MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER

(1)

TIPE HAMMER THRESHER

Oleh Ahmad Harbi

Alat perontok padi yang sudah dikembangkan pada penelitian sebelumnya yaitu dengan menggunakan prinsip kerja hammer atau memukul tanpa perlu batang padi dipegang operator. Namun proses perontokan tidak sesuai dengan harapan, alat perontok padi ini masih terdapat kendala, jerami menggumpal membentuk silinder diruang perontok dan tidak dapat keluar sebagaimana yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher. Modifikasi yang akan dilakukan yaitu dengan cara menambahkan saluran pengarah didinding atas ruang perontok dan merubah saluran pengeluaran jerami disebelah pengumpan, dengan lebar 15 cm dan tinggi 19 cm. Dengan cara ini diharapkan jerami dapat keluar dari ruang perontok.

Metode penelitian yang akan digunakan meliputi beberapa tahap, yaitu perancangan modifikasi alat, modifikasi alat, pengujian hasil modifikasi,

pengamatan dan pengolahan data. Pengujian alat dilakukan dengan 4 perlakuan yang berbeda dengan 3 kali ulangan, dimana letak perbedaannya pada lebar tempat pengeluaran jerami dengan cara manual. Perlakuan ini terdiri dari lebar 15 cm, 13 cm, 11 cm, dan 9 cm. Pengamatan dilakukan terhadap persentase gabah terontok, persentase gabah tidak terontok, gabah terontok baik, persentase gabah terontok rusak, lama perontokan dan kapasitas kerja alat perjam.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa saluran pengarah mampu mengarahkan jerami menuju pintu pengeluaran jerami, Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses perontokan gabah seberat 5 kg adalah 1,37 menit, dengan persentase rata-rata gabah terontok baik sebesar 98,58% dan persentase rata-rata-rata-rata gabah terontok sebesar 95,83%. Pengujian kapasitas kerja alat ini dilakukan dengan merontokan padi dalam sekali pengumpanan secara kontinyu ke dalam alat perontok, Alat perontok padi tipe hammer thresher ini memiliki kapasitas kerja rata-rata sebesar 106,43 kg/jam. Jumlah ini lebih rendah dari jumlah kapasitas mesin perontok padi tipe power thresher yang mencapai 500 – 600 kg /jam yang menggunakan tenaga motor diesel sebesar 5,5 – 6 HP. Sedangkan pada penelitian sebelum dimodifikasi kapasitas kerja alat ini sebesar 37 kg/jam.


(2)

MODIFICATION OF HAMMER TYPE PADDY THRESHER By

Ahmad Harbi

Paddy thresher machine had been developed in the previous research was using hammer working principle or the machine beat the paddy straw without held by operator. However, the thresher process produced unexpected results. The problem was that the paddy straw agglomerated to form cylinder clot in the thresher chamber and cannot be disposed as it was expected.

The objective of this research was to modify the hammer type paddy thresher. The modification was conducted by adding directing channel at the top of

threshing chamber ceiling and to modify the paddy straw disposal channel beside the feeder with dimension of 15 cm width and 19 cm height. This method was expected to be able to dispose the paddy straw out of the threshing chamber. The research methods to use included some stages. They were machine modification design, machine modification, testing results of modification, observation, and data processing. The machine testing was conducted with 4 different treatments with 3 replications where the differences were on the width of paddy straw disposal place manually. These treatments were wide of disposal channel of 15 cm, 13 cm, 11 cm, and 9 cm. Observations were conducted to percentages of threshed paddy grain, unthreshed paddy grain, good threshed paddy grain, damaged threshed paddy grain, duration of threshing and machine capacity per hour.

The testing results showed that the directing channel was able to direct the paddy straw into paddy straw disposal gate. The average of time to thresh 5 kg raw paddy straw was 1,37 minutes with average percentage of good threshed paddy grain was 98,58% and the percentage of threshed paddy grain was 95,83%. Testing this machine was conducted by threshing paddy straw in once feeding continually into the thresher machine. This hammer type paddy thresher machine had working capacity of 106,43 kg/hour averagely. This amount was lesser than the power thresher type machine working capacity that reached 500-600 kg/hour by using diesel motor of 5,5-6 HP. The hammer type paddy thresher machine in the previous research before modification had working capacity of 37 kg/hour.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Padi merupakan tanaman yang penting di Indonesia. Padi dengan bahasa latin Oryza sativa adalah salah satu tanaman budidaya dalam peradaban, selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya. Tanaman padi termasuk golongan tanaman semusim, bentuk batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang.

Biji padi merupakan hasil komoditas pertanian pangan terpenting yang sangat diperlukan masyarakat. Padi dapat diolah menjadi beras yang digunakan sebagai bahan makanan pokok penduduk Indonesia, karena biji padi banyak mengandung zat yang diperlukan tubuh terutama karbohidrat. Permintaan beras terus

meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kemajuan teknologi.

