Analisis sruktur dan kinerja perdagangan internasional indonesia khususnya produk primer dan non primer pertanian

Persembahan wnlub

heluarga dan senrua qvruhv

elfah ~ e n g a n g kfaorang-orang gang beriman
daripada tngkau
dun orang-orang gang dibtri ilmu

ANALISIS STRUKTUR DAN KINERJA
PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA
KHUSUSNYA PRODUK PRIMER DAN NON PRIMER
PERTANIAN
DISERTASI

Oleh
AGUS WAHMJDI

PROGRAM PASCASANANA
JNSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996


ANALISIS STRUKTUR DAN KINERJA
PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA
KHUSUSNYA PRODUK PRIMER DAN NON PRIMER
PERTANLAN

Oleh
AGUS WAHYUDI

DISERTASI

Sebagai salah satu syarat untuk rnemperoleh
Gelar Doktor
Program Studi Ekonorni Pertanian
pada
Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996


AGUSWAHYUDI. ANALISISSTRUKTUR DAN

KINERJA PERDAGANGAN

INTERNASIONAL INDONESIA KHUSUSNYA PRODUK PRIMER DAN NON
PRIMER PERTANIAN. Di bawah bimbingan
Komisi Pembimbing,

BUNASOR
SANM

sebagai Ketua

KUNTJORO,
AGUSPAKPAHAN,
SJAFRIL
KEMALAdan

ERWIDODO

sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ciri-ciri ekspor (khususnya produk
pertanian) dan impor Indonesia, yang menyertai perubahan struktural dalam ekspor dan
impor tersebut serta situasi yang menyebabkan munculnya ciri-ciri yang bersangkutan;
mempelajari ciri-ciri dan perilaku sektor-sektor pengeluaran dalam negeri (absorsi dalam
negeri); dan mempelajari pengaruh liberalisasi perdagangan internasional terhadap kinerja
perdagangan internasional dan perekonomian Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deret berkala tahunan dalam
kurun PJP I (1969-1993). Sumber utama data ekonomi Indonesia berasal dari Statistik

Financial Statistics
Ekonomi Dan Keuangan Indonesia (Bank Indonesia), Ir~tewrutio?~al
(World Bank), berbagai terbitan dari Biro Pusat Statistik, serta Statistik Perkebunan dari
Direktorat Jenderal Perkebunan. Data keuangan dalam model menggnakan tahun dasar
1985 (tahun dasar yang digunakan World Bank).
Metode analisis yang digunakan adalah rnetode kuanti::::if yi;iini sii: *n perm;
simultan atau model ekonometrika dari sebagian ei;:?r~ort~irilnlrr:,
sistem perekonomian terbuka.

.


.
i ;..cones'

,eba?,ti

T.

Ekspor komoditas Indonesia dalam PJP I (1969-1993) baik produk
pertanian maupun non pertanian, baik produk primer maupun produk non primer, ternyata
memiliki ciri yang kurang responsif terhadap harga, yang ditunjukkan oleh kecilnya
elastisitas ekspor terhadap harga, atau bahkan pengaruh harga tidak nyata mempengaruhi
ekspor. Selain itu ekspor juga kurang responsif terhadap perubahan kurs. Hal ini
menunjukkan bahwa walaupun secara formal telah terjadi perubahan struktural ekspor
dari yang semula didominasi oleh produk primer menjadi produk non primer, tetapi secara
hakiki perubahan struktural itu tidak terjadi, karena yang dikatakan sebagai produk non
primer tersebut masih memiliki ciri-ciri seperti produk primer. Situasi menonjol, yang
menyebabkan munculnya ciri-ciri yang demikian itu antara lain situasi pasar internasional
yang jenuh (perkembangan permintaan lebih kecil daripada penawaran), situasi
ketergantungan pada pasar tertentu (Eropa, Amerika Serikat dan Jepang), situasi

ketergantungan pada komoditas yang bersangkutan sebagai sumber devisa utama, situasi
exportable supply di dalam negeri yang terbatas sehingga ekspor yang terjadi adalah sisa

dari konsumsi dalam negeri atau karena adanya regulasi tertentu sehingga keputusan
ekspor buka didasarkan atas harga yang terjadi tetapi sesuai dengan keputusan reg1:lasi
tersebut (struktur pasar menjadi bukan persaingan).
Impor Indonesia selama PJP I, baik barang konsumsi, barang modal mau.-.un
bahan baku dan penolong, ternyata memiliki ciri yang kurang dipengaruhi oleh harga,
sebagairnana ciri ekspor, dan pengaruh kurs hanya nyata terhadap impor barang
konsumsi. Hal ini menunjukkan perubahan struktural impor dengan semakin mengecilnya
irnpor barang konsumsi dan semakin dominannya impor barang-barang modal dan bahan

baku dan penolong, secara hakiki tidak mencerminkan kemampuan ekonomi dalam negeri
untuk menghasilkan barang-barang konsumsi, tetapi lebih karena semakin semakin
banyaknya industri perakitan, yang ditunjukkan oleh tingginya ketergantungan terhadap
impor barang modal dan bahan baku dan penolong. Situasi yang menyebabkan munculnya
ciri demikian antara lain larnbannya proses alih teknologi yang ditunjang oleh struktur
kebijaksanaan impor yang sering menimbulkan ekonomi rente.
Pengeluaran konsumsi masih ditandai oleh tingginya respon terhadap perubahan
PDB dan belum berperannya tingkat bunga sebagai instrumen untuk mengurangi tingkat

konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi Lndonesia mash sangat rigid, seperti
konsumsi negara sedang berkembang. Pembelanjaan pemerintah masih menunjukkan
ciri konservatif, karena kenaikannya tergantung pada kenaikan penerimaan. Hal ini
merupakan indikasi bahwa sistem "anggaran berimbang" masih dipegang teguh. Dalam
investasi masih menunjukkan adanya indikasi ciri keputusan yang kurang rasional, karena
situasi sumber modal alternatif selain dari perbankan yang masih langka.
Pengaruh liberalisasi perdagangan internasional terhadap perekonornian Indonesia
pada PJP I menunjukkan adanya indikasi bahwa dorongan impor lebih tinggi daripada
dorongan ekspor, sehingga peluang untuk memburuknya neraca perdagangan lebih besar.
Karena neraca jasa mengalami defisit yang cenderung membesar maka neraca pembayaran
juga mengalami keadaan yang lebih buruk. Walaupun dernikian pertumbuhan ekonomi
masih berpeluang meningkat melalui pertumbuhan konsumsi dan investasi.

