi
pada pejalan kaki, pengendara sepeda motor, dan pemakai kendaraan umum. Di
Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah
pengendara sepeda motor dengan golongan umur 1555 tahun dan
berpenghasilan rendah, dan cedera kepala merupakan urutan pertama dari
semuajeriis cedera yang dialami korban kecelakaan. (Woro Riyadina, 2005)
Walaupun berbagai upaya pencegahan terjadinya kecelakaan telah dilakukan
melalui intervensi terhadap faktor risik9 manusia, kendaraan dan lingkungan,
namun kejadian kecelakaan masih relatif tinggi. Proporsi disabilitas
(ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup tinggi
yaitu sebesar 25%
2
dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan melalui tatalaksana
penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun setelah
sampai di sarana pelayanan kesehatan .
Upaya pengendalian faktor risiko kecelakaan lalu lintas yang telah dilakukan
antara meliputi edukasi dalam berlalu lintas dengan benar, penggunaan alat
pelindung diri , penyediaan sarana dan prasarana jalan yang memadai , serta
pengaturan jenis kendaraan yang aman dengan uji laik jalan secara berkala .
Intervensi terhadap faktor risiko yang paling besar yaitu faktor manusia seperti
penggunaan helm dan rompi , namun ketaatan memakai helm secara benar
masih rendah yaitu sekitar63,6%.
Dampak ekonomi karena kecelakaan lalu lintas meliputi biaya perawatan
kesehatan yang lama, kehilangan pencari nafkah, kehilangan pendapatan
karena kecacatan yang secara bersama menyebabkan keluarga korban menjadi
miskin dan hal ini biasanya terjadi dinegaranegara yang tingkat ekonominya
rendah sampai sedang . Secara ekonomi kerugian karena kecelakaan lalu lintas
tersebut sekitar 12,5% dari pendapatan domestik bruto . Sedangkan di
Indonesia, kerugian ekonomi karena kecelakaan pada tahun 2002 diperkirakan
sebesar 2,91 %. (WHO, World Report 2004)
3
4
II. TUJUAN DAN SASARAN
A.
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Terkendalikannya faktor risiko kecelakaan lalu lintas, sehingga angka
kecacatan dan kematian akibat kecelakaan dapat diminimalkan.
2.
Tujuan Khusus
1. Terlaksananya pengendalian gangguan kecelakaan lalu lintas jalan
2. Terlaksananya pengendalian faktor risiko perilaku KLL
3. Terlaksananya pengendalian faktor risiko kendaraan KLL
B.
SASARAN
Petugas lapangan lintas program dan lintas sektor terkait dalam penanganan
korban akibat kecelakaan lalu lintas sebelum mendapat pelayanan di rumah
sakit.
5
6
III. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A.
KEBIJAKAN
1. Penurunan angka kecacatan dan kematian akibat kecelakaan lalu
lintas
2. Pemantapan Peran Pengambil Keputusan dalam keamanan dan
keselamatan Kecelakaan lalu lintas
3. Pengembangan kemitraan dalam rangka pemantapan komitmen lintas
program dan lintas sektor terkait dalam pengendalianfaktor risiko
gangguan akibat kecelakaan lalu lintas
4. Pengembangan kapasitas institusi terkait dalam rangka meningkatkan
keamanan dan keselamatan lalu lintas
5. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan pemahaman
pemakaian jalan secara aman
B.
STRATEGI
1. Peningkatan akses dan kualitas sarana pelayanan kesehatan bagi
korban kecelakaan lalu lintas.
2. Penegakan peraturan lalu lintas secara konsisten
3. Penyediaan infrastruktur jalan sesuai dengan fungsinya
4. Penggunaan kendaraan yang laikjalan
5. Peningkatan pengetahuan keamanan dan keselamatan berlalu lintas
6. Peningkatan kedisplinan pemakai jalan
7. Sistem pembiayaan dana kecelakaan terpadu
7
8
IV. FAKTOR RISIKO
Tiga faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan yaitu Manusia, Kendaraan,
dan Lingkungan (Iingkungan fisik & sosial ekonomi), dijelaskan dalam matriks
berikut ini (modifikasi dari Haddon's Matrix).
Lingkungan
Tahap
Manusia
Kendaraan
Fisik
(prasarana)
Sosial
ekonomi
Pra
Kecelakaan
Apakah manusia
• Apakah
kendaraan
lebih rentan atau
tidak terhadap faktor
laik jalan
risiko
(tidak
membahaya
kan)
• Apakah
• Apakah
lingkungan sosial
(prasara
ekonomi
na) berba
menam
haya
bah
risiko
Saat
Kecelakaan
Apakah manusia
dapat menerima/
mentoleransi
benturan akibat
kecelakaan
Apakah
kendaraan bisa
memberikan
perlindungan
terhadap
kecelakaan
Apakah
lingkungan
berperan
terjadinya
cedera
Apakah
sosial
ekonomi
berperan
terjadinya
cedera
Pasca
Kecelakaan
Bagaimana tingkat
keparahan cedera
akibat kecelakaan
Apakah kondisi
kendaraan
berperan
terhadap
tingkat
keparahan
cedera akibat
kecelakaan
Apakah
lingkungan
menambah
keparahan
cedera
akibat
kecelakaan
Apakah
sosial
ekonomi
mendukung
terhadap
pemulihan
cedera
akibat
kecelakaan
9
Penjelasan dari matriks di atas dijabarkan dalam butirbutir di bawah ini
Tahap
Manusia
Faktorfaktor
Kendaraan dan
peralatan
Lingkungan
(prasarana)
Pra
Kecelakaan
•
Pencegahan
Kecelakaan
• Informasi
• Perilaku
Ketidakmam
puan
• Pembinaan
oleh polisi
Saat
Kecelakaan
•
Pencegahan
cedera saat
KLL
• Penggunaan • Alat pelindung
diri
alat
pelindung diri • Alat
Kemudahan
penyelamatan
diri
• Risiko
kebakaran
tanggap
darurat
berfungsi
• Desain
perlindungan
KLL
Fasilitas
perlengkapan
jalan tersedia
dan berfungsi
Pasca
Kecelakaan
Kelanjutan
kehidupan
• Kemampuan
pertolongan
awal
• Akses ke
pelayanan
kesehatan
•
• Kelaikan
kendaraan
• Tersediannya
alat tanggap
darurat
• Cara dan
kesesuaian
angkut
• Disain jalan
dan
permukaan
jalan
• Rambu lalin
dan marka jln
• Fasilitas bagi
pejalan kaki
Aksesibilitas
ke lokasi
kecelakaan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan 4 elemen utama faktor risiko :
1. Elemen yang mempengaruhi paparan risiko
a. Faktor ekonomi berpengaruh dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas, di
mana terdapat penelitian yang menunjukkan semakin tinggi tingkat
10
kesejahteraan atau kemakmuran suatu negara semakin tinggi tingkat
mobilitas orang dan kendaraan yang berakibat probabilitas kece/akaan
semakin tinggi pula
b. Faktor kependudukan berpengaruh terhadap kejadian KLL, dimana di
negara berkembang mayoritas penduduk usia muda ( 1544 th ) lebih
berisiko menga/ami kecelakaan disebabkan mobilitasnya yang tinggi
sebagai pekerja.
c. Penyimpangan pemanfaatan tat a guna /ahan dapat menyebabkan
kemacetan , perpanjangan waktu tempuh dan jenis kendaraan
angkutan, seperti :
•
Belum dilakukannya audit keselamatan ja/an (rambu la/in , marka
jalan dan geometrikjalan)
•
Penggunaan jalan seharusnya sesuai dengan fungsinya, sebagai
contohjalan tol yang cukup panjangjarak tempuhnya , hanya cocok
untuk kendaraan roda 4 ke atas dengan kecepatan tertentu (6080
km/jam) .
•
Kurangnya keterpaduan penataan fungsi ja/an dengan batasan
kecepatan kendaraan. Pada ja/an yang mela/ui daerah padat
penduduk seharus nya diberikan batas kecepatan tertentu.
2. Elemen mempengaruhi terjadinya KLL (Pra Kecelakaan )
a. Pelanggaran batas kecepatan yaitu kecepatan kendaraan yang tidak
sesuai dengan jenis jalan, misa/nya kecepatan tinggi lebih berisiko
terhadap KLL.
Berdasarkan penelitian WHO ratarata kenaikan
kecepatan 1 km/jam berkore/asi terhadap 3% peningkatan risiko
kejadian KLL yang menyebabkan cedera .
b. Pemakaian obat dan penyalahgunaan alkohol, yang dapat mengurangi
kewaspadaan dalam mengemudi lebih berisiko tinggi terhadap KLL.
11
c. Kelelahan baik fisik dan psikis berpengaruh terhadap stamina sehingga
mengurangi kewaspadaan dalam mengemudi.
d. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah faktor waktu, faktor
lingkungan dan faktor mengantuk.
e. Penyakit tertentu yang diidap pengemudi (epilepsy, penyakit jantung,
OM dengan neuropati )
f.
