Indeks Nilai Penting INP Kepadatan D Indeks Keanekaragaman H’ Indeks Keseragaman E

Museum Zoologi Laboratorium Malakologi- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Cibinong. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah alkohol 70, substrat, air laut, sampel bivalvia dan gastropoda. Alat yang digunakan adalah sekop tangan, kerangka kuadrat transek kuadrat ukuran 1x1 m, meteran, label, ember, pensil, termometer, jangka sorong, kamera digital, pHmeter, secchi disk, hand refraktometer, serta seperangkat alat laboratorium untuk menganalisis DO, BOD in situ, alkalinitas, dan amonia. Pengambilan dan Identifikasi Sampel Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 3 stasiun, yaitu daerah tempat pendaratan kapal nelayan berupa muara stasiun 1, daerah pantai wisata stasiun 2, dan daerah pantai sepi pengunjung stasiun 3 Lampiran 2. Di setiap stasiun dilakukan 10 penentuan titik kuadrat secara acak Simple Random Sampling Cuff Coleman 1979 sehingga pada masing-masing stasiun terdapat 10 ulangan pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan satu kali selama penelitian dengan metode sampel kuadrat Quadrat Sampling Fachrul 2008. Semua sampel bivalvia dan gastropoda yang terdapat di dalam transek kuadrat dengan ukuran 1x1 m dikoleksi bersama dengan substratnya, kemudian dihitung jumlahnya, dibersihkan dan dimasukkan ke dalam alkohol 70 . Sedangkan substrat dianalisis menjadi 4 fraksi pasir kasar, pasir halus, debu, dan liat di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Faperta IPB. Hasil koleksi diidentifikasi sampai tingkat spesies berdasarkan morfologi, pola warna dan corak cangkang, serta ciri-ciri taksonomi penting. Identifikasi dengan menggunakan buku Indonesian Shells II Dharma 1992, Siput dan Kerang Indonesia Indonesian Shells I Dharma 1988, The Encyclopedia Of Shells Dance 1974, Marine Invertebrates of the Pacific Northwest Kozloff Price 1987 dan mencocokkan dengan koleksi Museum Zoologi LIPI Cibinong. Pengukuran Parameter Lingkungan Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan seperti suhu menggunakan termometer, pH dengan pHmeter, kekeruhan air dengan secchi disk, kedalaman air menggunakan tali dan meteran, salinitas dengan alat hand refraktometer, DO dilakukan secara in situ dengan metode tetrimetrik standar Winkler, pengukuran BOD dilakukan di laboratorium PROLING. Sedangkan pengukuran alkalinitas dan amonia dilakukan di laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Indramayu menggunakan metode titrasi kimia dan test kit spektrofotometri Lampiran 3. Semua pengukuran fisika kimia perairan tersebut dilakukan sebanyak 3 ulangan pada setiap stasiun. Analisis data Analisis data dilakukan menggunakan pendekatan statistik uji ANOVA Analysis of Variance, dan parameter perhitungan menggunakan data hasil identifikasi sebagai acuan. Parameter tersebut meliputi Indeks Nilai Penting INP, Kepadatan D, Keanekaragaman H ’, Keseragaman E, Dominansi C, Pengelompokan Habitat Is, dan Pola Sebaran Jenis Id.

1. Indeks Nilai Penting INP

Indeks Nilai Penting INP atau important value index merupakan indeks kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu organisme dalam ekosistemnya. Apabila INP bernilai tinggi maka organisme tersebut memiliki peran penting dalam ekosistemnya Fachrul 2008. = + = jumlah individu satu spesies = kerapatan satu spesies × 100 = jumlah titik ditemukannya satu spesies = frekuensi satu spesies × 100

2. Kepadatan D

Kepadatan adalah jumlah individu per satuan luas atau volume area Brower et al. 1977. Untuk menghitung kepadatan dapat menggunakan rumus dibawah ini: = Keterangan : D = Kepadatan moluska Individum² Ni = Jumlah Individu spesies moluska A = Luas total m²

3. Indeks Keanekaragaman H’

Keanekaragaman suatu biota air dapat ditentukan dengan menggunakan teori informasi Shannon Wiener H’ Magurran 1987. Tujuan utama teori ini adalah untuk mengukur tingkat keteraturan dan ketidakaturan dalam suatu sistem. ′ = −∑ Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman S = Jumlah Spesies Pi = niN ni = Jumlah individu spesies ke-I N = Jumlah Individu Total Kriteria indeks keanekaragaman berdasarkan Shannon-Wiener Krebs 1989adalah: H’≤3.32 : Keanekaragaman rendah 3.32≤H’≤9.97 : Keanekaragaman sedang H’≥ 9.97 : Keanekaragaman tinggi Keanekaragaman biota air yang ada pada suatu perairan, sehingga tingginya kelimpahan individu dapat dipakai untuk menilai kualitas suatu perairan.Perairan yang berkualitas baik biasanya memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dan sebaliknya pada perairan yang buruk atau tercemar. Kriteria kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Fachrul 2008 adalah : H’3 = Air bersih 1H’3 = Setengah tercemar H’1 = Tercemar berat

4. Indeks Keseragaman E

Indeks ini menunjukkan pola sebaran biota, yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks Keseragaman Evenness relatif tinggi maka keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi merata Magurran 1987. = ′ ′ = ′ Keterangan : E = indeks keseragaman 0 – 1 H’ maks = keanekaragaman maksimun H’ = keanekaragaman Ln = logaritma natural S = jumlah jenis E 0.4 : Keseragaman rendah 0.4 E 0.6 : Keseragaman sedang E 0.6 : Keseragaman tinggi E = 0; kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda. E = 1; kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama.

5. Dominansi C