Perancangan Dan Implementasi Video On Demand Pada Jaringan Lokal

(1)

v

Information and communication technology (ICT) has made progress driven by innovation and expansion of the network based on Internet Protocol (IP) with a variety of new applications and various multimedia services. Progresses are marked by the development both side of the media and device. One of the multimedia services that utilize based on IP technology is video-on-Demand. VoD is believed became a competitor in business of subscription television. VoD has many advantages, one of which is to give control to its users. In addition, VoD use based on IP technology, which in terms of development costs is more efficient than development using a satellite or cable. In this final designed an interactive video on demand, video on demand data delivery using unicast, then conducted the test on local network. This experiment is used to determine the value of DF (Delay Factor) and MLR (Media Loss Rate). Test results obtained from the DF value of 2.4. This value is smaller than the existing standards, namely 9 ms - 50 ms. The value of DF is considered good because the default value is used in network that connect online on the internet. Meanwhile testing conducted on local network. From test result obtained the MLR packet_loss value of 0 (zero), it is assumed that no packets are missing.


(2)

iv

ABSTRAKSI

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengalami kemajuan yang didorong oleh inovasi serta meluasnya jaringan berbasis Internet Protocol (IP) dengan berbagai aplikasi baru dan beragam layanan multimedia. Kemajuan ini ditandai dengan perkembangan baik disisi media maupun disisi perangkat. Salah satu layanan multimedia yang memanfaatkan perkembangan teknologi berbasis IP adalah Video on Demand. VoD diyakini dapat menjadi pesaing dalam bisnis televisi berlangganan. VoD memiliki berbagai kelebihan, salah satunya adalah memberikan kontrol terhadap para penggunanya. Selain itu juga VoD memanfaatkan teknologi berbasis IP, dimana dari segi biaya pengembangan dianggap lebih murah dibanding pengembangan menggunakan satelit ataupun kabel. Pada tugas akhir ini dirancang suatu konten VoD yang interaktif, pengiriman data VoD menggunakan metode unicast, kemudian dilakukan pengujian pada jaringan lokal. Pengujian yang dilakukan adalah menentukan nilai DF (Delay Factor) dan MLR (Media Loss Rate). Dari hasil pengujian didapat nilai DF sebesar 2,4 ms. Nilai tersebut lebih kecil dari standar yang ada, yaitu 9 ms - 50 ms, dimana nilai DF tersebut sudah dianggap baik karena nilai standar digunakan pada jaringan yang terhubung secara online pada internet. Sedangkan pengujian dilakukan pada jaringan lokal. Dari hasil pengujian didapatkan nilai MLR dengan nilai packet_loss sebesar 0 (nol), diasumsikan bahwa tidak ada paket yang hilang.


(3)

1 1.1 Latar Belakang

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengalami kemajuan yang didorong oleh inovasi serta meluasnya jaringan berbasis Internet Protocol (IP) dengan berbagai aplikasi baru dan beragam layanan multimedia. Kemajuan ini ditandai dengan perkembangan baik disisi media maupun disisi perangkat. Salah satu layanan multimedia yang memanfaatkan perkembangan teknologi berbasis IP adalah Video on Demand.

Video on Demand yang selanjutnya akan disebut dengan VoD adalah sebuah istilah penyajian video yang bisa diakses secara online melalui jaringan. Video disajikan langsung secara streaming. Fungsi VoD seperti layaknya video rental, di mana pelanggan dapat memilih program atau tontonan yang ingin ditayangkan. VoD diyakini dapat menjadi pesaing dalam bisnis televisi berlangganan. VoD memiliki berbagai kelebihan, salah satunya adalah memberikan kontrol kepada para penggunanya, dimana pengguna dapat memilih tayangan yang ingin ditonton. Semuanya berjalan secara interaktif dan menggunakan tombol serta perintah yang sederhana. Selain itu juga VoD memanfaatkan teknologi berbasis IP, dimana dari segi biaya pengembangan dianggap lebih murah dibanding pengembangan menggunakan satelit ataupun kabel. Tayangan tersebut bisa diakses menggunakan set top box (STB), yang memiliki fungsi seperti decoder.

VoD yang dirancang diharapkan dapat memudahkan client untuk mendapatkan layanan tanpa terikat waktu, serta dapat melayani permintaan layanan untuk lebih dari satu client. VoD yang dikembangkan dalam Tugas Akhir ini bersifat lokal, yaitu Perancangan dan Implementasi Video on Demand Pada Jaringan Lokal.


(4)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah:

1. VoD yang dirancang dapat melayani beberapa client sekaligus. 2. Transmisi pada VoD yang dirancang bersifat unicast.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dimaksud agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan tercapai sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu ditetapkan batasan-batasan permasalahan yang akan dibahas, yaitu :

1. Pembangunan VoDdalam skala jaringan lokal.

2. Monitor yang digunakan pada client 15, 17 dan 19 inci. 3. Menggunakan 3 client.

4. Ukuran pixel video kompresi yang digunakan 320 x 240.

5. Sistem operasi yang digunakan pada server adalah Windows XP, PC router

menggunakan OpenBSD, dan pada STB menggunakan Ubuntu. 1.4 Metodologi

Metodologi yang digunakan pada penelitian Tugas Akhir ini adalah: 1. Studi Literatur

Penelaahan studi dengan referensi dari jurnal, buku dan artikel yang tersebut dalam Daftar Pustaka.

2. Perancangan Sistem

Perancangan yang dilakukan antara lain perancangan topologi jaringan yang menunjang VoD, Perancangan PC Router, Konfigurasi STB, dan perancangan VoD server, serta penggabungan kseluruhan sistem sehingga dapat diakses oleh client.

3. Pembelajaran mengenai materi-materi terkait perancangan VoD. 4. Uji Coba Sistem

Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program aplikasi yang telah dibuat.


(5)

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematik penulisan pada tugas akhir ini adalah : BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas latar belakang tugas akhir yang dilaksanakan, maksud dan tujuan, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematik penulisan. BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan teori yang dibutuhkan dalam tugas akhir, yaitu teori mengenai IP address, topologi jaringan, PC Router, VoD, Linux dan Set Top Box. BAB III PERANCANGAN SISTEM

Dalam bab ini penulis membahas tentang perancangan mengenai “Perancangan dan Implementasi Video on Demand Pada Jaringan Lokal”, baik secara perangkat keras maupun perangkat lunaknya.

BAB IV ANALISA

Dalam bab ini penulis akan menganalisa mengenai pengujian dari perancangan sistem yang dibuat secara keseluruhan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang didapat selama melakukan penelitian.


(6)

4 2.1 Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonomi yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya menggunakan protokol komunikasi melalui media komunikasi sehingga dapat saling berbagi informasi, program-program, penggunaan bersama perangkat printer, harddisk dan sebagainya [6].

2.1.1 Pengelompokan Jaringan Komputer

Berdasarkan jarak dan area kerjanya jaringan komputer dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. LAN (Local Area Network)

LAN adalah sejumlah komputer yang saling dihubungkan bersama di dalam satu area tertentu yang tidak begitu luas, seperti di dalam satu kantor atau gedung. 2. MAN (Metropolitan Area Network)

MAN adalah jaringan yang banyak digunakan untuk menghubungkan simpul yang berada pada jarak 20 – 50 Km, jaringan ini biasa digunakan untuk antar kota dengan menggunakan poket radio atau fasilitas perusahaan telekomunikasi.

3. WAN (Wide Area Network)

Wide Area Network (WAN) merupakan jaringan dari sistem komunikasi data yang masing-masing node berlokasi jauh (Remote Location) satu dengan yang lainnya. WAN disebut juga dengan nama Remote Network / Long Distance network. Node

adalah titik yang dapat menerima input data ke dalam network atau menghasilkan

output informasi atau kedua-duanya. 2.1.2 Tipe Jaringan Komputer

Tipe jaringan komputer menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu jaringan peer to peer dan client server.


(7)

Pada jaringan peer to peer setiap komputer yang terhubung dapat berkomunikasi dengan komputer–komputer yang lain secara langsung tanpa melalui komputer perantara. Gambar 2.1 dibawah ini menunjukkan skema logika sebuah jaringan peer to peer.

Gambar 2.1 Tipe Jaringan Peer to Peer

Berbeda dengan jaringan peer to peer, pada jaringan clientserver terdapat sebuah komputer yang berfungsi sebagai server sedangkan komputer–komputer yang lain berfungsi sebagai client. Sesuai dengan namanya maka komputer server berfungsi dan bertugas melayani seluruh komputer yang terdapat dalam jaringan tersebut. Komputer–komputer ini sering disebut juga dengan workstation, yaitu komputer dimana pengguna jaringan dapat mengakses dan memanfaatkan pelayanan yang diberikan oleh komputer server. Gambar 2.2 menunjukkan tipe jaringan clientserver.

iMac

iMac

iMac iMac

iMac

server Client 1

Client 4 Client 2

Client 3


(8)

2.1.3 Jenis Topologi Jaringan Komputer

Apabila dilihat dari jenis hubungannya, maka topologi dasar jaringan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Topologi Cincin (Ring Topology) 2. Topologi Bus (Bus Topology) 3. Topologi Bintang (Star Topology) 2.1.3.1 Topologi Ring (Ring Topology)

Topologi jenis ring menghubungkan satu komputer di dalam suatu loop

tertutup. Pada topologi ini data atau message berjalan mengelilingi jaringan dengan satu arah pengiriman ke komputer selanjutnya terus hingga mencapai komputer yang dituju. Waktu yang di butuhkan untuk mencapai terminal tujuan disebut waktu transmisi.

Ada dua hal yang dilakukan oleh suatu terminal ketika menerima data dari komputer sebelumnya, yaitu :

1. Memeriksa alamat yang dituju dari data tersebut dan menerimanya jika terminal ini merupakan tujuan data tersebut.

2. Terminal akan meneruskan data ke komputer selanjutnya dengan memberikan tanda negatif ke komputer pengirim.

Apabila ada komputer yang tidak berfungsi maka hal tersebut tidak akan mengganggu jalannya jaringan, tapi apabila satu kabel putus akan mengakibatkan jaringan tidak berfungsi. Bentuk topologi ring digambarkan pada gambar 2.3.