Pemakai jalan berusia muda cenderung emosional sehingga lebih
berisiko tinggi mengalami KLL
g. Kelompok masyarakat yang lebih beresiko KLL adalah dari daerah
urban dan area perumahan.
h. Berlalu lintas di kegelapan lebih berisiko . Kecelakaan di malam hari
mengakibatkan cedera yang lebih parah 1,53 kali dibandingkan siang
hari (Woro, 2005)
i. Faktor kendaraan dan perawatan berkala mempengaruhi KLL.
j.
Oisain jalan, permukaan jalan dan perawatan jalan yang kurang, dapat
membahayakan penggunaan jalan.
k. Keterbatasan jarak pandang akibat faktor lingkungan, menyebabkan
kesulitan untuk mendeteksi pemakaijalan lain .
I.
Kurang tajamnya penglihatan pengemudi, berpengaruh pada
keselamatan contohnya pada pengemudi dengan katarak, rabun jauhdekat tanpa alat bantu dan penyakit kronis Uantung, ep;lepsi, diabetes)
3. Elemen mempengaruhi keparahan sa at KLL
a.
Kemampuan bertoleransi terhadap benturan akibat kecelakaan
b.
Kecepatan kendaraan yang tidak sesuai, kecepatan berbanding lurus
dengan tingkat keparahan KLL. Berdasarkan data WHO ratarata
kenaikan kecepatan 1 km/jam menyebabkan kenaikan risiko
keparahan sebesar4% 5%.
12
c. Tidak menggunakan sabuk keselamatan
d. Tidak menggunakan helm saat mengendarai kendaraan bermotor
roda , atau penggunaan helm tidak benar berisiko 2,54 kali mengalami
cedera yang parah (Woro, 2005)
e. 8adanjalan tidak dilengkapi dengan pengamanjalan
f. Kurangnya alat proteksi bagi penumpang saat kecelakaan lalu lintas
dari himpitan kendaraan yang ditumpanginya .
g . Konsumsi alkohol dan obat lain yang mempunyai efek kantuk .
4. Elemen yang mempengaruhi tingkat keparahan pasca kecelakaan lalu
lintas:
a. Keterlambatan deteksi akibat kecelakaan lalu lintas , contoh : korban
kecelakaan tabrak lari ditempat yang sepi.
b. Kebakaran akibat kecelakaan lalu lintas
c. Kebocoran bahanbah,an berbahaya dan beracun
d. Konsumsi alkohol dan obat yang mempunyai efek ngantuk
e . Kesulitan penyelamatan dan evakuasi korban KLLdari kendaraan
f.
Penanganan pra rumah sakit yang kurang memadai, dari tempat
kejadian sampai pelayanan kesehatan.
g. Penanganan di Unit Gawat Darurat yang kurang memadai, keterampilan sdm pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana
pelayanan kesehatan.
h. Kesulitan akses ke lokasi kecelakaan lalu lintas memperlambat
kecepatan penanganan awal korban kecelakaan lalu lintas .
13
14
v.
UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO KECELAKAAN
LALU LlNTAS
Upayaupaya pengendalian faktor risiko kecelakaan lalu lintas :
1. Faktor Manusia
Peningkatan perilaku positif dalam pemakaian jalan melalui edukasi,
sosialisasi dan kampanye:
Kampanye melalui media massa (elektronik dan cetak)
Memberikan sanksi bagi pengemudi yang didalam darahnya
mengandung kadar alkohol di atas ambang batas
Rehabilitasi untuk pengendara yang terbukti melanggar batas kadar
alkohol dalam darah
Larangan mengemudikan kendaraan sa at dalam pengaruh obat tertentu
Pengaturan jam kerja dan lama mengemudikan kendaraan terutama
untuk pengemudi alattransportasi massal
Pemasangan kamera pada lampu lalu lintas untuk memantau perilaku
pemakai jalan
Melengkapi dan mengharuskan penggunakan sabuk keselamatan dan
kursi khusus untuk bayi dan anakanak
Penggunaan alat pelindung diri sesuai denganjenis kendaraan
2. Faktor Kendaraan dan Lingkungan Fisik
a. Desain sistem lalu lintas untuk keamanan dan pemakaian yang
berkelanjutan:
Kerjasama lintas sektor dalam penyusunan rencana strategis
sistem lalu lintas dengan mempertimbang 3 elemen utama yaitu
kendaraan, pemakaijalan dan infrastrukturjalan
15
c.
Memberlakukan peraturan terhadap pengendara, kendaraan dan
infrastruktur j alan
Membatasi
.
NAZGャ
⦅ セN
LM]B
⦅@
.
Upaya rekayasa kendaraan dan jalan harus mempertimbangkan
kebutuhan keamanan dan keterbatasan kondisi fisik pemakai jalan
Teknologi kendaraan dengan perlengkapan jalan harus selaras
Upaya dari aspek teknologi kendaraan harus didukung dengan
perilaku pemakai jalan yang sesuai seperti pemakaian sabuk
keselamatan
b. Mengelola pajanan risiko melalui kebijakan pemakaian lahan dan
transportasi :
Mengurangi volume kendaraan bermotor dengan cara pemisahan
fungsi:
(i) Tata guna lahan yang efisien (kedekatan permukiman dengan
tempat kerja , kepadatan penduduk perkotaan dan pol a
pertumbuhan, luas permukiman , penyediaan alat transportasi
massal)
(ii) Kajian dampak keselamatan untuk mendukung perencanaan
pengelolaan jalan
(iii) Menyediakan jalur jalan yang lebih pendek dan lebih aman
(iv) Menyediakan trotoar dan penyeberangan jalan yang aman
dan nyaman untuk pejalan kaki
Mengurangi frekwensi perjalanan, dengan cara penyediaan
teknologi komunikasi , pengelolaan transportasi khusus ya ng lebih
baik (bus sekolah, bus Kantor dan sejenisnya), pengelolaan
transpor untuk pariwisata yang lebih baik , pengaturan transpo rt
kendaraan berat, pengaturan perparkiran dan pemanfaata n jalan).
Menyediakan akses yang efisien dalam hal jara k tempuh,
kecepatan dan kea manan.
16
(i) Meningkatkan pemahaman aspek keamanan
dalam
perencanaan jaringan jalan dengan cara pengelompokan
berdasarkan fungsi jalan dan batas kecepatan kendaraan
bermotor
(ii) Mendesain jalan yang dilengkapi dengan rambu dan marka
jalan yang mudah dipahami pemakai jalan seperti rambu
untuk memisahkan antara kendaraan roda dua dengan
kendaraan lainnya, jalur satu arah, tanda tidak boleh
mendahului kendaraan di depannya, batas kecepatan,
mengurangi bahaya dari sisi jalan secara sistematis dan
pemakaian lampu tanda bahaya padajalanjalan tertentu
Mendorong masyarakat untuk memilih alat transportasi yang
mempunyai risiko rendah
(i) Memperbaiki alat transportasi massal meliputi alternatif jalur
yang dilayani, sistem tiket, memperbanyak persinggahan,
kenyamanan dan keamanan kendaraan dan ruang tunggu
(ii) Koordinasi yang lebih baik antar pengelola transportasi
(iii) Memperbolehkan sepeda dibawa serta saat naik tranportasi
massal
(iv) Penyediaan sarana parkir dan penitipan kendaraan bermotor
dekat terminal kendaraan umum
(v) Peningkatan kualitas layanan taksi
(vi) Memberlakukan pajak kendaraan dan bahan bakar yang
tinggi untuk mengurangi pemakaian kendaraan pribadi
17
c.
Memberlakukan peraturan terhadap pengendara, kendaraan dan
infrastruktur jalan
Membatasi akses antar jenis pemakai jalan dengan cara
membedakan zona pejalan kaki atau pengendara sepeda
dengan pemakai kendaraan bermotor
Memberikan prioritas pada alat transportasi massal
Membatasi kecepatan dan spesifikasi kendaraan roda dua
Meninggikan batasan usia untuk memperoleh SIM kendaraan roda
dua
Memperketat persyaratan kelulusan untuk memperoleh SIM
Menyediakan sarana penghalang untuk mencegah kendaraan di
belakang mendahului
3.
Faktor Sosial
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemakaian jalan melalui
edukasi, advokasi, sosialisasi dan kampanye meliputi:
Pendidikan berlalu lintas dengan baik sejak usia dini
Pemahaman batasan usia pemakaian kendaraan bermotor
Perlindungan pemakaijalan yang termasuk dalam kelompok rentan
Pemahaman terhadap pembatasan pemakaian jalan tertentu
seperti pelarangan pejalan kaki, pengendara sepeda dan
kendaraan roda dua di jalan bebas hambatan
Pentingnya pembatasan kecepatan kendaraan bermotor sesuai
jenis jalan
Perilaku aman bagi pejalan kaki
Tidak minum minuman beralkhohol dan obat yang menyebabkan
ngantuk pada saat mengendarai kendaraan
18
4.
