Masalah Memandirikan Petani Sekitar Wilauh Hutan Dalam Rangka Pengembangan Perhutanan Sosial Studi Kasus Di Desa Sirnabaya RPH Wanakarta Kabupalen Karawang Jawa Barat

w

MASALAEI MEMANDIRIAN PETANI SEKITAR W I L A U M WUTAN
DALAM

GKA PENGEMBANGAN B E R N U T A N m SOSIAL

S t u d i Kasus D i D e s a S i r n a b a y a RPN Wanakarta
KabupaLen Karawang J a w a B a r a t

'

Oleh
Saharuddin

*I

Dewasa i n i k e g i a t a n k e h u t a n a n t e l a h b e r g e s e r d a r i
penekanan p a d a a s p e k "'menjaga d a n mengamankan h u t a n " ( g u a r d i a n s o f t h e f o r e s t ) ke a r a h " l e b i h m e n g i k u t s e r t a k a n
r n a s y a r a k a t d i dalamnya" ( m o r e p e o p l e o r i e n t e d r o l e ) dimana k e p e n t i n g a n d a n k e b u t u h a n m a s y a r a k a t yang a d a d i dalamnya d a p a t d i j a m i n d e n g a n b a i k ( F A O , 1 9 7 8 ; World Bank,
S e j a l a n dengan i t u , d i

1978 dalam Nasendi, 1 9 8 6 ) .
I n d o n e s i a d i t a n d a i dengan a d a n y a p r o y e k - p r o y e k P e r h u t a n a n S o s i a l d i Jawa,
Sampai s e j a u h mana p r o y e k t e r s e b u t t e l a h b e r h a s i l ,
m a s i h memerlukan p e n e l i t i a n s e c a r a mendalam, s e k a l i p u n d i
b e b e r a p a t e m p a t t e l a h menunjukkan h a s i l yang menggembirakan,
D a l a m rangka i t u l a h p e n e l i t i a n i n i b e r u s a h a untuk
mengungkapkan b e r b a g a i h a l yang b e r k a i t a n dengan m a s a l a h
kemandirian p e t a n i s e k i t a r w i l a y a h h u t a n dalam s a n g k a
pengembangan P e r h u t a n a n S o s i a l ,
Masalah
P e n e P i t i a n p e n d a h u l u a n d i RPR Wanakerta menunjukkan
bahwa masih a d a h a l yang p e r l u d i b e n a h i dalam p e l a k s a n a a n
p r o y e k P e r h u t a n a n S o s i a l , Beberapa m a s a l a h s e b a g a i h a s i l
penemuan a d a l a h s e m c i t n y a l a h a n s e b a h a g i a n b e s a r penduduk
( 5 0 % ) s e b a g a i buruh t a n i , p e n e u r i a n kayu b a k a r d a n kayu
p e r l u k a n g a n , hubungan m a s y a r a k a t dengan p e t u g a s k e h u t a n a n

.........................................................

*


Mahasiswa S9 J u r u s a n S o s i a l Ekonomi P e r t a n i a n F a k u l t a s P e r t a n i a n IPB d i bawah bimbingan P r o f D r S M P
Tjondronegoro

ditandai perasaan antipati masyarakat karena di daerah
ini pernah terjadi penyerobotan tanah/tanah sengketa;
masyarakat merasa tidak puas akibat adanya pengusiran
sekitar tahun 1980-an,
Usaha untuk mengikutsertakan masyarakat.dalam kegiatan kehutanan melalui pembentukan KTN ternyata belum
dapat memberikan hasil yang memadai. Ketidakstabilan
anggota KTH adalah merupakan suatu petunjuk sampai sejauh
mana program tersebut telah berhasil,

1.
2.
3,
4.

Tujuan penelitian ini adalah :
Mengamati persepsi petugas kehutanan dan.pet'ani sekitar wilayah hutan terhadap usaha pengembangan Perhutanan Sosial.

