INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA
SKRIPSI

Oleh :
Bayu Triono Bakti
201110230311078

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

INTENSI BERWIRAUSAHAN PADA MAHASISWA

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi

Oleh :
Bayu Triono Bakti

201110230311078

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Intensi
Berwirausaha pada Mahasiswa”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Psikologi di Universitas Muhammdiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan
serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dra. Tri Dayakisni, M. Si selaku dekan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang dan pembimbing 1 yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan
bimbingan dan arahan yang sangat membantu, sehingga membantu penulis dalam
menyelsaikan skripsi dengan baik.
2. Bapak Muhammad Shohib, S.Psi, M,Si selaku pembimbing 2 yang sangat membantu
dalam mengarahkan dan mengkoreksi selama mengerjakan skripsin ini.

3. Dr. Diah Karmiyati, Psi selaku dosen wali yang selalu mendukung dan memberi
pengarahan dari awal kuliah sampai selsainya skripsi ini.
4. Kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu yang
manfaat dari awal kuliah hingga selsainya skripsi ini.
5. Kepada semua petugas TU Fakultas Psikologi yang memberikan banyak bantuan dan
memfasilitasi seluruh dari awal kuliah hingga selsainya skripsi ini.
6. Untuk kedua orang tua yang sangat saya sayangi, terima kasih karena telah banyak
memberikan dukungan moral maupun financial dalam keadaan apapun.
7. Semua mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang telah bersedia menjadi
subyek penelitian sehingga terselesainya skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
pada penulis dalam menyelsaikan skripsi ini.
Akhir kata tiada karya manusia yang sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
dibutuhkan penulis untuk menjadikan lebih baik dalam skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu
memberikan rahmat dan ridhonya kepada kita semua. Amin.
Malang, 31 Januari 2016
Penulis

Bayu Triono Bakti


iii

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................................
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................................
ABSTRAK ..................................................................................................................
Kewirausahaan ............................................................................................................
Intensi Berwirausaha ...................................................................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berwirausaha ......................................................
METODE PENELITIAN ............................................................................................
1. Rancangan Penelitian ...........................................................................................
2. Subyek Penelitian .................................................................................................
3. Variabel dan Instrumen Penelitian .......................................................................
4. Prosedur Penelitian dan Analisis Data Penelitian ................................................
5. Tahap Analisa Data ..............................................................................................
HASIL PENELITIAN .................................................................................................
DISKUSI ......................................................................................................................

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ..................................................................................
REFERENSI .................................................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................................

iv

i
ii
iii
iv
v
1
4
5
6
7
7
7
7
7

8
9
11
13
13
15

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka ....................................................................
Tabel 2. Indeks Validitas dan Realibitas Skala Intensi Berwirausaha ........................
Tabel 3. Deskripsi Subjek Berdasarkan Identitas Responden .....................................
Tabel 4. Perhitungan T-score Intensi ...........................................................................
Tabel 5. Perhitungan T-score Dimensi Intensi ............................................................
Tabel 6. Perhitungan Frekuensi Usia ...........................................................................
Tabel 7. Perhitungan Frekuensi Jenis Kelamin ............................................................
Tabel 8. Perhitungan Faktor Intensi Berdasarkan Usia ................................................
Tabel 9. Perhitungan Faktor Intensi Berdasarkan Jenis Kelamin ................................

v


3
8
9
9
9
10
10
10
10

INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA
Bayu Triono Bakti
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Bayutrionob078@gmail.com
Negara dikatakan maju apabila 20% dari total keseluruhan menjadi seorang wirausaha.
Indonesia masih menjadi negara berkembang karena masih dibawah 2% penduduknya
menjadi wirausaha. Selain itu masih tingginya angka pengangguran salah satunya adalah
lulusan sarjana sebanyak 5,65%. Karena itu diharapkan mahasiswa mempunyai intensi
berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensi wirausaha yang dimiliki
mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan penelitian

skala untuk mengumpulkan data. Subyek penelitian adalah mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Malang dengan menggunakan teknik Insidental sampling. sebanyak 80,77%
mahasiswa memiliki intensi berwirausaha, sedangkan 19,33% memiliki intensi wirausaha
yang rendah. Pada penelitian ini, intensi didasari oleh 3 faktor, yaitu (1) sikap berperilaku
(attitude) (2) Norma Subjektif (Subjective Norm) (3) Persepsi Kontrol Perilaku (Perceived
Behavior Control). Faktor sikap berperilaku diketahui kategori tinggi 88,46% dan pada faktor
persepsi kontrol perilaku diketahui kategori tinggi 84,62%. Sedangkan pada faktor norma
subyektif diketahui rendah dengan 9,23%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya intensi
berwirausaha yang tinggi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.
Kata Kunci: intensi, Mahasiswa
The state said forward when 20 % of the total be a entrepreneurs. Indonesia remains a
developing country because it is still under 2 % was being entrepreneurs. In addition, there
are still high unemployment one is college graduates about 5,65 %. Because of that expected
the university students have entrepreneurial intent. This research aims to understand
entrepreneurial intent owned the university student. The research is research descriptive by
using research scale to collect the data. Subjects research is a university student of
Muhammadiyah Malang using incidental sampling technique. Some 80,77 % students have
entrepreneurial intent, while 19,33 % having entrepreneurial intent low. In this research, are
based on the intent 3 factors, which are (1) attitude (2) subjective norm (3) perceived
behavior control. Factors attitude behave known category high 88,46 % and on the

perception control behavior known category high 84,62 %. While on the norm subjective
known low with 9,23 %. This research result indicates the presence of entrepreneurial intent
high university student of Muhammadiyah Malang.
Keywords: Intension, Student

Ketatnya persaingan dalam dunia mencari pekerjaan apalagi jika menginginkan pekerjaan
yang sesuai dengan keinginan semakin sulit. Hal ini dikarenakan jumlah lapangan pekerjaan
semakin sedikit, sehingga sudah saatnya mahasiswa tidak lagi mencari pekerjaan tetapi
menciptakan lapangan pekerjaan melalui wirausaha. Tidak dapat dipungkiri bahwa
1

