Impelentasi Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Di Lingkungan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan kabupaten Cirebon
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Laporan KKL
Perdagangan dalam negeri berperanan penting dalam pem-bangunan ekonomi nasional karena dapat mendorong pertumbuhan produksi dengan menjamin pengadaan sarana produksi dan pema-saran hasil produksi, disamping juga dapat melindungi konsumen dengan pengadaan dan penyaluran barang dan jasa dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik dan harga yang stabil. Dengan demikian dapat pula menjamin kemantapan pengadaan dan kelancaran arus barang-barang kebutuhan pokok dan barang-barang penting atau strategis yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan yang merata sampai ke daerah-daerah terpencil. Selanjutnya, berkembangnya kegiatan perdagangan dalam negeri pada tingkat harga yang sepadan dengan pertumbuhan produksi dapat mendorong perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan rakyat.
Salah satu sasaran dari program kerja pemerintah adalah memperkuat perdagangan dalam negeri. Pilihan ini sangat tepat dan sudah menjadi pilihan banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Jumlah penduduk Amerika Serikat tidak berbeda jauh dari Indonesia. Yang berbeda mencolok, antara lain adalah pendapatan per kapita dan bentuk geografis serta tingkat perkembangan SDM dan teknologinya.
(2)
Industri kendaraan bermotor dan sektor perumahan serta pengolahan pascapanen produk pertanian dan peternakan menjadi bagian andalan Amerika untuk memperkuat ekonominya melalui perdagangan dalam negeri. Sektor keuangan dan kelancaran angkutan menjadi penunjang untuk memperlancar dan menggairahkan arus distribusi barangnya. Tantangan bentuk geografis Indonesia yang duapertiga luasnya adalah lautan, justru menjadi peluang yang sangat dinantikan, jika dikelola dengan baik. Sektor perhubungan, terutama laut dan udara menjadi peluang bisnis yang sangat menantang. Angkutan darat di beberapa pulau yang besar pun belum optimal dan masih sarat dengan unsur KKN serta jauh dari tertib/disiplin berlalu lintas. Rendahnya citra pelayanan para birokrat dan ruwet serta tumpang-tindihnya aturan menghambat berkembangnya sektor angkutan ini. Angkutan yang dikelola dengan baik dan efisien merupakan salah satu faktor pendukung dari kelancaran distribusi barang dan manusia, termasuk wisnus.
Potensi yang melimpah dan tersedianya SDA serta suburnya lahan merupakan sumber objek yang diperdagangkan. Demikian pula dengan jumlah penduduk di atas 220 juta, bukan hanya merupakan potensi pasar yang besar, juga sumber dari tersedianya banyak pelaku yang andal dan tekun serta cekatan. Namun untuk memperkuat kegiatan perdagangan dalam negeri, masih ada hal yang masih terlupakan selama ini dan perlu segera dibenahi dan dilengkapi.
Berpedoman kepada negara yang telah kuat dan tertibnya pelaksanaan perdagangan dalam negerinya, tidak terlepas juga harus
(3)
3
tersedia berbagai aturan yang mengikat dan diterima masyarakat dunia usaha. Hal ini diperlukan bukan hanya untuk kelancaran kegiatan perdagangan, tetapi juga menciptakan adanya kepastian yang terkait dengan faktor-faktor perdagangan itu sendiri. Keteraturan dan tertib kegiatan perdagangan dalam negeri, akan mengimbas kepada perdagangan luar negeri suatu negara.
Citra suatu negara juga akan terangkat, jika terdapat ketertiban dalam aspek perdagangannya. Salah satu yang akan mengangkat citra perdagangan suatu negara adalah telah tersedianya panduan dan syarat perniagaan dari objek dagangan di negara tersebut. Wujud nyata dari adanya pengaturan ini, tersedianya bermacam standar kontrak dengan format yang baku untuk setiap objek dagangan yang ada. Untuk kepastian dan efisiensi, maka masing-masing format kontrak dari setiap sektor dilengkapi dengan sarana dan peraturan arbitrasi. Hal ini penting, karena kegiatan bisnis sarat dengan faktor yang dapat menimbulkan perselisihan dagang dan hal ini harus diselesaikan dengan cepat dan efektif serta efisien.
Era desentralisasi dan otonomi daerah pembangunan ekonomi merupakan salah satu program penting dan strategis dalam upaya pemulihan ekonomi nasional. Pembangunan ekonomi daerah selain ditujukan untuk memperkuat ketahanan ekonomi daerah itu sendiri juga mewujudkan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan. Ketahanan ekonomi daerah sangat tergantung kepada potensi ekonomi yang ada didaerah untuk dikelola dengan benar dan effisien. Sejak penerapan
(4)
kebijakan desentralisasi, proses pengambilan keputusan terhadap kebijakan ekonomi telah dilimpahkan ke daerah, termasuk dalam hal perizinan, sebagian besar merupakan kewenangan daerah kecuali yang bersifat strategis dan berskala nasional. Daerah berwenang mengambil langkah-langkah cepat yang dianggap perlu, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mencari cara yang terbaik untuk menarik investasi. Lahirnya Permendagri No. 24 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Atap merupakan salah satu instrumen untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi penanaman modal dan investasi sehingga lebih meningkatkan dan menggairahkan ekonomi kerakyatan serta perekonomian daerah.
Berdasarkan Surat Keputusan Perindag No. 591/ MPP/ Kep/10 /99/ 1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Ketentuan dan Tata Cara pemberian Ijin Usaha Perdagangan Pemerintah daerah mulai memahami pentingnya peningkatan layanan perijinan usaha bagi perusahaan perusahaan yang beroperasi di wilayahnya, khususnya bagi usaha kecil dan menengah (UKM) yang jumlahnya sangat banyak di daerah. Para pemilik perusahaan memerlukan ijin usaha apabila.
Krisis perekonomian global berdampak signifikan terhadap sektor perdagangan Indonesia. Untuk mempertahankan sektor perdagangan, secara kontekstual titik berat program kedepan adalah menciptakan lapangan kerja serta peningkatan daya tahan dan daya bangkit usaha yang mampu menciptakan dampak positif bagi perekonomian. Upaya tersebut dilakukan dengan memperkuat pardagangan dalam negeri,
(5)
5
memacu ekspor dengan mulai mengalihkan tujuan pasar ke Negara-negara di luar pasar tradisional serta memperketat impor produk-produk tertentu yang rawan penyelundupan.
Kebijakan memperkuat perdagangan dalam negeri, menjadi landasan dan upaya bagi pencapaian program prioritas nasional dalam penciptaan lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan dan penciptaan pertumbuhan ekonomi. Untuk memperkuat perdagangan dalam negeri, departemen perdagangan saat ini terus berupaya dengan program-programnya untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan perluasan kesempatan kerja serta menjaga iklim perdagangan dalam negeri yang kondusif.
Hal tersebut dilakukan melalui pemberdayaan dan peningkatan peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), efisiensi sistem pemasaran dan infrastruktur pasar, kualitas sistem logistik dan distribusi baik di tingkat kabupaten/kota, antar provinsi dan antar wilayah serta secara konstruktif dan berkesinambungan melakukan pengamanan pasar dalam negeri, mempromosikan penggunaan produksi dalam negeri dengan berbagai kegiatan sosialisasi Aku Cinta Indonesia (ACI) dan mengikutsertakan UMKM dalam pameran yang bertajuk ekonomi kreatif di daerah, skala nasional maupun internasional.
Melalui Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah, pemberdayaan UMKM semakin menjadi prioritas pemerintah. Dalam undang-undang tersebut, pemberdayaan UMKM dilakukan untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang
(6)
seimbang, berkembang, dan berkeadilan, menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri, dan meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Pemerintah pusat dan daerah berkewajiban menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan, kebijakan dan berbagai pedoman yang dapat menjadi acuan para pelaku UMKM yang berbagai program dan langkah operasional yang meliputi aspek: pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan.
Kepemilikan izin usaha akan membantu menciptakan identitas perusahaan, dan dengan demikian memudahkan akses bagi pemilik perusahaan itu untuk memperluas pasar ataupun berurusan dengan lembaga keuangan. Akan tetapi, jumlah perusahaan yang terdaftar secara resmi hingga kini masih sedikit akibat tingginya biaya perijinan usaha serta adanya syarat-syarat birokratis yang memberatkan. Pemerintah daerah menyadari manfaat dari perijinan usaha. Dari sudut pandang mereka, data tentang jumlah perusahaan setempat akan melindungi perusahaan tersebut dan sekaligus juga memungkinkan pemerintah untuk menyusun Perda, kebijakan, dan program baru yang terkait dengan dunia usaha.
(7)
7
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI DI LINGKUNGAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN CIREBON”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, untuk mempermudah proses pembahasan penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana program kebijakan perdagangan dalam negeri yang dilaksanakan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon.
2. Bagaimana target dan sasaran kebijakan perdagangan dalam negeri di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon.