(9)

Gambar 2.3 Topologi Cincin (Ring Topology) 2.1.3.2 Topologi Bus (Bus Topology)

Topologi jaringan jenis ini menggunakan sebuah kabel pusat yang merupakan media utama dari jaringan. Terminal-terminal yang akan membangun jaringan dihubungkan dengan kabel utama yang merupakan inti dari jaringan. Gambar 2.4 menunjukan bentuk topologi bus.

Gambar 2.4 Topologi Bus (Bus topology)

Data yang dikirimkan akan langsung menuju terminal yang dituju tanpa harus melewati terminal-terminal dalam jaringan, atau akan di routingkan ke head end controller. Tidak bekerjanya sebuah komputer tidak akan menghentikan kerja dari jaringan, jaringan akan tak bekerja apabila kabel utamanya dipotong atau putus.

Jaringan ini merupakan jaringan yang banyak digunakan karena hanya dalam beberapa meter kabel dapat dihubungkan ke banyak terminal client. Jaringan ini biasanya menggunakan kabel coaxial sebagai media transmisinya. Kabel coaxial

dilihat dari bentuk fisiknya mirip dengan kabel antena. Kabel ini mempunyai kapasitas bandwidth 2MB.


(10)

2.1.3.3 Topologi Bintang (Star Topology)

Jenis topologi jaringan ini menggunakan satu terminal sebagai terminal sentral yang mengubungkan ke semua terminal client. Terminal sentral ini yang mengarahkan setiap data yang dikirimkan ke komputer yang dituju. Jenis jaringan ini apabila ada salah satu terminal client tidak berfungsi atau media transmisi putus atau terganggu maka tidak akan mempengaruhi kerja dari jaringan, karena gangguan tersebut hanya mempengaruhi terminal yang bersangkutan. Bentuk topologi star

digambarkan pada gambar 2.5 berikut:

Gambar 2.5 Topologi Bintang (Star Topology)

Kelemahan dari jenis topologi jaringan ini adalah ketergantungan terhadap suatu terminal sentral. Hal tersebut merupakan suatu gangguan yang sangat berarti apabila terminal sentral tersebut mendapatkan gangguan, sehingga dicari suatu solusi yang dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu solusi yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan dua buah terminal sebagai server, sehingga apabila satu server

dalam keadaan down dapat dialihkan ke server yang kedua dan begitu seterusnya. Keuntungan dan kerugian masing-masing topologi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:


(11)

Tabel 2.1. Keuntungan dan Kerugian Topologi Jaringan

Topologi Keuntungan Kerugian

BUS - Hemat kabel

- Layout kabel sederhana - Mudah dikembangkan - Tidak butuh kendali pusat

- Dapat memungkinkan terjadinya tabrakan data - Kepadatan lalu lintas

tinggi

- Kecepatan akan menurun bila jumlah pemakai bertambah

- Diperlukan repeater untuk jarak jauh

RING - Hemat kabel

- Tidak perlu penanganan pembundelan kabel - Kabel khusus

- Dapat melayani lalu lintas data yang padat

- Peka kesalahan

- Pengembangan jaringan lebih kaku

- Kerusakan pada media pengirim /terminal dapat melumpuhkan kerja seluruh jaringan lambat, karena pengiriman menunggu giliran token. STAR - Paling fleksibel karena

pemasangan kabel mudah - Penambahan atau pengurangan

stasiun sangat mudah dan tidak menggangu bagian jaringan yang lain

- Boros kabel

- Kontrol terpusat (HUB) jadi elemen kritis


(12)

- Kontrol terpusat karena memudahkan dalam deteksi dan isolasi

kesalahan/kerusakan - Memudahkan penggelolaan

jaringan 2.2 Protokol Jaringan

Protokol jaringan adalah aturan-aturan atau tatacara yang digunakan dalam melaksanakan pertukaran data dalam sebuah jaringan. Protokol mengurusi segala hal dalam komunikasi data, mulai dari kemungkinan perbedaan format data yang dipertukarkan hingga ke masalah koneksi listrik dalam jaringan. Dalam suatu jaringan komputer, terjadi sebuah proses komunikasi antar entitas atau perangkat yang berlainan sistemnya. Entitas atau perangkat ini adalah segala sesuatu yang mampu menerima dan mengirim. Untuk berkomunikasi mengirim dan menerima antara dua entitas dibutuhkan saling-pengertian di antara kedua belah pihak. Pengertian inilah yang dikatakan sebagai protokol. Jadi protokol adalah himpunan aturan-aturan main yang mengatur komunikasi data [8].

2.2.1 Model OSI

Model OSI atau Open System Interconnection menggambarkan bagaimana informasi dari suatu perangkat lunak aplikasi di sebuah komputer berpindah melewati sebuah media jaringan ke suatu perangkat lunak aplikasi di komputer lain. Model OSI dibuat untuk mengatasi masalah internetworking akibat perbedaan arsitektur dan protokol jaringan [6]. Model OSI secara konseptual terbagi ke dalam 7 lapisan dimana masing-masing lapisan memiliki fungsi jaringan yang spesifik seperti diperlihatkan pada gambar 2.6.


(13)

Gambar 2.6 Model OSI

Masing-masing layer pada gambar 2.6 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Layer Phsical berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan. Selain itu, layer ini juga mendefinisikan bagaimana network interface card berinteraksi dengan media wire atau wireless.

2. Layer Data Link berfungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit dikelompokan menjadi format yang disebut frame. Pada layer ini juga terjadi pengalamatan perangkat keras dan menentukan bagaimana perangkat-perangkat jaringan beroprasi. Contoh protokol pada layer ini, Ethernet, Token bus, Token ring. 3. Layer Network berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat

header untuk paket-paket data, dan melakukan routing. Contoh protokol pada

layer ini, IP, IPX.

4. Layer Transport berfungsi untuk memecah data menjadi paket-paket data serta untuk memberikan nomor urut setiap paket sehingga dapat disusun kembali setelah diterima. Contoh protokol yang digunakan pada layer ini TCP dan UDP. 5. Layer Session berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi dimulai,


(14)

6. Layer Presentation berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak ditransmisikan kedalam format yang dimengerti dalam jaringan. Contoh format kompresi, GIF, TIF, JPG.

7. Layer Aplication berfungsi sebagai antarmuka dengan user. Mengatur bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan. Contoh protokol yang berada pada layer ini, FTP, telnet, HTTP, SMTP, POP3, dan NFS.

2.2.2 TCP/IP

TCP/IP merupakan protokol jaringan komputer terbuka dan bisa terhubung dengan berbagai jenis perangkat keras dan lunak. Pada mulanya TCP/IP digunakan pada jaringan bernama ARPANET, namun saat ini telah menjadi protokol standar bagi jaringan yang lebih umum yang disebut internet. Seperti halnya OSI, pengiriman data pada model TCP/IP pun menggunakan prinsip enkapsulasi [6]. TCP terdiri beberapa layer atau lapisan yang memiliki fungsi tertentu dalam komunikasi data. Setiap fungsi dari layer selain dapat bekerja sama dengan layer pada tingkat lebih rendah atau lebih tinggi, juga bisa berkomunikasi dengan layer sejenis pada remote host (peering). TCP/IP protokol terdiri dari 4 layers yaitu Application, Transport,

Internetwork, dan Network Interface. Layer tersebut dapat dilihat sebagai hirarki seperti pada gambar 2.7.


(15)

Berikut adalah penjelasan masing-masing layer pada gambar 2.7:

1. Layer Application adalah sebuah aplikasi yang mengirimkan data ke transport layer. Misalnya FTP, email program dan webbrowser.

2. Layer Transport bertanggung jawab untuk komunikasi antara aplikasi. Layer ini mengatur aluran informasi dan mungkin menyediakan pemeriksaan kesalahan. Data dibagi kedalam beberapa paket yang dikirim ke internet layer dengan sebuah header. Header mengandung alamat tujuan, alamat sumber dan

checksum. Checksum diperiksa oleh mesin penerima untuk melihat apakah paket tersebut ada yang hilang pada rute.

3. Layer Internetwork bertanggung jawab untuk komunikasi antara mesin. Layer ini meng-engcapsulation paket dari transport layer ke dalam IP datagrams dan menggunakan algoritma routing untuk menentukan kemana datagaram harus dikirim. Masuknya datagram diproses dan diperiksa kesalahannya sebelum melewatinya pada Transport layer.

4. Layer Networks Interface adalah level yang paling bawah dari susunan TCP/IP. Layer ini adalah device driver yang memungkinkan datagaram IP dikirim ke atau dari jaringan fisik. Jaringan dapat berupa sebuah kabel, Ethernet, Frame relay, Token ring, ISDN, ATM jaringan, radio, satelit atau alat lain yang dapat mentransfer data dari sistem ke sistem. Layer network interface adalah abstraksi yang memudahkan komunikasi antara multitude arsitektur network.

Streaming sebagai dasar dari layanan VoD memerlukan protokol transport yang sesuai. Streaming dapat dilakukan pada protokol biasa seperti HTTP, tetapi dapat pula dilakukan menggunakan protokol khusus streaming multimedia.

2.2.3 IP Address

IP (Internet Protocol) Address adalah deretan angka yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan Internet [6]. Setiap IP itu sendiri memiliki beberapa bagian serta tipe-tipe kelas yang berbeda-beda. IP Address


(16)

dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID) dan bagian host

(host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host

tidak tetap, bergantung kepada kelas network.

Perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Contohnya IP kelas A dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah host yang dapat ditampung oleh tiap jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak digunakan secara umum, kelas D digunakan bagi jaringan multicast dan kelas E untuk keprluan eksperimental. Perangkat lunak Internet Protokol menentukan pembagian jenis kelas ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP Address.

