Potensi Antioksidasi Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol 70% Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)

POTENSI ANTIOKSIDASI EKSTRAK AIR DAN
EKSTRAK ETANOL 70% DAUN JATI BELANDA
(Guazuma ulmifolia Lamk.)

KHARISMA ADI MARTSOLICH

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
KHARISMA ADI MARTSOLICH. Potensi Antioksidasi Ekstrak Air dan Ekstrak
Etanol 70% Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Dibimbing oleh
SULISTIYANI dan SURYANI.
Ekstrak air dan ekstrak etanol 70% daun jati belanda diteliti untuk
mempelajari potensi antioksidasinya pada konsentrasi 50, 200, dan 1000 ppm,
dengan menggunakan vitamin E 200 ppm sebagai pembanding. Analisis
dilakukan secara in vitro dengan metode Thiobarbituric Acid (TBA). Aktivitas
antioksidasi ditentukan dengan cara mengoksidasi substrat asam linoleat dalam

udara pada suhu 40 ºC selama enam hari dengan atau tanpa ekstrak. Hasil oksidasi
berupa malondialdehida (MDA) akan bereaksi dengan asam tiobarbiturat
membentuk produk berwarna merah yang serapannya dapat diukur dengan
spektrofotometer pada 532 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak etanol 70%
daun jati belanda pada konsentrasi 50, 200, dan 1000 ppm mampu menghambat
terbentuknya MDA masing-masing sebesar 61.5%, 56.6%, dan 86.4%. Ekstrak air
daun jati belanda baru memperlihatkan potensi antioksidasi pada konsentrasi 1000
ppm. Aktivitas antioksidasi ekstrak air 1000 ppm dan seluruh ekstrak etanol (50,
200, dan 1000 ppm) sebanding dengan vitamin E 200 ppm. Berdasarkan analisis
fitokimia secara kualitatif, potensi antioksidasi ekstrak air dan ekstrak etanol 70%
daun jati belanda diduga disebebkan oleh adanya senyawa flavonoid, tanin, dan
saponin.

ABSTRACT
KHARISMA ADI MARTSOLICH. The potency of water-and ethanol-extracts of
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) leaves as antioxidant. Under the
direction of SULISTIYANI and SURYANI.
The antioxidant potency of Jati Belanda leaves extracts had been studied
using water-and ethanol-extracts at concentrations of: 50, 200, and 1000 ppm,

with vitamin E as the control. Antioxidant activity were determined using
Thiobarbituric Acid (TBA) method. In this method, the linoleic acid was oxidized
by air at 40 0C for six days with or without extract and the final product
malondialdehida (MDA) was measured with spectrophotometer at 532 nm.
The results showed that ethanol extract of Jati Belanda at concentrations of
50, 200, and 1000 ppm successfully inhibit the formation of MDA. The amounts
of the MDA reduction were: 61.5%, 56.6%, and 86.4%, respectively. The
antioxidant potency of Jati Belanda water-extract was shown only at concentration
of 1000 ppm. There were no significant differences of antioxidant activity among
1000 ppm water extract, all three concentration (50, 200, and 1000 ppm) of
ethanol extracts, and Vitamin E. Qualitative phytochemical analysis suggested
that antioxidant potency of water-and ethanol-extracts of Jati Belanda were
possibly to its flavanoid, tanin, and sapponin contents.

POTENSI ANTIOKSIDASI EKSTRAK AIR DAN
EKSTRAK ETANOL 70% DAUN JATI BELANDA
(Guazuma ulmifolia Lamk.)

KHARISMA ADI MARTSOLICH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Skripsi : Potensi Antioksidasi Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol 70% Daun
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
Nama
: Kharisma Adi Martsolich
NRP
: G44101033

Disetujui
Komisi Pembimbing


drh. Sulistiyani. M.Sc., Ph.D.
Ketua

Dr. Suryani. M.Sc.
Anggota

Diketahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP 131473999

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Karya ilmiah

ini berjudul Potensi Antioksidasi Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol 70% Daun Jati
Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni
2006 sampai dengan November 2006 di laboratorium Biokimia Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada drh. Sulistiyani. M.Sc., Ph.D dan
Dr. Suryani. M.Sc selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing,
mengarahkan, dan memberikan nasihatnya selama pelaksanaan penelitian,
segenap staf, laboran, dan teknisi di Departemen Biokimia, serta berbagai pihak
yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang terlibat dalam pelaksanaannya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda tercinta, Mbak
Antik, Mas Anto, dan Mas Helmi atas segala doa dan kasih sayangnya, dan tidak
lupa untuk Aisha Cinde Az-Zahra atas doa dan motivasi yang telah diberikan,
serta semua pihak yang telah membantu penulis selama penulisan karya ilmiah
ini.
Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
memberi tambahan ilmu bagi yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2007


Kharisma Adi M

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 7 Maret 1984 sebagai anak
keempat dari empat bersaudara dari pasangan Mas Doeki Budhiwihardjo dan Siti
Solicha. Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Brebes dan pada tahun
yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Biokimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan Praktik
Lapangan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetika, Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor dengan judul Analisis Pola
SDS-PAGE Protein dari Mesokarp Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) yang Berbeda Rendemen Minyaknya. Disamping itu penulis
aktif menjadi pengurus HIMPRO IMASIKA periode 2002/2003 sebagai ketua
redaksi majalah Re@ksi, asisten mata kuliah Biologi Dasar untuk TPB (Tingkat
Persiapan Bersama), Metabolisme I untuk S1 Biokimia, Struktur dan Fungsi
Biomolekul untuk S1 Biokimia, Biokimia Fisik untuk S1 Biokimia, Biokimia I
untuk S1 Kedokteran Hewan, dan Pengantar Biokimia untuk D3 Perikanan.


1

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 1
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) ....................................................... 1
Radikal Bebas, Prooksidan, dan Lipid Peroksida ........................................... 2
Senyawa Antioksidan Sebagai Penangkap (Scavenger) Radikal Bebas ......... 3
Analisis Potensi Antioksidasi dengan Metode Asam Tiobarbiturat (TBA).... 4
BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 6
Bahan dan Alat ............................................................................................... 6
Metode Penelitian ........................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................... 7
Ekstraksi Daun Jati Belanda ........................................................................... 7
Kandungan Fitokimia Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol 70% Daun Jati
Belanda ........................................................................................................... 8

Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat .................................................... 9
Potensi Antioksidasi Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol 70% Daun Jati
Belanda ........................................................................................................... 9
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11
LAMPIRAN.......................................................................................................... 14

2

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Mekanisme reaksi pembentukan radikal bebas.................................................. 2
2 Rendemen hasil ekstraksi air dan etanol 70% daun jati belanda. ...................... 7
3 Hasil uji fitokimia ekstrak air dan ekstrak etanol 70% daun jati belanda.......... 8
4 Daya hambat ekstrak air dan ekstrak etanol 70% daun jati belanda ................ 10

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) .......................................... 2
2 Pembentukan H2O2 pada reaksi reduksi oksigen menjadi air. ........................... 3

3 Beberapa senyawa antioksidan alami................................................................. 4
4 Reaksi antara malondialdehida dan asam tiobarbiturat...................................... 5
5 Contoh kurva standar TMP (1,1,3,3-tetrametoksi propana)..................................5
6 Nilai serapan ikatan diena terkonjugasi asam linoleat selama waktu oksidasi. . 9
7 Konsentrasi MDA ekstrak air dan ekstrak etanol 70% daun jati belanda........ 10