Pengolahan padi meliputi proses pasca panen padi yaitu penentuan saat panen, pemanenan dan penumpukan sementara di lahan sawah meliputi perontokan. Perontokan padi adalah tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan dan pengumpulan padi. Perontokan adalah proses melepaskan butiran gabah dari jerami dengan cara menyisir atau membanting malai pada benda yang lebih keras atau menggunakan alat perontok, baik alat perontok sederhana atau manual tenaga


(4)

manusia yaitu dengan cara menggilas tangkai padi beserta bulir padi sehingga terlepas dari malainya, bisa juga menggunakan kotak dengan cara memukul. Secara modern dapat menggunakan tenaga penggerak (motor) yang kemudian diteruskan ke mesin perontok.

Tenaga penggerak/cara mekanis perontokan padi yang sudah dipanen

menggunakan alat perontok padi yang dinamakan thresher, alat ini ada dua tenaga penggerak yaitu dengan menggunakan tenaga manual atau tenaga manusia yang diputar dengan pedal (pedal thresher) ataupun dengan tenaga mesin (power thresher). Perontok padi menggunakan tenaga mesin perlu dirancang untuk memudahkan petani dalam proses perontokan padi.

Mesin perontok yang ada sangat beraneka ragam, tergantung pada bahan yang akan dirontokkan. Salah satu teknologi perontok buatan yang digunakan adalah alat perontok padi tipe hammer thresher, namun energi yang dihasilkan belum termanfaatkan secara maksimal untuk merontokkan padi. Masih ada kendala pada mesin ini, yaitu pada bagian proses pengeluaran jerami, jerami tidak dapat keluar dari mesin perontok padi, menggumpal membentuk silinder.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa jerami tidak dapat keluar dari ruang perontok dengan sempurna. Hal itu dikarenakan tidak adanya saluran pengarah pada dinding atas ruang perontok, sehingga terjadi penumpukan jerami di dalam ruang perontok dan tidak dapat keluar ke saluran pengeluaran. Berdasarkan permasalah yang ada, penulis akan melakukan modifikasi pada mesin perontok padi tipe hammer thresher ini, sehingga mesin perontok padi ini


(5)

bisa berfungsi sebagaimana yang diinginkan. Modifikasi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Memodifikasi dan menguji alat perontok padi dengan tipe hammer thresher. 2. Membandingkan kinerja alat perontok padi tipe hammer thresher sebelum

dan sesudah dimodifikasi. C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan proses keluarnya jerami lebih sempurna dibandingkan dengan sebelum dimodifikasi.

2. Diharapkan dapat menyempurnakan mesin perontok yang sudah dibuat sebelumnya, sehingga dapat berfungsi dengan efektif.

3. Diharapkan dapat membantu masyarakat petani dalam pengolahan padi terutama pada proses perontokkan.


(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Tanaman Padi

Padi termasuk genus yang meliputi kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua

Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza

officinalis dan Oryza sativa f spontania. Tanaman padi pada mulanya diusahakan di daerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha

memantapkan hasil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis

ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusahakan di daerah sub tropika (Didit, 2010).

B. Tanaman Padi

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi merupakan tanaman semusim, berakar serabut, batang


(7)

pendek dan batang berupa struktur terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang. Bentuk batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang.

Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup dalam hidupnya. Memang tanaman ini tergolong semi-aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang. Namun, kebutuhan airnya pun harus terpenuhi

(Baskoro, 2009).

Menurut Utomo (1999) bahwa bagian tanaman dalam garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu :

1. Bagian vegetatif, yang meliputi: akar, batang dan daun.

2. Bagian generatif, yang meliputi: malai yang terdiri dari bulir-bulir daun bunga.

C. Vegetatif Padi

1. Akar

Akar-akar serabut pertama kali keluar pada 5-6 hari setelah berkecambah dari batang yang masih pendek dan dari sejak ini perkembangan akar-akar serabut berjalan teratur. Pada umur 15 hari permulaan batang mulai bertunas, akar

serabut berkembang dengan pesat, semakin banyaknya akar-akar serabut ini maka akar tunggang yang berasal dari akar kecambah tidak kelihatan lagi.


(8)

2. Batang

Batang padi disusun oleh serangkaian ruas-ruas dan antara ruas-ruas yang satu dengan yang lainnya dipisah oleh suatu buku. Ruas batang padi di dalamnya berongga dan bentuknya bulat. Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri. Sehelai daun duduk tiap-tiap buku, di dalam daun terdapat kuncup yang tumbuh menjadi batang.