2

kesempatan kerja sangat terbatas dan tidak berbanding lurus dengan lulusan lembaga
pendidikan baik dasar, menengah, maupun lulusan perguruan tinggi. Tidak mudah
memperoleh lapangan pekerjaan apabila menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan ilmu
yang dipelajarinya atau sesuai dengan harapan.
Di sisi lain saat ini mahasiswa yang lulus diharapkan memiliki kompetensi sesuai dengan
bidang pendidikan yang ditempuhnya sehingga lebih mampu bersaing dalam mendapatkan
pekerjaan. Sementara jumlah lapangan kerja semakin terbatas sehingga sudah semestinya

merubah paradigma agar mahasiswa tidak hanya mencari pekerjaan tetapi juga harus dapat
menciptakan pekerjaan melalui pendidikannya. Mahasiswa yang lulus nantinya lebih siap
berwirausaha dan tidak hanya menitik beratkan menjadi karyawan atau pegawai pemerintah.
Peran entrepreneur dalam menentukan kemajuan suatu negara telah dibuktikan oleh beberapa
negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, plus tetangga terdekat kita, yaitu Singapura dan
Malaysia. Di Amerika Serikat, sampai saat ini, sudah lebih dari 12 persen penduduknya
menjadi entrepreneur, dan dalam setiap 11 detik lahir entrepreneur baru, serta data
menunjukkan bahwa 1 dari 12 orang Amerika Serikat terlibat langsung dalam kegiatan
entrepreneur. Itulah yang menjadikan Amerika Serikat sebagai negara adi kuasa dan super
power (Sari dalam Mindagi 2014).
Menurut Suryana (2003), kewirausahaan memiliki hahekat penting sebagai berikut: (1)
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis. (2)
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(ability to create the new and different). (3) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan
kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan. (4) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk
memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth), (5)
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan
sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih. (6) Kewirausahaan

adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber
melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Mandagi mengatakan dalam penelitiannya (2014), perguruan tinggi berperan penting dalam
menciptakan mahasiswa kreatif dalam berwirausaha karena Perguruan Tinggi sebagai salah
satu pusat pembinaan dan pengembangan kewirausahaan. Ditetapkan melalui hasil pertemuan
Kerjasama Ekonomi wilayah Asia dan Pasifik atau APEC (Asia-Pacific Economic
Cooperation) di Seatle, Amerika Serikat, yang salah satu agenda kesepakatan adalah bahwa
untuk membantu mempercepat pertumbuhan perekonomian di wilayah Asia dan Pasifik
secara luas, perlu ada kerjasama “tripartite” antara “Government–Business– Universities’
Lely & Heni dalam penelitianya (2011), menyebutkan Faktor-faktor sosio demografi dalam
hal ini pekerjaan orangtua sebagai wirausahawan dan pengalaman berwirausaha mahasiswa
terbukti berpengaruh signifikan terhadap niat kewira-usahaan mahasiswa. Selain itu juga
Faktor-faktor kontekstual yaitu, academic support dan social support, terbukti berpengaruh
secara signifikan dan positif terhadap niat kewirausahaan mahasiswa, dan Faktor-faktor
kontekstual yaitu tingkat keikut sertaan mahasiswa dalam pelatihan/pendidikan
kewirausahaan, dan kondisi lingkungan usaha (environmental support) tidak terbukti berpengaruh terhadap niat kewirausahaan mahasiswa.

3

Menurut David McCelland dalam Sumarsono (2013), suatu negara akan maju jika mempunyai

paling sedikit 2 persen dari total jumlah penduduk adalah wirausaha. Seharusnya jumlah
wirausaha di Indonesia saat ini sedikitnya 4.400.000 atau 2 persen dari total jumlah penduduk,
namun saat ini baru ada 400.000 pengusaha di Indonesia. Ironisnya, peningkatan jumlah
penganggur justru semakin didominasi oleh penganggur yang terdidik. Hal ini
mengindikasikan bahwa lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job
seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator).
Masalah pengangguran merupakan salah satu permasalahan besar bidang ketenagakerjaan di
Indonesia. Masalah pengangguran selalu menjadi sorotan publik karena angka pengangguran
di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Fakta lapangan yang semakin menyedihkan
adalah angka pengangguran terdidik di Indonesia cukup besar. Hal ini sangat disayangkan
karena jika dilihat dari kemampuan dan keahlian yang dimiliki mahasiswa, seharusnya
individu tersebut mampu memperoleh pekerjaan ataupun justru membuka lapangan kerja
sendiri. Organisasi Perburuhan Internasional, the International Labour Organization (ILO)
mencatat bahwa jumlah pengangguran yang ada di negara Indonesia meningkat mencapai
5,94% hingga bulan Agustus 2014.
Hasil penelitian Indarti (dalam Wibowo 2011), menunjukan bahwa orientasi pendidikan atau
kurikulum pendidikan ekonomi dan bisnis bagi mahasiswa di Indonesia tidak diarahkan untuk
membentuk wirausaha. Akan tetapi cenderung untuk mempersiapkan dan membekali
mahasiswa untuk bekerja di perusahaan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa tingkat penggangguran lulusan
perguruan tinggi masih cukup besar. Berikut ini gambaran data Badan Pusat Statistik (BPS)
tentang tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2013- 2014 (persen)
Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan
SD ke Bawah

2013
Februari

2014
Agustus

Februari

Agustus

3,61

3,51

3,69

3,04

SMP

8,24

7,60

7,44

7,15

SMA

9,39

9,74

9,10

9,55

SMK

7,68

11,19

7,21

11,24

Diploma I/II/II

5,65

6,01

5,87

6,14

Universitas

5,04

5,50

4,31

5,65

Jumlah

5,92

6,25

5,70

5,94

(Sumber: www.bps.go.id)
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pengangguran dari kalangan terdidik cukup
tinggi. Lulusan universitas yang merupakan jenjang pendidikan tertinggi menyumbangkan
5,50% pengangguran dari total pengangguran di Indonesia pada Agustus 2013 dan 5,65%

