Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan

TINGKAT PENGGUNAAN MEDIA MASSA DAN PERAN KOMUNIKASI
ANGGOTA KELOMPOK PETERNAK DALAM JARINGAN KOMUNIKASI
PENYULUHAN

Oleh:
AMIRUDDIN SALEH
NRP. 965039

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:
“TINGKAT

PENGGUNAAN

ANGGOTA


KELOMPOK

MEDIA
PETERNAK

MASSA

DAN

DALAM

PERAN

KOMUNIKASI

JARINGAN

KOMUNIKASI


PENYULUHAN”
adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor,

Mei 2006

H. Amiruddin Saleh
NIM. 965039

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui (QS Al-Anfhal:27)

Dan tidaklah kami mengutus mu (Wahai Muhammad) melainkan agar menjadi kasih
sayang (Rahmat) bagi alam semesta (QS Al-Anbiya:107)


Berikut sebait sajak dari Khalifah Ali r.a. sebagai spirit dalam perjalanan menuju ilahi;

Ketika Ibumu melahirkanmu,
engkau menangis menjerit,
Sementara orang-orang di sekelilingmu,
tertawa bahagia ...
Maka berusahalah untuk dirimu,
ketika ajal menjemput,
Di saat orang-orang di sekelilingmu,
menangis sedih,
Ruhmu tersenyum gembira ...

Karya Kecil ini Kupersembahkan untuk:
Istri tercinta Hj. Lailatus Syarifah serta ayuk Lisa, Algi dan Hafidz tersayang, kakakku Anwar
Saleh, Hj. Hasanah Saleh, Maryati Saleh, Zuriaty Saleh, Ahmad Tobri Saleh dan Tustiati Saleh,
kedua mertua H. Abdullah Marzuki dan Hj. Dahlia, adik ipar Abdul Madjid, Siti Sulha, Ahmad
Ghozali dan Muhammad Rifki atas segala kebaikan, kesabaran, ketangguhan, perjuangan, doa dan
semangat yang telah diberikan kepada penulis.

ABSTRAK

AMIRUDDIN SALEH.
Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi
Anggota Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan. Dibimbing oleh
BASITA GINTING SUGIHEN (Ketua),
SEDIONO M.P. TJONDRONEGORO,
PRABOWO TJITROPRANOTO dan SISWADI (Anggota).
Tujuan dari penelitian ini (1) mengkaji adanya perubahan perilaku komunikasi,
dalam arti tingkat penggunaan media massa oleh para peternak dalam memanfaatkan pesan
penyuluhan sapi potong, (2) menganalisis tingkat partisipasi peternak dilihat dari peranperan komunikasi yang mereka lakukan dalam jaringan komunikasi sapi potong, (3)
mengungkapkan keeratan hubungan antara karakteristik personal, perilaku komunikasi
interpersonal dan keterdedahan media massa dengan peran komunikasi peternak dalam
jaringan komunikasi, dan (4) merumuskan strategi/model komunikasi penyuluhan.
Sampel terpilih sejumlah 125 responden peternak sapi potong diambil dari dua
kelompok peternak maju (Gedangsari Kabupaten Gunung kidul dan Polokarto Kabupaten
Sukohardjo) dan dua kelompok belum maju (Cisitu dan Surade, Kabupaten Sukabumi).
Penelitian yang didesain sebagai survei deskriptif korelasional dilaksanakan dari tanggal 14
Desember 2004 sampai 16 Februari 2005.
Hasil penelitian di antaranya : (1) ada perbedaan sangat nyata pada perilaku
komunikasi di kalangan peternak sapi potong kelompok maju dengan kelompok kurang
maju, yang mengindikasikan telah terjadi pergeseran tingkat pemanfaatan media massa

oleh peternak sapi potong untuk mendapatkan informasi. Dari mengutamakan komunikasi
interpersonal dalam menerima dan menyebarkan informasi ke perilaku komunikasi
bermedia, terutama televisi dan suratkabar. Peternak di kedua kelompok sapi potong
cenderung telah berubah perilaku komunikasi pemanfaatan media massanya yakni dominan
terdedah radio dan televisi. Akan tetapi, pemanfaatan media massa tersebut hanya untuk
hiburan dan berita, sedangkan untuk informasi teknis (peternakan) hanya mengandalkan
dari jaringan komunikasi; (2) tingkat peran komunikasi peternak dalam jaringan
komunikasi sapi potong terdiri atas star, mutual pairs dan neglectee, tidak ditemukan peran
komunikasi sebagai isolate. Peran komunikasi anggota kelompok peternak maju lebih
tersebar sebagai pemeran neglectee, sedangkan anggota kelompok peternak kurang maju
lebih tersebar pemeran mutual pairs. Peran star, lebih banyak di kelompok kurang maju
dibanding kelompok maju; (3) Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pendidikan
formal dengan perilaku keterdedahan tv dan radio serta sangat nyata (p0,05) between personal characteristics,
interpersonal communication behavior and the usage of mass media with cattle farmer
communication role in communication network. Some characteristics of advanced cattle
farmers were: well educated and of higher economic class, more owned a variety of mass
media, more capable to cons ume information according to their needs, behaving
adventurous ly, daring to bear risks, cosmopolites, having a communication pattern and
commonly friendships among cattle farmer group, it has caused does not act properly to
diffused information; (4) Research results offered several factors, becoming a basic for

developing a communication strategy in cattle farming extension, such as: (i) farmer
personality characteristics, (ii) messages distortion and unavailability of information
(including marketing, price, appropriate technology need, farmer capacity, and access to
capital), (iii) bureaucratic involved (such as: social institution as well as extension,
technology producer and capital accessibility), (iv) involving opinion leader and others
pertinent information source in delivering information. And extension communication
techniques are (i) extension campaign continuously, (ii) utilizing traditional media and
social learning through mass media interactive and multi directions; employing
communication technique which is able to increase group communication network density
through enhancing cattle farmer institutions and (iii) securing participation based on
approaches acceptable to local social culture.