2.2.3.1 Pembagian Kelas IP Address

Secara umum IP Address itu sendiri dikelompokan dalam beberapa kelas, antara lain : 1. Kelas A

Bit pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai range dari 0-127. Jadi pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat menampung sekitar 16 juta host. IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar, IP kelas ini dapat dilukiskan pada gambar 2.8 berikut:


(17)

Gambar 2.8 IP address kelas A

2. Kelas B

Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte pertamanya selalu bernilai antara 128-191. Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya adalah host ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address

167.205.26.161, network ID = 167.205 dan host ID = 26.161. Pada IP address

kelas B ini mempunyai range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx, yakni berjumlah 65.255 network dengan jumlah host tiap network 216 host atau sekitar 65 ribu host. Penjelasan pembagian network ID dan host ID dijelaskan pada gambar 2.9 berikut:

Gambar 2.9 IP address kelas B 3. Kelas C

Alamat IP kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil seperti LAN. Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diset 111. Network ID terdiri dari 24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta

network dengan masing-masing network memiliki 28 host atau sekitar 256 host. IP kelas ini dapat dilukiskan pada gambar 2.10.


(18)

Gambar 2.10 IP address kelas C 4. Kelas D

Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.

5. Kelas E

Alamat IP kelas E tidak diperuntukan untuk keperluan umum. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Secara garis besar pembagian kelas IP address dapat dilihat pada table 2.2 dibawah ini:

Tabel 2.2 Pembagian Kelas IP address

Kelas Alamat IP Oktet Pertama (Desimal)

Oktet Pertama (Biner)

Digunakan Oleh

Kelas A 1-126 0xxx xxxx Alamat unicast untuk

jaringan skala besar

Kelas B 128-191 10xx xxxx Alamat unicast untuk

jaringan skala menengah hingga skala besar

Kelas C 192-223 110x xxxx Alamat unicast untuk

jaringan skala kecil Kelas D 224-239 1110 xxxx Alamat multicast (bukan

alamat unicast)


(19)

kepentingan umum

2.2.3.2 Alamat Unicast

Unicast adalah jenis transmisi di mana informasi dikirim hanya dari satu pengirim ke satu penerima. Dalam kata lain, Unicast transmisi adalah antara satu-ke-satu node. Contoh dari transmisi Unicast yaitu, HTTP, SMTP, Telnet, SSH, POP3 di mana permintaan informasi diarahkan dari satu pengirim ke satu penerima di ujung lainnya [1].

Alamat unicast inilah yang harus digunakan oleh semua host TCP/IP agar dapat saling terhubung. Komponen alamat ini terbagi menjadi dua jenis, yakni alamat

host (host identifier) dan alamat jaringan (network identifier).

Alamat unicast menggunakan kelas A, B, dan C dari kelas-kelas alamat IP yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga ruang alamatnya adalah dari 1.x.y.z

hingga 223.x.y.z. Sebuah alamat unicast dibedakan dengan alamat lainnya dengan menggunakan skema subnet mask. Penggambaran aliran data pada unicast

dapat dilihat pada gambar 2.11 berikut:

`

` `

Source

Unicast tranmission

Destination


(20)

2.3 VoD (Video On Demand)

VoD (Video On Demand) adalah sebuah istilah penyajian video yang bisa diakses secara online melalui jaringan, dimana pemirsa bisa melihat tayangan kapan saja. Video bisa disajikan langsung secara streaming. Fungsi VoD seperti layaknya video rental, dimana pelanggan dapat memilih program atau tontonan yang ingin ditayangkan [2]. Salah satu hal yang ingin dicapai adalah memberikan kontrol yang penuh terhadap para penggunanya. Selain itu juga karena semakin berkembangnya teknologi berbasisIP.

4.1 VoD Server

Perancangan sistem VoD pada jaringan ini merupakan salah satu bentuk aplikasi pemanfaatan teknologi broadcast. Sistem ini menggunakan VoD server. VoD server mempunyai kemampuan menyimpan dan memberikan output film dalam jumlah besar secara simultan. Sebagai gambaran, tiap film rata-rata memerlukan 800 MB bila dikompresi ke dalam AVI. Selain itu VoD juga mengatur permintan pengiriman video yang sama kepada beberapa client.

VoD server memiliki beberapa ketentuan, antara lain. Harus dapat menangani beberapa user sekaligus, dimana masing - masing user dapat mengakses video yang sama ataupun yang bebeda secara bersamaan. VoD server melakukan pengiriman video dan suara secara simultan oleh karena itu dibutuhkan bandwidth yang cukup besar. Karena merupakan database konten video maka VoD server juga memerlukan

storage yang besar. 2.4 Set Top Box

Set-top box (STB) adalah sebuah perangkat yang memungkinkan sebuah pesawat televisi menjadi pengguna internet dan juga memungkinkan sebuah pesawat televisi untuk menerima dan membaca siaran televisi digital. STB yang kadang-kadang disebut receivers, diperlukan untuk pemirsa televisi yang saat ini


(21)

menggunakan set televisi analog untuk menerima siaran digital. Dalam dunia internet, STB merupakan sebuah komputer yang dibuat khusus dapat berkomunikasi dengan internet dimana di dalamnya berisi sebuah web browser.

STB yang ada saat ini berisi satu atau lebih mikroprosesor untuk menjalankan sistem operasi Linux atau Windows, dan untuk mengirimkan sebuah MPEG

streaming. Sebuah STB yang memiliki RAM, yaitu sebuah chip decoder MPEG, maka dapat melakukan decoding dan pemrosesan data. Jenis - jenis STB bergantung pada standar digital television (DTV) pada tiap - tiap negara. Gambar 2.12 dibawah merupakan contoh STB [9].

Gambar 2.12 Set Top Box 2.5 PC Router

Pengertian PC router secara umum yaitu sebuah komputer yang difungsikan sebagai router. Fungsi dari Router adalah sebuah alat jaringan komputer yang mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal sebagai routing. Routing sendiri merupakan proses pemindahan data dari satu network ke network yang lain dengan cara meneruskan paket data melalui gateway [6].

Router sangat banyak digunakan dalam jaringan berbasis teknologi protokol TCP/IP, dan router jenis itu disebut juga dengan IP Router. Selain IP Router, ada lagi

AppleTalk Router, dan masih ada beberapa jenis router lainnya. Internet merupakan contoh utama dari sebuah jaringan yang memiliki banyak router IP.


(22)

2.6 Sistem Operasi

Secara umum, sistem operasi adalah perangkat lunak pada lapisan pertama yang ditempatkan pada memori komputer pada saat komputer dinyalakan. Sedangkan perangkat lunak lainnya dijalankan setelah Sistem operasi berjalan, dan Sistem operasi akan melakukan layanan inti umum untuk perangkat lunak tersebut. Layanan inti umum tersebut seperti akses ke disk, manajemen memori, Scheduling task, dan antar-muka user. Sehingga masing-masing perangkat lunak tidak perlu lagi melakukan tugas-tugas inti umum tersebut, karena dapat dilayani dan dilakukan oleh sistem operasi. Bagian kode yang melakukan tugas-tugas inti dan umum tersebut dinamakan dengan kernel suatu sistem operasi [10].

Kalau sistem komputer terbagi dalam lapisan-lapisan, maka Sistem operasi

adalah penghubung antara lapisan perangkat keras dan lapisan perangkat lunak. Lebih jauh daripada itu, Sistem operasi melakukan semua tugas-tugas penting dalam komputer, dan menjamin aplikasi-aplikasi yang berbeda dapat berjalan secara bersamaan dengan lancar. Sistem operasi menjamin aplikasi perangkat lunak lainnya dapat menggunakan memori, melakukan input dan output terhadap peralatan lain, dan memiliki akses kepada sistem file. Apabila beberapa aplikasi berjalan secara bersamaan, maka Sistem operasi mengatur penjadwalan yang tepat, sehingga sedapat mungkin semua proses yang berjalan mendapatkan waktu yang cukup untuk menggunakan prosesor serta tidak saling mengganggu.

2.6.1 Linux

Linux adalah sistem operasi yang bersifat open source dan bebas di bawah lisensi GNU (GNU is not Unix) GPL (General Public License). Arti kata open source

adalah pada Linux kode sumber yang menjadi inti diikutsertakan dalam program sehingga dapat dilihat oleh siapa saja tanpa harus menandatangani suatu perjanjian khusus. Arti kata bebas atau free mengacu pada kebebasan bukan berarti bebas biaya.


(23)

Linux bebas untuk diduplikasikan, dimodifikasi, dan disebarluaskan baik untuk tujuan tak-komersial ataupun tujuan komersial [4,7].

Linux lahir pada tahun 1991. Pada waktu itu, Linus Torvald, seorang mahasiswa dari Suoen Tasavalta, Republik Finlandia memulai sebuah proyek pembuatan sistem operasi yang stabil dan bisa dijalankan pada mesin Intel x86. Pada awalnya, Linus Torvald menggunakan salah satu sistem operasi berbasis Unix yaitu

Minix. Namun akhirnya dia merasa sistem operasi ini memiliki banyak kekurangan, dia merasa dapat membuat sistem operasi yang lebih baik dari Minix. Pada bulan Oktober 1991, Linus Torvald mempublikasikan sistem operasi yang diberi nama Linux (Linus’ Unix). Dia mengajak pengembang perangkat lunak di seluruh dunia untuk bersama-sama mengembangkan sistem operasi Linux. Era open source mulai menunjukan kejayaannya.

Ubuntu

Ubuntu adalah salah satu distribusi Linux yang berbasiskan pada Debian. Ubuntu berasal dari bahasa kuno Afrika, yang berarti rasa perikemanusian terhadap sesama manusia. Ubuntu juga bisa berarti aku adalah aku karena keberadaan kita semua. Tujuan dari distribusi Linux Ubuntu adalah membawa semangat yang terkandung di dalam Ubuntu ke dalam dunia perangkat lunak. Ubuntu adalah sistem operasi lengkap berbasis Linux, tersedia secara bebas dan mempunyai dukungan baik yang berasal dari komunitas maupun tenaga ahli profesional [11].

