AWAL MULA SEJARAH PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA

MAKALAH SEJARAH WAJIB
AWAL MULA SEJARAH PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA

Anggota Kelompok XI IIS 3 :
1. Adha Ratia Mardani

(01)

2. Aisyah Rizky Syahrani

(02)

3. Indah Mayasari

(10)

4.Indriyani Putri Nur Hapsari

(11)

5. Putri Lishia Irfan Hakim


(18)

6. Vebi Savera

(24)

i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan karunia – Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Sejarah Wajib ini
sesuai waktunya.
Kami

mencoba

berusaha

menyusun


makalah

ini

dengan

harapan

dapat

membantu pembaca dalam memahami pelajaran Sejarah yang merupakan judul dari
Makalah kami, yaitu “Awal Mula Sejarah Penjajahan Inggris Di Indonesia”

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan Makalah Sejarah Wajib ini masih ada
kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya
dari guru mata pelajaran Sejarah agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian
berikutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.


Karanganyar, 3 Agustus 2015

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Awal Mula Sejarah Penjajahan Inggris di Indonesia........................................................3

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA


iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pertengahan tahun 1811, armada Inggris, dengan kekuatan 100 kapal dan
12.000 tentara dibawah Jenderal Auchmuty mendarat dipantai Cilincing. Tentara Belanda
tidak mampu untuk menghadapi kekuatan pasukan Inggris. Di Desa Tuntang (dekat Salatiga),
Belanda menyerah kalah kepada Inggris. Belanda harus menandatangani Kapitulasi Tuntang
yang berisi hal-hal berikut ini :
a. Pulau Jawa dan daerah sekitannya yang dikuasai Belanda, jatuh ke tangan Inggris.
b. Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris
c. Orang-orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemerintahaan Inggris.
Berdasarkan kapitulasi Tuntang ini, Indonesia diperintah oleh Inggris. Gubernur
Jenderal EIC (East Indian Company) Lord Minto yang berkedudukan di Calcuta, India,
mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur untuk Jawa dan sekitarnya.
Tugas yang dibebankan kepadanya adalah mengatur pemerintahan dan meningkatkan
perdagangan dan keuangan.
Setelah pemerintahan Hindia Belanda digantikan oleh pemerintahan Inggris, yaitu

pada tahun 1811, Inggris mulai menanamkan kekuasaannya di Indonesia. Pada masa
pemerintahan Inggris yang paling terkenal adalah masa pemerintahan Raffles. Masa
pemerintahan Inggris terbilang cukup singkat yaitu hanya lima tahun terhitung mulai tahun 1811
sampai dengan 1816. Tujuan utama Raffles adalah untuk mengembangkan kekuasaan Inggris.
Kebijakan Raffles yang terkenal adalah sistem sewa tanah, yaitu sistem pertanian dimana
para petani atas kehendaknya sendiri menanamdagangan (cash crops) yang dapat diekspor keluar
negeri.
Setelah pemerintahan Inggris berakhir, yaitu pada tahun 1816, Indonesia kembali
dikuasai oleh Pemerintahan Hindia-Belanda. Pada masa´kedua´ penjajahan ini, yang sangat
terkenal adalah sistem tanam paksa yang diterapkan oleh Van den Bosch. Pelaksanaannya pun
dimulai pada tahun 1830. Terdapat ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan sistem tanam
paksa tersebut. Namun pada akhirnya, dalam praktek sesungguhnya terdapat banyak
penyimpangan-penyimpangan. Terdapat perbedaan antara penerapan sistem sewa tanah yang

iv

dilaksanakan oleh Raffles serta sistem tanam paksa yang dilaksanakan oleh Van den Bosch.
Keduanya membawa dampak yang tidak sedikit bagi kehidupan bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Untuk


lebih

memudahkan

pembahasan

materi,

maka

kami

membuat

rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan sistem sewa tanah, tujuan pelaksanaannya, serta
kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah oleh Raffles?
2. Bagaimanakah pelaksanaan sistem tanam paksa, pelaksanaan sistem tanam paksa,
serta penghapusan (dampak) tanam paksa?