Untuk menemukan sejauh mana tingkat kemandirian petani dalam pelaksanaan dan pengembangan Perhutanran
SosiaP,
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor sosial dan ekonomi mana yang mempunyai pengaruh kuat terhadap kemandirian petani anggota KTN dengan non anggota KTH.
Untuk mengamati adakah perbedaan tingkat kemandirian
petani anggota KTN dengan non anggola ICTH.

METODA PENELITIAN

Penelitian bersifat studi kasus. Jadi penernuan penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk daerah
atau masyarakat/kelompok tani lainnya,
Penelitian ini
dapat bersifat evaluatif karena sifalnya menelaah program
yang sedang berjalan. Juga dapat pula dikatakan sebagai
penelitian dokumentasi karena ada usaha untuk mengungkapkan dan mengkaji masalah kemandirian.
Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung
dengan menggunakan pedoman wawancara (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan terhadap 16 petani anggota KTH, 16 ~etaninon anggota RTH dan
2 orang petugas kehutanan serta tokoh-tokoh masyarakat.
Analisa datanya dilakukan dalam dua tingkatan. Pertama pada tingkat kelompok, pengolahan data dilakukan
secara prosentase dan dianalisa secara deskriptif. Kedua
unit analisa adalah rumah tangga dengan tabulasi silang

dan uji statistik jenjang Spearman disertai dengan kesimpulan dan penafsirannya.

Untuk melengkapi kedua model analisa di atas, maka
diambil masing-masing 4 studi kasus rumah tangga dari rumah tangga anggota XTH dan rumah tangga non anggota KTH,
Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas masalah kemandirian
pada tingkat rumah tangga,

NASIL DAN PEMBAMASAN
Pelaksanaan Progek Perhutanan Sosial
Pilot proyek Perhutanan Sosial Blok Cileutik tampaknya kurang didukung oleh sikap masyarakatnya. Mudah dimengerti karena sejarah pengembangan proyek ini diwarnai
oleh adanya sengketa tanah antara masyarakat dengan pihak
Perum Perhutani. lmplikasi dari adanya sengketa tersebut
adalah sampai saat ini antipati masya-rakat terhadap
proyek Perhutanan Sosial masih tetap ada.
Pilot proyek Perhutanan Sosial Blok Cileutik luasSampai
nya 10 Ha yang digarap oleh 20 KK anggota KTH.
saat ini proyek tersebut telah berlangsung kurang lebih
3 tahun dengan tanaman pokok kehutanan adalah A c a c i a
mangium
Di beberapa bagian terdapat tanaman pengisi

lamtoro gung dan tanaman pagar adalah nanas.

.

Gejala kurangnya simpati masyarakat sekitar hutan
atas program ini ditandai dengan kurangnya minat masyarakat sekitar hutan untuk menggarap di lokasi Perhutanan
Sosial. Ketidakstabilan anggota KTH merupakan salah satu
petunjuk adanya gejala di atas. Beberapa anggota KTW
mengundurkan diri dengan alasan : (I), Ketid'akmampusn petani dalam mengembalikan kredit. (2). Tidak senang pada
petugas kehutanan, ( 3 ) . Adanya kesempatan baru untuk melakukan tumpangsari di RPN Pinayungan (tidak jauh dari
Blok Cileutik) dengan pembentukkan Kelompok Tani Hutan
Tanaman Industri.

Dalam penelitian ini diajukan 7 buah hipotesis.
Untuk hipotesis 1 dan hipotesis 2 hanya dianalisa secara
deskriptif dengan pengolahan data secara prosentase.
Sedangkan untuk hipotesis 3 sampai hipotesis 7 data dianalisa dengan tabulasi silang dan uji Jenjang Spearman.
1.