4

pada tahun 2014. Jumlah tersebut dapat menjadi pertanda bahwa ternyata lulusan universitas
tidak menjamin seseorang memiliki pekerjaan. Bertolak dari kondisi saat ini, profesi sebagai
wirausaha tampak sebagai salah satu solusi yang tepat. Orang-orang tidak lagi
menggantungkan diri pada lapangan kerja yang tersedia, tetapi mulai berpikir bagaimana
caranya dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Pemerintah juga mulai gencar
mencanangkan gerakan kewirausahaan nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan (Dirjen Dikti Kemendikbud) juga mendukung
pengembangan program kewirausahaan bagi mahasiswa. Dirjen Dikti Kemendikbud telah
meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) untuk dilaksanakan dan dikembangkan
oleh perguruan tinggi negeri dan kewirausahaan sebagai bagian kurikulum yang diberikan di
setiap fakultas.
Tony (2007), penelitiannya menunjukkan bahwa kontribusi variabel Adversity Intelligence
terhadap intensi berwirausaha adalah 11% sedangkan 89% lainnya dijelaskan oleh faktor lain.
Dari penelitian tersebut terdapat hubungan positif yang signifikan antara Adversity
Intelligence dengan intensi berwirausaha. Hubungan positif tersebut menjelaskan bahwa
semakin tinggi Adversity Intelligence siswa maka semakin tinggi intensi berwirausaha siswa,
sebaliknya semakin rendah Adversity Intelligence siswa maka semakin rendah pula intensi
berwirausaha siswa.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua orang memiliki niat berwirausaha. Hasil
survei wawancara dengan mahasiswa program studi Fakultas Psikologi UMM ditemukan
bahwa masih ada mahasiswa yang belum memiliki niat untuk berwirausaha, para mahasiwa
lebih memilih menjadi pegawai atau karyawan setelah lulus kuliah, karena menurutnya
profesi sebagi pegawai atau karyawan dinilai lebih praktis dan menyenangkan dari pada
berwirausaha, mahasiswa masih sulit menemukan ide berwirausaha dan kesulitan
memperoleh modal untuk berwirausaha serta takut akan kegagalan. Tujuan penelitian ini
adalah ingin mengetahui gambaran intensi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
dalam berwirausaha.
Kewirausahaan
Istilah entrepreneur (wirausaha) berasal dari bahasa Perancis entreprende yang berarti
berusaha atau mengusahakan. Sedangkan entrepreneur dalam bahasa Indonesia dapat
diartikan wirausaha yang berasal dari kata `wira`, memiliki makna sebagai orang yang berani,
teladan, utama, atau patut dicontoh, sedangkan usaha yang berarti kerja keras untuk
memperoleh hasil atau menghasilkan sesuatu. Sehingga wirausaha adalah seseorang yang
mempunyai kreativitas dan semangat yang tinggi untuk bekerja dan berhasil dalam usahanya.
Kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan
usaha yang diperlukan, adanya asumsi keuangan yang menyertainya, risiko sosial, dan
mendapatkan penghargaan yang dihasilkan dari kepuasan pribadi. Kewirausahaan adalah
proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai
modal dan risiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.
Kewirausahaan sering dikaitkan dengan proses, pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis
baru yang berorientasi pada pemerolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan pembentukan
produk atau jasa baru yang unik dan inovatif (Suryana dan Bayu, 2011).

5

Zimmerer (dalam Kasmir, 2011) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah suatu proses
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Kewirausahaan merupakan proses penciptaan sesuatu
yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang telah ada (inovasi),
tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.
Meredith (Suryana, 2008) mengemukakan bahwa: Berwirausaha berarti memadukan watak
pribadi, keuangan, dan sumber daya. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan suatu
pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan,
mengambil risiko, keputusan, dan tindakan untuk mencapai tujuan.
Intensi Berwirausaha
Intensi merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku manusia dan sebagai sebuah
konstruk psikologis yang menunjukkan kekuatan motivasi seseorang dalam hal perencanaan
yang sadar dalam usaha untuk menghasilkan perilaku yang dimaksud (Eagly & Chaiken,
1993). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kewirausahaan
adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan,
mengembangkan, dan bersedia mengambil resiko pribadi dalam menemukan peluang
berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk,
mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk,
memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Sedangkan pengertian intensi adalah
kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku
tertentu. Berdasarkan pendapat mengenai intensi dan wirausaha yang telah dikemukakan,
maka intensi berwirausaha adalah keinginan atau niat yang ada pada diri seseorang untuk
melakukan suatu tindakan wirausaha.
Hisrich & peters (2002) mengemukakakan bahwa kewirausahaan berkaitan dengan suatu
perilaku yang mencakup: (a) inisiatif (b) kemampuan untuk mengelola sumber daya, baik
sumber daya manusia atu sumber daya alam dalam berbagai situasi untuk menciptakan
keuntungan (c) berani mengambil resiko. Gray (Nababan, 2003) mentebutkan terdapat 20 ciri
atau sifat umum seorang wirausaha, yaitu: Kemauan kuat untuk mencapai tujuan, kebutuhan
untk bergaul erat dengan orang lain, kebutuhan untuk bergaul erat dengan karyawan,
kemampuan untuk menerima ketidakpastian, kesehatan fisik yang baik, tingkat energi yang
tinggi, kemampuan untuk menghadapi resiko, yakin pada diri sendiri, inovatif, kemampuan
memimpin secara efektif, sabar, keinginan kuat memiliki uang, terorganisasi baik, keinginan
untuk mencipta, kebutuhan kekuasaan, ketekunan, percaya diri, keinginan dan kemauan
mengambil inisiatif, persaingan, kepandaian yang beragam.
Menurut Katz dan Gartner (dalam Indarti dan Rostiani, 2008), intensi kewirausahaan dapat
diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pembentukan suatu usaha. Menurut Fishbein dan Ajzen (Wijaya, 2007), intensi merupakan
komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku
tertentu.
Linan dalam penelitiannya (2004), menyebutkan intensi merupakan elemen yang
fundamental yang dapat menjelaskan sebuah perilaku. Armitage dan Corner (1999)
mengungkapkan bahwa sebagai prediktor perilaku, intensi dipandang sebagai motivasi yang
sangat diperlukan ketika seseorang akan melakukan perilaku tertentu. Fishbein dan Ajzen
(dalam Wijaya, 2007) menerangkan bahwa intensi merupakan prediktor sukses dari perilaku