Pelayanan Kesehatan
a. Penanganan pra rumah sakit yang kurang memadai
Memberikan pelatihan untuk kelompok masyarakat yang dapat
menjadi "penolong yang pertama" (first responder) seperti:
Pengemudi alat transportasi massal, polisi, kader kesehatan,
tokoh masyarakat. Materi pelatihan mengenai "pertolongan medik
dasar (Basic Life Support)", antara lain meliputi :
(i) Bagaimana melakukan pelaporan (kontak telepon) untuk
mencari bantuan
(ii) Cara memadamkan kebakaran secara sederhana dan cepat
(iii) Cara mengamankan lokasi kecelakaan (Mencegah bahaya
ikutan, menurunkan risiko bahaya untuk penolong,
mengendalikan massa)
(iv) Cara memberikan pertolongan pertama (Resusitasi,
Menghentikan perdarahan, Memasang bidai dan pembalut,
transportasi korban)
Menyiapkan nomor telepon yang dapat dihubungi untuk
menginformasikan kejadian kecelakaan (Ambulans 118, Polisi,
Pemadam kebakaran)
Membuat kode atau standar pelaporan masyarakat terhadap
kejadian kecelakaan yang sederhana dan mudah diingat.
Membuat standar ambulans untuk pertolongan dan evakuasi
korban kecelakaan lalu lintas
Mernberikan pelatihan kepada petugas Puskesmas
b. Penanganan di UGO/sarana pelayanan kesehatan yang kurang
memadai
c. Pengaturan kompetensi petugas rumah sakit, meliputi pelatihan
penanganan trauma (ATLS, ACLS)
19
d. Pemenuhan kebutuhan peralatan medis
Memperbaiki sistim perencanaan dan manajemen organisasi
dengan menetapkan:
(i) Jenis layanan kesehatan yang dapat diberikan
(ii) Kebutuhan tenaga dan sarana untuk menjamin kualitas layanan
kesehatan yang diberikan dengan mempertimbangkan faktor
ekonorni dan geografi)
(iii) Mengembangkan mekanisme administratif untuk meningkatkan/memberdayakan organisasi
20
VI.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatankegiatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko kecelakaan lalu
lintas yaitu :
A.
Terhadap Manusia :
Beberapa hal yang perlu dilakukan pada manusia untuk mengurangi risiko
kecelakaan:
1. Advokasi dan Sosialisasi:
Perorangan
Kelompok
2. Pelatihan :
Terhadap Lintas Program dan Lintas Sektor
Terhadap Masyarakat
3. Studi Banding
4. Reward dan Punishment
5. PemakaianAPD
6. Pemeriksaan Kesehatan
B.
Terhadap sarana dan prasarana (kendaraan)
Beberapa hal yang perlu dilakukan pad a kendaraaan untuk mengurangi
resiko kecelakaan:
1. Pemeriksaan rutin kondisi kendaraan sebelum pemakaian (ban, rem,
lampu, radiator, aki dll)
2. Pemakaian kendaraan sesuai dengan peruntukannya (kendaraan roda
2 untuk 2 orang, mobil barang tidak dipergunakan untuk mengangkut
penumpang)
3. Kesesuaian antara kendaraan dan pengemudi
21
4. Pemeliharaan kendaraansecara rutin
5. Uji kelaikan dan keamanan kendaraan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
c.
Terhadap Lingkungan
Selain faktor manusia dan kendaraan, lingkungan juga memegang peranan
penting terjadinya KLL .
Untuk mengurangi resiko terjadinya KLL, perlu dilakukan:
1. Mendesainjalan dan JembaV,m sesuai dengan peruntukannya.
2. Pemeriksaan dan pemeliharaan jalan dan Jembatan yang aman untuk
berkendara.
3. Pemasangan dan Pengaturan penempatan ramburambu lalu lintas
dan peringatan lokasi rawan kecelakaan sesuai dengan kebutuhan
4. Menginformasikan kondisi cuaca dan jalanan yang tibatiba berubah
secara ekstrim oleh petugas kepada pemakaijalan .
LANGKAH LANGKAH KEGIATAN:
Langkah langkah kegiatan untuk mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas
adalah :
A.
Faktor Risiko Manusia :
1. KegiatanAdvokasi dan Sosialisasi :
a. Melakukan koordinasi
b. Menyiapkan lokasi
c. Identifikasi sasaran Advokasi dan sosialisasi
d. Menyiapkan materi sesuai dengan sasaran
e. Penggunaan metode yang tepat
f.
Penggunaan media yang sesuai dengan materi dan sasaran
g. Evaluasi
22
2. Kegiatan Pelatihan :
a . Melakukan koordinasi
b. Menyiapkan lokasi
c. Identifikasi sasaran pelatihan
d . Menyiapkan materi sesuai dengan sasaran
e. Penggunaan metode yang tepat
f.
Penggunaan media yang sesuai dengan materi dan sasaran
g. Evaluasi
3. Kegiatan Studi Banding
a. Melakukan koordinasi
b. Identifikasi variabel yang dibandingkan
c. Menentukan tujuan studi banding
d . Melakukan identifikasi peserta
e. Persiapan Biaya sesuai kebutuhan
f.
Evaluasi dan rekomendasihasil study banding
4. Kegiatan Reward dan Punishment
a. Melakukan identifikasi lokasi rawan kecelakaan dan waktu
pelaksanaan
b. Pelaksanaan operasi patuh lalu lintas
c. Pemberian sanksi bagi pengendara yang melanggar peraturan lalu
lintas
d. Pemberian penghargaan bagi pengendara yang mematuhi
peraturan lalu lintas, secara acak
5. Kegiatan PemakaianAPD
a . Persiapan kelengkapan pemakaianAPD
b. PemakaianAPD sesuai dengan peruntukannya.
23
6. Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan
a. Persiapan Lokasi
b.
B.
Koordinasi TIM Pemeriksa
Faktor Kendaraan
1.
Kegiatan Pemeriksaan rutin kondisi kendaraan sebelum pemakaian .
a.
Melakukan pemeriksaan ban
b.
Melakukan Pemeriksaan Rem
c.
Melakukan Pemeriksaan Lampu
d. Melakukan Pemeriksaan Bahan Bakar
e. Melakukan pemeriksaan mesin
f.
2.
3.
Melakukan pemeriksaan radiator
Pemakaian kendaraan sesuai dengan peruntukannya
a.
Melakukan pembatasan kapasitas angkut
b.
Melakukan kesesuaikan angkutan
Kesesuaian antara kendaran dan pengemudi
a.
Melakukan pemeriksaan kesehatan
b. Melakukan peningkatan sistem perriberian SIM
c.
Melakukan/menerapkan Sertifikasi PengemudiAngkutan Umum
4 . Pemeliharaan kendaraan secara rutin
a. Melakukan pemeliharaan secara berkala
5.
24
Uji kelaikan dan keamanan kendaraan
a.
Melakukan pemeriksaan kelaikan kendaraan secara berkala
b.
Melakukan pemeriksaan kelengkapan fasilitas keselamatan
c.
Faktor Risiko Lingkungan :
1. Mendesain jalan dan Jembatan sesuai dengan peruntukannya.
a. Melakukan audit perencanaan
b. Melakukan audit pasca konstruksi
2. Pemeriksaan dan pemeliharaan jalan dan Jembatan yang aman untuk
berkendara.
a. Melakukan audit berkala
b. Melakukan rekomendasi hasil audit
3. Pemasangan dan Pengaturan penempatan ramburambu lalu lintas
dan markajalan sesuai dengan standardkeselamatan
a. Melakukan perencanaan
b. Melakukan audit berkala
c. Melakukan rekomendasi hasil audit
4. Menginformasikan kondisi cuaca dan jalanan yang tibatiba berubah
secara ekstrim oleh petugas kepada pemakaijalan.
a. Inventarisasi karakteristik alam (cuaca,daerah patahan, suhu dll)
b. Melakukan penyesuaian disain dengan meninggikan faktor
keamanan
c. Melakukan pemantauan secara berkala.
25
26
VII. MONITORING DAN EVALUASI
A.
Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan secara terintegrasi
lintas program dan lintas sektor terkait sesuai dengan kebutuhan. Sasaran
dalam pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi adalah petugas lintas
program dan lintas sektor terkait di tingkat provinsi, kabupatenl kota dan dan
kecamatan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi pengendalian faktor risiko gangguan
akibat kecelakaan dan cedera adalah mencakup jenis kegiatan, indikator
yang akan dimonev, cara dan tenaga serta frekuensi money.
B.