3. Siapa saja unsur pelaksana dalam kebijakan perdagangan dalam negeri di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon.
4. Bagaimana faktor lingkungan yang mempengaruhi implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari laporan KKL ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri dilingkungan dinas perindustrian dan perdagangan Kabupaten Cirebon.
(8)
1. Untuk mengetahui program yang dilaksanakan yang dapat menentukan keberhasilan implementasi kebijakan dalam perdagangan dalam negeri di Kabupaten Cirebon.
2. Untuk mengetahui target dan sasaran kebijakan perdagangan dalam negeri di Kabupaten Cirebon.
3. Untuk mengetahui unsur pelaksana dalam kebijakan perdagangan dalam negeri di Kabupaten Cirebon.
4. Untuk mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri di Kabupaten Cirebon.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari laporan KKL ini adalah :
1. Bagi kepentingan penulis, dengan adanya laporan KKL ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang proses pelaksanaan proses laporan KKL mulai dari pencarian masalah sampai dengan selesai dan juga sebagai ajang implementasi ilmu dan teori yang didapatkan selama perkuliahan.
2. Bagi kegunaan teoritis, dalam rangka mengembangkan konsep-konsep atau teori-teori melalui penelitian ke lapangan. Dimana dalam laporan KKL ini, diharapkan akan memberikan sumbangan ilmu serta dapat dijadikan bahan tinjauan awal untuk melakukan laporan KKL serupa dimasa yang akan datang.
(9)
9
3. Bagi kegunaan praktis, untuk memberikan masukan dan kritikan yang membangun bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon diharapkan dapat mengaplikasikan teori-teori yang sesuai dengan proses pelaksanaan pelayanan publik.
1.5 Kerangka Pemikiran
Implementasi dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat) melengkapi dan menyelesaikan. Implementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu. Van meter dan van horn mengemukakan bahwa : “implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”. (Van Meter dan Van Horn dalam Wahab, 2005:65)
Jadi Implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.
Kebijakan publik merupakan rangkaian keputusan yang mengandung konsekuensi moral yang didalamnya adanya keterkaitan akan kepentingan rakyat banyak dan keterikatan tanah air atau tempat
(10)
dimana yang bersangkutan berada. Dan hal ini seyogyanya direfleksikan dalam perilaku aparat sebagai penyelenggara, dan adanya interaksi antara penguasa dengan rakyat. (Van Meter dan Van Horn dalam Winarno, 2007:102) membatasi imnplementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Jadi tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusan-keputusan kebijakan.
Menurut Edwards dan Sharkansky dalam Islamy bahwa kebijakan publik :
“Dapat ditetapkan secara jelas dalam bentuk perundangan, pidato-pidato pejabat teras pemerintah ataupun dalam bentuk program-program, proyek-proyek dan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah”.(Edwards dan Sharkansky dalam Islamy, 2004:18-19). Dari uraian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa dengan adanya tujuan yang ingin direalisasikan dan adanya masalah publik yang harus diatasi, maka pemerintah perlu membuat suatu kebijakan publik. Kebijakan ini untuk keberhasilannya tidak hanya didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomis, efesiensi dan administratif, akan tetapi juga harus didasarkan atas pertimbangan etika dan moral.
(11)
11
Berdasarkan pengertian implementasi diatas, Smith mengemukakan beberapa hal komponen-komponen model sistem implementasi yang dikutip Tachjan yaitu :
1. Program (kebijakan) yang dilaksanakan. 2. Target group dan sasaran.
3. Unsur pelaksana (implementor). 4. Faktor lingkungan.
(Smith dalam Tachjan, 2006:37).
Keempat variabel tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu kesatuan yang saling mempengaruhi dan berinteraksi secara timbal balik, oleh karena itu terjadi ketegangan-ketegangan (tensoins) yang bisa menyebabkan timbulnya protes-protes, bahkan aksi fisik dimana hal ini menghendaki penegakan institusi-institusi baru untuk mewujudkan sasaran kebijakan tersebut.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka definisi operasional dalam laporan KKL ini adalah :
1. Implementasi adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila dikaitkan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan.
2. Implementasi kebijakan adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan
(12)
langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
1) Program kegiatan terkait dengan penyusunan kebijakan perdagangan dalam negeri meliputi:
a. Kebijakan, Kebijakan ini di buat oleh kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, berupa aturan-aturan dalam bekerja, demi keberhasilan Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri.
b. Prosedur, di dalam perumusan Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri perlu dirumuskan jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan secara sistematis atau tesusun supaya tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
c. Anggaran biaya (budget), diperlukan untuk membuat kebijakan pelayanan publik dalam perdagangan dalam negeri di Kabupaten Cirebon.
2) Target group/sasaran mengenai implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri meliputi:
a. Tingkat pendidikan, dalam mencapai suatu kinerja yang maksimal diperlukan kesanggupan atau kecakapan yang terampil dan terlatih dari para pegawainya untuk menjalankan Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri.
(13)
13
b. Pengalaman, konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja diharapkan mereka dapat bekerja produktif untuk menjalankan Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri.
c. Sosial ekonomi, sehubungan dengan di lakukannya Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi Kabupaten Cirebon itu sendiri.
3) Unsur pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan perdagangan dalam negeri meliputi:
a. Aparatur, bagaimana kinerja aparatur untuk mendayagunakan potensinya secara optimal sehubungan dengan dilakukannya Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri.
b. Strutur birokrasi, birokrasi di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon mempunyai fungsi dalam pelaksanaan Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri.
c. Relasi, hubungan yang terjadi antara Dinas Perindustrian dan Perdagangan sangat mempengaruhi terhadap pengumpulan data, terutama dalam hal ini data mengenai Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri.
4) Faktor lingkungan yang mempengaruhi implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri meliputi:
(14)
a. Sumber Daya Manusia, penempatan aparatur yang sesuai dengan kemampuan bekerjanya untuk menjalankan Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri.
b. Organisasi, menggambarkan lingkungan kerja mereka dan mengetahui hubungan yang hirarkhi antara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon untuk menjalankan Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri.
c. Penghargaan, adanya kriteria-kriteria bagi para aparatur di Dinas Perindustrian dan Perdagangan seperti daftar kehadiran, kemampuan menyelesaikan tugas dan yang lainya, untuk mendapatkan penghargaan atas keberhasilan menjalankan Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri.
3. Kebijakan perdagangan dalam negeri adalah pembangunan ekonomi nasional yang dapat mendorong pertumbuhan produksi dengan menjamin pengadaan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi, disamping juga dapat melindungi konsumen dengan pengadaan dan penyaluran barang dan jasa dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik dan harga yang stabil.
Berdasarkan definisi operasional diatas maka model kerangka pemikiran laporan KKL sebagai berikut:
(15)
15
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran
1.6 Metode Laporan KKL
Dalam penulisan laporan KKL ini, penulis menggunakan metode deskriptif karena untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian diklarifikasikan sehingga dapat diambil satu kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan, dengan begitu dalam laporan KKL ini penulis menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan objek atau subjek penelitian (seorang, lembaga, atau kelompok) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau bagaimana adanya. (Nawawi, 1990:63 ).
Dengan demikian metode deskiptif, mendata atau mengelompokkan sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu bidang persoalan yang ada. Informasi deskriptif dalam kegiatan ilmiah
Implementasi kebijakan perdagangan dalam negeri di lingkungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
program Sasaran Unsur
pelaksana
Faktor lingkungan
Terealisasinya Pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah
(16)
akan memperlihatkan bahwa jalan dari suatu fakta menuju suatu fakta ilmiah adalah sebuah jalan yang sadar.
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam laporan KKL ini adalah :
1. Observasi, melakukan pengamatan atas perilaku seseorang dengan mendengarkan berbagai ucapan mengenai berbagai ragam soal pada aparatur pemerintahan. Pengamatan dilakukan terhadap aparatur Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, mengenai bagaimana kewenangan-kewenangan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi mengenai perdagangan dalam negeri.
2. Studi Pustaka, mencari, memilah dan membaca buku-buku, majalah, surat kabar yang berhubungan dengan kebijakan perdagangan dalam negeri.
1.6.2 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisa deskriftif kualitatif dapat diartikan sebagai strategi penyelidikan yang naturalistis dan induktif dalam mendekati suatu suasana (Setting) tanpa hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data (Suyanto, 2005:183).
(17)
17
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna sesuatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu. Secara operasional teknik analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagaimana model analisis data
Pertama, reduksi data didapat di lapangan langsung di ketik atau ditulis langsung dengan rapi, terperinci secara sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Laporan itu harus dianalisis sejak dimulainya penelitian, laporan perlu di reduksi. Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari jika sewaktu-waktu diperlukan.
Kedua, display data yang semakin bertumpuk itu kurang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh. Oleh sebab itu diperlukan display data. Display data ialah menyajikan data dalam bentuk matrik, atau grafik, dan sebagainya. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data.