3

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tahapan ekstraksi daun jati belanda ................................................................ 14
2 Rendemen hasil ekstraksi daun jati belanda..................................................... 15
3 Penentuan waktu inkubasi asam linoleat dengan metode diena terkonjugasi.. 15
4 Hasil analisis hidroperoksida ........................................................................... 16
5 Pembuatan kurva standar ................................................................................. 16
6 Hasil pengukuran standar TMP (1,1,3,3-tetrametoksi propana) ...................... 17
7 Absorban pengukuran MDA sampel................................................................ 17
8 Pengukuran kadar malondialdehida sampel..................................................... 18
9 Data konsentrasi MDA dan daya hambat masing-masing sampel................... 19
10 Analisis statistik potensi antioksidasi sampel .................................................. 20

11 Hasil uji fitokimia ............................................................................................ 21

1

PENDAHULUAN
Dewasa ini penerapan pola hidup yang
kurang sehat dapat menyebabkan proses
penuaan dini dan penyakit degeneratif.
Kerusakan akibat oksidasi terhadap DNA
genetik sel merupakan penyebab utama proses
penuaan
dan
juga
penyakit-penyakit
degeneratif seperti penyakit kanker, pembuluh
darah, dan jantung, serta kemerosotan sistem
kekebalan dan disfungsi otak serta sistem
saraf (Atmosukarto & Mitri 2003). Hal ini
juga bisa disebabkan karena adanya stres
oksidatif, yaitu tidak seimbangnya jumlah

oksidan dan prooksidan dalam tubuh.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
stres oksidatif ini dapat dikurangi dengan
mengonsumsi antioksidan dalam jumlah
cukup.
Berbagai
upaya
pencegahan
serta
pengobatan telah dilakukan oleh sebagian
masyarakat
Indonesia
dengan
cara
mengonsumsi obat tradisional atau yang biasa
disebut dengan jamu. Beberapa tanaman baik
yang liar maupun yang dibudidayakan telah
diketahui berkhasiat mengobati penyakitpenyakit degeneratif. Namun penggunaan obat
tradisional mempunyai kendala, yaitu kadar
dan konsistensi bahan aktif yang terkandung
belum dapat dijamin, terutama untuk
penggunaan secara rutin. Berdasarkan kendala
di atas, maka perlu diketahui secara lebih rinci
mengenai zat aktif yang terkandung di dalam
tanaman obat. Informasi ini tentu saja sangat
diperlukan
sehingga
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Salah satu di antara sekian banyak
tanaman berkhasiat obat yang mulai banyak
digunakan oleh masyarakat di Indonesia
sebagai obat tradisional adalah tanaman jati
belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Dalam
pengobatan tradisional, tanaman ini biasa
digunakan sebagai obat pelangsing tubuh,
perut kembung, diare, dan batuk. Tanaman ini
mengandung senyawa steroid, alkaloid,
flavonoid, karotenoid, tanin, dan saponin
(Hartanto 1986). Daun Jati belanda diduga
berpotensi sebagai antioksidan karena adanya
kandungan flavonoid. Flavonoid sendiri
diketahui mampu menghambat pembentukan
radikal bebas (Yang et al. 2001).
Beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa tanaman jati belanda layak dikonsumsi
sebagai obat alternatif, maupun dikonsumsi
untuk perawatan tubuh. Joshita et al. (2000)
menyebutkan bahwa seduhan daun jati
belanda dapat meningkatkan kerja enzim
lipase. Sementara itu Monica dan farida

(2000) menyebutkan bahwa daun jati belanda
mampu menurunkan kadar kolesterol darah
kelinci. Jati belanda tidak hanya digunakan
sebagai pelangsing badan, melainkan apabila
diformulasikan dengan tanaman obat lain juga
dapat berkhasiat mencegah keputihan,
merawat keindahan tubuh, serta memperbaiki
pencernaan (Dewi et al. (2000).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
potensi antioksidasi ekstrak air dan ekstrak
etanol 70% daun jati belanda (Guazuma
ulmifolia Lamk.). Hipotesis penelitian ini
adalah ekstrak air dan ekstrak etanol 70%
daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
mampu menghambat proses oksidasi asam
linoleat oleh radikal bebas secara in vitro.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi
ilmiah
mengenai
potensi
antioksidasi daun jati belanda (Guazuma
ulmifolia Lamk.) sehingga dapat dijadikan
dasar pengembangan produk fitofarmaka.

TINJAUAN PUSTAKA
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
Jati belanda merupakan tanaman yang
berasal dari benua Amerika yang beriklim
tropis. Tanaman ini juga tersebar luas di
wilayah tropis lainnya seperti di pulau Jawa
dan Madura. Di pulau Jawa, tanaman ini biasa
disebut dengan jati londo atau jotos landi.
Tanaman ini tumbuh baik pada dataran
dengan ketinggian 1 sampai dengan 1800 m di
atas permukaan laut.
Pohon ini tumbuh cepat dengan tingginya
mencapai 10-22 m dan biasanya tumbuh di
hutan-hutan. Bunganya berwarna kuning
berbintik-bintik merah. Daunnya berbentuk
jantung dan berbulu pada bagian bawah,
tunggal, permukaan kasar, tepi bergerigi,
ujung
runcing,
pertulangan
menyirip,
berseling, panjang 10-16 cm, lebar 3-6 cm
(Gambar 1). Buahnya berwarna hijau, beruang
lima, dan berwarna hitam. Berbiji banyak,
berwarna kuning kecoklatan dan berlendir,
dan rasanya agak manis (Anonim 2000).
Masyarakat pada umumnya memanfaatkan
daun jati belanda untuk mengobati sakit perut
atau diare, perut kembung, batuk, kaki
bengkak, dan sebagai pelangsing tubuh.
Penggunaan daun jati belanda sebagai obat
tradisional di pasaran hanya ditemukan dalam
bentuk ramuan, sedangkan dalam bentuk
tunggal tidak ditemukan. Secara taksonomi,
tanaman jati belanda termasuk ke dalam
divisi spermatophyta dengan subdivisi

2

angiospermae dan kelas dicotyledonae, ordo
steruliaceae, dan genus Guazuma (Dewi et al.
2000.
Hasil penelitian secara in vivo menyatakan
bahwa daun jati belanda mampu menghambat
peningkatan kadar lipid peroksida pada darah
kelinci yang diberi pakan kolesterol
(Tombilangi 2004), namun sampai saat ini
belum diketahui khasiat daun jati belanda
sebagai antioksidan secara in vitro. Hal ini
sangat penting mengingat pada percobaan
secara in vivo terdapat beberapa faktor yang
dapat
mempengaruhi
penghambatan
peroksidasi lipid oleh ekstrak daun jati
belanda, sehingga percobaan secara in vitro
perlu dilakukan untuk menentukan besarnya
potensi daun jati belanda sebagai antioksidan.
Hasil penelitian pendahuluan terhadap
komposisi daun jati belanda menunjukkan
adanya senyawa yang berpotensi sebagai
antioksidan. Menurut Hartanto (1986), daun
jati belanda mengandung senyawa flavonoid,
asam fenolat, tanin, steroid, triterpenoid, dan
karotenoid. Miradiono (2002) menyebutkan
bahwa serbuk daun jati belanda mengandung
flavonoid, fenol hidrokuinon, dan senyawa
flavonoid lain seperti kalkon, auron, dan
flavonol, sedangkan Rachmadani (2001)
melaporkan bahwa pada daun jati belanda
terdapat tanin, steroid dan triterpenoid. Hasil
berbeda dilaporkan Lestari dan Muhtadi
(1997) yang menyatakan bahwa daun jati
belanda hanya mengandung tanin saja..