vi

@ Hak Cipta milik Amiruddin Saleh, tahun 2006
Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, disket dan sebagainya


vii

TINGKAT PENGGUNAAN MEDIA MASSA DAN PERAN KOMUNIKASI
ANGGOTA KELOMPOK PETERNAK DALAM JARINGAN KOMUNIKASI
PENYULUHAN

AMIRUDDIN SALEH

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Disertasi


: Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota
Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan
Nama Mahasiswa : Amiruddin Saleh
NIM
: 965039
Program Studi
: Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Disetujui:
1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Basita Ginting Sugihen, MA
Ketua

Prof. Dr. Sediono M.P. Tjondronegoro
Anggota

Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, MSc
Anggota


Dr. Ir. H. Siswadi, MSc
Anggota

Diketahui:
2. Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Amri Jahi, MSc

Prof.Dr.Ir. Hj. Syafrida Manuwoto, MSc

Tanggal Ujian: 27 Februari 2006

Tanggal Lulus:

ix


Mei 2006

PRAKATA
Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah
SWT, karena atas kemurahan-Nya penulis dimampukan untuk merampungkan disertasi
berjudul “Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok
Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan.” Terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Ir. Basita Ginting Sugihen, Prof.Dr.
Sediono M.P. Tjondronegoro, Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc dan Dr.Ir. H. Siswadi,
M.Sc selaku komisi pembimbing yang telah dengan sabar memberi bimbingan dan
dorongan serta saran dan arahan. Juga kepada Bapak Prof.Dr. H.R. Margono Slamet, M.Sc
dan Prof.Dr. H. Pang S. Asngari yang turut memberikan masukan dan arah disertasi ini.
Ucapan terima kasih juga dihaturkan kepada Bapak Dr.Ir Sumardjo selaku penguji luar
komisi yang telah memberikan koreksi dan saran untuk perbaikan disertasi ini. Pemberian
solusi dan perkenan Bapak Dr.Ir. Amri Jahi, M.Sc, selaku ketua program studi PPN yang
mengizinkan penulis merampungkan tugas akhir studi Doktor ini tak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih. Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Soedijanto Padmowihardjo dan
Dr.Ir. Djuara P. Lubis yang telah berkenan menjadi penguji pada Ujian Sidang Terbuka
disertasi ini, saya pun mengucapkan banyak terima kasih.
Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Ayahnda H. Saleh Muhammad

(almarhum) dan Ibunda Hj. Maryam (almarhumah), Bapak mertua H. Abdulah Marzuki
dan Ibu mertua Hj. Dahlia dan seluruh keluarga, istri tercinta Hj. Lailatus Syarifah, anakanak: Alyssa Nahla Amir, Ghifary Faisal Amir dan Muhammad Hafidz Syah Amir atas
segala do’a dan kasih sayangnya.
Sementara proses menuju ujian disertasi, sebagian hasil penelitian dari disertasi ini
telah disetujui untuk diterbitkan pada Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan
MEDIA PETERNAKAN Volume 29 No. 2 Tahun 2006, dan Jurnal Komunikasi dan
Pemberdayaan Komunitas edisi April 2006 yang diterbitkan oleh Departemen Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB. Semoga disertasi
ini bermanfaat bagi pembaca dan penulisnya.
Bogor,
x

Mei 2006

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sungai Gerong-Palembang pada tanggal 13 Nopember 1961,
anak bungsu dari tujuh bersaudara pasangan Ibu Hj. Maryam (Almarhumah) dengan Bapak
H. Saleh Muhammad (Alm). Lulus SD Taman Siswa tahun 1973, SMP Bina Utama tahun
1976 dan tanggal 8 Mei 1980 menamatkan Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Palembang.
Pada pertengahan tahun 1980 penulis mendapat kesempatan kuliah di IPB melalui
undangan pola seleksi Proyek Perintis II. Tahun 1981 diterima di Fakultas Peternakan dan
memperoleh beasiswa Yayasan Supersemar, lulus tahun 1984. Tahun 1986 melanjutkan ke
Program Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan
Perdesaan (Program Studi KMP) PPS-IPB dengan beasiswa pendidikan dari Yayasan Ilmuilmu Sosial (YIIS), bantuan penelitian dari USAID dan Yayasan Toyota Astra, lulus 1988.
Kesempatan studi doktoral diperoleh tahun 1996 pada Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan di institut yang sama, dengan beasiswa dari Tim Manajemen Program
Doktor (TMPD) Ditjen Dikti dan bantuan penelitian dari Yayasan Dana Sejahtera Mandiri.
Pengalaman bekerja dimulai tahun 1983 dengan diangkatnya penulis menjadi
Asisten Muda Tidak Tetap mata kuliah “Perubahan Sosial” dan “Penyuluhan” pada
Fakultas Peternakan IPB dan saat ini sebagai Lektor Kepala (Gol. IV/a). Perjalanan karir
penulis di antaranya menjabat sebagai Kepala Humas IPB, Sekretaris Pusat Pendidikan dan
Pelayanan pada Masyarakat LPM-IPB, Sekretaris umum panitia pendirian masjid AlHurriyyah IPB, Sekretaris Program Studi KMP PPS-IPB, dan pernah membantu (sebagai
konsultan/tim leader) kegiatan community development dan capacity building pada
pengembangan sapi potong di Jawa Barat dan proyek Pengembangan Usaha Tani Ternak di
Kawasan Timur Indonesia (Putkati). Tahun 2005-2006 menjadi konsultan akademik
entrepreneurship bagi mahasiswa di Universitas Udayana Bali dan Politeknik Negeri
Samarinda Kalimantan timur, mendapat amanah menjadi sekretaris CENTRAS (Center for
Tropical Animal Studies: Pusat Studi Hewan Tropis) di Lembaga Penelitian dan
Pemberdayaan Masyarakat IPB. Dalam organisasi profesi penulis tercatat sebagai anggota
Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Hanter (Himpunan Alumni Peternakan IPB),
Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembanguna n Indonesia (PAPPI), ketua I kepengurusan
Forum Komunikasi Pembangunan Indonesia (FORKAPI) periode 2003-2006.
xi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL

…………………………………………........................

xii

……………………………………………………...

xiv

………………………………………...........................

1

Latar Belakang
………………………………………………...............
Masalah Penelitian ………………………………………...........................
Tujuan Penelitian
.……………………………………………...............
Kegunaan Penelitian ………………………………………........................

1
6
10
10

DEFINISI ISTILAH

12

DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN

……………………………………………………….

TINJAUAN PUSTAKA

………………………………………...............

15

Komunikasi dan Masyarakat
……………………………...........................
Komunikasi Pembangunan dan Komunikasi dalam Masyarakat Desa ……
Komunikasi Pembangunan ………………………………………..
Komunikasi dalam Masyarakat Desa …………..…….....................
Jaringan Komunikasi .……………………………………............................
Pengertian Jaringan Komunikasi …………………………………..
Proses Pembentukan Jaringan Komunikasi …..………….................
Pengaruh Jaringan Komunikasi terhadap Psikologi dan Perilaku …
Pemuka Pendapat dan Jaringan Komunikasi ………………………
Analisis Jaringan Komunikasi ………………………….................
Karakteristik Personal ..…………………………………….......................
Perilaku Komunikasi atau Keterdedahan Media Massa …………………...

15
21
21
26
30
30
31
36
37
39
42
45

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ……………………………..

49

Kerangka Berpikir
Hipotesis Penelitian

49
54

……………………………………………...................
………………………………………….....................
……………………………………...............

56

Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………................
Populasi …………………………………………………………...
Sampel …………………………………………………….............
Desain Penelitian ……………………………………………....................
Data dan Instrumentasi
………………………………………..................
Data ……………………………………………………….............
Instrumentasi …………………………………………..................
Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……………………………..

56
56
56
58
59
59
60
60

METODE PENELITIAN

xii

Pengumpulan Data ………………………………………............................
Analisis Data ………………………………………………………………
Analisis Jalur ………………………………………………………..
Matriks Korelasi ………………………………………....................
Analisis Biplot …………………………………………………….
Uji Beda Vektor Nilai Tengah ………………………………………
Analisis Diskriminan
……………………………………………..
Analisis Korespondensi ……………………………………………
Kerangka Pendekatan Analisis Penelitian …………………….....................

62
62
63
65
66
68
69
70
72

HASIL DAN PEMBAHASAN

..…………………………………………

76

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………………………
Kabupaten Sukabumi ……………………………………...............
Kabupaten Gunung Kidul dan Sukohardjo ………………...............
Karakteristik Peternak Sapi Potong ………………………………………..
Perilaku Komunikasi Interpersonal dan Keterdedahan Media Massa
Peternak Sapi Potong …………...................................................................
Perilaku Komunikasi Interpersonal ...................................................
Keterdedahan Media Massa .............................................................
Peran-peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi
Penyuluhan Sapi Potong ..............................................................................
Peranan Individu dalam Jaringan Komunikasi Sapi Potong di Cisitu
Peranan Individu dalam Jaringan Komunikasi Sapi Potong di Surade
Peranan Individu dalam Jaringan Komunikasi Sapi Potong di
Gedangsari .......................................................................................
Peranan Individu dalam Jaringan Komunikasi Sapi Potong di
Polokarto ..........................................................................................
Distorsi Pesan ................................................................................................
Pengujian Hipotesis .....................................................................................
Hubungan Karakteristik Personal dengan Perilaku Keterdedahan
Media Massa ………………………………………………………
Analisis Jaringan Komunikasi Sapi Potong ……………………….
Hubungan Karakteristik Personal dengan Peran Komunikasi
Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi Sapi Potong …..
Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi Sapi Potong …
Hubungan Perilaku Keterdedahan Media Massa dengan Peran
Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi
Sapi Potong ………………………………………………………...
Hubungan Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan
Komunikasi Sapi Potong dengan Distorsi Pesan ………..................
Pola Jaringan Komunikasi Antar Anggota Kelompok Peternak Sapi
Potong ……………………………………......................................

76
76
81
90

xiii

99
99
103
112
112
116
118
121
125
129
139
142
148
151

157
159
160

Pembahasan Hipotesis

……………………………………….....................

168

..………………………………………...

173

Kesimpula n ………………………………………………………...
Saran ………………………………………………………….........

173
175

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

……………………………………….......................

xiv

177

DAFTAR TABEL

Halaman
01.

Perbedaan komunikasi pembangunan dan komunikasi penunjang
pembangunan
…………………………..……………...................

25

02.

Perubahan lingkungan komunikasi

30

03.

Data yang diolah dengan T2 Hotelling

04.

