Pengaruh Keanekaragaman Hayati Bagi Kehi

  Critical Essay Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan

  

Pengaruh Keanekaragaman Hayati Bagi Kehidupan Manusia: Masalah

Kerusakan Keanekaragaman Hayati Ekosistem Mangrove

  Oleh: Ni Luh Gede Rai Ayu Saraswati

  (1214521012)

  

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

  

Pengaruh Keanekaragaman Hayati Bagi Kehidupan Manusia: Masalah Kerusakan

Keanekaragaman Hayati Ekosistem Mangrove

(Words Count: 1457 Words)

  Keanekaragaman hayati atau biodiversitas merupakan segala kehidupan yang terdapat di muka bumi, baik tumbuhan, hewan jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekargaman sistem ekologi tempat hidupnya (Gole, 2006). Seiring perkembangan zaman, populasi manusia di bumi makin meningkat pesat begitupula dengan pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan secara masal, khususnya terhadap sumberdaya hayati. Hal ini menyebabkan timbulnya tumpang tindih antara keseimbangan sumberdaya hayati di alam dan kepentingan manusia terkait. Kondisi ini berdampak terhadap keberlangsungan keanekaragaman hayati di alam.

  Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup dibumi akan selalu berhubungan dengan keanekaragaman hayati. Hal ini disebabkan karena seluruh kehidupan manusia bergantung pada alam untuk memenuhi kesehatan, kesejahteraan serta kesenangan hidupnya. Alam menyediakan sumber pangan, obat-obatan dan produk lain yang bermanfaat dan dibutuhkan oleh umat manusia. Sumber alam tersebut merupakan komponen dari keanekaragaman hayati yang melimpah dialam. Keanekaragaman hayati diketahui juga memiliki nilai bagi kepentingan-kepentingan estetika, spiritual, budaya, rekreasi dan ilmu pengetahuan (Baiquni, 2007). Keanekaragaman hayati yang tinggi dapat mengindikasikan adanya keseimbangan ekosistem yang terkendali dan memiliki tingkat elastisitas yang tinggi dalam ekosistem, sedangkan Keanekaragaman hayati yang rendah menunjukkan adanya tekanan atau penurunan mutu suatu ekosistem. Dengan demikian, keanekaragaman hayati memiliki nilai nyata yang bermanfaat bagi kehidupan manusa. Salah satu ekosistem yang menyediakan keanekaragaman hayati yang beragam adalah ekosistem mangrove. Peranan keanekaragaman hayati dalam ekosistem mangrove sangat mendukung keberlangsungan kehidupan biota didalamnya. Biota-biota tersebut, secara langsung maupun tidak langsung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

A. Manfaat Keanekaragaman Hayati Ekosistem Mangrove Bagi manusia

  Keanekaragaman hayati merupakan dasar bagi keberlangsungan suatu ekosistem yang menjaga agar lingkungan alami tetap hidup, mulai dari menjaga daerah aliran sungai yang menyediakan air bersih, hingga polinasi dan siklus-siklus nutrisi, serta menjaga kebersihan udara dan gas di atmosfer (Baiquni, 2007). Keanekaragaman hayati mengacu kepada segala bentuk kehidupan dan ekosistem tempat semua makhluk hidup baik di darat maupun di perairan. Seperti halnya di Laut, awal kehidupan dimulai dari tingkatan organisme terkecil yaitu fitoplankton yang beperan sebagai produsen diperairan. Kemudian plankton tersebut kemudian dimakan oleh hewan-hewan yang lebih besar seperti berbagai jenis ikan, reptile, dan mamalia. Selain fitoplankton, rumput laut, ikan, dan golongan hewan bercangkang seperti udang dan kerang merupakan makanan bagi miliaran manusia didunia yang bergantung pada hasil sumberdaya laut (Schmidt et al., 2012). Berdasarkan hal tersebut, secara nyata bahwa keanekaragaman hayati memiliki peranan yang penting bagi kelangsungan hidup seluruh umat manusia. Dalam ekosistem mangrove tersedia beragam jenis keanekaragaman hayati didalamnya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya masyarakat pesisir.

  Ekosistem mangrove merupakan salah satu cagar alam dan suaka margasatwa yang berfungsi terutama sebagai pelindung dan pelestari keanekaragaman hayati. Menurut Bengen (2000), terdapat enam fungsi ekosistem mangrove, yaitu :