Hasil Analisa Terhadap Hipotesis 1 (mengenai persepsi

petani dan petugas kehutanan)

Persepsi petugas kehutanan terhadap Perhutanan Sosia1 lebih berorientasi kepada usaha-usaha pendayagunaan

sumber daya hutan secara lestari.
Implikasinya adalah
pandangan terha'dap proyek Perhutanan Sosial lebih dikaitkan dengan usaha untuk mencapai target reboasasi di tanah negara sebagai suatu program yang berasal dari
hirarki yang lebih tinggi. Untuk itu pembinaan KTH lebih
berorientasi kepada usaha peningkatan ketrampilan petani
dalam menanam tanaman pokok kehutanan berikut pemeliharaannya,
Berbeda dengan petugas kehutanan, persepsi petani
sekitar hutan terhadap Perhutanan Sosial dan hutan pada
umumnya lebih menekankan pada aspek fungsi hutan sebagai
Implikasinya
salah satu sumber tambahan pendapatan.
adalah adanya kegiatan masyarakat yang sifatnya
mengganggu keamanan hutan dalam be?nt.uk pencurian dan
perencekan kayu di hutan seeara liar. Sedangkan persepsi
terhadap petugas kehutanan bersifat negatif.
2,


Rasil Analisis Terhadap Wipotesis 2 (mengenai kemandirian petani)

Berdasarkan variabel kemandirian, maka diketemukan
bahwa tingkat kemandirian anggota KTH 1 7 . 6 7 % lebih besar
dari tingkat kemandirian non anggota K T H , Perbedaan tersebut berturut-turut meneolok pada aspek partisipasi,
persepsi dan kesadaran petani terhadap Perhutanan Sosial
dan terhadap hutan pada umumnya.
Sedangkan pada aspek
pengetahuan dan ketrampilan perbedaan tersebut relatif
kecil,
Perbedaan tersebut dimungkinkan karena arus informasi Perhutanan Sosial dan tentang pentingnya melestarikan
lingkungan hutan lebih banyak mengalir kepada anggota XTH
dari pada kepada non anggota KTB.
Selain itu konflik
antara petugas kehutanan dengan petani sekitar hutan yang
telah tertanam lama diduga ikut berperan dalam proses di
atas.

3.


Penemuan Pengujian Hipotesis 3 (mengenai tingkat pendapatan)

Sebahagian besar responden ( 4 3 . 7 5 % ) berada pada
kategori pendapatan rendah. fni menjadi alasan bahwa
petani banyak terlibat dalam berbagai sektor kegiatan
ekonomi.
Penemuan dengan uji statistik Jenjang Spearman menunjukkan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh kuat terhadap tingkat kemandirian petani, yaitu bahwa dengan semakin tingginya tingkat pendapatan, perilaku dan persepsi petani terhadap Perhutanan Sosial dan hutan makin positif. Kegiatan yang menjurus pada hal-hal yang sifatnya

tidak menunjang pembangunan
ditekan atau dihindari.

4.

bidang

kehutanan dapat

Pengujian Terhadap Hipotesis 4 (mengenai luas lahan)


Menurut Sajogyo ( 1 9 7 8 ) , semakin sempit lahan yang
dimiliki oleh petani, maka semakin besar arti beragam
sumber nafkah di luar pertanian.
Berhubung sebahagian
besar ( 5 6 . 2 5 % ) petani responden berada pada kategori
lahan sempit, maka bagi golongan ini tidak bisa menggantungkan nasibnya pada sektor pertanian. Berkenaan dengan
itu, sektor kegiatan ekonomi menjadi beragam dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penemuan melalui uji statistik Jenjang Spearman menyimpulkan bahwa luas lahan yang diusahakan ternyata kuat
berpengaruh terhadap proses kemandirian petani. Adanya
lahan untuk kegiatan ekonomi berimplikasi pada konsentrai
si tenaga kerja keluarga terpusat pada kegiatan usahatani. Dalam kaitan demikian berarti sekaligus mengurangi
keterlibatan anggota keluarga yang sifatnya mengganggu
kelestarian lingkungan hutan. Bahkan sebaliknya terdapat
kasus rumah tangga yang member: peluang bagi petani untuk
menyisihkan sebahagian milik untuk kegiatan usahatani
hutan.

5.