Kerangka pendekatan analisis penelitian

05.

Distribusi penduduk Desa Jagamukti menurut umur

……………...

78

06.

Macam pekerjaan pend uduk Desa Jagamukti per kepala keluarga …

79

07.

Macam pekerjaan penduduk Desa Cisitu per kepala keluarga

……..

80

08.

Macam pekerjaan penduduk Desa Ngalang per kepala keluarga …...

82

09.

Distribusi penduduk Desa Mranggen menurut umur dan jenis kelamin …………………………………………………………………

85

10.

Macam pekerjaan pendud uk Desa Mranggen per kepala keluarga



86

11.

Sebaran responden berdasarkan karakteristik personal di kelompok
kurang maju dan maju (dalam persen) …………………………….

91

Sebaran responden berdasarkan perilaku komunikasi interpersonal
di kelompok kurang maju dan maju (dalam persen) ……………….

100

Sebaran responden berdasarkan macam saluran komunikasi
interpersona l yang menerpa peternak kelompok kurang maju dan
maju (dalam persen)
………………………………………………

101

Sebaran responden berdasarkan keterdedahan media massa di kelompok kurang maju dan maju (dalam persen) ………………………...

103

Sebaran responden berdasarkan waktu mendengarkan radio di
kelompok kurang maju dan maju (dalam persen) …………………..

105

Sebaran responden berdasarkan preferensi program radio yang
didengar di kelompok kurang maju dan maju (dalam persen)
…..

106

Sebaran responden berdasarkan frekuensi membaca suratkabar di
kelompok kurang maju dan ma ju (dalam persen) ……………...

110

12.
13.

14.
15.
16.
17.

xv

………………………………...
...………………………...

68

………….……………..

73

18.

Sebaran responden berdasarkan peran komunikasi anggota kelompok
jaringan komunikasi sapi potong di kelompok kurang maju dan
maju (dalam persen) ……………………………………………….

125

Sebaran responden berdasarkan distorsi pesan di kelompok peternak
kurang maju dan maju (dalam persen) …………………………….

126

20. Perbedaan tingkat pemanfaatan media massa, perilaku pemanfaatan
media interpersonal dan karakteristik personal antara peternak
kelompok kurang maju dan maju …………...................................

131

19.

21.

Matriks korelasi (Pearson) antar peubah karakteristik personal, perilaku pemanfaatan media interpersonal, pemanfaatan media massa,
peran komunikasi dalam jaringan komunikasi sapi potong dan
distorsi pesan ……………………………………………………….

22. Sebaran responden berdasarkan kelas ekonomi pemeran star di
kelompok kurang maju dan maju (dalam persen) …………………..
23.

Sebaran responden berdasarkan kelas ekonomi anggota jaringan
komunikasi sapi potong pemeran star monomorfik dan polimorfik di
kelompok kurang maju dan maju (dalam persen) …………………..

xvi

134

161

165

DAFTAR GAMBAR

Halaman
01.

Keanggotaan pada berbagai jaringan komunikasi .…………………..

33

02.

Kerangka berpikir model hubungan berbagai peubah penelitian

…..

52

03.

Proses pembentukan jaringan komunikasi

……………..………….

53

04. Tampilan diagram jalur antar peubah yang mempengaruhi peran-peran
komunikasi dalam jaringan komunikasi sapi potong dan distorsi
pesan ………………………………………………………................
………………..

64
93

………………………...

95

07.

Diagram kotak garis kelas ekonomi peternak per kelompok amatan

96

08.

Diagram palang bersusun sebaran peternak berdasarkan tingkat
pendapatan per bulan …………………………………...................

98

Diagram kotak garis tingkat pengeluaran per bulan peternak per
kelompok amatan …………………………………………………..

99

05.

Diagram kolom macam kursus yang pernah diikuti

06.

Diagram kolom kepemilikan media massa

09.
10.

Diagram kolom kebiasaan menonton televisi

11.

Diagram kolom stasiun televisi yang paling sering ditonton peternak

108
108

12.

Diagram kolom darimana suratkabar diperoleh

……………………

111

13a. Sosiogram jaringan komunikasi sapi potong pada kelompok peternak
Cisitu …………………………………………………….................

115

13b. Sosiogram jaringan komunikasi sapi potong pada kelompok peternak
Surade ………………………………………………………………

117

13c. Sosiogram jaringan komunikasi sapi potong pada kelompok peternak
Gedangsari …………………………………………………………

120

13d. Sosiogram jaringan komunikasi sapi potong pada kelompok peternak
Polokarto …………………………………………………………...

122

14.

……………………...

Keragaan umum hasil analisis biplot keterkaitan peubah karakteristik
personal, perilaku komunikasi interpersonal dan keterdedahan media
massa peternak sapi potong ………………………………………..

xvii

136

15.

Bagan model jalur antar peubah yang mempengaruhi peran komunikasi anggota kelompok jaringan komunikasi penyuluhan sapi potong
dan distorsi pesan …………………………………………………..

141

Keragaan umum keterkaitan peubah perilaku komunikasi interpersonal dengan peran komunikasi dalam jaringan komunikasi sapi potong
per desa amatan ……………………………………………………..

151

17. Keragaan umum keterkaitan peubah keterdedahan media massa
dengan peran komunikasi dalam jaringan komunikasi sapi potong
per desa amatan …………………………………………………......

157

16.

18.

Keragaan umum keterkaitan peubah perilaku komunikasi interpersonal dengan kelas ekonomi peternak anggota kelompok secara
gabungan ……………………………………………………………

160

19. Keragaan hasil analisis korespondensi peubah perilaku kepemimpinan komunikasi dengan kelas ekonomi peternak anggota kelompok
secara gabungan ……………………………………………………

164

20.

