Pengaruh Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survey di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya)

(1)

Effect of Tax Collection and Tax Compliance Tax Investigation Against The Tax Office Pratama Majalaya

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Desta Karunia Sari 21110179

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

vi

ABSTRACT ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 5

1.2.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Maksud Penelitian ... 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

1.4.1 Kegunaan Praktisi ... 6

1.4.2 Kegunaan Akademis ... 7

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7


(3)

vii

2.1. Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Penagihan Pajak ... 9

2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak ... 9

2.1.1.2 Dasar Penagihan Pajak ... 10

2.1.1.3 Indikator Penagihan Pajak ... 14

2.1.1.4 Hak wajib Pajak/Penanggung Pajak ... 17

2.1.1.5 Kewajiban Pajak/ Penanggung Pajak ... 17

2.1.1.6 Daluwarsa Penagihan ... 17

2.1.2 Pemeriksaan Pajak ... 18

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak ... 18

2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi pemeriksaan ... 19

2.1.2.3 Kendala yang dihadapi Pemeriksaan Pajak ... 20

2.1.1.4 Prosedur Pemeriksaan Pajak ... 21

2.1.1.5 Persiapan Pemeriksaan Pajak ... 22

2.1.1.6 Indikator Pemeriksaan Pajak ... 23

2.1.1.7 Ruang lingkup Pemeriksaan Pajak ... 23

2.1.3 Kepatuhan Perpajakan ... 24

2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Perpajakan ... 24

2.1.3.2 Identifikasi Kepatuhan Perpajakan ... 24


(4)

viii

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian ... 29

3.2. Metode Penelitian ... 29

3.2.1 Desain Penelitian ... 30

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 34

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 36

3.2.3.1 Sumber Data ... 36

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 37

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 39

3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 39

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum KPP Pratama Majalaya ... 50

4.1.1 Struktur Organisasi ... 53

4.1.2 Deskripsi Jabatan ... 54

4.1.3 Hasil Penelitian ... 57

4.1.4 Analisis Deskritif ... 57

4.1.4.1 Perkembangan Penagihan Pajak pada KPP ... 57


(5)

ix

4.2 Pembahasan ... 79

4.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak Terhadap kepatuhan ... 79

4.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Saran ... 83

DAFTAR PUTAKA ... 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 86


(6)

Diana Sari. 2013. Konsep Dasar Perapajakan. Bandung: PT.Refika Aditama

Erly suandy. 2000. Perencanaan Pajak. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Salemba Empat

Gatot Faisal. 2009. Akuntansi Perpajakan. Edisis Pertama. Yogyakarta : BPFE

Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi

Marihot Pahala. 2007. Perpajakan:Isu-Isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu

Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000

Mohammad Ibrahim ADIB. 2012. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta : PT. Raja Garfindo

Persada

Mohammad Zain. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat

Paca Kurniawan dan Bagus Pamungkas. 2006. Politik Perpajakan Membangun Demokrasi

Negara. Yogya: UII Press

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta

Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian Edisi 16. Bandung: CV.Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: CV.Alfabeta

Soemarso. 2011. Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba


(7)

Umi Narimawati. (2008). Teknik-teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi. Yogykarta:

Graha Ilmu

Undang-undang RI No.16 tahun 2000. Tentang Perubahan Atas Undang-udang RI No.9

Tahun 1994 dan Undang-undang RI No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan

Umum dan Tata cara Perpajakan

Waluyo dan Wirawan. 2012. Perpajakan Indonesia. Penerbit: Salemba Empat

Waluyo. 2012. Perpajakan Indonesia. Penerbit: Salemba Empat


(8)

130

NIM : 21110179

Nama Lengkap : Desta Karunia Sari

Agama : Islam

Fakultas : Ekonomi

Program Studi : Akuntansi

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 23 Desember 1992

Alamat : Jalan Industri Blok 4b

Rt.12 Rw.08

No. HP : 085.720.232.701

Pendidikan : Tahun Tempat

1998 - 2004 SDN Ayudia 1

2004 - 2007 SMPN 41 Kota Bandung

2007 - 2010 SMA Pasundan 7 Kota Bandung

2010 - 2014 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2014 SARJANA (S1)

DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Agus Supriyono

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 24 Agustus 1954

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jalan Industri Blok 4b

Rt.12 Rw.08

Nama Ibu : Lela

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 5 September 1956

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jalan Industri Blok 4b


(9)

(10)

Assalamu’alaikum wr. wb

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Usulan

Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak

terhadap Kepatuhan Perpajakan ”. Penelitian ini ditujukan sebagai salah satu Syarat Usulan Penelitian di Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Komputer Indonesia.

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan baik dari segi waktu, biaya maupun ilmu. Namun peneliti mencoba untuk memaksimalkannya dengan segala kemampuan yang dimiliki.

Selainitu, peneliti berkeyakinan bahwa penelitian ini tidak mungkin terselesai

kan tanpa adanya bantuan do’a dan dukungan serta petunjuk dari berbagai pihak,

untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.ELY SUHAYATI., SE., M.Si ., Ak ., CA selaku Dosen Pembimbing Laporan Usulan Penelitian

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Utama Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini., SE.,Spec.Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi


(11)

i Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Kedua orang tua, kakak, adik dan keponakan terima kasih atas doa dan kasih

saying kalian selalu menjadi kekuatan dan motivasi bagi saya dalam menyusun usulan penelitian ini semoga saya dapat menjadi kebanggaan keluarga.

6. Rekan-rekan seperjuangan di kelas 4 AK-4 yang selalu mendukung dalam hal

apapun.

Semoga semua bantuan, bimbingan, dorongan dan segala sesuatu yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat imbalan dari ALLAH SWT .Amin. Akhir kata semoga laporan ini dapat memenuhi harapan dan bermanfaat bagi yang memerlukannya dan segala kelapangan hati penulis menerima segala saran dan kritik terhadap penulisan penelitian ini untuk perbaikan selanjutnya.

Bandung, Juli 2014 Peneliti

Desta Karunia Sari 21110179


(12)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Memuat konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai kerangka atau landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literatur-literatur yang membahas konsep penelitian.

2.1.1 Penagihan pajak

2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak

Menurut Moeljohadi dalam Siti Kurnia (2010:197)mendefinikasikan Penagihan pajak adalah sebagai berikut:

Menurut Undang-Undang ialah UU No.6 tahun 1983 yo UU No.16 tahun 2000 dan UU No.19 tahun 2000 tentang ketentuan umum tatacara perpajakan dan penagihan pajak dengan surat paksa”.

