Komunikasi Lintas Agama: Kegiatan Penyebaran Agama Gereja Kristen Pasundan Kampung Sawah Kota Bekasi

KOMUNIKASI LINTAS AGAMA: KEGIATAN
PENYEBARAN AGAMA GEREJA KRISTEN
PASUNDAN KAMPUNG SAWAH KOTA BEKASI

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Penyaran Islam (S.Kom.I)

Oleh
Dea Alvi Soraya
NIM. 1112051000050

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M

ABSTRAK

Dea Alvi Soraya
Komunikasi Lintas Agama: Kegiatan Penyebaran Agama Gereja Kristen Pasundan Kampung

Sawah Kota Bekasi
Penyebaran agama bagi agama Kristen dan Islam merupakan tugas penting dan
merupakan kewajiban bagi pemeluknya. Kegiatan penyebaran agama dapat disebut sebagai
kegiatan komunikasi, dimana komunikator menyemapaiakan pesan kepada komunikan baik
secara perorangan maupun kelompok. Penyebaran agama atau berdakwah dalam agama Islam
dianggap sebagai tugas suci yang merupakan tugas setiap muslim. Dengan demikian, setiap
muslim berkewajiban untuk berdakwah. Sedangkan dalam agama Kristen, perintah
penyebaran agama adalah amanat agung yang disampaikan Yesus sebelum naik ke Syurga.
Dengan penjelasan yang terurai di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok
permasalahan yang mengahasilkan beberapa pertanyaan. Pertanyaan utamanya yaitu,
bagaimana komunikasi lintas agama kegiatan penyebaran agama GKP Kampung Sawah Kota
Bekasi? Adapun pertanyaan turunannya adalah apa bentuk bujukan dan paksaan atau reaksi
kebencian yang dilakukan umat kristiani dalam melakukan penyebaran agama? Apakah
komunikasi berperan sebagai obat manjur dalam menyelesaikan masalah atau racun yang
memperkeruh masalah? Apakah kegiatan penyebaran agama Kristen diibaratkan seperti
peluru atau bumarang? Apa respon umat muslim kampung sawah terhadap kegiatan
penyebaran agama GKP Kampung Sawah berada pada tahap negosiasi, dominasi atau
penolakan?
Teori utama yang digunakan dalampenelitian ini adalah Teori Resepsi Aktif milik
Andi Faisal Bakti. Teori ini menganggap abahwa manusia adalah makhluk yang aktif dalam

menginterpretasikan pesan dan informasi. Teori ini mengatakan bahwa keefektifan
komunikasi dan diterimanya pesan bukan berasal dari peran komunikator atau media massa,
melainkan dari proses penerimaan pesan oleh komunikan. Dalam hal ini komunikan tidak
bersifat pasif melainkan berperan aktif.
Penelitian ini menghasilkan sebuah fakta bahwa hubungan komunikasi lintas agama
di kampung sawah berjalan dengan harmonis dan penuh rasa toleransi. Kegiatan penyebaran
agama kristen di kampung sawah diakukan melalui jalur pernikahan lintas agama dan sistem
marga. Banyak umat muslim yang pindah agama dengan alasan mengikuti dorongan keluarga
atau keyakinannya sendiri. Ada pula sebaliknya, umat kristiani yang melepaskan
keyakinannya dan memilih Islam. Fenomena pindah agama baik bagi muslim maupun
kristiani dianggap sebagai hal yang wajar sehingga warga kampung swah sudah terbiasa
mengahdapi fenomena tersebut.
Kesimpulannya, kegiatan penyebaran agama Kristen di Kampung Sawah dilakukan
melalui bujukan dan terselung, sehingga orang yang menjadi sasaran kristenisasi tiddak akan
menyadarinya. Hal ini tentu membuat gerakan kristenisasi akan terus berjalan di Kampung
Sawah sampai kapanpun.
Keyword: penyebaran agama, kampung sawah, kristiani, muslim

Kata pengantar
Puji syukur saya hanturkan kepada Allah SWT penguasa alam semesta, hanya dengan

hidayah-Nya proses penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya.
Skripsi dengan judul Komunikasi Lintas Agama: Kegiatan Penyebaran Agama Gereja
Kristen Pasundan Kampung Sawah Kota Bekasi, yang telah melalui beberapa kali pergantian
judul semenjak sidang proposal pada tanggal 16 desember 2015 lalu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari
banyak pihak baik secara materil maupun moril. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan
banyak terima kasih kepada pihak yang sangat membantu dalam penyesaian skripsi ini,
terutama kepada yang terhormat:
1. Dr. Arief Subhan, MA, Selaku dekan fakultas ilmu dakwah dan ilmu
komunikasi uin syarif hidayatullah jakarta.
2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurakhmah, M.Si selaku ketua dan sekertaris
jurusan komunikasi penyiaran islam uin syarif hidayatullah jakarta.
3. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA, Ph.D, selaku guru besar fakultas ilmu
dakwah dan komunikasi sekaligus dosen pembimbing skripsi. Peneliti
mengucapkan banyak terima aksih atas bimbingan dan didikan yang diberikan
kepada peneliti demi mencapai hasil yang terbaik. Terima kasih pula atas
seluruh dukungan dan motivasi yang diberikan kepada peneliti.
4. Dr. Suhaimi, M.Si selaku ketua sidang skripsi, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si
selaku penguji I dan Ade Masturi, MA selaku penguji II.

5. Keluarga besar fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi beserta segenap
dosenyang telah memberikan saran dan masukan kepada peneliti.

6. Seluruh staf tata usaha yang telah memudahkan peneliti dalam mempercepat
penyelesaian penelitian.
7. kepada Papa (Ahmad Sanusi, MA) dan Mama (Sri Mulyati, S.Ag) tercinta,
yang telah memberikan saran dan selalu bersedia menjadi tempat keluh kesan
peneliti di saat-saat sulit. Terima kasih pula saran dan dorongan yang selalu
diberikan demi memunculkan semangat peneliti dalam menulis.
8. Sahabat-sahabat peneliti, Yaumil Kurniati, Rahmah Novitasari dan Ina
Legiana yang selalu ada untuk peneliti dan selalu memberikan pengertian
kepada peneliti.
9. Kepada anggota KKN MEMORI 2015 yang sudah rela menyelesaikan tugas
KKN dan memaklumi peneliti. Terima kasih atas pengertiannya.