Keragaan hasil analisis korespondensi peubah perilaku kepemimpinan komunikasi dengan kelas ekonomi peternak berdasarkan
kelompok amatan …………………………………………………..

xviii

167

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyuluhan ialah suatu istilah yang secara baku telah digunakan untuk
menunjukkan suatu kegiatan pendidikan non-formal yang semula hanya ditujukan
kepada petani ataupun peternak yang melibatkan diri dalam berbagai kegiatan di
sektor produksi pertanian. Maunder (1972) mengartikan penyuluhan (dari istilah
extension) sebagai suatu layanan atau sistem yang membantu petani, melalui
prosedur-prosedur pendidikan praktis, mengembangkan metode-metode dan
teknik-teknik baru pertanian untuk meningkatkan efisiensi produksi dan
pendapatan serta memperoleh tingkat hidup yang lebih tinggi bagi diri dan
keluarga mereka.
Penyuluhan sebagai pendidikan non-formal, setelah revolusi hijau kurang
menghasilkan kesejahteraan bagi petani kecil.

Struktur komunikasi yang

dikembangkan cenderung diganti dari model-model yang mengikuti struktur
komunikasi “guru-murid”/top down , berkembang ke arah pola komunikasi dyadic
dan menjadi struktur komunikasi “petani sebagai partner.” Artinya, kegiatan
penyuluha n berkembang menjadi “saling belajar” dan karena itu fungsi penyuluh
lebih difokuskan pada fasilitator.
Dalam hal ini, penyuluh berfungsi sebagai fasilitator bagi masyarakat yang
perlu mengalami proses belajar memperbaiki dirinya sendiri (Slamet, 1992).
Dengan pendidikan non-formal atau penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Masyarakat di sini hendaknya

jangan dijadikan sebagai obyek pembangunan saja, melainkan harus dilibatkan
sebagai subyek pembangunan yang perlu mengalami suatu proses belajar untuk
mengetahui adanya kesempatan-kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya,
memiliki kemampuan dan keterampilan untuk memanfaatkan kesempatan itu,
serta mau bertindak memanfaatkan kesempatan memperbaiki

kehidupannya.

Asngari (2001) menyebutkan hal ini sebagai upaya empowerment, yakni
memberdayakan

SDM-klien

sebagai

subyek

penyuluhan

yang

aktif

mendinamiskan diri dan sebagai aktor yang berupaya untuk lebih berdaya diri dan

2

mampu berprestasi prima. Untuk itu prakarsa da ri masyarakat petani harus
dirangsang, demikian juga pembangunan kelembagaannya harus diarahkan dan
diawasi cara mereka berkinerja dan melakukan fungsi-fungsinya dengan efektif
dan efisien (Tjondronegoro, 1998).
Malah, kini penyuluh di beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat
petani (community development) dan penyuluhan capacity building (penguatan
kapasitas kelembagaan) berubah fungsi sesuai dengan perkembangan SDM-klien.
Peran penyuluh dalam hal ini menjadi konsultan, dengan sasaran meningkatkan
kelem bagaan masyarakat petani maupun kapasitas SDM-klien, dimana petani
diharapkan aktif mencari, mendapatkan atau meminta advis atau layanan akan
informasi yang dibutuhkan dan aktif mendatangi penyuluh atau mengontak
sumber informasi.
Kegiatan pe nyuluhan sapi potong pun diduga mengalami perubahan
struktur komunikasi. Pola komunikasi bukan lagi berupa penyuluhan “tetesan
minyak”/ SSBM (swasembada bahan makanan) berpola “guru-murid”/top down
atau mengandalkan penyuluhan sistem LAKU (latihan dan kunjungan) yang
berpola dyadic memadukan kepentingan

top down dan bottom up dengan

pendekatan komunikasi interpersonal maupun kelompok. Penyuluhan di sini harus
lebih menekankan pada capacity building kepada masyarakat.
Untuk mempercepat kesiapan masyarakat (petani/pe ternak) memasuki era
pasar bebas dan globalisasi di bidang ekonomi, maka pembangunan pertanian,
termasuk usahaternak sapi potong secara bertahap telah melakukan transformasi
rekayasa sistem agribisnis. Transformasi rekayasa sistem agribisnis di sini adalah
upaya membuat perubahan (bentuk, rupa, sifat dan sebagainya) rancangan
perlakuan sistem agribisnis ke arah ideal ditinjau secara ekonomis dan sosialbudaya.

Transformasi rekayasa sistem agribisnis tersebut bertujuan untuk

memicu percepatan kesiapan fisik maupun mental masyarakat petani-peternak
dalam menghadapi pasar bebas dan era globalisasi di bidang ekonomi. Banyak
ilmuwan sosial melihat istilah “rekayasa” terlalu mekanistik, sehingga lebih
melihatnya sebagai proses yang lebih lambat atau bertahap dis ebut “akulturasi”
atau “sosialisasi.”