3. Apa perbedaan sistem sewa tanah dan sistem tanam paksa, di lihat dari faham yang
mendasari, perangkat pemerintahan pelaksana, kedudukan dan pola kerja rakyat, serta
tanaman dan sistem perdagangannya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui latar belakang dan tujuan pelaksanaan sistem sewa tanah serta
kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah oleh Raffles.
2. Dapat mengetahui latar belakang dan pelaksanaan sistem tanam paksa serta
penghapusan (dampak) tanam paksa.
3. Dapat mengetahui perbedaan sistem sewa tanah dengan sistem tanam paksa.

BAB II

v

PEMBAHASAN
Awal Mula Sejarah Penjajahan Inggris Di Indonesia
Tidak lama setelah kepergian Gubernur Jenderal Daendels dari Indonesia, Jawa
diduduki oleh Inggris dalam tahun 1811. Zaman pendudukan Inggris ini hanya berlangsung
selama lima tahun, yaitu antara tahun 1811 dan 1816, akan tetapi selama waktu ini telah

diletakakan dasar-dasar kebijaksanaan ekonomi yang sangat mempengaruhi sifat dan arah
kebijaksanaannya pemerintahan kolonial Belanda yang dalam tahun 1816 mengambil alih
kembali kekuasaan dari pemerintah kolonial Inggris. Azas-azas pemerintahan sementara
Inggris ini ditentukan oleh Letnan Gubernur Raffles, yang sangat dipengaruhi oleh
pengalaman Inggris di India. Pada hakekatnya Rafless ingin menciptakan suatu sistem
ekonomi di Jawa yang bebas dari segala unsur paksaan yang dahulu melekat pada sistem
penyerahan paksa dan pekerjaan rodi yang dijalankan oleh kompeni Belanda (VOC) dalam
kerjasama dengan raja-raja dan para bupati. Thomas Stanford Rafless menyebut Sistem Sewa
tanah atau dikenal juga dengan sistem pajak bumi dengan istilah landrente.
Peter Boomgard (2004:57) menyatakan bahwa: Kita perlu membedakan antara landrente
sebagai suatu pajak bumi atau lebihtepat pajak hasil tanah, yang diperkenalkan tahun 1813
dan masih terus dipungut pada akhir periode colonial, dan landrente sebagai suatu sistem,
yang berlaku antara tahun 1813 sampai 1830 ´Sistem sewa tanah yang dijalankan oleh Inggris, yaitu
pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Stamford Raffles ini, Dalam usahanya untuk
menegakkan suatu kebijaksanaan kolonial yang baru, Raffles ingin berpatokan pada tiga asas,
antara lain:
a. Segala bentuk dan jenis penyerahan wajib maupun pekerjaan rodi perlu dihapuskan
dan rakyat tidak dipaksa untuk menanam satu jenis tanaman, melainkan mereka diberi
kebebasan untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam;
b. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya mereka

dijadikan bagian integral dari pemerintahan colonial dengan fungsi-fungsi
pemerintahan yang sesuai, perhatian mereka harus terpusat pada pekerjaan-pekerjaan
umum yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

c. Para petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah milik pemerintah.
Untuk penyewaan tanah ini para petani diwajibkan membayar sewa tanah atau pajak

vi

atas pemakaian tanah pemerintah. Untuk menentukan besarnya pajak, tanah dibagi
menjadi tiga kelas, yaitu:
a) Kelas I, yaitu tanah yang subur, dikenakan pajak setengah dari hasil bruto;
b) Kelas II, yaitu tanah setengah subur, dikenakan pajak sepertiga darihasil bruto;
c) Kelas III, yaitu tanah tandus, dikenakan pajak dua per lima dari hasil bruto;
2.2