6

karena ia menjembatani sikap dan perilaku. Lebih lanjut Krueger dan Carsrud (Indarti dan
Rostiani, 2008) menyatakan bahwa intensi telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi
perilaku kewirausahaan.
Choo dan Wong (Indarti dan Rostiani, 2008) menyatakan bahwa intensi dapat dijadikan
sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi
wirausaha. Bandura (Wijaya, 2007) menyatakan bahwa: Intensi merupakan suatu kebulatan
tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa
depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital dari self regulation individu yang
dilatarbelakangi oleh motivasi seseorang untuk bertindak.
Intensi kewirausahaan diartikan sebagai keinginan atau niat yang ada pada diri seseorang
untuk menampilkan perilaku berwirausaha yang dapat dilihat dari niatan individu untuk dapat
menanggung resiko, memanfaatkan peluang, menjadi seorang yang kreatif dan mandiri serta
mampu mengolah sumber daya yang ada.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha
Salah satu model perkembangan niat yang dirumuskan oleh Ajzen (dalam Sarwoko, 2011)
yaitu Theory of Planned Behavior (TPB). TPB mengidentifikasikan tiga faktor yang
mendahului niat. Dua faktor mencerminkan keinginan yang dirasakan untuk melakukan suatu
perilaku yaitu: sikap pribadi (personal attitude) terhadap hasil perilaku dan norma-norma
sosial (subjective norm) yang dirasakan. Faktor yang ketiga adalah kontrol perilaku yang
dirasakan (perceived feasibility), mencerminkan persepsi bahwa perilaku dikontrol secara
pribadi.
Menurut Ajzen (dalam Sarwoko, 2011), terbentuknya intensi dapat diterangkan dengan TPB
yang mengasumsikan manusia selalu mempunyai tujuan dalam berperilaku. Teori ini
menyebutkan bahwa intensi adalah fungsi dari tiga determinan dasar, yaitu: sikap berperilaku
(attitude), norma subyektif (subjective norm), dan persepsi kontrol perilaku (perceived
behavior control). Adapun penjelasannya adalah (1) Sikap berperilaku (attitude), yang
merupakan dasar bagi pembentukan intensi. Sikap terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh
keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa hasil yang diinginkan atau tidak
diinginkan. Terdapat dua aspek pokok dalam sikap terhadap perilaku, yaitu: keyakinan
individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan
akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang
obyek sikap dapat pula berupa opini individu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan.
Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap, maka akan semakin
positif pula sikap individu terhadap obyek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya. (2)
Norma subyektif (subjective norm) yaitu keyakinan individu akan norma, orang sekitarnya
dan motivasi individu untuk mengikuti norma tersebut. Terdapat dua aspek pokok dalam
norma subjektif, yaitu: keyakinan akan harapan-harapan norma referensi dan motivasi
kesediaan individu untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak
lain yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus berperilaku. (3) Persepsi
kontrol perilaku (perceived Behavior Control), yang merupakan dasar bagi pembentukan
kontrol perilaku yang dipersepsikan. Kontrol perilaku yang dipersepsikan merupakan persepsi
terhadap kekuatan faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit suatu perilaku.
Menurut Indarti dan Kristiansen (2003), intensi berwirausaha dipengaruhi oleh tiga hal yaitu
faktor demografi dan latar belakang individu, faktor kepribadiannya (personality), dan yang

7

terakhir faktor elemen kontekstual. Faktor demografis ini antara lain gender, umur,
pendidikan pengalaman seseorang. Faktor karakteristik kepribadian seseorang. Mc Clelland
dalam Indarti dan Rostiani (2008), memperkenalkan bahwa konsep kebutuhan akan
berprestasi sebagai salah satu motif psikologis. Lebih lanjut, Mc Clelland menegaskan
bahwa kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang
akan mendorong seseorang untuk memiliki intensi kewirausahaan. Friedman dan Shustack
(2008) menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki kebutuhan akan berprestasi mempunyai
kecenderungan untuk tekun bahkan terdorong untuk memenuhi tugas yang diembankan pada
dirinya. Indarti dan Rostiani, (2008) mengemukakan bahwa elemen kontekstual meliputi tiga
faktor yang mempengaruhi wirausaha yaitu akses mereka kepada modal, informasi dan
kualitas jaringan sosial yang dimiliki, yang kemudian disebut kesiapan instrumen.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan tipe penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode perhitungan statistik dengan menggunakan sakala intensi berwirausaha
Subyek penelitian
Subyek yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mahasiwa Universitas Muhammadiyah
Malang sebanyak 130 subyek. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Insidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel dan cocok sebagai sumber data. Penelitian ini akan mencari subyek mahasiswa
Universitas Muhammadiah Malang
Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah intensi berwirausaha dengan menggunakan skala intensi
yang dijelakaskan oleh Fishbein dan Ajzen (1991) teori tingkah laku terencana (theory of
planned behavior) menjelaskan intensi sebagai representatif kognitif dan konatif dari kesiapan
individu untuk menampilkan suatu perilaku. intensi merupakan penentu dan disposisi dari
perilaku hingga individu dapat menampilkan perilaku tersebut secara nyata. Adapun intesi
dipengaruhi oleh 3 faktor yang meliputi (1) sikap beperilaku (2) norma subyektif (3) persepsi
kontrol perilaku.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membagikan
angket intensi wirausaha Sebanyak 25 item. Skala ini disusun mengunakan instrumen dari
theory of planned behavior dengan menggunakan sakala likert dengan empat pilihan jawaban
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) dengan bobot nilai
4,3,2,1.
Prosedur Penelitian & Analisis Data Penelitian
Tahap persiapan, Sebelumnya telah dilakukan penyusunan alat ukur intensi wirausaha
mahasiwa dari teori TPB Fisbhein & Ajzen, selanjutnya dilakukan try out pada instrument

