a. Aspek Teknis
Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan diawetkan serta dipertahankan tetap awet dan tercegah dari kemungkinan
kerusakan.
b. Aspek Administrasi
Benda-benda materi koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang
menjadikan benda-benda
koleksi tersebut
bersifat monumental.
3. Konservasi
Merupakan usaha pemeliharaan, perawatan, perbaikan, pencegahan dan penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab kerusakan.
4. Penelitian
Bentuk penelitian ada 2 macam, yakni: a.
Penelitian Intern Penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan museum yang bersangkutan. b.
Penelitian Ekstern Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar, seperti
mahasiswa, pelajar, umum dan laian-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi, dan lain-lain.
5. Pendidikan
Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi koleksi yang dipamerkan:
a. Pendidikan Formal
Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah dan sebagainya. b.
Pendidikan Non formal Berupa kegiatan pameran, pemutaran film, slide, dan lain-lain.
6. Rekreasi
Sifat pameran yang mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati, yang merupakan kegiatan rekreasi segar, tidak diperlukan konsentrasi yang akan
menimbulkan keletihan dan kebosanan.
2.2 Preservasi Perawatan Koleksi Tercetak
Museum tidak berhenti sekadar menjadi situs preservasi, tetapi harus menjadi pusat transformasi kebudayaan. Benda-benda di dalam museum terus-menerus harus
dikaji sebagai artefak yang mengontekskan masa lalu dengan masa kini. Dalam
Universitas Sumatera Utara
konteks kebudayaan, Museum Zoologicum Bogoriense MZB merupakan tempat menyimpan informasi mengenai serangga bukan saja dari disiplin ilmu dasar biologi
tetapi juga dari sudut pandang budaya melalui pemaknaan baru. Menurut Magetsari 2009: 8 koleksi diperlakukan sebagai representasi dari
identitas, dari akar budaya atau mengandung makna-makna lain. Museum tidak hanya melestarikan kemudian memamerkan koleksinya, namun berubah
menjadi bagaimana koleksi itu dapat bermakna bagi masyarakat, bagaimana koleksi itu dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat, bagaimana koleksi
itu dapat memberi identitas masyarakat, dan bagaimana masyarakat dapat menemukan kembali akar budayanya.
Jadi koleksi museum mengabadikan serta melestarikan sejarah yang terkandung di setiap unitnya yang harus dijaga dan dirawat agar tidak berkurang nilai estetika dan
nilai historisnya. Menurut Darmono 2001: 71 preservasi mencakup unsur-unsur pengelolaan
dan keuangan, termasuk cara menyimpan dan alat-alat bantunya, tingkat dan kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan, kebijaksanaan, teknik dan metode
yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya.
Dari batasan tersebut kegiatan preservasi mencakup kegiatan yang lebih luas termasuk aspek keputusan dan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tertentu
yang berkaitan dengan pelestarian. Preservasi merupakan bagian dari konservasi, preservasi merupakan perawatan yang dilakukan terhadap setiap koleksi tercetak
buku yang berkelanjutan sehingga koleksi tercetak buku terpelihara konservasi. Sedangkan preservasi menurut IFLA International Federation of Library
Association mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka,keuangan, ketenagaan, metode dan teknik serta penyimpanannya. Jadi preservasi dilakukan agar
Universitas Sumatera Utara
koleksi tercetak buku tidak mengalami kerusakan, mengingat bahan pustaka yang harganya mahal agar dapat digunakan lebih lama dan menjangkau lebih banyak
pembaca bahan pustaka. Jadi yang dimaksud dengan preservasi dari beberapa uraian diatas yaitu
kegiatan ataupun tindakan-tindakan yang dilakukan untuk merawat buku-buku agar tidak mengalami kerusakan serta mencegah kerusakan dengan alat bantu, teknik serta
metode sehingga buku dapat digunakan untuk waktu yang lebih lama. Indikator dari preservasi yaitu perawatan yang dilakukan terhadap koleksi tercetak.
2.3 Konservasi PelestarianPemeliharaan Koleksi Tercetak