Studi Perkembangan dan Pertumbuhan Karspora Gracilaria lichenoides (Linn.) Gmel., Rhodophyceae

RINGKASAN
NURUL DHEWANI ,MIRAH SJAFRTE. Studi

Perkembangan dan

Pertumbuhan Karpospora Gracilmia lichenuides (Linn.) Gmel., Rhodophyceae
(Dibawah bimbingan H. Muhammad Eidman sebagai ketua, Anwar Bey
Pane dan Wanda Surya Atmadja sebagai anggota).

Gracilarin lichenuides merupakan salah satu jenis rumput laut kelompok
Rhodophyceae yang dapat menghasilkan senyawa agar. Hidup melekat pada
batu-batuan, karang mati, kulit kerang atau menempel pada alga lainnya. Di
dam G. lichenoides dapat dijumpai dalam 3 bentuk perhunbuhan yaitu
tumbuhan gametofit, karposporofit atau tetrasporofit Karpospora adalah
salah satu bentuk spora yang merupakan hasil dari fertilisasi antara
spermatia dan karpogonia, yang kemudian akan tumbuh menjadi tumbuhan
tetrasporofit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
dan pertumbuhan karpospora G. lichenoides dalam skala laboratorium.
Penelitian dilakukan sejak bulan Maret sampai Oktober 1997, meliputi
pengamatan lapangan dan penelitian di laboratorium. Pengamatan fase

pertumbuhan alami G. liclmuides dilakukan setiap bulan di perairan pantai
Karang Bolong, Anyer, Banten. Suhu air pada bulan pengamatan berkisar
antara 28,5"C

- 30°C,salinitas antara 31 - 36

pennil. Algae yang dominan

dijumpai pada bulan-bulan pengamatan adalah Gelidiurn sp. pada bulan
Maret, Ulva sp. pada bulan Maret dan April, Enferomurphn sp. pada bulan Juni
dan Agustus, Turbinarin sp. pada bulan Juni, Sargassunr spp. pada bulan
Agustus dan Chnetornurpha sp, pada bulan Oktober.
i

Karposporofit G. lichenoides banyak dijumpai pada bulan Agustus dan
berkurang pada bulan September. Gametofit jantan dijumpai pada bulan
Maret, April, Agustus dan September 1997. Sistokarp G. lichenuides berwarna

kuning, kuning kemerahan atau merah kecoklatan, kisaran diameter
sistokarp antara 600-1050 pm dengan rata-rata diameter 890 5 110 pm.

Karpospora berbentuk bulat, mempunyai kisaran diameter antara 20-27,5 pn
dengan rata-rata diameter 23,48

2,5 pm.

Jumlah karpospora yang dikeluarkan oleh satu sistokarp pada kondisi
alami rata-rata adalah 397

+ 202,s karpospora. Pada kondisi alami diperoleh

2 pola pengeluaran karpospora yaitu: 1) Pola.Menurun, terdiri dari 2 turunan
adalah a). Pola Menurun Tajam dan b). Pola Menurun Sangat Tajam; 2). Pola
Tidak Beraturan, terdiri dari 2 turunan adalah a). Pola N-T dan b). Pola
N-T-N-T. Pada kisaran salinitas antara 20 - 40 permil, sistokarp G. lichenuides
masih mampu untuk mengeluarkan karpospora, jumlah terbanyak pada
salinitas 25 permil, yaitu rata-rata 1712 karpospora. Perlakuan suhu diatas
28°C akan menghambat sistokarp untuk mengeluarkan karpospora.
Sebelum karpospora dikeluarkan oleh sistokarp, tampak

adanya


penonjolan berupa daerah bening disekitar lubang ostiole sistokarp, 3 jam
kemudian karpospora dikeluarkan satu per satu oleh sistokap. Karpospora
berbentuk bulat, inti sel terlihat jelas pada karpospora yang baru keluar.
Lima belas menit kemudian karpospora melekat pada dasar cawan petri, saat
ini isi sel memadat, inti sel terlihat tidak jelas dan warna karpospora menjadi
r

pekat. Pembelahan karpospora menjadi 2-4 sel tejadi pada hari pertama
setelah karpospora melekat, pembelahan menjadi 8-16 bagian tejadi pada
hari kedua sampai ketiga. Pada hari keempat pembelahan sulit dihitung,

bentuk karpospora menyerupai bunga. Pada hari kelima sampai kedelapan
tejadi penambahan volume sel. Di hari kedelapan, tejadi pemadatan di
bagian tengah karpospora dan pada hari kesembilan talus tegak muncul dari
bagian tengah karpospora. Percabangan pertama dijumpai pada hari kedua
puluh.
Pertumbuhan karpospora bervariasi menurut hari pengamatan,
kisaran diameter semakin melebar dengan bertambahnya umur karpospora.
Model pertumbuhan karpospora mengikuit fungsi kubik dengan persamaan:

Log D = 1,27 + 0,04 H + 0,009 H2- 0,0004 H? ,dimana Log D = Anti Log D =
diameter karpospora (pm); H = waktu inkubasi (hari). Dari pendugaan
pertumbuhan dengan persamaan tersebut terlihat bahwa pertumbuhan
maksimum karpospora dijumpai pada hari ketujuh belas, sedangkan titik
awal stasioner dijumpai setelah hari ketujuh belas. Pada hari ketiga puluh
dua seluruh karpospora telah berubah menjadi talus tegak. Pertumbuhan
talus bervariasi menurut hari pengamatan, kisaran panjang talus semakin
melebar dengan bertambahnya umur talus.
rata-rata adalah 0,121 2 0,034 pm per hari.

iii

Laju pertumbuhan talus