Ketiga, pengambilan keputusan dan verifikasi berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul dan hipotesis. Jadi dari data yang didapat mencoba untuk mengambil kesimpulan.
Laporan penelitian kualitatif dikatakan ilmiah jika persyaratan validitas, reliabilitas, dan objektivitasnya sudah terpenuhi. Oleh sebab itu, selama proses analisis hal-hal tersebut selalu mendapat perhatian.
(18)
1.7 Lokasi dan Jadwal KKL
Lokasi KKL ini dilaksanakan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Jalan Sunan Kalijaga No. 10 Sumber Kabupaten Cirebon.
Adapun rincian kegiatan KKL di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1 Jadwal Laporan KKL Waktu
Kegiatan
2010
Juni Juli Agustus September November
Pemilihan Lokasi Bimbingan Usulan
Laporan KKL Usulan Laporan
KKL disetujui Pelaksanaan KKL
Penyusunan Laporan KKL Pengumpulan
(19)
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Implementasi
Implementasi dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat) melengkapi dan menyelesaikan. Implementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu. Van meter dan Van Horn mengemukakan bahwa : “implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”. (Van Meter dan Van Horn dalam Wahab, 2005:65)
Jadi Implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.
Implementasi bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik kedalam prosedur rutin melalui saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu implementasi menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Definisi lain tentang implementasi
(20)
diberikan oleh Lineberry. Menurut Lineberry (dalam Putra 2003:81) implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu dan kelompok yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Dengan kata lain implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut.
Implementasi dianggap selesai manakala proses penyempurnaan program baru dipandang sudah lengkap. Proses implementasi dilakukan dengan mengikuti perkembangan dan megadopsi program-program yang sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan dalam bentuk desain (dokumentasi).
(21)
21
2.2 Implementasi Kebijakan
Kinerja pemerintahan yang baik (good government performance) bukan saja memerlukan kebijakan yang baik (good policy) tetapi juga sistem dan proses pelaksanaan kebijakan yang baik (good implementation system and process). Oleh karena itu itu kebijakan yang baik tidak akan menghasilkan kinerja yang baik apabila sistem dan proses pelaksanaannya tidak baik. Kebijakan publik yang ditetapkan dimaksudkan agar seluruh masyarakat mematuhinya, namun banyak faktor yang akan mempengaruhi masyarakat untuk mentaati kebijakan tersebut.
Beberapa konsep implementasi kebijakan yang dapat dikemukakan. Dalam kamus Webster sebagaimana dikutip oleh Wahab (dalam Putra 2001:81) dirumuskan secara pendek bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif atau dekrit presiden). Selanjutnya Lineberry dengan mengutip pendapat Meter dan Horn memberikan pernyataan bahwa “policy implementation encompasser those actions by public and private individuals (and groups) that are directed forth in prior policy decisions”. Pernyataan ini memberikan makna bahwa implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu dan kelompok-kelompok pemerintah dan swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
(22)
implementasi kebijakan meliputi semua tindakan yang berlangsung antara pernyataan atau perumusan kebijakan dan dampak aktualnya. (Putra 2001:81).
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran berbagai keputusan politik kedalam mekanisme prosedur secara rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan juga menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan.
Lester dan Stewart (dalam Winarno 2007:144) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan, dipandang dalam pengertian luas, merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan kebijakan. Implentasi mempunyai makna pelaksanaan perundang-undangan dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan atau program-program.
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih tidak kurang. Menurut Dwidjowijoto (2008:432) bahwa untuk mengimplementasikan kebijakan publik ada dua langkah pilihan yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
Kebijakan publik dalam bentuk Undang-Undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik
(23)
23
yang bisa langsung operasional antara lain Keppres, Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas, dan lain-lain.
Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output), maupun sebagai suatu hasil (outcomes). Sebagai suatu proses, implementasi dapat dilihat sebagai rangkaian keputusan dan tindakan yang ditujukan agar keputusan-keputusan kebijakan bisa dijalankan. Dalam konteks keluaran, implementasi melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah direncanakan mendapatkan dukungan, seperti tingkat belanja anggaran untuk suatu program. Pada tingkat abstraksi yang tertinggi, hasil implementasi mempunyai makna bahwa telah ada perubahan yang bisa diukur setelah kebijakan atau program diluncurkan.
Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno, 2007:102) membatasi imnplementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Jadi tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusan-keputusan kebijakan.
(24)
Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno 2007:148) mengemukakan bahwa suatu kebijakan mungkin diimplementasikan secara efektif, tetapi gagal memperoleh hasil substansial karena kebijakan tidak disusun dengan baik atau karena keadaan-keadaan lainnya. Namun demikian, Wahab (2005:59) menegaskan bahwa implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Selain itu terdapat kesenjangan yang ditemukan dalam implementasi kebijakan, yaitu suatu keadaan dimana dalam proses kebijakan akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan apa yang senyatanya dicapai.
2.3 Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri
Perdagangan dalam negeri berperanan penting dalam pem-bangunan ekonomi nasional karena dapat mendorong pertumbuhan produksi dengan menjamin pengadaan sarana produksi dan pema-saran hasil produksi, disamping juga dapat melindungi konsumen dengan pengadaan dan penyaluran barang dan jasa dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik dan harga yang stabil. Dengan demikian dapat pula menjamin kemantapan pengadaan dan kelancaran arus barang-barang kebutuhan pokok dan barang-barang penting atau strategis yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan yang merata sampai ke daerah-daerah terpencil. Selanjutnya, berkembangnya kegiatan perdagangan dalam negeri pada tingkat harga yang sepadan dengan pertumbuhan produksi dapat mendorong perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan rakyat.
(25)
25
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon mempunyai kebijakan umum yang diantaranya adalah bergerak disektor industri dan sektor perdagangan. Kebijakan umum disektor industri tersebut meliputi Mengembangkan kompetensi industri inti dan pengolahan melalui pendekatan kluster, dan Peningkatan efisiensi, produktivitas, kualitas serta penguasaan penggunaan teknologi, Pemanfaatan secara optimal potensi sumber daya lokal. Sedangkan kebijakan umum disektor perdagangan meliputi Penguatan sistem perdagangan dalam dan luar negeri serta perlindungan konsumen, Mendorong peningkatan ekspor Kabupaten Cirebon, Revitalisasi pasar tradisional.
Berdasarkan Peraturan Bupati Cirebon Nomor 60 Tahun 2008 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan pasal 12 ayat (2) menjelaskan bahwa seksi perdagangan dalam negeri mempunyai fungsi melakukan perumusan kebijakan teknis dibidang perdagangan dalam negeri, pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang perdagangan dalam negeri, pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perdagangan dalam negeri dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang perdagangan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Jadi, segala sesuatu yang berhubungan dengan perdagangan dalam negeri yang ada di Kabupaten Cirebon baik dalam hal perdagangan, pendaftaraan perusahaan baik perusahaan kecil, menengah, maupun besar yang bukan merupakan anggota koperasi itu
(26)
semua dibawah pengawasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan melalui seksi perdagangan dalam negeri yang dipimpin oleh kepala seksi perdagangan dalam negeri sebagai unsur pelaksana yang langsung berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang perdagangan dan promosi.
(27)
27
BAB III
OBJEK LAPORAN KKL
3.1 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Dinas Perindustrian dan Perdagangan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dibidang perindustrian dan perdagangan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
3.2 Visi dan Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
Visi dan misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut:
3.2.1 Visi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
Mewujudkan industri dan perdagangan yang tangguh dan mandiri menuju masyarakat Kabupaten Cirebon yang sejahtera.
3.2.2 Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
Adapun misi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon adalah:
1. Meningkatan laju pertumbuhan perekonomian daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan
(28)
memperhatikan aspek ekonomi aspek ekonomi berbasis kerakyatan.
2. Meningkatkan pola kerja sama, kemitraan dan klaster industri inti daerah, industri unggulan daerah, industri prioritas dan industri lainnya serta memperkuat dan mengembangkan sentra-sentra industri daerah.
3. Meningkatkan efisiensi, pengawasan dan kelancaran distribusi barang dan jasa serta membina persaingan usaha yang sehat dan perlindungan masyarakat.
4. Meningkatkan dan mengembangkan potensi jaringan pemasaran produk serta penetrasi pasar hasil produksi industri daerah.
5. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana penunjangan pasar tradisional.
3.3 Tugas dan Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bupati Cirebon Nomor 60 Tahun 2008 pasal (2) ayat (2), maka rincian tugas dan fungsi dinas adalah:
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang perindustrian dan perdagangan.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang perindustrian dan perdagangan.
(29)
29
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang industri, perdagangan dan promosi, perlindungan konsumen dan pengelolaan pasar. 4. Pelaksaan pembinaan administrasi ketatausahaan dinas.
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3.4 Tujuan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
Adapun tujuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon adalah:
1. Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan memeperhatikan aspek ekonomi berbasis kerakyatan.