3. Daun

Daun terdiri dari helai daun yang berbentuk memanjang seperti pita dan upih daun yang memeluk batang. Perbatasan antara helai dan upih terdapat lidah daun. Upih daun menutup daun yang berguna untuk memberikan dukungan kepada bagian buku yang jaringannya empuk. Panjang dan warna lidah daun berbeda-beda tergantung varietas padi yang ditanam. Lidah daun duduknya melekat pada batang yang dengan demikian dapat mencegah masuknya air hujan diantara

batang dan upih daun, keadaan ini dapat mencegah infeksi dari penyakit-penyakit. Panjang dan lebar dari helai daun juga tergantung kepada varietas padi yang ditanam dan letaknya pada batang. Daun ketiga dari atas biasanya merupakan daun terpanjang. Daun bendera (daun yang di atas sekali) mempunyai panjang daun terpendek dengan lebar daun yang terbesar (Utomo, 1999).

D. Generatif Padi

1. Malai

Suatu malai terdiri dari butir yang timbul dari buku paling atas dan pada tiap-tiap bulir terdapat bunga padi. Ruas buku terakhir dari batang merupakan sumbu


(9)

utama dari malai, sedangkan bulir-bulirnya terdapat pada cabang-cabang pertama maupun cabang-cabang kedua. Malai berdiri tegak kemudian terkulai bila bulir telah berisi dan matang menjadi buah, pada waktu berbunga.

Panjang malai diukur dari buku terakhir sampai bulir di ujung malai. Panjang malai ditentukan oleh sifat baka (keturunan) dari varietas dan keadaan sekeliling. Malai dapat pendek (20 cm), sedang (20-30 cm) dan panjang (lebih 30 cm) (Utomo, 1999).

2. Bunga Padi

Bunga padi adalah bunga terbuka artinya tidak mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu.

Bulir-bulir padi terdiri dari bagian-bagian, tangkai bunga, dua sekam kelompok (terletak pada dasar tangkai bunga) dan berupa bunga. Masing-masing bunga mempunyai dua sekam mahkota, yang terbawah disebut lemma, sedang lainnya disebut palea, dua lodicula yang terletak pada dasar bunga yang sebenarnya adalah dua daun mahkota yang sudah berubah bentuknya. Lodicula memegang peranan penting dalam pembukaan palea pada waktu berbunga karena ia

mengisap air dari bakal buah sehingga mengembang dan oleh pengembangan ini palea dipaksakan membuka (Utomo, 1999).


(10)

3. Buah

Biji padi atau gabah secara umum dikenal sebagai buah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian-bagian lain membentuk sekam. Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian: bagian paling luar disebut epicarpium, bagian tengah disebut mesocarpium dan bagian dalam yang disebut endocarpium.

Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup dalam hidupnya. Tergolong semi-aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang, istilahnya padi ladang. Namun,

kebutuhan airnya pun harus terpenuhi (Utomo, 1999).

Bagian-bagian yang terdapat pada biji padi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Biji padi.

Padi adalah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga sebagai makanan energi. Padi memiliki jenis yang berbeda satu sama lainnya, baik umur, cara

pemeliharaan dan mutu berasnya (Tjakrawerdaja, 1999). Sekam Bekatul

Endosper


(11)

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Keluarga : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp

Gabah selepas panen harus segera dikeringkan, sebab kadar air pada gabah selepas panen masih cukup tinggi sekitar 25 % - 30 %, bahkan terkadang

melebihi, jika terus-menerus disimpan tanpa adanya pengeringan terlebih dahulu maka gabah jelas akan mengalami kerusakan-kerusakan (Kartasapoetra, 1994). Persyaratan kualitas gabah yang baik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan kualitas gabah.

Komponen Syarat Kualitas Gabah (%)

Kadar air maksimum (wet basis) 14 %

Butir gabah hampa maksimum 3 %

Butir kuning + butir rusak maksimum 3 %

Butir kapur dan butir hijau maksimum 3 %

Butir merah maksimum 2 %

Hama dan penyakit 3 %

Bahan kimia Bebas

(Hadiwiyoto dan Soehardi, 1980).

Gabah yang dijual petani terkadang jarang memenuhi standar, akibatnya petani sering harus menanggung kerugian berupa penolakan gabah yang mereka jual atau penerimaan harga jual gabah yang terlalu rendah. Oleh karena itu, petani harus mengetahui cara penanganan pasca panen yang baik, salah satunya melalui proses pengeringan (Daulay, 2005).


(12)

Proses pengeringan merupakan tahapan yang kritis karena keterlambatan proses pengeringan akan berakibat terhadap rusaknya gabah. Kondisi riil di lapangan sering dijumpai bahwa adanya perbedaan kadar air gabah berpengaruh sangat nyata terhadap harga jual gabah, sehingga jika petani tidak cepat melakukan proses pengeringan, penyusutan kuantitas dan kualitas gabah akan semakin tinggi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengeringan dengan alat pengering buatan dapat menghasilkan beras dengan tingkat kerusakan secara kuantitas dan kualitas yang lebih rendah dan waktu pengeringan yang dibutuhkan pun menjadi lebih singkat (Purwanto, 2005).