Gambar 1 Tanaman jati belanda (Guazuma
ulmifolia Lamk.).

Radikal Bebas, Oksidan, dan Lipid
Peroksida
Radikal bebas didefinisikan sebagai suatu
atom atau molekul yang memiliki satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan
(Mimić-Oka et al. 1999). Secara teoritis

radikal bebas dapat terbentuk bila terjadi
pemisahan ikatan kovalen. Adanya elektron
yang tidak berpasangan membuat molekul
menjadi tidak stabil dan bersifat reaktif karena
berusaha untuk mendapatkan pasangan
elektron (Muhilal 1991).
Radikal bebas dihasilkan dari dalam tubuh
(endogenus) maupun luar tubuh (eksogenus)
melalui sederetan mekanisme reaksi (Tabel 1).
Reaksi tahap pertama adalah pembentukan
radikal bebas awal (inisiasi). Tahap kedua
adalah perambatan atau terbentuknya radikal
baru (propagasi). Reaksi ini terjadi secara
berantai
dan
terus
menerus
karena

menghasilkan radikal lipid bebas (R ) lain
yang menyebabkan peroksidasi lebih lanjut.
Tahap terakhir (terminasi), yaitu pemusnahan
atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil
dan tak reaktif. Terminasi terjadi bila ada
reaksi antara radikal bebas itu sendiri.
Selain radikal bebas, terdapat pula jenis
senyawa yang sifatnya serupa dengan radikal
bebas, yaitu oksidan. Menurut Widjaja (1997),
oksidan merupakan senyawa penerima
elektron yang mempunyai kemampuan untuk
menarik elektron dari berbagai molekul yang
mengakibatkan terjadinya oksidasi molekul
tersebut, sedangkan radikal bebas ialah atom
atau molekul yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan pada orbit luarnya dan
bertindak juga sebagai akseptor elektron.
Walaupun radikal bebas adalah oksidan, tetapi
tidak semua oksidan merupakan radikal bebas.
Radikal bebas lebih berbahaya jika
dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal. Hal tersebut disebabkan oleh sifat
radikal bebas yang mempunyai reaktivitas
yang tinggi, yaitu kecenderungannya untuk
menarik elektron. Selain itu reaksi antara
radikal bebas dengan molekul nonradikal akan
menghasilkan suatu radikal bebas yang baru
dan selanjutnya menimbulkan reaksi berantai.
Oleh karena itu, radikal bebas menjadi sangat
berbahaya bagi makhluk hidup karena apabila
reaksi ini terjadi di dalam tubuh, maka akan
menimbulkan berbagai kerusakan.

Tabel 1

Mekanisme reaksi pembentukan
radikal bebas
Tahapan
Reaksi
1 Inisiasi
RH + OH·
R· + H2O
·
2 Propagasi R + O2
ROO·
·
ROO + RH
ROOH + R·
·
·
3 Terminasi ROO + ROO
ROOR + O2
ROO· + R·
ROOR
R· + R·
RR

3

Berbagai
macam
kerusakan
yang
diakibatkan oleh radikal bebas adalah
kerusakan membran, protein, DNA, dan
terjadinya peroksidasi lipid sebagai pencetus
berbagai penyakit kardiovaskuler. Terdapat
jenis radikal bebas atau oksidan yang terdapat
di dalam tubuh manusia, yaitu derivat oksigen
(ROS/Reactive Oxygen Species ), antara lain
O2-, H2O2, HO•, ROO•, RO•. Para peneliti
meyakini bahwa ROS mempunyai peranan
penting dalam patofisiologi manusia seperti
kanker,
kardiovaskuler,
dan
penyakit
neurodegeneratif lain seperti penyakit
Alzheimer dan Parkinson (Tuminah 2000).
Menurut Mimić-Oka et al. (1999), ROS
secara konstan diproduksi di dalam tubuh
melalui
proses
metabolisme
normal
khususnya pada proses reduksi O2 menjadi
H2O dalam rantai respirasi mitokondria
(Gambar 2). Sebagai contoh H2O2 merupakan
oksidan kuat namun bereaksi lambat dengan
substrat organik. Oksidan ini dianggap toksik
hanya dalam konsentrasi tinggi. Akumulasi
H2O2 dapat berbahaya bila terdapat bersama
dengan ion Fe2+ atau chelating agent, karena
akan terbentuk radikal hidroksil yang juga
akan terbentuk setelah menerima elektron
ketiga.
Jenis ROS yang lain yaitu radikal hidroksil
(HO•). Radikal hidroksil merupakan salah satu
oksidan yang paling berbahaya karena
reaktivitasnya yang sangat tinggi dengan
waktu paruh yang sangat pendek (10-9 detik),
sehingga dengan cepat akan merusak molekul
di dekatnya (Sies 1991). Radikal hidroksil
dapat terbentuk dari H2O2 bila terdapat ion
logam Fe2+. Reaksi ini disebut reaksi Fenton
dan reaksi Haber-Weiss, yang dapat dituliskan
sebagai berikut menurut Lautan (1997):
1. H2O2 + Fe2+
2. O2- + H2O2

Fe3+ + OH + HO•
O2 + OH + HO•

Efek oksidatif radikal bebas dapat
menyebabkan peradangan dan penuaan dini.
Peroksidasi lipid merupakan reaksi yang
terjadi antara radikal bebas dengan asam
lemak tak jenuh ganda yang menyusun
membran sel (linoleat, linolenat, arakidonat)
sehingga terbentuk radikal lipid peroksida.
Hal ini terjadi karena lipid merupakan
molekul yang paling sensitif terhadap
serangan radikal bebas. Reaksi ini terjadi
secara berantai dan terus menerus dan baru
dapat berakhir jika ada molekul yang
memberikan elektron yang dibutuhkan radikal
bebas atau jika dua buah gugus radikal bebas
saling berinteraksi membentuk ikatan non

radikal (Murray 1999). Kelebihan lipid
peroksida dalam darah maupun hati dapat
mengakibatkan berbagai penyakit seperti:
kanker, jantung koroner, stroke, katarak,
autoimun, dan ketuaan (Yagi 1994).
1. O2 + e2. O2- + e- + 2H+
3. H2O2 + e4. OH+ + e- + H+
5. OH- + H+
O2 + 4 e- + 4H+
Gambar 2

O2H2O2
OH+ + OHH2O
H2O
2H2O

Pembentukan H2O2 pada reaksi
reduksi oksigen menjadi air.