Jenis kegiatan yang perlu dimonitor
Jenis kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka monitoring dan evaluasi
pengendalian faktor risiko gangguan akibat kecelakaan dan cedera yaitu
sebelum, saat dan sesudah kejadian kecelakaan lalu lintas. Jenis kegiatan
yang dilakukan sebelum terjadinya kejadian kecelakaan meliputi upayaupaya kesehatan yang dilakukan agar masyarakat terhindar dari
kecelakaan lalu lintas. Kegiatan yang dilakukan sa at kejadian kecelakaan
lalu lintas meliputi apa yang telah dilakukan oleh petugas lintas program dan
lintas sektorterkait (Dephub, Kepolisian, Asuransi, Pemda) pada sa at terjadi
kecelakaan lalu lintas. Dan kegiatan pasca kecelakaan lalu lintas meliputi
tindakan tindakan apa yang telah dilakukan oleh petugas lintas program
dan lintas sektorterkait setelah kejadian kecelakaan lalu lintas.
C.
Indikator Monitoring dan Evaluasi
Indikator dalam pelaksaan l\IIonitoring dan Evaluasi, dibagi dalam 3 Tahap
yaitu:
1. Indikator Input
27
Yang dinilai antara lain :
a. Ketersediaan buku pedoman / juknis
b. Ketersediaan tenaga yang berkompeten
c. Keberadaan organisasi yang menangani
d. Sarana dan prasarana penunjang
e. Sumber dana
f.
Adanyajejaring Kemitraan lintas program & lintas sektor
2. Indikator Proses
Yang dinilai antara lain :
a. Adanya program / kegiatan gangguan akibat kecelakaan lalu lintas
b. Adanya tenaga yang mengelola kegiatan GAKCE
c. Berjalannya kegiatan organisasi
d . Berfungsinya sarana dan prasarana penunjang kegiatan GAKCE
e. Sumber dana digunakan sesuai dengan fungsinya
f.
Berjalannya Jejaring Kemitraan lintas program & lintas sektor
3. Indikator Output
Yang dinilai antara lain :
a . Laporan kegiatan program
b. Tersedianya data kecelakaan
c. Terbentuknya organisasi (POKJA)
Pembuatan Laporan Monitoring dan Evaluasi :
Kegiatan Monev dilaporkan secara berjenjang dan berkala sesuai dengan
jadual yang telah ditetapkan.
28
VIII. PENUTUP
Buku Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Gangguan Akibat Kecelakaan dan
Cedera, terutama kecelakaan lalu lintas, diharapkan dapat menjadi acuan
petugas lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatannya.
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan, Rencana Strategis Departemen Kesehatan 20052009, Departertemen Kesehatan, 2005
, Jejaring Nasional, Pencegahan dan Penanggulangan
-----------------Penyakit Tidak Menular, Pusat Promosi Kesehatan, 2005
Peden, Margi, et.al , World Report on Traffic Injury Prevention, WHO, 2004
Kesehatan Kerja Pengemudi Bis Antar Kota (untuk
petugas), Departertemen Kesehatan, 2003
Klon Kaen Hospital. Khon Kaen, Thailand
Jejaring Nasional. Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
(PTM) Depkes RI. Pusat Promosi Kesehatan 2005
Injury Surveillance Report, Thailand 1995-1998 by Epidemiology Division,
Permanent Secretary Office Ministry of Public Health, Thailand 2002.
Injury Survellance Guidelines, WHO Geneva Switzerland 2001
Recorder's Manual for Data Collection Provincial Injury Surveillance, 3,' edition,
1999.
http :\\www.google\departemenperhubungan\ditjen h u bdat\U n da ng-u nd a ng
Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas
31
PENGERTIAN
•
Faktor risiko kecelakaan adalah : Kumpulan penyebab terjadinya kecelakaan
lalu lintas.
•
Pengendalian kecelakaan adalah : Upaya menurunkan kejadian kecelakaan
lalu lintas melalui preventive , kurative dan rehabilitatif
•
Kecelakaan lalu lintas adalah : Kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi saat
melakukan lalu lintas
•
Cedera adalah : Kerusakan fisik yang disebabkan oleh rudapaksa dan trauma
oleh akibat kecelakaan lalu lintas.
•
Lalu Lintas Jalan adalah : Gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan darat.
•
Kecacatan (disability) adalah : Ketidakmampuan/keterbatasan untuk
melakukan kegiatan.
•
Rekayasa kendaraan adalah : Upaya perubahan/penyesuaian pada
kendaraan berdasarkan fungsinya
•
Zona pejalan kaki adalah : Daerah yang diperuntukkan khusus pejalan kaki.
•
Alat Pelindung Diri (APD) adalah : Alat yang digunakan untuk mengurangi
atau menghilangkan risiko bila terjadi kecelakaan lalu lintas .
•
Uji kelaikan kendaraan adalah : Uji yang dilakukan terhadap kendaraan agar
memenuhi standaryang dipersyaratkan.
•
Audit jalan adalah : Penilaian kelayakan sarana dan prasarana jalan
berdasarkan aturan yang dipersyaratkan .
•
Lingkungan fisik adalah: Keadaan I kondisi yang berkaitan dengan cuaca,
iklim, konturtanah, yang mempengaruhi manusia dalam berkendaraan .
•
Lingkungan sosial : Keadaan/kondisi yang berkaitan dengan sosial ekonomi
masyarakat.
32
TIM PENYUSUN
Dr. T JET JEP ALI AKBAR
SRI HANDINI, SH, M.Kes
ABDUR RACHIM, SKM , M.Kes
AKBP Drs. VELINO S (DITLANTAS POLRI)
AKBP MANSYUR S, B.Se (DITLAI\JTAS POLRI)
AKBP Drs. SUBONO (DITLANTAS POLRI)
Ir. BESTI ERNANI , MURP (DIT JEN HUBDAT, DEPHUB)
SRI IRIANTI, SKM, M.Phil (BALITBANGKES)
Drs. MULYONO , M.Si (BALITBANGKES)
Dra.WORO RIYADINA, M.Si (BALITBANGKES)
Dr. KAMALAMIRUDDIN (DIT JEN YANMED)
SAMSU (AMBULAN GAWAT DARURAT 118)
Ir. ANIS ABDUL MUIS (PUSPROMKES)
Dr. SRI HASTUTI H, MPH(PPSDM)
Dr. TOTOK HARYANTO
Dr. ESTI WIDIASTUTI
BUDI SANTOSA, SKM , M.K3
ACHMAD ROFIK, SKM
YOLMISATRI , SKM
SUKRO BASUKI , S.Sos
33
GANGGUAN AKiBAT
KECELAKAAN DAN CEDERA
(Seri Kecelakaan Lalu Umas)
KEMENTERIAN KESEHATAN
DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
SUBDIT GANGGUAN AKIBAT KECELAKAAN DAN CEDERA
JAKARTA,2010
KATA PENGANTAR
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, karena tingginya angka kematian yang diakibatkannya. Salah satu
penyebab kematian PTM adalah kecelakaan lalu lintas.
Setiap kejadian kecelakaan lalu lintas (KLL) akan tentu melibatkan serangkaian
faktor risiko seperti manusia, kendaraan, sarana prasarana jalan dan lingkungan
baik yang bersifat ekonomi maupun sosial.
Untuk lebih mengetahui faktor risiko apa saja yang perlu diidentifikasi dan
selanjutnya mencegah kecelakaan lalu lintas maka diperlukan Pedoman
Pengendalian Faktor Risiko GangguanAkibat Kecelakaan dan Cedera (GAKCE)
Kecelakaan Lalu Lintas sebagai acuan kerja petugas lapangan.
Kami harapkan Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Gangguan Akibat
Kecelakaan dan Cedera ini dapat dipergunakan oleh petugas lapangan terutama
di bidang kesehatan sebagai acuan dalam berperan serta mengurangi dan
mencegah kecelakaan lalu lintas.
Jakarta,
dゥイ・ォエオセ@
Nopember 2009
Pengendalian PTM
セ
N@
Dr. Yusharmen, D.CornmH, MSc
NIP. 195408051983121001
DAFTAR 151
Halaman
KATA PENGANTAR .... .... ... ....... ... ......... ...... .......... ... ... ..... ..... ........... ... ....... .
DAFTAR lSi... .. .. .. ............ .... ... .. ...................... ................................... .... .....
iii
BAB I
PENDAHULUAN ... .......... .... ............. .... .... ..................... ............
1
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN ... .... .. ............. ... ..... .... ...... ......... ...... .
5
BAB III
KEBIJAKAN & STRATEGI .......... ... .... .......... ..... ........ .. ............ ..
7
BAB IV
FAKTOR RISIKO............... ....... ................... ..................... .........
9
BAB V
PROGRAM PENGENDALlAN.. . ......... ..... ......... ...... .......... ....... 15
BAB VI
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN .... ..... .............. ..... .... .. .. 21
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI ............ ......... .... .... ........ .... ....... 27
BAB VII
PENUTUP ...... ... ..... .... .. ... ............ .... .... .. ..... ..... .... .... ... ... ........ .... 29
Daftar Pustaka ... .............. .. ................ ....................................... 31
Pengertian... ...... ......... .... ....... .... .. ... .... ..... .... .... .... ....... ...... ....... .. 32
Tim Penyusun .. ..... ..... ..... ... ....... .. .... .... ..... ..... .......... .......... ........ 33
iii
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan
sebanyak 1, 18 juta orang meninggal karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini
merupakan 2,1% dari kematian global, dan merupakan indikator penting dalam
status kesehatan (WHO, 2004).