Terakhir, peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, peneliti berharap dikemudian hari skripsi ini dapat dikembangkan
dengan lebih baik. Amin.

Ciputat, 20 Maret 2016


Dea Alvi Soraya

DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................

1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah.................................................

6

1. Identifikasi Masalah .............................................................................

6


2. Batasan Masalah ...................................................................................

7

3. Rumusan Masalah ................................................................................

7

C. Ruang Lingkup, Tujuan, Pernyataan dan Manfaat Penelitian ....................

8

1. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................

8

2. Tujuan Penelitian ..................................................................................

8


3. Pernyataan Penelitian ...........................................................................

8

4. Manfaat Penelitian ................................................................................

9

D. Bingkai Teoritis dan Metodologi Penelitian ...................................................

9

1. Bingkai Teoritis .....................................................................................

9

2. Metodologi Penelitian ...........................................................................

10


E. Tinjuan Pustaka ................................................................................................

12

F. Sistematika Penulisan .......................................................................................

14

BAB II. KAJIAN PUSTAKA : TEORI RESEPSI AKTIF
A. Komunikasi, Agama dan Budaya .................................................... ..

15

B. Coerseduction ........................................................................................

23

C. Panacea .................................................................................................

27


D. Bullet and Boomerang Effect ..............................................................

32

E. Negotiation ............................................................................................

35

BAB III. GAMBARAN UMUM
A. Bertemunya Kristen dan Islam ......................................................................

39

B. Gereja Kristen Protestan Pasundan Kampung Sawah .................................

41

C. Agama Kristen di Kampung Sawah................................................................


45

BAB IV. ANALISIS DATA : KRISTEN DAN RESPONS MUSLIM
A. Paksaan, Bujukan, atau Reaksi (Kebencian) .................................................

49

B. Obat Manjur, Penawar, atau Racun (Opium) ..............................................

56

C. Peluru dan Bumerang ......................................................................................

60

D. Tarik Ulur, Dominasi atau Penolakan ............................................................

64

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................

74

B. Saran .................................................................................................................

75

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

76

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hubungan antara negara dan agama merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menyebutkan “Ketuhanan
Yang Maha Esa” dalam sila pertama. Sila tersebut dijabarkan dalam UUD 1945
bab XI tentang agama, yang berbunyi:1
“1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan YME.
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.”
Indonesia adalah negara yang terdiri dari 17.800 pulau, dengan beragam suku,
bahasa, budaya dan agama. Penduduk Indonesia didominasi oleh pemeluk agama
Islam. Namun tidak menghalangi berkembangnya agama-agama besar di dunia
seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam hasil sensus penduduk tahun
2010, pemeluk agama Islam pada tahun 2010 tercatat sebanyak 207,2 juta jiwa
(87,18 persen), pemeluk agama Kristen sebanyak 16,5 juta jiwa (6,96 persen),
pemeluk agama Katolik sebanyak 6,9 juta jiwa (2,91 persen), pemeluk agama
Hindu sebanyak 4.012.116 jiwa (1,69 persen) dan pemeluk agama Budha
sebanyak 1.703.254 jiwa (0,72 persen). Sementara itu, agama Khong hu cu
sebagai agama termuda yang diakui oleh pemerintah Indonesia dianut sekitar
117,1 ribu jiwa (0,05 persen).2

Departemen Agama RI (Depag RI), Bingkai Teologi: Kerukunan Hidup Umat Beragama di
Indonesia (Jakarta: Depag RI, 1997),h. 1.
2
Badan Pusat Statistik (BPS), Hasil Sensus Penduduk 2010: Kewarganegaraan, Suku Bangsa,
Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia (Jakarta: BPS, 2010), h. 10.
1

1

2

Sedangkan jika dilihat secara luas dari populasi pemeluk agama seluruh dunia,
Pew Research Center memprediksikan terjadinya perubahan pada perkembangan
agama dan pemeluknya di tahun 2050, antara lain:3
1.

Perkembangan agama Kristen akan semakin berkembang pada tahun
2050 dengan perkiraan mencapai 11,2% dari seluruh populasi penduduk
Indonesia.

2.

Pengikut agama Islam akan semakin menurun sekitar 2-3% persepuluh
tahun. Jumlah muslim diperkirakan hanya sekitar 86,4% dari seluruh
populasi penduduk Indonesia pada tahun 2050 dengan jumlah awal
sekitar 87,2% pada tahun 2010.

3.

Islam akan berkembang pesat di India bahkan mengalahkan populasi
muslim di Indonesia.

4.

Pada tahun 2050 akan terjadi keseimbangan antara Islam dan Kristen,
dengan jumlah umat kristiani sebanyak 31,4% dan umat muslim
sebanyak 29,7% dari seluruh populasi penduduk di dunia, seperti yang
tercatat pada tabel 1.1.

Pew Research Center, The Future of World Religions: Populations Growth Projection,
2010-2050 (Washington D.C: Pew Research Center, 2015), h. 73.
3

3

Tabel 1.1
Perkembangan Agama 2010-2050

Penyebaran agama bagi agama Kristen dan Islam merupakan tugas penting
dan merupakan kewajiban bagi umat kristiani dan umat muslim. Hakekat Kristen
dan Islam sebagai agama misionaris membuatnya dominan dipeluk oleh penduduk
dunia. Kegiatan penyebaran agama dapat disebut sebagai kegiatan komunikasi, di
mana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan baik secara
perorangan atau kelompok. Secara teknis perbedaan antara kegiatan penyebaran
agama dengan kegiatan komunikasi terletak pada muatan pesan yang disampaikan.
Dalam komunikasi, pesan yang disampaikan bersifat netral sedangkan dalam
pesan penyebaran agama berisi nilai keteladanan dan kebenaran.4 Penyebaran
agama atau berdakwah dalam agama Islam, dianggap tugas suci yang merupakan
tugas setiap muslim. Dengan demikian, setiap muslim berkewajiban untuk
berdakwah. Seperti dalam firman Allah surat Ali Imran ayat 104, yang berbunyi:

4

Faizah dan Lalu Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 37.