Pelaksanaan Sistem sewa tanah
a. Faham yang Mendasari Gagasan dan cita-cita
Liberal adalah hasil pengaruh dari Revolusi Perancis yang dibawa Sir Thomas


Stamford Raffles ke Indonesia yakni prinsipkebebasan, persamaan, dan persaudaraan dinilai
membawa kehidupan rakyat lebih baik. Kebebasan, Raffles ingin menciptakan suatu sistem
ekonomi yang bebas dari unsur paksaan, penyerahan wajib dan kerja rodi pada masa VOC.
Raffles ingin memberikan kepastian hukum tentang posisi para petani dan rakyat serta
kebebasan berusaha dalam menanam tanaman dan perdagangan. Menurutnya sistem paksaan
masa VOC telah mematikan daya usaha rakyat Indonesia sehingga tidak banyak keuntungan yang
diperoleh VOC. Oleh sebab itu masa Raffles diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman
yang dikehendaki. Selain itu terdapat prinsip persamaan dalam hal ini peranan bupati sebagai
pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya mereka dijadikan bagian yang integral dari
pemerintah kolonial dengan asas-asas pemerintahan model negeri barat. Pemusatan pada
pekerjaan umum yang dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. Sedangkan dasar
kebijakan Raffles yakni berdasarkan bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik tanah, para
petani sebagai penyewa milik pemerintah. Untuk penyewaan diwajibkan membayar sewa
tanah berupa mata uang yang telah ditentukan. Sehingga diharapkan produksi pertanian akan
bertambah dengan rangsangan penanaman tanaman perdagangan, serta pajak yang diterima
oleh pemerintah akan bertambah dan menjamin arus pendapatan Negara yang stabil.
Pengenalan sistem administrasi Eropa yang efektif mengenai kejujuran,ekonomi, dan keadilan
merupakan dasar perubahan sosial budaya kehidupan masayarakat Jawa dicontohkan
menggantikan ikatan adat tradisional dengan ikatan kontrak, dihapuskannya peranan bupati
sebagai pemungut pajak, dapat dikatakan dari pemerintahan tidak langsung menjadi

pemerintahan langsung. Raffles dalam melaksanakan cita-citanya tidak melihat situasi dan
kondisi Tanah Jawa, secara pandangannya disamakan antara Jawa dengan India. Hal ini
membuat ke tidak berhasilan sistem.

vii

b. Pelaksana Sistem Sewa Tanah
Sewa tanah diperkenalkan di Jawa semasa pemerintahan peralihan Inggris (18111816) oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles, yang banyak menghimpun gagasan sewa
tanah dari sistem pendapatan dari tanah India-Inggris. Sewa tanah didasarkan pada pemikiran
pokok mengenai hak penguasa sebagai pemilik semua tanah yang ada. Tanah disewakan kepada
kepala-kepala desa di seluruh Jawa yang pada gilirannya bertanggungjawab membagi tanah dan
memungut sewa tanah tersebut. Sewa ini pada mulanya dapat dibayar dalam bentuk uang atau
barang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya lebih banyak berupa pembayaran uang.
Pengalaman dan pelaksanaan sewa tanah ini, oleh Gubernur Jenderal Stamford Raffles sangat
dipengaruhi oleh pengalaman penerapan perkembangan perekonomian colonial pada masa
penguasaan Inggris di India. Gubernur Jenderal Stamford Raffles ingin menciptakan suatu
sistem ekonomi di Jawa yang bebas dari segala unsur paksaan, dan dalam rangka kerjasama
dengan raja-raja dan para bupati. Kepada para petani, Gubernur Jenderal Stamford Raffles
ingin memberikan kepastian hukum dan kebebasan berusaha melalui sistem sewa tanah
tersebut.
Kebijakan Gubernur Jenderal Stamford Rafflesini, pada dasarnya dipengaruhi oleh
semboyan revolusi Perancis dengan semboyannya mengenai Libertie (kebebasan), Egaliie
(persamaan), dan Franternitie (persaudaraan)´. Hal tersebut membuat sistem liberal
diterapkan dalam sewa tanah, di mana unsur- unsur kerja sama dengan raja-raja dan para
bupati mulai di minimalisir keberadaannya. Sehingga hal tersebut berpengaruh pada
perangkat pelaksana dalam sewa tanah, di mana Gubernur Jenderal Stamford Raffles banyak
memanfaatkan kolonial (Inggris) sebagai perangkat (struktur pelaksana) sewa tanah,
dari pemungutan sampai pada pengadministrasian sewa tanah. Meskipun keberadaan dari
para bupati sebagai pemungut pajak telah dihapuskan, namun sebagai penggantinya mereka
dijadikan bagian integral (struktur) dari pemerintahan kolonial, dengan melaksanakan proyekproyek pekerjaan umum untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Tiga aspek pelaksanaan sistem sewa tanah :
1) Penyelenggaraan sistem pemerintahan atas dasar modern