Pada tahun 1990, kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat ke 9 (WHA)
penyebab utama faktor risiko, penyakit dan kematian dan meliputi 2,6% dari
kehilangan kualitas hidup secara global. Selain itu pada tahun 2020 diperkirakan
angka kecelakaan lalu lintas menduduki urutan ke 3 di atas masalah kesehatan
yang lain seperti malaria, TB paru, dan HIV/AIDS berdasarkan proyeksi penyakit
secara global.
Dalam perkembangan sistem transportasi penggunaan kendaraan bermotor
mengindikasikan peningkatan kejadian kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2006,
pertambahan volume kendaraan meningkat secara cepat, terutama sepeda
motor dengan populasi sebesar 70% dari seluruh kendaraan bermotor yang ada.
Kontribusi sepeda motor terhadap kejadian kecelakaan secara nasional sebesar
67,69% (Ditlantas POLRI, 2006).
Pada tahun 2002, 90% dari kematian global karena kecelakaan lalu lintas terjadi
di negaranegara dengan penghasilan rendah sampai sedang . Cedera karena
kecelakaan lalu lintas secara tidak seimbang menimpa golongan miskin di
negaranegara tersebut, dengan sebagian besar korban adalah pemakai jalan
yang rentan seperti pejalan kaki, pengendara sepeda, anakanak, dan
penumpang. (WHO, World Report 2004)
1
Masalah dan beban karena kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut wilayah
secara geografi. Lebih dari separoh kematian karena kecelakaan lalu lintas jalan
terjadi diAsia Tenggara dan wilayah Pasifik Sarat dan angka tertinggi kecelakaan
terjadi di wilayah Afrika.
Data dari Jasa Marga menunjukan bahwa tingkat fatalitas kecelakaan lalu lintas
kendaraan bermotor pada tahun 2003 meningkat dari 1,7 pad a tahun sebelumnya
hingga mencapai 2,7 pad a tahun 2003. Penyebab kecelakaan sebagian besar
karena kelalaian supir, kelelahan fisik, pecah ban dan rem blong (Jasa marga 2003).
Risiko kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, hampir
50% kematian global terjadi pada golongan dewasa dengan kisaran umur 1544
tahun. Secara global, angka kematian global karena kecelakaan lalu lintas yang
menimpa lakiIaki hampir 3 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan.
(WHO, World Report 2004)
Kategori korban kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut tingkat ekonomi
negara . Di negaranegara dengan tingkat ekonomi tinggi, mayoritas korban
kecelakaan lalu lintas adalah pengemudi dan penumpang, sedangkan di negara
dengan tingkat ekonomi rendah sampai sedang, sebagian besar kematian terjadi
pada pejalan kaki, pengendara sepeda motor, dan pemakai kendaraan umum. Di
Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah
pengendara sepeda motor dengan golongan umur 1555 tahun dan
berpenghasilan rendah, dan cedera kepala merupakan urutan pertama dari
semuajeriis cedera yang dialami korban kecelakaan. (Woro Riyadina, 2005)
Walaupun berbagai upaya pencegahan terjadinya kecelakaan telah dilakukan
melalui intervensi terhadap faktor risik9 manusia, kendaraan dan lingkungan,
namun kejadian kecelakaan masih relatif tinggi. Proporsi disabilitas
(ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup tinggi
yaitu sebesar 25%
2
dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan melalui tatalaksana
penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun setelah
sampai di sarana pelayanan kesehatan .
Upaya pengendalian faktor risiko kecelakaan lalu lintas yang telah dilakukan
antara meliputi edukasi dalam berlalu lintas dengan benar, penggunaan alat
pelindung diri , penyediaan sarana dan prasarana jalan yang memadai , serta
pengaturan jenis kendaraan yang aman dengan uji laik jalan secara berkala .
Intervensi terhadap faktor risiko yang paling besar yaitu faktor manusia seperti
penggunaan helm dan rompi , namun ketaatan memakai helm secara benar
masih rendah yaitu sekitar63,6%.
Dampak ekonomi karena kecelakaan lalu lintas meliputi biaya perawatan
kesehatan yang lama, kehilangan pencari nafkah, kehilangan pendapatan
karena kecacatan yang secara bersama menyebabkan keluarga korban menjadi
miskin dan hal ini biasanya terjadi dinegaranegara yang tingkat ekonominya
rendah sampai sedang . Secara ekonomi kerugian karena kecelakaan lalu lintas
tersebut sekitar 12,5% dari pendapatan domestik bruto . Sedangkan di
Indonesia, kerugian ekonomi karena kecelakaan pada tahun 2002 diperkirakan
sebesar 2,91 %. (WHO, World Report 2004)
3
4
II. TUJUAN DAN SASARAN
A.
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Terkendalikannya faktor risiko kecelakaan lalu lintas, sehingga angka
kecacatan dan kematian akibat kecelakaan dapat diminimalkan.
2.
Tujuan Khusus
1. Terlaksananya pengendalian gangguan kecelakaan lalu lintas jalan
2. Terlaksananya pengendalian faktor risiko perilaku KLL
3. Terlaksananya pengendalian faktor risiko kendaraan KLL
B.
SASARAN
Petugas lapangan lintas program dan lintas sektor terkait dalam penanganan
korban akibat kecelakaan lalu lintas sebelum mendapat pelayanan di rumah
sakit.
5
6
III. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A.
KEBIJAKAN
1. Penurunan angka kecacatan dan kematian akibat kecelakaan lalu
lintas
2. Pemantapan Peran Pengambil Keputusan dalam keamanan dan
keselamatan Kecelakaan lalu lintas
3. Pengembangan kemitraan dalam rangka pemantapan komitmen lintas
program dan lintas sektor terkait dalam pengendalianfaktor risiko
gangguan akibat kecelakaan lalu lintas
4. Pengembangan kapasitas institusi terkait dalam rangka meningkatkan
keamanan dan keselamatan lalu lintas
5. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan pemahaman
pemakaian jalan secara aman
B.
STRATEGI
1. Peningkatan akses dan kualitas sarana pelayanan kesehatan bagi
korban kecelakaan lalu lintas.
2. Penegakan peraturan lalu lintas secara konsisten
3. Penyediaan infrastruktur jalan sesuai dengan fungsinya
4. Penggunaan kendaraan yang laikjalan
5. Peningkatan pengetahuan keamanan dan keselamatan berlalu lintas
6. Peningkatan kedisplinan pemakai jalan
7. Sistem pembiayaan dana kecelakaan terpadu
7
8
IV. FAKTOR RISIKO
Tiga faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan yaitu Manusia, Kendaraan,
dan Lingkungan (Iingkungan fisik & sosial ekonomi), dijelaskan dalam matriks
berikut ini (modifikasi dari Haddon's Matrix).
Lingkungan
Tahap
Manusia
Kendaraan
Fisik
(prasarana)
Sosial
ekonomi
Pra
Kecelakaan
Apakah manusia
• Apakah
kendaraan
lebih rentan atau
tidak terhadap faktor
laik jalan
risiko
(tidak
membahaya
kan)
• Apakah
• Apakah
lingkungan sosial
(prasara
ekonomi
na) berba
menam
haya
bah
risiko
Saat
Kecelakaan
Apakah manusia
dapat menerima/
mentoleransi
benturan akibat
kecelakaan
Apakah
kendaraan bisa
memberikan
perlindungan
terhadap
kecelakaan
Apakah
lingkungan
berperan
terjadinya
cedera
Apakah
sosial
ekonomi
berperan
terjadinya
cedera
Pasca
Kecelakaan
Bagaimana tingkat
keparahan cedera
akibat kecelakaan
Apakah kondisi
kendaraan
berperan
terhadap
tingkat
keparahan
cedera akibat
kecelakaan
Apakah
lingkungan
menambah
keparahan
cedera
akibat
kecelakaan
Apakah
sosial
ekonomi
mendukung
terhadap
pemulihan
cedera
akibat
kecelakaan
9
Penjelasan dari matriks di atas dijabarkan dalam butirbutir di bawah ini
Tahap
Manusia
Faktorfaktor
Kendaraan dan
peralatan
Lingkungan
(prasarana)
Pra
Kecelakaan
•
Pencegahan
Kecelakaan
• Informasi
• Perilaku
Ketidakmam
puan
• Pembinaan
oleh polisi
Saat
Kecelakaan
•
Pencegahan
cedera saat
KLL
• Penggunaan • Alat pelindung
diri
alat
pelindung diri • Alat
Kemudahan
penyelamatan
diri
• Risiko
kebakaran
tanggap
darurat
berfungsi
• Desain
perlindungan
KLL
Fasilitas
perlengkapan
jalan tersedia
dan berfungsi
Pasca
Kecelakaan
Kelanjutan
kehidupan
• Kemampuan
pertolongan
awal
• Akses ke
pelayanan
kesehatan
•
• Kelaikan
kendaraan
• Tersediannya
alat tanggap
darurat
• Cara dan
kesesuaian
angkut
• Disain jalan
dan
permukaan
jalan
• Rambu lalin
dan marka jln
• Fasilitas bagi
pejalan kaki
Aksesibilitas
ke lokasi
kecelakaan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan 4 elemen utama faktor risiko :
1. Elemen yang mempengaruhi paparan risiko
a. Faktor ekonomi berpengaruh dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas, di
mana terdapat penelitian yang menunjukkan semakin tinggi tingkat
10
kesejahteraan atau kemakmuran suatu negara semakin tinggi tingkat
mobilitas orang dan kendaraan yang berakibat probabilitas kece/akaan
semakin tinggi pula
b. Faktor kependudukan berpengaruh terhadap kejadian KLL, dimana di
negara berkembang mayoritas penduduk usia muda ( 1544 th ) lebih
berisiko menga/ami kecelakaan disebabkan mobilitasnya yang tinggi
sebagai pekerja.