Senyawa Antioksidan Sebagai Penangkap
(Scavenger) Radikal Bebas
Antioksidan adalah sejumlah enzim atau
zat yang dapat menetralkan radikal bebas
(Kartawiguna 1998). Mekanisme pertahanan
tubuh terhadap stres oksidatif adalah dengan
antioksidan yang dapat berasal dari makanan
(eksogen), serta dari dalam tubuh sendiri
(endogen). Menurut mekanisme kerjanya,
antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi
pertama merupakan fungsi utama dari
antioksidan, yaitu sebagai pemberi atom
hidrogen. Antioksidan (AH) ini dapat
memberikan atom hidrogen secara cepat ke
radikal lipida (R•, ROO•) atau mengubahnya
ke bentuk lebih stabil, sementara turunan
radikal antioksidan (A•) tersebut memiliki
keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.
Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder
antioksidan, yaitu memperlambat laju
autooksidasi dengan berbagai mekanisme di
luar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi
dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk
lebih stabil (Gordon 1990).
Penambahan antioksidan (AH) primer
dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat
menghambat
atau
mencegah
reaksi
autooksidasi lipid. Penambahan tersebut
dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap
inisiasi maupun propagasi. Radikal-radikal
antioksidan (A•) yang terbentuk pada reaksi
tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai
cukup energi untuk dapat bereaksi dengan
molekul lipida lain membentuk radikal lipida
baru (Gordon 1990). Menurut Hamilton
(1983), antara radikal antioksidan dapat
saling
bereaksi
membentuk
produk
nonradikal sebagai berikut:
Inisiasi : R• + AH
Propagasi: ROO• + AH

RH + A•
ROOH + A•

4

Antioksidan bisa dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu antioksidan primer, antioksidan
sekunder,
dan
antioksidan
tersier
(Kartawiguna 1998). Antioksidan primer
bekerja untuk mencegah pembentukan
senyawa radikal bebas baru. Enzim katalase
merupakan salah satu antioksidan primer yang
memiliki fungsi mengubah H2O2 menjadi
oksigen dan air. Antioksidan sekunder
berfungsi menangkap senyawa radikal, serta
mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh
antioksidan sekunder adalah vitamin E,
vitamin C, beta karoten, asam urat, bilirubin,
dan albumin. Jenis antioksidan yang ketiga
yaitu antioksidan tersier yang berfungsi
memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang
memperbaiki DNA pada inti sel adalah
metionin sulfoksidan reduktase. Adanya
enzim perbaikan DNA ini berguna untuk
mencegah penyakit misalnya kanker. Hasil
berbagai penelitian dengan menggunakan
hewan percobaan telah mendukung teori
bahwa mengkonsumsi antioksidan yang
memadai dapat mengurangi resiko terjadinya
berbagai macam penyakit seperti kanker,
kardiovaskuler, katarak serta penyakit
degeneratif lain.
Antioksidan alami dapat ditemukan dalam
berbagai tumbuh-tumbuhan baik pada
tanaman berkayu, sayuran, atau buah-buahan.
Pada tumbuhan berkayu diketahui banyak
senyawa yang dapat bertindak sebagai
antioksidan seperti: flavonoid, senyawa fenol,
terpenoid, alkaloid, dan masih banyak lagi
yang lainnya. Sayuran dan buah-buahan
diketahui banyak mengandung vitamin A,
vitamin B, vitamin C, vitamin E, dan

karotenoid yang diyakini dapat berperan
sebagai antioksidan, sehingga mampu
melindungi tubuh dari penyakit kanker
(Atmosukarto 2003).
Senyawa turunan fenol tersebar luas dalam
tumbuhan dan beberapa diantaranya lebih
efektif dibanding dengan senyawa antioksidan
sintetik (Moelyono dan Muhtadi 2001).
Antioksidan yang umum terdapat pada
tumbuhan tingkat tinggi antara lain asam
askorbat, karoten, flavonoid, saponin, tanin,
dan tokoferol. Zat antioksidan alami lain
adalah
isoflavon.
Isoflavon
termasuk
golongan isoflavonoid yang merupakan
isomer flavon. Senyawa ini banyak
terkandung pada tanaman kacang-kacangan,
terutama kacang kedelai. Beberapa struktur
antioksidan alami dapat dilihat pada Gambar 3
Hart (1983) dan Harborne (1987).
Analisis Potensi Antioksidasi dengan
Metode Asam Tiobarbiturat (TBA)
Metode
asam
tiobarbiturat
(TBA)
merupakan metode yang digunakan dalam
penelitian ini untuk mengukur aktivitas
antioksidasi suatu senyawa antioksidan.
Pengujian aktivitas antioksidasi dengan
menggunakan metode TBA dilakukan secara
langsung yang didasarkan pada pengukuran
produk utama atau sekunder dari oksidasi
lipid,
umumnya
adalah
pembentukan
hidroksiperoksida atau produk sekunder
seperti aldehid, sedangkan pengujian secara
tidak langsung didasarkan pada pengukuran
selain produk utama atau sekunder dari
oksidasi lipid, seperti misalnya jumlah
oksigen yang diperlukan untuk oksidasi.

O

HO

R

O
OH

β-karoten

Isoflavon: Daidzein (R = H)
Genistein (R = OH)

CO
COH

CH3
H3C

O

CH3

CH3

COH

O

HC
CH3

HO

CH3

CH3

CH3

α-tokoferol
Gambar 3 Beberapa senyawa antioksidan alami.

HOCH
CH2OH

Asam askorbat

5

sejenis TBArs atau senyawa hasil oksidasi
lipid yang dapat bereaksi dengan TBA
membentuk senyawa berwarna merah jambu
yang dapat diukur serapannya pada panjang
gelombang 532 nm. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Sulistiyani et al. (2006),
TMP dapat dijadikan standar bagi pengukuran
konsentrasi MDA pada sampel antioksidan
(Gambar 5).
Masa inkubasi pada pembuatan standar
TMP maupun sampel didasarkan pada
pengukuran diena yang terkonjugasi selama
proses oksidasi. Saat masa inkubasi, asam
linoleat akan dioksidasi oleh oksigen. Pada
tahap awal oksidasi asam linoleat akan
terbentuk hidroperoksida terkonjugasi, yang
selanjutnya diikuti tahap propagasi dimana
kadar hidroperoksida terus meningkat. Asam
linoleat yang mengandung dua ikatan rangkap
terkonjugasi
menunjukkan
intensitas
penyerapan pada panjang gelombang 234 nm
(Rossel 1983, diacu dalam Tensiska 2001).
Selanjutnya setelah hidroperoksida mencapai
kadar maksimum, hidroperoksida akan
mengalami tahap dekomposisi membentuk
MDA.

Selain metode TBA terdapat beberapa
contoh pengujian aktivitas antioksidasi, yaitu
metode oksigen aktif (active oxygen methode,
AOM), metode fero tiosianat (FTC), uji
Schall, uji masa simpan, dan metode
Rancimat. (Adawiyah et al. 2001). Selain
metode tersebut, ada pula beberapa metode
lainnya seperti metode bilangan ansidin,
metode Kreis, uji bilangan peroksida (Santoso
2001), dan metode diena terkonjugasi.
Prinsip kerja dari metode TBA adalah
proses autooksidasi dari asam linoleat
menghasilkan
senyawa
TBA-reacting
substance
(TBArs)
seperti
misalnya
malondialdehida (MDA). Gugus karbonil
MDA dengan adanya asam 2-tiobarbiturat
(TBA) akan membentuk senyawa yang
berwarna merah jambu yang dapat diukur
serapannya pada panjang gelombang 532 nm
(Kikuzaki dan Nakatani 1993). Gambar 4
memperlihatkan reaksi yang terjadi antara
MDA dan TBA. Pada reaksi ini sejumlah
senyawa lain juga dapat bereaksi dengan TBA
membentuk senyawa berwarna seperti
glukosa, sukrosa, asam amino, dan urea.
Namun karena konsentrasinya yang kecil,
maka dapat diabaikan (Kosugi et al. 1991).
Nilai
serapan
yang
terukur
menggambarkan konsentrasi MDA sebagai
hasil oksidasi lipid. Proses oksidasi tersebut
oleh senyawa antioksidan dapat dihambat,
akibatnya MDA yang terbentuk pun akan
lebih sedikit daripada yang tanpa penambahan
senyawa antioksidan. Akibat dari hal ini,
intensitas warnanya pun rendah. Nilai serapan
berbanding lurus dengan konsentrasi MDA
dan berbanding terbalik dengan potensi
antioksidasi. Artinya adalah semakin pekat
warna yang dihasilkan, semakin lemah potensi
antioksidatif sampel. Sebaliknya semakin
rendah intensitas warnanya, semakin tinggi
pula potensi antioksidatif sampel yang
dianalisis.
Metode TBA ini menggunakan TMP
(1,1,3,3-tetrametoksi propana) sebagai standar
pengukurannya. Senyawa TMP merupakan