4





 







 





 



 



                    









  







 





        
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung.
Sedangkan dalam agama Kristen, perintah penyebaran agama diibaratkan
sebagai amanat agung. Sebelum Yesus meninggalkan para muridnya dan naik ke
surga, Yesus memberi perintah yang menjadi landasan umat kristiani dalam
melakukan penyebaran agama. Perintah itu tertulis dalam Alkitab perjanjian baru,
surat Matius ayat 19-20 yang berbunyi:
“(28:18) Then Jesus came up and said to them, “All authority in heaven
and on earth has been given to me. (28:19) Therefore go and make
disciples of all nations, baptizing them in the name of the Father and the
Son and the Holy Spirit,(28:20) teaching them to obey everything I have
commanded you. And remember,I am with you always, to the end of the
age.”

5

Artinya: Karena itu pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan ajarkanlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan padamu. Dan ketahuilah, aku
menyertaimu senantiasa hingga akhir zaman.
Kesamaan kewajiban antara umat muslim dan kristiani, menjadikan kedua
agama ini berkompetisi dalam hal penyebaran agama. Manusia memiliki hak
untuk mengungkapkan agama dan keyakinannya dalam ritual peribadatan,
menaati, mengamalkan dan mengajarkan agama dan keyakinan mereka dalam
masyarakat baik secara tertutup maupun terbuka.
Perlindungan dalam beragama dan berkeyakinan tertera pada Hak Asasi
Manusia (HAM), Undang-Undang Dasar (UUD), maupun keputusan dari berbagai
macam forum dan federasi baik tingkat nasional maupun internasional. Hal ini
didasari komitmen untuk menghormati, melindungi dan mengembangkan ajaran
masing-masing pemeluk agama agar terhindar dari tindak intimidasi, diskriminasi,
kekerasan, dan isolasi. Kebebasan beragama dan berkeyakinan termasuk dalam
pasal 18 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). Kebebasan
beragama memiliki dua komponen, yaitu:5
“1. Kebebasan seseorang untuk memeluk atau untuk tidak memeluk agama
yang ia pilih.
2. Kebebasan seseorang untuk mengungkapkan agama dan keyakinannya,
secara individu atau dalam masyarakat bersama-sama dengan orang
lain, di muka umum atau secara pribadi, melalui pelaksanaan ibadah,
ketaatan, pengalaman, dan ajaran keyakinannya.”
Selain itu, dalam Peraturan Bersama Kementerian Agama dan Kementerian
Dalam Negeri nomer 9 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
Kepala/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
Europea UIO,EU Guidelines on the Promotion and Protection of Freedom of Religion or
Belief (Luxembourg: Europea UIO, 2013), h. 5.
5

6

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah,
menyatakan bahwa:
“1. Hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangidalam keadaan apapun.
2. Setiap orang bebas memilih agama dan beribadah menurut agamanya.
3. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanyadan
kepercayaannya itu.
4. Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk
melaksanakan ajaran agama dan ibadah pemeluk-pemeluknya
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
tidak menyalah-gunakan atau menodai agama, serta tidak mengganggu
ketentraman dan ketertiban umum.
5. Pemerintah memiliki tugas untuk memberikan bimbingan dan
pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran agamanya
dapat berlangsung dengan rukun, lancar dan tertib.
6. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama
antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama,
kehidupan beragama, serta peningkatan kerukunan intern dan antar
umat beragama.
7. Daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi, mempunyai
kewajiban melaksanakan urusan wajib bidang perencanaan,
pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang serta kewajiban melindungi
masyarakat, menjaga persatuan dan kesatuan, dan kerukunan nasional
Negara Republik Indonesia.
8. Kerukunan umat beragama merupakan bagian penting dari kerukunan
nasional.”6
Kebebasan tersebut yang menurut peneliti menarik, karena Indonesia
merupakan negara yang didominasi oleh pemeluk agama Islam yang selalu
mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sosial sehari-hari. Meskipun
sosialisasi tentang toleransi antar agama sudah dikembangkan, namun keberadaan
umat kristiani di Indonesia tetap belum memiliki ruang bebas dalam menyebarkan
agama karena terbatas dengan kentalnya ajaran Islam yang tertanam dalam diri
masyarakat. Oleh sebab itu, terpilihlah “Komunikasi Lintas Agama: Kegiatan

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Pedoman Kerukunan Hidup Umat Beragama
(Bekasi: Atina Bulan Cahaya, 2012), h. 1-2.
6

7

Penyebaran Agama Gereja Kristen Pasundan Kampung Sawah Kota Bekasi”
sebagai tema utama dalam penelitian ini.
B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Sebelum membatasi masalah, peneliti akan terlebih dahulu memberikan
identifikasi masalah seputar judul yang diangkat. Masalah yang ditemukan
peneliti dalam judul ini adalah seputar kegiatan penyebaran agama Gereja Kristen
Pasundan (GKP) Kampung Sawah Kota Bekasi. Untuk mengetahui kegiatan
penyebaran agama yang dilakukan GKP maka peneliti akan melakukan penelitian
kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara
mendalam, dan uji dokumen.
2. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, pembatasan yang diambil agar penelitian yang dilakukan
lebih terarah dan terperinci. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian
ini dibatasi pada kegiatan penyebaran agama GKP Kampung Sawah, Kota Bekasi.
Dalam penelitian ini, peneliti lebih terfokus pada faktor yang melatarbelakangi
berkembangnya agama Kristen di Kampung Sawah yang mayoritas penduduknya
beragama Islam.
3.

Rumusan Masalah
a. Bagaimana komunikasi lintas agama kegiatan penyebaran agama GKP
Kampung Sawah Kota Bekasi?
b. Apa teknik yang digunakan jamaat GKP Kampung Sawah dalam
melakukan penyebaran agama?