viii

Pergantian dari sistem pemerintahan-pemerintahan yang tidak langsung yang dulu
dilaksanakan oleh para raja-raja dan kepala desa digantikan dengan pemerintahan modern
yang tentu saja lebih mendekati kepada liberal karena rafles sendiri adalah seorang liberal.
Penggantian pemerintahan tersebut berarti bahwa kekuasaan tradisional raja-raja dan kepala
tradisional sangat dikurangi dan sumber-sumber penghasilan tradisional mereka dikurangi
ataupun ditiadakan. Kemudian fungsi para pemimpin tradisional tersebut digantikan oleh
para pegawai-pegawai Eropa.
2) Pelaksanaan pemungutan sewa
Pelaksanaan pemungutan sewa selama pada masa VOC adalah pajak kolektif, dalam
artian pajak tersebut dipungut bukan dasar perhitungan perorangan tapi seluruh desa. Dalam
mengatur pemungutan ini tiap-tipa kepala desa diberikan kebebaskan oleh VOC untuk
menentukan berapa besar pajak yang harus dibayarkan oleh tiap-tiap kepala keluarga. pada
masa sewa tanah hal ini digantikan menjadi pajak adalah kewajiban tiap-tiap orang bukan
seluruh desa
3) Pananaman tanaman dagangan untuk dieksport.
Pada masa sewa tanah ini terjadi penurunan dari sisi ekspor, misalnya tanaman kopi yang
merupakan komoditas ekspor pada awal abad ke-19 pada masa sistem sewa tanah mengalami
kegagalan, hal ini karena kurangnya pengalaman para petani dalam menjual tanamantanaman merekadi pasar bebas, karena para petani dibebaskan menjual sendiri tanaman yang
mereka tanam. Dua hal yang ingin dicapai oleh raffles melalui sistem sewa tanah ini adalah :
1) Memberikan kebebasan berusaha kepada para petani Jawa melalui pajak tanah.
2) Mengefektifkan sistem administrasi Eropa yang berarti penduduk pribumi akan
mengenal

ide - ide Eropa mengenai kejujuran, ekonomi, dan keadilan.

Kedudukan dan pola kerja rakyat pada masa sistem sewa tanah ini pada dasarnya
tidak jauh berbeda pada masa sistem tanam paksa. Pada sistem sewa tanah rakyat tetap saja
harus membayar pajak kepada pemerintah. Rakyat diposisikan sebagai penyewa tanah,
karena tanah adalah milik pemerintah sehingga untuk memanfaatkan tanah tersebut untuk
menghasilkan tanaman yang nantinya akan dijual dan uang yang didapatkan sebagian
kemudian digunakan untuk membayar pajak dan sewa tanah tersebut. Pada masa ini sistem
feodalisme dikurangi, sehingga para kepala adat yang dahulunya mendapatkan hak-hak
atau pendapatan yang bisa dikatakan irasional, kemudian dikurangi.