2. Meningkatnya pola kerja sama, kemitraan dan klaster industri inti daerah, industri unggulan daerah, industri prioritas dan industri lainnya serta memperkuat dan mengembangkan sentra-sentra industri daerah.
3. Meningkatnya efisiensi, pengawasan dan kelancaran distribusi barang dan jasa serta membina persaingan usaha yang sehat dan perlindungan masyarakat.
4. Meningkatnya dan berkembangnya potensi jaringan pemasaran produk serta penetrasi pasar hasil produksi industri daerah.
5. Meningkatnya dan berkembangnya sarana dan prasarana penunjangan pasar tradisional.
(30)
3.5 Kebijakan Umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon mempunyai kebijakan umum yang diantaranya adalah bergerak disektor industri dan sektor perdagangan.
3.5.1 Sektor Industri
Adapun kebijakan umum disektor industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah:
1. Mengembangkan kompetensi industri inti dan pengolahan melalui pendekatan kluster.
2. Peningkatan efisiensi, produktivitas, kualitas serta penguasaan penggunaan teknologi.
3. Pemanfaatan secara optimal potensi sumber daya lokal.
3.5.2 Sektor Perdagangan
Adapun kebijakan umum disektor perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah:
1. Penguatan sistem perdagangan dalam dan luar negeri serta perlindungan konsumen.
2. Mendorong peningkatan ekspor Kabupaten Cirebon. 3. Revitalisasi pasar tradisional.
(31)
31
3.6 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
Gambar 3.1 Struktur Organisasi KEPALA DINAS SEKRETARIS SUBAG UMUM SUBAG KEUANGAN SUBAG PROGRAM JABATAN FUNGSIONAL BIDANG INDUSTRI BIDANG PERDAGANGAN DAN PROMOSI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN BIDANG PENGELOLAAN PASAR SEKSI INDUSTRI AGRO DAN KIMIA SEKSI INDUSTRI LOGAM, MESIN, ELEKTRONIKA DAN ANEKA SEKSI INDUSTRI HASIL HUTAN SEKSI PERDAGANGAN DALAM NEGERI SEKSI PERDAGANGAN LUAR NEGERI SEKSI PROMOSI HASIL INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SEKSI BIMBINAGN, KONSULTASI DAN MEDIASI SEKSI PENGAWASAN, STANDARISASI DAN MUTU PRODUKSI SEKSI PENGELOLAAN PENDAPATAN PASAR SEKSI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PASAR SEKSI SARANA DAN PRASARANA PASAR UPT
Sumber : Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Cirebon.
(32)
58
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil laporan KKL diatas maka penulis memberikan kesimpulan laporan KKL ini sebagai berikut:
1. Program kebijakan perdagangan dalam negeri yang dilaksanakan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon bergerak pada penguatan sistem perdagangan dalam negeri serta perlindungan konsumen, mendorong peningkatan ekspor Kabupaten Cirebon, dan revitalisasi pasar.
2. Target dan sasaran dari kebijakan perdagangan dalam negeri di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon adalah para pelaku usaha yang berada di Kabupaten Cirebon. Usaha tersebut meliputi usaha yang bergerak dibidang industri. Sehingga dengan ini diharapkan dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah dan dapat mengurangi pengangguran atau dengan kata lain para pemilik usaha menciptakan lapangan pekerjaan baru.
3. Unsur pelaksana dalam Kebijakan perdagangan dalam negeri di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon merupakan aparatur Dinas Perindustrian dan Perdagangan guna melakukan pemantauan usaha perdagangan dan pendaftaran perusahaan baik perusahaan kecil, menengah, maupun besar yang ada di lingkungan Kabupaten Cirebon dan melakukan pengawasan, pemeriksaan, pemantauan dan pengendalian perusahaan yang
(33)
59
belum memiliki Surat Izin Usaha (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Gudang (TDG) dan Izin Gangguan (HO). 4. Faktor lingkungan kebijakan perdagangan dalam negeri di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon misalnya Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya. Dalam hal ini pemerintah mengadakan pengaturan dan pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan mengenai pelaksanaan pencegahan kerusakan dan penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri. Agar sumber daya alam dapat dimanfaatkan dikemudian hari.
5.2 Saran
Adapun saran penulis tentang laporan KKL ini sebagai berikut: 1. Produk asing yang masuk Indonesia harus diberikan keterangan
dalam bahasa Indonesia dan untuk produk Indonesia yang keluar harus diberikan keterangan dengan bahasa negara yang dituju. 2. Pemerintah harus melakukan sosialisasi tentang penggunaan
produk dalam negeri, mulai dari pengadaan barang di pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, hingga badan usaha milik daerah.
3. Pemerintah pusat dan daerah, baik secara mandiri maupun bersamaan, harus melakukan pembinaan dan pengawasan pasar
(34)
tradisional dan toko modern sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
4. Pemerintah harus mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri yang berkualitas dan mengoptimalkan skema kredit perbankan dan program kemitraan.
(35)
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL
4.1 Implementasi Program Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri
Dinas Perindustrian dan Perdagangan mempunyai kebijakan umum yang diterapkan di Kabupaten Cirebon diantaranya adalah:
4.1.1 Penguatan Sistem Perdagangan Dalam Negeri Serta Perlindungan Konsumen
Pengembangan industri di Kabupaten Cirebon menggunakan pola pendekatan kluster sebagai upaya peningkatan nilai tambah, produktivitas, inovasi, dan penguatan struktur. Pendekatan ini sekaligus memelihara eksistensi industri potensial dan mendorong industri yang prospektif. Pendekatan kluster ini merupakan upaya mengembangkan kerja sama perdagangan dengan daerah lain sebagai akselerasi pengembangan industri kecil menengah secara terfokus dan terarah, serta meningkatkan promosi dan jaringan usaha perdagangan internasional.
Operasional tidak akan berhasil tanpa dukungan seluruh stakeholders yang ada. Karena itu, perlu koordinasi, sinergitas, dan sinkronisasi dengan berbagai pihak, baik dari lingkungan pemerintahan pusat, provinsi dan kabupaten/kota, pelaku usaha maupun unsur-unsur masyarakat lainnya. Dengan terjalinnya semua itu, diharapkan akan ada suatu kesepakatan dan kesepahaman bersama. Pengertian kluster sendiri merupakan aglomerasi perusahaan yang membentuk kerja sama strategis dan komplementer, serta memiliki hubungan yang intensif.
(36)
Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Maka bagi para pemilik usaha wajib mendaftarkan perusahaannya guna memajukan dan meningkatkan pembangunan nasional pada umumnya dan perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya yang akan menyebabkan berkembangnya dunia usaha dan perusahaannya. Oleh karena daftar perusahaan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas dan hal-hal yang menyangkut dunia usaha dan perusahaan yang didirikan, berkerja, dan berkedudukan di wilayah NKRI, daftar perusahaan diperlukan guna melakukan pembinaan, pengarahan, pengawasan dan menciptakan iklim dunia usaha yang sehat. Dengan kata lain daftar perusahaan mencatat keterangan yang benar dari setiap kegiatan usaha sehingga dapat menjamin perkembangan dan dan kepastian berusaha.
Masalah perlindungan konsumen pemerintah melaksanakan koordinasi, konsultasi, dan kerja sama dengan instansi terkait dalam penyelenggaraan pelaksanaan perlindungan konsumen. Selain itu pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan perlindungan konsumen sesuai perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini diperlukan tentang peraturan labelisasi barang. Produk asing yang masuk Indonesia harus diberikan keterangan dalam bahasa Indonesia dan untuk Produk Indonesia yang keluar harus diberikan keterangan dengan bahasa negara yang dituju.
Pemerintah juga melakukan sosialisasi tentang penggunaan produk dalam negeri, mulai dari pengadaan barang di pemerintah pusat,
(37)
34
pemerintah daerah, badan usaha milik negara, hingga badan usaha milik daerah. Sehingga konsumen tidak merasa khawatir akan produk yang dikonsumsinya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Maka tujuan Perlindungan kosumen adalah untuk:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang atau jasa. 3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
6. Menungkatkan kualitas barang atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
4.1.2 Meningkatkan Ekspor Kabupaten Cirebon
Industri unggulan dari Kabupaten Cirebon dalam bidang ekspor adalah industri rotan. Peluang usaha industri berbahan baku rotan dapat
(38)
dilihat antara lain dari meningkatnya volume produksi dan ekspor (untuk pasar luar negeri). Dalam kondisi perekonomian yang sedang lesu, yang mana daya beli masyarakat menurun, pasar ekspor industri rotan merupakan pilihan yang sangat penting. Cirebon yang terkenal dengan julukan sebagai kota udang, saat ini sangat tidak tepat. Hal tersebut dikarenakan saat ini justru yang berkembang sangat pesat bahkan menjamur adalah industri kerajinan rotan.