8

c. Apakah para pemeluk agama baik Islam atau Kristen tetap menjadikan
agamanya sebagai keyakinannya atau memilih berpaling pada agama
lain?
d. Apakah kegiatan penyebaran agama Kristen di Kampung Sawah
berjalan sesuai tujuan, atau justru berbalik dari tujuan awal?
e. Apa respons umat muslim Kampung sawah terhadap kegiatan
penyebaran agama GKP Kampung Sawah?
C. Ruang Lingkup, Tujuan, Pernyataan dan Manfaat Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Status umat kristiani di wilayah Kampung Sawah dikategorikan sebagai
budaya pendamping yang berada diluar kaum dominan, karena umat muslim lebih
mendominasi. Keadaan ini berpotensi menimbulkan kecemasan dan ketakutan
jamaat GKP dalam menyebarkan agama mereka secara bebas. Keterbatasan ruang
gerak inilah yang akan menjadi fokus penelitian, di mana peneliti akan melakukan
observasi dan analisis mengenai strategi jamaat GKP dalam melakukan
penyebaran agama meskipun dengan ruang gerak yang terbatas.
2. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui teknik penyebaran agama yang dilakukan GKP
Kampung Sawah Kota Bekasi.
2) Untuk mengetahui pola komunikasi lintas agama di Kampung Sawah.
3) Untuk mengetahui pandangan jamaat GKP Kampung Sawah tentang
masyarakat muslim di lingkungan GKP Kampung Sawah dan
sebaliknya.

9

3. Pernyataan Penelitian
Jika dikaitkan dengan teori utama penelitian, yaitu Teori Resepsi Aktif
(Active-Reception Theory) maka dapat diasumsikan bahwa ada dua cara yang
dilakukan jamaat GKP Kampung Sawah dalam menyebarkan agamanya, yaitu
melalui bujukan dan paksaan. Pada saat ini, umat kristiani lebih memilih
melakukan teknik bujukan dibanding paksaan demi menghindari konflik
antaragama.
Peneliti juga mengasumsikan bahwa jamaat GKP Kampung Sawah
sebenarnya tidak sepenuhnya bebas dalam mengungkapkan ketaatannya pada
agama yang dia yakini. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa kaum kristiani
yang masih menyembunyikan kekristenannya jika berhadapan atau berada di
tengah-tengah masyarakat muslim. Namun, pernyataan dan asumsi tersebut belum
dipastikan kebenarannya. Oleh karena itu, peneliti akan menyajikan beberapa teori
diantaranya teori utama dan teori pendukung serta hasil-hasil temuan dan hasil
analisis penelitian.
4.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Menjadi gambaran bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
mengetahui bagaimana penyebaran agama yang dilakukan umat kristiani.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi acuan mahasiswa yang ingin mengetahui lebih
jauh keeksistensian umat kristiani dalam melakukan penyebaran agama
serta mengkaji teknik yang mereka aplikasikan.

10

D. Bingkai Teoritis dan Metodologi Penelitian
1.

Bingkai Teoritis
Gereja Kristen Pasundan
Kampung Sawah
Kota Bekasi

Coerseduction

Prasangka

Panacea

Resistensi

Bullet

Boomerang

Teknik Penyebaran Agama

Negotiation
Umat Muslim

Penolakan
Penerimaan

Gambar 1.1: Gambaran teoritis
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa dalam proses penyebaran agama, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses penyebaran
agama tersebut. Faktor-faktor seperti Coerseduction, Panacea, Bullet, Boomerang,
dan Negotiation. Faktor terseut adalah instrumen yang berada dalam Teori Respon
Aktif (Active-Reception Theory).7Teknik-teknik tersebut memiliki pengertian dan
proses yang berbeda-beda.
Penjelasan dari tanda dua panah antara coerseduction dan prasangka adalah
berlawanannya kegiatan coerseduction dan prasangka. Coerseduction diartikan
sebagai cara seseorang untuk membujuk dan mengubah persepsi orang lain
dengan menggunakan bujukan atau paksaan. Sedangkan prasangka adalah suatu

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South
Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program (Jakarta: INIS, 2004), h. 109-120.
7

11

pandangan suatu kelompok tentang kelompok lain. Biasanya, prasangka selalu
dikaitkan dengan hal-hal negatif seperti stereotip, rasis dan reaksi kebencian.
Sedangkan tanda dua panah antara penecea dan resistensi juga diarikan
sebagai hal yang berlawanan. Penecea diibaratkan sebagai faktor lain selain
komunikasi yang dijadikan sebagai penawar dalam menyelesaikan masalah sosial.
Sedangkan resistensi adalah diibaratkan sebagai reaksi yang timbul karena fakta
sosial yang terjadi baik berupa pujian, umpatan, dorongan, penolakan dan lainnya.
Resistensi dalam pandangan James Scoot berfokus pada bentuk-bentuk
perlawanan yang sebenarnya ada dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari, ia
menggambarkan dengan jelas bagaimana bentuk perlawanan kaum minoritas yang
tidak memiliki kekuatan dalam melakukan penolakan terbuka dan berujung pada
penolakukan tertutup (resistensi tertutup) seperti gosip, fitnah, dan lainnya.8
Sedangkan bullet (peluru) diibaratkan sebagai kepasifan komunikan dalam
menginterpretasikan informasi sehingga cenderung menerima apapun pesan yang
diberikan oleh komunikator tanpa mempertimbangkan kebenaran pesan tersebut.
Berlawanan dengan boomerang (bumerang) yang menganggap bahwa komunikan
memiliki kemampuan memproses pesan dengan baik dan memiliki kekuasaan
penuh dalam menentukan diterima atau ditolaknya suatu pesan. Sehingga jika
komunikan tidak menerima pesan yang disampaikan komunikator, kemungkinan
pesan tersebut akan menjadi bumerang bagi komunikator tersebut.
Proses interpretasi pesan tersebut diasumsikan sebagai proses negosiasi yang
nantinya akan menentukan diterima atau tidaknya pesan tersebut berdasarkan

James Scoot, Moral Ekonomi Petani. Penerjemah Hasan Basri (Jakarta: LP3ES, 1994), h.

8

64.

12

faktor-faktor yang menjadi referensi komunikan dalam memaknai pesan yang
didapatnya.
Menurut Andi Faisal Bakti, resepsi aktif adalah teori yang menganggap bahwa
manusia adalah makhluk yang aktif dalam menginterpretasikan pesan dan
informasi yang dia dapat. Keefektifan komunikasi dan diterimanya pesan dalam
teori resepsi aktif bukan berasal dari peran komunikator atau media, melainkan
dari proses penerimaan pesan oleh komunikan. Paradigma yang digunakan dalam
teori ini lebih mengarah pada pengaruh atas-bawah atau pengaruh horizontal.
Active-Reception Theory berkaitan dengan komunikasi interpersonal, dengan
sosial kontrol diberikan kepada komunikan dengan pendekatan hubungan
interpersonal.9
2. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil dari penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.10 Jenis penelitian
kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan, menganalisa dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi berdasarkan data yang penulis dapat secara
lebih mendalam tentang keeksistensian penyebaran agama Kristen di lingkungan
mayoritas muslim.