3

Perubahan rancangan perlakuan pada sistem agribisnis, berarti proses
perubahan berencana dalam pembangunan peternakan sapi potong berwawasan
agribisnis. Di sini penyuluhan ikut memegang peranan penting. Untuk itu perlu
dipikirkan strategi penyuluhan pembangunan peternakan sapi potong yang
bagaimana, yang dapat dijadikan sebagai salah satu upaya menswadayakan
petani-peternak, sehingga lebih berdaya diri dan mampu berprestasi prima.
Dalam upaya ini, kegiatan aspek transformasi rekayasa tersebut lebih difokuskan
sebagai suatu strategi penyuluhan agribisnis sapi potong. Transformasi rekayasa
dalam pengertian tersebut meliputi upaya rekayasa sosial budaya, ekonomi, politik
dan teknologi. Hal ini perlu dipertimbangkan, karena ia merupakan langkah awal
pembenahan

upaya

pembangunan

menuju

masyarakat

(petani/peternak)

berkualitas dan partisipatif.
Strategi sebagai desain operasional yang digunakan oleh pemerintah untuk
mengimplementasikan kebijakan penyuluhan pertanian dan peternakan pada PJP I
(Pembangunan Jangka Panjang tahap Pertama), lebih kepada alasan kepentingan
percepatan pembangunan karena lebih banyak diorientasikan kepada strategi alih
teknologi (technology delivery strategy) daripada strategi pembangunan perdesaan
(rural development strategy), yang berorientasi penguatan kapasitas kelembagaan
dan pemandirian individu khalayak sasaran penyuluhan.

Kenyataan, sampai

sekarang kebijakan penyuluhan masih bersifat “technology delivery system,”
hanya teknologinya yang diubah.
Sejak awal repelita VI, genderang pembangunan peternakan berorientasi
agribisnis sebenarnya telah dikumandangkan dan kini setelah lebih dari lima tahun
implementasi sistem agribisnis dalam pembangunan peternakan ini dilakukan,
diharapkan reorientasi strategi penyuluhan pun sudah dilaksanakan. Yakni dari
penyuluhan peternakan ke penyuluhan agribisnis yang paling tidak meliputi: (1)
penyuluhan teknik budidaya sudah berubah ke total agribisnis, (2) penyuluhan
teknologi ke arah bisnis, (3) penanganan sentralisasi ke desentralisasi dan (4)
sasaran penyuluhan hanya petani-peternak (aspek on-farm/di tingkat infrastruktur)
diperluas ke berbagai jenis sasaran strategis lainnya (aspek off-farm/di tingkat
suprastruktur).

4

Melihat sasaran strategis penyuluhan yang semakin variatif, maka media
penyuluhan seharusnya tidak hanya berorientasi pemanfaatan saluran komunikasi
interpersonal, tetapi juga mulai intensif menggunakan saluran media massa dan
memfungsikan forum-forum media (farm forum) yang ada di sistem petani (user).
Hal ini terjadi, karena tidak terlepas dari globalisasi informasi yang merupakan
tantangan dan peluang untuk lebih mengefektifkan dan memaksimalkan fungsi
berbagai media penyuluhan (saluran komunikasi). Diharapkan masyarakat sudah
berubah pola komunikasinya.

Dimana peternak sudah mampu menyerap dan

menerapkan informasi untuk meningkatkan usahaternaknya, sehingga mendapat
keuntungan yang lebih besar. Kemampuan komunikasi peternak atau masyarakat
perdesaan diharapkan sudah menjadi lebih baik, termasuk telah ada dialog antara
sesama mereka atau antara peternak dengan pemimpin mereka, dan dengan para
penyuluh/agen pembaruan atau dengan pihak-pihak terkait. Dalam hal ini telah
terjadi peningkatan kebebasan atau terdedah informasi (selective exposure) dan
transparansi informasi.
Bukti empiris lain menunjukkan bahwa aksesibilitas sarana dan prasarana
komunikasi relatif tersedia di petani, seperti hampir setiap petani di hampir
seluruh wilayah perdesaan memiliki pesawat radio terutama transistor kecil (van
den Ban dan Hawkins, 1999); dan stasiun pemancar radio, terutama swasta dan
radio-radio lokal juga semakin banyak.

Pemanfaatan radio bagi komunikasi

pertanian di Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 1969 hingga kini oleh RRI
(Radio Republik Indonesia) melalui “siaran pertanian/siaran perdesaan.” Setiap
desa/kelurahan di era orde baru pada tahun 80an difasilitas pesawat tele visi dan
dipancarkan siaran program perdesaan/pembangunan pertanian dua kali setiap
minggunya melalui TVRI. Kini Indonesia telah memiliki cakupan tv yang lebih
baik, sudah meningkat stasiun siaran dan jumlah stasiun penerima, termasuk
bermunculannya puluhan televisi swasta (nasional dan lokal) yang turut
menyemarakkan penyampaian pesan pembangunan dengan porsi beragam dan
minim. Di Indonesia proporsi penduduk desa yang menonton televisi sekitar 64,77
persen (BPS, 1994). Proporsi ini terus meningkat, karena kesejahteraan
masyarakat yang kian membaik telah merangsang mereka membeli pesawat tv, di