HS
2

N

OH

+

N

CHO
CH2
CHO

OH
TBA

S

A b so r b a n

0.150
0.100
y = 0.0428x + 0.0003
R2 = 0.9993

0.050
0.000
0.00

1.00

3.00

4.00

Gambar 5 Contoh kurva standar TMP (1,1,
3,3-tetrametoksi
propana)

N
N

OH

HO

SH

N
N

C C C
H H H

+

OH

OH
MDA

2.00
Konsentrasi TMP

Produk

Gambar 4 Reaksi antara malondialdehida dan asam tiobarbiturat.

Air

2H2O

6

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan untuk
ekstraksi ialah daun jati belanda, etanol 70%,
dan akuades. Daun jati belanda yang
digunakan berupa daun muda yang diperoleh
dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka
dalam bentuk serbuk kering.
Untuk analisis fitokimia digunakan ekstrak
kasar etanol 70% daun jati belanda dan
ekstrak airnya, kloroform, ammonia, H2SO4
2M, pereaksi Dragendorf, pereaksi Meyer,
pereaksi Wagner, akuades, metanol, NaOH
10% (b/v), eter, pereaksi Lieberman Buchard
(3 tetes asam asetat anhidrida ditambah 1 tetes
H2SO4 pekat), dan FeCl3 1% (b/v).
Bahan untuk penentuan waktu inkubasi
asam linoleat dan pengukuran konsentrasi
MDA yaitu bufer fosfat 0,1 M pH 7, asam
linoleat 50 mM dalam etanol 99,8%, etanol
75%, TMP (1,1,3,3-tetra metoksi propana)
6M, TBA 1% (b/v) dalam asam asetat 50%,
TCA (Trichloroacetic Acid) 20%, dan αtokoferol (vitamin E).
Alat-alat yang digunakan ialah alat-alat
gelas, refluks, rotary evaporator, oven,
penangas air, neraca analitik, spektrofotometer UV-Vis, autoklaf, shaker, pipet
mikro, pipet kapiler, dan sentrifus.
Metode Penelitian
Ekstraksi Daun Jati Belanda
Daun jati belanda yang telah berbentuk
serbuk ditimbang sebanyak 20 gram. Untuk
ekstrak air, serbuk daun jati belanda
diekstraksi menggunakan pelarut akuades
sebanyak 200 mL. kemudian dipanaskan pada
suhu 100 ˚C selama kurang lebih 4 jam.
Ekstrak yang diperoleh disaring dan filtratnya
diuapkan dengan rotavapour pada suhu 60 ˚C
dan kemudian disimpan dalam oven pada
suhu 40 ˚C.
Untuk ekstraksi menggunakan etanol 70%,
Sebanyak 20 gram serbuk daun jati belanda
direfluks dengan 200 mL pelarut etanol 70%
selama 2 jam pada suhu 70 ˚C. Selanjutnya
ekstrak disaring dengan kertas saring. Ekstrak
yang diperoleh diuapkan dengan rotavapour
pada suhu 50 ˚C dan dioven pada suhu 40 ˚C
sehingga diperoleh ekstrak kasar.
Analisis Fitokimia Ekstrak Air dan
Ekstrak Etanol 70% Daun Jati Belanda
(Harbone 1987)
Uji Alkaloid. Ke dalam 10 mL kloroform
ditambahkan ekstrak sampel sebanyak 0.1 g

dan beberapa tetes ammonia. Fraksi kloroform
dipisahkan dan diasamkan dengan 10 tetes
H2SO4 2M. Fraksi asam diambil kemudian
ditambahkan pereaksi Dagendorf, Meyer, dan
Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan
terbentuknya endapan putih oleh pereaksi
Meyer, endapan merah oleh pereaksi
Dragendorf, dan endapan coklat oleh pereaksi
Wegner. Sebagai sampel pembanding
digunakan daun tapak dara
Uji Saponin. Ekstrak sampel sebanyak 0.1
g ditambah air secukupnya dan dipanaskan
selama lima menit. Larutan tersebut
didinginkan kemudian dikocok. Timbulnya
busa selama ± 10 menit menunjukkan adanya
saponin. Sebagai sampel pembanding
digunakan buah klerak.
Uji Flavonoid dan Fenolik Hidrokuinon.
Ekstrak sampel sebanyak 0.1 g ditambah
metanol 30% sampai terendam lalu
dipanaskan. Filtratnya ditambah NaOH 10%
(b/v) atau H2SO4. Terbentuknya warna merah
karena penambahan NaOH menunjukkan
adanya
senyawa
fenolik
hidrokuinon
sedangkan warna merah yang terbentuk akibat
penambahan H2SO4 pekat menunjukkan
adanya
flavonoid.
Sebagai
sampel
pembanding digunakan buah pinang.
Uji Triterpenoid dan Steroid. Ekstrak
sampel sebanyak 0.1 g ditambah 25 mL etanol
30% lalu dipanaskan dan disaring. Filtratnya
diuapkan kemudian ditambah eter. Lapisan
eter ditambah pereaksi Lieberman Buchard (3
tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes H2SO4
pekat). Warna merah atau ungu menunjukkan
adanya triterpenoid dan warna hijau
menunjukkan adanya steroid. Sebagai sampel
pembanding digunakan daun som jawa.
Uji Tanin. Ekstrak sampel sebanyak 0.1 g
ditambahkan air kemudian dididihkan selama
beberapa menit. Lalu disaring dan filtratnya
ditambah FeCl3 1% (b/v). Warna biru tua atau
hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin.
Sebagai sampel pembanding digunakan daun
teh.
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat
dengan Metode Diena Terkonjugasi
Sebelum pengukuran potensi antioksidasi
dilakukan dari ekstrak daun jati belanda,
dilakukan pengukuran intensitas serapan diena
terkonjugasi dari asam linoleat sebagai produk
primer asam linoleat yang teroksidasi. Waktu
penentuan masa inkubasi dilakukan sebagai
berikut, sebanyak 2 mL bufer fosfat 0.1 M pH
7, 2 mL asam linoleat 50 mM dalam etanol
99.8%, dan 1 mL air bebas ion diletakkan