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South
Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program, h. 108.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 205.
9

13

a.

Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Gereja Kristen

Pasundan (GKP) Kampung Sawah, Kota Bekasi. Sedangkan objek penelitian ini
adalah kegiatan penyebaran agama Kristen di Kampung Sawah yang mayoritas
pemeluk agama Islam.
b. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan teori dan metodologi yang digunakan, diantaranya:
a) Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis
mengenai gejala-gejala yang diteliti. Teknik pengumpulan datanya sesuai dengan
tujuan penelitian yang direncanakan dan dicatat secara sistematis, agar terkontrol
reliabilitas dan validitasnya. Adapun jenis observasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi non-observasi, di mana peneliti hanya mengamati
tanpa berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan penyebaran agama Kristen.
Dalam hal ini, peneliti hanya akan mengamati dan menganalisis faktor pendorong
serta teknik yang digunakan umat kristiani dalam melakukan penyebaran agama.
b) Wawancara
Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.11 Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan wawancara ketua dewan GKP Kampung Sawah, tokoh masyarakat
Kampung Sawah, pejabat kelurahan Kampung Sawah dan masyarakat Kampung
Sawah. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam yang

Sutopo HB, Metode Penelitian Kualitatif (Surakarta: UNS Press,2006), h. 140.

11

14

nantinya akan membantu peneliti dalam menganalisis dan menemukan keterangan
yang lebih detail.
c) Dokumen
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini
akan semakin tinggi jika menggunakan studi dokumen.12Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan buku, jurnal, tesis dan skripsi yang berkaitan dengan
pembahasan dalam penelitian.
1) Tahapan Penelitian (prosedur)
Adapun tahapan penelitian dalam penelitian ini adalah perumusan judul,
penyusunan pengantar masalah, penegasan maksud dan tujuan, penyusunan
perangkat teoritis, penyusunan kerangka konsep, pemilihan penetapan metodologi,
penyajian hasil-hasil penelitian, analisa data yang telah diteliti, penyusunan hasilhasil penelitian, penyusunan kesimpulan, dan terakhir penyusunan saran dan
kelemahan penelitian.
2) Teknik pengolahan data
Tahapan pengolahan data yaitu proses editing, dimana semua data diperiksa
dan diedit pada bagian yang tidak diperlukan. Setelah semua selesai, data yang
sudah diperiksa dan diedit akan dianalisis dan ditafsirkan dalam bentuk deskriptif.
Adapun teknik pengolahan data yang digunakan peneliti adalah teknik pengolahan
secara etnografi.
Etnografi dalam komunikasi adalah metode analisis yang berfokus pada
usaha peneliti dalam mengobservasi dan meneliti tentang suatu komunitas atau

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 56.

12

15

suatu budaya agar bentuk komunikasi yang digunakan komunitas atau budaya
tersebut dapat diterima secara rasional. Etnografi melihat beberapa faktor, antara
lain:13
1) Pola komunikasi yang digunakan dalam sebuah kelompok
2) Mengartikan semua kegiatan komunikasi dalam kelompok
3) Kapan dan di mana anggota kelompok menggunakan kegiatan ini
4) Bagaimana praktik komunikasi yang digunakan
5) Keberagaman kode yang digunakan oleh sebuah kelompok
Teknik etnografi utama adalah wawancara yang panjang dan berkali-kali
dengan beberapa informan. Fokus peneliti dalam melakukan penelitian etnografi
berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan. Tujuan dari etnografi adalah
untuk mendapatkan gambaran masa lalu masyarakat tersebut. Namun, etnografi
berkembang dan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu etnografi awal dan
etnografi modern. Jika etnografi awal lebih mementingkan hal yang berhubungan
dengan sejarah kebudayaan suatu masyarakat, maka etnografi modern lebih fokus
pada kehidupan masa kini yang sedang dijalani oleh masyarakat.14
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan
utamanya adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang
masyarakat pribumi. Oleh karena itu, penelitian etnografi tidak hanya mempelajari
masyarakat, namun juga belajar dari masyarakat. Seorang peneliti etnografi
melakukan

proses

memahami

apa

yang

dilihat

dan

didengar

lalu

13
Stephen Littlejohn dan Karen Foss, Teori Komunikasi. Penerjemah Muhammad Yusuf
Hamdan (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 460.
14
James P. Spradley, Metode Etnografi. Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1997), h. 3.

16

menyimpulkannya. Proses ini memerlukan pemikiran atas kenyataan atau
kejadian yang terjadi dan hal yang diduga atau diasumsikan.15
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dipakai adalah etnografi modern
yang mengedepankan fokus penelitian pada the way of life masyarakat saat ini,
karena fokus dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana strategi GKP
Kampung Sawah dalam melakukan penyebaran agama hingga keeksistensiannya
masih terjaga hingga sekarang. Meskipun lebih memfokuskan pada kehidupan
saat ini, namun peneliti juga akan menambahkan beberapa bukti sejarah tentang
GKP Kampung Sawah yang nantinya akan menguatkan hasil penelitian.
3) Teknik Analisis Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum
dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan
non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan observasi berperanserta,
sedangkan metode non-interaktif meliputi observasi tak berperanserta, teknik
kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak berperan.16Dalam penelitian
ini, peneliti akan menggunakan metode non-interaktif.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitain terdahulu dan buku-buku
serta artikel dan makalah ilmiah yanng membahas tentang penyebaran agama dan
kebebasan beragama serta faktor yang mendasari kegiatan penyebaran agama
dalam berbagai perspektif. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan
sebagai rujukan adalah:

James P. Spradley, Metode Etnografi, h. 4.
Sutopo HB, Metode Penelitian Kualitatif, h. 9.