5

samping program penyebaran tv ke perdesaan yang dilancarkan pemerintah (Jahi,
1993). Dengan kemajuan teknologi informasi dan adanya teknologi satelit
memungkinkan masyarakat menyaksikan siaran melintas antar stasiun tv negaranegara di dunia (Rusadi, 1991), bahkan masyarakat perdesaan yang berbatasan
langsung dengan negara tetangga, malah terjadi intervensi (terdedah) siaran
tele visi asing dengan mudah (Harmoko, 1992 dan Rusadi, 1991). Aksesibilitas
radio dan tele visi tersebut, serta adanya kebijakan koran masuk desa (KMD)
tentunya memberikan kemudahan bagi petani untuk memperoleh informasi sesuai
kebutuhan yang didasarkan pengalaman petani dan/atau hasil temuan penelitian.
Adanya globalisasi informasi, kebebasan dan transparansi informasi, serta
berkembangnya komunikasi antar pe tani dalam mengadopsi teknologi dan
informasi pembangunan sesuai dengan kebutuhan, maka perlu pembenahan pola
komunikasi dalam penyuluhan agar partisipasi petani dapat semakin ditingkatkan.
Dengan kemampuan peternak menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam
mencari, mendapatkan atau menerima, mengolah dan memanfaatkan peluang
membangun, menyerap serta menerapkan informasi peternakan yang tepat dan
relevan, diharapkan akan berpengaruh positif terhadap tingkat produktivitas.
Berdasarkan hal di atas, masalah utama penelitian ini untuk melihat (1)
sejauhmana telah terjadi perubahan perilaku komunikasi peternak, baik dalam
penggunaan media massa (media exposure) maupun dalam pemanfaatan saluran
media interpersonal; (2) sebagai akibat dari keterbukaan informasi maka
partisipasi peternak dalam gerakan pembangunan juga diharapkan meningkat; dan
(3) aktivitas “self supporting” menggala ng kerja membangun dalam dirinya juga
meningkat melalui jaringan komunikasi sapi potong; dan (4) komunikasi sebagai
gejala sos ial dipengaruhi oleh dua faktor yang dominan, yakni faktor struktural
dan kultural. Salah satu faktor struktural ialah pelapisan sosial yang terbentuk atas
karakteristik personal turut mempengaruhi perilaku komunikasi, baik dalam hal
selective exposure atau keterdedahan (terpaan atau pajanan) terhadap media massa
maupun jaringan komunikasi yang terjadi. Kalaupun hambatan struktural dapat di
atasi maka kultur (kebudayaan) dapat pula menjadi penghalang proses komunikasi

6

yang berakibat tidak mau menerima informasi yang terdedah terhadap dirinya.
Dengan demikian upaya mendiseminasikan informasi di kalangan masyarakat
tidak dapat dilakukan dengan mudah apabila kedua faktor tersebut tidak dapat di
atasi. Oleh karena itu, faktor-faktor personal peternak yang dilibatkan dalam
penelitian ini penting juga untuk dikaji.
Fenomena sudah terjadi perubahan penggunaan saluran komunikasi yang
variatif di kalangan peternak ini, perkuat pula oleh pendapat Slamet (1995) yang
menyebutkan bahwa masyarakat petani telah berubah secara nyata, yakni lebih
baik tingkat pendidikannya, lebih mengenal kemajuan, kebutuhan dan keterampilannya telah jauh lebih baik, telah mampu berkomunikasi secara impersonal.
Di samping, telah terjadi perubahan karakteristik personal peternak sebagai akibat
pembangunan pertanian itu sendiri, dimana sudah terbentuk berbagai strata komersial pada diri petani (Jarmie, 1994; Slamet, 1999). Penelitian Sumardjo (1999)
malah menyebutkan bahwa beberapa petani telah mengarah pada terbentuknya
petani mandiri. Petani komersial dan mandiri ini membuat jejaring komunikasi
sendiri, mencari dan memanfaatkan informasi penyuluhan sesuai kebutuhan.
Masalah Penelitian
Sejak awal dilaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian periode 19451959 yang berupa kegiatan mendidik masyarakat desa dengan sistem penyuluhan
pertanian tetesan minyak. Kemudian, periode 1959-1963 menjadi gerakan massa
SSBM (swasembada bahan makanan). Sekitar tahun 1964 tetesan minyak diganti
dengan metode penyuluhan “tumpahan air,” yang ditandai dengan kampanye
besar-besaran di bawah Komando Operasi Gerakan Makmur (KOGM). Dampak
negatif penyuluhan sistem komando ini adalah para petani menjauhi penyuluh.
Periode 1963-1993 dikenal dengan gerakan swasembada beras karena penyuluhan
pertanian diintegrasikan dengan gerakan Bimas/Inmas untuk swasembada pangan
melalui sistem LAKU (latihan dan kunjungan) dan sukses swasembada berasnya
dicapai tahun 1984. Menyusul periode 1993-Sekarang, yang ditandai adanya
perubahan orientasi pendekatan komoditas ke pendekatan agribisnis dan otonomi
daerah. Dimana di tahun 1993 urusan penyuluhan pertanian diserahkan kepada

7

pemerintah daerah yang menyebabkan dinamika penyuluhan pertanian menurun
drastis. Di tahun 1998 diluncurkan program Gema Palagung 2001, Gema Protekan
2003 dan Gema Proteina 2003, ini pun menuai masalah. Memang, peningkatan
produksi berhasil tetapi meninggalkan masalah utang macet, dan prinsip
penyuluhan dirusak dengan pemberian insentif kepada penyuluh.
Terlihat bahwa penyuluhan

hingga saat ini, intinya hanya untuk alih

teknologi dan mengejar peningkatan produksi. Sedangkan kegiatan penyuluhan
pertanian untuk meningkatkan kapasitas manusia (SDM)nya belum dilakukan.
Padahal, di kalangan petani telah banyak terjadi perubahan seperti tingkat
pengetahuan dan pendidikan yang semakin baik, tingkat pendapatan

