Perkembangan UMKM Saat Ini Akhir 1997 – sampai saat ini

kecil jika karyawannya 5-19 orang; jika kurang dari 5 karyawan digolongkan usaha rumah tangga, dan usaha menengah terdiri atas 20-99 karyawan. Anderson dalam Partomo dan Soejoedono, 2002 yang mengemukakan definisi kriteria pengelompokkan kegiatan usaha ditinjau dari jumlah pekerja dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Pengelompokan kegiatan usaha ditinjau dari jumlah pekerja Sumber : Anderson, Tommy D. 1987, Profit in Small Firm, School of Economic University of Gothenberg, Sweden

2.2.1. Perkembangan UMKM Saat Ini Akhir 1997 – sampai saat ini

Partomo, 2004 Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tengah tahun 1997 sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Krisis ini juga telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha karena tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UMKM sebagian besar tetap bertahan, bahkan cenderung bertambah. Alasan-alasan UMKM bisa bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis adalah : 1. Sebagian besar UMKM memperoduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan. 2. Sebagian besar UMKM tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor ini. Berbeda dengan sektor perbankan bermasalah, maka UMKM ikut terganggu kegiatan usahanya. Sedangkan usaha berkala besar dapat bertahan. Di Indonesia, UMKM mempergunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat rendah. 3. UMKM mempunyai modal yang terbatas dan pasar yang bersaing, dampaknya UMKM mempunyai spesialisasi produksi yang ketat. Hal ini memungkinkan UMKM mudah untuk pindah dari usaha yang satu ke usaha lain, hambatan keluar-masuk tidak ada. 4. Reformasi menghapuskan hambatan-hambatan di pasar, proteksi industri hulu dihilangkan, UMKM mempunyai pilihan lebih banyak dalam pengadaan bahan baku. Akibatnya biaya produksi turun dan efisiensi meningkat. Tetapi karena bersamaan dengan terjadinya krisis ekonomi, maka pengaruhnya tidak terlalu besar. 5. Dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak memberhentikan pekerja-pekerjanya. Para penganggur tersebut memasuki sektor informal, melakukan kegiatan usaha yang umumnya berskala kecil, akibatnya jumlah UMKM meningkat. Dengan demikian UMKM dapat dijadikan andalan untuk masa yang akan datang dan harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif. Maka peraturan Negara atas UMKM sangat lah penting dalam semua lini, dan di bagi atas 2 kontijensi seperti; Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI tentang Perubahan Atas Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 32KepM.KUKMIV2003 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah, Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI tentang Pedoman Teknis Bantuan Untuk Teknologi tepat Guna Kepada Usaha Kecil dan Menengah di Sentra, Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI tentang Pedoman Teknis Perkuatan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah di Kawasan Industri, Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI tentang Pemberdayaan Business Development Services-Provider BDS-P Untuk Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yang merupakan peraturan negara untuk UMKM secara garis besar. Dengan adanya otonomi daerah maka terdapat pula peraturan terfokus pada daerah tertentu seperti; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

2.3. Akuntansi