ix

Tetapi hal yang menghiasi sistem sewa tanah adalah pengaruh liberal yang dibawa
oleh Raffles dan juga sikap anti Belandanya sehingga segala sesuatu yang berhubungan
dengan belanda sebisa mungkin untuk dihindari. Pada masa sewa tanah ini pajak yang
diserahkan bukan lagi berupa pajak perorangan dan berupa in-natura, terapi lebih kepada
pajak perorangan. Setiap orang dibebaskan menanam apa saja untuk tanaman ekspor,
dan bebas menjualnya kepada siapa saja di pasar yang telah disediakan oleh pemerintah.
Tetapi karena kecenderungan rakyat yang telah `terbiasa´ dengan tanam paksa dimana
mereka hanya menanam saja, untuk menjual tanaman yang mereka tanam tentu saja
mengalami kesulitan, sehingga mereka kemudian menyerahkan urusan menjual hasil
pertaniana kepada para kepala-kepala desa untuk menjualnya di pasar bebas. Dan tentu saja
hal ini berakibat pada banyaknya korupsi dan penyelewengan yang dilakukan oleh para kepala desakepala desa tersebut.
c. Tanaman dan Sistem Perdagangan
Terdapat banyak perbedaan dalam sistem sewa tanah dan tanam paksa. Perbedaaan itu
juga dapat dilihat dari tanaman dan sistem perdagangan yang diterapkan. Pada sistem sewa
tanah petani diberi kebebasan untuk menanam apapun yang mereka kehendaki. Namun
gantinya rakyat mulai dibebani dengan sistem pajak. Kebebasan untuk menanam-tanaman
tersebut tidak dapat dilaksanakan di semua daerah di pulau Jawa. Daerah-daerah milik swasta
atau tanah partikelir dan daerah Parahyangan masih menggunakan sistem tanam wajib. Di
Parahyangan Inggris enggan untuk mengganti penanaman kopi karena merupakan sumber
keuntungan bagi kas negara. Walaupun demikian pada sistem sewa tanah tanaman kopi
mengalami penurunan hasil. Selain kopi, tanaman gula (tebu) juga mengalami kemunduran
yang sama. sehingga pada sistem sewa tanah pemerintah hanya mampu mengekspor kopi dan
beras dalam jumlah yang terbatas. Penurunan hasil-hasiltanaman ini dikarenakan petani Indonesia
tidak begitu mengenal tanaman ekspor.
Sedangkan dalam sistem perdagangan pun sistem sewa tanah berbeda dengan sistem
tanam paksa. Unsur-unsur paksaan digantikan dengan unsur kebebasan sukarela dan
hubungan perjanjian atau kontrak. Sehingga pada system sewa tanah, rakyat selain diberikan
kebebasan untuk menanam, mereka juga diberi kebebasan untuk melakukan perdagangan
atau menjual tanaman merekasendiri di pasaran bebas. Sistem perdagangan ini tidak efektif
karena penjualansering diserahkan rakyat kepada kepala desa mereka.

x

Penyerahan penjualan kepada kepala desa dikarenakan kurang pengalamannya petani
dalam menjual tanaman-tanaman mereka di pasaran bebas. Hal ini mengakibatkan kepalakepala desa sering melakukan penipuan terhadap petani maupun pembeli, sehingga membuat
pemerintah terpaksa ikut campur tangan dengan mengadakan penanaman paksa bagi tanaman
perdagangan.
2.3

Tujuan Sistem Sewa Tanah
Pelaksanaan sistem sewa tanah yang diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Stamford