Terkait dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan (SK Mendag) No. 12/2005 tentang pembukaan keran ekspor rotan bahan baku. Surat keputusan mendag tersebut terbukti tidak hanya merugikan kalangan industri kerajinan rotan, tetapi juga para petani rotan sendiri. Hasil kerajinan rotan menumpuk di salah satu pabrik di Kabupaten Cirebon. Industri rotan terancam bangkrut setelah ada kebijakan ekspor rotan bahan baku.
Muncul desakan pencabutan SK No. 12 yang semula ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani ternyata tidak terealisasi. Petani rotan masih miskin, mereka tetap saja marginal. Padahal, ekspor rotan dulu dimaksudkan untuk menolong para petani rotan, seperti di Kalimantan, Sulawesi, dan penghasil rotan lainnya. Meski sudah ada kebijakan ekspor rotan, petani tetap tidak bisa menikmati. Hal yang paling mendasar, selama ini petani tidak memiliki akses informasi soal berapa harga rotan sebenarnya di pasaran internasional. SK itu justru hanya menguntungkan bandar dan pengekspor. Petani tetap saja menjual rotannya dengan harga rendah.
(39)
36
SK 12/2005 berdampak negatif ganda. Di satu sisi, petani tidak terangkat kesejahteraannya, di sisi lain telah menghancurkan industri kerajinan rotan dalam negeri. Industri rotan Cirebon hancur, sedangkan petani tetap miskin. Yang untung bandar dan pengekspor yang punya akses pasar dan informasi harga. Belum lagi indikasi ekspor ilegal yang jumlahnya bisa lebih besar dari ekspor legal yang resmi tercatat di negara. Untuk melindungi industri kerajinan rotan dalam negeri dan petani, SK 12/2005 mesti dicabut. Setelah dicabut, pemerintah harus melindungi industri dalam negeri dan membenahi sistem perdagangan rotan supaya petani bisa lebih sejahtera, namun industri rotan juga tetap jalan. Stok atau persediaan rotan bahan baku di Kabupaten Cirebon semakin tipis. Menurut data terakhir, stok tidak lebih dari 200 ton dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan industri selama 5 hari.
Berikut ini adalah data perkembangan industri tahun 2007-2008 dan data perkembangan ekspor komoditi 2006-2008 di Kabupaten Cirebon.
(40)
Tabel 4.1 Unit Usaha
No SEKTOR
INDUSTRI
JUMLAH UNIT USAHA PERTUMBUHAN
2007 2008 JUMLAH
(000) %
1 IKAHH kecil 9.438 9.479 41 0,43
2
IKAHH menengah & besar
253 261 8 3,16
3 ILMEA kecil 2.270 2.272 2 0,09
4
ILMEAH menengah & besar
8 10 2 25,00
TOTAL 11.969 12.022 53 0,44
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Tahun 2007-2008
Tabel 4.2 Tenaga Kerja
No SEKTOR INDUSTRI
JUMLAH TENAGA KERJA PERTUMBUHAN
2007 2008 JUMLAH
(000) %
1 IKAHH kecil 81.285 81.285 540 0,66
2
IKAHH menengah & besar
37.816 37.927 111 0,29
3 ILMEA kecil 12.481 12.506 25 0,20
4
ILMEAH menengah & besar
2.503 2.522 19 0,76
TOTAL 134.085 134.780 695 0,52
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Tahun 2007-2008
(41)
38
Tabel 4.3 Nilai Investasi
No SEKTOR INDUSTRI
NILAI INVESTASI (000) PERTUMBUHAN
2007 2008 JUMLAH
(000) %
1 IKAHH kecil 200.155.496 204.765.396 4.610.000 2.30
2
IKAHH menengah & besar
573.820.218 577.840.218 4.020.000 0,70
3 ILMEA kecil 74.510.000 74.635.000 125.000 0,17
4
ILMEAH menengah & besar
314.762.850 315.862.850 1.100.000 0,35
TOTAL 1.163.248.564 1.173.103.564 9.855.000 0,85
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Tahun 2007-2008
Tabel 4.4 Nilai Produksi
No SEKTOR INDUSTRI
NILAI INVESTASI (000) PERTUMBUHAN
2007 2008 JUMLAH
(000) %
1 IKAHH kecil 1.318.821.160 1.369.321.396 50.500.236 3,83
2
IKAHH menengah
& besar
2.596.931.700 2.855.615.601 258.683.901 9,96
3 ILMEA kecil 175.650.750 176.254.914 604.164 0,34
4
ILMEAH menengah
& besar
214.766.150 215.267.421 501.271 0.23
TOTAL 4.306.169.760 4.616.459.332 310.289.572 7,21
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Tahun 2007-2008
(42)
Tabel 4.5
Data Perkembangan Ekspor
NO JENIS KOMODITI
VOLUME 2006 NILAI (DOLLAR AS)
NEGARA TUJUAN Cont KGS
1 Udang Beku 40 202.000,00 3.121.189,55 Singapura 2 Rajungan 6 31.000,00 436.250,00 Jepang
Singapura 3 Paha Kodok 4 12.000,00 81.102,50 Singapura
4 Bawang Goreng 18 168.000,00 0
Singapura, Taiwan, Asia, Amerika, Eropa, Afrika
5 Meubel Rotan 15.629 48.876.869,00 131.760.970,5 6
Australia
6 Kayu Olahan 67 1.256.803,13 1.223.607,64 Eropa, Amerika, Australia
7 Kerajinan Kulit
Kerang 22 108.283,00 429.099,79
Italia, Prancis, Hongaria, Polandia 8 Benang Tenun 967 18.590.620,32 38.167.562.02 Eropa, Amerika,
Asia
9 Tekstil 239 4.412.074,00 10.887.817.99 Eropa, Amerika, Asia
10 Dyer Canvas 16 20.779,89 294.654,83 Jepang, Thailand
11 Batik 6.400 kodi 1.204.030,40
Jepang, Thailand, Myanmar 12 Batu Alam 148 2.200.000,00 1.185.378,50 Jepang, Taiwan,
Malaysia, Brunai Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Tahun 2006
(43)
40
Tabel 4.6
Data Perkembangan Ekspor
NO JENIS KOMODITI
VOLUME 2007 NILAI (DOLLAR AS)
NEGARA TUJUAN Cont KGS
1 Udang Beku 5 25.250,00 390.748,75 Singapura 2 Rajungan 2 10.400,00 145.800,00 Jepang
Singapura 3 Paha Kodok 1 3.000,00 20.750,00 Singapura
4 Bawang
Goreng 0 0 0
Singapura, Taiwan, Asia, Amerika, Eropa, Afrika
5 Meubel Rotan 12.490 39.060.516,00 115.202.546,83 Australia 6 Kayu Olahan 79 1.192.653.44 2.155.958,94 Eropa, Amerika,
Australia
7 Kerajinan Kulit
Kerang 23 158.625.52 562.472,27
Italia, Prancis, Hongaria, Polandia 8 Benang Tenun 1046 19.504.301.42 40.043.400,52 Eropa, Amerika,
Asia
9 Tekstil 360 7.626.471.44 14.621.404,10 Eropa, Amerika, Asia
10 Dyer Canvas 14 12.830,40 226.282,33 Jepang, Thailand 11 Batik 7.500 kodi 1.410.973,50 Jepang, Thailand,
Myanmar 12 Batu Alam 135 2.784.620,00 505.406,25 Jepang, Taiwan,
Malaysia, Brunai Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Tahun 2007
(44)
Tabel 4.7
Data Perkembangan Ekspor
NO JENIS KOMODITI
VOLUME 2008 NILAI (DOLLAR AS)
NEGARA TUJUAN Cont KGS
1 Udang Beku 868,00 1.362,00 Singapura 2 Rajungan 0 5.600,00 94.080,00 Jepang
Singapura 3 Paha Kodok 0 1.260,00 8.714,00 Singapura
4 Bawang
Goreng 0 0 0
Singapura, Taiwan, Asia, Amerika, Eropa, Afrika
5 Meubel Rotan 13.541 45.100.726,00 130.726.869,14 Australia 6 Kayu Olahan 95 1.706.938,00 2.930.364,12 Eropa, Amerika,
Australia
7 Kerajinan Kulit
Kerang 24 107.707,00 581.871,51
Italia, Prancis, Hongaria, Polandia 8 Benang Tenun 1.174 20.897.802,54 95.966.996,18 Eropa, Amerika,
Asia
9 Tekstil 231 5.324.470,00 11.988.090,80 Eropa, Amerika, Asia
10 Dyer Canvas 25 36.830,00 569.081,60 Jepang, Thailand
11 Batik 7.200 kodi 1.008.000,00
Jepang, Thailand, Myanmar 12 Batu Alam 154 2.900.590,00 1.129.905,70 Jepang, Taiwan,
Malaysia, Brunai Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Tahun 2008
4.1.3 Revitalisasi Pasar
Revitalisasi pasar merupakan salah satu program pemerintah Kabupaten Cirebon dalam rangka menjaga kestabilan perdagangan dan agar pasar tradisional tidak kalah bersaing dengan pasar-pasar modern
(45)
42
yang telah memasuki wilayah Kabupaten Cirebon. Dalam implementasinya pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan melaksanakan pembinaan, mentoring, pengawasan, dan evaluasi terhadap segala kegiatan pasar dan memberikan informasi harga di pasar-pasar. Sehingga tidak menimbulkan kecurangan oleh para pelaku usaha di pasar-pasar tersebut. Dalam hal revitalisasi pasar pemerintah melakukan tindakan diantaranya dengan cara melakukan pengamanan pasar tradisional harus dilakukan dengan selektif terhadap produk yang masuk ke Indonesia. Produk tersebut harus terjamin kualitasnya, memenuhi standar, dan aman, selain menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) serta makanan dan obat-obatan diuji Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Terkait dengan adanya CAFTA, seharusnya pemerintah menyeleksi produk asing yang masuk. Jika tidak dikontrol, maka para pelaku usaha akan mengalami gulung tikar/bangkrut karena kalah bersaing dengan produk-produk luar negeri. Di Cirebon, pelaksanaan CAFTA ditanggapi beragam. Sebagian pengusaha khawatir pasar mereka terdesak produk China yang relatif murah. Para pengusaha khawatir jika pasar lokal akan diserbu produk-produk dari China, misalnya produk kerajinan rotan akan kehilangan pasar.