7

pada botol gelap berulir, kemudian campuran
diinkubasi pada suhu 40 °C.
Pengukuran intensitas serapan dilakukan
dengan cara sebanyak 50 µL campuran asam
linoleat yang telah diinkubasi ditambahkan ke
dalam 6 mL etanol 75%, kemudian campuran
tadi dibaca serapannya pada panjang
gelombang 234 nm. Pengukuran dilakukan
setiap harinya sampai tercapai serapan
maksimum.
Analisis Potensi Antioksidasi dengan
Metode TBA (Kikuzaki 1993)
Pengukuran potensi antioksidasi dari
ekstrak daun jati belanda dilakukan dengan
konsentrasi larutan uji 50, 200, dan 1000 ppm
dalam total campuran. Sebagai sampel dibuat
campuran yang terdiri atas 2 mL bufer fosfat
0.1 M pH 7, 2 mL asam linoleat 50 mM dalam
etanol 99.8%, dan 1 mL larutan uji dalam air
bebas ion. Sebagai kontrol negatif dibuat
campuran yang sama seperti di atas tetapi 1
mL larutan uji diganti dengan 1 mL air bebas
ion. Sebagai pembanding atau kontrol positif
dibuat campuran yang terdiri atas 2 mL bufer
fosfat 0.1 M pH 7,2 mL asam linoleat 50 mM
dalam etanol 99.8% yang mengandung αtokoferol (vitamin E) 200 ppm total
campuran, dan 1 mL air bebas ion.
Semua campuran diletakkan pada botol
gelap berulir, kemudian campuran diinkubasi
dalam penangas air yang bersuhu 40 °C
dengan lama inkubasi berdasarkan hasil
pengukuran diena terkonjugasi dari asam
linoleat. Campuran reaksi kemudian diuji
potensi antioksidasinya setelah 1 atau
beberapa hari dari puncak serapan diena
terkonjugasi.
Masing-masing
campuran
diambil 1 mL kemudian ditambahkan 2 mL
TCA 20% (b/v) dan 2 mL larutan TBA 1%
(b/v) dalam pelarut asam asetat 50% (v/v).
Lalu campuran reaksi tersebut diinkubasi
dalam penangas air bersuhu 100 °C selama 10
menit. Setelah dingin dilakukan sentrifugasi
pada 3000 rpm (960 kali gravitasi) selama 15
menit, selanjutnya diukur serapannya pada
532 nm.
Sebagai standar, larutan stok pereaksi
TMP konsentrasi 6 M dibuat menjadi 1.5, 3.0,
6.0, 9.0, 12.0, 15.0, dan 18.0 µM. Masing-

masing konsentrasi dipipet sebanyak 1 mL,
selanjutnya ditambahkan 2 mL TCA 20%
(b/v) dan 2 mL larutan TBA 1% (b/v) dalam
pelarut asam asetat 50% (v/v). Lalu campuran
reaksi tersebut diinkubasi dalam penangas air
mendidih selama 10 menit. Setelah dingin
dilakukan sentrifugasi pada 3000 rpm (960
kali gravitasi) selama 15 menit, selanjutnya
diukur serapannya pada
532 nm (Yagi
1968).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi Daun Jati Belanda
Pelarut yang digunakan pada ekstraksi
daun jati belanda adalah akuades dan etanol
70%. Pemilihan kedua pelarut ini didasarkan
pada penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Tombilangi (2004) yang
menggunakan pelarut akuades dan etanol 70%
untuk mengekstrak daun jati belanda. Metode
yang sama juga digunakan untuk mengekstrak
sampel yaitu dengan metode refluks. Pada
Tabel 2 terlihat bahwa rendemen rata-rata
yang dihasilkan dengan menggunakan pelarut
akuades ialah sebesar 72.13%, sedangkan
pada sampel yang diekstrak menggunakan
pelarut etanol 70% sebesar 23.66%. Pada
penelitian yang telah dilakukan oleh
Tombilangi tidak disebutkan jumlah rendemen
ekstrak yang dihasilkan, baik menggunakan
pelarut air maupun etanol 70%.
Berdasarkan
nilai
rendemen
yang
diperoleh, dapat diketahui bahwa jenis pelarut
yang digunakan mempengaruhi jumlah
rendemen yang dihasilkan. Nilai rendemen
pada ekstrak air sekitar tiga kali lebih besar
dari pada ekstrak etanol. Hal ini menunjukkan
bahwa senyawa-senyawa yang terlarut pada
akuades jauh lebih banyak dibandingkan yang
terlarut pada etanol 70%. Penggunaan pelarut
yang berbeda mempengaruhi hasil rendemen
yang diperoleh. Berdasarkan kepolarannya,
akuades melarutkan lebih banyak senyawa
polar yang terkandung di dalam daun jati
belanda dibandingkan pelarut etanol, sehingga
rendemen yang dihasilkan lebih besar.

Tabel 2 Rendemen hasil ekstraksi air dan etanol 70% daun jati belanda
Bobot
Rendemen (%)
Bobot sampel
Sampel
ekstrak (g)
(g)
Ekstrak air
Ekstrak etanol

20.00
20.01

13.07
4.73

72.13
23.66

8

Kandungan Fitokimia Ekstrak Air dan
Ekstrak Etanol 70% Daun Jati Belanda
Analisis fitokimia dilakukan untuk
mengetahui kandungan metabolit sekunder
sampel yang bersifat kualitatif. Pada uji ini
digunakan sampel pembanding berupa buah
atau daun dari tanaman yang telah diketahui
mengandung senyawa yang akan dianalisis.
Sampel pembanding tersebut adalah daun
tapak dara untuk uji alkaloid, biji buah pinang
untuk uji flavonoid dan uji fenolik
hidrokuinon, buah klerak untuk uji saponin,
daun teh hijau untuk uji tanin, dan daun som
jawa untuk uji steroid dan triterpenoid.
Analisis dilakukan terhadap ekstrak kasar
daun jati belanda dengan pelarut akuades dan
pelarut etanol 70%. Senyawa-senyawa yang
diperiksa keberadaannya adalah alkaloid,
flavonoid, fenolik hidrokuinon, saponin, tanin,
dan steroid dan triterpenoid.
Hasil analisis fitokimia pada Tabel 3
menujukkan bahwa alkaloid tidak terdapat
pada ekstrak etanol 70% maupun ekstrak air.
Senyawa steroid dan triterpenoid tidak
terdapat dalam ekstrak air, namun terdapat
dalam ekstrak etanol dalam jumlah sangat
kecil. Senyawa flavonoid dan fenolik
hidrokuinon memberikan hasil positif pada
ekstrak air maupun ekstrak etanol. Saponin
memberikan hasil positif pada semua bahan
yang dengan adanya busa yang tidak hilang
selama lebih dari 10 menit. Senyawa tanin
diketahui keberadaannya dengan adanya
pembentukan warna biru kehitaman setelah
ditambahkan pereaksi FeCl3. Hasil uji steroid
dan triterpenoid memberikan hasil positif pada
ekstrak etanol dalam jumlah sangat sedikit,
sedangkan ekstrak air tidak mengandung
kedua senyawa tersebut. Tidak adanya steroid
dan
triterpenoid
dalam
ekstrak
air
menjelaskan bahwa kedua senyawa ini tidak
larut dalam pelarut polar (air), tetapi sedikit
larut dalam etanol.
Hasil uji fitokimia ini sesuai dengan apa