Hasil Penemuan Terhadap Pengujian Hipotesis 5 (mengenai jumlah tanggungan keluarga)

Sekalipun tanggungan keluarga responden rendah, Letapi ada indikasi bahwa rendahnya tanggungan keluarga disebabkan oleh tingginya perkawinan pada usia muda,
Hasil pengujian melalui uji statistik Jenjang
Spearman menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga
tidak nyata mempengaruhi tingkat kemandirian petani anggota KTN, Pada non anggota KTH pengaruh tersebut kuat,
Dengan demikian proses kemandirian anggota KTW tidak
dapat dijelaskan dengan variabel jumlah tanggungan
keluarga. Ini berarti keterlibatan petani dalam kegiatan
langsung di bidang Perhutanan Sosial telah meniadakan
pengaruh jumlah tknggungan keluarga terhadap proses
kemandirian petani* Hal ini diduga bahwa arus informasi
yang diterirna oleh anggota KTN tentang hutan-dan Perhutanan Sosial telah hampu merubah perilaku dan persepsi
petani terhadap Perhutanan Sosial atau terhadap hutan
pada umumnya.
6.

Hasil Pengujian
kat pendidikan)


Terhadap Hipotesis 6 (mengenai Ling-

Sebahagian besar responden berada pada kategori
tingkat pendidikan rendah sampai sedang. Responden yang

berada pada kategori ini mencapai 87.5% , Sejalan dengan
itu 70% dari responden mempunyai tingkat kemandirian
rendah sampai sedang. Selanjutnya secara uji statistik
Jenjang Spearman diperoleh bahwa tingkat pendidikan berpengaruh kuat terhadap tingkat kemandirian, Berarti bahwa pendidikan formal yang telah mereka terima sekalipun
rendah telah ikut berperan dalam proses kemandirian mereka, Proses ini diduga berlangsung melalui kepekaan
terhadap informasi yang mereka terima dari berbagai
pihak.

7.

Hasil Pengujian Terhadap Hipotesis 7 (Mengenai Tingkat Pengalaman)

Semua responden yang berada pada kategori tingkat
pengalaman tinggi juga mempunyai tingkat kemandirian
tinggi,
Selain itu seeara relatif tingkat kemandirian
sejalan dengan tingkat pengalaman dalam bidang Perhutanan
Sosial atau sejenisnya, Beberapa petani yang mempunyai
tingkat kemandirian tinggi ternyata mereka telah aktif
terlibat dalam kegiatan tumpangsari di tanah negara sejak
beberapa tahun sebelum dibukanya proyek Perhutanan Sosial,
Berdasarkan uji statistik .jenjang Spearman, diperoleh bahwa tingkat pengalaman berpengaruh kuat terhadap
tingkat kemandirian petani. Dengan pengalaman ini timbul
keyakinan pada diringa akan manfaat sumberdaya hutan secara lestari. Dalam kaitan itu proyek Perhutanan Sosial
bagi mereka (masyarakat sekitar hutanj merupakan tindak
lanjut dari adaptasi ekologi yang telah mereka miliki sebelumnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

1,

Dalam pelaksanaan proyek Perhutanan Sosial Blok Gileutik masih banyak hambatan terutama dari aspek sikap mayoritas masyarakat sekitarnya.
Akibatnya pelaksanaan tersebut belum sepenuhnya berhasil sesuai
dengan yang diharapkan, terutama jika dilihat dari
sudut usaha untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

2,

Persepsi petugas kehutanan terhadap proyek Perhutanan
Sosial masih terlalu berorientasi kepada usaha pencapaian target penghijauan, sedangkan persepsi petani
lebih menekankan kepada aspek ekonomi dari sumberdaya
hu tan

3.

T e r n y a t a bahwa t i n g k a t k e m a n d i r i a n a n g g o t a KTW l e b i h
t i n g g i d a r i p a d a t i n g k a t k e m a n d i r i a n p e t a n i n o n anggot a KTH.

4.

F a k t o r - f a k t o r s o s i a l dan ekonomi yang b e r p e n g a r u h
terhadap proses kemandirian p e t a n i a d a l a h t i n g k a t
p e n d a p a t a n , l u a s l a h a n yang d i k u a s a i , t i n g k a t p e n d i d i k a n d a n pengalaman dalam bidang P e r h u t a n a n S o s i a l
a t a u t u m p a n g s a r i yang s e j e n i s .