  1. Sebagai pelindung pantai dari gempuran ombak, arus dan angin

  2. Sebagai tempat berlindung, berpijah atau berkembang biak dan daerah asuhan berbagai jenis biota

  3. Sebagai penghasil bahan organik yang sangat produktif (detritus)

  4. Sebagai sumber bahan baku industri bahan bakar

  5. Pemasok larva ikan, udang dan biota laut lainnya 6. Tempat pariwisata.

  Fungsi tersebut juga disampaikan oleh Soedjarwo (1979), bahwa sebagai ekosistem peralihan antara daratan dan laut, ekosistem mangrove diketahui memliki berbagai fungsi, yaitu sebagai penghasil bahan organik, tempat berlindung berbagai jenis binatang, tempat memijah berbagai jenis ikan dan udang, sebagai pelindung pantai, mempercepat pembentukan lahan baru, penghasil kayu bangunan, kayu bakar, kayu arang, dan tannin. Hal ini juga disampaikan oleh Schmidt et al. (2012), bahwa tumbuhan dan hewan pada ekosistem mangrove yang terletak di wiliyah pesisir menyimpan dan menghasilkan nutrien, penyaring kotoran dari sungai dan melindungi pantai dari badai. Selain itu, ekosistem mangrove di wiliyah pesisir juga menjadi sumber bahan pangan dari hasil laut seperti udang, kepiting, rumput laut, serta sebagai sumber bahan pupuk, obat-obatan, kosmetik alat rumah tangga dan alat bangunan. Waryono (2006) menyebutkan bahwa komponen keanekaragaman hayati memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia, khususnya yang bertempat tinggal di wilayah pesisir. Komponen tersebut bermanfaat bagi sumber mata pencaharian sebagai nelayan terutama produk kerang dan kepiting, serta sebagai jasa wahana rekreasi dan wisata alam terkait nilai keindahan dari ekosistem mangrove. Menurut Huda (2008), ekosistem mangrove secara fisik berfungsi sebagai hutan lindung yang mempengaruhi pengaliran massa air dari tanah. Ciri khas dari tumbuhan mangrove adalah pada sistem perakaran yang khas dapat menghambat arus air dan ombak, sehingga menjaga garis pantai tetap stabil dan terhindar dari pengikisan (abrasi).

  Berdasarkan urairan tersebut, telah terlihat jelas bahwa komponen keanekaragaman hayati pada ekosistem mangrove memiliki manfaat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. Apabila terjadi ancaman yang menyebabkan rusaknya keanekaragaman hayati hingga menimbulkan hilangnya komponen keanekaragaman hayati tersebut, maka manusia yang akan menanggung dampaknya. Oleh karena itu, kelestarian dari ekosistem mangrove perlu mendapat perhatian yang serius oleh seluruh lapisan masyarakat.

B. Penyebab Rusaknya Keanekaragaman Hayati Ekosistem Mangrove

  Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling terancam keberadaanya. Hal ini dikarenakan habitat ekosistem mangrove berada pada wilayah estuari, dimana wilayah ini sering mendapat tekanan dari arah daratan melalui aliran sungai. Menurut Waryono (2008), hal yang menyebabkan terjadinya kerentanan degradasi ekosistem mangrove adalah berubahnya kelas genang, dan atau polusi baik limbah padat (sampah) maupun limbah kimia yang umumnya bersumber dari wilayah daratan. Secara umum, ekosistem mangrove selalu menjadi sasaran kegiatan eksploitasi sumberdaya alamnya dan mendapat tekanan pencemaran lingkungan akibat perkembangan infrastruktur yang berorientasi pada bidang ekonomi (economy oriented). Kerusakan lain yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati di ekosistem mangrove adalah abrasi, intrusi air laut dan menghilangnya sempadan pantai (Waryono, 2006). Seiring perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk semakin pesat dan memacu adanya urbanisasi ke perkotaan sehingga aktivitas industri diperkotaan semakin meningkat. Hal ini menyebabkan beban pencemaran dalam bentuk buangan limbah ke perairan sungai dan akhirnya bermuara ke perairan ekosistem mangrove (Lazardi et al., 2000).

  Salah satu kasus nyata mengenai kerusakan ekosistem mangrove yang terjadi di Indonesia adalah kawasan mangrove di DKI Jakarta. Kawasan mangrove di DKI Jakarta dominan di sebabkan oleh perambahan dan alih fungsi kawasan, khususnya untuk kegiatan pertambakan ikan. Terdapat beberapa aspek kegiatan yang mempengaruhi kerusakan kawasan mangrove di DKI Jakarta, yaitu : Pengembangan pemukiman (seperti kawasan Pantai Indah Kapuk), pembangunan fasilitas rekreasi dan pemanfaatan lahan pasang surut (kegiatan pertambakan ikan). Hal ini menyebabkan terputusnya rantai makanan bagi biota mangrove seperti burung, reptile dan berbagai kehidupan lainnya (Waryono, 2006).

  

Gambar 01. Kerusakan Ekosistem Mangrove

  Dalam kasus degradasi kawasan mangrove di DKI Jakarta tersebut mengancam keberadaan komponen keanekaragaman hayati, dimana jika aktivitas perkotaan yang merabas hutan mangrove maka diindikasikan produsen (fitoplankton dan tumbuhan bakau) telah berkurang bahkan menghilang. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem di wilayah pesisir DKI Jakarta yang akan memberikan dampak bagi manusia (hilangnya mata pencaharian dan sumber pendapatan masyarakat pesisir) dan lingkungan (hilangnya ekosistem penyangga sempadan pantai, kematian masal tumbuhan bakau).