yang dilakukan oleh Hartanto (1986) dan
Miradiono (2002). Hartanto menyatakan
bahwa daun jati belanda mengandung
senyawa flavonoid, asam fenolat, tanin,
steroid/triterpenoid,
dan
karotenoid.
Sementara Miradiono menyebutkan bahwa
serbuk daun jati belanda mengandung
flavonoid, fenolik hidrokuinon, dan senyawa
flavonoid lain seperti kalkon, auron, dan
flavonol.
Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh
Rachmadani (2001) yang melaporkan bahwa
ekstrak air daun jati belanda tidak
mengandung flavonoid. Sementara Lestari dan
Muhtadi (1997) menyatakan bahwa daun jati
belanda hanya mengandung tanin saja. Hasil
yang berbeda ini dapat disebabkan karena
senyawa metabolit sekunder keberadaan serta
jumlahnya dalam tanaman sangat tergantung
pada kondisi lingkungan tanaman. Selain itu
penggunaan metode, bahan-bahan yang
dipakai, serta kesensitifan alat dalam
menganalisis senyawa fitokimia tersebut turut
mempengaruhi hasil yang diperoleh sehingga
hasil yang berbeda dalam setiap penelitian
bisa saja terjadi.
Penggunaan pelarut yang berbeda juga ikut
mempengaruhi hasil yang diperoleh pada uji
fitokimia. Pada ekstrak etanol, kandungan
senyawa fitokimia yang diuji lebih besar
dibandingkan pada ekstrak air. Hal ini
menunjukkan
bahwa
senyawa-senyawa
tersebut lebih larut dalam pelarut etanol.
Suharmiati (2003) menyebutkan dalam
bukunya bahwa zat-zat yang terkandung
dalam jati belanda antara lain tanin, musilago,
flavonoid, kafein, b-sitosterol, terpen,
triterpen, karotenoid, resin, glukosa, asam
lemak, asam fenolat, karbohidrat, dan lainlain. Selain itu dilihat dari rendemen yang
dihasilkan, ektrak air mempunyai nilai
rendemen yang jauh lebih tinggi dibandingkan
ekstrak etanol. Diasumsikan tidak semua zat
terlarut dalam etanol, sedangkan pada pelarut
air hampir sebagian besar senyawa polar larut

Tabel 3 Hasil uji fitokimia ekstrak air dan ekstrak etanol 70% daun jati belanda
Sampel
Uji
Ekstrak
Pembanding
Ekstrak air
etanol 70%
Daun tapak dara
Alkaloid
+++
Biji buah pinang
++
Flavonoid
+++
Biji buah pinang
+
Fenolik hidrokuinon
+++
Duah klerak
++
Saponin
++++
Daun teh hijau
+++
Tanin
Som jawa
+
Steroid
+
Som jawa
triterpenoid
Ket : (++++): tinggi, (+++): cukup, (++): sedang, (+): rendah, (-) : tidak ada

++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++

9

di dalamnya. Total senyawa antioksidan yang
terekstrak dalam pelarut air dan etanol 70%
mungkin saja sama jumlahnya, namun dilihat
dari rendemen senyawa total, dapat
diindikasikan presentase senyawa-senyawa
antioksidan yang terdapat pada ekstrak air
lebih kecil dibandingkan pada ekstrak etanol.
Hal ini tentu saja mempengaruhi pengamatan
pada kepekatan warna yang terbentuk pada uji
fitokimia.
Penentuan Waktu Inkubasi
Asam Linoleat
Sebelum analisis potensi antioksidasi
dilakukan, terlebih dahulu ditentukan waktu
inkubasi dari asam linoleat berdasarkan
pengukuran serapan diena terkonjugasi yang
terbentuk. Selama masa inkubasi, asam
linoleat akan dioksidasi oleh oksigen,
kemudian asam linoleat yang telah menjadi
radikal lipid akan mengalami penataan ulang
pada ikatan rangkapnya, sehingga terbentuk
ikatan diena terkonjugasi.
Ikatan
diena
terkonjugasi
akan
memberikan serapan spesifik pada panjang
gelombang 234 nm (Rossel 1983, diacu dalam
Tensiska 2001). Semakin banyak ikatan diena
terkonjugasi yang terbentuk, maka semakin
besar pula nilai serapan yang dihasilkan. Hasil
pengukuran serapan diena terkonjugasi dapat
dilihat pada Gambar 6. Peningkatan nilai
serapan diena terkonjugasi terjadi secara
drastis pada hari ke-1. Nilai serapan diena
terkonjugasi pada asam linoleat mencapai
nilai maksimum terjadi pada hari ke-3. Nilai
ini semakin menurun hingga hari ke-7.
1.4
1.2
Absorban

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

Hari ke-

Gambar 6 Nilai serapan ikatan diena terkonjugasi asam linoleat selama
waktu oksidasi

Potensi Antioksidasi Ekstrak Air dan
Ekstrak Etanol 70% Daun Jati Belanda
Analisis potensi antioksidasi sampel
dilakukan pada hari ke-6 dengan harapan

asam linoleat yang telah diinkubasi telah
mengalami
dekomposisi
membentuk
malondialdehid (MDA) sebagai produk akhir
peroksidasi lipid. Potensi antioksidasi diukur
dengan
menggunakan
metode
asam
tiobarbiturat (TBA).
Gambar 7 menunjukkan konsentrasi MDA
ekstrak air dan ekstrak etanol 70% daun jati
belanda. Dapat dilihat bahwa konsentrasi
MDA pada kontrol negatif atau tanpa
penambahan ekstrak adalah sebesar 20.788
M. Adanya proses oksidasi asam linoleat
oleh
udara
menyebabkan
tingginya
konsentrasi MDA pada kontrol negatif. Proses
oksidasi juga terjadi pada setiap sampel. Pada
kontrol positif (Vitamin E 200 ppm),
konsentrasi MDA yang dihasilkan sebesar
9.316 M. Rendahnya konsentrasi MDA pada
kontrol positif menunjukkan bahwa vitamin E
mampu manghambat proses oksidasi pada
asam linoleat. Vitamin E di dalam tubuh
merupakan substansi yang larut dalam lemak,
dan merupakan antioksidan utama dalam
semua membran seluler, serta melindungi
asam lemak tak jenuh ganda terhadap
peristiwa oksidasi. Hal inilah yang
menyebabkan vitamin E digunakan sebagai
kontrol positif atau pembanding.
Vitamin E 200 ppm pada penelitian ini
mampu memberikan daya hambat terhadap
pembentukan
MDA
sebesar
55.18%.
Sementara itu Satria (2005) melaporkan
bahwa pada konsentrasi 200 ppm, vitamin E
mampu menghambat pembentukan MDA
sebesar 93.00%, sedangkan Sufriadi (2006)
menyebutkan nilai sebesar 84.01% pada
konsentrasi yang sama. Hasil yang berbeda ini
terjadi karena ada faktor yang ikut
mempengaruhi nilai potensi antioksidasi
vitamin E sebagai kontrol positif. Walupun
vitamin E yang dipakai adalah berasal dari
stok yang sama, namun tidak dengan bahanbahan lainnya. Hal ini memungkinkan adanya
perbedaan kemurnian dan kualitas bahanbahan tersebut yang dapat mempengaruhi
hasil yang diperoleh. Selain itu metode yang
berbeda juga ikut mempengaruhi lamanya
waktu yang digunakan untuk inkubasi asam
linoleat. Pada penelitian Satria dan Sufriadi,
digunakan metode tiosianat, sedangkan dalam
penelitian ini digunakan metode diena
terkonjugasi, sehingga perbedaan waktu
inkubasi ini ikut mempengaruhi nilai potensi
antioksidasi yang diperoleh.
Pemberian ekstrak air 50 dan 200 ppm
belum
mampu
menghambat
proses
pembentukan MDA. Hal ini ditunjukkan oleh
tingginya konsentrasi MDA pada sampel