Saran

1.

Untuk l e b i h r n e n s u k s e s k a n p r o g r a m P e r h u t a n a n S o s i a l
maka p e r l u a d a n y a p e m b i n a a n k e p a d a p e t a n i a n g g o t a KTM
yang b e r o r i e n t a s i k e p a d a p e n i n g k a t a n p e n d a p a t a n p e t a ni.
Untuk i t u k e h a d i r a n PLPS s e b a g a i p e m b i n a d a l a m
kelompok t a n i h u t a n s a n g a t d i h a r a p k a n .

2.

Kontrak k e r j a yang t e r l a l u s i n g k a t ( 3 t a h u n ) b a g i
a n g g o t a KTW t a m p a k n y a p e r l u d i t i n j a u k e m b a l i u n t u k
m e m p e r t e b a l rasa t a n g g u n g jawab p e t a n i t e r h a d a p p e r h u t a n a n s o s i a l , D i s a m p i n g i t u p e r l u a d a n y a u s a h a pen g e n a l a n t a n a m a n bawah k e p a d a p e t a n i secara ekonomi
potensil

.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,
1986.
Laporan
Pelaksanaan
Perhutanan S o s i a l
Tahap I .
A d m i n i s t r a t o r P e r h u t a n a n S o s i a l Sub Program J a w a .
Departemen Kehutanan J a k a r t a .
1986.
Pengembangan Sumberdaga M a n u s i a di
N a s e n d i , B.B.
I r i a n Jaya,
Bunga R a m p a i P e r h u t a n a n S o s i a l . Buku I .
1986.
Departemen Kehutanan J a k a r t a .
Sajogyo.
1978.
P e n g a r u h T e k n o l o g i T e r h a d a p Pembangunan
P u s a t S t u d i Pembangunan.
IPB.
Bogor.
Pedesaan.

Dokumen yang terkait

Dimamika Kelompok Tani Hutan Dalam Program Perhutanan Sosial (Social Forestry) Studi Kasus Di Dwsa Sukobubuk Pati, Jawa Timur

0 6 13

Dampak Proyek Perhutanan Sosial terhadap Tingkat Pendapatan dan Distribusinya Serta Tingkat Kemiskinan Petani Peserta Proyek (Studi Kasus di RPH Banteran, KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah)

0 3 127

Analisa pemasaran kapulaga di Jawa Tengah dalam upaya pengembangannya pada proyek perhutanan sosial (studi kasus di RPH Sapuran KPH Kedu Selatan)

1 12 120

Pola Kegiatan Pertanian, Surahan Tenaga Kerja, dan Pendapatan Petani pada Wilayah Sekitar Proyek Perhutanan Sosial di Jawa Barat

0 6 6

Pengaruh Pemasaran terhadap Pendapatan Petani Peserta Perhutanan Sosial di RPH Gantar, KPH Indramayu Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

0 4 9

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan, distribusi pendapatan pada petani peserta program perhutanan sosial (Studi kasus di RPH Becok BKPH Merakurak KPH Tuban Jawa Timur)

1 8 123

Motivasi Petani Berusahatani di Dalam Kawasan Hutan, Wilayah Bandung Selatan (Kasus Petani Peserta Program Perhutanan Sosial di Wilayah Kesatuan Pemangku Hutan Bandung Selatan)

0 8 121

Strategi nafkah rumahtangga desa sekitar hutan (studi kasus desa peserta phbm (pengelolaan hutan bersama masyarakat) di kabupaten kuningan, provinsi jawa barat)

1 29 446

Optimalisasi pemanfaatan lahan kehutanan dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan dan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat desa sekitar hutan : Studi kasus di Kabupaten Sumedang

0 7 23

Pengembangan model kemitraan dan pemasaran terpadu biofarmaka dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitar hutan di kabupaten sukabumi, provinsi jawa barat

0 2 7