Ubuntu dibentuk berdasarkan gagasan yang terdapat di dalam filosofi Ubuntu bahwa perangkat lunak harus tersedia dengan bebas biaya, bahwa aplikasi perangkat lunak tersebut harus dapat digunakan dalam bahasa lokal masing-masing dan untuk orang-orang yang mempunyai keterbatasan fisik, dan bahwa pengguna harus mempunyai kebebasan untuk mengubah perangkat lunak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.


(24)

Ubuntu cocok digunakan baik untuk desktop maupun server. Ubuntu saat ini mendukung berbagai arsitektur komputer seperti PC Intel x86, PC 64-bit AMD64, PowerPC, Sun UltraSPARC dan T1. Ubuntu menyertakan lebih dari 16.000 buah perangkat lunak, dan untuk instalasi desktop dapat dilakukan dengan menggunakan satu CD saja. Ubuntu menyertakan semua aplikasi standar untuk desktop mulai dari pengolah kata, aplikasi spreadsheet hingga aplikasi untuk mengakses internet, perangkat lunak untuk serverweb, peralatan untuk bahasa pemrograman dan beragam permainan.

2.6.2 Unix

Unix adalah nama sebuah sistem operasi yang asal mulanya dikembangkan pada laboratorium Bell, AT&T. UNIX terdiri atas sejumlah program atau instruksi untuk memperoleh hasil tertentu. Yang dirancang untuk mengontrol interaksi antara fungsi – fungsi tugas dari sistem operasi, diantaranya :

1. Melakukan fungsi manajemen sistem berkas

2. Mengendalikan berbagai sumber pada sistem, seperti disk dan printer. 3. Mengantar sejumlah pemakai yang menggunakan sistem bersamaan 4. Membentuk penjadwalan proses didalam sistem.

BSD adalah salah satu turunan Unix yang dikembangkan oleh Universitas California, Berkeley. Sistem operasi Unix digunakan secara luas baik sebagai server atau

workstation. Arsitektur Unix dan model client/server merupakan elemen yang paling penting dalam perkembangan internet dan mengubah proses komputasi secara terpusat dalam jaringan dari pada proses tunggal di komputer.

OpenBSD

OpenBSD merupakan sistem operasi yang mengutamakan keamanan sistem. Para pengembang OpenBSD sangat menekankan pengamanan yang kuat dalam mengembangkan sistem operasi ini. Mereka ingin menjadikan OpenBSD sebagai


(25)

sistem operasi nomor satu dalam hal keamanan. OpenBSD dikembangkan dengan model Open Software Development sehingga celah-celah keamanan sekecil apapun dapat segera diketahui dan diperbaiki. OpenBSD menggunakan pendekatan Secure By Default, yaitu sistem operasi sudah diset dalam keadaan secure tanpa perlu melakukan konfigurasi lagi. Hal ini merupakan salah satu kelebihan OpenBSD dalam bidang keamanan dibandingkan sistem operasi lain, dimana user harus melakukan konfigurasi ulang jika menginginkan sistem yang benar-benar aman.

OpenBSD juga menerapkan full disclosure pada bug-bug dan masalah keamanan yang ditemuinya. Hal ini tentu sangat berbeda dengan vendor lain yang biasanya menyembunyikan bug dan masalah keamanan tersebut dari user. Pengembang OpenBSD juga sangat proaktif dalam proses auditing keamanan. OpenBSD telah menggunakan berbagai algoritma kriptografi untuk menambah keamanan sistemnya.

2.6.3 Windows

Microsoft Windows atau lebih dikenal dengan sebutan Windows adalah sistem operasi komputer pribadi yang dikembangkan oleh Microsoft yang menggunakan antarmuka dengan pengguna berbasis grafik GUI (graphical user interface). Sistem operasi Windows telah berevolusi dari MS-DOS, sebuah sistem operasi yang berbasis modus teks dan command-line. Microsoft Windows adalah sistem operasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat.

2.7 Bahasa Pemrograman

Bahasa Pemrograman merupakan notasi yang dipergunakan untuk mendeskripsikan proses komputasi dalam format yang dapat dibaca oleh komputer dan manusia. Komputer adalah mesin yang dapat melaksanakan seperangkat perintah dasar atau instruction set. Komputer hanya dapat diberi perintah yang terdiri dari perintah-perintah dasar tersebut. Perintah-perintah yang lebih rumit harus


(26)

diterjemahkan menjadi serangkaian perintah-perintah dasar yang dapat dimengerti komputer yaitu perintah-perintah yang termasuk dalam instruction set komputer tersebut yang pada akhirnya dapat menyelesaikan tugas yang diinginkan, meskipun dijalankan dengan beberapa operasi dasar, bukan satu operasi rumit.

8.1 HTML

Bahasa pemrograman Hyper-text Markup Language (HTML) merupakan bahasa pemrograman yang populer seiring dengan popularitas internet. HTML digunakan untuk objek-objek statis dalam suatu halaman website. Keuntungan HTML adalah:

1. Populer 2. Sederhana

3. Dapat bekerja dengan semua web browser dan web server

8.2 Javascript

Bahasa pemrograman javascript digunakan untuk menangani field-field

dinamis pada client-side. Field yang mempergunakan javascript merupakan field

yang source-code dapat dilihat langsung oleh client. Javascript akan digunakan untuk mempermudah pada pembuatan portal VoD, seperti pada pembuatan frame yang akan menayangkan film.

8.3 PHP

PHP adalah bahasa pemrograman script yang paling banyak dipakai saat ini. PHP banyak dipakai untuk memrogram situs web dinamis, walaupun tidak tertutup kemungkinan untuk digunakan untuk pemakaian lain. PHP pertama kali dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995. Pada waktu itu PHP bernama FI (Form Interpreted). Pada saat tersebut PHP adalah sekumpulan script yang digunakan untuk mengolah data form dari web. Perkembangan selanjutnya adalah Rasmus melepaskan kode sumber tersebut dan menamakannya PHP/FI, pada saat tersebut kepanjangan


(27)

dari PHP/FI adalah Personal Home Page/Form Interpreter. Dengan pelepasan kode sumber ini menjadi open source, maka banyak programmer yang tertarik untuk ikut mengembangkan PHP. Pada November 1997, dirilis PHP/FI 2.0. Pada rilis ini

interpreter sudah diimplementasikan dalam C. Dalam rilis ini disertakan juga modul-modul ekstensi yang meningkatkan kemampuan PHP/FI secara signifikan

Pada tahun 1997, sebuah perusahaan bernama Zend, menulis ulang interpreter

PHP menjadi lebih bersih, lebih baik dan lebih cepat. Kemudian pada Juni 1998 perusahaan tersebut merilis interpreter baru untuk PHP dan meresmikan nama rilis tersebut menjadi PHP 3.0. Pada pertengahan tahun 1999, Zend merilis interpreter

PHP baru dan rilis tersebut dikenal dengan PHP 4.0. PHP 4.0 adalah versi PHP yang paling banyak dipakai. Versi ini banyak dipakai sebab versi ini mampu dipakai untuk membangun aplikasi web kompleks tetapi tetap memiliki kecepatan proses dan stabilitas yang tinggi. Pata Juni 2004, Zend merilis PHP 5.0. Versi ini adalah versi mutakhir dari PHP. Dalam versi ini, inti dari interpreter PHP mengalami perubahan besar. Dalam versi ini juga dikenalkan model pemrograman berorientasi objek baru untuk menjawab perkembangan bahasa pemrograman kearah pemrograman berorientasi objek.

2.8 Video Streaming

Video dapat juga disebut sebagai gambar-gambar yang bergerak. Dalam video menampilkan sejumlah gambar atau frame dengan kecepatan tertentu yang disebut dengan istilah framerate, yang dihitung dalam skala frame per second (fps). Seperti jenis data yang lain, data video juga dapat disimpan, disunting, ataupun dikirim melalui jaringan. Video streaming dapat diartikan sebagai suatu metode yang memanfaatkan streaming server untuk mentransmisikan video digital melalui suatu jaringan data sehingga memungkinkan video playback dapat langsung dilakukan tanpa perlu menunggu sampai proses download selesai ataupun menyimpannya terlebih dahulu di komputer client. Sistem video streaming melibatkan proses


(28)

encoding terhadap isi dari data video, dan kemudian mentransmisikan video

streaming melalui suatu jaringan wired ataupun jaringan wireless, sehingga client

tujuan dapat mengakses, melakukan decoding, dan memunculkan video tersebut secara real-time.

Video streaming dapat digunakan di banyak aplikasi, seperti videoconference, e-learning/distance learning, video pengawas atau video surveillance, remote monitoring, dan lain-lain. Kehadiran jaringan yang memungkinkan server sebagai video source dapat terpisah jarak secara fisik dari client merupakan faktor pembeda video streaming dari pre-recorded video yang sudah umum digunakan oleh konsumen elektronik, seperti CD/DVD. Oleh sebab itu video streaming memiliki karakteristik utama. Teknologi streaming memungkinkan akses real-time ataupun on-demand. Data streaming ditransmisikan dari sisi server, playback segera dilakukan di sisi client setelah diterima dan diproses terlebih dahulu, dan tidak meninggalkan data residu di sisi client setelah proses streaming selesai.

Teknologi streaming cenderung bersifat bandwidth-dependant, sehingga sangat bergantung pada kondisi jaringan. Agar data stream dapat di-playback secara baik, perlu diperhatikan beberapa pertimbangan supaya data stream memiliki bit rate/data transfer rate yang cukup, karena dengan mengurangi bit rate berarti sama saja dengan mengirimkan lebih sedikit data. Mengurangi bit rate dapat dilakukan dengan cara membuat dimensi frame video menjadi lebih kecil, membuat jumlah frame per second (fps) video menjadi lebih rendah, ataupun dengan cara mengurangi jumlah informasi yang ada di setiap frame video melalui proses kompresi.

2.9 Web Sever

Menggunakan Apache Web Server, yang merupakan web server open source

yang dikembangkan oleh Apache Group dan mendukung berbagai jenis bahasa pemrograman yang populer di internet, diantaranya HTML, Javascript dan PHP.