c. Penyimpangan pemanfaatan tat a guna /ahan dapat menyebabkan
kemacetan , perpanjangan waktu tempuh dan jenis kendaraan
angkutan, seperti :
•
Belum dilakukannya audit keselamatan ja/an (rambu la/in , marka
jalan dan geometrikjalan)
•
Penggunaan jalan seharusnya sesuai dengan fungsinya, sebagai
contohjalan tol yang cukup panjangjarak tempuhnya , hanya cocok
untuk kendaraan roda 4 ke atas dengan kecepatan tertentu (6080
km/jam) .
•
Kurangnya keterpaduan penataan fungsi ja/an dengan batasan
kecepatan kendaraan. Pada ja/an yang mela/ui daerah padat
penduduk seharus nya diberikan batas kecepatan tertentu.
2. Elemen mempengaruhi terjadinya KLL (Pra Kecelakaan )
a. Pelanggaran batas kecepatan yaitu kecepatan kendaraan yang tidak
sesuai dengan jenis jalan, misa/nya kecepatan tinggi lebih berisiko
terhadap KLL.
Berdasarkan penelitian WHO ratarata kenaikan
kecepatan 1 km/jam berkore/asi terhadap 3% peningkatan risiko
kejadian KLL yang menyebabkan cedera .
b. Pemakaian obat dan penyalahgunaan alkohol, yang dapat mengurangi
kewaspadaan dalam mengemudi lebih berisiko tinggi terhadap KLL.
11
c. Kelelahan baik fisik dan psikis berpengaruh terhadap stamina sehingga
mengurangi kewaspadaan dalam mengemudi.
d. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah faktor waktu, faktor
lingkungan dan faktor mengantuk.
e. Penyakit tertentu yang diidap pengemudi (epilepsy, penyakit jantung,
OM dengan neuropati )
f.
Pemakai jalan berusia muda cenderung emosional sehingga lebih
berisiko tinggi mengalami KLL
g. Kelompok masyarakat yang lebih beresiko KLL adalah dari daerah
urban dan area perumahan.
h. Berlalu lintas di kegelapan lebih berisiko . Kecelakaan di malam hari
mengakibatkan cedera yang lebih parah 1,53 kali dibandingkan siang
hari (Woro, 2005)
i. Faktor kendaraan dan perawatan berkala mempengaruhi KLL.
j.
Oisain jalan, permukaan jalan dan perawatan jalan yang kurang, dapat
membahayakan penggunaan jalan.
k. Keterbatasan jarak pandang akibat faktor lingkungan, menyebabkan
kesulitan untuk mendeteksi pemakaijalan lain .
I.
Kurang tajamnya penglihatan pengemudi, berpengaruh pada
keselamatan contohnya pada pengemudi dengan katarak, rabun jauhdekat tanpa alat bantu dan penyakit kronis Uantung, ep;lepsi, diabetes)
3. Elemen mempengaruhi keparahan sa at KLL
a.
Kemampuan bertoleransi terhadap benturan akibat kecelakaan
b.
Kecepatan kendaraan yang tidak sesuai, kecepatan berbanding lurus
dengan tingkat keparahan KLL. Berdasarkan data WHO ratarata
kenaikan kecepatan 1 km/jam menyebabkan kenaikan risiko
keparahan sebesar4% 5%.
12
c. Tidak menggunakan sabuk keselamatan
d. Tidak menggunakan helm saat mengendarai kendaraan bermotor
roda , atau penggunaan helm tidak benar berisiko 2,54 kali mengalami
cedera yang parah (Woro, 2005)
e. 8adanjalan tidak dilengkapi dengan pengamanjalan
f. Kurangnya alat proteksi bagi penumpang saat kecelakaan lalu lintas
dari himpitan kendaraan yang ditumpanginya .
g . Konsumsi alkohol dan obat lain yang mempunyai efek kantuk .
4. Elemen yang mempengaruhi tingkat keparahan pasca kecelakaan lalu
lintas:
a. Keterlambatan deteksi akibat kecelakaan lalu lintas , contoh : korban
kecelakaan tabrak lari ditempat yang sepi.
b. Kebakaran akibat kecelakaan lalu lintas
c. Kebocoran bahanbah,an berbahaya dan beracun
d. Konsumsi alkohol dan obat yang mempunyai efek ngantuk
e . Kesulitan penyelamatan dan evakuasi korban KLLdari kendaraan
f.
Penanganan pra rumah sakit yang kurang memadai, dari tempat
kejadian sampai pelayanan kesehatan.
g. Penanganan di Unit Gawat Darurat yang kurang memadai, keterampilan sdm pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana
pelayanan kesehatan.
h. Kesulitan akses ke lokasi kecelakaan lalu lintas memperlambat
kecepatan penanganan awal korban kecelakaan lalu lintas .
13
14
v.
UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO KECELAKAAN
LALU LlNTAS
Upayaupaya pengendalian faktor risiko kecelakaan lalu lintas :
1. Faktor Manusia
Peningkatan perilaku positif dalam pemakaian jalan melalui edukasi,
sosialisasi dan kampanye:
Kampanye melalui media massa (elektronik dan cetak)
Memberikan sanksi bagi pengemudi yang didalam darahnya
mengandung kadar alkohol di atas ambang batas
Rehabilitasi untuk pengendara yang terbukti melanggar batas kadar
alkohol dalam darah
Larangan mengemudikan kendaraan sa at dalam pengaruh obat tertentu
Pengaturan jam kerja dan lama mengemudikan kendaraan terutama
untuk pengemudi alattransportasi massal
Pemasangan kamera pada lampu lalu lintas untuk memantau perilaku
pemakai jalan
Melengkapi dan mengharuskan penggunakan sabuk keselamatan dan
kursi khusus untuk bayi dan anakanak
Penggunaan alat pelindung diri sesuai denganjenis kendaraan
2. Faktor Kendaraan dan Lingkungan Fisik
a. Desain sistem lalu lintas untuk keamanan dan pemakaian yang
berkelanjutan:
Kerjasama lintas sektor dalam penyusunan rencana strategis
sistem lalu lintas dengan mempertimbang 3 elemen utama yaitu
kendaraan, pemakaijalan dan infrastrukturjalan
15
c.
Memberlakukan peraturan terhadap pengendara, kendaraan dan
infrastruktur j alan
Membatasi
.
NAZGャ
⦅ セN
LM]B
⦅@
.
Upaya rekayasa kendaraan dan jalan harus mempertimbangkan
kebutuhan keamanan dan keterbatasan kondisi fisik pemakai jalan
Teknologi kendaraan dengan perlengkapan jalan harus selaras
Upaya dari aspek teknologi kendaraan harus didukung dengan
perilaku pemakai jalan yang sesuai seperti pemakaian sabuk
keselamatan
b. Mengelola pajanan risiko melalui kebijakan pemakaian lahan dan
transportasi :
Mengurangi volume kendaraan bermotor dengan cara pemisahan
fungsi:
(i) Tata guna lahan yang efisien (kedekatan permukiman dengan
tempat kerja , kepadatan penduduk perkotaan dan pol a
pertumbuhan, luas permukiman , penyediaan alat transportasi
massal)
(ii) Kajian dampak keselamatan untuk mendukung perencanaan
pengelolaan jalan
(iii) Menyediakan jalur jalan yang lebih pendek dan lebih aman
(iv) Menyediakan trotoar dan penyeberangan jalan yang aman
dan nyaman untuk pejalan kaki
Mengurangi frekwensi perjalanan, dengan cara penyediaan
teknologi komunikasi , pengelolaan transportasi khusus ya ng lebih
baik (bus sekolah, bus Kantor dan sejenisnya), pengelolaan
transpor untuk pariwisata yang lebih baik , pengaturan transpo rt
kendaraan berat, pengaturan perparkiran dan pemanfaata n jalan).
Menyediakan akses yang efisien dalam hal jara k tempuh,
kecepatan dan kea manan.