10

35
29.791

Rata-rata [MDA] (μM)

30

27.369

25
20.788
20
15
10

11.870
9.316

7.986

9.012

5

2.820

0
Kontrol
Kontrol
Negatif (Air) Positif (Vit
E)

Ekstrak air
50 ppm

Ekstrak air
200 ppm

Ekstrak air
1000 ppm

Ekstrak
etanol 50
ppm

Ekstrak
etanol 200
ppm

Ekstrak
etanol 1000
ppm

Gambar 7 Konsentrasi MDA ekstrak air dan ekstrak etanol 70% daun jati belanda.
ekstrak air 50 dan 200 ppm masing-masing
sebesar 29.791
M dan 27.369
M.
Berdasarkan uji statistik (α=0.05), konsentrasi
MDA pada kontrol negatif dan ekstrak air 50
dan 200 ppm tidak berbeda nyata, artinya
pada konsentrasi 50 dan 200 ppm, ekstrak air
daun jati belanda belum mampu menghambat
pembentukan MDA secara nyata.
Pengaruh nyata penghambatan MDA pada
sampel ditunjukkan oleh ekstrak etanol 70%.
Berdasarkan uji statistik (α=0.05), pemberian
ekstrak etanol baik yang 50, 200, maupun
yang 1000 ppm ternyata mampu menunjukan
penghambatan
secara
nyata
pada
pembentukan MDA. Konsentrasi MDA pada
ekstrak etanol 50, 200, dan 1000 ppm
berturut-turut adalah sebesar 7.986, 9.012, dan
2.820 M.
Daya hambat terbesar dari semua ekstrak
sampel dimiliki oleh ekstrak etanol 1000 ppm
sebesar 86.43%, selanjutnya ekstrak etanol 50
ppm sebesar 61.58%, ekstrak etanol 200 ppm
sebesar 56.64%, dan ekstrak air 1000 ppm
sebesar 42.89% (Tabel 4). Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi dari ekstrak
yang diberikan mempengaruhi potensi
antioksidasi sampel. Selain itu juga terdapat
perbedaan potensi antioksidasi antara ekstrak
air dan ekstrak etanol. Ekstrak etanol lebih
berpotensi menghambat pembentukan MDA
dibandingkan dengan ekstrak air, karena pada
konsentrasi
50
ppm
sudah
mampu
menghambat pembentukan MDA sebesar
61.58%, sedangkan ekstrak air konsentrasi 50
dan 200 ppm belum mampu menghambat
pembentukan MDA.
Potensi antioksidasi ekstrak air adalah
lebih rendah dibandingkan dengan vitamin E

200 ppm. Pada konsentrasi 200 ppm, vitamin
E mempunyai daya hambat sebesar 55.18%,
sedangkan pada konsentrasi yang sama
ekstrak air belum mampu menghambat
pembentukan MDA. Pada konsentrasi 200
ppm ekstrak etanol daun jati belanda
mempunyai daya hambat yang sebanding
dengan vitamin E, yakni sebesar 56.64%.
Meskipun daya hambat dari masingmasing sampel berbeda besarnya, namun hasil
uji statistik (α=0.05) menunjukkan bahwa
ekstrak air 1000 ppm, ekstrak etanol 50, 200,
1000 ppm, dan vitamin E 200 ppm adalah
tidak berbeda nyata, sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara statistik, potensi
antioksidasi ekstrak air 1000 ppm, ekstrak
etanol 50, 200, dan 1000 ppm adalah
sebanding dengan potensi antioksidasi vitamin
E 200 ppm.
Penelitian yang dilakukan secara in vivo
oleh Tombilangi (2004) menunjukan bahwa
ekstrak air dan ekstrak etanol 70% daun jati
belanda pada dosis 1 g/kg berat badan mampu
Tabel 4

Daya hambat ekstrak air dan
ekstrak etanol 70% daun jati
belanda.
Sampel
Daya hambat
(%)
Kontrol Negatif (Air)
0.00
Kontrol Positif (Vit E)
55.18
Ekstrak air 50 ppm
-43.30
Ekstrak air 200 ppm
-31.65
Ekstrak air 1000 ppm
42.89
Ekstrak etanol 50 ppm
61.58
Ekstrak etanol 200 ppm
56.64
Ekstrak etanol 1000 ppm
86.43

11

menghambat pembentukan lipid peroksida
darah kelinci pada minggu ke-2 secara nyata.
Antara ekstrak air dan ekstrak etanol 70%
tidak ada perbedaan nyata dalam menghambat
lipid peroksida darah kelinci. Dosis 1 g/kg
berat badan yang digunakan dalam penelitian
tersebut sebanding dengan 10.000 ppm
ekstrak daun jati belanda pada penelitian ini,
dengan asumsi bobot kelinci yang digunakan
adalah 2 kg dan volume darah total 200 mL.
Hal ini menunjukkan bahwa penelitian
Tombilangi sejalan dengan penelitian ini,
yakni pada konsentrasi 10.000 ppm, ekstrak
air maupun ekstrak etanol 70% daun jati
belanda mampu menghambat pembentukan
lipid peroksida.
Jika dibandingkan dengan tanaman obat
lainnya, seperti contohnya daun mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.),
daun jati belanda mempunyai potensi
antioksidasi yang lebih rendah. Sulistiyani et
al. (2006) menyebutkan bahwa pada
konsentrasi 200 ppm eksrak etanol 70% daun
mahkota dewa muda dan tua mampu
menghambat pembentukan MDA masingmasing sebesar 91.1% dan 89.9%. Sementara
itu pada konsentrasi yang sama ekstrak etanol
70% daun jati belanda hanya mampu
menghambat sebesar 56.64%. Berdasarkan
hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol dari daun
jati belanda terbukti memiliki potensi sebagai
antioksidan, namun tidak sebesar tumbuhan
obat lainnya.
Adanya potensi atau khasiat seba

Dokumen yang terkait

Uji Ekstrak Metanol Dan Kloroform Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk) Terhadap Konsistensi Aktivitas Lipase dan Karakterisasi Ekstrak

0 15 44

PENENTUAN POTENSI INDUKSI APOPTOSIS TILIROSIDA DARI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Penentuan Potensi Induksi Apoptosis Tilirosida Dari Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.) Terhadap Sel T47d Dengan Metode Flow Cytometry.

0 5 14

PENENTUAN POTENSI INDUKSI APOPTOSIS TILIROSIDA DARI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) Penentuan Potensi Induksi Apoptosis Tilirosida Dari Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.) Terhadap Sel T47d Dengan Metode Flow Cytometry

2 10 13

OPTIMASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DENGAN KOMBINASI OPTIMASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DENGAN KOMBINASI MANITOL DAN GELATIN MENGGUNAKAN METODE FACTORIAL DESI

0 1 17

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster.

0 0 12

OPTIMASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DENGAN KOMBINASI OPTIMASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DENGAN KOMBINASI MANITOL dan NATRIUM KARBOKSIMETILSELULOSA DENGAN MENGG

0 0 18

Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia lamk) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol LDL Manusia.

1 22 27

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total.

3 17 19

Efektifitas Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) sebagai Antivirus Dengue secara In Vitro.

0 2 3

FORMULASI SEDIAAN PELEMBAB EKSTRAK AIR DAUN JATI BELANDA (GUAZUMA ULMIFOLIA LAMK.) DALAM BENTUK EMULSI GEL (EMULGEL)

0 0 24