8

yang sudah dibuat terhadap skala dan menganalisa data yang valid dan tidak valid, serta
menguji relialibilitas instrument yang akan digunakan tesebut.
Tahap pelaksanaan Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap
penusunan/persiapan, pelaksanaan, dan anslisa. Tahap persiapan diawali dengan penyusunan
rancangan penelitian dan subyek peneltian. Berikutnya, melaksankan dan meneberkan sakala
try out atau uji coba skala Sebelumnya telah melakuan try out skala pada tanggal 19
september 2015 pada mahasiswa semester 6 dan 7 sebanyak 60 orang. disusun sebanyak 36
item skala didapat 25 item valid yang mewakili masing-masing dari tiga indictor teori intensi.
Dilakukan pembenahan pada skala dengan mengganti beberapa item yang tidak valid.
Kemudian pada tanggal 8 januari 2016 dilakukan try out ulang pada mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Malang kususnya pada GKB 1. Ditemukan 1 item yang tidak valid
Penyebaran instrument penelitian berupa skala intensi berwirausaha kepada subjek dilakukan
selama tiga hari pada tanggal 13, 14 & 15 januari penelitian dalam hal ini adalah mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang.pada tahun ajaran 2015-2016 sebanyak 130 orang. Ini
dilakuakan peneliti dengan cara mencari mahasiswa pada fakultas Psikologi pada GKB 1
lantai 4, di lorong kelas, tempat duduk dan lantai 3,5.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang intensi kewirausahaan pada mahasiswa.
Responden yang digunakan sebagai sumber data penelitian adalah 130 mahasiswa. Pengujian
instrumen menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat digunakan dalam penelitian ini.
Hasil uji validitas dan uji realibilitas seluruh item pertanyaan adalah valid karena masingmasing item nilai corrected Item-Total Correlation memiliki nilai lebih besar dari standar
minimum jika dibandingkan dengan nilai pada tabel t. Untuk mengetahui hasil uji validitas
dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Skala Intensi Berwirausaha
Faktor Intensi
Norma Subyektif
Sikap
Kontrol Perilaku

Validitas
0,276
0,641
0,682

Reliabilitas
0,819
0,672
0,661

Tahap Analisa Data
Setelah data kasar didapat maka, mulai dilakukan analisa pada data tersebut. Penelitian
dengan analisis deskriptif adalah penelitian dengan semata mata berusaha untuk memberikan
gambaran atau mendeskripsikan keadaan objek atau permasalahan tanpa ada maksud untuk
membuat kesimpulan dan generelisasi, karena penelitian jenis ini tidak menggunakan
hipotesis. Selanjutnya untuk mendeskripsikan intensi berwirausaha pada mahasiswa dilakukan
dalam bentuk prosentase kemudian dianalisis secara kualitatif, yaitu menginterpretasikan data
yang telah disusun secara sistematis dan selanjutnya diambil kesimpulan. Analisis data yang
digunakan untuk mendeskripsikan kecerdasan emosional pada mahasiwa yaitu t-score. Cara
penghitungannya dibantu dengan mengguakan program SPSS 17.00 for windows.

9

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil jawaban pada skala yang telah diisi oleh 130 orang responden dalam
penelitian ini setelah dianalisis diperoleh hasil bahwa dari masing-masing sampel memiliki
karakteristik yang berbeda-beda yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 3. Deskripsi subjek berdasarkan identitas responden
No

Usia (Tahun)

Frekuensi

Prosentase

Usia

19
20
21
22
23
24
25
Laki-laki
Perempuan

9
12
22
36
21
26
3
62
68

6,9%
10%
16,9%
27,7%
16,2%
20%
2,3%
47,3%
52,3%

Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa deskripsi subjek penelitian ini berdasarkan
usia antara 19-20 tahun sebanyak 16,5% sedangkan yang berusia antara 21-25 tahun sebanyak
83,85%. Dilihat dari semester jenis kelamin adalah laki-laki 47,7% dan perempuan 52,3%.
Table 4. Perhitungan T-score intensi
Kategori
Tinggi
Rendah

Interval
T-score ≥ 50
T-score < 50

Frekuensi
105
25

Prosentase
80,77%
19,23%

Berdasrkan table diatas dapat diketahui bahwa dari 130 subyek penelitian, ada 105 atau
80,77% yang memiliki intensi wirausaha tinggi dan 25 subyek atau 19,23% yang memiliki
intensi berwirausaha yang rendah.
Tabel 5. Perhitungan T-Score Dimensi intensi
Dimensi
Norma subyektif
Sikap
kontrol perilaku

Kategori
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah

Interval
T-score ≥ 50
T-score < 50
T-score ≥ 50
T-score < 50
T-score ≥ 50
T-score < 50

Frekuensi
12
118
115
15
110
20

Prosentase
9,23%
90,77%
88,46%
11,54%
84,62%
15,38%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dalam norma subyektif bahwa dari 130 subyek
peneilitian ada 12 atau 9,23% memiliki norma subyekti tinggi, sedangkan 118 atau 90,77
memiliki norma subyektif rendah. dalam dimensi sikap dari 130 subyek penelitian ada 115
atau 88,46% yang memiliki sikap tinggi, sedangkan ada 15 atau 11,54% yang memiliki sikap

10

yang rendah. dalam dimensi persepsi kontrol perilaku 130 subyek penelitian ada 110 atau
84,62% yang memiliki persepsi kontrol perilaku tinggi, sedangkan 20 atau 15,38% subyek
yang memiliki persepsi kontrol perilaku yang rendah.
Table 6. perhitungan frekuensi usia
Usia

19-21 tahun

22-25 tahun

Laki-laki

Jenis kelamin

Perempuan

12,31%

21,54%

35,38%

30,77%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada subyek penelitian jenis kelamin laki-laki
usia 19-21 sebesar 12,31% sedangkan pada subyek laki-laki umur 22-25 sebesar 35,38%.
subyek perempuan pada umur 19-21 ditemukan hasil sebesar 21,54% sedangkan pada rentan
umur 21-25 ditemukan hasil sebesar 30,77%.
Tabel 7. perhitungan frekuensi jenis kelamin
Usia