16
(i) Meningkatkan pemahaman aspek keamanan
dalam
perencanaan jaringan jalan dengan cara pengelompokan
berdasarkan fungsi jalan dan batas kecepatan kendaraan
bermotor
(ii) Mendesain jalan yang dilengkapi dengan rambu dan marka
jalan yang mudah dipahami pemakai jalan seperti rambu
untuk memisahkan antara kendaraan roda dua dengan
kendaraan lainnya, jalur satu arah, tanda tidak boleh
mendahului kendaraan di depannya, batas kecepatan,
mengurangi bahaya dari sisi jalan secara sistematis dan
pemakaian lampu tanda bahaya padajalanjalan tertentu
Mendorong masyarakat untuk memilih alat transportasi yang
mempunyai risiko rendah
(i) Memperbaiki alat transportasi massal meliputi alternatif jalur
yang dilayani, sistem tiket, memperbanyak persinggahan,
kenyamanan dan keamanan kendaraan dan ruang tunggu
(ii) Koordinasi yang lebih baik antar pengelola transportasi
(iii) Memperbolehkan sepeda dibawa serta saat naik tranportasi
massal
(iv) Penyediaan sarana parkir dan penitipan kendaraan bermotor
dekat terminal kendaraan umum
(v) Peningkatan kualitas layanan taksi
(vi) Memberlakukan pajak kendaraan dan bahan bakar yang
tinggi untuk mengurangi pemakaian kendaraan pribadi
17
c.
Memberlakukan peraturan terhadap pengendara, kendaraan dan
infrastruktur jalan
Membatasi akses antar jenis pemakai jalan dengan cara
membedakan zona pejalan kaki atau pengendara sepeda
dengan pemakai kendaraan bermotor
Memberikan prioritas pada alat transportasi massal
Membatasi kecepatan dan spesifikasi kendaraan roda dua
Meninggikan batasan usia untuk memperoleh SIM kendaraan roda
dua
Memperketat persyaratan kelulusan untuk memperoleh SIM
Menyediakan sarana penghalang untuk mencegah kendaraan di
belakang mendahului
3.
Faktor Sosial
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemakaian jalan melalui
edukasi, advokasi, sosialisasi dan kampanye meliputi:
Pendidikan berlalu lintas dengan baik sejak usia dini
Pemahaman batasan usia pemakaian kendaraan bermotor
Perlindungan pemakaijalan yang termasuk dalam kelompok rentan
Pemahaman terhadap pembatasan pemakaian jalan tertentu
seperti pelarangan pejalan kaki, pengendara sepeda dan
kendaraan roda dua di jalan bebas hambatan
Pentingnya pembatasan kecepatan kendaraan bermotor sesuai
jenis jalan
Perilaku aman bagi pejalan kaki
Tidak minum minuman beralkhohol dan obat yang menyebabkan
ngantuk pada saat mengendarai kendaraan
18
4.
Pelayanan Kesehatan
a. Penanganan pra rumah sakit yang kurang memadai
Memberikan pelatihan untuk kelompok masyarakat yang dapat
menjadi "penolong yang pertama" (first responder) seperti:
Pengemudi alat transportasi massal, polisi, kader kesehatan,
tokoh masyarakat. Materi pelatihan mengenai "pertolongan medik
dasar (Basic Life Support)", antara lain meliputi :
(i) Bagaimana melakukan pelaporan (kontak telepon) untuk
mencari bantuan
(ii) Cara memadamkan kebakaran secara sederhana dan cepat
(iii) Cara mengamankan lokasi kecelakaan (Mencegah bahaya
ikutan, menurunkan risiko bahaya untuk penolong,
mengendalikan massa)
(iv) Cara memberikan pertolongan pertama (Resusitasi,
Menghentikan perdarahan, Memasang bidai dan pembalut,
transportasi korban)
Menyiapkan nomor telepon yang dapat dihubungi untuk
menginformasikan kejadian kecelakaan (Ambulans 118, Polisi,
Pemadam kebakaran)
Membuat kode atau standar pelaporan masyarakat terhadap
kejadian kecelakaan yang sederhana dan mudah diingat.
Membuat standar ambulans untuk pertolongan dan evakuasi
korban kecelakaan lalu lintas
Mernberikan pelatihan kepada petugas Puskesmas
b. Penanganan di UGO/sarana pelayanan kesehatan yang kurang
memadai
c. Pengaturan kompetensi petugas rumah sakit, meliputi pelatihan
penanganan trauma (ATLS, ACLS)
19
d. Pemenuhan kebutuhan peralatan medis
Memperbaiki sistim perencanaan dan manajemen organisasi
dengan menetapkan:
(i) Jenis layanan kesehatan yang dapat diberikan
(ii) Kebutuhan tenaga dan sarana untuk menjamin kualitas layanan
kesehatan yang diberikan dengan mempertimbangkan faktor
ekonorni dan geografi)
(iii) Mengembangkan mekanisme administratif untuk meningkatkan/memberdayakan organisasi
20
VI.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatankegiatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko kecelakaan lalu
lintas yaitu :
A.
Terhadap Manusia :
Beberapa hal yang perlu dilakukan pada manusia untuk mengurangi risiko
kecelakaan:
1. Advokasi dan Sosialisasi:
Perorangan
Kelompok
2. Pelatihan :
Terhadap Lintas Program dan Lintas Sektor
Terhadap Masyarakat
3. Studi Banding
4. Reward dan Punishment
5. PemakaianAPD
6. Pemeriksaan Kesehatan
B.
Terhadap sarana dan prasarana (kendaraan)
Beberapa hal yang perlu dilakukan pad a kendaraaan untuk mengurangi
resiko kecelakaan:
1. Pemeriksaan rutin kondisi kendaraan sebelum pemakaian (ban, rem,
lampu, radiator, aki dll)
2. Pemakaian kendaraan sesuai dengan peruntukannya (kendaraan roda
2 untuk 2 orang, mobil barang tidak dipergunakan untuk mengangkut
penumpang)
3. Kesesuaian antara kendaraan dan pengemudi
21
4. Pemeliharaan kendaraansecara rutin
5. Uji kelaikan dan keamanan kendaraan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
c.
Terhadap Lingkungan
Selain faktor manusia dan kendaraan, lingkungan juga memegang peranan
penting terjadinya KLL .
Untuk mengurangi resiko terjadinya KLL, perlu dilakukan:
1. Mendesainjalan dan JembaV,m sesuai dengan peruntukannya.
2. Pemeriksaan dan pemeliharaan jalan dan Jembatan yang aman untuk
berkendara.
3. Pemasangan dan Pengaturan penempatan ramburambu lalu lintas
dan peringatan lokasi rawan kecelakaan sesuai dengan kebutuhan
4. Menginformasikan kondisi cuaca dan jalanan yang tibatiba berubah
secara ekstrim oleh petugas kepada pemakaijalan .
LANGKAH LANGKAH KEGIATAN:
Langkah langkah kegiatan untuk mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas
adalah :
A.
Faktor Risiko Manusia :
1. KegiatanAdvokasi dan Sosialisasi :
a. Melakukan koordinasi
b. Menyiapkan lokasi
c. Identifikasi sasaran Advokasi dan sosialisasi
d. Menyiapkan materi sesuai dengan sasaran
e. Penggunaan metode yang tepat
f.
Penggunaan media yang sesuai dengan materi dan sasaran
g. Evaluasi
22
2. Kegiatan Pelatihan :
a . Melakukan koordinasi
b. Menyiapkan lokasi
c. Identifikasi sasaran pelatihan
d . Menyiapkan materi sesuai dengan sasaran
e. Penggunaan metode yang tepat
f.
Penggunaan media yang sesuai dengan materi dan sasaran
g. Evaluasi
3. Kegiatan Studi Banding
a. Melakukan koordinasi
b. Identifikasi variabel yang dibandingkan
c. Menentukan tujuan studi banding
d . Melakukan identifikasi peserta
e. Persiapan Biaya sesuai kebutuhan
f.
Evaluasi dan rekomendasihasil study banding
4. Kegiatan Reward dan Punishment
a. Melakukan identifikasi lokasi rawan kecelakaan dan waktu
pelaksanaan
b. Pelaksanaan operasi patuh lalu lintas
c. Pemberian sanksi bagi pengendara yang melanggar peraturan lalu
lintas
d. Pemberian penghargaan bagi pengendara yang mematuhi
peraturan lalu lintas, secara acak
5. Kegiatan PemakaianAPD
a . Persiapan kelengkapan pemakaianAPD
b. PemakaianAPD sesuai dengan peruntukannya.
23
6. Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan
a. Persiapan Lokasi
b.
B.
Koordinasi TIM Pemeriksa
Faktor Kendaraan
1.
Kegiatan Pemeriksaan rutin kondisi kendaraan sebelum pemakaian .
a.
Melakukan pemeriksaan ban
b.
Melakukan Pemeriksaan Rem
c.