ABSTRACT
AGUS WAHYUDI. ANALYSIS OF STRUCTURE AND PERFORMANCE FOR
INDONESIAN INTERNAnONAL TRADE ESPECIALLY FOR P R l . . Y AND NON
PMMRY AGRICULTURAL PRODUCTS. Under the direction of BUNASOR SANUri as
Chairman of Advisory Cornrnitee, and KWTJORO, AGUS PAKPAHAN; UAFRIL
ICEMXLA, and ERWTDODO as Cochairman of Advisory Commitee.
The objectives of this research were to analyze the characteristics of the

Indonesian export (especially for agricultural products) and import, coexisted with
structural changes in the export and import and the situations emerged the
characteristics; to analyze behavior of domestic expenditure sectors (domestic
absorption); and analyzed the implication of international trade liberalization to the
Indonesian performance of international trade and economy.
Data used in this research were time series data in 1969-1993 (The First Long
Term of Indonesian Development Period).

Sources of the data, among others,

Indonesian Financial Statistics (Bank of Indonesia), International Financial Statististics
(World Bank), some publications of Central Bureau of Statistics and Annu a1 Stat1 2s
of Estate Crops.
Simultaneous equation system or econometric m d l was used to analyze a pa of
the Indonesian open macroeconomics.
The results indicated that almost all Indonesian export commodities, either
primary or non primary p r h c t s , either agricultural or non agricultural products, were
characterized by less response to the price changes and also resistent to the exchange
rate changes. This characteristics indicated that eventhough formally Indonesian export


had undergone structural change,from primary to non primary prodzrct domination, but

actually the structural change was not taken place yet. The main situations emerged the
characteristics, among others, slow growth of international market sih~ation(growth of
demand was less than its supply), dependency on

given international markets,

dependency on a commodity as a main source of foreign exchange, and limited domestic
exportable supply situation either as the effect of production shortage or regulation.
Indonesian import, either consumption go&,

capital goods, or raw materials &

auxiliary goods, also characterized by less reponse to its price changes as well as
export, and only consumption g o d that signzjkantly renponse to exchange rate
changes. Situations emerged the characteristics, among others, the slow process of
transfer of technology supported by structure of import policy that often emerged rent
seeking economy.
Consumption expenditure was characterized by high reportse to GDP changes

and interest was not effective instrument to reduce consumption yet. This indicated ttral
Indonesian consumption still rigid as well as other developing countries. Government
expenditure still indicated conservative characteristics, because its increase depend on
the increase of revenue. This indicated that balanced budgeting held consistently. In the
investment, give some indication that there was irrational decision, because of scarcity
of alternative source offind other than Bank.
Implication of international trade liberalization to Indonesian economy indicated
that import has bigger probability to be increased than export, so the worsen balance of
trade or balance of payment has bigger probability to be taken place. But economd

growth has probability to be increased through the growth of consumption mzd
invesment.

Judd Disertasi

: Analisis S&x&ur dan Kirzeja Per-

Monesia

Intemasbnal


msusnyaproduk-dan

Non Primer Pertanian
Nama W s w a

: Agus Wahyudi

Nomor Pokok

: 90504

P r m Studi

: Ekonomi Pertanian

Dr. 2. H. Bunasor Sanim
Ketua

Dr.Ir. Erwidodo


Dr.Ir. H.S-iiafFilKem&

Prrserarjams

\

,

Tanggal L h s : 18 Jmuari 19%

H.
Ir. Edi Guhard-ia

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Januari 1960 di Sukohajo, Jawa Tengah, putra
dari Ibu Zaitun Kamarukrni dan Bapak Suratin.
Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri I Surakarta pada tahun 1979. Pada
tahun yang sama memasuki Institut Pertanian Bogor melalui Proyek Perintis 11. Pada
tahun 1980 memilih Fakultas Pertanian, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Bidang
Keahlian Perusahaan Pertanian.
Setelah lulus dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 1983, pada tahun 1984
sampai sekarang bekerja sebagai staf peneliti Agroekonomi di Balai Penelitian Tanaman
Industri Bogor yang kemudian menjadi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
(Balittro), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pada tahun 1986 memperoleh
kesempatan belajar Program S2 di Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Program Studi Ekonomi Pertanian dan selesai pada tahun 1989. Pada tahun 1990
memperoleh kesempatan untuk melanjutkan program S3 di tempaf yang sama.
Menikah dengan Ir. Zani Yulia pada tahun 1986 dan dikaruniai tiga orang putri
yaitu Reni Dyanasari, Dewi Silvialestari, dan Haifa Amirasari.

vii

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadlirat Allah SWT, karena hanya dengan rahrnat dan hidayah-NYA
yang tanpa henti disertasi ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur dan kineja ekspor dan impor
produk pertanian dan non pertanian serta hubungannya dengan perekonomian Indonesia,
khususnya yang menyangkut statusnya sebagai produk primer maupun non primer.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
1. Dr. Tr. H. Bunasor Sanim, sebagai ketua komisi pembimbing dan para anggotanya

yaitu Prof', Dr. Tr. H, Kuntjoro, Dr. Ir. Agus Pakpahan, Dr. Tr. H. Sjafril Kemala dan
Dr. Ir. Erwidodo, yang telah banyak meluangkan waktunya yang sangat berharga
untuk menyempurnakan karya ini.
2. Dr. Ir. H. Pasril Wahid, MS yang telah mendorong dan memberikan kesempatan

kepada penulis untuk belajar lagi, setelah menyelesaikan program S2.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui ARMP dan Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Qbat, yang telah memberikan beasiswa dan kesempatan untuk
tugas belajar.
4. Program Pascasarjana IPB, sebagai Alma Mater, khususnya kepada para staf pengajar

Program Studi Ekonomi Pertanian, yang telah membekali ilmu-ilmu yang sacgat
bermanfaat.
5 . Istri, Ir. Zani Yulia, dan anak-anak, Reni, Silvi dan Haifa serta kedua orangtua dan

mertua yang dengan kesabarannya menjadi pendorong untuk menyelesaikan studi ini.