yang

meningkat, semakin tersedianya aksesibilitas sarana dan prasarana komunikasi,
sehingga petani mencari dari sumber lain akan kebutuhan yang mereka perlukan.
Fenomena ini dikuatkan oleh hasil penelitian Puspadi (2002) yang menyebutkan
bahwa telah terjadi perubahan pemenuhan kebutuhan informasi dan perilaku
usahatani yang semakin komersial, dimana akibat relatif tingginya tingkat
pendidikan para petani, perubahan cara belajar petani, makin tingginya kapasitas
inovasi dan informasi para petani, bangkitnya kesadaran petani atas hak-haknya,
perubahan referensi petani, munculnya gejala -gejala relativitas nilai di perdesaan,
makin tingginya otoritas petani dalam pengambilan keputusan, menuntut
perubahan peran, sistem dan paradigma penyuluhan pertanian.
Kalau penelitian Puspadi (2002) melihat pada perubahan pemenuhan
kebutuhan informasi, maka studi ini lebih melihat (pada) perubahan penggunaan
saluran komunikasi dan menentukan pola komunikasi yang paling efektif dalam
penyuluhan serta mengungkapkan distorsi informasi penyuluhan teknologi sapi
potong di sistem user.
Seperti telah disebutkan di atas, telaah komunikasi dalam penelitian ini
adalah telaah yang berkaitan dengan pembangunan. Komunikasi pembangunan
yang dilakukan di Indonesia, seperti halnya di banyak negara berkembang
sebenarnya bukan komunikasi pembangunan yang diungkapkan Schramm dan
Lerner (1976) dari studi penelitiannya di Desa Balgat, Turki, yakni komunikasi
sebagai unsur penting dalam proses pembangunan yang dengan komunikasi

8

diharapkan mampu mengubah sikap, pikiran serta kepribadian tradisional menjadi
modern. Selain itu, komunikasi bukan merupakan alat untuk diseminasi, tetapi
menjadi alat bagi peternak sendiri untuk menentukan saluran komunikas i yang
akan digunakannya dan informasi yang akan diambil. Sehingga, seperti halnya
program pengembangan sapi potong di desa-desa yang umumnya dilaksanakan
dalam situasi dan keadaan mikro berbentuk kampanye dan kaji tindak yang segera
akan diakhiri bila proyek pembangunan telah selesai dilaksanakan (Jayaweera,
1989), tak akan terjadi. Inilah yang mendasari perlunya komunikasi penunjang
pembangunan (KPP). Pendekatan ini bertentangan dengan kondisi pembangunan
selama ini. Melaksanakan KPP pada dasarnya tidak mengubah paradigma pembangunan itu sendiri. Kegagalan komunikasi dalam pembangunan di Indonesia lebih
merupakan kegagalan paradigma pembangunan itu sendiri, yaitu paradigma
pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pembangunan fisik. Oleh karena
itu, kegagalan komunikasi dalam pembangunan di Indonesia merupakan
kegagalan komunikasi linear, maka studi-studi komunikasi hendaknya mengacu
pada model komunikasi konvergensi yang memandang proses komunikasi bukan
secara sepihak dari komunikator kepada penerima (user), melainkan suatu proses
berbagi informasi tanpa menunjukkan superioritas salah satu unsur yang terlibat
dalam proses komunikasi. Salah satu penelitian yang mengacu pada model
komunikasi konvergensi tersebut adalah studi mengenai jaringan komunikasi
interpersonal yang menggunakan metode analisis jaringan (Rogers, 1995).
Keuntungan menggunakan metode ini yang menggunakan hubunganhubungan interpersonal sebagai unit analisis dibandingkan dengan metode yang
menggunakan individu sebagai unit analisis (survei) ialah dapat dihimpitkannya
struktur sosial yang diambil dari pengkategorian karakteristik personal pada arus
komunikasi. Hal ini memungkinkan kita memahami hubungan antara struktur
sosial dengan arus pesan. Pemahaman ini sangat berguna sebagai masukan untuk
perumusan strategi komunikasi pembangunan, yang sering diabaikan oleh para
ekonom yang merancang pembangunan. Telaah komunikasi yang berkaitan
dengan pembangunan perlu dilakukan, terlebih pada usaha -usaha pemerataan
kesempatan menikmati hasil-hasil pembangunan

yang menuju sasaran berupa

9

peningkatan pendapatan warga masyarakat, peternak yang hidup di perdesaan.
Untuk itu fokus penelitian ini adalah usaha pemahaman hubungan antara
karakteristik personal, terpaan atau keterdedahan arus informasi (selective
exposure), keterlibatan peran komunikasi peternak sapi potong dalam jaringan
komunikasi dan distorsi informasi. Konsep distorsi yang dimaksud di sini adalah
ketimpangan tingkat informasi antar anggota jaringan komunikasi.
Dari latar belakang dan uraian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian utama, yakni “Apakah perilaku komunikasi peternak dalam
penyuluhan
interpersonal?”

sudah

tidak

sepenuhnya

mengandalkan

komunikasi

Dari pertanyaan utama tersebut dan melihat kondisi profil

peternak yang sudah lebih baik (terutama pendidikan dan strata komersial/ kelas
ekonomi), menimbulkan kecenderungan berperilaku komunikasi yang tidak hanya
interpersonal melainkan juga berkomunikasi impersonal sebagai alternatif polapola terdahulu (tetesan minyak/SSBM, LAKU, US.Extension seperti sekolah
lapangan atau kursus maupun pelatihan). Untuk itu, empat pertanyaan penelitian
yang lebih operasional berikut ini coba dirumuskan sebagai masalah penelitian,
yaitu:
1. Bagaimana perilaku komunikasi peternak dalam mendapatkan informasi?
2. Apa saja peran-peran komunikasi yang dilakukan peternak dalam jaringan
komunikasi sapi potong?
3. Sejauhmana hubungan karakteristik personal (tingkat pendidikan, kelas
ekonomi, kepemilikan media massa) deng