Kekhawatiran itu semakin kuat karena selama ini terjadi ekspor bahan baku rotan ke China. Namun para pengusaha rotan Indonesia siap bersaing dalam pasar bebas jika seluruh bahan baku rotan tidak diekspor. Sementara itu, para pengusaha batik di Cirebon, khawatir China bisa
(46)
meniru motif batik Cirebon dan memproduksinya secara massal. Selama ini batik Cirebon masih unggul karena kualitas dan motifnya belum tersaingi tekstil pabrikan.
Berdasarkan Perpres no. 112 tahun 2007 menyebutkan sejumlah langkah pemerintah dalam upaya memberdayakan pasar tradisional, yaitu: 1. Pemberdayaan pasar tradisional agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan.
2. Memberikan pedoman bagi penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.
3. Memberikan norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern.
4. Pengembangan kemitraan dengan usaha kecil, sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, toko modern dan konsumen.
Keberadaan pasar tradisional harus mendapatkan perhatian yang lebih serius mengingat usaha kecil terbukti tidak rentan terhadap efek krisis multidimensional yang melanda Indonesia sejak 1997. Perubahan terhadap menuju pelayanan seperti ritel modern juga harus dikembangkan oleh pasar tradisional agar tidak tersingkir dalam perebutan konsumen. Strategi pemberdayaan pasar tradisional dapat dilakukan dengan dua jenis strategi, yaitu jangka pendek dan strategi jangka panjang. Strategi jangka pendek adalah dengan melakukan:
(47)
44
1. Pembangunan fasilitas dan renovasi fisik pasar. 2. Peningkatan kompetensi pengelola pasar. 3. Melaksanakan program pendampingan pasar. 4. Penataan dan pembinaan pasar.
5. Optimalisasi pemanfaatan lahan pasar.
Sedangkan strategi pembinaan jangka panjang dapat dilakukan dengan cara:
1. Pengembangan konsep koridor ekonomi pasar tradisional. 2. Perbaikan jaringan suplai barang ke pedagang pasar.
3. Pengembangan konsep pasar sebagai koridor ekonomi (pasar wisata).
4. Kompetisi pasar bersih (penghargaan dan sertifikasi).
Guna melakukan kedua strategi tersebut harus ada langkah yang terintegrasi. Langkah yang terintegrasi dapat dilakukan bila ada dukungan, berupa:
1. Kebijakan fiskal yang tepat dan efektif. 2. Program KUR (Kredit Usaha Rakyat).
3. Program kredit lunak pembangunan pasar, dukungan DAWA untuk pembangunan infrastruktur perdagangan didaerah, dan program kemitraan dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, dan swasta.
Pemerintah pusat dan daerah, baik secara mandiri maupun bersamaan, harus melakukan pembinaan dan pengawasan pasar tradisional dan toko modern sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
(48)
Pembinaan dan pengawasan untuk pasar tradisional dilakukan dengan cara:
1. Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan.
2. Meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola.
3. Memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi.
4. Evaluasi pengelolaan.
Bagi pasar modern, pembinaan dan pengawasan dapat dilakukan dengan cara memberdayakan pusat perbelanjaan dan toko modern dalam membina pasar tradisional dan juga mengawasi pelaksanaan kemitraan. Pemberdayaan pusat perbelanjaan modern untuk membina pasar tradisional dapat dilakukan dengan memanfaatkan pasar tradisional sebagai pemasok utama barang-barang yang ada di pusat perbelanjaan modern. Berbagai persoalan utama dalam industri ritel Indonesia terletak pada ketidakmampuan pelaku usaha ritel tradisional untuk bersaing dengan pelaku usaha ritel modern, baik dari aspek keuangan maupun manajemen usaha. Kemampuan permodalan kedua belah pihak sangat jauh berbeda sekali sehingga nilai kreasi yang dihasilkan pelaku usaha ritel modern sama sekali tidak dapat dilakukan oleh pelaku usaha ritel tradisional.
Perlu adanya keberpihakan Negara terhadap UMKM. Keberpihakan disini memiliki pengertian bahwa regulasi itu harus melindungi UMKM, tapi
(49)
46
dikembangkan secara sehat, transparan, dan akuntabel. Kemudian UMKM harus dilindungi secara hukum nasional maupun lokal agar keberlangsungan usaha mendapatkan perlindungan yang pasti. Terakhir pemerintah harus mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri yang berkualitas dan mengoptimalkan skema kredit perbankan dan program kemitraan. Dalam pengelolaan kebijakan dan strategi usaha perdagangan dalam negeri, direkomendasikan beberapa butir pemikiran sebagai berikut:
1. Kebijakan perdagangan dalam negeri perlu menunjukkan keberpihakan pada kepentingan nasional dengan memberikan jaminan tersedianya etalase berdagang yang lebih leluasa bagi perusahaan dan produk Indonesia.
2. Usaha dagang perlu diperioritaskan bagi pelaku usaha Indonesia. 3. Dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan dan produk
Indonesia, diperlukan pengembangan merek dan promosi terpadu. Pemerintah dan pelaku usaha perlu member perhatian pada pengembangan merek dan promosi, termasuk dengan menyediakan anggaran dan merumuskan program yang tepat. 4. Perubahan gaya belanja konsumen Indonesia perlu direspon oleh
peritel tradisional dengan melakukan modernosasi dengan fasilitas dari pemerintah dan dukungan peritel modern.
Berikut adalah sebagian data pasar tradisional jumlah pasar desa di Kabupaten Cirebon:
(50)
Tabel 4.8
Data Pasar Tradisional
NO NAMA
PASAR KIOS/TOKO LOS LEMPRAKAN
LEMPRAKAN BIASA
1 Palimanan 256 109 110 66
2 Jamblang 101 191 110 120
3 Pasalaran 251 520 130 398
4 Sumber 71 232 74 170
5 Kueh weru 92 - - -
6 Cipeujeh 50 130 26 84
7 Babakan 29 99 - 123
8 Ciledug 54 192 161 86
JUMLAH 904 1473 611 1047
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Tahun 2008
4.2 Target dan Sasaran Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri
Berdasarkan data dari Badan Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal Kabupaten Cirebon. Maka, target dan sasaran dari kebijakan perdagangan dalam negeri adalah para aparatur pemerintahan dan para pelaku usaha yang berada di Kabupaten Cirebon. Usaha tersebut meliputi usaha yang bergerak dibidang industri. Sehingga dengan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai investasi, nilai produksi, ekspor, dan pencapaian sumber pendapatan daerah dan dapat mengurangi pengangguran atau dengan kata lain para pemilik usaha menciptakan lapangan pekerjaan baru. Dibawah ini adalah data kinerja pembangunan Kabupaten Cirebon tahun 2007-2008 :
(51)
48
Tabel 4.9
Data Kinerja Pembangunan
NO URAIAN
JUMLAH PERTUMBUHAN
2007 2008 Jumlah %
1
UNIT USAHA
- Industri Kecil 11.708 usaha 11.751 usaha 43 usaha 0,37 - Industri
Menengah & Besar
261 usaha 271 usaha 10 usaha 3,83
Jumlah 11.969 usaha 12.022 usaha 53 usaha 4,20
2
TENAGA KERJA
- Industri Kecil 93.766 orang 94.331 orang 565 orang 0,60 - Industri
Menengah & Besar
40.319 orang 40.449 orang 130 orang 0,32
Jumlah 134.085 orang 134.780 orang 695 orang 0,92
3
NILAI INVESTASI
- Industri Kecil Rp. 274.665.496,00 Rp. 279.400.496,00 Rp. 4. 735.000,00 1,72 - Industri
Menengah & Besar
Rp. 888.583.068,00 Rp. 893.703.068,00 Rp. 5.120.000,00 0,58
Jumlah Rp. 1.163.248.564,00 Rp. 1.173.103.564,00 Rp. 9.855.000,00 2,30
4
NILAI PRODUKSI
- Industri Kecil Rp. 1.494.471.910,00 Rp. 1.545.576.309,90 Rp. 51.104.399,90 3,42 - Industri
Menengah & Besar
Rp. 2.811.697.850,00 Rp. 3.070.883.022,30 Rp. 259.185.172,30 9,22
Jumlah Rp. 4.306.169.760,00 Rp. 4.616.459.332,20 Rp. 310.289.572,20 12,64 5
EKSPOR
(US$) $ 207.818.733,27 $ 218.712.343,87 $ 10.893.610,60 5,25 6
PENCAPAIAN
PAD Rp. 1.236.073.325,00 Rp. 1.238.914.925,00 Rp. 2.841.600,00 0,23 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
(52)
Berikut ini beberapa industri yang ada di Kabupaten Cirebon diantaranya adalah :
4.2.1 Industri Makanan kecil
Sentra industri ini berkembang di Kecamatan Weru, Kedawung, Plered, Tengah Tani, Plumbon. Saat ini tercatat 379 unit usaha yang menyerap 4.586 tenaga kerja. Peluang Industri ini didukung dengan adanya :