15
16

17

Pertama, skripsi karya Saifudin Asrori, mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia yang berjudul Relasi
Antarumat Beragama di Indonesia. Dalam skripsinya, Saefudin menjelaskan
tentang hubungan kerukunan antarumat beragama yang telah berlangsung sejak
masa orde baru dengan terbentuknya forum-forum kerukunan umat beragama.
Skripsi ini dianggap relevan karena membahas hubungan antarumat beragama di
Indonesia, serta rasa untuk saling menghargai dan hidup rukun antarumat
beragama.17
Kedua, skripsi karya Meliza Faomasi Laoli, mahasiswi Jurusan Pendidikan
Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan
Indonesia yang berjudul Peranan Nederlandse Zendingsvereeniging dalam Sejarah
Pembentukan Gereja Kristen Pasundan di Jawa Barat Pada Awal Abad 20. Dalam
skripsinya, Meliza menceritakan tentang awal mula perkembangan agama Kristen
di Jawa Barat hingga berdirinya gereja Kristen Pasundan yang jamaatnya tersebat
dihampir seluruh Jawa Barat.18
Ketiga, skripsi karya Listyarini Diah Wulandari, mahasiswi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berjudul Zending: Kristenisasi di
Margorejo Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati Tahun 1852-1942. Dalam

Saefudin Asrori, “Relasi Antarumat Beragama di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2007), h. 38.
18
Meliza Faomasi Laoli, “Peranan Nederlandse Zendingsvereenigingdalam Sejarah
Pembentukan Gereja Kristen Pasundan di Jawa Barat Pada Awal Abad 20,” (Skripsi S1 Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), h. 23.
17

18

skripsinya, Listyarini menceritakan tentang sejarah penyebaran Kristen di
Margorejo dan peran Zending dalam proses penyebaran agama Kristen.19
Keempat, skripsi karya Saleh Tri Aryanto, mahasiswa Jurusan Perbandingan
Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang berjudul Minoritas Muslim di Kalangan Mayoritas Kristen. Dalam
skripsinya, saleh menganalisis Dusun Ngento-Ento, Sumberagung, Mayudan,
Sleman yang mayoritas penduduknya adalah umat kristiani. Hasil dari penelitian
saleh menunjukkan bahwa pendangan mayoritas dan minoritas tidak terlihat di
dusun ini, seluruh penduduk baik muslim maupun kristiani dapat hidup rukun dan
saling menghormati.20
Kelima, skripsi karya Patar Pasaribu, mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia
yang berjudul Peranan Inger Ludwig Nommensen dalam Perkembangan HKBP di
Tanah Batak (1861-1881). Dalam skripsinya, Patar menceritakan perkembangan
HKBP serta peran Inger Ludwig Nommensen dalam penyebaran ajaran Kristen di
Batak.21
Keenam, skripsi karya Toto Tahari, mahasiswa jurusan perbandingan agama
fakultas ushuluddin dan ilmu filsafat universitas islam negeri syarif hidayatullah
jakarta yang berjudul respon muhammadiyah terhadap kristenisasi di Indonesia.
Dalam skripsinya, Toto menjelaskan bagaimana kegiatan kristenisasi yang terjadi
Listyarini Diah Wulandari, “Zending: Kristenisasi di Margorejo Kecamatan Dukuhseti,
Kabupaten Pati Tahun 1852-1942,” (Skripsi S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011), h. 41.
20
Saleh Tri Aryanto, “Minoritas Muslim di Kalangan Mayoritas Kristen: Studi di Dusun
Ngento-Ento, Sumberagung, Mayudan, Sleman,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013), h. 67.
21
Peter Pasaribu, “Peranan Inger Ludwig Nommensen dalam Perkembangan HKBP di Tanah
Batak tahun 1861-1881,” (Skripsi S1 Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas
Pendidikan Indonesia, 2013), h. 12.
19

19

pada masa kepemimpinan K.H Ahmad Dahlan dan bagaimana beliau menghadapi
kegiatan kristenisasi tersebut.22
F. Sistematika Penulisan
Guna menjelaskan dan memberikan mensistematiskan penulisan laporan riset
in, maka disusun sistematika penulisan ke dalam lima bab, dan pada masingmasing bab dibagi menjadi beberapa sub-bab yang akan mendukung isi dari tiap
bab yang saling berhubungan, adapun sistematika penelitian skripsi ini yaitu
sebagai berikut:
Pendahuluan, penulis letakkan pada bab satu yang meliputi latar belakang
masalah yang membahas gambaran secara singkat mengenai agama di Indonesia
dan kesamaan antara Islam dengan Kristen. Kemudian bab ini juga mencangkup
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
Kajian Pustaka menyusul pada bab dua, yang memuat teori-teori yang
menunjang dan mempunyai hubungan dengan permasalahn yang diangkat dalam
penelitian ini. Bab ini juga mengandung penjelasan teori Active-Reception sebagai
teori utama dan teori serta teori-teori lain yang mendukung dan mengkritik teori
utama.
Selanjutnya, Gambaran Umum tentang Gereja Kristen PasundanKampung
Sawah, Kota Bekasi akan dijabarkan pada bab tiga.
Sampai pada Analisis Data yang merupakan inti dari penelitian ini diletakkan
di bab empat. Dalam bab ini peneliti menganalisis semua temuan data yang
diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif. Peneliti membahas bagaimana
Toto Tahari, “Respon Muhammadiyah Terhadap Kristenisasi di Indonesia,” (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin dan Ilmu Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), 5.
22

20

komunikasi lintas agama yang mereka alami, faktor-faktor yang mempengaruhi
aksi pengungkapan identitas agama, dan strategi Gereja Kristen Pasundan
Kampung Sawah dalam melakukan penyebaran agama.
Akhirnya, bab lima sebagai penutup penelitian ini. Dalam bab ini, peneliti
menyimpulkan hasil yang diambil setelah melakukan analisa data dan interpretasi
dari hasil penelitian, serta memberikan saran baik dari sisi akademis, maupun
praktis.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA: TEORI RESEPSI AKTIF