  

Gambar 02. Kondisi Teluk Jakarta

C. Dampak Hilangnya Keanekaragaman Hayati Mangrove Bagi manusia

  Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang memiliki fungsi secara ekologi dan secara ekonomi yang tinggi. Namun, ketika ekosistem ini rusak maka akan memberikan pengaruh atau dampak bagi kelangsungan hidup organisme disekitarnya, termasuk manusia. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada ekosistem mangrove secara perlahan dapat menghilangkan komponen keanekaragaman hayatinya baik berupa keanekaragaman genetik, spesies maupun ekosistemnya.

  Dampak yang ditimbulkan oleh rusaknya ekosistem mangrove adalah :  Secara Ekonomis o Menurunkan hasil tangkapan ikan, udang, kepiting dan kerang. o Hilangnya mata pencaharian nelayan o Berkurangnya pendapatan masyarakat pesisir.

   Secara Ekologis o Tidak terkendalinya pengelolaan terumbu karang, keanekaragaman ikan, hutan mangrove, abrasi pantai, banjir, intrusi air laut dan punahnya berbagai jenis flora dan fauna langka.

  Dampak tersebut harus diterima oleh manusia sebagai konsekuensi dari hasil perbuatannya. Hilangnya ekosistem mangrove akan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan secara nyata dampaknya dirasakan oleh manusia. Ketika keanekaragaman hayati dan Plasma nutfah yang terdapat pada ekosistem mangrove diciptakan untuk hidup seimbang dan selaras dengan manusia hilang, maka kehidupan manusia tidak akan mencapai kesejahteraan. Hal ini dikarenakan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah tersebut berfungsi membantu kehidupan manusia dalam menjalankan kehidupan, menyediakan segala kebutuhan manusia (sandang, pangan, papan) dan menyeimbangkan lingkungan tempat manusia tinggal. Pada kondisi mendesak saat ini barulah muncul kesadaran pentingnya peran ekosistem mangrove dalam menjaga keseimbangan ekosistem kawasan pantai dan daratan.

  Simpulan

  Ekosistem mangrove merupakan penyedia keanekaragaman hayati yang memiliki peran atau fungsi menguntungkan bagi manusia. Ekosistem mangrove memberikan banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia, baik dalam pemenuhan sandang, pangan dan papan. Dalam ekosistem mangrove terkandung nilai ekologi dan ekonomi yang penting. Nilai ekologis nyatanya adalah sebagai hutan lindung dan kawasan penyangga yang menyediakan kehidupan bagi biota didalamnya serta menciptakan keindahan alam (nilai estetika), sedangkan nilai ekonomi secara nyata dirasakan oleh manusia yaitu sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir (nelayan) dan menghasilkan pangan perikanan berupa udang, kepiting, kerang dan ikan. Dengan demikian, rusaknya komponen ekosistem mangrove yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia. Konsekuensi yang harus diterima oleh manusia adalah dari nilai ekologi, seperti intrusi air laut, abrasi pantai, banjir, putusnya rantai makanan, punahnya flora dan fauna mangrove dan lainnya, serta dari nilai ekonomi, yaitu menurunnya hasil perikanan, hilangnya mata pencaharian masyarakat pesisir dan hilangnya pendapatan masyarakat.

  

Daftar Pustaka

  Baiquni, H. 2007. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati: Praktek Unggulan Program Pembangunan Berkelanjutan Untuk Industri Pertambangan. Terjemahan. Bengen, D.G. 2000. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan EkosistemMangrove.

  Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Gole, C. 2006. The Southwest Australia Ecoregion Jewel Of The Australia Continent. Southwest Australia Ecoregion Initiative: WWF- Australia. Huda, N. 2008. Strategi Kebijakan Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan di Wilayah Pesisir

  Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi. Tesis. Program Magister Teknik Sipil Universitas Diponogoro. Lazardi. L.D., W. Machado, M. Mascatelli, 2000. Use of Mangrove Landfill Management.

  Glomis Erectronic Journal Volume 1, No. 1.2000. Brazil Schmidt, M., H. Torgersen, A. Kuffner. 2012. World Wide Views On Biodiversity. Booklet. The Danish Board Technology: Austria

  Soedjarwo, 1979. Mengoptimalkan fungsi-fungsi hutan mangrove untuk menjaga kelestariannya demi kesejahteraan manusia. Prosiding Seminar Ekosistem Ekosistem Mangrove : 8-9. Waryono, T. 2006. Konsepsi Manajemen Pemulihan Kerusakan Mangrove di DKI Jakarta.

  Seminar Perencanaan Pemulian Mangrove. Yayasan Mangrove Indonesia. Kumpulan Makalah 1987-2008. Jakarta

  Waryono, T. 2008. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Ekosistem Mangrove. Diskusi Panel Program Studi Biologi Konservasi. Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kumpulan Makalah 1987-2008. Depok.