1. Jumlah penduduk yang padat .
2. Tersedianya lahan yang luas untuk mendirikan pabrik.
Dalam hal pemasaran sentra industri ini masih mengacu pada pardagangan dalam negeri atau hanya dilingkungan kabupaten Cirebon atau Lokal dan dari segi pola investasinya senta industri ini adalah kemitraan .
4.2.2 Industri Pakaian Jadi
Sentra industri ini berkembang di Desa Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun dan Kelurahan Perbutulan Sumber. Pada saat ini tercatat 586 unit usaha yang menyerap 3.336 tenaga kerja. Pengembangan industri ini didukung dengan adanya :
1. Jumlah penduduk yang padat.
2. Tersedianya lahan yang cukup untuk mendirikan konveksi.
Dalam hal pemasaran sentra industri ini masih mengacu pada pardagangan dalam negeri atau hanya dilingkungan Kabupaten Cirebon
(53)
50
atau Lokal dan dari segi pola investasinya senta industri ini adalah kemitraan .
4.2.3 Industri Batik
Sentra industri ini berkembang di Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered dan Desa Kalibaru Kecamatan Kedawung. Pada saat ini tercatat 416 unit usaha yang menyerap 3.753 orang. Dari segi peluang pengembangan industri usaha batik dengan didukung adanya tenaga kerja yang terampil dan lahan yang cukup memungkinkan pengusaha untuk menjalankan kegiatan perekonomian yang bisa meningkatkan kualitas dan meningkatkan pendapatan bagi para pengusaha maupun daerah. Dalam hal pemasaran sentra industri ini mengacu pada pardagangan dalam negeri atau lokal bahkan sentra industri ini sudah menembus pasar internasional dengan melakukan ekspor ke Jepang, Brunei, Thailand dan Philipina. Dari segi pola investasinya senta industri ini adalah kemitraan .
4.2.4 Industri Sendal Karet
Sentra industri ini berkembang di Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon dan Desa Panembahan Kecamatan Plered. Pada saat ini tercatat 200 unit usaha yang menyerap 2.004 tenaga kerja. Dari segi peluang pengembangan industri ini didukung dengan adanya :
1. Tersedianya tenaga kerja yang terampil. 2. Tersedianya lahan yang cukup.
(54)
Dalam hal pemasaran sentra industri ini mengacu pada pardagangan dalam negeri atau lokal bahkan sentra industri ini sudah menembus pasar internasional dengan melakukan ekspor ke berbagai negara. Dari segi pola investasinya sentra industri ini adalah kemitraan.
4.2.5 Industri Rotan
Sentra industri ini berkembang di Kecamatan Plumbon, Weru, Depok dan Palimanan. Pada saat ini tercatat 1.060 unit usaha yang menyerap tenaga kerja 61.140 orang. Dari segi peluang pengembangan industri kerajinan rotan ini dengan didukung oleh adanya lahan dalam zona industri. Dalam hal pemasaran sentra industri ini mengacu pada pardagangan dalam negeri atau lokal bahkan sentra industri ini sudah menembus pasar internasional dengan melakukan ekspor ke berbagai negara seperti ke Eropa, Amerika, Afrika, Asia dan Australia. Dari segi pola investasinya sentra industri ini adalah kemitraan.
4.2.6 Industri Meubelair Kayu
Sentra industri ini berkembang di Kecamatan Plered, Weru, Plumbon dan Depok. Pada saat ini tercatat 1.060 unit usaha yang menyerap 61.140 tenaga kerja. Dari segi peluang pengembangan industri pendukung kerajinan rotan dengan didukung oleh adanya lahan dalam zona industri. Dalam hal pemasaran sentra industri ini mengacu pada pardagangan dalam negeri atau lokal bahkan sentra industri ini sudah menembus pasar internasional dengan melakukan ekspor ke berbagai
(55)
52
negara seperti ke Eropa, Amerika, Afrika, Asia dan Australia. Dari segi pola investasinya sentra industri ini adalah kemitraan .
4.2.7 Industri Batu Alam
Sentra industri ini berkembang di Kecamatan Dukupuntang dan Palimanan. Saat ini tercatat 109 unit usaha yang menyerap 680 tenaga kerja. Dari segi peluang pengembangan industri Pengolahan dengan tenaga mesin yang canggih atau teknologi tepat guna, dengan didukung adanya :
1. Tenaga kerja yang terampil.
2. Bahan baku yang tersedia (Gunung Pasir Babi seluas 20 Ha, Gunung Windu Jiwa 40 Ha, Gunung Petot 7 Ha, Gunung Kuda 30 Ha, Gunung Goong 50 Ha, dan Gunung Picung 20 Ha).
Dalam hal pemasaran sentra industri ini mengacu pada pardagangan dalam negeri/lokal bahkan sentra industri ini sudah menembus pasar internasional dengan melakukan ekspor ke berbagai negara seperti ke Taiwan, Jepang, dan Malaysia. Dari segi pola investasinya sentra industri ini adalah kemitraan.
4.2.8 Industri Kerajinan Kulit Kerang
Sentra industri ini berkembang di Desa Astapada Kecamatan Tengah Tani. Pada saat ini tercatat hanya 1 unit usaha yang menyerap 180 tenaga kerja. Dari segi peluang pengembangan industri ini didukung dengan adanya :
(56)
2. Lahan tersedia untuk pengembangan industri. 3. Tersedianya tenaga kerja.
Dalam hal pemasaran sentra industri ini mengacu pada pardagangan dalam negeri/lokal seperti Jawa Barat dan Jakarta bahkan sentra industri ini sudah menembus pasar internasional dengan melakukan ekspor ke berbagai negara seperti ke Italy, Belanda dan Yunani. Dari segi pola investasinya sentra industri ini adalah kemitraan.
4.2.9 Industri Emping Melinjo
Sentra industri ini berkembang di Kecamatan Kedawung, Ciwaringin dan Cirebon Utara. Pada saat ini tercatat 150 unit usaha yang menyerap 1.260 tenaga kerja. Dari segi peluang pengembangan industri ini didukung dengan adanya :
1. Dapat diusahakan dalam bentuk usaha kecil, menengah dan besar. 2. Bahan baku mudah di dapat.
3. Tersedianya SDM terampil.
Dalam hal pemasaran sentra industri ini mengacu pada pardagangan dalam negeri/lokal seperti jawa barat dan Jakarta bahkan sentra industri ini sudah menembus pasar Internasional dengan melakukan ekspor ke berbagai negara seperti ke Singapura dan Timur Tengah. Dari segi pola investasinya sentra industri ini adalah kemitraan.
4.3 Unsur Pelaksana Dalam Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri
Kebijakan perdagangan dalam negeri tidak akan berhasil tanpa dukungan seluruh aparatur pemerintah yang ada. Karena itu, perlu
(57)
54
koordinasi, sinergitas, sinkronisasi, dan evaluasi dengan berbagai pihak, baik dari lingkungan pemerintahan, pelaku usaha maupun unsur-unsur masyarakat lainnya. Dengan terjalinnya semua itu, diharapkan akan ada suatu kesepakatan dan kesepahaman bersama. Sehingga suatu kebijakan bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam upaya memajukan dalam bidang pemerintahan dan menghasilkan sumber pendapatan daerah guna mensejahterahkan rakyat.