6 . Rekan-rekan satu Alma Mater terutama Dr. Abdul Basit, 1r.Anny Ratnawati, MS dan

Dr. Edy Irawan serta semua rekan di Keiti Agroekonomi Balittro terutama Ir. Chandra
Indrawanto, MSc yang telah banyak membantu baik dalam penyelesaian tugas
akademik perkuliahan maupun penulioan disertasi.
Kepada semuanya semoga Allah SWT membalas budi baik yang telah diberikan
dan sekali lagi penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak memiliki kekurangan dan
keterbatasan, hanya saja penulis berharap semoga dagat berguna bagi yang
memerlukannya,

Bogor, Januari 1996
Penulis

DAFTAR IS1

Halaman
RINGKASA.
KATAPENGANT AR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
DAFTARISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

...

vlii

DAFTARTABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xiii
DAFTARGAMB AR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xv
AN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1

Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1

Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4

Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4

TINJAUAN KEPUSTAKAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

6

Perdagangan Internasional dan Perekonomian Negara Berkembang . . . .

6

Model Makro Ekonomi Terbuka untuk Negara Berkembang . . . . . . . . . . .

9

Model Makro Ekonomi Terbuka Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

12

KERANGKAPEMIKIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

15

Kerangka Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

15

Sektor Pembayaran Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

16

1 . Mekanisme Harga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

17

PEND-U

2. Mekanisme Pendapatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

Halaman
Sektor Pengeluaran Dalam Negeri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

22

1.Konsumsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

22

2 . Investasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

24

3 . Pengeluaran Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

25

Sektor Moneter . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

25

1 . Pennintaan Uang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

25

2 . Penawaran Uang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

27

Kerangka dan Model Konseptual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

31

Sektor Pembayaran Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

32

1.Ekspor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

30

3 . Neraca Pembayaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

32

Sektor Pengeluaran Dalam Negeri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

32

2 . Investasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

33

3 . Pengeluaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

34

4 . Pengeluaran Total . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

34

Sektor Moneter . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

34

Sistem Kerja Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

35

Halaman
METODEPENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kerangka Operasional. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sektor Pembayaran Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.Ekspor. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.Impor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sektor Pengeluaran Dalam Negeri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sektor Moneter. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Identifikasi dan Prosedur Pendugaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Simulasi dan Evaluasi Model. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Asumsi-asumsi dan Keterbatasan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

44

SURVEI STRUKTUR DAN KINERJA PEREKONOMIAN DAN
PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA PEMBAHASAN . . . . .

46

Survei Struktur dan Kinerja Perekonomian Indonesia . . . . . . . . . . . . . .

46

Akumulasi Sumberdaya Produksi dalam Perkonomian Nasional . . 46
Alokasi Penggunaan Sumberdaya Perekonomian . . . . . . . . . . . . . 47
Distribusi Pendapatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56
Kelembagaan dalam Perekonomian Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . 57
Survei Struktur dan Kinerja Ekspor dan Impor Indonesia . . . . . . . . . . . . . 60
Ekspor Produk Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
1. Ekspor Produk Primer Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62

2 . Ekspor Produk Non Primer Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68

Halarnan
Ekspor Produk Non Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
1. Ekspor Produk Primer Non Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
2 . Ekspor Non Primer Non Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 74
Impor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
Sektor Pembayaran Internasiond . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
Ekspor Primer Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
1.Karet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79

2 . Kopi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82
3.Kakao. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 86
4 Teh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
5.Lada . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

90

6.Tembakau . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

93

7. Pda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 95
8.Panili . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

97

9. Cassiavera . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

99

10.Ubikayu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
11.Udang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

102

12.Tuna, Cakalang dan Tongkol . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

19-4

13.Aneka Produk Primer Pertanian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 106
14. Rangkuman Ciri dan Situasi Ekspor Produk Primer Pertanian . 106

Halaman
Ekspor Non Primer Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 107
1.KayuLapis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 108
2 . Minyak Kelapa Sawit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 1 1
3. Minyak Atsiri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 113
4 . Aneka Produk Non Primer Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 114

5. Rangkuman Ciri dan Situasi Ekspor Produk Non Primer

Pertanian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 115
Ekspor Primer Non Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 116
1 . Minyak Bumi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 116
2 . Hasil Tarnbang Non Minyak

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 118

3. Rangkuman Ciri dan Situasi Ekspor Produk Primer Non

Pertanian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 120
Ekspor Non Primer Non Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 120
1 .Tekstil dan Produk Tekstil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

120

2 Aneka Produk Non Primer Non Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . .

123

3. Rangkuman Ciri dan Situasi Ekspor Non Primer Non Pertanian .

124

Impor. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

125

1 . Impor Barang Konsumsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

135

2 . Impor Bahan Baku dan Penolong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

126

3. Impor Barang Modal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

127

4. Rangkuman Ciri dan Situasi Impor. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

128

Halarnan
Sektor Pengeluaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 129
Konsumsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 129
Pembelanjaan Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

130

Pembentukan Modal Bruto . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

133

SektorMoneter . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134

Simulasi Pengaruh Liberalisasi Perdagangan Internasional dan Perekonomian
Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 138

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 150
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

150

Implikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 151
DAFTARPUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 153
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 157

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Perkembangan Struktur (Komposisi) Perdagangan Internasional
Indonesia selama PJP I (dalam %). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2

Profil Pertumbuhan Perdagangan Internasional dan Produk Domestik
selama PJP I (Harga Konstan 1985) (dalarn % ) . . . . . . . . . . . . . . . .

