Dakwaan Batal Demi Hukum

5. Dakwaan Kombinasi Gabungan Sekarang ini dalam prkatek berkembang, bentuk surat dakwaan yang disusun secara kombinasi, yang di dalamnya mengandung bentuk dakwaan kumulatif, yang masing-masing dapat terdiri pula dari dakwaan subsidair dan atau alternative atau dapat juga antara bentuk subsidair dengan kumulatif. Penggunaan bentuk ini harus bersikap hati-hati dan pembuktian yang menjadi beban Jaksa Penuntut Umum dalam pembahasan tuntutan pidananya requisitoirnya. Apabila mengkaji kembali Putusan Nomor: 01Pid.SPemilu2009PN.Krw formulasi dakwaan yang dibuat jaksa penuntut umum untuk menuntut terdakwa di Persidangan adalah dengan dakwaan Alternatif yang mengandung Subsidairitas. Karena dalam dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang merupakan gabungan dari dakwaan yang bersifat alternatif maupun dakwaan yang bersifat subsidair.

2.4 Dakwaan Batal Demi Hukum

Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan perkara di muka sidang pengadilan. Surat dakwaan setidaknya harus memenuhi syarat formil seperti diatur dalam Pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP, dan syarat materiil seperti diatur dalam Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP. Ketika dakwaan tidak memenuhi syarat formil maka konsekuensi hukumnya dakwaan bisa dinyatakan ”tidak dapat diterima”, sedangkan apabila dakwaan tidak memenuhi syarat materiil maka konsekuensi hukumnya dakwaan adalah ”batal demi hukum” sebagaimana diatur jelas dalam Pasal 143 ayat 3 KUHAP. Mengenai syarat formil yaitu dalam surat dakwaan harus menyebutkan identitas terdakwa Pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP. Sedang syarat material harus memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP. Adapun prosedur Majelis Hakim dapat menyatakan dakwaan ”tidak dapat diterima” atau dakwaan ”batal demi hukum” sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat 1 KUHAP adalah ketika terdakwa atau penasehat hukumnya melakukan eksepsi atau keberatan. Ketika terdakwa atau penasehat hukumnya tidak melakukan eksepsi terhadap dakwaan yang tidak memenuhi syarat formil maka majelis hakim dapat membetulkannya dalam putusan karena pada dasarnya adanya kesalahan formil adalah tidak merugikan terdakwa, misalnya dalam surat dakwaan tidak menyebutkan jenis kelamin terdakwa. Adapun ketika ada eksepsi terhadap dakwaan yang tidak memenuhi syarat materiil maka majelis hakim secara ex officio atau karena jabatannya harus menyatakan dakwaan batal demi hukum karena kurangnya syarat materiil seperti misalnya uraian unsur pasal yang didakwakan tidak cermat dan tidak jelas, tidak merinci secara jelas peran dan perbuatan yang dilakukan terdakwa, dakwaan kabur atau obscuur libel karena tidak dijelaskan cara bagaimana tindak pidana dilakukan, dan karena dakwaan tidak mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh terdakwa. Semua itu adalah sangat merugikan terdakwa terutama adalah kesulitan dalam melakukan pembelaan atau pledooi. Syarat materiil tersebut merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam membuat surat dakwaan. Apabila syarat materiil tidak dipenuhi, maka surat dakwaan batal demi hukum. Pasal 143 ayat 3 KUHAP menyebutkan bahwa surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf b batal demi hukum. Yang dimaksud Pasal 143 ayat 3 KUHAP ialah surat dakwaan batal demi hukum apabila tindak pidana yang didakwakan tidak diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap serta tidak menyebutkan tempat dan waktu tindak pidana dilakukan. Oleh karena surat dakwaan merupakan dasar untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara, maka untuk menentukan uraian dakwaan yang cermat, jelas dan lengkap harus dipandang dari sudut dakwaan itu sendiri. Jadi penuntut umum maupun hakim setelah mereka membaca surat dakwaan, harus dapat menilai apakah surat dakwaan itu sudah diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap atau tidak tanpa menghubungkan berita acara penyidikan atau pembuktian dipersidangan. http:www.facebook.comtopic.php?uid=151541817841topic=15032. Diakses 4 April 2010

2.5 Dakwaan Kabur Obscuur Libel

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HAKIM TIDAK MEMBEBASKAN DAKWAAN SELAIN YANG TERBUKTI (Putusan P. N Pematang Siantar ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HAKIM TIDAK MEMBEBASKAN DAKWAAN SELAIN YANG ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HAKIM TIDAK MEMBEBASKAN DAKWAAN SELAI

0 2 17

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DI LUAR DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK

0 3 16

ANALISIS YURIDIS SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM BATAL DEMI HUKUM

0 3 15

ANALISIS YURIDIS TENTANG FORMULASI DAKWAAN JAKSA DAN PERTIMBANGAN HAKIM TENTANG PENJATUHAN PIDANA PADA TINDAK PIDANA PERJUDIAN (Putusan Nomor : 398/Pid.B/2012/PN.Mkt)

0 5 17

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA MATI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA.

0 3 15

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA MATI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA.

0 3 15

SKRIPSI DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Dalam Menangani Perkara Anak).

0 4 13

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PUTUSAN PIDANA TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA.

0 4 12

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS TINDAK PIDANA Tinjaun Yuridis Mengenai Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Tindak Pidana Pencabulan Pada Anak di Bawah Umur (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 0 10

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN YANG MENYATAKAN SURAT DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM DI PENGADILAN NEGERI PADANG.

0 0 6