Masyarakat dalam hal ini harus turut serta dalam mengembangkan dan mengawasi suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah agar dapat mempererat hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi rakyat dan pemerintah dalam hal ini harus transparan guna meminimalisir tindakan-tindakan yang merugikan rakyat. Dan bagi para pelaku usaha juga wajib melaporkan segala hal yang berhubungan dengan perdagangan maupun industri seperti mendaftarkan Surat Izin Usaha (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Gudang (TDG) dan Izin Gangguan (HO) kepada instansi pemerintah yang terkait sehingga tidak merugikan pemerintah dan tidak mengganggu keselamatan pekerja maupun konsumen karena perusahaannya sudah secara legal dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Kebijakan perdagangan dalam negeri merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh dinas perindustrian dan perdagangan guna melakukan pemantauan usaha perdagangan dan pendaftaran perusahaan baik perusahaan kecil, menengah, maupun besar yang ada di lingkungan
(58)
Kabupaten Cirebon dan melakukan pengawasan, pemeriksaan, pemantauan dan pengendalian perusahaan yang belum memiliki Surat Izin Usaha (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Gudang (TDG) dan Izin Gangguan (HO). Dalam pelaksanaannya dinas perindustrian dan perdagangan melalui kepala seksi perdagangan dalam negeri melakukan pemantauan, pengendalian, mengevaluasi dan menilai pelaksanaan tugas bawahannya dengan cara melakukan koordinasi dengan instansi atau unit kerja lain, kepala seksi perdagangan dalam negeri juga menyampaikan saran dan bahan pertimbangan kepada kepala bidang perdagangan dan promosi yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan dalam negeri dalam rangka pengambilan keputusan atau kebijakan. Sehingga dapat memperlancar pelaksanaan tugas dalam hal pelayanan publik.
4.4 Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri
Kebijakan perdagangan dalam negeri dalam pelaksanaannya banyak dipengaruhi oleh barbagai faktor diantaranya faktor lingkungan baik itu dari segi sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Dari segi sumber daya manusia dalam menjalankan kebijakan perdagangan dalam negeri ini menekankan pada aparatur pemerintahan selaku yang merumuskan kebijakan, melaksanakan pengelolaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang perdagangan dalam negeri, dan melakukan pembinaan maupun pelaksanaan dalam bidang perdagangan dalam negeri sesuai dengan tugas dan fungsinya maupun para pelaku
(59)
56
usaha. Jadi guna mencapai keberhasilan dari sebuah kebijakan tersebut baik pemerintah maupun rakyat dalam hal ini adalah pelaku usaha harus mampu bekerja sama dalam hal pelaksanaannya dengan cara saling melakukan pengawasan atau mengontrol kinerja para pelaksana kebijakan.
Bagi aparatur pemerintah dalam menjalankan kebijakan perdagangan dalam negeri melaksanakan penyusunan sistem materi dan metoda bahan penunjuk teknis dan pembinaan usaha perdagangan, pengadaan perusahaan dan pengadaan penyaluran. Selain itu aparatur pemerintah melaksanakan penyusunan metoda, sistem, dan materi, monitoring harga pasar (sembako), barang penting dan barang strategis hasil industri, pertanian, kehutanan dan perkebunan, perikanan dan peternakan. Bagi para pelaku usaha diwajibkan untuk mendaftarkan atau memberi informasi kepada pemerintah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan. Maka bagi para pemilik usaha wajib mendaftarkan perusahaannya guna memajukan dan meningkatkan pembangunan nasional pada umumnya dan perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya yang akan menyebabkan berkembangnya dunia usaha dan perusahaannya.
Manusia disebut sebagai salah satu faktor produksi (Faktor Tenaga Kerja), kemampuan manusia dalam kehidupannya berkelompok sebagai satu bangsa adalah yang menetukan dapat tidaknya suatu bangsa itu memenuhi kebutuhannya. Bila manusia dapat digerakkan sebagai faktor ekonomi mengolah sumber-sumber dan kekeyaan alam, maka kehidupan
(60)
mereka akan lebih sejahtera dan akan dapat bertahan dalam proses persaingan dengan bangsa atau negara lain. Bila manusia tidak dapat digerakkan sebagai faktor ekonomi, maka manusia tidak menjadi pendorong bagi keseimbangan melainkan menjadi beban yang akan merusak keseimbangan dengan lingkungan.
Sedangkan dari segi sumber daya alam baik pemerintah maupun pelaku usaha dalam menjalankan kebijakan perdagangan dalam negeri ini, pemerintah melakukan pemantauan dengan instansi terkait dalam hal dampak lingkungan dan ikut serta dalam memecahkan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri di Kabupaten Cirebon. Perusahaan industri dalam hal ini wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya.
Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 41 – 46. Pihak-pihak yang terbukti dalam melakukan tindakan pencemaran atau kerusakan lingkungan harus membayar ganti rugi dan melakukan reklamasi. Dalam hal ini pemerintah mengadakan pengaturan dan pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan mengenai pelaksanaan pencegahan kerusakan dan penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri.
(61)
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERDAGANGAN DALAM
NEGERI DI LINGKUNGAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN KABUPATEN CIREBON
LAPORAN KKL
Diajukan Sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon
pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia
Disusun oleh: GIRI HARYONO
41707003
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(62)
61
Buku:
Dwidjowijoto, R. N. (2008). Public Policy. Jakarta:Elek Media Komputindo Islamy, M. Irfan. (2004). Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Negara. Jakarta:Bumi Aksara.
Misdyani & R.G, Kartasapoetra.(1990). Fungsi Pemerintah Daerah dalam Pembuatan Peraturan Daerah. Jakarta:Bumi Aksara.
Nawawi, Hadari. (1990). Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada University Press
Putra, Fadillah. (2001). Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik Perubahan dan Inovasi Kebijakan Publik dan Ruang Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Putra, Fadillah. (2003). Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Suyanto, Bagong. (2005). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternative Pendekatan. Jakarta:Prenada Media.
Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung:AIPI.
Wahab, Solichin Abdul. (2005). Analisis Kebijaksanaan:Dari Formulasi Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta:PT. Bumi Aksara Winarno, B. (2007). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:Media
Pressindo.
Dokumen:
Badan Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal Kabupaten Cirebon.
Peraturan Bupati Cirebon nomor 60 tahun 2008 tentang rincian, tugas, dan tata kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Peraturan Daerah nomor 5 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Cirebon.
(63)
62
SK Mendag Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pembukaan Keran Ekspor Rotan Bahan Baku.
Tupoksi Seksi Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Sumber lain:
http://hardiyansyah-ahmad.blogspot.com/2008/04/paradigma-kebijakan-pelayanan-publik.html
http://usepmulyana.wordpress.com/2008/07/21/otonomi-daerah-dan-pelayanan-publik/
(1)
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran ... 15 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas ... 31
(2)
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Keterangan Ijin Mengikuti KKL Lampiran 3 Surat Keterangan Diterima Mengikuti KKL Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Mengikuti KKL
(3)
(4)
RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Diri
a. Nama Penulis : Giri Haryono
b. Tempat dan tanggal lahir : Cirebon, 07 Oktober 1988 c. Status Perkawinan : Belum Nikah
d. Alamat Lengkap : Jl. Tubagus Ismail No. 28 153 b Bandung
e. E-mail : [email protected] f. Nama Ayah : Tama Haryono
g. Pekerjaan Ayah : TNI-AD
h. Nama Ibu : Asneti
i. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga j. Alamat Lengkap Orang Tua: Ds. Pegagan Lor 02/05
Kec. Kapetakan Kab. Cirebon
2. Pendidikan Formal
a. TK Sekar Melati Kabupaten Cirebon (1993-1995). b. SDN 1 Pegagan Lor Kabupaten Cirebon (1995-2001). c. SMPN 1 Losarang Kabupaten Indramayu (2001-2004). d. SMA Muhammadiyah Kabupaten Cirebon (2004-2007). e. UNIKOM Bandung (2007-Sekarang).
(5)
3. Pendidikan Non Formal a. Primagama (2007)
b. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) Di Kampus, yang dilaksanakan pada hari selasa, 11 Desember 2007 di Auditorium Unikom.
c. Semi Loka Half Day Public Speaking, yang dilaksanakan pada hari
kamis, 8 Mei 2008 di Auditorium Unikom.
d. Stadium Generale (Kuliah Umum) Prodi Ilmu Pemerintahan yang
dilaksanakan pada hari sabtu, 23 Februari 2008.
e. Pelatihan Protokoler Pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan yang dilaksanakan pada 23 Maret 2008.
f. Kunjungan Lembaga Program Studi Ilmu Pemerintahan ke Pemerintah Kabupaten Garut (BPPK Intel), yang dilaksanakan pada hari kamis, 22 Mei 2008.
g. Mentoring Agama Himpunan Ilmu pemerintahan, yang dilaksanakan pada 9 September 2008.
h. Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda dilaksanakan pada hari selasa, 9 Juni 2009.
i. Table Manner Course, yang dilaksanakan di Hotel Golden Flower.
(6)
4. Pengalaman Berorganisasi
HIMA IP Unikom di Departemen Minat dan Bakat (2007-2008)
HIMA IP Unikom di Departemen Pengabdian Masyarakat (2008-2009)
Bandung, November 2010
GIRI HARYONO 41707003