3

Akumulasi Produk Domestik Bruto, Laju Pertumbuhan Ekonorni dan
Pertumbuhan Investasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

47

4.

Rata-rata per Tahun Konsumsi, Tabungan dan Investasi Nasional . . .

49

5.

Sumbangan Sektor-sektor Produksi pada Produk Domestik Bruto . .

51

6.

Komposisi PDB menurut Penggunaannya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

52

7.

Struktur Ekspor Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

53

8.

Struktur Impor Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

55

9.

Pangsa Pengeluaramya antar Golongan Masyarakat dan Gini Rasio. .

56

10.

Nilai Ekspor dan Pertumbuhan per Tahun Produk Primer Pertanian
padaPelitaI-V . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

63

1.

2.

3.

11.

Nilai Ekspor dan Pertumbuhan per Tahun Produk Non Primer Pertanian
69
padaPelitaI-V . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

12.

Niai Ekspor dan Pertumbuhan per tahun Produk Primer Non Pertanian
padaPelita1-V . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72

13.

Nilai l3cspor dan Pertumbuhan per Tahun Produk Non Primer Non
75
Pertani...................................................

14.

Nilai Impor dan Pertumbuhannya per Tahun Barang Konsumsi, Bahan
Baku, dan Barang Modal Pelita I-V. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76

1 5.

Indiiator Kualitas Model. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 137

16.

Hasil Simulasi Skenario I (Pengaruh Penurunan Tarif Impor)
dalam% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 141

Halaman
17.

18.

Hasil Simulasi Skenario I1 (Pengaruh Perubahan Harga Ekspor)
dalam% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

145

Hasil Simulasi Skenario 111 ( Pengaruh Penurunan Tarif Impor dan
Perubahan Harga Ekspor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 148

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Nomor
*T

Penyesuaian Defisit Neraca Pembayaran melalui Mekanisme Harga
Kesetimbangan Pendapatan Nasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kesetimbangan antara Tabungan-Investasi dengan Neraca
Pembayaran Luar Negeri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Fungsi Konsumsi Keynes. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kurva Investasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kurva Penawaran Uang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Diagram Alir Sistem Kerja Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Horison Waktu Simulasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

PENDAHULUAN

Indonesia telah menyelesaikan Pembangunan Jangka Panjang I selama lirna Pelita
(1969-1993). Hasil yang paling mengesankan dari hal tersebut adalah terjadiiya
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata yang mencapai 7 % tiap tahun

(Tabel 2). Selain itu perekonomian juga menjadi sernakin terbuka dengan meningk~nya
peranan perdagangan internasional (ekspor dan impor) menjadi 5 1.2 % (dari PDB) pada
Pelita V diband'mgkm 30.8 % pada Pelita I. Dengan kata lain peranan perdagangan
internasionat menjadi semakin penting dalam upaya mempertahankan kinerja pertumbuhan
PDB.
Disamping pertumbuhan PDB yang relatif tinggi, perekonomian Indonesia juga
mengalami perkembangan dengan terjadinya perubahan stnrktur ekonomi yang me'liputi
perubahan dalam komposisi produksi dan permintaan, komposisi ketenagakerjaan, serta
komposisi pembiayaan dan perdagangan internasional.
Karena perekonomian Indonesia menjadi semakin terbuka maka terjadinya
perubahan struktur (komposisi) dalam perdagangan internasional menjadi salah satu
persyaratan untuk dapat mempertahankan kinerja pe-uhan

PDB yang tinggi yang

bersumber dari pertumbuhan perdagangan internasional. Komposisi perdagangan
internasional Indonesia mengalami perkembangan yang ideal, dengan terjadiiya perubahan
nyata didam komposisi ekspor, yaitu penurunan peranan ekspor primer digantikan oleh
ekspor non primer.

Demikian juga komposisi impornya, irnpor barang konsumsi

mengalami penurunan dan digantikan peranannya oleh impor barang input (Tabel 1).

Menurut Henick dan Kindleberger (1983) dan juga Jhingan (1990), pengalaman
yang terjadi pada negara-negara industri baru, terjad'inya perubahan struktural pada
perdagangan internasional disertai dengan peningkatan laju pertumbuhan ekspor dan
penurunan laju pertumbuhan impor, sehhgga neraca perdagangan juga mengalami
peningkatan pertumbuhan.

Hal ini karena terjadi peningkatan elastisitas harga dan

pendapatan dari ekspor dm penurunan elastisitas impornya.
Tabel 1. Perkembangan Struktur (Komposisi) Perdagangan Internasional
Indonesiia selarna PJP I (dalam %)
Pelita

Uraian

I

II

Ekspor Baranq
Primer
Non Primer

81.45
18.35

80.73
19.27

Impor Barang
Konsumsi
Input

17.62
82.38

16.96
83.04

III
77.46

v

IV

22.54

73.12
26.88

50.82
49.18

13.40
87.60

5.50
94.50

5.56
94.44

i

Sumber: Diolah kembali dari Nota Keuangan beberapa edisi

Perkembangan struktur perdagangan internasional Indonesia yang ideal tersebut
ternyata tidak diikuti oleh kinerjanya bempa peningkatan pertumbuhan

neraca

perdagangan. Neraca perdagangan Indonesia seringkali mengalami pertumbuhan yang
negatif, walaupun tidak sampai mengalamt defisit (Tabel 2). Hal ini menunjukkan adanya
suatu permadahan yang menyertai perkembangannya.