Menurut Mardiasmo (2009:119)mendefinikasikan Penagihan pajak adalah sebagai berikut :

“Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan”.

Menurut Diana Sari (2013:264)mendefinikasikan Penagihan pajak adalah sebagai berikut :

“Serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan

biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,


(13)

paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak merupakan tindakan agar penangung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan memperingatkan dan melakukan pelaksanaan penagihan yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

2.1.1.2 Dasar Penagihan Pajak

Dasar penagihan pajak menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang- Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut :

1. Surat Tagihan a. Pengertian

Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

b. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila :

1. PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

2. Dari hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung. 3. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau


(14)

4. Pengusaha yang memenuhi kriteria sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkansebagai PKP.

5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi telah membuat faktur pajak atau pengusaha yang dikukuhkan sebagaiPKP tetapi tidak membuat atau faktur pajak tidak lengkap.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) a. Pengertian

Pengertian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pajak uang terutang, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

b. Penerbitan SKPKB

Diterbitkan Surat Keteapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) apabila :

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau ada keterangan lain ternyatajumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

2. SPT tidak disampaikan pada waktunya, dan setelah ditegur secara tertulis tidak juga disampaikan dalam waktu menurut saran teguran.

3. Berdasarkan pemeriksaan mengenai PPn dan PPnBM ternyata tidak harus dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 persen.

4.Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidakterpenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.


(15)

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) a. Pengertian

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

adalahkeputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan.

b. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) apabila :

1.Berdasarkan data baru atau data yang semula belum lengkap menyebutkan penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya.

2. Ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat penerbitan SKPKBT dengan demikian SKPKBT dapat diterbitkan lebih dari satu kali.

4. Surat Keputusan Pembetulan Surat keputusan pembetulan adalah surat putusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang terdapat salam Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat keputusan Pengurangan atau Pembetulan Ketetapan Pajak yang tidak benar atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan.


(16)

5. Surat Keputusan Keberatan

Surat Putusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang dianjurkan oleh wajib pajak.

6. Putusan Banding

Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap surat keputusan keberatan yang dianjurkan oleh Wajib Pajak Kelebihan Pajak.

Berdasarkan pengrtian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkanbahwa untuk melakukan tagihan pajak diperlukan Surat Tagihan Pajak (STP), dan

diterbitkan apabila PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, terdapat kekurangan pembayaran pajak, dan dikenakan denda jika Wajib Pajak telat dalam pembayaran pajaknya.

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. Dan diterbitkan apabila berdasarkan pemeriksaan terdapat pajak terutang,tidak menyampaikan surat pemberitahuan tepat waktu, berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak, dan jika penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan tidak terpenuhi. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) digunakan untuk menentukan tambahan atas jumlah pajak uang ditetapkan. Dan diterbitkan jika data baru ataudata semula belum lengkap serta ditemukannya data yang lain setelah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.


(17)

Surat KeputusanPembetulan merupakan surat untuk membetulkan jika terdapat kesalah tulis, salahhitung, maupun kekeliruan dalam penerapan Undang-Undang Perpajakan. SuratPutusan Keberatan merupakan keputusan keberatan terhadap pemotongan ataupemungutan oleh pihak ketiga yang dianjurkan oleh Wajib Pajak. Putusan merupakan putusan yang diputuskan oleh peradilan pajak terhadap surat keputusan keberatan yang dianjurkan oleh Wajib Pajak.

2.1.1.3 Indikator Penagihan Pajak

Menurut Diana Sari (2013:264), indikator dari Penagihan Pajak adalah sebagai berikut :

1. Surat Teguran 2. Surat Paksa 3. Surat Sita 4. Lelang

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian dibawah ini:

1. Surat Teguran

a. Dalam hal WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlahnya jumlah

pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan WP tidak mengajukan keberatan atas SKPKB atau SKPKBT, kepada WP disampaikan surat teguran setelah lewat 7 (Tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan ;

b. Dalam hal WP tidak menyetujui sebagaian atau seluruh jumlah pajak

yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan WP mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan SKPKB dan SKPKBT,kepada WP disampaikan surat teguran setelah 7 (hari) sejak saat jatuh tempo pengajuan banding ;


(18)

c. Dalam hal WP tidak menyetujui sebagaian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan WP mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan SKPKB dan SKPKBT ,kepada WP disampaikan surat teguran setelah 7 (hari) sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan putusan banding ;

d. Dalam hal WP menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus

dibayar dalam pembahasan akhir pemeriksaan, kepada WP disampaika surat teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan ;

e. Dalam hal WP mencabut penagjuan keberatan atas SKPKB atau

SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima surat pemberitahuan untuk hadir oleh WP, kepada WP disampaikan surat teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan tersebut; dan

f. Dalam rangka penagihan pajak atas utang bumi dan bangunan dan / atau

bea perolehan hak atas tanah dan bangunan yang tercantum dalam STPPBB,SKBKB,SKPKBT,STB atau surat keputusan pembetulan, keputusan keberatan . atau putusan banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, kepada WP disampaikan surat teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pelunasan. penyampaian surat teguran dapat dilakukan secara langsung, melalui pos atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.


(19)

2. Surat Paksa utang pajak stelah lewat 21(dua puluh satu) hari dari tanggal surat teguran tidak dilunasi, diterbitkan surat paksa yang diberitahukan oleh jurusita pajak dengan dibebani biaya penagihan pajak dengan surat paksa sebesar Rp.50.000,00, utang pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam setelah surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak.

3. Surat sita utang pajak terbit dalam jangka waktu 2x24 jam setelah surat

paksa diberitahukan oleh jurusita pajak tidak dilunasi, jurusita pajak dapat melakukan tindakan penyitaan, dengan dibebani biaya pelaksanaan surat perintah melakukan penyitaan sebesar Rp.100.000,00.

4. Lelang dalam jangka waktu paling singkat 14 (empat belas) hari setelah

tindakan penyitaan, utang pajak belum juga dilunasi akan dilanjutkan dengan pengumuman lelang melaui media massa. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali dan untuk barang yang tidak bergerak 2(dua) kali. Penjualan secara lelang melalui kantor lelang negara terhadap barang yang disita, dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan. Catatanbarang dengan nilai paling banyak Rp.20.000.000 ,- tidak harus di umumkan melalui media massa.