19-21 tahun
22-25 tahun

Laki-laki
Frekuensi
Prosentase
16
12,31%
46
35,38%

Jenis kelamin

Perempuan
Frekuensi
Prosentase
28
21,54%
40
30,77%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa intensi berwirausaha mahasiswa yang berusia
antara 19-21 tahun yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 mahasiswa atau 12,31%, yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 mahasiswa atau 21,54%, sedangkan untuk golongan
usia antara 22-25 tahun yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 46 mahasiswa atau 35,38%
dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 40 mahasiswa atau 30,77%. Dengan
demikian intensi berwirausaha mahasiswa ini didominasi oleh laki-laki yang berusia antara
22-25 tahun.
Tabel 8. Perhitungan faktor intensi berdasarkan usia

Faktor intensi
Norma subyektif
Sikap
Persepsi Kontrol
Perilaku

19-21 Tahun
Frekuensi
Prosentase
44
33,85%
44
33,85%
44
33,85%

Usia

22-25 Tahun
Frekuensi
Prosentase
86
66,15%
86
66,15%
86
66,15%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa intensi berwirausaha mahasiswa yang berusia
antara 19-21 tahun pada masing-masing aspek yaitu norma subyektif, sikap, dan persepsi
kontrol perilaku sebanyak 44 mahasiswa atau 33,85%, dan yang berusia 22-25 tahun pada
masing-masing faktor yaitu norma subyektif, sikap, dan kontrol perilaku adalah 86 mahasiswa
atau 66,15%.

11

Tabel 9. Perhitungan faktor intensi berdasarkan jenis kelamin

Faktor Intensi
Norma subyektif
Sikap
Persepsi Kontrol
Perilaku

Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Frekuensi
Prosentase
Frekuensi
Prosentase
62
47,69%
68
52,31%
62
47,69%
68
52,31%
62
47,69%
68
52,31%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa intensi berwirausaha mahasiswa yang
berjenis kelamin perempuan pada setiap aspek yaitu norma subyektif, sikap, dan kontrol
perilaku sebanyak 62 mahasiswa atau 47,69%, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan
pada setiap aspek yaitu norma subyektif, sikap, dan kontrol perilaku sebanyak 68 mahasiswa
atau 52,31%. Dengan demikian intensi berwirausaha mahasiswa ini didominasi oleh
perempuan.
DISKUSI
Penelitian ini mengungkap tentang intensi berwirausaha pada mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Malang. Dimana para mahasiswa memiliki niat berwirausaha yang tinggi
pada aspek sikap dan kontrol perilaku, sedangkan pada aspek norma subyektif menunjukkan
bahwa niat untuk berwirausaha mahasiswa adalah rendah.
Pada faktor norma subyektif ini memiliki nilai yang rendah hal ini menunjukkan bahwa pada
faktor norma subyektif masih belum bisa menerima. Dalam penelitian Koranti (2013),
menyebutkan bahwa mahasiwa yang memliki latar belakang orang tua sebagai wirausaha
memiliki minat wirausaha yang lebih tinggi. Hal ini juga menjadi salah satu faktor sebagai
penunjang untuk mahasiswa menjadi seorang wirausaha.
Namun pada faktor sikap dan persepsi kontrol perilaku para mahasiswa ini termasuk memiliki
keinginan atau niat dalam berwirausaha yang tinggi. Dalam melakukan kegiatan berwirausaha
terlebih dahulu harus ada keinginan dalam diri seseorang, karena dalam setiap perilaku atau
perbuatan terlebih dahulu diawali oleh adanya keinginan. Keinginan ini oleh Fishbein dan
Ajzen (1975) disebut dengan intensi, yaitu komponen dalam diri individu yang mangacu pada
keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi diasumsikan dapat menangkap
faktor-faktor yang memotivasi dan yang berdampak kuat pada tingkah laku, sehingga intensi
dapat dijadikan sebagai pendekatan yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan
menjadi wirausaha (Choo dan Wong, 2006; dalam Indarti & Rostiani, 2008). Hasibun (dalam
Koranti, 2013) Selain itu motivasi dan minat dianggap sebagai faktor penting dalam
berwirausaha, karena mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan mencapai
hasil yang optimal
Berdasarkan hasil penelitian lain oleh Krueger dan Carsrud (1993), bahwa intensi telah
terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan. Oleh karena itulah
pentingnya mengetahui intensi dalam penelitian ini guna memprediksi perilaku yang akan
muncul, seperti yang dijelaskan kembali oleh Fishbein dan Ajzen (1975) bahwa kemauan
yang kuat untuk melakukan suatu tingkah laku dapat dijelaskan melalui konsep intensi.