Tabel 2. Profil Pertumbuhan Perdagangan Internasional dan Produk
Domestik Bruto Indonesia Selama PJP I (Harga Konstan 1985)
(dalam %)
Pelita
Uraian

111

IV

v

1.94

3.95

5.46

7.87

15.59

4.11

9.33

5.61

16.26

Neraca Perdag

7.59

-2.35

-5.92

5.14

- 2.18

PDB

8.33

6.91

5.66

5.28

7.47

I

n

Ekspor

21.02

Impor

Sumber : Diolah dari International Financial Statistics Year Book 1993 clan BPS

Sebagai negara dengan perekonomian yang semakin terbuka, perkembangannya
sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan politik ekonomi internasional,

terutarna

kecenderungan menuju sistem perdagangan bebas dunia. Dalam ha1 ini Indonesia terlibat
secara langsung dalam berbagai kelembagaan Internasional AFTA (Asean Free Trade

Area), APEC (Asia Pacific Economic Cooperation), dan WTO (World Trade
Organization) atau GATT (General Agreement on Tarrfls and Trade). Perubahan ini
tentunya akan membanglutkan peluang untuk dapat meningkatkan ekspor sekaligus
tantangan akan terjadinya peningkatan impor.
Selain itu dalam perdagangan internasional Indonesia, kedudukan ekspor
komoditas pertanian secara tradisional sangat penting, walaupun pangsa

ekspom~-a

cenderung menurun terhadap ekspor total Indonesia. Hal ini karena dalam kegiatan
produksi kornoditas pertanian, menampung kegiatan usahatani yang atomistik sehingga
kinerja ekspornya sangat mempengaruhi upaya peningkatan pendapatan rakyat dan
pengentasan kemiskinan.

Dari latar belakang yang dikernukakan di atas paling tidak dapat d'imuskan
beberapa masalah yaitu
I. Struktur perdagangan i n t e d o n a l (ekspor dm impor) Indonesia rnenunjuMcan

perkembangan yang ideal, yakni meningkatnya pangsa ekspor produk non primer
menggantikan ekspor produk primer dan m e n m y a pangsa impor barang konsumsi
digantikan oleh barang-barang input, tetapi pertumbuhan neraca perdagangan tidak
menunjukkan kinerja yang sejalan dengan perkembangan strukturnya dan tertinggal
jauh dari pertumbuhan PDB. Mengapa terjadi demikian ?
2. Dengan adanya perkembangan politik ekonomi internasional menuju perdagangan

bebas (liberalisasi perdagangan),

apakah dengan kondisi obyektif struktur

perekonomian Indonesia h a d pembangunan selama PJP I, msunpu meningkatkan
kinerja perekonomian tenrtama perdagangan hternasionalnya ?

3. Mengingat satppai saat itli sektor pertanian masih merupakan sektor yang menampung

aktivitas ekonomi yang sangat atomistik di pedesaan dan banyak aktivitas tersebut
berkaitan dengan perdagangan intemasional, bagaham perkembangannya terutama
yang terkait langsung dengan politik ekonomi internasionail ?

Tuiuan Penelitian
Berdasarkan atas permasalahan yang dikemukakm, penelhian hibemjum UTII *;k
1. mempelajari ciri-ciri ekspor komoditas Indonesia dan situasi yang menyebabkan

munculnya ciri-ciri

tersebut dalam konteks

perkembangan

tenrtama yang menyangkut ekspor komoditas pertaniara.

stmktwal ekspor,

2. mempelajari ciri-ciri impor

dan situasi yang menyebabkan munculnya ciri-ciri

tersebut, dalam konteks perkembangan strukturd impor.
3. mempelajari ciri-ciri dan perilaku sektor pengeluaran dalam negeri (domestic

absorbtion) sebagai pembentuk Produk Domestik Bruto.
4. mempelajari pengaruh liberalisasi perdagangan internasional terhadap kinerja

perdagangan internasional dan perekonomian Indonesia.

TINJAUAN ICEPUSTAKAAN
Studi komprehensif tentang kegiatan perdagangan internasional dan interaksinya
terhadap struktur dan kinerja perekonomian suatu negara masih relatif sedikit walaupun
tidak dapat dikatakan langka.

Khusus mengenai Indonesia, yang secara khusus

membicarakan pengaruh perdagangan internasional ada beberapa terutama dari hasil
disertasi doktor dan pengkajian dari universitas-universitastertentu. Hanya, yang memiliki
fokus utama pada perdagangan pruduk pertanian boleh dikatakan langka.
Dalam tinjauan ini akan dikemukakan beberapa kepustakaan yang berkenaan
dengan interaksi kegiatan ekonomi eksternal suatu negara dengan ekonomi dalarn
negerinya untuk negara berkembang dan juga secara khusus untuk ekonomi Indonesia.

Perdag;ang;anInternasional clan Perekonomian Ne&araBerkembang
Negara-negara berkembang pada umumnya merniliki permasalahan ekonomi yang

hampir serupa yaitu berkisar pada rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat
pengangguran dan inflasi, serta ketidakseimbangan ekonomi makro berupa defisit
pembelanjaan pemerintah dan defisit neraca pembayaran (Khayum, 1991). Pada dasamya
semua permasalahan tersebut masing-masing tidak berdiri sendiri, tetapi memiliki
keterkaitan yang erat satu dengan yang lain. Timbulnya satu permasalahan dapat menjadi
pemicu permasalahan lainnya dan dapat d i n g timbal balii.
Dalam perekonomian yang terbuka, faktor eksternal dapat menjadi pemicu
permasalahan dalarn negeri. Adams, Behrman, dan Roldan (1979) menelaah ha1 ini untuk
perekonomian Brazil, dimana faktor eksternal dapat berpengaruh secara invasif melalui

berbagai peubah ekonomi makro, yaitu keterkaitan antara produksi-pendapatan;
keterkaitan produksi-lapangan kerja dan input, efek neraca pembayaran, efek penerimaan
pajak, efek konsumsi, efek investasi, serta efek upah harga.
Flood (1980) mengemukakan bahwa gambaran dasar dari suatu perekonomian
terbuka adalah strukturnya secara stokastik dipengaruhi oleh adanya interaksi dengan
perekonomian lainnya.