(20)

2.1.1.4 Hak Wajib Pajak/Penanggung pajak

Wajib pajak / Penanggung Pajak berhak :

1. Meminta jurusita pajak memperlihatkan kartu tanda pengenal juru sita

pajak.

2. Menerima salinan surat paksa dan salinan berita acara penyitaan.

3. Menentukan urutan barang yang akan dilelang.

4. Sebelum pelaksanaan lelang wajib pajak diberi kesempatan terakhir untuk

melunasi utang pajak termasuk biaya penyitaan, iklan dan biaya pembatalan lelang dan melaporkan pelunasan tersebut kepada KPP yang bersangkutan.

5. Lelang tidak dilaksanakan apabila penanggung pajak melunasi utang pajak

dan biaya penagihan pajak sebelum pelaksanaan lelang. 2.1.1.5 Kewajiban pajak / Penanggung Pajak

Wajib pajak /Penanggung Pajak berkewajiban :

1. Membantu jurusita pajak dalam melaksanakan tugasnya

a. Memperbolehkan juru sita pajak memasuki ruangan , tempat usah /

tempat tinggal WP / Penanggung Pajak.

b. Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.

2. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan, dihipotikkan atau

disewakan.

2.1..6 Daluwarsa Penagihan

Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa stelah melampaui waktu 5 (lima) tahun


(21)

terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT dan SKP, surat keputusan keberatan, putusan banding, serta putusan peninjauan kembali .

Daluwarsa penagihan pajak tersebut tertangguh apabila :

a. Diterbitkannya surat paksa .

b. Adanya pengakuan utang pajak dari WP baik langsung maupun tidak langsung.

c. Diterbitkan SKPKB dan SKPKBT karena WP setelah jangka waktu 5 (lima)

tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempuyai ketetapan hukum tetap.

d. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

2.1.2 Pemeriksaan Pajak

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Definisi pemeriksaan pajak menurut Soemarso S.R (2011:112) mengemukakan bahwa :

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:245) mengemukakan bahwa :

“Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assesment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada Undang-undang perpajakan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data


(22)

dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Pajak

Menurut Siti Kunia Rahayu (2010:260) Mengemukakan.

“Pemeriksaan akan berjalan lancar apabila didukung oleh faktor-faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pajak”. Antara lain:

“1. Teknologi Informasi (information technology)

Kemajuan teknologi informasi telah luas dimanfaatkan oleh wajib pajak. Seiring dengan perkembangan tersebut maka pemeriksa harus juga

memanfaatkan perangkat teknologi informasi dengan sebutan Computer

Assisted Audit Technique.

2. Jumlah sumber daya manusia (the number of human resources)

Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja pemeriksaan. Jika jumlah tidak dapat memadai karena pengadaan sumber

daya manusia melalui kualifikasi dan prosedur recruitment terbatas, maka

untuk mengatasi jumlah pemeriksa yang terbatas adalah dengan meningkatkan kualitas pemeriksa dan melengkapinya dengan teknologi informasi di dalam pelaksanaan pemeriksaan.

3. Kualitas sumber daya (the quality of human resources)

Kualitas pemeriksa sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan. Solusi agar kesenjangan kualitas pemeriksa teratasi adalah


(23)

dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan

sistem mutasi yang terencana serta penerapan reward and punishment.

4. Sarana dan prasarana pemeriksaan (audit facilities)

Sarana prasarana pemeriksaan seperti komputer sangat diperlukan”.

2.1.2.3 Kendala yang Dihadapi Pemeriksaan Pajak

Adapun beberapa kendala yang dihadapi dalam pemeriksaan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:261), antara lainnya :

1. Psikologis

Persepsi wajib pajak tentang pemeriksaan pajak dan persepsi pemeriksa pajak mengenai kepatuhan Wajib Pajak. Persepsi yang terbentuk pada wajib pajak maupun pemeriksa pajak sangat tergantung pada penguasaan

informasi. Apabila timbul ketimpangan informasi (assymetric

information), maka akan timbul masalah psikologis antara kedua belah

pihak. Wajib Pajak timbul penolakan, pemeriksa timbul kecurigaan. 2. Komunikasi

Terdiri dari komitmen wajib pajak untuk membantu kelancaran pemeriksaan pajak dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil pemeriksaan. Komitmen wajib pakal timbul apabila wajib pajak memahami tujuan pemeriksaan dan apa yang menjadi hak dan kewajibannya, serta hak dan kewajiban pemeriksa.

Selain itu temuan sementara pemeriksaan pajak hendaknya disampaikan lebih dini untuk memberikan kesempatan bagi wajib pajak menjelaskan dan memberikan buku, catatan atau dokumen tambahan yang mendukung


(24)

penjelasan-penjelasannya. Apabila komunikasi tidak kondusif maka hal ini dapat menghambat jalannya pemeriksaan pajak.

3. Teknis

Terdiri dari ukuran (size) perusahaan, pemanfaatan teknologi informasi,

kepemilikan modal (structure of ownership), cakupan transaksi. Semakin

kompleks variable teknis akan berdampak terhadap pelaksanaan pemeriksaan pajak.

4. Regulasi

Terdiri dari kelengkapan ketentuan yang berlaku yang mengatur perlakuan atas setiap transaksi yang timbul dan sejauh mana jangkauan hak pemajakan undang-undang domestic atas transaksi internasional.

2.1.2.4 Prosedur Pemeriksaan Pajak

Prosedur yang diatur dalam pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo (2009:12) adalah sebagai berikut:

1. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan dan harus memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa.

2. Wajib Pajak yang diperiksa wajib:

a. memperlihatkan, meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak atau objek yang terutang;

b. memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;


(25)

c. memberi keterangan yang diperlukan.

3. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban untuk memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan sebagaimana disebutkan pada butir 2.b diatas.

4. Dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban merahasiakan, maka kewajiban merahasiakan ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

2.1.2.5 Tahapan Pemeriksaan Pajak

2.1.2.5.1 Persiapan Pemeriksaan Pajak

Suatu pemeriksaan pajak yang baik harus memiliki perencanaan atau persiapan yang baik. Persiapan dibutuhkan agar proses pemeriksaan pajak berjalan terarah sesuai dengan yang diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:286) persiapan pemeriksaan ialah :

“Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan seperti mempelajari berkas wajib pajak/berkas data, menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak, mengidentifikasi masalah, melakukan pegenalan lokasi wajib pajak, menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam, dan menyediakan sarana pemeriksaan”.

Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksa dapat memperoleh gambaran umum mengenai wajib pajak yang akan diperiksa, sehingga program pemeriksaan yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.


(26)

2.1.2.5.2 Indikator Pemeriksaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:292) pelaksanaan pemeriksaan ialah : “Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa dan meliputi:

(1) Memeriksa ditempat wajib pajak.

(2) Melakukan penilaian atas system pengendalian intern.

(3)Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen- dokumen.

(4) Memberitahukan hasil pemriksaan kepada wajib pajak.

(5) Melakukan sidang penutup (Closing Conference)”.

2.1.2.6 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan ruang lingkupnya menurut Diana Sari (2013:230) mengemukakan

“jenis-jenis pemeriksaan dapat dibedakan menjadi pemeriksaan lapangan

dan pemeriksaan kentor. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil

Pemeriksaan”.

a. Pemeriksaan Lapangan, yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau untuk dilakukan di tempat Wajib Pajak.

b. Pemeriksaan Kantor, meliputi jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di tempat Kantor Direktorat Jenderal Pajak.


(27)

2.1.3 Kepatuhan Perpajakan.

2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Perpajakan

Pengertian Kepatuhan Perpajakan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139) mengemukakan bahwa :

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara”.

Menurut Kepatuhan Perpajakan menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) mengemukakan bahwa :

“Kepatuhan perpajakan yang didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.

Adapun menurut Safri Numantu dalam Kamus Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut :

“Kepatuhan Perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan perpajakan adalah kondisi dimana wajib pajak melaksanakan semua kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

2.1.3.2 Identifikasi Kepatuhan Perpajakan

Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:139), kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari :

a. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri.


(28)

c. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang. d. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

No.544/KMK.04/2000 kriteria kepatuhan perpajakan adalah :

a. tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir.

b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. c. tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

d. dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaaan, koreksi pada pemeriksaaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%

e. wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

Berdasarkan referensi diatas maka indikator yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT). b. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang. c. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.


(29)

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan

Menurut Marihot Pahala (2007:139) Penagihan pajak merupakan hal yang sangat penting dalam pemungutan pajak, Hal ini dimaksudkan agar semua wajib pajak patuh membayar membayar pajak. Apabila tidak ada tindakan penagihan yang dilakukan oleh fiskus, wajib pajak akan memandang enteng pajak yang menjadi kewajibannya.

Menurut Gatot Faisal (2009:210) Penagihan pajak merupakan salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan administrasi pajak dalam rangka memastikan wajib pajak patuh dalam melunasi utang pajaknya.

Menurut Gatot Faisal (2009:225) mengemukakan.

“Tindakan penagihan pajak dilakukan terhadap wajib pajak penunggak

pajak, di samping bertujuan untuk mencairkan tunggakan pajak, tindakan

penagihan pajak dengan surat paksa juga merupakan wujud law enforcement

untuk meningkatkan kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologis bagi wajib pajak“.

Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran diatas dan di dukung oleh pendapat para ahli serta penelitian terdahulu.

2.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:245) mengemukakan bahwa dengan pelaksanaan pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan perpajakan sebagai berikut:

“Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak, sehingga dari pemeriksaan akan diketahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak, bagi Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa-masa selanjutnya menjadi lebih baik. Oleh karena itu,


(30)

pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai sarana pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak”.

Maka berdasarkan dari referensi tersebut dapat dikatakan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan perpajakan.

Dari pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh bagian pemeriksaan terhadap wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Dimana wajib pajak itu sendiri menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:163) adalah:

“Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu.”

Pendopatan Ritonga (2012) Shintiana Salam (2012)

Amin Purnawan (2004)

Marihot pahala (2007)

Gambar 2.1 Paradigma Penilitian

Penagihan Pajak (X1)

Pemeriksaan Pajak (X2)

Kepatuhan Perpajakan (Y)


(31)

2.3 Hipotesis

Pengertian Hipotesis menurut Sugiyono (2010:93) menjelaskan bahwa : “Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis, tersebut akan

diuji oleh peneliti dengan pendekatan kuantitatif.”

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris.

Berdasarkan kerangka penelitian di atas maka penulis mencoba merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ho = penagihan pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Perpajakan.


(32)

29 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, yang pertama kali perlu diperhatikan adalah objek penelitian yang akan diteliti, dimana dalam objek penelitian tersebut terkandung masalah yang akan dijadikan bahan penelitian untuk dicari pemecahannya.

Adapun Pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32) sebagai berikut :

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.

Sedangkan pengertian objek penelitian menurut Suharsimin Arikunto (2006:118) sebagai berikut :

“Objek penelitian (variable penelitian) adalah apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian”.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah. Objek Penelitian ini adalah Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Perpajakan, subjek dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya untuk peroiode 2007-2013.


(33)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitan menurut Sugiyono (2011:2)adalah sebagai berikut :

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

Dan menurut Umi Narimawati (2008:127) definisi dari metode peneiltian sebagai berikut:

“Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data untuk tujuan tertentu”.

Cara ilmiah disini berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematik. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah yang bersifat logis.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan verifikatif, yaitu suatu metode yang berusaha memberikan gambaran deskripsi mengenai data atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada situasi yang diselidiki peneliti.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) adalah sebagai berikut :

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.


(34)

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu sampai tiga. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari.

Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam Umi Narimawati (2010:29) adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Metode verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan

menggunakan alat uji statistik yaitu analisis Regresi Linier Berganda.

3.2.1 Desain Penelitian

Sebelum melakukan penelitian sangatlah perlu kita melakukan suatu perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan sistematis.

Desain penelitian menurut Nur Indrianto (2002:249) adalah sebagai berikut :

“Desain Penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam


(35)

Sedangkan desain penelitian menurut Umi Narimawati (2008) adalah sebagai berikut :

“Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk

menjawab permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.

Dari uraian di atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.