Raffles mengandung tujuan sebagai berikut:
a. Para petani dapat menanam dan menjual hasil panennya secara bebasuntuk
memotovasi mereka agar bekerja lebih giat sehinggakesejahteraannya mejadi lebih
baik;
b. Daya beli masyarakat semakin meningkat sehingga dapat membeli baranng-barang
industri Inggris;
c. Pemerintah kolonial mempunyai pemasukan negara secara tetap;
d. Memberikan kepastian hukum atas tanah yang dimiliki petani;
e. Secara bertahap untuk mengubah sistem ekonomi barang menjadi ekonomi
uang. Perubahan-perubahan yang terjadi dengan dilaksanakannya sistemsewa tanah,
dapat dikatakan revolusioner karena mengandung perubahan asas, yaitu unsur
paksaan yang sebelumnya dialami oleh rakyat, digantikan dengan unsur sukarela
antara pemerintah dan rakyat. Jadi, perubahan ini bukan hanya semata-mata
perubahan secara ekonomi, tetapi juga perubahan sosial-budaya yang mengantikan
ikatan-ikatan adat yang tradisional dengan ikatan kontrak yang belum pernah dikenal.
Yaitu, digantikannya sistem tradisional yang berdasarkan atas hukum feodal, menjadi
sistem ekonomi yang didasarkan atas kebebasan. Secara singkat perubahan tersebut,
antara lain:
a) Unsur paksaan digantikan dengan unsur bebasm sukarela;
b) Ikatan yang didasarkan pada ikatan tradisional, diubah menjadihubungan yang
berdasarkan perjanjian;
c) Ikatan adat-istiadat yang telah turun-temurun menjadi semakinlonggar, akibat
pengaruh barat.
xi

2.4

Kegagalan Sistem Sewa Tanah
Pelaksanaan sistem sewa tanah yang dilaksanakanan oleh Gubernur Jenderal

Stamford Raffles, menemui beberapa kegagalan. Dalam melaksanakan sistem sewa tanah
tersebut, Jenderal Stamford Raffles menemui banyak hambatan-hambatan yang berakibat
gagalnya sistem sewa tanah. Hamatan-hambatan yang dihadapinya antara lain:
1. Keuangan negara dan pegawai-pegawai yang cakap jumlahnya terbatas;
2. Masyarakat Indonesia berbeda dengan masyarakat India yangsudah mengenal
perdagangan ekspor. Masyarakat Jawa pada abad IX masih bertani untuk memenuhi
kebutuhan sendiri dan belum banyak mengenal perdagangan;
3. Sistem ekonomi desa pada waktu itu belum memungkinkan diterapkannya ekonomi uang;
4. Adanya pejabat yang bertindak sewenang-wenang dan korup;
5. Pajak terlalu tinggi sehingga banyak tanah yang tidak digarap;
2.5

Masa Pemerintahan Inggris Di Indonesia
Setelah Inggris berhasil menguasai Indonesia kemudian memerintahkan Thomas

Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di Indonesia dan memulai tugasnya pada tanggal
19 Oktober 1811.
Kebijaksanaan Raffles selama memerintah di Indonesia:
a. Di bidang ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
1) Menghapus segala kebijakan Daendels, seperti contingenten/ pajak/penyerahan
diganti dengan sistem sewa tanah (landrente).
2) Semua tanah dianggap milik negara, maka petani harus membayar pajak sebagai uang
sewa.

Namun upaya Raffles dalam penerapan sistem pajak tanah mengalami kegagalan karena:

xii

1) Sulit menentukan besar kecilnya pajak bagi pemilik tanah, karena tidak semua rakyat
mempunyai tanah yang sama.
2) Sulit menentukan luas sempitnya dan tingkat kesuburan tanah petani.
3) Keterbatasan pegawai-pegawai Raffles.
4) Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.
b. Di bidang pemerintahan pengadilan dan sosial
Dalam bidang ini, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
1) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan termasuk Jogjakarta dan Surakarta.
2) Masing-masing karesidenan mempunyai badan pengadilan.
3) Melarang perdagangan budak.
c. Di bidang ilmu pengetahuan
Dalam bidang pengetahuan, Raffles menetapkan kebijakan berupa:
1) Mengundang ahli pengetahuan dari luar negeri untuk mengadakan berbagai penelitian
ilmiah di Indonesia.
2) Raffles bersama Arnoldi berhasil menemukan bunga bangkai sebagai bunga raksasa
dan terbesar di dunia. Bunga tersebut diberinya nama ilmiah Rafflesia Arnoldi.
3) Raffles menulis buku “History of Java” dan merintis pembangunan Kebun Raya
Bogor sebagai kebun biologi yang mengoleksi berbagai jenis tanaman di Indonesia
bahkan dari berbagai penjuru dunia. Pemerintahan Raffles tidak berlangsung lama
sebab Pemerintahan Napoleon di Prancis pada tahun 1814 jatuh. Akibat berakhirnya
kekuasan Louis Napoleon 1814, maka diadakan Konferensi London.