Lebih jauh dikemukakan bahwa gangguan pada suatu

perekonomian dapat terjadi karena suatu keputusan yang dibuat oleh para pengambil
keputusan pada ekonomi lain. Gangguan tersebut dapat membuat kejut (shock) terhadap
peubah-peubah makro tertentu, misalnya terjadinya kejut moneter akan berpengaruh
terhadap ekonomi dalam negeri melalui jalur harga, suku bunga, dan output.
Bagi negara berkembang, perdagangan internasional memang menirnbulkan
kontroversi, antara manfaat dan mudharat yang ditimbulkannya. Manfaat yang timbul,
telah banyak dijelaskan oleh para ekonom, terutarna dimulai oleh kaum klasik dan
neoklasik. Misalnya Haberler (1959) berpendapat bahwa perdagangan internasional telah
memberikan sumbangan yang luar biasa bagi pembangunan negera berkembang di abad 19
dan 20 dan sumbangan tersebut akan sama di masa datang.
Jhingan (1990) merinci manfaat dari perdagangan internasional menjadi manfaat
langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung bagi negara berkembang adalah dapat
memperluas pasar selain pasar dalam negeri, yang pada gilirannya dapat mendorong laju
pertumbuhan ekonomi, sebagai resultan atas kenaikan investasi, tabungan dan pendapatan
masyarakat.

Selain itu juga dapat meningkatkan efisiensi produksi karena alokasi

sumberdaya yang membaik.

Sedangkan manfaat tidak langsungnya adalah dapat

mempertukarkan barang-barang yang mempunyai kemampuan untuk pertumbuhan
ekonomi rendah menjadi tinggi, sumber informasi perkembangan teknologi, menarik
pemasukan modal asing, dan menyehatkan pasar dalam negeri.
Kontroversi mudharat perdagangan internasional dikemukakan oleh Myrdal(1956)
yang dikutip oleh Jhingan (1990) yaitu akibat wajar perdagangan antara negara industri
(maju) dan negara terbelakang adalah awal terjadinya suatu proses komulatif pemiskinan
dan stagnasi negara yang disebut terakhir. Argumen dari hal tersebut adalah
1. terjadinya dampak negatif dari pergerakan modal internasional
2. timbulnya demonstration effect internasional yang merupkan

3. terjadinya kemerosotan sekuler dari commodity terms of trade

Terhadap tesis yang dikemukakan Myrdal tersebut banyak mendapatkan kritik dan
menimbulkan debat yang berkepanjangan, dimana efek negatif (backwash effect) yang
timbul tersebut hanyalah merupakan ekses, sehingga efek positif (~preadeffect) yane
tirnbul jauh lebih besar daripada efek negatifhya.
Senada dengan Myrdal, Prebisch dan Singer seperti yang diemukakan
Djojohadikusumo (1994), menyatakan bahwa perdagangan dalam jangka panjang akan
merugikan kedudukan negara-negara berkembang dan menjadi kendala terhadap proses
pembangunan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan-pertirnbangan
1. elastisitas permintaan terhadap komoditas primer lebih kecil daripada elastisitas
permintaan terhadap barang manufaktur
2. permintaan terhadap barang manufaktur cenderung untuk lebih banyak bertambah

dibandingkan dengan permintaan terhadap komoditas primer

3. keunggulan teknologi pada pihak negara-negara industri berarti bahwa barang

ekspornya mengandung unsur teknologi yang lebih canggih, dimana faktor ini biasanya
dikuasai oleh perusahaan multinasional atau transnasional yang berinduk di negaranegara industri
4. struktur pasar barang dan struktur pasar tenaga kerja di negara-negara industri berbeda

sekali dari keadaannya di negara berkembang.
Diversifikasi ekonomi dan industrialisasi adalah jalan keluar bagi negara-negara
berkembang dari dilema lingkaran yang tak berujungpangkal sebagaimana dialami di masa
lampau. Dengan kata lain perubahan stuktur ekonomi merupakan cara untuk mengatasi
dilema tersebut.

Model Makro Ekonomi Terbuka Untuk Negara Berkembang
Dornbusch (1980) mengemukakan bahwa arti terbuka dalam model makro
ekonomi terbuka adalah mencerminkan suatu usaha untuk mengintegrasikan ekonomi
makro tertutup dengan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam ilmu ekonomi
tentang perdagangan dan pembayaran luar negeri.
Menurut Khayum (1991), dalam membuat model ekonomi makro untuk negara
berkembang paling tidak perlu diidentifikasi beberapa hal yang memiliki dampak terhadap
perekonomian yang bersangkutan. Hal tersebut antara lain
1. keberadaan sektor pertanian sebagai sektor ekonomi yang paling besar baik dalarn

tenaga kerja maupun kontribusinya terhadap produk nasional.
2. pentingnya sektor eksternal dalam akunting untuk kinerja perekonomian.

3. berbagai hal yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan

produktivitas dan alokasi penggunaan sumberdaya yang lebih baik.
4. tingkat perkembangan sistem moneter.

Sektor eksternal merupakan faktor yang penting untuk diintegrasikan dalam model
bagi kebanyakan negera berkembang, karena pada umumnya setiap negara berkembang
memiliki sumber devisa yang menonjol dalam perekonomiannya untuk produk primer
tertentu. Seperti Bruton (1955) yang menyarankan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi
tergantung pada tingkat tabungan dan neraca perdagangan sebagai proporsi dari output
total bila digunakan model pertumbuhan Harrod-Domar yang diperluas.
Sementara itu Colman and Nixson (1986) menarik kesimpulan dari sejurnlah
literatur tentang situasi negara berkembang yang harus dapat diakomodasi dalam model
ekonomi makro, yaitu
1 . struktur ekonomi didominasi oleh produksi komoditas primer yang utamanya diekspor

ke ekonomi pasar yang maju, dan dipertukarkan dengan barang-barang konsumsi dan
industri untuk memenuhi permintaan dalam negeri
2. adanya pengaruh kepentingan ekonomi asing seperti keberadaan perusahaan

transnasional
3. ketergantungan yang berat pada impor teknologi asing

4. ketergantungan kultural, sosial, dan politik merupakan kondisi yang umum.