Melakukan Pemeriksaan Lampu
d. Melakukan Pemeriksaan Bahan Bakar
e. Melakukan pemeriksaan mesin
f.
2.
3.
Melakukan pemeriksaan radiator
Pemakaian kendaraan sesuai dengan peruntukannya
a.
Melakukan pembatasan kapasitas angkut
b.
Melakukan kesesuaikan angkutan
Kesesuaian antara kendaran dan pengemudi
a.
Melakukan pemeriksaan kesehatan
b. Melakukan peningkatan sistem perriberian SIM
c.
Melakukan/menerapkan Sertifikasi PengemudiAngkutan Umum
4 . Pemeliharaan kendaraan secara rutin
a. Melakukan pemeliharaan secara berkala
5.
24
Uji kelaikan dan keamanan kendaraan
a.
Melakukan pemeriksaan kelaikan kendaraan secara berkala
b.
Melakukan pemeriksaan kelengkapan fasilitas keselamatan
c.
Faktor Risiko Lingkungan :
1. Mendesain jalan dan Jembatan sesuai dengan peruntukannya.
a. Melakukan audit perencanaan
b. Melakukan audit pasca konstruksi
2. Pemeriksaan dan pemeliharaan jalan dan Jembatan yang aman untuk
berkendara.
a. Melakukan audit berkala
b. Melakukan rekomendasi hasil audit
3. Pemasangan dan Pengaturan penempatan ramburambu lalu lintas
dan markajalan sesuai dengan standardkeselamatan
a. Melakukan perencanaan
b. Melakukan audit berkala
c. Melakukan rekomendasi hasil audit
4. Menginformasikan kondisi cuaca dan jalanan yang tibatiba berubah
secara ekstrim oleh petugas kepada pemakaijalan.
a. Inventarisasi karakteristik alam (cuaca,daerah patahan, suhu dll)
b. Melakukan penyesuaian disain dengan meninggikan faktor
keamanan
c. Melakukan pemantauan secara berkala.
25
26
VII. MONITORING DAN EVALUASI
A.
Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan secara terintegrasi
lintas program dan lintas sektor terkait sesuai dengan kebutuhan. Sasaran
dalam pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi adalah petugas lintas
program dan lintas sektor terkait di tingkat provinsi, kabupatenl kota dan dan
kecamatan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi pengendalian faktor risiko gangguan
akibat kecelakaan dan cedera adalah mencakup jenis kegiatan, indikator
yang akan dimonev, cara dan tenaga serta frekuensi money.
B.
Jenis kegiatan yang perlu dimonitor
Jenis kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka monitoring dan evaluasi
pengendalian faktor risiko gangguan akibat kecelakaan dan cedera yaitu
sebelum, saat dan sesudah kejadian kecelakaan lalu lintas. Jenis kegiatan
yang dilakukan sebelum terjadinya kejadian kecelakaan meliputi upayaupaya kesehatan yang dilakukan agar masyarakat terhindar dari
kecelakaan lalu lintas. Kegiatan yang dilakukan sa at kejadian kecelakaan
lalu lintas meliputi apa yang telah dilakukan oleh petugas lintas program dan
lintas sektorterkait (Dephub, Kepolisian, Asuransi, Pemda) pada sa at terjadi
kecelakaan lalu lintas. Dan kegiatan pasca kecelakaan lalu lintas meliputi
tindakan tindakan apa yang telah dilakukan oleh petugas lintas program
dan lintas sektorterkait setelah kejadian kecelakaan lalu lintas.
C.
Indikator Monitoring dan Evaluasi
Indikator dalam pelaksaan l\IIonitoring dan Evaluasi, dibagi dalam 3 Tahap
yaitu:
1. Indikator Input
27
Yang dinilai antara lain :
a. Ketersediaan buku pedoman / juknis
b. Ketersediaan tenaga yang berkompeten
c. Keberadaan organisasi yang menangani
d. Sarana dan prasarana penunjang
e. Sumber dana
f.
Adanyajejaring Kemitraan lintas program & lintas sektor
2. Indikator Proses
Yang dinilai antara lain :
a. Adanya program / kegiatan gangguan akibat kecelakaan lalu lintas
b. Adanya tenaga yang mengelola kegiatan GAKCE
c. Berjalannya kegiatan organisasi
d . Berfungsinya sarana dan prasarana penunjang kegiatan GAKCE
e. Sumber dana digunakan sesuai dengan fungsinya
f.
Berjalannya Jejaring Kemitraan lintas program & lintas sektor
3. Indikator Output
Yang dinilai antara lain :
a . Laporan kegiatan program
b. Tersedianya data kecelakaan
c. Terbentuknya organisasi (POKJA)
Pembuatan Laporan Monitoring dan Evaluasi :
Kegiatan Monev dilaporkan secara berjenjang dan berkala sesuai dengan
jadual yang telah ditetapkan.
28
VIII. PENUTUP
Buku Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Gangguan Akibat Kecelakaan dan
Cedera, terutama kecelakaan lalu lintas, diharapkan dapat menjadi acuan
petugas lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatannya.
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan, Rencana Strategis Departemen Kesehatan 20052009, Departertemen Kesehatan, 2005
, Jejaring Nasional, Pencegahan dan Penanggulangan
-----------------Penyakit Tidak Menular, Pusat Promosi Kesehatan, 2005
Peden, Margi, et.al , World Report on Traffic Injury Prevention, WHO, 2004
Kesehatan Kerja Pengemudi Bis Antar Kota (untuk
petugas), Departertemen Kesehatan, 2003
Klon Kaen Hospital. Khon Kaen, Thailand
Jejaring Nasional. Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
(PTM) Depkes RI. Pusat Promosi Kesehatan 2005
Injury Surveillance Report, Thailand 1995-1998 by Epidemiology Division,
Permanent Secretary Office Ministry of Public Health, Thailand 2002.
Injury Survellance Guidelines, WHO Geneva Switzerland 2001
Recorder's Manual for Data Collection Provincial Injury Surveillance, 3,' edition,
1999.
http :\\www.google\departemenperhubungan\ditjen h u bdat\U n da ng-u nd a ng
Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas
31
PENGERTIAN
•
Faktor risiko kecelakaan adalah : Kumpulan penyebab terjadinya kecelakaan
lalu lintas.
•
Pengendalian kecelakaan adalah : Upaya menurunkan kejadian kecelakaan
lalu lintas melalui preventive , kurative dan rehabilitatif
•
Kecelakaan lalu lintas adalah : Kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi saat
melakukan lalu lintas
•
Cedera adalah : Kerusakan fisik yang disebabkan oleh rudapaksa dan trauma
oleh akibat kecelakaan lalu lintas.
•
Lalu Lintas Jalan adalah : Gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan darat.
•
Kecacatan (disability) adalah : Ketidakmampuan/keterbatasan untuk
melakukan kegiatan.
•
Rekayasa kendaraan adalah : Upaya perubahan/penyesuaian pada
kendaraan berdasarkan fungsinya
•
Zona pejalan kaki adalah : Daerah yang diperuntukkan khusus pejalan kaki.
•
Alat Pelindung Diri (APD) adalah : Alat yang digunakan untuk mengurangi
atau menghilangkan risiko bila terjadi kecelakaan lalu lintas .
•
Uji kelaikan kendaraan adalah : Uji yang dilakukan terhadap kendaraan agar
memenuhi standaryang dipersyaratkan.
•
Audit jalan adalah : Penilaian kelayakan sarana dan prasarana jalan
berdasarkan aturan yang dipersyaratkan .
•
Lingkungan fisik adalah: Keadaan I kondisi yang berkaitan dengan cuaca,
iklim, konturtanah, yang mempengaruhi manusia dalam berkendaraan .
•
Lingkungan sosial : Keadaan/kondisi yang berkaitan dengan sosial ekonomi
masyarakat.
32
TIM PENYUSUN
Dr. T JET JEP ALI AKBAR
SRI HANDINI, SH, M.Kes
ABDUR RACHIM, SKM , M.Kes
AKBP Drs. VELINO S (DITLANTAS POLRI)
AKBP MANSYUR S, B.Se (DITLAI\JTAS POLRI)
AKBP Drs. SUBONO (DITLANTAS POLRI)
Ir. BESTI ERNANI , MURP (DIT JEN HUBDAT, DEPHUB)
SRI IRIANTI, SKM, M.Phil (BALITBANGKES)
Drs. MULYONO , M.Si (BALITBANGKES)
Dra.WORO RIYADINA, M.Si (BALITBANGKES)
Dr. KAMALAMIRUDDIN (DIT JEN YANMED)
SAMSU (AMBULAN GAWAT DARURAT 118)
Ir. ANIS ABDUL MUIS (PUSPROMKES)
Dr. SRI HASTUTI H, MPH(PPSDM)
Dr. TOTOK HARYANTO
Dr. ESTI WIDIASTUTI
BUDI SANTOSA, SKM , M.K3
ACHMAD ROFIK, SKM
YOLMISATRI , SKM
SUKRO BASUKI , S.Sos
33