A. Komunikasi, Agama dan Budaya
Komunikasi dan budaya dianggap tidak memiliki batasan, begitu juga dengan
agama yang merupakan salah satu elemen dari budaya. Komunikasi, budaya dan
agama diibaratkan sebagai sebuah segitiga yang saling terhubung satu sama lain.
Keterkaitan tersebut yang banyak dianggap sebagai faktor mendasar dalam
pembentukan identitas seseorang. Samovar dan koleganya mendefinisikan
komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi yang terjadi antara komunikator
(sender) dan penerima pesan (receiver) yang memiliki latar belakang kebudayaan
yang berbeda.1
Sejak lahir manusia dididik berdasarkan budaya dan agama yang disalurkan
melalui komunikasi. Selain itu, manusia mempelajari budaya dan agamanya
melalui komunikasi dan komunikasi adalah refleksi dari budaya, baik dalam
bentuk bahasa yang digunakan, dialek atau hal lainnya. Selain komunikasi, peran
agama juga dianggap sebagai faktor yang memiliki kekuatan untuk mengubah dan
membentuk sudut pandang manusia. Agama dianggap sebagai pemberi makna
kehidupan dan selalu terlihat di seluruh struktur budaya. Agama dijadikan sebagai
fondasi dasar kehidupan karena agama sangat merembes dan tertanam kuat dalam
diri manusia.
Thouless mengatakan terdapat kesulitan dalam mendefinisikan agama, karena
banyaknya ketidaksamaan pendapat dan kesulitan dalam menemukan kata yang
1

Larry A. Samovar, dkk.,Communication Between Cultures (USA: Wadsworth Cangage
Learning, 2009), h. 12.

20

21

dapat menginterpretasikan kesepakatan antara para peneliti dan teolog.2 Clark
mengatakan pengalaman agama adalah hal yang subjektif dan individual, di mana
setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda satu sama lain,
oleh karena itu sulit untuk mencari kata-kata yang dapat menggambarkan tentang
agama.3
Pengaruh agama yang diceritakan melalui komunikasi juga berperan sebagai
pembentukan pandangan seseorang atau kelompok terhadap kelompok lain.
Seperti perselisihan antara Kristen dan Islam diawali sejak terjadi Perang Salib
dimulai pada tahun 1095 yang melibatkan pasukan gereja yang disebut Crusader
melawan pasukan Islam hampir di seluruh bagian benua Eropa. Perang Salib
merupakan sebuah gerakan militer dari gereja Katolik Romawi dengan tujuan
merebut kembali akses bagi masyarakat kristen akan tanah suci di Jerusalem yang
dimulai pada sekitar tahun 1905 oleh Paus Urban II. Setelah Perang Salib, terjadi
perselisihan selama 200 tahun untuk menentukan siapa yang berhak menduduki
tanah suci, dengan 6 Perang Salib besar dan beberapa Perang Salib kecil. Pada
tahun 1291, konflik ini berakhir dengan runtuhnya benteng milik pasukan Kristen
di Acre dan setelahnya, pasukan Katolik Eropa tidak lagi melakukan serangan ke
arah timur.4
Bakti berpendapat bahwa kebanyakan konflik terjadi karena pengaruh faktor
agama dan etnis. Bakti memaparkan beberapa jenis penyebab konflik yang terjadi
di Indonesia, diantaranya konflik antara muslim dan non muslim, etnis jawa dan
non jawa, aparat negara dan penduduk sipil, masyarakat pribumi dan imigran,
2
Robert H. Thouless, An Introduction to the Psychology of Religion (UK: Cambridge
University Press, 1971), h. 5.
3
Walter H. Clark, The Psychology of Religion (New York: Macmilan, 1970), h. 7.
4
Ilham Kadir, “Sejarah Perang Salib,” artikel diakses pada 9 Maret 2016 dari
http://www.portalsejarah.com/sejarah-perang-salib.html

22

penganut agama sekular dan nasionalis, dan kalangan muslim tradisionalis dan
modernis.5
Martin dan Nakayama mengatakan bahwa proses konstruksi pikiran melalui
cerita dapat berpengaruh dalam pembentukan stereotip. Penilaian secara stereotip
adalah tindakan yang paling sering dilakukan, stereotip adalah pandangan atau
penilaian seseorang tentang orang lain yang berasal dari kelompok yang berbeda
dan menyamaratakan orang tersebut dengan kelompoknya.6
Stereotip menurut pandangan psikolog Abbate, Boca dan Boccahiaro adalah
susunan kognitif yang mengandung pengetahuan, kepercayaan, dan harapan si
penerima mengenai sebuah kelompok sosial manusia.7 Stereotip biasanya
ditanamkan sejak dini oleh orang tua kepada anaknya, seperti pandangan bahwa
orang yang memakai baju serba hitam identik dengan teroris atau orang yang
sedang berduka cita. Contoh lain, pandangan tentang Islam sebagai agama teroris
sehingga setiap kali melihat orang yang memakai atribut Islam, maka akan
dianggap sebagai teroris. Hal ini yang membuat pandangan stereotip harus
dihindari, karena selain menjadi hambatan dalam komunikasi juga dapat
mempasifkan logika kita dan mengabaikan identitas pribadi dan aspek psikologis
yang tentunya berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
Michael Hecht mengatakan bahwa identitas adalah penghubung utama antara
individu dan masyarakat, sedangkan komunikasi adalah mata rantai yang

5
Andi Faisal Bakti, “Mayor Conflicts In Indonesia: How Can Communication Contribute
to a Solution?,” Review of Human Factor Studies, vol. 6, no. 2 (Desember 2000): h. 33.
6
Judith N. Martin dan Thomas K. Nakayama, Experiencing Intercultural Communication:
an Introduction, (New York: McGraw-Hill, 2005), h. 46.
7
C.S. Abbate, dkk., “Stereotyping in Persuasive Communication: Influence Exerted by
Disapproved Source,” dalam Larry A. Samovar, dkk., ed.,Communication Between Cultures
(USA: Wadsworth Cangage Learning, 2009), h. 201.