12

Pengetahuan kewirausahaan mendukung nilai-nilai wirausaha terutama bagi mahasiswa,
sehingga diharapkan menumbuhkan jiwa usaha untuk berwirausaha. Sikap, motivasi dan
minat mahasiswa sangat dibutuhkan bagi mahasiswa yang berwirausaha agar mampu
mengidentifikasi peluang usaha, kemudian mendayagunakan peluang usaha untuk
menciptakan peluang kerja baru. Minat mahasiswa dan pengetahuan mereka tentang
kewirausahaan diharapkan akan membentuk kecenderungan mereka untuk membuka usaha
baru di masa mendatang. Dari sini dapat diketahui bahwa yang dimaksud minat berwirausaha
merupakan keinginan, keterkaitan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berusaha
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan risiko dari kegagalan yang dialami.
Minat menjadi wirausaha didefinisikan sebagai keinginan seseorang untuk bekerja mandiri
(self-employed) atau menjalankan usahanya sendiri.
Diketahui bahwa pada usia 22-25 tahun subyek lebih tinggi angka dalam intensi
berwirausaha. Ginzberk dkk (dalam Santrock, 2002) Karena pada fase ini individu
mengekplorasi lebih luas tentang karir yang ada, kemudian memfokuskan diri pada karir
tertentu dan akhirnya memilih pekerjaan tertentu. Sehingga mahasiswa pada usia ini sudah
matang dalam bepikir tentang karir apa yang akan dia ambil. Super (dalam santrock, 2002)
Selain itu pada usia antara 21 dan 24 tahun mudah menyelsaikan pendidikan dan pelatihan
mereka dan memasuki beberapa tipe karir. Selanjutnya pada usia 25 seseorang akan
menentukan keputusan karirnya secara stabil
Selain itu ditemukan bahwa yang paling tinggi minat berwirausaha adalah subyek laki-laki,
meskipum secara keseluruhan intensi wirausaha didominasi oleh perempuan. Hal ini sejalan
dengan tulisan Herbert (dalam santrock,2002) perbedaan kritis antara laki-laki dan perempuan
adalah, perempuan mampu merasakan dan mengartikulasikan persaan mereka. Berbeda
dengan laki-laki, karena pengkondisian maskulinitas mereka tidak dapat mersakan dan
mengartikulasikan persaan mereka sehingga menjadikan mereka pekerja yang produktif dan
efektif.
Horn (dalam Metia, 2004) mengatakan bahwa intensi merupakan sebuah istilah yang terkait
dengan tindakan dan merupakan unsur penting dalam sejumlah tindakan, yang menunjuk pada
keadaan pikiran seseorang yang diarahkan untuk melakukan sesuatu tindakan yang
senyatanya dapat atau tidak dapat dilakukan, dan diarahkan entah pada tindakan sekarang atau
pada tindakan yang akan datang. Intensi memainkan peranan yang khas dalam mengarahkan
tindakan, yaitu menghubungkan antara pertimbangan yang mendalam, diyakini dan
diinginkan oleh seseorang dengan tindakan tertentu. Oleh karena itu menurut Choo & Wong
(Indarti dan Rostiani, 2008) intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal
untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi seorang wirausaha.
TPB merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk menilai intensi seseorang dan
teori ini telah diakui sebagai model terbaik untuk memahami perubahan perilaku dan telah
dibuktikan sesuai untuk menilai intensi berwirausaha. TPB dapat menjelaskan dan
memprediksi perilaku seseorang, Li Wei menyatakan bahwa TPB dapat dijadikan sebagai alat
untuk memahami intensi berwirausaha. TPB menjelaskan bahwa sikap, norma subyektif dan
kontrol perilaku sebagai variabel yang mendahului intensi dan perilaku. Teori rencana
perilaku Model TBP telah diakui sebagai model yang baik untuk memahami perubahan
perilaku dan telah dibuktikan berlaku untuk menilai intensi berwirausaha.

13

SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan mahasiwa memiliki intensi
intensi berwirausaha yang tinggi. Dengan memiliki aspek sikap dan kontrol perilaku yang
tinggi. Tetapi rendah pada aspek norma subyektif.
Saran kepada orang tua maupun orang terdekat untuk memberikan dukungan bentuk apapun
kepada mahasiwa yang ingin melakukan wirausaha. Selain itu, lebih tersedianya sarana
sebagai penunjang seseorang untuk menjadi wirausaha. Adanya pendidikan formal yang
mengajarkan dasar untuk mahasiwa belajar menjadi wirausaha. Karena pada realita yang ada,
banyak mahasiswa yang memepunyai niatan untuk berwirausaha. Hal ini dilihat dari hasil
sikap dan kontrol perilaku dalam berwirausaha yang tinggi.
Saran kepada penelitian selanjutnya supaya lebih bisa memberikan gambaran faktor apa saja
dalam norma subjektif yang bisa mendukung atau menghambat mahasiswa dalam
berwirausaha. Agar dikaji kebih jauh apa saja yang menjadi faktor pendukung mahasiswa
dalam berwirausaha.
REFERENSI
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ajzen, I (2006). The theory of planned behavior. Retrived Desember, 19,2015 from: 5.
Baron, R.A., & Byrne, D. (2004). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.
Caecilia S. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha siswa SMK. jurnal
pendidikan vokasi, Vol 2, 119-120.
Friedman & Schustack. (2008). Kepribadian: teori klasik & riset modern. (Alih Bahasa:
Fransiska Dian Ekarini, S. Psi., Maria Hani dan Andrea Provita Prima). Jakarta:
Erlangga.
Indarti, N and Stein, K. (2008). Determinants of entrepreneurial intention: the case of
norwegian student, Gadjah Mada International Journal of Business. (Vol. 5, No. 1). pp.
79-95.
Kasmir. (2011). Kewirausahaan. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kemendikbud. (2013). Program Wirausaha Mahasiswa (PMW). Diunduh
http://www.dikti.go.id/page_id=447&lang=id, pada tanggal 2 Februari 2014.

dari:

Koranti, K. (2013. Analisis pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap minat
berwirausaha. (Vol. 5, ISSN: 1858 – 2559)
Linan, F. (2004). Intention-based models of entrepreneurship education. Piccolla

14

Impresa/Small Business, Iss. 3: 11-35.
Mandagi, M. (2014). Strategi perguruan tinggi dalam mewujudkan entrepreneurial campus.
Jurnal Kajian Pendidikan. ISSN 2088-1290. 257 – 258
Marcer, J., & Clayton, D., (2012). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.
Indarti, N. & Rostiani, R. (2008). Intensi kewirausahaan mahasiswa: studi perbandingan
antara Indonesia, Jepang dan Norwegia.” jurnal ekonomika dan bisnis Indonesia.
(Vol. 23, No. 4). Diunduh dari http://directory.umm. ac.id/Wirausaha/indarti-rostianijebi-2008.pdf, tanggal 10 Februari 2014.
Nurazizah, R. (2011). Hubungan efikasi diri dengan minat kewirausahaan pada mahaiswa.
Jurnal fakultas ekonomi universitas Islam negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Santrock, J (2002). Perkembangan masa hidup. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sarwoko, E. (2011). Kajian empiris entrepreneur intention mahasiswa. Jurnal Ekonomi
Bisnis (Vol. 16, No. 2). Hlm. 129-130.
Suharti, L. & Sirine, H. (2015) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap niat kewirausahaan
(Entrepreneurial Intention). (Vol. 13, No, 2). Hlm. 132-133
Sumarsono, H. (2013) Faktor-faktor yang mempengarui intensi wirausaha universitas
muhammadiyah malang. (Vol. 11, No 2). pp.65-66
Suryana, Y. & Bayu, K. (2011). Kewirausahaan: pendekatan karakteristik wirausahawan
sukses. Jakarta: Prenada Media Group.
Suryana. (2009). Kewirausahaan pedoman praktis: kiat dan proses menjuju sukses. Jakarta:
Salemba Empat.
Sugiyono. (2015). Penelitian pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Uyanto, S. (2009) Pedoman analisis data dengan SPSS, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wibowo, Muladi (2011). Pembelajaran Kewirausahaan dan Minat Wirausaha lulusan SMK.
Jurnal Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Islam Batik. (Vol. 6, No. 2) Hlm
115
Wijaya, T. (2007). Hubungan adversity intelligence dengan intensi berwirausaha (Studi
Empiris pada Siswa SMK N 7 Yogyakarta).” Jurnal Ekonomi Manajemen, Fakultas
Ekonomi-Universitas Kristen Petra (Vol.9, No. 2). Hlm 119-122.