Menurut Khayum (1991) perkembangan pemodelan ekonomi makro pada saat ini
banyak diwarnai oleh pendekatan strukturalis (eclecticism)dimana analisis ekonomi untuk
negara berkembang tidak selalu harus dilandasi atas teori ekonomi, tetapi dilandasi oleh

pengaruh aspek-aspek struktur ekonomi yang diujicobakan dan perilaku bagaimana
ekonomi bedbngsi.
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa model ekonomi makro
untuk negara berkembang memiliki ciri khusus yang berbeda dengan negara maju. Tetapi
pada dasarnya ciri khusus tersebut dapat dirnodifikasi dari model-model baku makro
ekonomi untuk negara-negara maju.

Ciri khusus yang dimaksud seperti yang telah

dikemukakan di atas.
Suatu taksonomi model makro ekonomi disarankan oleh Challen and Hagger
(1983) yang mengidentifikasi lima model utama yaitu KK (Keynes-Klein), MS (MuthSargent), PB (Phillips-Bergstrom), WJ (Walras-Johansen) dan WL (Walras-Leontief).
Nama-nama tersebut diturunkan dari dua tokoh utama pertama menghasilkan kerangka
pemikiran dan analisis model makro ekonomi .
Diantara kelima model tersebut model KK paling luas digunakan, terutama negaranegara yang berkiblat pada ekonomi Amerika Serikat. Pada permulaannya model ini
terdiri atas 16 persamaan dan 44 peubah yang digunakan untuk menganalisis ekonomi
Amerika oleh Klein (1950) (Challen dan Hager, 1983). Dalam perkembangannya model ini
terus berkembang dengan sistem keseimbangan umum dari pasar barang, pasar tenaga
kerja, aktifitas pemerintah dan pasar uang. Jadi dapat terlihat bahwa sebenarnya model ini
merupakan model ekletik (campuran) dari ekonomi Neoklasik dan Keynesian.
Model MS merupakan salah satu model yang berkembang sebagai model sisi
penawaran yang berbeda dengan model KK yang lebih terfokus kepada sisi permintaan.
Model ini berlandaskan pada hipotesis pemikir "ekspektasi rasional" yang dirintis antara

lain oleh pembuat model MS itu sendiri. Ekspektasi rasional dalam pasar tenaga kerja
menjadi inti dari teori ini yang bermuara pada sisi penawaran. Sisi permintaan dari model
ini mengambil dari berbagai model seperti model Keynesian yang dimodiflcasi (lihat
Parkin, 1984).
Dari berbagai sistem pemodelan yang diiemukakan di atas perlu kiranya untuk
dipertimbangkan dalam menyusun model. Pendekatan struktural yang eklektik dapat
digunakan untuk menyusun model yang sesuai dengan situasi dan kondisi ekonomi
Indonesia yang terbuka, terrnasuk neraca pembayaran sangat invasif pengaruhnya terhadap
seluruh sektor.

Model Makro Ekonorni Terbuka Indonesia
Perekonomian Indonesia termasuk dalam perekonomian terbuka karena peranan
ekspor dan impor mencapai lebih dari 50 % dalam Produk Domestik Bruto. Sebenarnya
sudah cukup banyak studi yang membangun model makro ekonomi Indonesia, terutama
setelah masa orde baru. Sebagian besar dari studi itu merupakan studi yang difokuskan
pada sektor moneter. Sektor perdagangan intemasional belum dikaji secara rinci, hanya
dikaitkan sebagai pelengkap dari sistem moneter dalam negeri.
Studi sebelum tahun 1970, menurut Simatupang (1986) antara lain model ECAFE
No.1 (1964) dan model Onishi (1964). Model tersebut merupakan pengembangan dari
model dua senjang (two gap model) terutama kesenjangan dalam perdagangan
internasional.

Model ini tidak sampai pada analisis kebijaksanaan.

ECAFE No.1

disempumakan menjadi ECAFE No.2 (1967), yang lebih lengkap karena telah

dipertimbangkan harga dan uang selain juga simulasi ekonomi Indonesia tahun 1960an
yang diwarnai oleh stagnasi dan hiperinflasi.
Setelah tahun 1970, muncul studi diantaranya Aghevli (1977), Boediono (1979),
Nasution (1982), Pamungkas (1984), Sirnatupang (1986), Azis (1990), Isdiyoso (1992).
Pada umurnnya model-model ini telah secara khusus meneaji neraca pembayaran (blok
eksternal), walaupun bukan sebagai fokus utama, kecuali Aghevli (1977), Simatupang
(1986) dan Azis (1990).
Aghevli (1977), Nasution (1982), dan Simatupang (1986) boleh dikatakan
merupakan rangkaian yang berlanjut, dimana model yang disusun merupakan model yang
berorientasi pada moneter. Bahkan Isdiyoso (1992) juga mengembangkan sebagian model
yang dibuat oleh Simatupang (1986) dengan rincian sektor yang besar terutarna sektorsektor yang berkaitan dengan pertanian. Hubungan antara sektor eksternal dengan sektor
moneter dan permintaan agregat dibahas secara terinci, dimana pada model Aghevli
produk domestik bruto masih diasumsikan sebagai peubah eksogen dan model-model
lainnya telah diasumsikan sebagai peubah endogen dalam permintaan agregat. Selain itu
model Simatupang mengembangkan sterilisasi neraca pembayaran yang mana dalam
model Nasution rnasih diasumsikan eksogen diubah menjadi endogen.
Model Azis pada dasarnya merupakan model standar KK, hanya dalam sirnulasinya
dibandingkan dengan asumsi model rational expectation (RATEX). Hal yang menarik
dari model Azis adalah pada sektor eksternalnya, ekspor dan impornya
(disagregasi) berdasarkan tujuan dan asal barang (kelompok negara mitra dagang

Indonesia). Selain itu skenario sirnulasinya juga sangat menarik terutama skenario
pengaruh Yendaka terhadap perekonomian Indonesia.
Model Pamungkas pada dasarnya cukup rinci tingkat disagregasinya, tetapi sektor
eksternalnya hanya secara ringkas pengkajiannya.