BAB III

xiii

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem sewa tanah dijalankan oleh Inggris, yaitu pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Stamford Raffles. Dalam usahanya untuk menegakkan suatu kebijaksanaan kolonial
yang baru, Raffles ingin berpatokan pada tiga azas, antara lain:
1.

Segala bentuk dan jenis penyerahan wajib maupun pekerjaan rodi perlu dihapuskan dan

rakyat tidak dipaksa untuk menanam satu jenis tanaman, melainkan mereka diberi kebebasan
untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam;
2.

Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya mereka

dijadikan bagian integral dari pemerintahan kolonial dengan fungsi-fungsi pememrintahan
yang sesuai, perhatia mereka harus terpusat pada pekerjaan-pekerjaan umum yang dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3.

Para petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah milik pemerintah.

Untuk penyewaan tanah ini para petani diwajibkan membayar sewa tanah atau pajak atas
pemakaian tanah pemerintah.
Pelaksanaan sistem sewa tanah yang diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Stamford
Raffles mengandung tujuan sebagai berikut:
1.

Para petani dapat menanam dan menjual hasil panennya secara bebas untuk memotovasi

mereka agar bekerja lebih giat sehingga kesejahteraannya mejadi lebih baik;
2.

Daya beli masyarakat semakin meningkat sehingga dapat membeli baranng-barang

industri Inggris;
3.

Pemerintah kolonial mempunyai pemasukan negara secara tetap;

4.

Memberikan kepastian hukum atas tanah yang dimiliki petani;

5.

Secara bertahap untuk mengubah sistem ekonomi barang menjadi ekonomi uang.

xiv

Pelaksanaan sistem tanam paksa (culturstelsel) sebenarnya merupakan usaha
Pemerintah Hindia Belanda dalam memperbaiki keungan di Hindia Belanda. Usaha tersebut
sebenarnya sudah dilakukan sejak masa pemerintahan Van der Capellen (1819-1825). Usahausaha Belanda tersebut semakin mendapat hambatan karena persaingan dagang dengan pihak
Inggris. Apalagi setelah berdirinya Singapura pada tahun 1819, menyebabkan peranan
Batavia dalam perdagangan semakin kecil di kawasan Asia Tenggara. Untuk kawasan
Indonesia sendiri diperparah dengan jatuhnya harga kopi dalam perdagangan Eropa. Karena
kopi merupakan produk ekspor andalan pendapatan utama bagi Belanda.

B. Saran
Dengan mengetahui awal mula sejarah penjajahan Inggris di Indonesia, pembaca
diharapkan dapat mengetahui sejarah awal mula penjajahan Inggris di Indonesia serta sistem
apa saja yang sudah di jalankan.

DAFTAR PUSTAKA

xv

http://dhukunweb.blogspot.com/2012/02/awal-mula-penjajahan-inggris-di.html
http://kemasnaufalnashor22.blogspot.com/2013/11/makalah-masa-kekuasaan-inggris.html
http://pustakasimabdi.blogspot.com/2012/08/penjajahan-inggris-di-indonesia.html
http://buihkata.blogspot.com/2012/10/masa-penjajahan-bangsa-inggris-di.html

xvi