23

memperbolehkan hal itu terjadi.8 Jadi dapat dipahami bahwa identitas adalah hal
yang mencerminkan diri seseorang dalam masyarakat maupun dalam sebuah
proses komunikasi. Peran identitas dalam sebuah proses komunikasi juga dapat
berpengaruh pada keefektifan komunikasi.
Pada tahun 1967 Watzlawick, Beavin dan Jackson muncul dan membuat
model baru komunikasi. Model ini lahir untuk membantah pernyataan bahwa
dalam proses komunikasi, peran dari penerima pesan (receiver) tidak begitu
penting dan komunikasi hanya berjalan satu arah tanpa adanya respons.
Watzlawick dan koleganya melukiskan komunikasi sebagai proses memberikan
dan menerima pesan yang dilakukan diantara para anggota komunikasi. Model ini
menekankan pandangan bahwa komunikasi bukan sesuatu yang hanya terjadi
ketika komunikator atau sumber dengan sengaja mengirimkan pesan, namun
sesuatu yang terjadi berkelanjutan di mana anggota komunikasi secara bergantian
berperan sebagai komunikator dan komunikan.9
Pernyataan Watzlawick dkk secara tidak langsung menampik kekuatan media
massa telah berkembang sejak abad kedua puluh, tepatnya saat media massa
dijadikan alat penyebar propaganda pada masa Perang Dunia I. Sebelum itu telah
ada pandangan yang kuat bahwa media massa sangat efektif dalam membentuk
opini dan memengaruhi perilaku. Ciri utama dalam komunikasi massa adalah
bahwa media dapat menjangkau banyak orang, hubungan yang terjadi bersifat
satu arah dan pengirim pesan (sender) memiliki kekuatan yang lebih besar

Michael L. Hecht, “The Communication Theory of Identity: Development, Theoritical
Perspective, and Future Directions,” dalam Stephen Littlejohn dan Karen A. Foss, ed., Teori
Komunikasi. Penerjemah Muhammad Yusuf Hamdan (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 131.
9
Paul Warzlawick, dkk., Pragmatics of Human Communication: A Study of Interactional
Patterns, Pathologies, and Paradoxes (New York: Norton, 1967), h. 48-51.
8

24

daripada penerima (receivers).10 Seperti teori komunikasi model Harold Lasswell
yang merumuskan pernyataan: “who say what to whom in which channel with
what effect”11
Pandangan Lasswell tentang komunikasi mengingatkan pada pandangan
Aristoteles yang menekankan pembicara, pesan dan khalayak. Kedua ahli
komunikasi ini melihat komunikasi sebagai proses satu arah yang dikenal dengan
One Step Flow Model, di mana seorang individu memengaruhi individu lain
melalui pesan yang disampaikannya. Perbedaan antara Lasswell dan Aristoteles
adalah gagasan Lasswell yang melibatkan peran media massa sebagai bagian dari
proses komunikasi.12
Pada 1955 Elihu Katz dan Paul Lazarsfeld menyajikan model komunikasi dua
arah (Two Step Flow Model) untuk membantah teori Lasswell. Katz dan
Lazarsfeld merumuskan pegaruh pribadi (Personal Influence) berdasarkan
penelitian mereka yang menemukan bahwa informasi yang disampaikan media
massa tidak efektif dan tidak memiliki dampak pada individu secara langsung.
Secara khusus, penelitian mereka membuktikan bahwa pesan politik melalui radio
dan media cetak memilki efek yang kurang berarti bagi keputusan pemilih. Selain
itu mereka menemukan bahwa pemilih yang ragu-ragu lebih dipengaruhi oleh
orang-orang sekitar mereka dibandingkan informasi yang diberikan media massa.
Adapun kesimpulan dari penelitian Katz dan Lazarsfeld adalah: “that ideas, often,

10

Denis McQuail, Teori Komuniksi Massa. Penerjemah Putri Iva Izzati (Jakarta: Salemba
Humanika, 2011), h. 61.
11
Harold D. Lasswell, “The Structure and Function of Communication in Society,” dalam
Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, ed., Komunikasi dan Perilaku Manusia. Penerjemah Ibnu
Hamad (Jakarta: Raja Grafindo, 2013), h. 43.
12
Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia. Penerjemah Ibnu
Hamad (Jakarta: Raja Grafindo, 2013), h. 43.

25

seem to flow from radio and print to opinion leaders and from them to the less
active sections of the population.”13
Teori Resepsi Aktif yang dijadikan sebagai teori utama dalam penelitian
adalah teori yang hadir untuk menyanggah teori efek media massa. Teori resepsi
aktif adalah teori gagasan Andi Faisal Bakti yang terinspirasi dari beberapa ahli
komunikasi yang berpendapat bahwa dalam sebuah proses komunikasi,
komunikan bukanlah pasif melainkan aktif. Hal ini dikarenakan peran komunikan
sebagai interpretator pesan.14
John Vivian membantah pendapat Lasswell yang berasumsi bahwa manusia
adalah pasif, tidak kritis, dan hanya menerima apapun yang diberikan media.
Faktanya, manusia membaca, mendengar, dan melihat hal yang sama dengan cara
yang berbeda. Menurutnya, media hanyalah sumber informasi yang nantinya akan
dikumpulkan manusia sebagai referensi dalam menginterpreasikan sesuatu.
Vivian beranggapan bahwa manusia pada umumnya berhati-hati dalam memilih
media dan cenderung mencari media yang memperkuat pandangan pribadinya.15
Fenomena ini disebut dengan Teori konsistensi (Consistance Theory) yang
didalamnya terdiri beberapa bentuk tindak selektif yang dilakukan manusia dalam
memilih berita yang ditayangkan media, antara lain:16
1.

Selective Exposure
Terjadi pada saat individu memilih beberapa media ketimbang
media lain. Dalam hal ini individu lebih mudah untuk membuka diri pada

13

Elihu Katz dan Paul F. Lazarsfeld, Personal Influence: The Part Played by People in The
Flow of Mass Communication (New York: Free Press, 1956), h. 32.
14
Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South
Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program(Jakarta: INIS, 2004), h. 108.
15
John Vivian, Teori Komunikasi Massa. Penerjemah Tri Wibowo (Jakarta: Kencana, 2008),
h. 470.
16
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, h. 478.

26

pesan yang berisi hal yang berkaitan dengan seleranya. Individu
mengontrol efek pesan atas dirinya sendiri, tidak ada yang memaksa untuk
menentukan pilihan lain.
2.

Selective Perception
Selektivitas dapat terjadi dengan membaca, menonton, dan
mendengarkan pernyataan seseorang. Namun sejelas apapun seb