Menurut Sugiyono (2011:50) menjelaskan proses penelitian disampaikan seperti teori sebagai berikut :

1. “Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian

7. Kesimpulan.”

Berdasarkan penjelasan proses penelitian diatas maka proses penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sumber Masalah

Peneliti melakukan survey mengenai masalah dan fenomena yang ada


(36)

2. Rumusan Masalah

Penelitian ini merumuskan masalahnya sebagai berikut :

a. Bagaimana besar pengaruh Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan

Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

b. Seberapa besar pengaruh Pemeriksaan terhadap Kepatuhan

Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab hipotesis penelitian ini yang terdapat dalam rumusan masalah maka diperlukan sumber data teoritis yang relevan atau dalam penelitian sebelumnya dengan tema yang sama untuk digunakan dalam menjawab pertanyaan sementara.

4. Pengajuan Hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada

pembuktian secara empiris (factual) maka jawaban itu disebut

hipotesis. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah Penagihan Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Perpajakan, Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Perpajakan.

5. Metodologi Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif.


(37)

6. Instrument

Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data. instrument pada penelitian ini berbentuk data yang didapatkan dari data yang diterima dari Kantor Pelanyan Pajak yang termasuk kedalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk menggunakan data-data kualitatif yang diperoleh menjadi urutan data kuantitatif adalah dengan

menggunakan Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

T-1: Untuk menganalisis besarnya pengaruh Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang

digunakan Unit Analisis

Time Horizon T-1 Descriptive analysis dan verificative Descriptive Survey Kantor Pelayanan pajak Time Series T-2 Descriptive analysis dan verificatief Descriptive Survey Kantor Pelayanan Pajak Time Series


(38)

T-2: Untuk menganalisis besarnya pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya 3.3 Operasionalisasi Variabel

Menurut Umi Narimawati (2008) pengertian operasional variabel adalah sebagai berikut:

“Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian

kedalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas

secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”.

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka variabel-variabel yang akan diteliti memerlukan indikator sebagai berikut:

1. Variabel Bebas / Independen (X1 dan X2)

Menurut Sugiyono (2009:4) pengertian variable bebas sebagai berikut: “Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat)”.

Dalam hal ini variabel bebas akan berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti adalah variabel X1 Penagihan Pajak dan X2

Pemeriksaan Pajak. Dalam operasionalisasinya variabel ini semua diukur oleh instrument dalam bentuk rasio.

2. Variabel Tidak Bebas / Dependen (variabel Y)

Menurut Sugiyono (2009:4) pengertian variable tidak bebas sebagai berikut:


(39)

“Variabel terkait merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Dalam hal ini variabel terikat akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah variabel Y Kepatuhan Perpajakan. Dalam operasionalisasinya variabel ini di ukur oleh instrument dalam bentuk rasio.

Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel-variabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut:

Table 3.2 Operasional variable

Variabel/Konsep

Variabel Indikator Ukuran Skala

Penagihan Pajak (X1)

Menurut Mardiasmo (2009:119)

mendefinikasikan Penagihan

pajak

Penagihan pajak adalah

serangkaian tindakan agar

penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak

dengan menegur atau

memperingatkan

x 100%

Menurut Mardiasmo (2009:133)

Rupiah Ratio

Pemeriksaan Pajak (X2)

menurut Soemarso S.R (2011:112) Pemeriksaan adalah serangkaian

kegiatan untuk mencari,

mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk

tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Jumlah pemeriksaan selesai Jumlah pemeriksa

Menurut Soemarso (2011:144)


(40)

Kepatuhan Perpajakan (Y) Siti Kurnia Rahayu (2010:139)

Kepatuhan perpajakan adalah

tindakan wajib pajak dalam

pemenuhan kewajiban

perpajakannya sesuai dengan

ketentuan peraturan

perundang-undangan dan peraturan

pelaksanaan perpajakan yang

berlaku dalam suatu Negara

SPT Tahunan PPh

Badan x 100%

WP Badan Terdaftar

Menurut Soemarso (2011:189)

persentase Ratio

3.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian mengenai

“Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan” adalah

data sekunder, dimana data yang diperoleh merupakan data tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data kedua yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak pertama, yaitu perusahaan. Data sekunder tersebut berupa laporan jumlah realisasi Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Perpajakan serta berbagai referensi buku atau materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek data yang akan diteliti oleh penulis.

Hal ini sesuai dengan pengertian data sekunder yang dipaparkan oleh Andi Supangat (2007:241) sebagai berikut :

“Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang dengan sengaja


(41)

melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian baru para pengguna”.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah realisasi Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

3.5 Populasi dan Penarikan Sampel

Sebelum menentukan penentuan data yang akan dijadikan sampel, terlebih dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel.

1. Populasi

Menurut Umi Narimawati (2010: 37) populasi adalah sebagai berikut: “Objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya untuk periode tahun 2007-2013.

2. Sampel

Menurut Umi Narimawati (2010: 38) sampel adalah sebagai berikut: “Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian”.

Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling. Non probability sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau


(42)

probability sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2013:218).

Sampel yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data sekunder berupa data jumlah realisasi yang di bayar dengan surat teguran, jumlah Pemeriksaan, dan jumlah SPT pph tahunan Badan Pajak untuk periode tahun 2007-2013 yang terdapat di KPP Pratama Majalaya.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menurut Umi Narimawati (2010:39) adalah sebagai berikut:

“Dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi

yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer dan data sekunder”.

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan

cara penelitian lapangan (Field Research).

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data.

Teknik mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung diperusahaan yang menjadi objek pajak penelitiannya. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang diperoleh dengan cara mengambil data secara langsung.


(43)

a. Observasi

Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya untuk memperoleh data yang diperlukan pada bagian penagihan.

b. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mencatat data yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

2. Penelitian Kepustakaan

Penelitian dilakukan dengan cara membaca buku-buku di perpustakaan dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis.

3.7 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.7.1 Raancangan Analisis

Rancangan analisi menurut Umi Narimawati (2010:41) adalah sebagai berikut:

“Rancangan analisis merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupaun orang lain”.

Peneliti melakuakan analisa terhadap data yang telah diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis verifikatif.


(44)

1. Analisis Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan dari masing-masing variabel (Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Perpajakan) dengan rumus sebagai berikut:

Sumber: Mulyadi (2008:55)

2. Analisis Verifikatif

Penelitian verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh penagihan pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan dan pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Data yang sudah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda

Perkembangan= (Tahun Dasar – Tahun Sebelumnya) x 100%


(45)

Adapun langkah-langkah analisis verifikatif yang diurutkan diatas sebagai berikut:

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Umi Narimawati (2008:5) memaparkan sebagai berikut: “Suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel, tergantung dengan skala interval”.