E. Penanganan Pasca Panen Padi

Penanganan pascapanen yang dimulai dari tingkat petani merupakan titik awal penting untuk menjamin peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Kegagalan penanganan pascapanen pada tingkat petani ini dapat mengakibatkan rendahnya mutu hasil dan tingginya tingkat susut atau kehilangan hasil dan kerusakan gabah dan beras. Petani umumnya telah mampu meningkatkan produksi pangan khususnya padi. Hal ini karena berbagai kegiatan teknik

produksi sudah mendapat perhatian dan diterapkan petani secara baik, sedangkan masalah setelah panen belum diperhatikan oleh petani. Keadaan ini erat sekali hubungannya dengan tingginya kehilangan hasil dan penurunan mutu (Andoko, 2002).

Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis. Salah satu ciri pertanian modern


(13)

adalah penggunaan mekanisasi pertanian yang dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi sumber daya serta nilai produk pertanian (Hadiutomo, 2010).

Berdasarkan deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22-23% pada musim kemarau, dan antara 25-30% pada musim penghujan (Prasetyo, 2003).

F. Alat dan Mesin Perontok Padi

Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Mesin perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik.

Jenis padi yang ditanam di Indonesia ada dua macam, yaitu padi bulu dan padi cere (tidak berbulu). Padi bulu umumnya tidak mudah rontok, dituai secara gedengan (buliran), dan dirontok ketika hendak digiling mejadi beras. Padi cere mudah rontok dan biasanya dipotong dengan tangkai pendek atau pada pangkal batang kemudian dirontok. Cara merontokkan yang paling sederhana adalah dengan diiles (diinjak-injak dengan kaki). Alat-alat perontok yang sederhana berupa kayu, tongkat perontok, sisir perontok, rak perontok pondok pengirik, dan lain-lain, bergantung pada kebiasaan di daerah masing-masing (Andhen, 2010).


(14)

Berikut ini menurut Nugraha (1990) adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan Ani-ani, sabit biasa/bergerigi, reaper dan stripper:

1. Cara Pemanenan Padi dengan Ani-ani.

Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10-20 mm, panjang ± 10 cm dan pisau baja tebal 1,5-3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi. 2. Cara Pemanen Padi dengan Sabit.

Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Penggunaan sabit dianjurkan karena dapat menekan kehilangan sebesar 3 %. 3. Cara Pemanenan Padi dengan Reaper.

Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper.

4. Cara Pemanenan Padi dengan Reaper Binder.

Reaper binder merupakan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar.

Berbagai jenis mesin perontok padi (thresher), yaitu: 1. Perontokan padi dengan pedal thresher

Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah diangkat ke tengah lapangan/sawah. Thresher jenis pedal ini tidak dikategorikan sebagai ”mekanis” karena tidak menggunakan mesin


(15)

penggerak/motor. Alat sederhana yang banyak dipakai adalah pedal perontok (thresher) yang terdiri atas sebuah drum yang terbuat dari

lempengan-lempengan kayu yang disusun berjajar berkeliling membentuk silinder kayu dengan diameter, 36-38 cm, dan panjang 42-45 cm. Kayu-kayu ini

ditancapkan gigi-gigi perontok yang terbuat dari kawat baja berdiameter 3 mm. Kapasitas kerja pedal thresher ini 75 kg hingga 100 kg/jam dengan jumlah operator 1 orang.

2. Perontokan padi dengan power thresher

Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak engine, power thresher ini dapat dipakai untuk merontokan biji-bijian (padi, jagung dan kedelai). Kelebihan mesin perontok ini

dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Penggunaan power thresher dalam

perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %. Power thresher mrnggunakan tenaga penggerak motor diesel 5,5-6 HP dan berkapasitas kerja sebesar 500 hingga 600 kg gabah per jam (Anonim, 2010).

3. Perontok padi tipe hammer thresher

Hammer thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber penggerak dari motor listrik, berdasarkan penelitian telah berhasil dirancang sebuah alat perontok padi tipe hammer thresher berayun bebas. Hammer thresher tersebut berfungsi sebagai alat pemukul dan perontok bahan yang bekerja berdasarkan prinsip putaran dan pemukulan di dalam ruang perontok. Alat perontok padi tipe hammer thresher berkapasitas 37 kg gabah bahkan


(16)

lebih dengan waktu yang digunakan untuk proses perontokan kurang lebih 3-4 menit. Hasil rancangan perontok padi tipe hammer thresher dapat dilihat pada Gambar 2.

Spesifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher adalah sebagai berikut: a. Nama : Perontok padi tipe hammer thresher

b. Dimensi : (70 × 47 × 105) cm

c. Sumber Tenaga : Motor listrik 1 HP, 1440 rpm d. Putaran Puli Mesin : 350 – 692 rpm

e. Kapasitas Kerja : 37,11 kg /jam

Gambar 2. Alat perontok padi tipe hammer thresher (Pratama, 2010) 4. Mekanisme perontokan padi tipe hammer thresher

Dalam proses perontokkan padi langkah-langkah pertama sebelum melakukan perontokan adalah mempersiapkan mesin perontok padi tipe hammer thresher yang telah dipasang puli dan v-belt dan terhubungi dengan motor listrik untuk menggerakkan mesin perontok sesuai dengan ukuran yang diinginkan, karena ukuran puli menentukan kecepatan putaran mesin perontok. Setelah itu


(17)

menyiapkan padi hasil pemanenan. Langkah selanjutnya menghidupkan motor listrik sebagai tenaga penggerak utama alat perontok untuk memutarkan hammer thresher dan mengumpankan bahan untuk dirontokkan secara bertahap. Proses pemasukan bahan disesuaikan dengan kapasitas hopper, selanjutnya bahan masuk ke dalam ruang perontok dan kemudian mengalami proses perontokan oleh hammer thresher yang ada di dalam ruang perontok. Setelah mengalami

perontokan, gabah yang berhasil terontok, baik gabah dalam kondisi baik maupun gabah kondisi rusak, mengalami proses penyaringan oleh saringan (screen) yang terletak di bawah hammer thresher sebelum saluran pengeluaran, sedangkan gabah yang tidak terontok akan terbawa oleh sampah atau tangkai jerami akan keluar melalui saluran pengeluaran jerami. Keluarnya bahan hasil rontokkan adanya gaya gravitasi dengan cara memanfaatkan bidang miring saluran pengeluaran hasil rontokkan (Pratama, 2010).


(18)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Maret – April 2012, tahap kedua yaitu pengujian alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan April 2012.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk modifikasi alat perontok padi dengan tipe hammer thresher ini meliputi: Las listrik, mistar siku, gerinda, bor listrik, tanggem, dan alat tulis. Alat-alat yang digunakan pada uji kinerja alat antara lain: stopwatch, timbangan dan alat tulis.

Bahan yang digunakan untuk modifikasi alat perontok padi dengan tipe hammer thresher adalah, baut dan mur, motor listrik 1 HP, dan besi plat. Bahan yang digunakan untuk pengujian alat perontok padi dengan tipe hammer thresher adalah padi yang belum dirontokkan.


(19)

C. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini meliputi tahap-tahap perancangan modifikasi, perakitan atau pembuatan modifikasi, pengujian, pengamatan dan pengolahan data.

Pelaksanaan pengujian dilakukan sesuai dengan mekanisme kerja alat hasil modifikasi.

ya tidak

Gambar 3. Diagram alir modifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher

Mulai

Perancangan

Modifikasi Alat

Pengujian Alat

Kriteria Desain

Perbaikan

Pengamatan dan analisis data


(20)

D. Pendekatan Desain

1. Kriteria Desain

Untuk perancangan modifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher ini diharapkan mampu merontokkan gabah dengan persentase 95% dan jerami dapat keluar dari mesin perontok dengan persentase 95%. Alat perontok padi ini menggunakan sumber tenaga dari motor listrik. Alat ini bekerja dengan harapan didapatkan proses perontokan yang lebih cepat dan efisien sehingga dapat meningkatkan efisiensi perontokan alat yang sebelumnya.

2. Perancangan Modifikasi

Modifikasi perontok padi tipe hammer thresher ini didesain dengan menggunakan bahan-bahan yang relatif tidak terlalu mahal di pasaran dan kualitas bahan dapat diunggulkan serta desainnya sangat sederhana. Ruang perontok padi diberi tambahan plat besi sehingga terdapat saluran pengarah ke dinding atas ruang perontok. Modifikasi alat perontok padi dengan tipe hammer thresher ini menggunakan sumber energi yang berasal dari motor listrik.

Spesifikasi motor listrik yang digunakan sebagai berikut:

 Power 1 HP

 Kecepatan putaran 1440 rpm

 Tegangan 220 Volt

a. Ruang Perontok

Ruang perontok berbentuk tabung silinder yang berdiameter 40 cm dan panjang tabung berukuran 60 cm, di dalam ruang terdiri dari 16 buah hammer thresher juga terdapat dudukan poros untuk meletakkan poros utama yang berdiameter


(21)

2,5 cm dan poros hammer thresher berdiameter 2 cm. Rancangan ruang perontok yang akan dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Rancangan ruang perontok yang akan dimodifikasi

Kendala yang dihadapi adalah proses keluarnya jerami tidak sempurna. Oleh sebab itu ruang perontok padi ini diberi tambahan plat besi pada dinding ruang perontok dan saluran pengeluaran jerami dirubah kebelakang ruang perontok dengan ukuran 15 cm2, pemasangan besi plat ini memiliki sudut kemiringan sebesar 12o dengan jumlah plat besi yang digunakan adalah 7 buah dengan panjang total besi yang dibutuhkan adalah 440 cm. Sedangkan saluran

pengeluaran jerami dibuat sederhana dengan menggunakan gerinda. Pemasangan plat besi dapat dilihat pada Gambar 5.