Karena model ini memang

menitikberatkan pada hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, lapangan
kerja dan kemiskinan. Asumsi penting yang perlu diiemukakan untuk model ini adalah
bahwa fhngsi produksinya mengikuti ICOR (incremental capital output ratio) dari
Harrod-Domar.
Model Boediono seperti juga model Pamungkas terlihat sangat rinci, yang terdiri
atas dua bagian yaitu makro dan mikro.

Model ini pada dasarnya

merupakan

penggabungan dari model KK yang diperluas dan model WJ. Sektor ekstemal dalarn
model Boediono kurang didisagregasi secara rinci.
Selain model yang dkemukakan di atas sebenarnya masih ada beberapa model
lainnya terutama model-model yang mengikuti model LINK (The International Linkage of
National Models) yang mulai populer sejak tahun 1968, seperti IMF (1989), Ezaki (1983),
BPS dan IDE (1985). Pada dasarnya model-model tersebut merupakan pengembangan

dari model KK dirnana disagregasinya lebii diperluas.

Kerandca Teori
Karena pengkajian perdagangan internasional (ekspor dan impor) d i i k a n secara
agregat, maka teori yang tepat sebagai kerangka adalah kermgka teori ekonomi rnakro,
dalam hat ini teori ekonomi rnakro terbuka. Dalam tradisi ekonomi rnakro, ekonomi
terbuka mencerminkan upaya untuk menggabungkan ekonomi rnakro ekonomi tertutup
dengan persoalan yang muncul dalam pembayaran dan perdagangan internasional
(Dornbusch, 1980).
Perdagangan internasional (ekspor dan impor) dalam perhitungan Produk

Domestik Bruto (PDB=Y)dengan pendekatan pengeluaran rnerupakan penjumlahan dari
nilai konsumsi (C), investasi (Ipengeluaran
),
pemerintah (G) dan ekspor bersih dalam ha1

ini ekspor OC)dikurangi impor (M) [11.
Y=C+I+G+(X-M)

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 113

Apabi tabungan (S) sama dengan Y-C-G, maka didapatkan [2]

S - I = X - M . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 121

Dari [2] terlihat hubungan antara sektor perciagangan internasional (X-M) dengan
sektor pengeluardriil dalam negeri (S-I). Selain itu I dipengaruhi oleh suku bunga (r),
sedan*

suku bunga merupakan kesetimbangan pasar uang, maka terkait pula sel:.~r

moneter dalam persamaan tersebut. Jadi dalam pengkajian perdagangan internas:xal

ddam konstelasi perekonomian secara makro, paling tidak melibatkan dua sektor lain :r itu
sektor pengelwan dalam negeri dan &or
internasional sendiri.

moneter disamping sektor perdagangan

Karena pada perhitungan PDB sektor perdagangan internasional tidak hanya
ekspor dan impor barang (neraca perdagaagan) tetapi juga termasuk di dalamnya ekspor
dan irnpor jasa (neraca jasa) maka neraca perdagangan internasional diperhurs menjadi
neraca transalcsi berjalan. Selain itu karena arus keluar masuknya modal semakin penmaka diperbas Iagi menjadi neraca pembayaran internasional. Walaupun demikian fokus

pengkajiamya tetap pada perdagangan intemasional barang saja.

Dalam teori neraca pembayaran dikaji berbagai ha1 yang berkenaan dengan
determinan-determinan ekonomi

pada

neraca

pembayaran,

khususnya

analisis

kebijaksanaan untuk melindungi kesetimbangan neraca pembayaran Sedangkan neraca
pembayaran sendiri berarti seiisih antara penerimaan dengan pembayaran agregat yang
diakukan penduduk suatu negara dari dan kepada orang asing (Johnson, 1961). Lebih
lanjut dikatakan bahwa Ma terjadi defisit neraca pembayaran, maka untuk mencapai
keseimbangan kembali dipexlukan kenaikan penerhaan dan pemturan pembayaran, atau

kenaikan penerimaan yang lebih tinggi daripada pembayaran, atau penurunan penerimaan
yang lebih kecil daripada pembayaran; sebalhya untuk surplus. Karena masalah neraca
pembayaran lebih banyak muncul Via terjadi d m maka masalah neraca pembayarm
identik dengan defisit neraca pembayaran.
Terjadinya defisit atau surplus disebut juga sebagai ketidakseimbangm neraca
pembayaran.

Beberapa sumber atau pemicu k e t i d a k s e i i neraca pembayaran

antara lain fhktor a h , kegiatan ekonorni (terutama kegiatan pr-)

swasta atau

pemerintah baik asing atau dalam negeri, dan juga Mar-faktor yang menyebabkan

terjadinya perubahan pennintaan atau penawaran valuta asing
tersebut

dapat bersifat musiman (seasonal disequilibrium),

Ketidakseimbangan

siklikal (cyclical

atisequilibrium), stndctural (structural disequilibrium), dan speirulatif (destabitizing

speculation) (Nopirin, 1988).
Ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan proses

penyeimbangan kembali dari suatu k-bangan

tersebut.

Menurut Boediono

1. pcnyesuian mehlui perubahan harp-harp atau "mekanisme

(akibat dari

(1993) proses tersebut dapat melalui tiga mekatrisme yaitu

proses ini disebut "pn'ceeflects').
2. penyesuaian melalui perubahan pendapatan atau "mekanisme pendapatan" ( e a t dari

proses ini disebut "income eflects")
3. penyesuaian melalui perubahan stok uang atau "mekanisme moneter" (&'bat dari

proses ini adalah "real balance effects").

Penelitian ini lebih c e n d q u