Penjelasan garis regresi menurut Andi Supangat (2007:352) sebagai berikut:

“Garis regresi (regression line/line of the best fit/estimating

line) adalah suatu garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter

diagram) sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk mengetahui

macam korelasinya (positif atau negatifnya)”.

Dalam penelitian ini, analisis regresi berganda digunakan untuk membuktikan Bagaimana besar pengaruh Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan.

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel, tergantung dengan skala interval. Analisis ini digunakan dengan melibatkan variabel

dependen (Y) dan variabel independen (X1 dan X2). Persamaan regresinya

sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2009:192)

Dimana:

Y = variabel terikat (Kepatuhan Perpajakan)

a = bilangan berkonstanta

b1b2 = koefisien arah garis


(46)

X1 = variabel bebas X1 (Penagihan Pajak)

X2 = variabel bebas X2 (Pemeriksaan Pajak)

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas X1 dan X2

metode kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koeefisien-koefisien a, b1,

dan b2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2009:279)

Untuk memperoleh hasil lebih akurat pada regresi linier berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik.

2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi,

variance, maksimum, minimum, kurtosis, skewnes (kemencengan

distribusi) (Ghozali, 2011:19). Di dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan kondisi Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Periode tahun 2007-2013.

3. Uji Asumsi Klasik

Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Hal ini


(47)

dilakukan sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Pengujian asumsi klasik meliputi:

1) Uji Normalitas

Menurut Husein Umar (2008:79) uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Jika data ternyata

tidak berdistribusi normal, analisis nonparametric dapat digunakan.

Jika data berdistribusi normal, analisis parametric termasuk

model-model regresi dapat digunakan. Uji normalitas data pada penelitian ini

menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test.

Menurut Singgih Santoso (2002:393) dasar pengambilan keputusan

bias dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic significance),

yaitu sebagai berikut:

a. “Jika Probabilitas > 0.005 maka populasi berdistribusi

normal

b. Jika probabilitas < 0.005 maka populasi tidak berdistribusi

normal”. 2) Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai kolerasi antar sesama variabel independen sama


(48)

dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut (Imam Ghozali, 2007:91):

a. “Nilai yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi

empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b. Menganalisis matrik kolerasi variabel-variabel independen.

Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi

antar variabel independen tidak berarti bebas dari

multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

c. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan

lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cuttof yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10”. 3) Uji Heteroskedastisitas

Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:231) heteroskedastisitas sebagai berikut:

“Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat nilai varians antar

nilai Y, apakah sama atau heterogen. Data time series, yaitu

serangkaian nilai-nilai variabel yang disusun berdasarkan waktu, nilai varian antar pengamatan dapat bersifat homogen”.

Menurut Gujarati (2003:406) Untuk menguji ada tidaknya


(49)

“Dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error)

ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat

heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen)”. 4. Analisis Kolerasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).

Menurut Sujana (1989:152) dalam Umi Narimawati (2011:49) pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X dan Y, dengan menggunakan pendekatan koefisien

Korelasi Pearson dengan rumus sebagai berikut:

Besarnya koefisien kolerasi -1 ≤ r ≤ 1 sebagai berikut:

a. “Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif.

b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif”.

r = Σ – Σ Σ


(50)

Interpretasi dari nilai koefisien kolerasi sebagai berikut:

a. “Kalau r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel

kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun atau sebaliknya).

b. Kalau r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara

variabel X dan variabel Y dan hubungannya searah”.

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2010:184)

5. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya bertujuan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai

(R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97).


(51)

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Koefisien Determinasi

Nilai Koefisien

Determinasi Tafsiran

> 0,40 Sangat Rendah

0,40 ≤ R2

< 0,16 Rendah

0,16 ≤ R2

< 0,49 Sedang/Cukup

0,49 ≤ R2

< 0,81 Tinggi

0,81 ≤ R2≤ 1,00

Sangat Tinggi Sumber: Guilford (1956:145)

3.7.2 Pengujian Hipotesis

3.7.2.1Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji t (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial guna

menunjukkan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan Uji t adalah sebagai berikut:

1) Menentukan tingkat signifikansi sebesar α = 5%

Tingkat signifikansi 0,05% atau 5% artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan memiliki profitabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%.

Perumusan hipotesis uji t:

H0 : β1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel

bebas terhadap variabel terikat.

Ha : β1 0, artinya terdapat pengaruh secara parsial antara variabel bebas dan variabel terikat.


(52)

2)Kriteria Pengambilan Keputusan

a. H0 ditolak jika t statistik < 0,05 atau thitung > ttabel

b. H0 tidak berhasil ditolak jika t statistik > 0,05 atau thitung < ttabel nilai ttabel didapat dari : df = n-k-1

Keterangan :

n : jumlah observasi k : variabel independen

Gambar 3.1


(53)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran variable penagihan pajak, pemeriksaan pajak, dan kepatuhan perpajakan, sedangkan verifikatif untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan perpajakan dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan perpajakan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penagihan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya dengan pengaruh 29,48%. Pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya dengan pengaruh 76,21%.

Kata Kunci: Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Kepatuhan Perpajakan.

ABSTRACK

This research was conducted at the Tax Office Primary Majalaya, the purpose of this study is to determine the effect of tax collection and tax compliance checks against the tax on the Tax Office Primary Majalaya.

The method used in this research is descriptive and verification methods. Descriptive method is used to describe the variable tax collection, tax audit, tax and compliance, while verification to determine the effect of tax collection to tax compliance and tax audits on tax compliance.

The results of this study indicate that tax collection is partially significant effect on tax compliance Tax Office Pratama Majalaya 29.48% with effect. Tax audit partially significant effect on tax compliance Tax Office Pratama Majalaya 76.21% with effect.


(54)

materil maupun spiritual (Waluyo dan Wirawan : 2012). Dalam mencapai tujuan Pembangunan Nasional, Pemerintah mencanangkan Anggaran Pemerintah setiap tahunnya. Dimana anggaran tersebut dialokasikan pada setiap pengeluaran yang ditujukan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar apabila ada sumber dana yang mendukung. Sumber dana yang didapatkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dirancang melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya.

Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa dan kini sudah sangat dirasakan bahwa pajak menjadi sebuah kebutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pajak pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/ puskesmas, kantor polisi serta sarana lain di biayai, serta pembiayan lainnya dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pajak merupakan iuran wajib kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang, sehingga dalam prosesnya dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan kontraprestasi secara langsung, yang hasilnya akan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia beberapa diantaranya adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPn-BM), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan lain-lain.

Penagihan pajak merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan agar penanggung pajak dapat melunasi utang pajak (Mardiasmo, 2009:119). Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan tidak membayar pajak, hal ini dimaksudkan agar kepastian penerimaan pajak dapat dijamin (Soemarso, 2007:60). Maka dari itu langkah aktif penagihan pajak terus dilakukan Direktorat Jenderal Pajak secara konsisten dengan penagihan persuasif maupun secara aktif. Penagihan secara persuasif dilakukan dengan cara menghimbau atau konsultasi kepada penunggak pajak agar melunasi utang pajaknya (Dedi Rudaedi, 2011). Selain itu juga dilakukan dengan


(55)

(cekal) terhadap penunggak pajak, dan tindakan paksa badan (gijzeling) terhadap penunggak pajak dengan kondisi tertentu (Dedi Rudaedi, 2011). Penagihan pajak aktif ini merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan tindak sita, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang (Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, 2007:43).

METODE

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya untuk periode tahun 2007-2013. Sampel yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data sekunder berupa data jumlah realisasi yang di bayar dengan surat teguran, jumlah Pemeriksaan, dan jumlah SPT pph tahunan Badan Pajak untuk periode tahun 2007-2013 yang terdapat di KPP Pratama Majalaya.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan verifikatif, yaitu suatu metode yang berusaha memberikan gambaran deskripsi mengenai data atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada situasi yang diselidiki peneliti.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu sampai tiga. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari.

Metode verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik yaitu analisis Regresi Linier Berganda.

Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian mengenai “Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan” adalah data sekunder, dimana data yang diperoleh merupakan data tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data kedua yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak pertama, yaitu perusahaan. Data sekunder tersebut berupa laporan jumlah realisasi Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Perpajakan serta berbagai referensi buku atau materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek data yang akan diteliti oleh penulis.


(56)

Koefisien regresi variable Penagihan pajak (X1) sebesar 0,334 artinya jika variable

Penagihan pajak mengalami perubahan nilainya 1 dan pemeriksaan pajak mengalami perubahan nilainya 0 maka kepatuhan pajak (Y) akan mengalami peningkatan sebesarY = 0,051 + 0,334(1) + 1,032(0)= 0,385.

Koefisien regresi variable pemeriksaan pajak (X2) sebesar 1,032 artinya jika variable

pemeriksaan pajak mengalami perubahan nilainya 1 dan penagihan pajak mengalami perubahan nilainya 0 maka kepatuhan pajak (Y) akan mengalami penurunan sebesar Y = 0,051 + 0,334(0) + 1,032(1) = 1,083.

Koefisien korelasi Penagihan pajak (X1) terhadap kepatuhan pajak (Y) sebagai

berikut: koefisien korelasi antara Penagihan pajak terhadap kepatuhan pajak r = 0,543, ini berarti terdapat hubungan yang rendah antara Penagihan pajak terhadap kepatuhan pajak. Jika diinterpretasikan menurut criteria dalam maka eratnya korelasi Penagihan pajak terhadap kepatuhan pajak adalah cukup kuat karena berkisar antara 0,40 sampai dengan 0,599

Hasil R Square = 0,833berarti variable kepatuhan pajak dapat dijelaskan oleh variable Penagihan pajak dan pemeriksaan pajak sebesar 83,3% sedangkan sisanya 16,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

Penagihan pajak terhadap kepatuhan pajak, bila pemeriksaan pajak (X2) sebagai variable

control adalah sebesar 29,4849%. Nilai tersebut memiliki arti bahwa perubahan Kepatuhan pajak dipengaruhi sebesar 29,4849%. Oleh Penagihan pajak, sementara sisanya sebesar 70,5151% dipengaruhi oleh variabel lain.

Penagihan pajak (X1) sebagai variable control adalah sebesar 76,2129%. Nilai

tersebut memiliki arti bahwa perubahan Kepatuhan pajak dipengaruhi sebesar 76,2129% oleh pemeriksaan pajak, sementara sisanya sebesar 23,7871% dipengaruhi oleh variabel lain.

Hasil perhitungan pada table Anova, menunjukkan nilai Ftabel dengan df1 = 2 dan df2 = 4

adalah = 9,952 dengan sig = 0,028. Pengujian dengan membandingkan sig = 0,206 dengan

 = 5% (0,05) maka Ho diterima. Apabila pengujian dengan membandingkan Fhitung = 9,952>

Ftabel =6,94 dengan df1 = 2 dan df2 = 47 pada  = 5 % maka Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat


(57)

Penagihan pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan perpajakan. Artinya dengan semakin seringnya fiskus melakukan penagihan pajak maka kepatuhan perpajak pun akan meningkat karena dengan adanya penagihan pajak maka wajib pajak tidak akan menganggap enteng atau mengabaikan kewajiban mereka dalam membayar pajak sehingga wajib pajak menjadi lebih patuh..

Pemeriksaan pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan perpajakan. Artinya dengan semakin seringnya fiskus melakukan pemeriksaan pajak maka kepatuhan perpajakan pun akan meningkat karena pemeriksaan pajak dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa-masa selanjutnya kepada wajib pajak untuk menjadi lebih patuh.

DAFTAR PUSTAKA

Dedi Rudaedi. 2011. Asas Dan Dasar Perpajakan 2. Bandung : PT. Refika Aditama

Diana Sari. 2013. Konsep Dasar Perapajakan. Bandung: PT.Refika Aditama

Erly suandy. 2000. Perencanaan Pajak. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Salemba Empat

Gatot Faisal. 2009. Akuntansi Perpajakan. Edisis Pertama. Yogyakarta : BPFE

Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi

Marihot Pahala. 2007. Perpajakan:Isu-Isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu

Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000

Mohammad Ibrahim ADIB. 2012. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta : PT. Raja


(58)

Demokrasi Negara. Yogya: UII Press

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta

Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian Edisi 16. Bandung: CV.Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung:

CV.Alfabeta

Soemarso. 2011. Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Edisi Revisi. Jakarta:

Salemba Empat

Soemarso. 2007. Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba Empat

Umi Narimawati. (2008). Teknik-teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi.

Yogykarta: Graha Ilmu

Undang-undang RI No.16 tahun 2000. Tentang Perubahan Atas Undang-udang RI

No.9 Tahun 1994 dan Undang-undang RI No.6 Tahun 1983

Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan


(59)

(60)

(61)

(1)

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah realisasi Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Koefisien regresi variable Penagihan pajak (X1) sebesar 0,334 artinya jika variable

Penagihan pajak mengalami perubahan nilainya 1 dan pemeriksaan pajak mengalami perubahan nilainya 0 maka kepatuhan pajak (Y) akan mengalami peningkatan sebesarY = 0,051 + 0,334(1) + 1,032(0)= 0,385.

Koefisien regresi variable pemeriksaan pajak (X2) sebesar 1,032 artinya jika variable

pemeriksaan pajak mengalami perubahan nilainya 1 dan penagihan pajak mengalami perubahan nilainya 0 maka kepatuhan pajak (Y) akan mengalami penurunan sebesar Y = 0,051 + 0,334(0) + 1,032(1) = 1,083.

Koefisien korelasi Penagihan pajak (X1) terhadap kepatuhan pajak (Y) sebagai

berikut: koefisien korelasi antara Penagihan pajak terhadap kepatuhan pajak r = 0,543, ini berarti terdapat hubungan yang rendah antara Penagihan pajak terhadap kepatuhan pajak. Jika diinterpretasikan menurut criteria dalam maka eratnya korelasi Penagihan pajak terhadap kepatuhan pajak adalah cukup kuat karena berkisar antara 0,40 sampai dengan 0,599

Hasil R Square = 0,833berarti variable kepatuhan pajak dapat dijelaskan oleh variable Penagihan pajak dan pemeriksaan pajak sebesar 83,3% sedangkan sisanya 16,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

Penagihan pajak terhadap kepatuhan pajak, bila pemeriksaan pajak (X2) sebagai variable

control adalah sebesar 29,4849%. Nilai tersebut memiliki arti bahwa perubahan Kepatuhan pajak dipengaruhi sebesar 29,4849%. Oleh Penagihan pajak, sementara sisanya sebesar 70,5151% dipengaruhi oleh variabel lain.

Penagihan pajak (X1) sebagai variable control adalah sebesar 76,2129%. Nilai

tersebut memiliki arti bahwa perubahan Kepatuhan pajak dipengaruhi sebesar 76,2129% oleh pemeriksaan pajak, sementara sisanya sebesar 23,7871% dipengaruhi oleh variabel lain.

Hasil perhitungan pada table Anova, menunjukkan nilai Ftabel dengan df1 = 2 dan df2 = 4

adalah = 9,952 dengan sig = 0,028. Pengujian dengan membandingkan sig = 0,206 dengan  = 5% (0,05) maka Ho diterima. Apabila pengujian dengan membandingkan Fhitung = 9,952>

Ftabel =6,94 dengan df1 = 2 dan df2 = 47 pada  = 5 % maka Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat


(2)

signifikan antara Penagihan pajak dan pemeriksaan pajak terhadap Kepatuhan pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya tahun 2007 s.d 2013

KESIMPULAN

Penagihan pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan perpajakan. Artinya dengan semakin seringnya fiskus melakukan penagihan pajak maka kepatuhan perpajak pun akan meningkat karena dengan adanya penagihan pajak maka wajib pajak tidak akan menganggap enteng atau mengabaikan kewajiban mereka dalam membayar pajak sehingga wajib pajak menjadi lebih patuh..

Pemeriksaan pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan perpajakan. Artinya dengan semakin seringnya fiskus melakukan pemeriksaan pajak maka kepatuhan perpajakan pun akan meningkat karena pemeriksaan pajak dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa-masa selanjutnya kepada wajib pajak untuk menjadi lebih patuh.

DAFTAR PUSTAKA

Dedi Rudaedi. 2011.

Asas Dan Dasar Perpajakan 2.

Bandung : PT. Refika Aditama

Diana Sari. 2013.

Konsep Dasar Perapajakan

. Bandung: PT.Refika Aditama

Erly suandy. 2000.

Perencanaan Pajak.

Edisi Pertama. Jakarta : PT. Salemba Empat

Gatot Faisal. 2009.

Akuntansi Perpajakan.

Edisis Pertama. Yogyakarta : BPFE

Mardiasmo. 2009.

Perpajakan Edisi Revisi 2009

. Yogyakarta: Andi

Marihot Pahala. 2007.

Perpajakan:Isu-Isu Kontemporer

. Yogyakarta: Graha Ilmu

Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000

Mohammad Ibrahim ADIB. 2012.

Pengantar Hukum Pajak.

Jakarta : PT. Raja

Garfindo Persada


(3)

Mohammad Zain. 2008.

Manajemen Perpajakan

. Jakarta: Salemba Empat

Paca Kurniawan dan Bagus Pamungkas. 2006.

Politik Perpajakan Membangun

Demokrasi Negara

. Yogya: UII Press

Siti Kurnia Rahayu. 2010.

Perpajakan Indonesia Yogyakarta

: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2008.

Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d

. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2011.

Statistik untuk Penelitian.

Bandung: CV.Alfabeta

Sugiyono. 2011.

Statistik untuk Penelitian Edisi 16.

Bandung: CV.Alfabeta

Sugiyono. 2012.

Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method).

Bandung:

CV.Alfabeta

Soemarso. 2011.

Perpajakan: Pendekatan Komprehensif

. Edisi Revisi. Jakarta:

Salemba Empat

Soemarso. 2007.

Perpajakan: Pendekatan Komprehensif

. Jakarta: Salemba Empat

Umi Narimawati. (2008).

Teknik-teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi

.

Yogykarta: Graha Ilmu

Undang-undang RI No.16 tahun 2000.

Tentang Perubahan Atas Undang-udang RI

No.9 Tahun 1994 dan Undang-undang RI No.6 Tahun 1983

Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan


(4)

Waluyo. 2012.

Perpajakan Indonesia

. Penerbit: Salemba Empat

Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton. 2007.

Hukum Pajak

. Edisi 5. Jakarta :

Salemba Empat


(5)

(6)