KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

P E D O M A N

KERUKUNAN
UMAT BERAGAMA
HA ROSYAD SHOLEH

fsp

litm
erg
er.
co
m)

pendirian rumah ibadah harus pula memenuhi persyaratan
khusus, meliputi: daftar nama dan kartu tanda penduduk pengguna
rumah ibadah paling sedikit 90 orang yang disahkan oleh pejabat
setempat sesuai dengan batas wilayah yang ditentukan; harus
ada dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang
disahkan oleh lurah/kepala desa; juga harus ada rekomendasi
tertulis Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan

rekomendasi tertulis Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB)
Kabupaten/Kota. Permasalahan dan konflik dapat dipastikan akan
muncul jika kententuan tersebut dilanggar.
Penyiaran agama yang dilakukan oleh pemeluk agama apa
pun tidak akan menimbulkan masalah dan konflik apabila
dilakukan dengan cara-cara yang baik. Cara pelaksanaan
penyiaran agama yang baik misalnya: penyiaran agama dilakukan
dengan semangat kerukunan, tenggang rasa, saling menghargai
dan saling menghormati antara sesama umat beragama serta
dengan dilandaskan pada penghormatan terhadap hak dan
kemerdekaan seseorang untuk memeluk/menganut dan
melakukan ibadah menurut agamanya. Permasalahan dan konflik
akan timbul jika penyiaran agama dilakukan dengan cara-cara yang
tidak baik. Misalnya, dengan menggunakan bujukan dengan atau
tanpa pemberian agar orang atau kelompok orang yang telah
memeluk agama tertentu mau pindah ke agamanya. Juga penyiaran
agama yang dilakukan dengan menyebarkan pamflet, bulletin,
majallah, buku dan bentuk-bentuk barang penerbitan lainnya yang
berisi siaran suatu agama kepada orang atau kelompok orang yang
telah memeluk agama lain. Termasuk cara penyiaran agama yang

tidak baik adalah penyiaran agama yang dilakukan dengan
melakukan kunjungan dari rumah ke rumah dengan maksud
menyiarkan agama kepada orang atau kelompok orang yang telah
memeluk agama lain, disamping penyiaran agama yang dilakukan
dengan mencaci maki, mengejek, mencemoohkan ajaran agama
yang dianut oleh pemeluk agama lain.
Demikian pula, permasalahan dan konflik antarumat beragama
akan timbul apabila perkawinan beda agama, penguburan jenazah
yang ahli warisnya beda agama dan peringatan hari besar
keagamaan dilakukan dengan cara-cara yang tidak dilandaskan
kepada semangat kerukunan.
Atas dasar inilah maka menjadi kewajiban semua pemeluk
agama di negeri ini untuk senantiasa menjaga dan memelihara
kerukunan umat beragama. Kerukunan yang dilandaskan pada
prinsip “Setuju dalam perbedaan”dan “Lakum dinukum wa liya
din” Bukan kerukunan yang mengarah pada sinkretisme,
sintesisme dan relativisme.•

De
mo

(

Vi
sit

htt
p:/
/w
w

w.

pd

M

asyarakat dan bangsa Indonesia, dilihat dari segi adat
istiadat, bahasa, suku bangsa dan agama yang dianutnya
adalah merupakan masyarakat majemuk. Merupakan
sebuah kenyataan bahwa di negeri ini telah tumbuh dan berkembang

6 (enam) agama, yaitu : Islam, Kristen/Protestan, Katolik, Hindu,
Budha dan Konghucu. Kemajemukan ini, pada satu sisi merupakan
sebuah potensi, yang apabila dapat dikelola dengan baik, akan
menjadi sebuah kekuatan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
dan kemajuan masyarakat dan bangsa. Namun, pada sisi yang
lain kemajemukan juga menyimpan potensi konflik apabila kita tidak
bisa mengelolanya dengan baik.
Pada beberapa tahun terakhir ini, kita digelisahkan dengan sering
terjadinya konflik antar umat beragama di berbagai daerah. Di antara
konflik itu ada juga yang berkembang menjadi kerusuhan dan kekacauan, yang mengakibatkan jatuhnya kurban jiwa dan rusaknya
berbagai sarana dan prasarana yang tidak sedikit. Konflik antar
sesama warga bangsa yang berbeda agama ini jelas tidak dikehendaki oleh siapa pun dan kalau konflik ini berlanjut tentu akan mengganggu stabilitas nasional dan merusak sendi-sendi kehidupan bangsa.
Kalau kita cermati dengan seksama, ada beberapa faktor yang
selama ini menjadi sebab dan pemicu terjadinya ketidak
harmonisan hubungan dan konflik antar umat beragama.
Sekurang-kurangnya ada lima faktor yang menjadi sebab
timbulnya konflik, yaitu: pendirian rumah ibadah, penyiaran agama,
perkawinan antarpemeluk agama yang berbeda, penguburan
jenazah dan peringatan Hari Besar Keagamaan.
Pendirian rumah ibadah oleh pemeluk agama apa pun harus

dilakukan sesuai prosedur yang telah ditentukan. Timbulnya konflik
yang berkaitan dengan pendirian tempat ibadah, biasanya
disebabkan karena tidak diikuti prosedur yang telah disepakati itu.
Dalam ketentuan yang berlaku, misalnya ditegaskan bahwa
pendirian rumah ibadah harus didasarkan pada keperluan nyata
dan sungguh-sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk
bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah
kelurahan/desa tertentu. Timbulnya masalah dan konflik kalau
ketentuan tersebut tidak dipenuhi, misalnya dalam wilayah
kelurahan/desa tertentu tinggal hanya beberapa orang pemeluk
agama tertentu, selebihnya yang merupakan mayoritas adalah
pemeluk agama lain. Konflik timbul kalau pemeluk agama yang
minoritas itu memaksakan diri untuk mendirikan rumah ibadah di
tengah-tengah mayoritas pemeluk agama lain. Di samping itu ada
juga ketentuan yang menyatakan bahwa pendirian rumah ibadah
harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan gedung. Selain harus memenuhi persyaratan tersebut,

SUARA MUHAMMADIYAH 06 / 96 | 16 - 31 MARET 2011


27