(22)

(a) sebelum dimodifikasi (b) sesudah dimodifikasi Gambar 5. Tutup ruang perontok sebelum dan sesudah dimodifikasi b. Hammer thresher

Hammer menggunakan prinsip benturan/pukulan dan juga dengan cara gesekan (Rahmawati, 2010). Hammer thresher berupa susunan palu-palu dan berputar yang berjumlah 16 buah yang ditopang dengan batang besi, hammer ini terbuat dari karet dengan ukuran sisi-sisinya 6 cm dan tebalnya berukuran0,8 mm. Modifikasi yang dilakukan pada hammer thresher ini adalah dengan memotong bagian atas karet sebesar 2 cm, dengan tujuan agar hammer tidak menyentuh besi plat atau pengarah jerami. Hammer thresher dapat dilihat pada Gambar 6.

a. Sebelum modifikasi b. Sesudah modifikasi Gambar 6. Hammer thresher mesin perontok


(23)

c. Saluran pengeluaran jerami

Saluran pengeluaran ini terdapat 2 bagian, saluran pengeluaran pertama berfungsi sebagai mengeluarkan gabah dan saluran pengeluaran kedua berfungsi sebagai mengeluarkan tangkai jerami yang sudah dirontokkan. Kendala yang dihadapi jerami tidak dapat keluar dari saluran pengeluaran yang telah dibuat, maka dari itu penulis memodifikasi saluran pengeluaran jerami ini dipindah kesebelah saluran pengumpan. Rancangan pengeluaran jerami dapat dilihat pada Gambar 7.

Pengeluaran jerami

Gambar 7. Saluran pengeluaran jerami 2. Uji Kinerja Alat

Pengujian alat diamati untuk memastikan bahwa setiap komponen bekerja dengan baik. Setelah semua alat bekerja dengan baik langkah selanjutnya adalah

pengujian merontokan padi, pengujian kapasitas kerja alat perontok padi, dan menghitung lama perontokan padi.

a. Pengujian perontokan padi

Pengujian perontokan padi ini dilakukan dengan 4 perlakuan yang berbeda yaitu pada saluran pengeluaran jerami dengan perlakuan luas 225 cm, 195 cm, 165 cm,


(24)

dan 135 cm dengan cara menutup saluran pengeluaran jerami secara manual, disesuaikan dengan perlakuan yang diinginkan.

Proses perontokkan padi ini yaitu setelah padi dipanen dan dipotong-potong dengan panjang tangkai + 10 cm dengan menggunakan alat pemotong padi. Setelah itu, langsung masukkan padi panen tersebut ke dalam saluran pengumpan dengan keadaan hammer thresher dalam keadaan berputar.

Sebelum dan sesudah dilakukan perontokan, jumlah gabah sampel dan gabah terontok pecah/rusak dihitung untuk mempermudah pengamatan. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, kemudian menghitung

persentase gabah terontok pecah/rusak dari sampel padi yang dirontokkan pada alat perontok, dilanjutkan dengan menghitung lama perontokkan.

b. Pengujian kapasitas kerja alat

Kapasitas kerja alat perontok padi ini dilakukan dengan cara mengumpankan bahan dan mencatat waktu yang diperlukan untuk merontokkan padi tersebut. Setelah selesai perontokan, hasil perontokan ditimbang untuk mengetahui bobotnya. Kemampuan alat untuk merontokkan padi ini dinyatakan dalam kg/jam.

E. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada proses pengujian alat perontok padi, yaitu dengan merontokkan padi yang terdapat pada tangkai padi dengan menggunakan alat perontok padi ini. Sebelum dan sesudah perontokkan, jumlah gabah pada sampel dihitung. Setelah dilakukan perontokan, gabah diklasifikasi menjadi gabah tidak terontok, gabah yang terontok, gabah terontok baik dan gabah terontok rusak.


(25)

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari percobaan ini, pengamatan dan perhitungan dianalisis menggunakan statistik sederhana, dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan gambar. Padi di klasifikasi dengan persentase terontok baik, dan persentase padi terontok pecah.