15

LAMPIRAN

BLUE PRINT

variabel

favorable

unfavorable

total

1,2,3,4,5,6

13,14,15,16,17,18

12

Sikap

19,20,21,22,23,24

7,8,9,10,11,12

12

Control perilaku

31,32,33,34,35,36

25,26,27,28,29,30

12

18

18

36

Norma subyektif

SKALA INTENSI BERWIRAUSAHA
A. Identitas
Nama /Inisial
Jenis Kelamin
Usia
Status

:
:
:
:

..............................................................................................
...............................................................................................
..........................................................................................
...........................................................................................

B. Petunjuk Pengisian
Berikut terdapat skala yang berisi 36 pernyataan. Setiap pernyataan terdapat 4
pilihan jawaban, diantaranya:
SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Tidak Setuju
Tugas saudara adalah memilih satu pilihan jawaban pada setiap pernyataan yang
paling sesuai dengan keadaan saudara yang sebenarnya. Dalam skala ini tidak ada
pilihan jawaban yang mengandung nilai benar dan salah.
Berilah tanda Check List (√) pada pilihan jawaban yang menurut saudara paling
sesuai dengan diri saudara saat ini.
Kerjakanlah dengan teliti dan periksalah kembali
pernyataan tanpa ada yang terlewatkan.

pilihan jawaban pada semua

SKALA INTENSI BERWIRAUSAHA
MAHASISWA PSIKOLOGI
No
Pernyataan
1 Sahabat saya beranggapan saya mampu membangun
usaha yang menjajikan penghasilan yang baik
2 Sahabat saya menilai saya mampu berkomunikasi
dengan baik sehingga menunjang usaha
3 Keluarga mendukung untuk menjadi wirausaha
4 Meskipun mengarahan menjadi pegawai, tapi orang tua
lebih mendukung menjadi wirausaha
5 Orang tua memberikan modal usaha saya
6 Lingkungan mendukung untuk menjadi wirausaha
7 Saya mersa tidak mampu berkomunikasi dengan
baik,sehingga susah dalam memasarkan produk/jasa
yang saya rintis nanti
8 Saya tidak yakin dapat membangun usaha sendiri
9 Saya berpeluang lolos seleksi menjadi pegawai negeri
sipil
10 Saya tidak mengetahui pemerintah mennyediakan
modal usaha.
11 Berwirausaha menghabiskan waktu dengan hal yang
belum pasti hasilnya
12 Banyak pabrik baru dibuka membuat mudah mancari
lapangan pekerjaan
13 Saya dinilai sahabat saya kurang mampu mencari
alternatif dalam mengembangkan suatu usaha
14 Sahabat saya menilai saya kurang baik dalam
berkomunikasi yang bisa menunjang perkembangan
usaha.
15 Keluarga tidak mendukung dalam berwirausaha
16 Keluarga menyarankan untuk menjadi pegawai
17 Orang tua tidak mampu memberikan modal pada usaha
saya
18 Lingkungan memberikan nilai negative pada wirausaha
19 Saya yakin bisa menghadapi kendala yang ada dalam
persaingan berwirausaha
20 Saya lebih menyukai membangun sebuah usaha sendiri.
21 MEA (Masyarakat ekonomi ASEAN) akan menjadi
sarana dalam membesarkan usaha saya
22 Saya melakukan apapun demi kemajuan usaha.
23 Saya yakin dapat menciptakan usaha yang berbeda dari
orang lain.
24 Dengan kemajuan teknologi media elektronik,

SS

S

TS STS

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

memudahkan untuk berwirausaha
pemerintah tidak memfasilitasi bagi usaha kecil
menengah
ketika ada hambatan dalam membangun usaha saya,
saya akan mudah menyerah
Banyaknya barang impor membuat susah bersaing
dalam berwirausaha
Saya tidak mampu bersaing dalam MEA karena
produk/jasa yang akan saya buat tidak diminati
pesaing di dunia usaha menyulitkan saya dalam
berwirausaha
sulit berinovasi dalam menciptakan produk/jasa yang
diminati dimsarakat
Kementrian koperasi dan usaha kecil dan menengah
telah menyediakan dana buat UKM, sehingga
mempermudah saya dalam mencari modal
Menjadi wirausaha lebih menjamin masa depan dalam
financial
Negara dikatakan maju ketika penduduknya 12%
seorang wirausaha menjadikan saya tertarik menjadi
seorang wirausaha.
Meningkatnya konsumsi masyarakat membuka peluang
seseorang untuk berwirausaha
Perbankan lebih mudah memberikan modal pada
wirusaha
Karena pemerintah mempermudah membuka ijin usaha,
saya akan lebih mudah membesarkan usaha/jasa yang
saya buat

Reliability Sikap

Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excludeda
Total

%
130

100.0

0

.0

130

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha

N of Items

.661

13

Item Statistics
Mean

Std. Deviation

N

7

2.25

.626

130

8

2.25

.778

130

9

2.96

.640

130

10

2.55

.727

130

11

2.13

.875

130

12

2.75

.626

130

19

3.08

.623

130

20

3.25

.614

130

21

3.23

.699

130

22

3.32

.529

130

23

3.09

.709

130