(29)

Web server digunakan untuk melayani data teks, gambar dan hyperlink. Metode yang digunakan ialah streaming dengan protokol HTTP/TCP. Secara default Apache menggunakan port 80 untuk berkomunikasi.

Keuntungan menggunakan Apache Web Server adalah: 1. Sederhana dan mudah digunakan

2. Dapat digunakan dengan jaringan yang ada

3. Tutorial penjelasan Apache sangat banyak di internet 2.10 CoDeC

CoDeC (Encoder Decoder) merupakan proses memampatkan atau compress

dan menguraikan kembali atau decompress, dalam hal ini sinyal video dan audio digital. Prinsip utama kompresi adalah mengurangi ukuran dengan membuang informasi tertentu yang dianggap kurang signifikan sehingga lebih efisien saat dikirimkan melalui kanal komunikasi atau disimpan dalam media penyimpanan. Sedangkan decompress berfungsi melakukan rekonstruksi sinyal audio video agar sinyal tersebut dapat digunakan kembali [5]. Jenis format video hasil kompresi yang digunakan ialah H.264

H.264 adalah standar terbaru CoDeC yang berorientasi pada gerak-kompensasi. Standar codec ini dikembangkan oleh ITU-T Video Coding bersama ISO / IEC Moving Picture Expert Group (MPEG). Standar H.264 digunakan dalam aplikasi seperti Blu-ray Disc, video dari YouTube dan iTunes Store, DVB broadcast, siaran langsung layanan televisi satelit, layanan televisi kabel, dan real-time video conference.

2.11 Quality of Service (QoS)

QoS merupakan kemampuan suatu jaringan IP untuk menyediakan suatu layanan tertentu pada trafik data tertentu pada berbagai jenis platform teknologi. QoS


(30)

tidak diperoleh secara langsung dari infrastruktur yang dipakai, tetapi diperoleh dengan mengimplementasikannya pada jaringan yang bersangkutan.

Pada umumnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi QoS streaming

multimedia, yaitu delay, bandwith, packet loss, troughtput, jitter dan latency.

Bandwith merupakan daya tampung dari kabel jaringan untuk dapat dilewati oleh paket data. Bandwith juga bisa diartikan jumlah penggunaan paket data per satuan waktu, dinyatakan dalalm bit per second (bps). Packet loss merupakan jumlah paket yang hilang pada saat pengiriman, semakin baik suatu jaringan jika jumlah packet loss paling kecil. throughput adalah ukuran kecepatan transmisi data, dalam satuan kbps atau Mbps. Jitter adalah ukuran delay penerimaan paket. Latency merupakan waktu yang dibutuhkan dari transmisi ke penerima yang diukur dalam satuan milidetik [13].

MDI (Media Delivery Index) (RFC 4445) merupakan suatu perhitungan yang memantau pengiriman video pada jaringan, MDI memberikan indikator relatif terhadap kebutuhan buffer pada sisi client sesuai dengan packet jitter dan packet loss. Hal ini dilakukan dengan mengukur jaringan IP yang digunakan dan memberikan suatu beban tertentu terhadap sistem. MDI memerukan dua parameter utama, yaitu

Delay Factor (DF) dan Media Loss Rate (MLR). 2.11.1 Delay Factor

Untuk memahami Delay Factor (DF), diperlukan pembahasan mengenai hubungan antara Jitter dan Buffer yang diperlukan. Jitter merupakan perubahan end-to-end latency terhadap waktu. Saat client menerima data dalam laju konstan, maka

jitter bernilai nol, sedangkan saat laju data berubah-ubah, maka nilai jitter tidak nol.

Buffer merupakan jumlah data yang diperlukan untuk disimpan di sisi client

untuk mengatasi jitter. Semakin tinggi jitter, maka diperlukan buffer yang semakin besar. Sistem ideal yang diinginkan adalah sisi client mempergunakan jumlah data yang sama dengan jumlah data yang diterima pada suatu waktu tertentu. Jika jumlah


(31)

data yang datang lebih kecil dari yang dibutuhkan, hal ini bisa disebabkan oleh gangguan jaringan, maka playback content akan terganggu. Hal ini dikenal dengan istilah underflow. Sebaliknya, saat data yang diterima client lebih besar dari yang diperlukan, maka akan terjadi overflow. Kedua keadaan ini tidak diinginkan karena dapat menurunkan QoS.

DF sebagai salah satu komponen MDI merupakan suatu nilai waktu yang mengindikasikan jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan buffering data dalam mengeliminasi jitter. DF dihitung dari jumlah paket data yang datang dan ditampilkan dalam satuan waktu. Berikut cara perhitungannya :

1. Setiap kedatangan paket, hitung perbedaan antara jumlah data yang diterima (bytes_receive) dan jumlah data yang digunakan (bytes_drained). Nilai ini dikenal sebagai MDI virtual buffer depth (∆)

∆ = | bytes_receive - bytes_drained | (2.1) 2. Dalam suatu interval waktu tertentu, hitung perbedaan nilai maksimal dan

minimal dan bagi dengan bitrate (media_rate)

DF = (max(∆)-min(∆)) / media_rate (2.2) Nilai DF yang termasuk kategori dapat diterima menurut Agilent Technologhies

adalah 9 - 50 ms.

2.11.2 Media Loss Rate

Media Loss Rate (MLR) didefinisikan jumlah paket data yang hilang tiap detik. Setiap paket yang hilang dapat menyebabkan gangguan pada tampilan konten yang terkirim. Nilai maksimum MLR yang diharapkan adalah 0. Berikut adalah nilai rata-rata MLR yang dapat diterima :


(32)

Tabel 2.3 Katagori Media Loss Rate

Jenis Layanan MLR yang dapat diterima

SDTV 0,004

VoD 0,004

HDTV 0,0005

Selanjutnya gabungan data tersebut dikenal dengan Media Delivery Index (MDI) dan dipisahkan dengan tanda semicolon sesuai dengan RFC 4445.

2.12 Network Protocol Analyzer

Alat ukur yang digunakan dalam laporan ini ialah network protocol analyzer

Wireshark. Network protocol analyzer adalah perangkat yang digunakan untuk mengetahui kondisi trafik yang ditransmisikan pada jaringan. Data paket trafik yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis performa paket dan jaringan. Program yang digunakan adalah Wireshark. Wireshark merupakan perangkat lunak yang bersifat open source dapat di-download langsung dari internet. Wireshark yang digunakan untuk meng-capture paket dan tugas akhir ini adalah Wireshark versi 0.99.6a. Gambar 2.13 berikut adalah tampilan dari Wireshark:


(33)

Sebagai salah satu network protocol analyzer, tentu saja Wireshark memiliki beberapa fitur. Berikut merupakan fitur utama Wireshark

1. Multi platform bisa digunakan pada Unix dan Windows 2. Open source dan gratis

3. Dapat menampilkan dan menyimpan paket yang di-capture

4. Mendukung beberapa macam protokol jaringan. Protokol – protokol tersebut antara lain TCP, IP, RTP, UDP, RTCP, RTSP, dan lain lain.

Untuk mendapatkan data hasil pengukuran, dilakukan dengan meng-capture data yang diinginkan.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengukuran ini adalah: 1. Jaringan yang digunakan LAN yang diimplementasikan untuk VoD.

2. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui komponen nilai – nilai MDI, yaitu DF dan MLR.

3. Pengukuran dilakukan PC ke PC.


(34)

32

Dalam perancangan sistem VoD, dibutuhkan beberapa hal yang perlu dipahami, sebagaimana berikut:

1. Arsitektur topologi dan konfigurasi yang sesuai untuk membangun sistem VoD.

2. Penentuan perangkat lunak open source yang dapat digunakan. 3. Perancangan program aplikasi.

Dimana ketiga hal tersebut langsung diimplementasikan dalam pembangunan sistem VoD pada jaringan lokal.

3.1 Topologi Jaringan VoD

Topologi Dasar Local Area Network yang dipilih untuk diimplementasikan pada jaringan VoD Server adalah topologi bintang (star topology). Keuntungan pemakaian topologi ini adalah :

1. Mudah untuk memperluas jaringan, dengan penambahan konsentrator atau penambahan terminal (client)

2. Lebih Jika salah satu client VoD Server mengalami kerusakan atau sedang dalam keadaan tidak aktif maka tidak mempengaruhi kinerja jaringan secara keseluruhan karena masing-masing client dihubungkan secara langsung ke

server melalui konsentrator .

3. Lebih mudah dalam instalasi dan pengkabelan.

Pada topologi yang dibangun terlihat pada gambar 3.1, jaringan VoD Server

dirancang sebagai suatu jaringan terpusat dimana beberapa client dihubungkan ke sebuah server melalui hub/switch sebagai konsentrator. Berikut ini adalah skema topologi untuk jaringan VOD server:


(35)

`

PC Router

VoD Server

Switch

Monitor

Workstation STB

STB

Gambar 3.1 Topologi Umum Jaringan VoD Server

Komputer yang berfungsi sebagai PC router, menghubungkan jaringan client ke VoD server. Pada komputer PC router dipasang 2 buah ethernet card. Masing-masing ethernet card tergabung dalam jaringan berbeda. Kedua ethernet card

dikenal dengan eth0 dengan alamat IP, yaitu 192.168.1.2 dan eth1 dengan alamat

IP 192.168.5.1. Eth0 ini terhubung ke VoD server. Sedangkan eth1 tergabung dengan jaringan ke client. IP eth1 berperan sebagai gateway bagi jaringan client. Jadi IP tersebut berfungsi sebagai pintu yang menghubungkan jaringan client

dengan jaringan diatasnya. Sedangkan pada STBdan workstation menggunakan 1 buah ethernet card. Alamat IP yang digunakan berkisar dari alamat 192.168.5.2 sampai 192.168.5.254.

Perancangan VoD ini terdiri dari 3 bagian penting seperti terlihat pada gambar 3.2, yaitu VoD server, PC router, dan STB. Perancangan VoD dimulai dengan pembuatan VoD server, kemudian perancangan PC router yang berfungsi menghubungkan antara server dengan STB, dan terakhir STB yang berfungsi agar

client dapat mengakses layanan VoD.

VoD Server PC Router Set Top Box


(36)

3.2 Perancangan VoD Server

Perancangan VoD server terdiri dari pembuatan portal VoD sebagai

interface kepada client. Portal VoD dibangun web based menggunakan bahasa pemrograman PHP. Kemudian pembuatan video streaming agar client dapat memutar video yang dipilih. Metode pengiriman audio video adalah streaming,

yaitu data mulai di playback sebelum semua data dikirimkan dari server ke client. Metoda ini dinilai lebih cepat dari download, dimana seluruh data harus telah diterima client sebelum dapat digunakan.

Berikut adalah gambar flowchart dari VoD server:

Ya

Set Top Box Periksa

koneksi Tidak Ya Portal VoD Server Output konten web base Koneksi ke PC Router Tidak Periksa koneksi Selesai Mulai

Gambar 3.3 Flowchart VoD server

Tahapan untuk alur pada gambar 3.3 diatas adalah dilihat dari pengambilan konten dari sisi client. Pada saat mulai client mengirimkan permintaan untuk mendapatkan konten, client harus terhubung dengan STB untuk melakukan permintaan konten dengan cara memasukan alamat VoD Server sebagai media penyedia layanan konten tersebut. Jika permintaan konten yang dilakukan benar, maka STB akan meneruskannya menuju PC router, tetapi jika permintaan yang dilakukan salah maka tampilan pada client akan bermasalah, maka perlu


(37)

dilakukan pemeriksaan kembali mengenai koneksi. Selanjutnya setelah permintaan diterima oleh PC router, maka akan diteruskan menuju VoD server. Hal ini juga terjadi pemeriksaan permintaan, jika permintaan tersebut benar maka akan tampil portal VoD pada client, namun jika salah maka kembali tampilan pada client tidak akan menampilkan portal VoD.

3.2.1 Portal VoD

3.2.1.1 Arsitektur Portal VoD

Portal VoD merupakan program aplikasi yang dijalankan diatas web server

dan Streaming server. Portal VoD dalam tugas akhir ini menggunakan bahasa pemrograman PHP. Penggambaran dari arsitektur portal VoD dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut:

Gambar 3.4 Arsitektur Portal VoD

Dari gambar 3.4 di atas terlihat bahwa portal VoD dibangun dari web server dan

streaming server. Web server digunakan untuk menangani teks, hyperlink dan gambar. Sedangkan streaming server digunakan untuk menangani data audio dan video yang dikirim dengan metode streaming.Programming language digunakan untuk membuat aplikasi penghubung dengan user dalam hal ini berbasis web. 3.2.1.2 Konten Portal VoD

Langkah – langkah yang dirancang untuk menyiapkan konten Portal VoD adalah sebagai berikut:

Operating System

Programming Language

Web

Server

Streaming

Server

Portal


(38)

1. Install perangkat lunak yang dibutuhkan, misal: web server serta streaming server, serta lakukan konfigurasi ulang jika diperlukan.

2. Siapan konten audio video yang dibutuhkan, dalan tugas akhir ini menggunakan format H.264.

3. Video digunakan harus memiliki kualitas yang cukup baik.

4. Proses persiapan konten audio video ini dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak video editor yang telah banyak tersedia secara

open source, misal VLC. 3.2.2 Video Streaming

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam merancang streaming VoD adalah sebagai berikut:

1. Video yang akan distreaming terlebih dahulu diubah formatnya menjadi H.264.

2. Upload konten video ke dalam file yang telah disediakan menggunakan perangkat lunak EasyFLV.

3. Untuk mengatur tampilan bisa diatur melalui javascript.

4. IP address yang digunakan disamakan dengan ip address VoD server

5. Listing program streaming akan dijelaskan di lampiran


(39)

Gambar 3.5 merupakan tampilan dari program EasyFLV, yaitu perangkat lunak untuk melakukan streaming. Perangkat lunak ini bersifat open source sehingga mudah untuk mendapatkannya.

3.2.3 Web server

Menggunakan Apache WebServer, source program Apache dapat diperoleh dari situs www.apache.org. Versi yang digunakan adalah versi terbaru pada saat tugas akhir ini dibuat, yaitu versi 2.2.11. Apache Web Server sendiri telah terintegrasi dalam XAMPP, dimana didalam aplikasi XAMPP juga terdapat MySql untuk database. Sehingga aplikasi XAMPP sangat cocok sebagai aplikasi

webserver. Keunggulan lainya yaitu, XAMPP mudah dalam penggunaanya.

Gambar 3.6 Tampilan XAMPP Control Panel

Gambar 3.6 diatas adalah tampilan dari XAMPP control panel. Pada XAMPP

control panel ini Apache Web Server diaktifkan. Kendala yang perlu diperhatikan adalah streaming server dan web server secara default menggunakan port 80. Agar kedua aplikasi tidak saling berebut port, maka Apache Web Server tetap pada port 80. Hal ini dipilih karena port 80 pada umumnya tidak di-blok oleh

firewall.

3.3 Perancangan PC Router

Dalam melakukan perancangan VoD Server itu sendiri, langkah selanjutnya adalah dengan membuat suatu Personal Computer ( PC ) menjadi sebuah router,


(40)

dengan tujuan agar dapat melakukan komunikasi antar client-server, untuk itulah perancangan PC router tersebut diperlukan. Dan dalam pembuatan PC router ini menggunakan sistem operasi OpenBSD.

Spesifikasi PC router yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Intel Pentium 3

2. Memori DDR 128 MB

3. Hardisk Seagate 10 GHz ATA

Berikut adalah gambar flowchart dari perancangan PC router:

Instalasi OpenBSD Mulai

Konfigurasi IP address

Berhasil

Konfigurasi gateway

Konfigurasi

Name Address Translation (NAT)

Konfigurasi Paket Filter (NAT)

Mengaktifkan service packet filter (NAT)

Konfigurasi IpForwarding

Test Koneksi

Berhasil

Selesai

TIDAK

YA YA

TIDAK


(41)

Berdasarkan tahap perancangan PC router sesuai alur pada gambar 3.7 diatas dapat diketahui hal pertama yang dilakukan adalah melakukan instalasi sistem operasi pada PC router. Sistem operasi yang digunakan ialah OpenBSD. Setelah berhasil melakukan instalasi dilanjutkan dengan melakukan konfigurasi ethernet card yaitu memasukan IP address. Pada PC router ini menggunakan 2 buah

Network Interface Card (NIC). Selanjutnya adalah melakukan konfigurasi

gateway dengan cara memasukan IP address gateway. Konfigurasi Name Address Translation (NAT) ethernet untuk ke VoD server dan ethernet untuk ke client

adalah langkah selanjutnya. Konfigurasi paket filter bertujuan untuk mengatur paket filtering, IP address yang akan dilewatkan ke VoD server dari IP private di translasikan ke IP public, IP yang dikenali di VoD server adalah IP address pubic. Agar bisa koneksi ke VoD server aktifkan ip forwarding ipv4 dengan menggunakan printah netstart. Setelah semua konfigurasi selesai lakukan pengecekan koneksi dengan melakukan ping, kalau koneksi gagal maka lakukan pengecekan mulai dari konfigurasi ethernet card. Secara keseluruhan, perintah-printah pada proses instalasi dan konfigurasi PC router dapat dilihat pada lampiran.

3.4 Perancangan Set Top Box

Selanjutnya setelah PC router dan VoD server terbentuk maka perangkat lain yang harus tersedia adalah STB, dimana perangkat tersebut diperlukan untuk menghubungkan client menuju server VoD server tersebut. STB yang dirancang ini memang tidak begitu sempurna selayaknya STB yang dijual dan aplikasi didalamnya tidak begitu lengkap, akan tetapi karena sifatnya sebagai penghubung antara client menuju server maka diperlukan juga sebuah sistem operasi didalamnya dengan menggunakan Linux Ubuntu. Dalam hal ini untuk dapat melakukan fungsi CoDeC dibutuhkan paket tambahan yaitu GStreamer. Paket tersebut bersifat open source dan dapat di download secara bebas.

Spesifikasi perlengkapan yang dibutuhkan dalam perancangan STB tersebut adalah :

1. Intel Pentium 4

2. Memori DDR 512 MB


(42)

4. CD ROM

5. Network Interface Card

6. Sistem Operasi Linux Ubuntu dan aplikasi program lain Berikut adalah gambar flowchart dari perancangan STB:

Instalasi Ubuntu Mulai

Konfigurasi IP address

Berhasil

Konfigurasi gateway

Konfigurasi DNS

Test Koneksi

Berhasil

Selesai

TIDAK

YA YA

TIDAK

Gambar 3.8 Flowchart Perancangan STB

Berdasarkan tahap perancangan STB sesuai alur pada gambar 3.8 diatas dapat diketahui hal pertama yang dilakukan adalah melakukan instalasi sistem operasi pada STB. Sistem operasi yang digunakan ialah Ubuntu. Setelah berhasil melakukan instalasi dilanjutkan dengan melakukan konfigurasi ethernet card

yaitu memasukan IP address. Selanjutnya adalah melakukan konfigurasi gateway

dengan cara memasukan IP address gateway yaitu IP eth0 pada PC router.


(43)

ping, kalau koneksi gagal maka lakukan pengecekan mulai dari konfigurasi


(44)

42 4.1 Tampilan Portal VoD

Halaman pertama tampilan dari VoD menunjukan daftar judul film yang dapat diputar, seperti dapat dilihat pada gambar 4.1. Film yang dipilih dibatasi menjadi 3 film, dimana setiap harinya judul film tersebut akan dikombinasikan berdasarkan jadwal film.

Gambar 4.1 Tampilan Awal Portal VoD.

Setelah memilih judul film yang diinginkan, maka akan tampil menu untuk memutar film tersebut. Pada menu tersebut terdapat submit button yang akan meneruskan proses pada pemutaran film. Sebelum film diputar, server

melakukan pengecekan terhadat client. Jika film yng dipilih tidak sedang di putar oleh client yang lain maka film akan langsung diputar, tetapi apabila film tersebut sudah diputar maka akan tampil pesan kesalahan. Gambar 4.2 dibawah menunjukan jadwal film yang dapat diputar berdasarkan hari. Judul film yang ditampilkan setiap harinya secara otomatis diatur oleh server.


(45)

Gambar 4.2 Tampilan Jadwal Film

Halaman yang ditunjukan pada gambar 4.3 merupakan tampilan pemutaran film yang telah dipilih oleh client. Terdapat beberapa menu yang dapat digunakan oleh client, seperti menu volume, stop, pause, dan fullscreen. Resolusi layar yang digunakan 320 x 240 pixel.


(46)

Halaman pesan kesalahan seperti pada gambar 4.4 dibawah muncul dikarenakan

client memilih konten film yang telah diputar oleh client lainya, karena jenis pengiriman yang digunakan pada VoD adalah sistem unicast.

Gambar 4.4 Tampilan Pesan Kesalahan. 4.2 Analisis Kualitas Layanan VoD

Kualitas merupakan tingkat keberhasilan suatu sistem untuk memberikan layanan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dalam hal pengiriman data pada jaringan IP, kualitas dikatakan maksimal apabila setiap paket data yang terkirim sama persis dengan data yang dikirim dengan nilai waktu tunda seminimal mungkin. Bagi pengguna, kualitas maksimal merupakan tingkat kepuasan dalam mempergunakan suatu layanan.

Pengukuran kualitas layanan VoD akan dilakukan secara objektif menggunakan QoS. Dimana ada 3 parameter penting yang akan diukur, yaitu: 1.Delay Factor (DF)

DF merupakan suatu nilai dalam ms yang menunjukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses buffering.

2.Media Loss Rate (MLR)


(47)

3.Media Delivery Index (MDI)

MDI adalah suatu perhitungan yang dilakukan untuk mengukur kualitas suatu video dalam sebuah jaringan.

4.2.1 Hasil Pengukuran

Dari pengukuran yang dilakukan dengan wireshark didapatkan data sebagai berikut:

Table 4.1 Hasil pengukuran video A dan video B

Parameter Video A Video B

avg_bits_received 12925,6 Kb 12538,7 Kb avg_bits_drained 10857,7 Kb 11021,5 Kb

packet_loss 0 0

throughput / media rate 22,176 Mbps

Tabel 4.1 diatas merupakan hasil pengukuran untuk mendapatkan jumlah data yang diterima (avg_bits_received) dan jumlah data yang digunakan (avg_bits_drained), sedangkan nilai throughput adalah bandwidth aktual yang terukur pada saat melakukan proses pengiriman data. Jadi semakin besar nilai througput maka proses streaming akan lebih baik.

4.2.2 Analisa Hasil Pengukuran 4.2.21 Delay Factor (DF)

Selanjutnya dari nilai yang didapat tersebut kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai max (Δ) dan min (Δ), dimana dari nilai tersebut dapat ditentukan berapa nilai DF pada sistem VoD seperti terlihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan DF

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat

max (Δ) 2067,9 Kb

min (Δ) 1517,2 Kb

Delay Factor 2,4 ms


(48)

Δ = | avg_bits_received – avg_bits_drained | Video A

Δ = |12925,6 Kb – 10857,7 Kb| = 2067,9 Kb => sebagai max (Δ) Video B

Δ = |12538,7 Kb – 11021,5 Kb| = 1517,2 Kb => sebagai min (Δ) NIlai Delay Factor

DF = |max (Δ) - min (Δ)| / media_rate DF = |2067,9 Kb – 1517,2 Kb| / 22176 Kbps DF = 0,0024833 s

DF = 2,4 ms

Dari perhitungan DF diatas, didapatkan nilai DF sistem VoD adalah 2,4 ms, dimana nilai tersebut lebih kecil dari standar yang ada yaitu 9 ms hingga 50 ms. Meskipun nilai yang dihasilkan tidak sesuai standar yang ditentukan, tetapi nilai ini masih dalam taraf baik, dikarenakan nilai standar tersebut digunakan pada jaringan yang terhubung online pada internet, sedangkan pengujian VoD yang dibuat dilakukan pada jaringan lokal, dimana tingkat kepadatan trafik pada jaringan tidak terlalu tinggi.

4.2.2.2 Media Loss Rate (MLR)

Adapun rumusan MLR adalah sebagai berikut:

ond ime_in_sec interval_t ceive Packets_re pected Packets_ex MLR

Dari perumusan MLR di atas dapat diketahui bahwa MLR merupakan paket yang diharapkan dikurangin paket yang diterima dibagi selang waktu, dengan kata lain packet_loss.

loss packet

MLR _

Dari perumusan MLR di atas dapat diketahui bahwa MLR merupakan paket yang diharapkan dikurangin paket yang diterima dibagi selang waktu, karena nilai packet_loss yang didapat dari hasil pengukuran adalah 0 maka bisa diketahui bahwa nilai MLR = 0.


(49)

4.2.2.3 Media Delivery Index (MDI)

Setelah didapat nilai DF dan MLR, maka sesuai dengan standar RFC 4445, nilai MDI ditulis sebagai DF:MLR. Sehingga unuk sistem VoD pada Tugas Akhir ini didapatkan MDI 2,4 : 0.

4.3 Analisis Performa Jaringan

4.3.1 Pengujian Time Buffer Terhadap Jumlah User

Pengujian time buffer terhadap jumlah user didapetkan hasil pada saat diakses oleh 1 user diperoleh time buffer video sebesar 120 detik, saat diakses 2

user 209 detik dan saat diakses 3 user 320 detik.

Tabel 4.3 Pengujian Time Buffer Terhadap Jumlah User

Jumlah User Time Buffer (detik)

1 120

2 209

3 320

Dari tabel 4.3 diatas dapat dibuat diagram perubahan time buffer terhadap jumlah user sebagai berikut:


(50)

Berdasarkan data yang ditunjukan pada gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa semakin banyak user yang mengakses VoD maka waktu yang dibutuhkan untuk men-buffer semakin lama. Hal ini disebabkan karena pemenuhan permintaan data yang semakin besar, banyaknya jumlah user juga mempengaruhi karena metode pengiriman data yang digunakan adalah unicast, sehingga semakin besar jumlah user maka timebuffer akan semakin lama.

4.3.2 Pengujian Throughput Terhadap Jumlah User

Pengujian throughput terhadap jumlah user didapatkan hasil pada saat diakses 1 user diperoleh throughput video sebesar 22,176 Mbps, saat diakses 2

user 16,44 Mbps dan saat diakses 3 user sebesar 15,547 Mbps. Tabel 4.4 Pengujian Throughput Terhadap Jumlah User

Jumlah User Throughput (Mbps)

1 22,176

2 16,440

3 15,547

Dari tabel diatas dapat dibuat diagram perubahan time buffer terhadap jumlah

user sebagai berikut:


(51)

Berdasarkan data yang ditunjukan pada gambar 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak user yang mengakses VoD maka semakin kecil

throughput. Hal ini disebabkan karena pemenuhan permintaan data menjadi semakin besar. Througput sendiri merupakan besarnya aliran data yang dikirimkan dari server ke client. Ketika permintaan data hanya oleh 1 client nilai

througput 22,176, tetapi saast permintaan meningkat maka nilai througput akan semakin kecil, hal ini dikarenakan server melakukan pembagian dalam pengiriman data agar memungkinkan client menerima data secara bersamaan.

4.4 Analisis Kompresi Video

Kompresi yang digunakan pada sistem VoD ini menggunakan H.264, dimana standar H.264 direkomendasikn oleh International Telecommunication Union (ITU). Standar ini dimulai dari versi awal H.263 pada 1993. Pada 1995, H.263 menjadi standar video coding di dunia telekomunkasi.

H.264 tidak secara eksplisit mendefinisikan CoDeC, tapi mendefinisikan

syntax untuk melakukan encode pada suatu bitstream dan metode untuk melakukan decode pada bitstream tersebut. Pada H.264 hanya memiliki 3 profil, dimana tiap profil memberikan suatu set fungsi coding yang berisi spesifikasi yang dibutuhkan oleh CoDeC agar sesuai dengan profil tersebut.

(a) (b)

Gambar 4.7 Gambar (a) merupakan hasil kompresi dari MPEG-4 dan Gambar (b) Hasil kompresi H.264


(52)

Terlihat pada gambar 4.7 bahwa hasil kompresi yang oleh H.264 sebenarnya tidak terlalu berbeda jauh dari aslinya. Hal ini dikarenakan film masih menggunakan resolusi hasil kompres yaitu 320 x 240, tetapi pada saat hasil kompres di perbesar berdasarkan monitor yang digunakan maka akan terlihat perbedaan kualitasnya. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan video hasil kompresi dengan video asli dan diukur dalam PSNR menggunakan program MCU Video QualityMeasurement Tools 2.7.

Gambar 4.8 Hasil Pengukuran Kualitas Objek

Berdasarkan gambar 4.8 diatas dapat dilihat perbandingan antara video asli dan hasil kompresan. Parameter penilaiannya menggunakan PSNR (Peak Signal to Noice Ratio) dan laju frame. Nilai PSNR dari video hasil kompresi memiliki perbedaan dengan video asli, ini dapat dilihat dengan adanya noise yang dihasilkan pada perbandingan pada video hasil kompresi, tetapi tidak mempengaruhi kualitas video secara keseluruhan.

Pada kompresi H.264 tidak terdapat standar nilai pixel yang digunakan, tetapi kompresi menggunakan H.264 dapat mencapai 1280 x 720 pixel. Kompresi yang dilakukan hanya mencapai 320 x 240 pixel dikarenakan keterbatasan pada perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan kompresi video.


(53)

51 5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah dibuat maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa sistem VoD yang dirancang sudah baik, karena sistem VoD yang dirancang dapat memenuhi pengharapan dengan melayani 3 client sekaligus dan menggunakan sistem transmisi unicast.

2. Dari hasil pengujian kompresi pada VoD yang dirancang menggunakan format H.264, format ini memiliki tingkat kompresi yang cukup baik, kompresi dilakukan pada 320 x 240 pixel, dan dapat digunakan pada monitor 15, 17, dan 19 inci.

3. Hasil pengujian VoD pada jaringan lokal didapatkan DF 2.4 ms dan MLR = 0. Nilai tersebut baik karena dilakukan pada jaringan lokal, sedangkan nilai standar yang biasa digunakan pada jaringan yang terhubung dengan internet, yaitu 9 – 50 ms (standarisasi RFC 4445). Semakin kecil nilai DF maka suatu layanan dinilai semakin baik.

4. VoD merupakan layanan berbasis IP yang memberikan layanan kepada

client untuk menyaksikan sebuah tayangan. Dimana kedepannya perkembangan teknologi komunikasi akan menuju pada komunikasi berbasis IP, baik itu komunikasi data, suara, maupun video.

5.2 Saran

Adapun saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut:

1. Pembuatan VoD kedepannya dapat dikembangkan dengan menggunakan metode pewaktuan dan penjadwalan berdasarkan pilihan dari client .

2. Untuk hasil yang lebih baik, pembuatan VoD dapat menggunakan STB yang diproduksi oleh pabrikan.


(54)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI VIDEO ON

DEMAND PADA JARINGAN LOKAL

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan pada

Program Studi Teknik Komputer Strata Satu di Jurusan Teknik Komputer

Disusun oleh: Dian Perdana ( 10207706)

Pembimbing :

Susmini Indriani Lestariningati, M.T. Wendi Zarman, M.Si.

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2011


(55)

xi

Gambar 2.1 ··· 5

Gambar 2.2 ··· 5

Gambar 2.3 ··· 7

Gambar 2.4 ··· 7

Gambar 2.5 ··· 8

Gambar 2.6 ··· 11

Gambar 2.7 ··· 12

Gambar 2.8 ··· 15

Gambar 2.9 ··· 15

Gambar 2.10 ··· 16

Gambar 2.11 ··· 17

Gambar 2.12 ··· 19

Gambar 2.13 ··· 30

Gambar 3.1 ··· 33

Gambar 3.2 ··· 33

Gambar 3.3 ··· 34

Gambar 3.4 ··· 35

Gambar 3.5 ··· 36

Gambar 3.6 ··· 37

Gambar 3.7 ··· 38

Gambar 3.8 ··· 40

Gambar 4.1 ··· 42

Gambar 4.2 ··· 43

Gambar 4.3 ··· 43

Gambar 4.4 ··· 44

Gambar 4.5 ··· 47

Gambar 4.6 ··· 48

Gambar 4.7 ··· 49


(56)

viii

HALAMAN JUDUL ··· i

HALAMAN PENGESAHAN ··· ii

HALAMAN PERNYATAAN ··· iii

ABSTRAK ··· iv

ABSTRACK··· v

KATA PENGANTAR ··· vi

DAFTAR ISI ··· viii

DAFTAR GAMBAR ··· xi

DAFTAR TABEL··· xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ··· 1

1.2Tujuan ··· 2

1.3Batasan Masalah ··· 2

1.4Metode Penulisan ··· 2

1.5Sistematika Penulisan ··· 2

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Komputer ··· 4

2.1.1 Pengelompokan Jaringan Komputer ··· 4

2.1.2 Tipe Jaringan Komputer ··· 4

2.1.3 Jenis Topologi Jaringan Komputer ··· 6

2.1.3.1 Topologi Ring ··· 6

2.1.3.2 Topologi Bus ··· 7

2.1.3.2 Topologi Bintang ··· 8

2.2 Protokol Jaringan ··· 10

2.2.1 Model OSI ··· 10

2.2.2 TCP/IP ··· 12


(57)

ix

2.3 VoD(Video on Demand) ··· 18

2.3.1 VoD Server ··· 18

2.4 Set Top Box ··· 18

2.5 PC Router ··· 19

2.6 Sistem Operasi ··· 20

2.6.1 Linux ··· 20

2.6.2 Unix ··· 22

2.6.3 Windows ··· 23

2.7 Bahasa pemrograman ··· 23

2.7.1 HTML ··· 24

2.7.2 Javascript ··· 24

2.7.3 PHP ··· 24

2.8 Video Streaming ··· 25

2.9 Web Server ··· 26

2.10 CoDeC ··· 27

2.11 Quality of Service (QoS) ··· 27

2.11.1 Delay Factor (DF) ··· 28

2.11.2 Media Loss Rate (MLR) ··· 29

2.12 Network Protocol Analyzer ··· 30

BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Topologi Jaringan VoD··· 32

3.2 Perancangan VoD Server ··· 34

3.2.1 Portal VoD··· 35

3.2.1.1 Arsitektur Portal VoD ··· 35

3.2.1.2 Konten Portal VoD ··· 35

3.2.2 Video Streaming ··· 36

3.2.3 Web Server ··· 37


(58)

x

4.1 Tampilan Portal VoD ··· 42

4.2 Analisis Kualitas Layanan VoD ··· 44

4.2.1 Hasil Pengukuran ··· 45

4.2.2 Analisa Hasil Pengukuran ··· 45

4.2.4.1 Delay Factor ··· 45

4.2.4.2 Media Loss Rate ··· 46

4.2.4.2 Media Delivery Index ··· 47

4.3 Analisis Performa Jaringan ··· 47

4.3.1 Pengujian Time Buffer Terhadap Jumlah User ··· 47

4.3.2 Pengujian Throughput Terhadap Jumlah User ··· 48

4.4 Analisis Kompresi Video ··· 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ··· 51

5.2 Saran ··· 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C LAMPIRAN D


(1)

Daftar Pustaka

[1]. Agung, Teguh. Unicast, Broadcast dan Multicast, Diakses pada 27 Januari 2010 dari http://jaringankomputer.wordpress.com/2008/01/22/unicast-broadcast-dan-multicast/, 2008

[2]. Cahyani, Ceny. “Rancang Bangun Layanan Video On Demand (Vod) Dan Sistem Authentikasi Manajamen User Pada Internet Protocoltelevisi (Iptv) Dengan Metode Unicast” Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2010 [3]. Eko Wijaya, Anto. Diakses pada 28 Januari 2010 dari VoD (Video on

Demand), http://blog.uad.ac.id/anto_eko /2008/12/18/vod-video-on-demand/, 2008

[4]. Mulyana, Y.B. 2002. Linux Semudah Window. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

[5]. Indra P, Andreas. “Pengembangan Portal Internet Protocol Television” , Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, 2007 [6]. Sofana, Iwan. 2008. Membangun Jaringan Komputer. Bandung:

Informatika

[7]. Sofyan, Ahmad. 2006. Membuat Distro Linux Sendiri. Jakarta: Dian Rakyat [8]. Teknik Informatika. Protokol Jaringan, Diakses pada 16 Juni 2010 dari

http://teknik-informatika.com/protokol-jaringan/ 2007

[9]. Wikipedia, Set Top Box, diakses pada 27 Januari 2010 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Set-top_box, 2009

[10]. Wikipedia. Sistem Operasi, Diakses pada 16 Juni 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_operasi, 2006

[11]. Wikipedia. Ubuntu, Diakses pada 27 Januari 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ubuntu, 2009

[12]. Wordpress. Aplikasi Jaringan Broadband Untuk Layanan Multimedia on Demand Diakses pada 16 Februari 2010 dari http://udamul.files.wordpress.com/ 2008/08/aplikasi-broadband-4-mod.pdf 2008

[13]. Wordpress. Analisis QoS Video Streaming Antara YouTube dan Vimeo,


(2)

http://crystalforest.wordpress.com/2010/10/14/analisis-qos-video-streaming-antara-youtube-dan-vimeo/, 2010


(3)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ··· 9

Tabel 2.2 ··· 16

Tabel 2.3 ··· 30

Tabel 4.1 ··· 45

Tabel 4.2 ··· 45

Tabel 4.3 ··· 47


(4)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat segala karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini.

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata I pada jurusan Teknik Komputer Universitas Komputer Indonesia. Tugas akhir ini berisikan mengenai Perancangan dan Implementasi Video on Demand Pada Jaringan Lokal.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan saran maupun dukungan serta dorongan sehingga tugas akhir ini dapat selesai dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga, terutama Bapak dan Ibu, terima kasih atas semua do’a, perhatian, kasih sayang serta semangat yang telah kalian berikan untukku selama ini.

2. Ade – ade Ku tercinta, Ade, Nina, Kiki.

3. Ibu Sri Nurhayati, M.T Ketua Jurusan Teknik Komputer Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Susmini Indriani Lestariningati, M.T, sebagai Pembimbing I. 5. Bapak Wendi Zarman,M.Si, sebagai Pembimbing II

6. Beberapa staf pengajar Universitas Komputer Indonesia yang telah membimbing dalam pembuatan tugas akhir ini.

7. Teman teman seperjuangan, Iman, Ihsan, Pap, Liling, Iqbal, Kinong, Andre sinchan, ayo gan kita bisa.

8. Anak anank kosan, dev, musa, iip, ipan, makasih dah ngebantuin alat TAnya.


(5)

vii

9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis sadar masih banyak kelemahan dan kekurangan yang harus disempurnakan dalam penyusunan tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua terutama mahasiswa Teknik Komputer Universitas Komputer Indonesia.

Bandung, Februari 2011


(6)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI VIDEO ON DEMAND PADA JARINGAN LOKAL

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan pada

Program Studi Teknik Komputer Strata Satu di Jurusan Teknik Komputer

Disusun oleh :

Dian Perdana (10207706)

Bandung, Februari 2011

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Susmini Indriani Lestariningati, M.T. Wendi Zarman, M.Si.

NIP. 4127.70.05.018 NIP. 4127.70.05.010

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Komputer

Sri Nurhayati, M.T. NIP. 4127.70.05.013