1. Persentase gabah terontok baik

Gabah terontok baik adalah gabah yang berhasil dirontokkan di dalam ruang perontok, tetapi pada kulit gabah tersebut tidak mengalami pecah atau terbelah. Persentase padi terontok baik terhadap jumlah total padi terontok dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

... (1)

dimana : GTB = Gabah Terontok Baik (%)

JGTB = Jumlah Gabah Terontok Baik (gram) JGT = Jumlah Gabah Terontok (gram) 2. Persentase gabah terontok rusak

Jumlah gabah terontok pecah adalah jumlah gabah yang berhasil dirontokkan di dalam ruang perontok, tetapi kulit gabah tersebut mengalami rusak, pecah atau terbelah. Persentase gabah terontok rusak terhadap jumlah total gabah terontok dapat dihitung persamaan sebagai berikut :

... (2)

dimana : GTR = Gabah Terontok Rusak (%)

JGTR = Jumlah Gabah Terontok Rusak (gram) JGT = Jumlah Gabah Terontok (gram)


(26)

t JGT

KKAP 

3. Pengujian kapasitas kerja (kg/jam)

... (3)

dimana : KKAP = Kapasitas kerja alat perontok (kg/jam) JGT = Jumlah gabah terontok (kg)

t = Waktu yang dibutuhkan untuk merontokkan padi (jam)


(27)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Telah berhasil dimodifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher dengan menambahkan pengarah berupa plat besi pada dinding atas ruang perontok.

2. Persentase gabah terontok baik rata-rata sebesar 98,7%.

3. Semakin besar saluran pengeluaran jerami maka semakin besar pula persentase gabah yang terontok dan waktu yang dibutuhkan lebih cepat, namun semakin besar lubang pengeluaran jerami semakin besar pula tingkat kehilangannya.

4. Alat perontok padi tipe hammer threasher hasil modifikasi ini memiliki kapasitas 106,43 kg/jam.

B. Saran

Saran yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya penutup pada sistem transmisi untuk menjaga keamanan keselamatan kerja.


(28)

MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI

TIPE

HAMMER THRESHER

(Skripsi)

Oleh

AHMAD HARBI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(29)

MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE

HAMMER

THRESHER

Oleh

Ahmad Harbi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(30)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Biji padi ... 8

2. Alat perontok padi tipe hammer thresher ... 14

3. Diagram alir modifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher ... 17

4. Rancangan ruang perontok yang akan dimodifikasi... 19

5. Tutup ruang perontok sebelum dan sesudah dimodifikasi ... 20

6. Hammer thresher mesin perontok ... 20

7. Saluran pengeluaran jerami ... 21

8. Alur pengarah jerami pada bagian atas ruang perontok ... 26

9. Hammer thresher ... 27

10. Saluran pengeluaran jerami ... 28

11. Perontok padi tipe hammer thresher ... 30

Lampiran 12. Grafik persentase gabah terontok baik dan terontok rusak... 42

13. Grafik persentase gabah terontok dan tidak terontok... 42

14. Timbangan digital ... 43

15. Tachometer ... 43

16. Alat perontok padi sebelum dimodifikasi ... 43


(31)

18. Contoh jerami yang tertinggal diruang perontok ... 44

19. Pengoperasian alat perontok padi tipe hammer thresher... 44

20. Gabah hasil perontokan ... 45

21. Gabah tidak terontok ... 45

22. Sampel kondisi perontokan gabah ... 45

23. Gambar teknik atap perontok ... 46

24. Gambar teknik hammer ... 47

25. Gambar teknik alat perontok padi tipe hammer thresher tampak sudut kiri atas ... 48


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Andhen. 2010. Penanganan Pasca Panen Padi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Anonim. 2011. Petunjuk teknis perontokan padi dengan cara mekanis dan Semi

mekanis. Dikutip dari http://www.smecda.com. Diakses Tanggal 20 Juni 2011.

Andoko, A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Baskoro, Y. 2009. Analisis Ekonomi Alat Pengering Gabah Tipe Silinder Vertikal. Fakultas Pertanian. Unila. Lampung.

Daulay, S. B. 2005. Pengeringan Padi (Metode dan Peralatan).Jurusan Teknologi Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Didit. 2010. Budidaya Padi. Dikutip dari http://tani.blog.fisip.uns.ac.id. Diakses Tanggal 08 September 2011.

Hadiutomo, K. 2010. Mekanisasi pertanian. PT. Penerbit IPB Press. Bogor. Hadiwiyoto, S. dan Soehardi. 1980. Penanganan Lepas Panen I. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Kartasapoetra. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Nugraha, S. 2008. Keterlambatan Perontokan Padi. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian. Jakarta.

Prasetyo, Y. T. 2003. Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pratama Y. R. Rancang Bangun Alat Perontok Padi Tipe Hammer Thresher. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Universitas Lampung.

Purwanto, Y. A. 2005. Kehilangan Pasca Panen Padi Kita Masih Tinggi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.


(33)

Rahmawati, H. 2010. Rancang Bangun Mesin Penepung Kasava Tipe Hammer Mill. Fakultas Pertanian. Unila. Lampung

Suga, K. 1997. Dasar Perencanaan Elemen Mesin. PT Pradya Paramita. Jakarta. Tjakrawerdaja, S. 1999. Padi (Oriza Sativa). http://www.smecda.com. Diakses

Tanggal 12 April 2012.

Utomo, M. 1999. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.


(34)

Judul Skripsi : MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER

Nama Mahasiswa : Ahmad Harbi

N P M : 0614071018

Jurusan : Teknik Pertanian

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Tamrin, M.S. Warji, S.TP, M.Si.

NIP : 19621231 198703 1 030 NIP : 19780102200312 1 001

2. Ketua Jurusan Teknik Pertanian

Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P. NIP : 19650527 199303 1 002


(35)

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Tamrin, M.S. ...

Sekretaris : Warji, S.TP, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Budianto Lanya, M.T. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP : 19610826 198702 1 001


(36)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Tengah, pada 15 Juni 1988, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ngadiyo dan Ibu Muslihah.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD M Riau Periangan, Lampung tengah, lulus pada tahun 2000, pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP N 1 Kalirejo, Lampung Tengah lulus pada tahun 2003 dan pendidikan sekolah menengah umum di SMU N 1 Sukoharjo, Tanggamus, lulus pada tahun 2006.

Tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATEKTAN) Fakultas Pertanian Universitas Lampung periode 2007/2008 dan 2008/2009 sebagai anggota HIMATEKTAN. Pada bulan Juli tahun 2009 Penulis melaksanakan Praktik Umum dengan judul Mempelajari Teknologi Kultur Jaringan dan Mesin Spinner yang Dikembangkan Oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah”.


(37)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Modifikasi Alat Perontok Padi tipe Hammer Thresher”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik.

Penulis juga menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku dosen Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu, membimbing, memberikan saran serta memberikan motivasi selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Warji S.TP, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing Penulis selama penyusunan skripsi. 3. Bapak Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku Pembahas, terima kasih atas saran

dan kritik yang membangun kepada Penulis serta bantuan yang telah diberikan, sehingga karya tulis dapat terselesaikan.

4. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(38)

6. Bapak, Ibu serta kakak-kakakku atas kasih sayang dan cintanya yang selalu senantiasa memberikan doa, moril, perhatian, dukungan dan semangat yang tak terbatas bagi keberhasilan Penulis.

7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, seluruh Civitas Akademika Teknik Pertanian maupun masyarakat luas. Penulis berdoa semoga kebaikan dibalas oleh Allah SWT., amin.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis


(1)

34

Rahmawati, H. 2010. Rancang Bangun Mesin Penepung Kasava Tipe Hammer Mill. Fakultas Pertanian. Unila. Lampung

Suga, K. 1997. Dasar Perencanaan Elemen Mesin. PT Pradya Paramita. Jakarta. Tjakrawerdaja, S. 1999. Padi (Oriza Sativa). http://www.smecda.com. Diakses

Tanggal 12 April 2012.

Utomo, M. 1999. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.


(2)

Judul Skripsi : MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER

Nama Mahasiswa : Ahmad Harbi

N P M : 0614071018

Jurusan : Teknik Pertanian

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Tamrin, M.S. Warji, S.TP, M.Si.

NIP : 19621231 198703 1 030 NIP : 19780102200312 1 001

2. Ketua Jurusan Teknik Pertanian

Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P.


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Tamrin, M.S. ...

Sekretaris : Warji, S.TP, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Budianto Lanya, M.T. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NIP : 19610826 198702 1 001


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Tengah, pada 15 Juni 1988, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ngadiyo dan Ibu Muslihah.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD M Riau Periangan, Lampung tengah, lulus pada tahun 2000, pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP N 1 Kalirejo, Lampung Tengah lulus pada tahun 2003 dan pendidikan sekolah menengah umum di SMU N 1 Sukoharjo, Tanggamus, lulus pada tahun 2006.

Tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATEKTAN) Fakultas Pertanian Universitas Lampung periode 2007/2008 dan 2008/2009 sebagai anggota HIMATEKTAN. Pada bulan Juli tahun 2009 Penulis melaksanakan Praktik Umum dengan judul Mempelajari Teknologi Kultur Jaringan dan Mesin Spinner yang Dikembangkan Oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.


(5)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Modifikasi Alat Perontok Padi tipe Hammer Thresher”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik.

Penulis juga menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku dosen Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu, membimbing, memberikan saran serta memberikan motivasi selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Warji S.TP, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing Penulis selama penyusunan skripsi. 3. Bapak Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku Pembahas, terima kasih atas saran

dan kritik yang membangun kepada Penulis serta bantuan yang telah diberikan, sehingga karya tulis dapat terselesaikan.

4. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(6)

5. Staf dan karyawan Jurusan Teknik Pertanian atas bimbingan dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama Penulis menjadi mahasiswa. 6. Bapak, Ibu serta kakak-kakakku atas kasih sayang dan cintanya yang selalu

senantiasa memberikan doa, moril, perhatian, dukungan dan semangat yang tak terbatas bagi keberhasilan Penulis.

7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, seluruh Civitas Akademika Teknik Pertanian maupun masyarakat luas. Penulis berdoa semoga kebaikan dibalas oleh Allah SWT., amin.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis